coping religius dan kerentanan stres pada pasien...
TRANSCRIPT
COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pengkajian Islam
Konsentrasi Psikologi Islam
Oleh:
Iredho Fani Reza
13.2.00.1.16.01.0021
Promotor
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M/1436 H
iii
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt,
karena telah memberikan penulis pertolongan dan ridho dalam proses penyelesaian
penelitian ini. Selain itu, penelitian ini tidak mungkin terselesaikan tanpa doa dari
seorang Ibu yang sangat penulis sayangi Ibunda Aisyah Sofni, SH yang berjuang
seorang diri setelah kematian Ayahanda alm. Faisol Alwi Ilyas pada tanggal 21
April 2013, demi anaknya untuk menempuh pendidikan strata dua (S2) bidang
Psikologi Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta
adik perempuan penulis Adinda Nadia Combarici, A.md, yang selalu mendukung
kakaknya untuk tetap berjuang dalam menempuh pendidikan, serta Tete Gus
tersayang yang semangat memberi nasihat kepada penulis dalam mempelajari
kesabaran dalam hidup. Serta keluarga besar penulis di Sumatera Selatan dan
Sumatera Barat yang telah memberikan banyak doa serta bantuan materil maupun
non materil penulis ucapkan terima kasih.
Tidak kalah pentingnya, penulis mengucapkan ribuan banyak terima kasih
kepada seorang Ibu dan Nenek dari cucu-cucunya yang telah penulis anggap
sebagai Ibunda sendiri yaitu almh. Prof. Dr. Ismah Salman, M.Hum, beserta
keluarga besar yang telah memberikan penulis fasilitas selama di Jakarta selama
menempuh pendidikan S2, sungguh besar jasa yang diberikan. Terimakasih juga
kepada Fikri Salman, SH beserta keluarga, Luthfi Salman beserta keluarga, Husni
Salman beserta keluarga, atas bantuan baik materi maupun moril kepada penulis.
Jazzakumullah Khoiron Kastiron.
Penelitian ini dapat diselesaikan dan dapat menjadi mungkin dilaksanakan
karena dorongan semangat serta kesabaran Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si, yang
bersedia menjadi pembimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Selain
itu, penulis mengucapkan terima kasih atas kritikan dan saran yang membangun
dari Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr.
Suwito, MA., Prof. Dr. Yunan Yusuf, MA., Prof. Dr. MK. Tajuddin, Sp.And., Prof.
Dr. Sukron Kamil, MA., Prof. Dr. Said Agil Al-Munawar, MA., Prof. Dr. Achmad
Mubarok, MA., Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA., Dr.
Asep Saepudin Jahar, MA., Dr. Arif Sumantri, M.Kes., Dr. Suparto, Ph.D., Dr. M.
Zuhdi, M.Ed, Ph.D., Dr. Ali Munhanif, atas kritikan dan saran. Sehingga penulis
banyak mendapatkan ilmu mengenai penulisan karya ilmiah.
Penulis berterima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yaitu Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., beserta Ketua
Program Magister Dr. JM. Muslimin, MA., dan ketua Program Doktoral Prof. Dr.
Didin Saepudin, MA., yang telah memprogram proses belajar mengajar yang baik.
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Drg. Setiawaty, M.Kes, selaku
Direktur Umum, SDM dan Pendidikan yang telah memberikan penulis izin
melakukan penelitian di RSUP. Fatmawati Jakarta. Beserta dokter, suster, pasien
dan keluarga pasien yang turut membantu penulis. Sehingga terlaksanannya
penelitian dengan lancar (2014-2015).
iv
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan sejawat selama
menempuh pendidikan program Magister di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terkhusus angkatan 2013. Diantaranya penulis sebutkan yaitu
Eko, Rizki, Autsaman, Aufa, Harmathilda, Yayah, Ami, Ayu, Niki, Negsih, Masna,
Nia, Lena, Amsi, Munjin, Julkarnain. Rekan Magister lainnya beda angkatan yaitu
Rifqiyatunnisa, Aunur Rofiqoh, Khoiruddin, Hizbullah, San-San dan Alfauzi.
Terima kasih juga kepada Ainun Nasikh yang telah bersedia meminjamkan
motornya sehingga mempermudah penulis melakukan penelitian.
Terima kasih kepada rekan-rekan program Doktor yang menjadi teman
diskusi diantaranya penulis sebutkan yaitu Abrar Parinduri, Lia Kian, Fimen
Mansir, Sofyan Abbas, Sanurdi, Saparudin, Satiri, Adzan Noor, Ramadanita dan
Syahida Rena. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Guru-guru sewaktu
menempuh pendidikan S1 di IAIN Raden Fatah Palembang (2008-2013). Disini
tidak semua penulis sebutkan, tapi diantaranya Prof. Dr. Ris’an Rusli, MA, Dr. Alfi
Julizun azwar, MA, Dr. Mustofa Kailani, M.Pd.I, Dr. Muhammad Noupal, M.Ag.,
Dr. Muh. Muwangir, M.Ag, Drs. Abu Mansur, M.Pd.I., H. John Supriyanto, M.A.,
Ema Yudiani, S.Psi, M.Si, Psikolog, Listya Istiningtyas, S.Psi, M.Psi, Muhammad
Uyun, M.Si, Psikolog, Budiman, M.Si, Psikolog, Halimatussadiyah, M.Ag,
Uswatun Hasanah, S.Ag, M.Si, Deddy Ilyas, M.Us, Hedhri Nadhiran, M.Ag,
Zaharuddin, M.Ag, Zainal Fikri, Psikolog, masih banyak lagi guru yang berjasa
dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan dalam kesempatan ini.
Penulis mohon maaf dan mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu yang telah
diberikan.
Tidak lupa jua penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman di Kota
Palembang yaitu Tela, Frianti, Ian, Dimas, Febri, Hermansyah, Hexa Puteri,
Leonardo Tambunan, Fitri, Laksamana Dimas, Kak Yudi Armansyah, Kak Imam
Santosa, Kak Prasetio Nugraha, yang selalu menjalin komunikasi walaupun jarak
dan waktu memisahkan kita. Selain itu terima kasih kepada Adinda Magfiroh
Muhammad dalam mengisi hari-hari penulis dengan memberikan dukungan
semangat. Sebenarnya masih banyak nama-nama yang berjasa dalam membantu
penyelesaian buku ini. Penulis mohon maaf tidak dapat disebutkan semua disini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga kebaikan semuanya dibalas oleh
Allah Swt.
Penulis menerima saran dan kritikan yang membangun, guna menambah
pembahasan dan wawasan kita bersama. Penulis berharap, buku ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan keilmuwan di bidang Psikologi Islam dan Psikologi
Klinis mengenai pendekatan coping religius dalam mengatasi kerentanan stres pada
pasien kronis. Sehingga dapat menghasilkan sinergi antara tindakan medis dan
pendekatan keagamaan dalam menanggulangi problematik yang dihadapin individu
yang mengalami bio-psiko-sosial-spiritual disorder. Amin.
Jakarta, Juni 2015
Iredho Fani Reza
v
MOTO:
‚DALAM MENYELESAIKAN SUATU PEKERJAAN PERLU ADANYA
TEKAD, KEMAUAN DAN USAHA DISERTAI BERDO’A KEPADA ALLAH
SWT UNTUK MENYELESAIKANNYA‛
(Iredho Fani Reza)
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Agama, Negara dan Bangsa Republik Indonesia
Papa Alm. Faisol Alwi Ilyas dan Mama Aisyah Sofni, SH
Adek Nadia Combarici, A.md dan Tete Gus Tersayang
Keluarga Besar di Palembang, Sumatera Barat, Bangka dan Jakarta
Adinda Magfiroh Muhammad
Pemerhati Psikologi Islam di seluruh Dunia
vi
vii
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iredho Fani Reza
Nim : 13.2.00.1.16.01.0021
Konsentrasi : Psikologi Islam
Judul Tesis : Coping Religius Dan Kerentanan Stres Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik
Promotor : Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si.
Menyatakan bahwa tesis ini yang terdiri dari Bab 1 – Bab 5 beserta
kelengkapan lainnya yang mendukung hasil penelitian. Sebelum diverifikasi oleh
dosen lain, telah diverifikasi dan disetujui pembimbing dalam tesis ini, yaitu oleh
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si. Pada hari Selasa tanggal 16 Juni 2015. Adapun tesis
ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verifikasi meliputi:
1. Saran-saran saat ujian pendahuluan tesis sudah dilaksanakan (Acc)
2. Perhatikan penulisan dalam tesis.
Demikian surat pernyataan ini di buat agar dapat dijadikan pertimbangan
untuk menempuh Ujian Promosi Tesis.
Jakarta, 23 Juni 2015
Saya yang membuat pernyataan,
Iredho Fani Reza
Nim. 13.2.00.1.16.01.0021
viii
ix
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iredho Fani Reza
Nim : 13.2.00.1.16.01.0021
Konsentrasi : Psikologi Islam
Judul Tesis : Pengaruh Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik
Promotor : Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si.
Menyatakan bahwa tesis ini yang terdiri dari Bab 1 – Bab 5 beserta
kelengkapan lainnya yang mendukung hasil penelitian. Telah diverifikasi oleh Dr.
JM. Muslimin, MA. Pada hari Senin tanggal 22 Juni 2015. Adapun tesis ini telah
diperbaiki sesuai dengan saran verifikasi meliputi:
1. Perhatikan teknik penulisan dalam tesis.
2. Perhatikan kembali kelengkapan hasil penelitian.
Demikian surat pernyataan ini di buat agar dapat dijadikan pertimbangan
untuk menempuh ujian Promosi Tesis.
Jakarta, 23 Juni 2015
Saya yang membuat pernyataan,
Iredho Fani Reza
Nim. 13.2.00.1.16.01.0021
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
ABSTRAK
Penelitian ini membuktikan bahwa coping religius melalui hubungan
kedekatan dengan Tuhan dan sesama manusia dapat meminimalisir atau bahkan
menghilangkan kerentanan stres. Dalam artian bahwa individu dengan penyakit
kronis yang memiliki tingkat pemahaman dan penghayatan keberagamaan yang
tinggi, lebih kecil resiko terhadap kerentanan stres. Hal ini diketahui berdasarkan
analisis multiple regression yang menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000
yang berarti suatu model signifikan. Karena nilai p < 0,05 dan didapatkan nilai
koefisien korelasi r = - 0,649, serta berkontribusi mengurangi kerentanan stres
sebesar 42,2% (R Square = 0,422 = 42,2%).
Hasil penelitian ini menolak pendapat tokoh psikologi seperti Sigmund
Freud dan penelitian kontemporer oleh Getz, Rule dan Clay Routledge yang
memandang agama sebagai sisi negatif terhadap kesehatan jiwa individu. Individu
yang beragama dianggap sebagai penderita neurosis, mengalami delusi, penyakit
psikotik dan ada kemiripan dengan penyakit sindrom otak organik, serta agama
dapat bersifat mematikan.
Penelitian ini mendukung pendapat William James dan penelitian
kontemporer oleh Kenneth I. Pargament, Christian Zwingmann dan G. Mahmoudi
yang memandang bahwa pendekatan agama atau coping religius berperan
mengatasi masalah psikologis seperti kerentanan stres berupa reaksi gangguan
fisiologis, psikologis, sosial bahkan spiritual pada individu.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian mix methods dengan model
explanatory sequential design (pendekatan kuantitatif tahapan pertama dan
dilanjutkan pendekatan kualitatif tahap kedua). Teknik analisis data kuantitatif
dalam penelitian ini, menggunakan analisis multiple regression. Setelah itu
dilakukan analisis triangulasi, untuk menyesuaikan antara hasil data kuantitatif
dengan data kualitatif.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 90 pasien gagal ginjal kronik yang
rutin menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta terjadwal dan
terdata pada periode bulan Agustus tahun 2014. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik random sederhana, penentuan jumlah sampel
ditentukan berdasarkan rumus Isaac dan Newton menggunakan taraf kesalahan 5%.
Jumlah subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 pasien gagal
ginjal kronik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa, untuk mempertahankan
intensitas pelaksanaan ibadah dan meningkatkan pemahaman dan penghayatan
keagamaan, sehingga dapat mengelola stres untuk menyikapi pelbagai
permasalahan kehidupan yang dihadapi. Sehingga terjadi sinergi antara terapi
medis yang dijalani dengan coping religius sebagai penguatan kondisi psikologis
dan spiritual pasien.
Kata kunci: Coping Religius, Kerentanan Stres
xviii
xix
xx
xxi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam Tesis ini mengacu pada pedoman ALA-LC
Romanization Tables, sebagaimana berikut:
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h{ = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s{ = ص
d{ = ض
t{ = ط
z{ = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
h = ه
w = و
y = ي
Short : a = ´ ; i = ِ ; u = ُ
Long : a< = ا ; i> = ي ; ū = و
Diphthong : ay = ا ي ; aw = ا و
xxii
xxiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIVIKASI .................................. vii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ..................................................... xi
PERSETUJUAN PROMOTOR ............................................................................ xii
PERSETUJUAN PENGUJI .................................................................................. xv
ABSTRAK ............................................................................................................. xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xxi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xxiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xxv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xxvi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ xxvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xxvi
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xxvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xxvii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Permasalahan............................................................................................. 12
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ......................................................... 13
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 14
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 15
F. Metodologi Penelitian ............................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 28
BAB II: KONSEPTUAL TEORITIS COPING RELIGIUS DAN
KERENTANAN STRES
A. Dekonstruksi Kebenaran: Coping Religius Sebagai Treatment Stres ...... 31
B. Kerentanan Stres: Bio-Psiko-Sosio-Spiritual Disorder ............................ 37
1. Stres: Sebuah Tinjauan Teoritis ......................................................... 37
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres ......................................... 41
3. Reaksi Terhadap Stres ........................................................................ 43
C. Pendekatan Coping Religius: Kembali Kepada Tuhan............................. 47
1. Coping Religius: Sebuah Strategi Coping Stes ................................. 47
2. Dimensi Coping Religius .................................................................... 51
3. Manusia dan Kebutuhan Beragama .................................................... 58
xxiv
BAB III: KERENTANAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Penyakit Gagal Ginjal ............................................................................... 65
B. Terapi Medis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik ....................................... 70
C. Problem Yang Dihadapi Pasien Gagal Ginjal Kronik .............................. 78
D. Coping Religius Sebagai Faktor Penurunan Kerentanan Stres ................ 100
BAB IV: INTERVENSI COPING RELIGIUS PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK
A. Coping Religius: Sebuah Upaya Islamisasi .............................................. 117
B. Implementasi Coping Religius: Ibadah Kepada Tuhan ............................ 140
C. Efektivitas Coping Religius Dalam Mengatasi Stres ............................... 165
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 185
B. Rekomendasi ............................................................................................. 186
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 187
GLOSARIUM ........................................................................................................ 209
INDEKS ................................................................................................................. 213
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 219
BIOGRAFI PENULIS
xxv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Alternatif Jawaban dan Skor Item Skala Penelitian .............................................. 20
Tabel 2.
Sebaran Butir Item Skala Coping Religius ............................................................ 23
Tabel 3.
Sebaran Butir Item Skala Kerentanan Stres .......................................................... 24
Tabel 4.
Tanda-Tanda Distress Menurut Everly dan Girdano ............................................. 44
Tabel 5.
Tahapan Stres Menurut Amberg ............................................................................ 45
Tabel 6.
Pelbagai Dimensi Coping Religius ....................................................................... 56
Tabel 7.
Klasifikasi Gagal Ginjal Akut ............................................................................... 67
Tabel 8.
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Derajat Penyakit ......................... 69
Tabel 9.
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Diagnosis Etiologi ...................... 69
Tabel 10.
Pelbagai Jenis Terapi Medis Penyakit Gagal Ginjal Kronik ................................. 71
Tabel 11.
Jumlah Partisipan Penelitian Berdasarkan Gender ................................................ 80
Tabel 12.
Jumlah Partisipan Penelitian Berdasarkan Usia .................................................... 80
Tabel 13.
Tingkat Kategorisasi Kerentanan Stres Secara Umum Pada Pasien GGK ........... 80
Tabel 14.
Tingkat Kategorisasi Aspek Fisiologis (KS) Pada Pasien GGK ........................... 83
Tabel 15.
Tingkat Kategorisasi Aspek Psikologis (KS) Pada Pasien GGK .......................... 85
Tabel 16.
Tingkat Kategorisasi Aspek Sosial (KS) Pada Pasien GGK ................................. 86
Tabel 17.
Perbedaan Nilai Mean Gender dan Aspek Kerentanan Stres ................................ 91
Tabel 18.
Perbedaan Nilai Mean Gender dan Aspek Kerentanan Stres ................................ 92
Tabel 19.
Tingkat Kategorisasi Coping Religius Pada Pasien GGK ..................................... 95
Tabel 20.
Perbedaan Nilai Mean Gender dan Dimensi Coping Religius ............................... 96
xxvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.
Kerangka Variabel Penelitian ................................................................................ 16
Bagan 2.
Keterkaitan Stressor, Persepsi, dan Reaksi Stres .................................................. 43
Bagan 3.
Mekanisme Psiko-neuro-imunologi ....................................................................... 46
Bagan 4.
Empat Dimensi Sehat ............................................................................................ 78
Bagan 5.
Pengaruh Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres ........................................ 102
Bagan 6.
Pengaruh Dimensi Coping Religius Terhadap Aspek Fisiologis ........................... 103
Bagan 7.
Pengaruh Dimensi Coping Religius Terhadap Aspek Psikologis .......................... 104
Bagan 8.
Pengaruh Dimensi Coping Religius Terhadap Aspek Sosial ................................. 105
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.
Jumlah Pasien Yang Menjalani Terapi Pengganti Ginjal
Dari Tahun 2007-2012 ........................................................................................... 70
Grafik 2.
Jumlah Pasien HD Dari Tahun 2007-2012 ............................................................ 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Sistem Respon Stres .............................................................................................. 47
Gambar 2.
Titik Ketuhanan Pada Otak Manusia .................................................................... 61
Gambar 3.
Letak Ginjal Pada Manusia .................................................................................... 66
Gambar 4.
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa ........................ 72
Gambar 5.
Pasien Dengan Perwatan CAPD ............................................................................ 75
Gambar 6.
Transplantasi Ginjal ............................................................................................... 77
Gambar 7.
Implementasi Coping Religius ............................................................................... 141
xxvii
DAFTAR SINGKATAN
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
CAPD : Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis
CCPD : Continous Cyclic Peritoneal Dialysis
Dkk. : Dan Kawan-Kawan
DP : Dialisis Peritoneal
DSM-R : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
HD : Hemodilasia
IPD : Intermittent Peritoneal Dialysis
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
PERNEFRI : Perhimpunan Nefrolog Indonesia
PPDGJ : Pedoman Psikodiagnostik Gangguan Jiwa
QS. : Quran Surah
RSUP : Rumah Sakit Umum Pemerintah
WHO : World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A:
Instrumen Penelitian
Lembar Persetujuan Subjek Penelitian .......................................................... 223
Skala Coping Religius dan Skala Kerentanan Stres Dalam Penelitan........... 224
Skala Coping Religius Asli ............................................................................ 229
Skala Kerentanan Stres Asli........................................................................... 233
Pedoman Wawancara dan Pertanyaan Penelitian .......................................... 234
LAMPIRAN B:
Hasil Analisis Data Penelitian (Kuantitatif dan Kualitatif)
Tabulasi Skala Coping Religius Uji Coba ..................................................... 239
Tabulasi Skala Coping Religius Penelitian .................................................... 240
Tabulasi Skala Kerentanan Stres Uji Coba .................................................... 241
Tabulasi Skala Kerentanan Stres Penelitian .................................................. 242
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Religius .................................... 243
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kerentanan Stres .................................. 244
Hasil Pengujian Asumsi ................................................................................. 245
Hasil Pengujian Hipotesis .............................................................................. 245
Hasil Analisis Regresi Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres ............ 245
Kontribusi Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres .............................. 246
Hasil Analisis Regresi dan Kontribusi Dimensi Coping Religius
Terhadap Setiap Aspek Kerenanan Stres ....................................................... 247
xxviii
Gender dan Kerentanan Stres: Analisis Komparatif (T-Test) ...................... 250
Usia dan Kerentanan Stres: Analisis Komparatif (One Way Anova) ............ 251
Gender dan Coping Religius: Analisis Komparatif (T-Test) ........................ 252
Usia dan Coping Religius: Analisis Komparatif (One Way Anova) ............. 253
Kategorisasi Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres............................ 254
Analisis Desktiptif Coping Religius dan Kerentanan Stres ........................... 255
Frekuensi Skor Total Coping Religius dan Kerentanan Stres ....................... 255
Frekuensi Subjek Penelitian (Gender dan Usia) ............................................ 256
Kumpulan Tabel Hasil Penelitian .................................................................. 257
Hasil Wawancara dan Observasi Terhadap Pasien
Gagal Ginjal Kronik ....................................................................................... 258
Hasil Wawancara dan Observasi Terhadap Keluarga Pasien
Gagal Ginjal Kronik ....................................................................................... 264
Lampiran C:
Surat Keterangan Yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Penelitian
Berita Acara Ujian Proposal Tesis ................................................................. 269
Pengesahan Revisi Proposal Tesis ................................................................. 270
SK. Pembimbing Tesis ................................................................................... 271
Surat Izin Penelitian Dari Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah ................................................................................ 273
Undangan Presentasi Dari RSUP. Fatmawati Jakarta ................................... 274
Surat Persetujuan Etik (Ethical Approval) .................................................... 275
Surat Keterangan Balasan Izin Penelitian RSUP. Fatmawati Jakarta .......... 276
Surat Izin Penelitian Dari RSUP. Fatmawati Jakarta .................................... 277
Notulasi Ujian Work In Progress Thesis 1 ..................................................... 278
Hasil Ujian Work In Progress Thesis 1 .......................................................... 279
Notulasi Ujian Work In Progress Thesis 2 ..................................................... 280
Hasil Ujian Work In Progress Thesis 2 .......................................................... 281
Notulasi Ujian Work In Progress Thesis 3 ..................................................... 282
Hasil Ujian Work In Progress Thesis 3 .......................................................... 283
Hasil Ujian Komprehensif .............................................................................. 284
Notulasi Ujian Pendahuluan Tesis ................................................................. 285
Hasil Ujian Pendahuluan Tesis ...................................................................... 286
Hasil Cek Plagiasi Dari Plagiarisma.Net ....................................................... 287
Hasil Ujian Text Comprehension Bahasa Inggris dan Bahasa Arab
Transkip Nilai Sementara Dari Semester 1- Semester 4
Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis
Daftar Hadir Ujian-Ujian
Daftar Lembar Verifikasi Tesis
Bukti Pemakaian Jasa Terjemahan Abstrak
Bukti Pembayaran Ujian Promosi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki kemampuan menciptakan sesuatu, karena manusia
memiliki motif atau kebutuhan.1 Individu manusia memiliki banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi. Menurut Muhammad Utsman Najati, kebutuhan manusia
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan
psikologis (psikis dan spiritual). Kebutuhan manusia yang bersifat fisiologis
berhubungan dengan aktivitas dalam tubuh, sedangkan kebutuhan psikis dan
spiritual berhubungan dengan jiwa untuk mewujudkan rasa aman dan bahagia.2
Bila kebutuhan yang diinginkan tidak terpenuhi, maka menimbulkan suatu
krisis dalam diri. Erikson mengatakan, setiap individu pada dasarnya dihadapkan
pada suatu krisis. Krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat
dilaluinya dengan baik.3 Krisis yang terjadi berasal dari aspek fisik dan psikis pada
individu. Aspek fisik dan psikis pada individu seharusnya bersinergi, sehingga
cenderung melewati krisis yang dihadapi. Apabila aspek fisik dan psikis tidak
bersinergi, maka menimbulkan krisis dalam diri.
Sinergi antara aspek fisik dan psikis individu diterangkan oleh Zarkali,
menyatakan bahwa pola struktur kepribadian dalam konteks agama Islam terdiri
dari jasad (fisik), jiwa (psikis), jasad dan jiwa (psikofisik). Ketiga kondisi tersebut
dalam terminologi Islam lebih dikenal dengan term al-jasad, al-ruh dan al-nafs.
Jasad merupakan aspek biologis, sedang ruh aspek psikis, jasad dan nafs
merupakan aspek psikofisik yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh. Jasad
tanpa ruh merupakan substansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak dapat
teraktualisasi. Maka, perlu ada sinergi antara kedua aspek, sehingga keinginan
jasad dan ruh dapat terpenuhi.4 Lebih lanjut menurut Syarif seorang ahli
kedokteran jiwa, menyatakan bahwa ruh merupakan kunci rasa sakit. Kesakitan
orang bukan semata-mata disebabkan oleh tubuhnya, melainkan karena ruh.
1Menurut Chaplin, motif adalah satu kekuatan dalam diri individu yang
melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada satu tujuan. Syamsu Yusuf dan
A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Rosda, 2009), 159. 2Najati menjelaskan lebih lanjut bahwa motif fisiologis dimiliki setiap manusia
seperti kebutuhan makan, minum, istirahat dan kebutuhan seksual. Sedangkan motif psikis
dan spiritual seperti kebutuhan mengenal Allah, loyalitas terhadap kelompok, ingin diterima
dan dicintai anggota masyarakat, kebutuhan akan penghargaan dan prestasi, yang akhirnya
mewujudkan kehidupan yang tenang dan bahagia. Kebutuhan psikis timbul saat berinteraksi
dalam kehidupan sosial. Muhammad Uthman Najati, Al-Qur’an wa Ilm’an-Nafs (Kairo: Dar
al-Shuruq, 1981), 27-52. 3Krisis ialah suatu masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus
dilalui oleh setiap individu. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), 79-80. 4Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),
56-57.
2
Seseorang yang mampu menguasai ruh maka jasad menjadi sehat.5 Salah satu jenis
krisis yang mempengaruhi keseimbangan antara aspek fisik dan psikis individu
yaitu krisis situasi. Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu pada
individu, mempengaruhi keseimbangan psikologi individu atau kelompok. Sebagai
contoh salah satu krisis situasi adalah menderita suatu penyakit.6
Salah satu penyakit kronis yang dapat membuat penderitanya mengalami
krisis situasi berupa gangguan fisik dan psikis atas penyakit yang diderita, adalah
penyakit gagal ginjal kronik.7 Di zaman modern sekarang, banyak perubahan-
perubahan di setiap aspek kehidupan. Dari segi makanan dan minuman, banyak
ragam rasa dan jenis yang belum tentu mengindikasikan health food. Pola hidup
yang kurang sehat inilah, dapat menyebabkan menurunnya kondisi fisik tubuh.
Lebih lanjut, berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO di India, Afrika Utara
dan beberapa Negara Timur Tengah, bahwa polusi lingkungan, pestisida dan bahan
kimia, penyalahgunaan analgesik, obat-obatan herbal dan makanan tambahan yang
tidak diatur telah dikaitkan dengan penyebab gagal ginjal kronik.8 Menurut
Rubenstein dkk, penyebab utama penderita gagal ginjal kronik disebabkan oleh
glomerulonefritis kronis, nefropati diabetik, nefritis interstisialis kronis,
hipertensi.9 Menurut Suhardjono, Roesma dan Kresnawan bahwa pasien yang sudah
mengalami penurunan fungsi ginjal perlu menjalani pengobatan. Pengobatan ini
diperlukan untuk mencegah kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut dan berupaya
memelihara fungsi ginjal yang masih tersisa selama mungkin, sebelum berakhir
pada gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan hemodialisis ataupun
5Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, 141-142.
6Gail Wiscarz Stuart and Sandra J. Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, terjm.
Achir Yani S. Hamid. Original title: Pocket Guide To Psychiatric Nursing (Jakarta: Buku
Kedokteran Indonesia, 1998), 148. 7Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan.
Menurunnya fungsi ginjal mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk
menyaring darah, sehingga zat-zat sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan melalui
urin menumpuk di dalam darah. Semakin banyak zat sisa menumpuk di dalam darah, maka
akan semakin memperberat kerja ginjal yang masih baik untuk menyaring darah. Disamping
itu, penumpukan sisa metabolisme ini tentunya sangat berbahaya bagi tubuh. Suhardjono,
Jose Roesma dan Triyani Kresnawan, Booklet Edukasi: Sehat dengan Penyakit Ginjal Kronik (Jakarta: Pernefri, AsDI dan Fresenius Kabi, Ed. 1 Cet. II, 2009), 4.
8Sarah L. White, Steven J. Chad Ban, Stephen Jan, Jeremy R. Chapman and Alan
Cass, ‚How Can We Achieve Global equity in provision of renal replacement therapy ?,‛
Bulletin of the World Health Organization volume 86 Number 3 (2008): 161. 9Glomerulonefritis kronis, istilah ini menggambarkan sejumlah gangguan mengenai
salah satu atau lebih pada komponen kedua ginjal. Nefropati diabetik, penyakit ginjal yang
disebabkan oleh penderita diabetes. Nefritis interstisialis kronis, penyakit ginjal yang
disebabkan oleh terinfeksinya ginjal. Hipertensi, penyakit ginjal yang disebabkan oleh
tingginya tekanan darah. David Rubenstein, David Wayne and John Bradley, Lecture Notes; Kedokteran Klinis, trans. Annisa Rahmalia. Original title: Lecture Notes on Clinical Medicine (Jakarta: Erlangga, 2007), 228.
3
pencangkokan ginjal.10
Rully menerangkan, penanganan penyakit gagal ginjal
dilakukan melalui tiga cara yakni terapi hemodialisis (HD) atau cuci darah,
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal.11
Selanjutnya di Indonesia, Perhimpunan Nefrolog (ahli ginjal dan hipertensi)
Indonesia (PERNEFRI) melalui Rully mengatakan, jumlah pasien gagal ginjal
terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah atau dialisis mencapai
150.000 orang. Namun pasien yang sudah mendapatkan terapi dialisis baru sekitar
100.000 orang. setiap tahun terdapat 200.000 kasus baru gagal ginjal stadium
akhir, tetapi tidak semua pasien terlayani kebutuhan hemodialisa atau cuci darah,
karena ketersediaan batasan unit mesin dialisis.12
Lebih lanjut Rully menyatakan bahwa saat ini masih banyak masyarakat
yang belum menyadari ancaman gagal ginjal dan tidak segera mengambil langkah
preventif. Lanjut menurut Rully, diperkirakan jumlah pasien gagal ginjal
meningkat dari 19.612 menjadi 100 ribu (antara tahun 2014 sampai 2019).13
Berdasarkan data dari WHO, jumlah yang menerima terapi penggantian ginjal atau
pencangkokan ginjal di seluruh dunia diperkirakan 1,4 juta orang, dengan kejadian
tumbuh 8% pertahun. Namun dikarenakan pencangkokan ginjal memerlukan biaya
yang mahal, pengobatan pencangkokan ginjal sebagian besar didominasi Negara-
negara berpenghasilan tinggi.14
Bagi sebagian pasien gagal ginjal kronik yang perekonomiannya rendah
merasa sulit untuk melakukan transplantasi ginjal. Seperti pemberitaan di media
online mengenai salah satu pasien gagal ginjal kronik yang telah menjalani cuci
darah seminggu dua kali selama 24 tahun. Saat pertama mendengar penjelasan
dokter bahwa harus menjalani cuci darah seminggu dua kali. Jiwanya goncang,
tidak terbayang berapa uang yang harus dikeluarkan untuk satu kali cuci darah.15
10
Suhardjono, Jose Roesma dan Triyani Kresnawan, Booklet Edukasi; Sehat dengan Penyakit Ginjal Kronik, 7.
11Rully Roesli adalah dokter ahli gagal ginjal. Penanganan ini membutuhkan biaya
yang relatif mahal. Apalagi jika penyakit berkembang bersama dengan komplikasi pelbagai
penyakit lainnya. Arief Maulana, Dahlan Iskan Berbagi Cerita tentang Transplantasi Ginjal di UNPAD (Unpad: 30 Maret 2014), diakses melalui http://www.unpad.ac.id/2014/03/
dahlan-iskan-berbagi-cerita-tentang-transpla ntasi-ginjal-di-unpad/ pada tanggal 22 April
2014 pukul 22:09 WIB. 12
Dalam ‚Seminar Pelayanan Kesehatan Yang Efektif dan Efisien Pada Kasus
Gagal Ginjal Terminal‛ yang diadakan oleh PT. Askes di Jakarta. Lusia Kus Anna, Pasien Cuci Darah Terus Meningkat (Jakarta: Kompas, 2013), diakses melalui http://health.
kompas.com/read/2013/06/26/1640186/Pasien.Cuci.Darah.Terus.Meningkat pada tanggal 15
Oktober 2013 pukul 13.34 WIB. 13
Qalbinur Nawawi, 2019, Pasien Gagal Ginjal Diprediksi Capai 100 Ribu
(Okezone: 29 Juni 2013 06:15 WIB), diakses melalui http://health.okezone.com/ read/2013/
06/28/482/829220/2019-pasien pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:12 WIB. 14
Sarah L. White, Steven J. Chad ban, Stephen Jan, Jeremy R. Chapman, and Alan
Cass, How Can We Achieve Global equity in provision of renal replacement therapy ?, 161. 15
Biaya cuci darah rentang antara Rp. 400.000-Rp.600.000, akan tetapi, pasien
gagal ginjal kronik, dapat terbantu dengan subsidi atau bantuan dari pemerintah melalui PT.
Askes yang menjamin sepenuhnya terapi hemodialisa. BPJS INFO, Pembiayaan Dialysis di
4
Di Indonesia terapi hemodialisa bisa dilaksanakan oleh pasien gagal ginjal
kronik yang berpenghasilan ekonomi rendah dengan bantuan subsidi biaya
pengobatan melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ataupun JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional) dari pemerintah.16
Pengobatan gagal ginjal kronis
umumnya dilakukan dengan hemodialisis di fasilitas tertentu yang memiliki sarana
dialysis maupun secara ambulatory dengan Continuous Ambulatory Pertitoneal Dialysis (CAPD). Dari seluruh pasien yang mendapatkan dialysis, hanya 10%
diantaranya yang mendapatkan pelayanan CAPD. Cara lain untuk pelayanan
dialysis adalah dengan transplantasi ginjal namun dengan proporsi kasus yang jauh
lebih kecil.17
Pasien penderita gagal ginjal kronik bukan hanya mengalami kesakitan
pada fisik, kondisi psikis juga terganggu. Hal ini didukung dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Andri terhadap pasien gagal ginjal kronik. Pasien penyakit
gagal ginjal kronik sering mengalami gangguan psikiatrik terkait dengan kondisi
medis umumnya. Gangguan psikiatrik seperti delirium, depresi, kecemasan dan
sindrom disekuilibirium sering dialami oleh pasien gagal ginjal kronik.18
Hal ini,
mengindikasikan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
cenderung rentan terhadap stres dalam menghadapi penyakit yang dialami, karena
merasa terancam akibat penyakit yang sedang diderita.19
Era SJSN (Diakses melalui http://www.bpjs.info/beritabpjs/Pembiayaan_Dialysis_di_Era_
SJSN-3242/ pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:17 WIB. Hemodialisa merupakan
tindakan kedokteran yang memungkinkan seseorang dapat hidup meskipun kedua ginjalnya
yang sudah tidak dapat berfungsi lagi karena satu penyakit. Pusvita Silvia Ningrum, Media Informasi Tentang Hemodialisa (Cuci Darah) Berbasis Multimedia (Studi Kasus: Rumah Sakit Panti Rapih) (Yogyakarta: Naskah Publikasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
dan Komputer AMIKOM Yogyakarta, 2011), 2. 16
Sebelum BPJS dulu disubsidi PT. ASKES (Asuransi Kesehatan) merupakan
badan usaha milik Negara yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
jaminan kesehatan. Baca lebih lanjut dalam: Bagian Hukormas, Perluas Pusat Transplantasi Ginjal di Indonesia (Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI), diakses melalui http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&
view=article &id=375:perluas-pusat-transplantasi-ginjal-di-indonesia&catid= 112:bukr&
Itemid=138 pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:14 WIB. Lihat juga dalam: Dedi Mirwan,
Biaya Perawatan Pasien Ginjal Ditanggung BPJS Hingga Rp. 250 Juta (BPJS Kesehatan:
Senin 17 Maret 2014), diakses melalui http://www.indopos. co.id/2014/03/biaya-perawatan-
pasien pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:13 WIB. 17
BPJS INFO, Pembiayaan Dialysis di Era SJSN, diakses pada tanggal 22 April
2014 pukul 22:17 WIB. 18
Andri, ‚Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik,‛ CDK-203 Vol.
40 No. 4 (2013): 259. 19
Menurut A. Baum, stres adalah pengalaman emosional negatif yang didampingi
oleh reaksi biokimia, perubahan fisiologis, kognitif dan perubahan perilaku yang mengubah
cara penyesuaian diri. Shelley E. Taylor, Health Psychology (New York: McGraw-Hill
Companies, Sixth Edition, 2006), 153.
5
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUP. Fatmawati Jakarta
terhadap pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pasien mengungkapkan ketika mendengar
diagnosa dokter bahwa menderita gagal ginjal kronik dan harus menjalani terapi
hemodialisa. Pasien merasa terkejut mendengarnya dan mencemaskan bagaimana
kehidupanya kedepan nanti. Pasien sempat berpikir, kehidupannya sudah habis dan
tidak ada harapan lagi untuk hidupnya kedepan. Saat proses terapi hemodialisa
mulai berjalan rutin, setiap akan memasuki ruangan hemodialisa, kepalanya seakan
terasa pusing dan pasien sering mengeluh dengan kondisi yang dialami. Saat proses
hemodialisa berlangsung, bila ada yang menyentuh bagian tubuhnya, pasien seakan
merasakan sakit yang berlebihan di bagian tubuh yang tersentuh. Pasien juga
mengalami kesulitan untuk tidur, setelah menderita penyakit gagal ginjal kronik.
Karena pasien mencemaskan kondisi penyakit yang dialami, apakah masih dapat
berkumpul dengan keluarga.20
Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta. Ketika
pasien berada di rumah, menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal kecil yang dianggap
salah. Ditampakkan melalui perilaku yang mudah marah dan perubahan pola
makan.21
Hal ini, mengindikasikan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa cenderung rentan mengalami stres, karena perubahan aktivitas sehari-
hari, serta memikirkan biaya yang akan dikeluarkan dan masa depan kebersamaan
dengan orang-orang terdekat.
Dalam penelitian ini, kata kerentanan yang dimaksud adalah berkonotasi
sama dengan rentan terhadap stres. Berdasarkan pendapat para ahli, Prakash
menyimpulkan kerentanan stres sebagai kemampuan individu terkait dengan tidak
terlindungnya terhadap stres, ketidakmampuan bertahan terhadap stres, kepasrahan
terhadap stres, berisiko terhadap stres, sensitif terhadap stres.22
Lebih lanjut dalam
jurnal Army Medicine, disebutkan bahwa penyebab individu mengalami stres
terdapat tiga kategori utama yaitu dampak meresahkan perubahan, perasaan bahwa
ada kekuatan luar menantang atau mengancam dan perasaan bahwa diri telah
kehilangan kontrol pribadi. Gejala individu yang mengalami stres dapat dilihat dari
tiga kategori umum, ketiga kategori ini saling berhubungan yaitu fisik, mental dan
emosional. Individu yang mengalami stres, mengalami perubahan perilaku seperti
mudah marah, pola makan yang terganggu, perlakuan kasar terhadap orang lain,
peningkatan konsumsi alkohol atau rokok, menyendiri dan belanja berlebihan.23
20
Wawancara dengan seorang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa selama 3 bulan di RSUP Fatmawati Jakarta, tanggal 10 Oktober 2013. 21
Wawancara dengan istri salah seorang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa selama 2 tahun di RSUP Fatmawati Jakarta, tanggal 10 Oktober 2013. 22
Dalam kerentanan terhadap stres seorang individu menjadi sensitif terhadap stres.
Vijay Prakash, ‚A Comparative Study of Stress Vulnerability Between Sports Persons and
Non-Sports Persons,‛ International Educational E-Jounal Volume-III Issue I Jan-Feb-Mar
(2014): 203. 23
Army Medicine, ‚Introduction to Stress Management,‛ Personal Development Track Section 3 (Diakses melalui http://www.mc.edu /rotc/files/5713/1471/5877/
6
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Durak dan Sahin,
terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan kerentanan stres, diantaranya: 1)
Faktor menerima dan memberikan dukungan sosial (Sosial); 2) Faktor menyiapkan
beberapa waktu hanya untuk diri sendiri (Psikologis); 3) Faktor kegiatan terhadap
tubuh (Fisiologis).24
Secara teknis psikologik, menurut Gunarya stres adalah suatu
respon penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau
mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stres merupakan suatu respon
fisiologik ataupun perilaku terhadap stressor hal yang dipandang menyebabkan
cekaman, gangguan keseimbangan, baik internal maupun eksternal.25
Menurut Hawari, istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan.
Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (disebut
stressor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh. Reaksi
tubuh (fisik) ini dinamakan stres dan manakala fungsi organ-organ tubuh itu
sampai terganggu dinamakan distres. Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan
seseorang terhadap stressor yang dialami. Oleh karena dalam diri manusia itu
antara fisik dan psikis (kejiwaan) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya
saling mempengaruhi. Lebih lanjut, reaksi kejiwaan yang erat hubungannya dengan
stres adalah kecemasan. Kecemasan dan depresi merupakan dua jenis gangguan
kejiwaan yang saling berkaitan. Seseorang yang mengalami depresi seringkali ada
komponen kecemasan, demikian pula sebaliknya. Manifestasi depresi tidak selalu
dalam bentuk keluhan-keluhan kejiwaan, tetapi juga bisa dalam bentuk keluhan-
keluhan fisik.26
Selanjutnya observasi dan wawancara yang dilakukan, bahkan ada pasien
yang menangis karena proses pelaksanaan hemodialisa dan berteriak kesakitan saat
proses hemodialisa berlangsung, serta terlihat pasien yang mengeluh dengan
kondisi yang dideritanya. Akan tetapi, dari wawancara yang dilakukan, ada pasien
bisa bertahan dengan kondisi yang terjadi. Untuk menghilangkan perasaan
kesendirian, pasien melaksanakan ibadah. Dalam konteks agama Islam, seperti
salat, zikir dan puasa. 27
Berdasarkan wawancara dengan seorang pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta. Sering mengalami
kesepian, padahal memiliki anak yang banyak dan telah memiliki cucu. Karena
kesibukan masing-masing keluarga, untuk pergi ke Rumah Sakit, Bapak usia 70
tahun ini pergi sendirian menggunakan angkotan umum. Dibalik kesakitan yang
MSL_101_Personal_Dev_Sect_01_Intro_to_Stress_Management.pdf pada tanggal 11
Oktober 2013 pukul 22.49 WIB): 88-89. 24
Aysegul Durak Batigun and Nesrin H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job
Satisfaction: Two Scales for Job Stress and Health Psychology Research,‛ Turkish Journal of Psychiatry Vol. 17 No. 1 (2006): 7.
25Arlina Gunarya, ‚Manajemen Stress,‛ Modul MD08 TOT Basic Study Skills
Angkatan ke V dan VI (2008): 3. 26
Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa (Jakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, Cet. III, 1997), 43-44. 27
Observasi dan wawancara terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta, tanggal 10 Oktober 2013.
7
dialami, tetap menjalani praktek ibadah. Bahkan menajalani ibadah puasa sunnah
pada saat menajalani terapi hemodialisa. Mengingat Tuhan, membuat dirinya bisa
menerima keadaan yang diderita.28
Dalam setiap kasus individu yang mengalami stres, tidak semua mengalami
gejala dan perubahan perilaku yang sama. Hal ini, disebabkan bagaimana
kemampuan individu dalam memahami kondisi yang sedang dialami. Selain itu,
manajemen stres pada setiap individu juga berbeda, proses pemecahan masalah
atau coping stres pada setiap individu menjadikan dampak stres yang dialami
berbeda. Lazarus dan Folkman mengatakan coping adalah cara mengelola tuntutan
(eksternal atau internal) yang dinilai sebagai berat atau melebihi sumber daya
orang tersebut. Lebih lanjut, Lazarus dan Launier mengatakan coping terdiri dari
usaha, baik berupa tindakan, berorientasi dan intrapsikis untuk mengelola (yaitu,
menguasai, mentoleransi, mengurangi, meminimalkan) tuntutan lingkungan
mental dan konflik internal.29
Lebih lanjut menurut Lazarus dan Folkman, strategi coping secara umum
dapat dibedakan menjadi dua yaitu problem-solving coping dan emotion-focused coping. Problem-solving coping adalah strategi coping yang melibatkan upaya
untuk melakukan sesuatu yang konstruktif tentang kondisi stres seperti kondisi
yang merugikan, mengancam atau menantang individu. Sedangkan emotion-focused coping adalah strategi coping yang melibatkan upaya untuk mengatur
emosi yang dikarenakan pengalaman stres.30
Salah satu coping stres yang mulai digunakan dalam aspek kegiatan
penyembuhan pasien medis yaitu pemecahan masalah melalui pendekatan
keagamaan atau coping religius. Menurut Koenig coping religius didefinisikan
sebagai sejauh mana individu menggunakan keyakinan dan praktek ritual
religiusnya untuk menfasilitasi proses pemecahan masalah dalam mencegah atau
meringankan dampak psikologis negatif dari situasi yang penuh stres dan hal ini
membantu individu untuk beradaptasi dalam situasi kehidupan yang menekan.31
28
Dari hasil wawancara yang dilakukan, pasien gagal ginjal kronik mengindikasikan
mengalami stres akibat krisis situasi penyakit yang diderita. Terbiasa dengan kesibukan
yang dilakukan, tiba-tiba di diagnosa dokter untuk menjalani terapi hemodialisa karena
menderita gagal ginjal kronik. Sehingga aktivitas yang dilakukan menjadi terbatas, akibat
dari penyakit yang di derita, ditambah dengan terapi hemodialisa yang harus dijalani secara
rutin yang membuat kondisi psikis semakin menurun. Wawancara dengan seorang pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa selama 6 tahun di RSUP. Fatmawati
Jakarta, konfirmasi yang dilakukan dengan suster perawat, pasien yang menjalani terapi
hemodialisa boleh menjalani puasa dengan syarat kondisi fisik dalam keadaan sehat untuk
melaksanakan puasa, tanggal 10 Oktober 2013. 29
Shelley E. Taylor, Health Psychology, 185-186. 30
Shelley E. Taylor, Health Psychology, 193. 31
Triantoro Safaria, ‚Peran Religious Coping Sebagai Moderator Dari Job
Insecurity Terhadap Stress Kerja Pada Staf Akademik,‛ Jurnal Humanitas Vol. VIII No. 2
Agustus (2011): 158.
8
Selanjutnya menurut Pargament, coping religius sebagai upaya untuk
memahami dan berurusan dengan stres, hidup dalam cara-cara berhubungan
dengan Tuhan.32
Lebih lanjut George, Ellison dan Larson mengungkapkan bahwa
agama dapat mempromosikan kesejahteraan psikologis. Orang-orang dengan iman
agama yang kuat memiliki laporan kepuasan hidup yang lebih besar, kebahagiaan
pribadi yang lebih besar dan lebih sedikit konsekuensi negatif peristiwa traumatis
kehidupan dibandingkan dengan orang-orang yang tidak religius.33
Coping religius diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu positif coping religius dan negatif coping religius.
34 Lebih lanjut menurut Pargament, dalam
pengukuran pendekatan coping religius dapat dilakukan dengan melihat indikator
coping religius yang terdapat di dalam dimensi coping religius yaitu: 1)
Menemukan makna; 2) Kontrol diri; 3) Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan;
4) Menjalin hubungan dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan; 5)
Menciptakan perubahan dalam hidup.35
Keterkaitan antara coping religius dengan aspek kehidupan individu yang
menderita suatu penyakit, hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian.
Diantaranya penelitian oleh Zwingmann dan kawan-kawan terhadap pasien
penderita kangker payudara di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara
coping religius dapat mengatasi depresi pada pasien penderita kangker payudara di
Jerman.36
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Hawari bahwa komitmen
agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan
kemampuan untuk mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan (dengan
catatan terapi medis diberikan sebagaimana mestinya). Agama lebih bersifat
protektif dan pencegahan. Komitmen agama mempunyai hubungan yang signifikan
dan positif dengan keuntungan klinis.37
32
Kenneth I. Pargament, Margaret Feuille and Donna Burdzy, ‚The Brief RCOPE:
Current Psychometric Status of a Short Measure of Religius Coping,‛ Journal Religions
Departement of Psychology Bowling Green State University Vol. 2 H. 51-76 (2011): 52. 33
Shelley E. Taylor, Health Psychology, 192. 34
Positif religious coping, melibatkan fokus pemecahan permasalahan melalui
dimensi agama. Tuhan di pandang sebagai dermawan, pemaaf, penuh kasih dan terkendali,
mitra dalam menangani situasi sulit, mendapat dukungan dari jemaah keagamaan, upaya
untuk melakukan perbuatan baik dan menjalani kehidupan yang lebih, adalah bagian dari
positif religious coping. Sedangkan negatif religious coping, melibatkan rasa ketidakpuasan
terhadap agama, Tuhan dipandang tidak memiliki kekuatan, individu tidak perlu meminta
pertolongan Tuhan, sehingga memandang penderitaan datang karena agama. James M.
Nelson, Psychology, Religion, and Spirituality (New York: Springer Science+Business
Media, 2009), 324-325. 35
John E. Fetzer, Multidimensional Measurement of Religiousness /Spirituality for use in Health Research: a Report of The Fetzer Institute/National Institute on Aging Working Group (Kalamazo: Fetzer Isntitute, 2003), 53-55.
36Christian Zwingmann, Markus Wirtz, Claudia Muller, Jurgen Korber and
Sebastian Murken, ‚Positive and Negative Religious coping In German Breast Cancer
Patients,‛ Journal of Behavioral Medicine Vol. 29 No. 6, Springer Science+Business Media.
Inc (2006): 533. 37
Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, 259.
9
Penelitian oleh Mahmoudi dkk, terhadap mahasiswa Universitas Islam
Azad Iran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara coping religius, kesehatan dan gangguan psikologis yang kompleks. Artinya bahwa
keyakinan agama memainkan peran penting dalam pencegahan, pengurangan
emosi dan psikologis disorder.38
Dalam pandangan Islam di dalam alquran, Allah SWT berfirman
bahwasanya orang-orang yang beriman akan mendapatkan penyembuhan dari
gangguan ketenangan jiwa melalui agama terdapat dalam QS. Yunus ayat 57:
Artinya :
‛Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman‛.39
Lebih lanjut dalam pandangan Islam, orang yang beriman dengan
mengingat Allah SWT akan mendapatkan ketentraman hati. Hal ini terdapat
dalam QS. al-Ra’d ayat 28:
Artinya :
‚(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram‛.40
38
G. Mahmoudi, A.G. Ebadi and H. Akbarzadeh, ‚Religious Coping and Anxiety in
Students of Islamic Azad University-Sari Branch, 1999-2000,‛ World Applied Sciences Journal 2 (4) IDOSI Publications (2007): 363.
39Menurut Shihab, ayat ini menegaskan bahwa alquran adalah obat bagi apa yang
terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada yang diartikan dengan hati, menunjukkan
bahwa wahyu-wahyu Ilahi berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani seperti ragu,
dengki, takabur dan semacamnya. Memang, dalam alquran hati ditunjuk sebagai wadah
yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan hati dinilai
sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga yang mampu melahirkan ketenangan dan
kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Volume 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2009),
102. 40
Menurut Shihab, dalam ayat ini dipahami bahwa zikir mengantar kepada
ketentraman jiwa, tentu saja apabila zikir itu dimaksudkan untuk mendorong hati merasa
kesadaran tentang kebesaran dan kekeuasaab Allah SWT. Bukan sekedar ucapan dengan
lidah. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Volume 6, 271-272.
10
Akan tetapi, ada sebagian tokoh psikolog modern yang memandang rendah
peran agama dalam sisi kehidupan. Diantaranya Sigmund Freud menganggap
agama sebagai ilusi, penganutnya mengidap neurosis dan bersifat infantilis.
Pandangan Freud sekaligus menyatakan bahwa agama adalah sesuatu yang sia-sia,
tidak berguna dan merusak perkembangan kepribadian manusia, karena keyakinan
beragama hanya merupakan proses sublimasi dari konflik yang terjadi pada masa
kanak-kanak antara orang tua dan anak yang disebutnya sebagai fenomena oedipus complex.
41
Selanjutnya tokoh yang tidak mempercayai peranan agama adalah
Feuerbach, berpendapat bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi
sebaliknya Tuhan adalah ciptaan angan-angan manusia. Agama hanyalah sebuah
proyeksi manusia. Tuhan, malaikat, surga dan neraka tidak mempunyai kenyataan
pada dirinya sendiri, melainkan hanya merupakan gambar-gambar yang dibentuk
oleh manusia tentang dirinya sendiri.42
Tokoh yang memandang rendah peranan
agama selanjutnya adalah Karl Marx yang mengatakan bahwa manusia yang
membuat agama, bukan agama yang membuat manusia. Agama adalah
perealisasian hakikat manusia dalam angan-angan saja, jadi tanda bahwa manusia
justru belum berhasil merealisasikan hakikatnya. Agama adalah tanda keterasingan
manusia dari dirinya sendiri.43
Dari beberapa tokoh yang menganggap rendah peran agama dalam sisi
kehidupan, ada juga yang menaruh perhatian pada masalah agama dan keimanan
dalam hubunganya dengan aspek kehidupan manusia. Diantaranya adalah Wiliam
James mengatakan bahwa tidak ragu lagi bahwa terapi yang terbaik bagi keresahan
jiwa adalah keimanan kepada Tuhan. Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu
kekuatan yang harus dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam hidup. Lebih
lanjut James mengatakan bahwa antara manusia dan Tuhan terdapat ikatan yang
tidak terputus. Apabila manusia menundukkan diri di bawah pengarahan-Nya, cita-
cita dan keinginan manusia akan tercapai. Manusia yang benar-benar religius akan
terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya dan selalu siap untuk
menghadapi segala malapetaka yang terjadi.44
Selanjutnya Abraham Maslow menyatakan pengalaman keagamaan adalah
peak experience, dalam arti kata psikologi belum sempurna sebelum difokuskan
kembali pada pandangan spiritual agama. Senada dengan Tright menyatakan,
bahwa tradisi keagamaan memberikan jawaban tentang pertanyaan ‛siapa aku‛
41
Abdul Rahman Barakatu, ‚Kritik Terhadap Pandangan Sigmund Freud: Agama
dan Implikasinya Terhadap Pendidikan,‛ Lentera Pendidikan Edisi X, No. 2 Desember
(2007): 153. 42
Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 68.
43Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revisionisme, 72. 44
Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami; Solusi Islam atas Probem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan VIII, 2011), 95.
11
dengan menjawabnya ‛wujud spiritual‛ atau ruh. Praktek keagamaan mengajarkan
penyambungan diri dengan bagian diri yang terdalam.45
Sebagai seorang yang memahami esensi keberagamaanya, pendapat tokoh
psikolog modern seperti Freud, Feuerbach dan Karl Marx yang mengesampingkan
peran agama dalam sisi kehidupan, tidak dapat diterima begitu saja. Dalam
pandangan sebagai sebagai seorang Muslim, hal ini harus dibantah dengan kembali
kepada alquran. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Rum ayat 30. Bahwasanya
secara fitrah, manusia memiliki kesiapan (potensi) untuk mengenal dan beriman
kepada Allah:
Artinya:
‛Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui‛.46
Bukan hanya dilihat dari segi aqidah, psikolog modern yang berasal dari
Barat, teorinya ada yang tidak sesuai dengan daerah timur. Hal ini diungkapkan
oleh Uichol Kim, mengkritisi psikologi Barat yang menyamaratakan pandangan
psikologinya sebagai human universal dengan menawarkan konsep psikologi
pribumi (the indigenous psychology).47
Taylor menyebutkan bahwa agama dapat membantu untuk mengatasi
permasalahan karena dua alasan utama. Pertama, menyediakan sebuah sistem
kepercayaan dan cara berpikir tentang cara mengurangi peristiwa-peristiwa stres
dan memungkinkan individu untuk menemukan makna dan tujuan untuk melalui
stres yang dihadapi. Kedua, menyediakan sumber dukungan sosial. Agama yang
terorganisir sering menganugerahkan rasa identitas kelompok bagi individu, karena
45
Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), 158. 46
Dalam mengomentari QS. al-Rum ayat 30 al-Qurthubi berpendapat ‛Sungguh,
pada materi dasar penciptaan dan tabiat dasar manusia terkandung potensi fitrah untuk
mengenal Allah, beriman kepada-Nya dan mengesakan-Nya. Hal ini bisa diperoleh melalui
pengamatan terhadap makhluk-makhluk Allah yang sangat mengagumkan‛. Muhammad
Utsman Najati, The Ultimate Psychology: Psikologi Sempurna ala Nabi Saw, terjm. Hedi
Fajar, judul asli: al-Hadits an-Nabawi wa ‘Ilm an-Nafs (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008),
30. 47
Menurut Kim, manusia tidak cukup dipahami dengan teori psikologi Barat,
karena psikologi Barat hanya tepat untuk mengkaji manusia Barat sesuai dengan kultur
sekularnya yang melatarbelakangi lahirnya ilmu itu. Untuk memahami manusia di belahan
bumi lain harus digunakan pula basis kultur dimana manusia itu hidup. Achmad Mubarok,
Psikologi Keluarga: Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa (Jakarta: The
International Institute of Islamic Thought Indonesia, 2005), 5.
12
menyediakan jaringan yang mendukung individu untuk berbagi kepercayaan yang
dianut.48
Hasil penelitian Pargament, bahwa agama adalah lebih dari satu cara untuk
mengatasi stres. Hal ini berpotensi berkaitan dengan pelbagai pengalaman
manusia, bukan hanya negatif, namun ditemukan bahwa agama dapat mengatasi
situasi yang menekan (stres).49
Perilaku ibadah dalam konteks agama Islam, seperti
pelaksanaan salat, membaca alquran, berpuasa dan berzikir merupakan sarana
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang
telah diungkapkan sebelumnya, bahwasanya krisis situasi yang dialami dapat
diatasi dengan pendekatan keagamaan, pada hakikatnya dapat mengatasi
kerentanan stres yang dialami.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yaitu:
a. Terjadi perdebatan paradigma berpikir pada komunitas akademik tentang
pendekatan keagamaan dalam aspek kehidupan manusia. Sebagian ahli
menyetujui tapi sebagian lainnya menentang peranan agama dalam aspek
kehidupan manusia.
b. Pengaruh coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal ginjal
kronik.
c. Implementasi coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal
ginjal kronik.
d. Metode coping religius pada pasien gagal ginjal kronik.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka fokus permasalahan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh coping religius,
implementasi coping religius dan paradigma coping religius terhadap kerentanan
stres pada pasien gagal ginjal kronik. Subjek dalam penelitian ini memiliki
karakteristik secara umum yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUP. Fatmawati Jakarta, yang terjadwal dan
terdata mulai periode bulan Agustus tahun 2014.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan
masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien
gagal ginjal kronik di RSUP. Fatmawati Jakarta?
48
Shelley E. Taylor, Health Psychology, 192. 49
Kenneth I. Pargament, The Psychology of Religion and Coping (New York: The
Guilford Press, 1997), 142.
13
b. Bagaimana implementasi coping religius terhadap kerentanan stres pada
pasien gagal ginjal kronik di RSUP. Fatmawati Jakarta?
c. Bagaimana paradigma coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien
gagal ginjal kronik?
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian mengenai coping religius sebelumnya pernah dilakukan,
diantaranya penelitian oleh Mahmoudi dkk, hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan antara coping religius dengan kesehatan dan gangguan psikologis
yang kompleks. Artinya bahwa keyakinan agama memainkan peran penting dalam
pencegahan dan pengurangan emosi dan psikologis disorder.50
Selanjutnya
penelitian mengenai hubungan antara coping religius dengan kebahagiaan
seseorang, dilakukan oleh Lewis dan Cruise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hasil konsisten berhubungan antara coping religius dengan kebahagiaan
seseorang.51
Penelitian oleh Zwingmann dkk, terhadap pasien penderita kangker
payudara di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa coping religius dapat
mengatasi depresi pada pasien penderita kangker payudara di Jerman.52
Selanjutnya penelitian oleh Larson, menunjukkan adanya hubungan antara
komitmen agama dengan penyakit kardiovaskular. Dalam studi yang dilakukan
Larson disebutkan bahwa kelompok yang menjalankan ibadah keagamaan secara
rutin memiliki resiko lebih rendah untuk terkena kardiovaskular.53
Selain itu, penelitian oleh Lindenthal dan Stark, studi yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana suatu penduduk menderita psychological distress. Dari
studi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada penduduk yang religius jauh
kurang menderita stres dibandingkan dengan kelompok penduduk yang kurang
religius.54
Selanjutnya penelitian oleh Safaria, mengenai peran coping religius
sebagai moderator dari job insecurity terhadap stres kerja. Hasil studi
menunjukkan bahwa coping religius memainkan peran penting dalam menurunkan
atau menahan efek stressor kerja pada individu.55
Dari penelitian yang telah
dilakukan, belum ada penelitian sejenis oleh penulis dilihat dari aspek variabel
penelitian dan subjek penelitian.
50
G. Mahmoudi, A.G. Ebadi, and H. Akbarzadeh, ‚Religious Coping and Anxiety
in Students of Islamic Azad University-Sari Branch,‛: 363. 51
Christopher Alan Lewis and Sharon Mary Cruise, ‚Religion and Happiness:
Consensus, Contradictions, Comments and Concerns,‛ Routledge: Mental Health, Religion and Culture Vol. 9 No. 3 H. 213-225 (2006): 213.
52Christian Zwingmann, Markus Wirtz, Claudia Muller, Jurgen Korber and
Sebastian Murken, ‚Positive and Negative Religious coping In German Breast Cancer
Patients,‛: 533. 53
Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, 17. 54
Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, 18. 55
Triantoro Safaria, ‚Peran Religious Coping Sebagai Moderator Dari Job
Insecurity terhadap Stres Kerja Pada Staf Akademik,‛: 155-156.
14
Selain itu, penelitian yang dilakukan beberapa peneliti dengan subjek
penelitian pasien gagal ginjal kronik, sebelumnya pernah dilakukan. Diantaranya
penelitian oleh Hidayati dengan studi kualitatif, untuk melihat pengalaman self-care berdasarkan teori orem pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baiknya pengalaman
informan, tentang penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
melalui pemahaman akan pengalaman riwayat dahulu.56
Selanjutnya, penelitian oleh Afnia dengan tujuan untuk melihat hubungan
antara dukungan sosial dengan tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.57
Penelitian
Iskandarsyah, dengan metode korelasional, hasil yang di dapatkan menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara health locus control dengan
tingkat depresivitas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
R>S. Khusus Ginjal Ny. Habibie Bandung.58
Dari penelitian yang pernah dilakukan mengenai coping religius serta
penelitian dengan subjek pasien gagal ginjal kronik, terdapat perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Perbedaan kajian penelitian yang dilakukan
penulis diantaranya, dari aspek variabel peneltian, yaitu penelitian yang dilakukan
penulis untuk melihat pengaruh coping religius (sebagai variabel X) terhadap
kerentanan stres (sebagai variabel Y), selanjutnya fokus penelitian sebagaimana
yang disebutkan pada pembatasan masalah, metodologi penelitian dan tempat
subjek penelitian tidak serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
lain.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan, yaitu untuk mengetahui:
1) Pengaruh coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal ginjal
kronik di RSUP Fatmawati Jakarta.
2) Implementasi coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal
ginjal kronik di RSUP Fatmawati Jakarta.
3) Paradigma coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal ginjal
kronik.
56
Wahyu Hidayati, ‚Pengalaman Self-Care Berdasarkan Teori Orem Pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis,‛ Jurnal Nursing Studies Vol. 1 No. 1
H. 244-251 (2012): 244. 57
Rani Afnia Sinaga, ‚Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Tingkat Depresi
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Menjalani Hemodialisa,‛ PSIK UNRI (2012). Diakses melalui http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789
/1877/1/JURNAL%20RA NI.pdf pada tanggal 13 Oktober 2013 pukul 09.22 WIB. 58
Aulia Iskandarsyah, ‚Hubungan Antara Health Locus Control dengan Tingkat
Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RS. R.A. Habibie Bandung,‛ Laporan Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Hal. 1-43 (2006): 1.
15
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagaimana diterangkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian yang dilakukan diharapkan akan bermanfaat bagi Institusi dan
pengembangan integrasi antara Psikologi Islam dan Psikologi Klinis, khususnya
informasi tentang peranan coping religius sebagai solusi mengatasi kerentanan
stres pada pasien penyakit kronis.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa, untuk mempertahankan intensitas
pelaksanaan ibadah dan meningkatkan pemahaman dan penghayatan keagamaan,
sehingga dapat mengelola stres untuk menyikapi pelbagai permasalahan kehidupan
yang dihadapi. Serta bermanfaat untuk Institusi tempat penelitian yaitu RSUP.
Fatmawati Jakarta, sebagai masukan kepada tenaga medis dan keluarga pasien
untuk meningkatkan dan mempertahankan hubungan yang baik kepada pasien,
bukan hanya memberikan bantuan medis, akan tetapi memberikan penguatan
psikologis dan spiritual pasien.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Setiap penelitian memiliki ciri khas dan kriteria tertentu, penelitian yang
akan dilakukan merupakan jenis penelitian kombinasi atau mix methods dengan
model explanatory sequential design yaitu penelitian kombinasi yang dilakukan
dengan cara dua tahapan. Pada tahapan pertama pengumpulan data kuantitatif dan
kemudian mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau
menguraikan hasil penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memberikan hasil
gambaran umum dari masalah penelitian. Sedangkan pendekatan kualitatif untuk
memperkuat analisis yang telah di dapatkan, diperlukan untuk memperbaiki,
memperluas atau menjelaskan gambaran umum.59
2. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian. Pertama variabel
independent (X) yaitu coping religius yang terdiri dari menemukan makna, kontrol
diri, kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan, menjalin hubungan dengan orang
lain dan kedekatan dengan Tuhan dan menciptakan perubahan dalam hidup. Kedua
variabel dependent (Y) yaitu kerentanan stres yang terdiri dari faktor sosial, faktor
psikologis dan faktor fisiologis. Maka kerangka variabel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada bagan 1:
59
Menurut Creswell dan Plano Clark penelitian kombinasi adalah prosedur untuk
mengumpulkan, menganalisis dan pencampuran antara metode kuantitatif dan kualitatif
dalam studi tunggal atau serangkaaian penelitian untuk memahami masalah penelitian. John
W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th Edition (Boston: Pearson, 2012), 535 dan 542.
16
Bagan 1. Kerangka Variabel Penelitian
3. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk mendeskripsikan konsep teoretik
kedalam bentuk yang dapat di ukur, guna menghindari salah penafsiran.
Coping religius yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah usaha pasien
gagal ginjal kronik untuk bertahan dan mengatasi kerentanan stres yang dialami
melalui pendekatan keyakinan beragama dan aktivitas keagamaan untuk
menemukan makna, pengontrolan diri, mendapatkan kenyamanan, serta menjaga
hubungan sosial dan menciptakan perubahan dalam hidup. Untuk mengukur coping religius pada subjek penelitian ini, menggunakan skala yang disusun sendiri oleh
penulis berdasarkan pengembangan skala coping religius dari Kenneth I.
Pargament yaitu The RCOPE, terdiri dari dimensi coping religius yaitu: 1)
Menemukan makna; 2) Kontrol diri; 3) Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan;
4) Menjalin hubungan dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan; 5)
Menciptakan perubahan dalam hidup.60
Sedangkan kerentanan stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keadaan psikologis yang rentan merasa tertekan, disertai oleh keluhan fisik dan
gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh
penyakit fisik yang berkesinambungan pada pasien gagal ginjal kronik. Untuk
mengukur kerentanan stres pada subjek penelitian ini, menggunakan skala yang
disusun sendiri oleh penulis berdasarkan pengembangan skala kerentanan stres dari
Miller dan Smith yaitu Stress Vulnerability Self-Test (SVS-T) yang diadopsi oleh
Durak dan Sahin terdiri dari 20 aktivitas kehidupan sehari-hari individu yang
berhubungan dengan faktor berisiko terhadap kerentanan stres yaitu: 1) Faktor
menerima dan memberikan dukungan sosial (Sosial); 2) Faktor menyiapkan
beberapa waktu hanya untuk diri sendiri (Psikologis); 3) Faktor kegiatan terhadap
tubuh (Fisiologis).61
60
John E. Fetzer, Multidimensional Measurement of Religiousness /Spirituality for use in Health Research, 48-49.
61Lebih lanjut, akan dijelaskan pada sub bab metode pengumpulan data. Lyle
Miller and Alma Dell Smith, ‚Stress Vulnerability Self-Test,‛ Berkeley Wellness Letter (1985). Diakses melalui http://www.unmc.edu/media /stucouns/docs/stress_vulnerability
17
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisa RSUP. Fatmawati Jakarta dan
kediaman rumah pasien gagal ginjal kronik. Penelitian ini berlangsung dari tanggal
21 Juli 2014 sampai dengan tanggal 12 Februari 2015. Mulai dari persiapan
penelitian, pengambilan data dan pengolahan analisis data.
5. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Sugiyono mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.62
Selanjutnya Azwar mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak
dikenai generalisasi hasil penelitian.63
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari pasien gagal ginjal
kronik yang diharuskan dokter spesialis penyakit dalam untuk rutin menjalani
terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta yang terdata pada periode bulan
Agustus tahun 2014 yang berjumlah 90 pasien.64
Populasi dalam penelitian ini
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Individu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang telah di diagnosa
dokter spesialis penyakit dalam sebagai pasien gagal ginjal kronik dan
diharuskan rutin menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta.
2) Pasien gagal ginjal kronik yang aktif terjadwal dan terdata pada periode bulan
Agustus tahun 2014 di RSUP. Fatmawati Jakarta.
3) Pasien yang beragama Islam (hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan
dalam perspektif agama Islam).
4) Pasien yang minimal berusia 23 tahun. Hal ini dimaksudkan agar alat
pengukuran berupa skala dan wawancara lebih bisa dipahami dan menimbang
hal etik jika meneliti pasien yang belum memasuki usia dewasa.
5) Pasien yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian serta sehat secara psikis
dan fisik saat penelitian berlangsung.
b. Sampel Penelitian
Menurut Azwar sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel harus
memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi.65
Senada dengan Sugiyono, sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.66
_test. pdf pada tanggal 30 Oktober 2013 pukul 10.09 WIB. Lihat juga Aysegul Durak
Batigun and Nesrin H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job Satisfaction: Two Scales for Job
Stress and Health Psychology Research,‛: 7. 62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2013), 119.
63Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 77.
64Jumlah pasien diketahui berdasarkan informasi dari suster di Ruang Unit
Hemodialisa RSUP. Fatmawati Jakarta. 65
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, 79.
18
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
random sederhana.67
Menurut Arikunto, pengambilan sampel secara random,
peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek
dianggap sama. Maka, peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
dipilih menjadi sampel.68
Senada dengan Sugiyono, dikatakan random sederhana
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.69
Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan
Newton. Maka dengan jumlah populasi 90 pasien dengan menggunakan taraf
kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 72 pasien.70
Akan
tetapi, fakta dilapangan saat pengambilan data kuantitatif hanya 62 pasien yang
berhasil dikumpulkan datanya. Hal ini dikarenakan, pada saat penelitian kondisi
pasien sedang tidak memungkinkan untuk berpartisipasi dalam penelitian, ada
beberapa pasien yang meninggal, serta ada pasien yang belum bersedia
berpartisipasi dalam penelitian. Selain itu untuk mengganti subjek penelitian
dengan pasien yang lainnya, hal ini juga tidak dapat dilakukan, karena menimbang
kondisi pasien serta ada beberapa pasien yang meninggal dunia.
Selanjutnya untuk kebutuhan uji coba alat ukur skala dalam penelitian ini,
menggunakan teknik uji coba alat ukur secara bersamaan dengan penelitian atau
yang disebut try out terpakai. Menurut Widhiarso, try out terpakai yaitu
penggabungan kegiatan pengembangan alat ukur dan penelitian dalam satu
kegiatan. Data yang di dapatkan dari sampel, dipakai untuk analisis psikometris
sekaligus analisis statistika.71
Senada dengan Setiadi, Matindas dan Chairy
menyatakan try out terpakai merupakan istilah yang digunakan untuk proses
penelitian menggunakan sampel sama dengan sampel yang digunakan untuk
menguji reliabilitas dan validitas alat ukur. Dengan menggunakan try out terpakai
artinya peneliti hanya menyebarkan skala sebanyak satu kali.72
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 120.
67Penggunaan teknik random sampling sesuai digunakan dalam populasi yang tidak
terlalu besar. Explorable, ‚Random Sampling,‛ Explorable.Com 13 Juli (2009). Diakses
melalui https://explorable.com/simple-random-sampling?gid=1578 pada tanggal 03 Juli
2014 pukul 21:15 WIB. 68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 177. 69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 122.
70Tabel penentuan sampel dari Isaac dan Newton dengan taraf kesalahan 1%, 5%
dan 10 % dapat dilihat di lihat dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 131.
71Wahyu Widhiarso, ‚Apa Beda Psikometri dan Statistika?,‛ Fakultas Psikologi
UGM, 13 November (2010). Diakses melalui http://widhiarso.staff. ugm.ac.id/wp/apa-beda-
psikometri-dan-statistika/ pada tanggal 03 Juli 2014 pukul 16:04 WIB. 72
Audy Ayu Arisha dan Tience Debora Valentina, ‚Hubungan Kelekatan Orangtua-
Remaja Dengan Kemandirian Pada Remaja di SMKN 1 Denpasar,‛ Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1 No. 1 H. 181-189 (2013): 185.
19
Uji coba terpakai dilakukan karena penulis belum menemukan subjek
individu yang memiliki karakteristik yang sama disekitar tempat penelitian, serta
subjek dalam populasi penelitian juga terbatas. Selain itu memperhatikan aspek
etika kesehatan terhadap pasien, karena yang diteliti adalah seorang pasien yang
sewaktu-waktu keadaannya bisa berubah, maka untuk diadakan uji coba ulang
perlu pertimbangan yang bijak. Selain itu, keterbatasan waktu dan keterbatasan
dana penelitian juga menjadi alasan mengapa dilakukan try out terpakai dalam
pengujian alat ukur penelitian ini.73
Walaupun menggunakan try out terpakai, penulis tetap menguji validitas
dan reliabilitas item-item skala dalam penelitian ini. Skala dalam penelitian ini
juga telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para ahli (judgment experts),
yaitu selaku ahli di bidang Psikologi Islam (pembimbing) dan ahli selaku Tim Kaji
Etik Penelitian Kesehatan, meliputi pemeriksaan telaah aspek materi, konstruksi
dan bahasa telah ditelaah para ahli dan dinyatakan layak digunakan dalam
penelitian ini.74
Selain itu, try out terpakai dimungkinkan dalam penelitian ini karena skala
dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari alat ukur yang telah diuji
reliabilitas dan validitasnya berkali-kali pada beberapa penelitian sebelumnya
dengan menggunakan subjek yang beragam. Selanjutnya, dikarenakan penelitian
ini merupakan jenis penelitian kombinasi atau mix methods, maka dari 62
partisipan dalam penelitian tahap pertama (kuantitatif) diambil 2 pasien untuk
peneltian ke dua (kualitatif).
6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini bersumber
dari data primer dan data skunder.75
Data primer berasal dari metode skala,
sedangkan data sekunder berasal dari metode wawancara, metode observasi dan
metode dokumentasi. Untuk memperjelas metode pengumpulan data dalam
penelitian ini, akan dijelaskan sebagaimana berikut:
73
Menurut Sugiyono pengujian instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari
mana populasi diambil (pengujian pengalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas
external). Jumlah anggota sampel yang digunakan untuk pengujian sekitar 30 orang.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 172. 74
Menurut Sugiyono untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat
dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini, setelah instrumnet dikonstruksi tentang aspek-
aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah
disusun. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris
dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrument tersebut
dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan
untuk pengujian sekitar 30 orang. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 172.
75Menurut Azwar, data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, 91.
20
a. Metode Skala
Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh
penulis berdasarkan pengembangan dari konsep teoritiknya dengan menggunakan
model skala Likert.76
Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu skala
coping religius dan skala kerentanan stres. Skala dalam penelitian ini memiliki 5
alternatif jawaban dan masing-masing diberi skor sesuai dengan jenis
pernyataannya yaitu jenis pernyataan yang mendukung (favourable) dan jenis pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Alternatif jawaban dan skor
item dalam penelitian ini selengkapnya diterangkan pada tabel 1:
Tabel 1. Alternatif Jawaban dan Skor Item Skala Penelitian
Pernyataan Favourable Skor
Item Pernyataan Unfavourable
STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 SS (Sangat Sesuai)
TS (Tidak Sesuai) 2 S (Sesuai)
AS (Agak Sesuai) 3 AS (Agak Sesuai)
S (Sesuai) 4 TS (Tidak Sesuai)
SS (Sangat Sesuai) 5 STS (Sangat Tidak Sesuai)
Skala dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas sebelum digunakan dalam analisis data penelitian menggunakan
bantuan program SPSS versi 12.0 for Windows. Validitas dalam pengertiannya
yang paling umum adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan
fungsi ukurnya.77
Jenis uji validitas yang digunakan adalah validitas konstrak.
Menurut Azwar, uji validitas konstrak yaitu sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya.
78
Untuk menguji validitas konstrak dalam penelitian ini dilakukan dengan
dua tahap. Pertama dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para ahli (judgment experts) yaitu selaku ahli di bidang Psikologi Islam (pembimbing) dan ahli selaku
Tim Kaji Etik Penelitian Kesehatan, meliputi pemeriksaan telaah aspek materi,
konstruksi dan bahasa telah ditelaah ahli dan dinyatakan layak.79
Setelah disetujui,
maka langkah kedua adalah alat ukur diujicobakan dengan menggunakan teknik uji
coba atau try out terpakai, artinya pelaksanaan uji coba dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan penelitian sesungguhnya.80
76
Model skala Likert disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan
negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, 97.
77Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), 7. 78
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 175. 79
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 172.
80Ario Wiratmoko, ‚Pengaruh Kegiatan Ekstrakulikuler Robotika Terhadap
Kecerdasan Emosional Siswa di SMK Negeri 3 Yogyakarta,‛ Jurnal Penelitian Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (2012): 8.
21
Subjek uji coba instrument ukur diambil dari sampel penelitian yang
berjumlah 62 responden yang dilaksanakan di ruang Unit Hemodialisa RSUP
Fatmawati Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2014 sampai dengan 29 Agustus 2014.
Kaidah dalam menentukan data butir item yang dikatakan valid berdasarkan
koefisien korelasi item total. Azwar menyatakan bahwa analisis butir item
dikatakan valid dengan melihat kriteria koefisien korelasi nilai rix ≥ 0,30 maka data
butir item dikatakan valid.81
Sedangkan reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran,
dengan demikian pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah yang mampu
memberikan hasil ukur terpercaya atau reliabel.82
Jenis uji reliabilitas yang akan
digunakan adalah pengujian internal consistency. Menurut Sugiyono, pengujian
internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis
dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.83
Teknik uji reliabilitas yang akan digunakan adalah teknik reliabilitas alpha cronbach. Data untuk menghitung koefesien reliabilitas alpha cronbach diperoleh
lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada
sekelompok responden. Dengan menyajikan satu skala hanya satu kali, maka
problem yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang dapat
dihindari.84
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen berdasarkan pendapat Sugiyono
yang menyatakan suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila koefisien reliabilitas
minimal 0,6.85
Senada dengan Azwar yang menyatakan bahwa koefesien
reliabilitas rxx′ yang angkanya dengan taraf signifikan rentang antara 0-1,00 maka
data yang mendekati taraf signifikan 0-1,00 dikatakan reliabel.86
Skala dalam
penelitian ini diterangkan sebagai berikut:
1) Skala Coping Religius
Skala coping religius dalam penelitian ini disusun sendiri oleh penulis
berdasarkan pengembangan skala coping religius dari Kenneth I. Pargament yaitu
The RCOPE, terdiri dari dimensi coping religius, yaitu: 1) Menemukan makna; 2)
Kontrol diri; 3) Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan; 4) Menjalin hubungan
dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan; 5) Menciptakan perubahan dalam
hidup.87
Skala coping religius dalam penelitian ini terdiri dari 25 item pernyataan
dengan jenis skala sikap model Likert yang terbagi menjadi item positif coping
81
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 65. 82
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 83. 83
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 179.
84Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 87.
85Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods), 184. 86
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 83. 87
John E. Fetzer, Multidimensional Measurement of Religiousness /Spirituality for use in Health Research, 48-49.
22
religius atau pernyataan yang mendukung (favourable) sebanyak 15 item dan item negatif coping religius atau pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable)
sebanyak 10 item.
Keampuhan dan kehandalan dari skala coping religius (The RCOPE) dari
Kenneth I. Pargament sebelumnya pernah diuji oleh Fiona Mawson. Skala coping
religius yang dikembangkan oleh Mawson dalam penelitiannya terdiri dari 17 sub-
skala dengan 105 item pernyataan. Dari hasil validasi skala coping religius yang
digunakan kepada dua sampel perguruan tinggi N = 540 dan sampel lansia yang
dirawat di rumah sakit N = 551. Pengujian konsistensi internal yang dilakukan
dalam penelitian Mawson (α = 0,61-0,94) dengan hanya dua faktor di bawah α =
0,80.88
Hal ini menandakan bahwa alat ukur skala The RCOPE ini cukup baik dan
handal.
Selanjutnya Minsun Lee juga pernah melakukan pengujian kehandalan dan
keampuhan skala The RCOPE dari Pargament. Skala coping religius yang
dikembangkan oleh Lee dalam penelitiannya terdiri dari 21 sub-skala dengan 3
item untuk setiap sub-skala yang mewakili positif coping religius dan negatif
coping religius. Sampel dalam penelitian yang dilakukan Lee adalah individu yang
didiagnosis HIV atau AIDS di kota Philadelphia, N = 200. Pengujian konsistensi
internal yang dilakukan dalam penelitian Lee di dapatkan koefisien α dari .80 atau
lebih besar di antara sampel perguruan tinggi dan α sebesar 0,65 atau lebih besar di
antara sampel medis.89
Hal ini menandakan skala The RCOPE cukup baik dan
handal.
Selain itu penulis sendiri melakukan pengujian validitas dan reliabilitas
skala coping religius yang dipakai dalam penelitian ini. Setelah dilakukan uji
validitas terhadap skala coping religius yang berjumlah 25 butir item, diperoleh 17
item yang memenuhi batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dianggap valid atau layak
untuk digunakan dalam penelitian dan analisis data selanjutnya. Sedangkan 8 item
sisanya tidak mencapai batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dinyatakan gugur atau
tidak layak digunakan untuk penelitian.
Butir item skala coping religius yang valid berdasarkan nilai rix ≥ 0,30 yaitu
item: 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 23. Sedangkan butir item skala coping religius yang gugur tidak mencapai nilai rix ≥ 0,30 yaitu item: 5, 6, 11,
15, 16, 17, 24, 25.90
Setelah butir item skala coping religius yang tidak valid
digugurkan, maka angka reliabilitasnya meningkat dari nilai rxx′ 0,806 menjadi
nilai rxx′ 0,839.91
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, maka skala coping religius yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya untuk
memperjelas sebaran butir item skala coping religius yang valid dan gugur,
sebagaimana diterangkan pada tabel 2:
88
Fiona Mawson, ‚Sweat Ceremony: Religious Coping Styles, Psychological
Wellbeing and Spirituality,‛ Monash University: Thesis Master Of Psychology (2011): 29-
30. 89
Minsun Lee, ‚Religious Coping, Depression, and Quality of Life in People Living
With HIV/AIDS,‛ Drexel University: Dissertation Doctotate in Philosophy (2012): 30-31. 90
Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping religius‛. 91
Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Religius‛.
23
Tabel 2. Sebaran Butir Item Skala Coping Religius
Dimensi Coping Religius
Sebaran Nomor Item Jumlah
Item
Valid
Jumlah
Item Gugur
Favourable Unfafourable
Menemukan makna 1, (11), 21 (6), (16) 2 3
Kontrol Diri 2, 12, 22 7, (17) 4 1
Kenyamanan dan Kedekatan
dengan Tuhan
3, 13, 23 8, 18 5 0
Menjalin Hubungan dengan
Orang Lain dan Kedekatan
dengan Tuhan
4, 14, (24) 9, 19 3 1
Menciptakan Perubahan
Dalam Hidup
(5), (15),
(25)
10, 20 2 3
Jumlah Total Item 15 10 17 8
Ket: Butir item yang ada di dalam kurung ( ) adalah butir item yang gugur
2) Skala Kerentanan Stres
Skala kerentanan stres dalam penelitian ini disusun sendiri oleh penulis
berdasarkan pengembangan skala kerentanan stres dari Miller dan Smith yaitu
Stress Vulnerability Self-Test (SVS-T) yang diadopsi oleh Durak dan Sahin,
terdiri dari 20 aktivitas kehidupan sehari-hari individu yang berhubungan dengan
faktor berisiko terhadap kerentanan stres yaitu: 1) Faktor menerima dan
memberikan dukungan sosial (Sosial); 2) Faktor menyiapkan beberapa waktu
hanya untuk diri sendiri (Psikologis); 3) Faktor kegiatan terhadap tubuh
(Fisiologis).92
Skala kerentanan stres dalam penelitian ini terdiri dari 20 item pernyataan
dengan jenis model skala Likert, yang terbagi menjadi item pernyataan yang
mendukung (favourable) sebanyak 11 item dan item pernyataan yang tidak
mendukung (unfavourable) sebanyak 9 item. Skala Stress Vulnerability Self-Test (SVS-T) dari Miller dan Smith pernah di uji kehandalanya oleh Durak dan Sahin
dalam penelitian terhadap dua kriteria subjek yang berbeda. Pertama, individu
yang bekerja di bank swasta N = 426, di dapatkan hasil uji reliabilitas nilai rxx 0,74.
Kedua, individu yang bekerja di perusahaan pribadi N = 94, di dapatkan hasil nilai
rxx 0,78.93
Dari kedua hasil uji reliabilitas terhadap skala SVS-T, artinya secara garis
besar alat ukur SVS-T ini cukup baik dan handal. Selanjutnya skala SVS-T dari
Miller dan Smith pernah diuji kehandalan dan keampuhannya dalam penelitian
92
Lyle Miller and Alma Dell Smith, ‚Stress Vulnerability Self-Test,‛ diakses
melalui: http://www.unmc.edu/media/stucouns/docs/stress_vulnerabi lity_test.pdf pada
tanggal 30 Oktober 2013 pukul 10.09 WIB. Lihat juga Aysegul Durak Batigun and Nesrin
H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job Satisfaction: Two Scales for Job Stress and Health
Psychology Research,‛: 7. 93
Aysegul Durak Batigun and Nesrin H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job
Satisfaction: Two Scales for Job Stress and Health Psychology Research,‛: 7.
24
oleh Sanlier dan Unusan terhadap perempuan di Turki N = 889. Skala SVS-T yang
dikembangkan untuk mengukur 13 dimensi gejala primer dan 3 indeks global. Dari
hasil pengujian koefesien reliabilitas internal (alpha cronbach) di dapatkan nilai rxx
0,75. Hal ini menunjukkan, secara garis besar alat ukur SVS-T ini cukup baik dan
handal.94
Selain itu penulis sendiri melakukan pengujian validitas dan reliabilitas
skala kerentanan stres yang dipakai dalam penelitian ini. Setelah dilakukan uji
validitas terhadap skala kerentanan stres yang berjumlah 20 butir item, diperoleh
14 item yang memenuhi batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dianggap valid atau layak
untuk digunakan dalam penelitian dan analisis data selanjutnya. Sedangkan 6 item
sisanya tidak mencapai batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dinyatakan gugur atau
tidak layak digunakan untuk penelitian.
Butir item skala kerentanan stres yang valid berdasarkan nilai rix ≥ 0,30
yaitu item: 1, 2, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 20. Sedangkan butir item skala coping religius yang gugur tidak mencapai nilai rix ≥ 0,30 yaitu item: 5, 6, 8,
9, 14, 15.95
Setelah butir item skala kerentanan stres yang tidak valid digugurkan,
maka angka reliabilitasnya meningkat dari nilai rxx′ 0,722 menjadi nilai rxx′ 0,828.96
Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka skala kerentanan stres yang digunakan
dalam penelitian dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya untuk memperjelas sebaran
butir item skala kerentanan stres yang valid dan gugur, sebagaimana diterangkan
pada tabel 3:
Tabel 3. Sebaran Butir Item Skala Kerentanan Stres
Aspek Kerentanan Stres
Sebaran Nomor Item Jumlah
Item Valid
Jumlah
Item
Gugur Favourable Unfafourable
Menerima dan Memberikan
Dukungan Sosial (Sosial)
1, 7, 13, 18 4, 10, 16 7 0
Menyiapkan Beberapa Waktu
Hanya Untuk Diri Sendiri
(Psikologis)
2, (8),
(14), 19
(5), 11, 17 4 3
Kegiatan Terhadap Tubuh
(Fisiologis)
3, (9),
(15), 20
(6), 12 3 3
Jumlah Total Item 11 9 14 6
Ket: Butir item yang ada di dalam kurung ( ) adalah butir item yang gugur
94
N. Sanlier and N. Unusan, ‚The Relationship Between Body Weight and Stress
and Nutritional Status in Turkish Women,‛ Pakistan Journal of Nutrition 6 (4): 339-334
(2007): 340. 95
Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kerentanan Stress‛. 96
Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Religius‛.
25
b. Metode Wawancara
Menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan.97
Tujuan wawancara dalam penelitian ini untuk
menemukan permasalahan yang lebih khusus dan mengkonfirmasi hasil temuan
hasil data kuantitatif.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak
terstruktur dan wawancara semi struktur. Wawancara tidak terstruktur yaitu
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
Sedangkan Wawancara semi struktur yaitu mula-mula pewawancara menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam
dalam mengorek keterangan lebih lanjut.98
Informan wawancara dalam penelitian
ini yaitu dua orang pasien gagal ginjal kronik yang dianggap dapat mewakili
sampel penelitian, yang dipilih berdasarkan pertimbangan dari hasil data
kuantitaif. Selain itu peneliti juga mewawancarai keluarga pasien, perawat dan
dokter yang merawat pasien gagal ginjal kronik. 99
c. Metode Observasi
Arikunto mengatakan metode observasi merupakan kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.100
Jenis
observasi yang dilakukan menggunakan observasi non sitematis, yaitu dilakukan
oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.101
Teknik
observasi menggunakan teknik pemeran serta sebagai pengamat, peranan peneliti
sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi
masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti menjadi anggota pura-pura, jadi
tidak melebur dalam arti sesungguhnya.102
Dalam penelitian ini, penulis mengobservasi pasien gagal ginjal kronik,
keluarga pasien, perawat dan dokter di Unit Pelayanan Hemodialisa RSUP.
Fatmawati Jakarta. Tujuan pelaksanaan observasi untuk mengungkap deskripsi
tentang pola interaksi dan perilaku pasien, keluarga pasien, perawat dan dokter.
97
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 1991), 135. 98
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, sebelum digunakan
dalam penelitian, telah melalui uji telaah ahli terlebih dahulu. Setelah dinyatakan layak
maka digunakan dalam penelitian. Pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran ‚Pedoman
Wawancara Penelitian‛. Lebih lanjut lihat dalam Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,
270. 99
Subjek wawancara yang diambil dari sampel penelitian memiliki kriteria: 1)
Pasien gagal ginjal kronik rentang usia > 50 tahun, hal ini dilakukan karena berdasarkan
hasil data kuantitatif di dapatkan bahwa pasien rentang usia > 50 tahun cenderung
mengalami kerentanan stres yang paling tinggi secara umum; 2) Pasien berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan; 3) Pasien yang bersedia dan mudah dijumpai. 100
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 199. 101
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 200. 102
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 127.
26
d. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto, metode dokumentasi dalam praktiknya, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.103
Dalam pengumpulan
data melalui metode dokumentasi, penulis mengumpulkan data tentang keadaan
pasien gagal ginjal kronik di Unit Pelayanan Hemodialisa RSUP Fatmawati
Jakarta dan profil pelayanan RSUP. Fatmawati Jakarta terhadap pasien gagal
ginjal.
7. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan.
Tahapan pertama metode analisis data penelitian kuantitatif yang meliputi dua
pengujian yaitu pengujian asumsi dan pengujian hipotesis. Pengolahan data
tahapan penelitian kuantitatif menggunakan bantuan program SPSS versi 12.0 for Windows. Setelah analisis data tahapan pertama terpenuhi dan data kualitatif telah
di dapatkan maka pada tahapan kedua dilakukan metode analisis data kualitatif
dengan menggunakan teknik analisis triangulasi data.
a. Pengujian Asumsi
Pada tahap uji asumsi terbagi menjadi dua tahap pengujian yang meliputi
pengujian normalitas sebaran data dan pengujian linieritas, sebagaimana yang akan
diterangkan sebagai berikut:
1) Uji Normalitas Sebaran Data
Menurut Hadi, uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui
apakah skor variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak.104
Untuk
mengetahui normal atau tidaknya sebaran data, maka dilakukan perhitungan uji
normalitas sebaran dengan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (K-S Z).105
Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data, berdasarkan kaidah dari
Hadi, bahwa data dikatakan berdistribusi normal jika nilai ρ > 0,05, sebaliknya jika
nilai ρ ≤ 0,05 maka sebaranya dinyatakan tidak normal.106
2) Uji Linieritas
Menurut Hadi, uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang akan dianalisis berhubungan secara linier atau tidak. Untuk mengetahui data
dikatakan linier, menurut Hadi, jika kurang dari ρ < 0,05 berarti variabel bebas
berkorelasi linier dengan variabel terikat. Sebaliknya, jika lebih atau sama dengan
ρ > 0,05 berarti variabel bebas tidak berkorelasi linier dengan variabel terikat.107
103
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 201. 104
Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000 (Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 2000), 102. 105
Triton Prawira Budi, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik (Yogyakarta: Andi, 2006), 77.
106Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 102.
107Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 103.
27
b. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini, yaitu melihat pengaruh variabel X (coping religius) terhadap
variabel Y (kerentanan stres) menggunakan analisis regresi. Menurut Hadi, analisis
regresi disingkat anareg, mengemban tugas menguji signifikansi korelasi antara
satu (atau lebih) variabel bebas atau prediktor X dengan satu variabel terikat atau
kriterium Y yang semuanya baik X maupun Y merupakan variabel kontinum.108
Untuk melihat dominasi dan kontribusi dari masing-masing dimensi coping religius terhadap kerentanan stres, maka digunakan analisis regresi berganda
(multiple regression). Menurut Triton regresi berganda adalah analisis regresi
dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.109
Senada dengan Arikunto menyatakan bahwa analisis regresi ganda
(multiple regression) adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat
lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat.
Analisis korelasi dan regresi berganda adalah analisis tentang hubungan antara
satu dependen variabel dengan dua atau lebih independen variabel.110
Selanjutnya
untuk melihat tingkatan signifikansi pengaruh antara dua variabel yaitu variabel
coping religius terhadap variabel kerentanan stres, berdasarkan jika nilai
signifikansi ρ < 0,05 maka dinyatakan signifikan.111
c. Pengujian Triangulasi Data
Dikarenakan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kombinasi
(kuantitatif dan kualitatif). Selain pengujian statistik data empiris yang berasal
dari studi kuantitatif, maka dilakukan teknik analisis data kualitatif menggunakan
teknik analisis triangulasi data. Penggunaan analisis triangulasi untuk memperkuat
hasil temuan data kuantitiaif.
Menurut Moleong, triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang di dapatkan. Pengecekan
data yang dimaksud, untuk membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil temuan dengan
pendapat dan hasil penelitian yang pernah dilakukan, membandingkan hasil
wawancara dengan dokumen yang berkaitan.112
Selanjutnya menurut Creswell,
teknik triangulasi adalah proses menguatkan bukti dari individu yang berbeda,
jenis data (misalnya, catatan lapangan observasional dan wawancara), atau metode
pengumpulan data (misalnya, dokumen dan wawancara) dalam deskripsi dan tema
dalam penelitian kualitatif.113
108
Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 122. 109
Triton Prawira Budi, SPSS 13.0 Terapan; Riset Statistik Parametrik, 132. 110
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 338-339. 111
Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 115. 112
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 178. 113
W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th Edition, 259.
28
d. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis Mayor
Hipotesis mayor dalam penelitian ini bahwa coping religius berpengaruh
negatif terhadap kerentanan stres. Maka dapat dipahami bahwa penelitian ini akan
membuktikan, semakin tinggi coping religius akan berpengaruh dalam menurunkan
kerentanan stres. Sebaliknya, semakin rendah coping religius akan berpengaruh
dalam meningkatkan kerentanan stres.
b. Hipotesis Minor
Hipotesis minor dalam penelitian ini bahwa tingkat kerentanan stres pada
pasien gagal ginjal kronik, memiliki kondisi stres yang berbeda-beda, tergantung
seberapa tinggi tingkat metode coping religius pada setiap pasien dalam
menanggulangi kerentanan stres yang dialami.
G. Sistematika Penulisan Tesis
Penulisan tesis ini, secara terperinci sebagaimana diterangkan sebagai
berikut:114
Bab pertama yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
permasalahan, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Dilanjutkan bab kedua, penulis mengangkat judul besar yaitu konseptual
teoritis coping religius dan kerentanan stres. Dalam bab dua, terdapat sub bab
perdebatan akademik mengenai dekonstruksi kebenaran: Coping religius sebagai
treatment stres. Dilanjutkan dengan kajian teoritis mengenai kerentanan stres: bio-
psiko-sosio-spiritual disorder, yang memaparkan tinjauan teoritis mengenai stres,
faktor-faktor yang mempengaruhi stres dan reaksi terhadap stres. Dilanjutkan
dengan kajian teoritis mengenai pendekatan coping religius yang memaparkan
tinjauan teoritis coping religius sebagai strategi coping stres, dimensi coping religius, ditutup dengan pembahasan tentang manusia dan kebutuhan beragama.
Pada bab ketiga, secara garis besar penulis mengangkat judul besar yaitu
kerentanan stres pada pasien gagal ginjal kronik. Sub bab dalam bab tiga, peneliti
memaparkan konsep teoritis mengenai penyakit gagal ginjal, terapi medis pada
pasien gagal ginjal kronik yang meliputi terapi hemodialisa, terapi peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Selanjutnya peneliti menunjukkan beberapa hasil
temuan penelitian empiris dalam penelitian ini mengenai problem yang dihadapi
pada pasien gagal ginjal kronik. Peneliti juga menunjukkan bukti empiris yang
difokuskan pada analisis data kuantitatif mengenai pengaruh strategi coping religius sebagai faktor penurunan kerentanan stres yang dialami pasien gagal ginjal
kronik.
114
Sistematika penulisan Tesis disusun berdasarkan: Tim Penyusunan Buku
Pedoman, Pedoman akademik; Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015
(Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011). Tim Penyusunan Pedoman Penulisan, Pedoman Penulisan; Bahasa Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes Dalam Karya Ilmiah (Jakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
29
Setelah memaparkan hasil studi kuantitatif dalam bab ketiga. Maka pada
bab keempat, secara garis besar penulis membahas mengenai hasil studi kualitatif
dengan judul besar intervensi coping religius pada pasien gagal ginjal kronik.
Secara terperinci penulis memaparkan coping religius: sebuah upaya islamisasi,
implementasi coping religius: ibadah kepada tuhan dan efektivitas coping religius
dalam mengatasi stres pada pasien gagal ginjal kronik. Selanjutnya, bab kelima
merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Dilengkapi
juga daftar pustaka, lampiran-lampiran analisis data dan surat-surat keterangan
yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian.
30