coping religius dan kerentanan stres pada pasien...

58
COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pengkajian Islam Konsentrasi Psikologi Islam Oleh: Iredho Fani Reza 13.2.00.1.16.01.0021 Promotor Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Upload: phungkhanh

Post on 06-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pengkajian Islam

Konsentrasi Psikologi Islam

Oleh:

Iredho Fani Reza

13.2.00.1.16.01.0021

Promotor

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan
Page 3: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

iii

KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt,

karena telah memberikan penulis pertolongan dan ridho dalam proses penyelesaian

penelitian ini. Selain itu, penelitian ini tidak mungkin terselesaikan tanpa doa dari

seorang Ibu yang sangat penulis sayangi Ibunda Aisyah Sofni, SH yang berjuang

seorang diri setelah kematian Ayahanda alm. Faisol Alwi Ilyas pada tanggal 21

April 2013, demi anaknya untuk menempuh pendidikan strata dua (S2) bidang

Psikologi Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta

adik perempuan penulis Adinda Nadia Combarici, A.md, yang selalu mendukung

kakaknya untuk tetap berjuang dalam menempuh pendidikan, serta Tete Gus

tersayang yang semangat memberi nasihat kepada penulis dalam mempelajari

kesabaran dalam hidup. Serta keluarga besar penulis di Sumatera Selatan dan

Sumatera Barat yang telah memberikan banyak doa serta bantuan materil maupun

non materil penulis ucapkan terima kasih.

Tidak kalah pentingnya, penulis mengucapkan ribuan banyak terima kasih

kepada seorang Ibu dan Nenek dari cucu-cucunya yang telah penulis anggap

sebagai Ibunda sendiri yaitu almh. Prof. Dr. Ismah Salman, M.Hum, beserta

keluarga besar yang telah memberikan penulis fasilitas selama di Jakarta selama

menempuh pendidikan S2, sungguh besar jasa yang diberikan. Terimakasih juga

kepada Fikri Salman, SH beserta keluarga, Luthfi Salman beserta keluarga, Husni

Salman beserta keluarga, atas bantuan baik materi maupun moril kepada penulis.

Jazzakumullah Khoiron Kastiron.

Penelitian ini dapat diselesaikan dan dapat menjadi mungkin dilaksanakan

karena dorongan semangat serta kesabaran Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si, yang

bersedia menjadi pembimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Selain

itu, penulis mengucapkan terima kasih atas kritikan dan saran yang membangun

dari Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr.

Suwito, MA., Prof. Dr. Yunan Yusuf, MA., Prof. Dr. MK. Tajuddin, Sp.And., Prof.

Dr. Sukron Kamil, MA., Prof. Dr. Said Agil Al-Munawar, MA., Prof. Dr. Achmad

Mubarok, MA., Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA., Dr.

Asep Saepudin Jahar, MA., Dr. Arif Sumantri, M.Kes., Dr. Suparto, Ph.D., Dr. M.

Zuhdi, M.Ed, Ph.D., Dr. Ali Munhanif, atas kritikan dan saran. Sehingga penulis

banyak mendapatkan ilmu mengenai penulisan karya ilmiah.

Penulis berterima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yaitu Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yaitu Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., beserta Ketua

Program Magister Dr. JM. Muslimin, MA., dan ketua Program Doktoral Prof. Dr.

Didin Saepudin, MA., yang telah memprogram proses belajar mengajar yang baik.

Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Drg. Setiawaty, M.Kes, selaku

Direktur Umum, SDM dan Pendidikan yang telah memberikan penulis izin

melakukan penelitian di RSUP. Fatmawati Jakarta. Beserta dokter, suster, pasien

dan keluarga pasien yang turut membantu penulis. Sehingga terlaksanannya

penelitian dengan lancar (2014-2015).

Page 4: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

iv

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan sejawat selama

menempuh pendidikan program Magister di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terkhusus angkatan 2013. Diantaranya penulis sebutkan yaitu

Eko, Rizki, Autsaman, Aufa, Harmathilda, Yayah, Ami, Ayu, Niki, Negsih, Masna,

Nia, Lena, Amsi, Munjin, Julkarnain. Rekan Magister lainnya beda angkatan yaitu

Rifqiyatunnisa, Aunur Rofiqoh, Khoiruddin, Hizbullah, San-San dan Alfauzi.

Terima kasih juga kepada Ainun Nasikh yang telah bersedia meminjamkan

motornya sehingga mempermudah penulis melakukan penelitian.

Terima kasih kepada rekan-rekan program Doktor yang menjadi teman

diskusi diantaranya penulis sebutkan yaitu Abrar Parinduri, Lia Kian, Fimen

Mansir, Sofyan Abbas, Sanurdi, Saparudin, Satiri, Adzan Noor, Ramadanita dan

Syahida Rena. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Guru-guru sewaktu

menempuh pendidikan S1 di IAIN Raden Fatah Palembang (2008-2013). Disini

tidak semua penulis sebutkan, tapi diantaranya Prof. Dr. Ris’an Rusli, MA, Dr. Alfi

Julizun azwar, MA, Dr. Mustofa Kailani, M.Pd.I, Dr. Muhammad Noupal, M.Ag.,

Dr. Muh. Muwangir, M.Ag, Drs. Abu Mansur, M.Pd.I., H. John Supriyanto, M.A.,

Ema Yudiani, S.Psi, M.Si, Psikolog, Listya Istiningtyas, S.Psi, M.Psi, Muhammad

Uyun, M.Si, Psikolog, Budiman, M.Si, Psikolog, Halimatussadiyah, M.Ag,

Uswatun Hasanah, S.Ag, M.Si, Deddy Ilyas, M.Us, Hedhri Nadhiran, M.Ag,

Zaharuddin, M.Ag, Zainal Fikri, Psikolog, masih banyak lagi guru yang berjasa

dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan dalam kesempatan ini.

Penulis mohon maaf dan mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu yang telah

diberikan.

Tidak lupa jua penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman di Kota

Palembang yaitu Tela, Frianti, Ian, Dimas, Febri, Hermansyah, Hexa Puteri,

Leonardo Tambunan, Fitri, Laksamana Dimas, Kak Yudi Armansyah, Kak Imam

Santosa, Kak Prasetio Nugraha, yang selalu menjalin komunikasi walaupun jarak

dan waktu memisahkan kita. Selain itu terima kasih kepada Adinda Magfiroh

Muhammad dalam mengisi hari-hari penulis dengan memberikan dukungan

semangat. Sebenarnya masih banyak nama-nama yang berjasa dalam membantu

penyelesaian buku ini. Penulis mohon maaf tidak dapat disebutkan semua disini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga kebaikan semuanya dibalas oleh

Allah Swt.

Penulis menerima saran dan kritikan yang membangun, guna menambah

pembahasan dan wawasan kita bersama. Penulis berharap, buku ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan keilmuwan di bidang Psikologi Islam dan Psikologi

Klinis mengenai pendekatan coping religius dalam mengatasi kerentanan stres pada

pasien kronis. Sehingga dapat menghasilkan sinergi antara tindakan medis dan

pendekatan keagamaan dalam menanggulangi problematik yang dihadapin individu

yang mengalami bio-psiko-sosial-spiritual disorder. Amin.

Jakarta, Juni 2015

Iredho Fani Reza

Page 5: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

v

MOTO:

‚DALAM MENYELESAIKAN SUATU PEKERJAAN PERLU ADANYA

TEKAD, KEMAUAN DAN USAHA DISERTAI BERDO’A KEPADA ALLAH

SWT UNTUK MENYELESAIKANNYA‛

(Iredho Fani Reza)

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Agama, Negara dan Bangsa Republik Indonesia

Papa Alm. Faisol Alwi Ilyas dan Mama Aisyah Sofni, SH

Adek Nadia Combarici, A.md dan Tete Gus Tersayang

Keluarga Besar di Palembang, Sumatera Barat, Bangka dan Jakarta

Adinda Magfiroh Muhammad

Pemerhati Psikologi Islam di seluruh Dunia

Page 6: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

vi

Page 7: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Iredho Fani Reza

Nim : 13.2.00.1.16.01.0021

Konsentrasi : Psikologi Islam

Judul Tesis : Coping Religius Dan Kerentanan Stres Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik

Promotor : Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si.

Menyatakan bahwa tesis ini yang terdiri dari Bab 1 – Bab 5 beserta

kelengkapan lainnya yang mendukung hasil penelitian. Sebelum diverifikasi oleh

dosen lain, telah diverifikasi dan disetujui pembimbing dalam tesis ini, yaitu oleh

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si. Pada hari Selasa tanggal 16 Juni 2015. Adapun tesis

ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verifikasi meliputi:

1. Saran-saran saat ujian pendahuluan tesis sudah dilaksanakan (Acc)

2. Perhatikan penulisan dalam tesis.

Demikian surat pernyataan ini di buat agar dapat dijadikan pertimbangan

untuk menempuh Ujian Promosi Tesis.

Jakarta, 23 Juni 2015

Saya yang membuat pernyataan,

Iredho Fani Reza

Nim. 13.2.00.1.16.01.0021

Page 8: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

viii

Page 9: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

ix

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Iredho Fani Reza

Nim : 13.2.00.1.16.01.0021

Konsentrasi : Psikologi Islam

Judul Tesis : Pengaruh Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik

Promotor : Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Si.

Menyatakan bahwa tesis ini yang terdiri dari Bab 1 – Bab 5 beserta

kelengkapan lainnya yang mendukung hasil penelitian. Telah diverifikasi oleh Dr.

JM. Muslimin, MA. Pada hari Senin tanggal 22 Juni 2015. Adapun tesis ini telah

diperbaiki sesuai dengan saran verifikasi meliputi:

1. Perhatikan teknik penulisan dalam tesis.

2. Perhatikan kembali kelengkapan hasil penelitian.

Demikian surat pernyataan ini di buat agar dapat dijadikan pertimbangan

untuk menempuh ujian Promosi Tesis.

Jakarta, 23 Juni 2015

Saya yang membuat pernyataan,

Iredho Fani Reza

Nim. 13.2.00.1.16.01.0021

Page 10: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

x

Page 11: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xi

Page 12: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xii

Page 13: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xiii

Page 14: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xiv

Page 15: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xv

Page 16: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xvi

Page 17: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xvii

ABSTRAK

Penelitian ini membuktikan bahwa coping religius melalui hubungan

kedekatan dengan Tuhan dan sesama manusia dapat meminimalisir atau bahkan

menghilangkan kerentanan stres. Dalam artian bahwa individu dengan penyakit

kronis yang memiliki tingkat pemahaman dan penghayatan keberagamaan yang

tinggi, lebih kecil resiko terhadap kerentanan stres. Hal ini diketahui berdasarkan

analisis multiple regression yang menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000

yang berarti suatu model signifikan. Karena nilai p < 0,05 dan didapatkan nilai

koefisien korelasi r = - 0,649, serta berkontribusi mengurangi kerentanan stres

sebesar 42,2% (R Square = 0,422 = 42,2%).

Hasil penelitian ini menolak pendapat tokoh psikologi seperti Sigmund

Freud dan penelitian kontemporer oleh Getz, Rule dan Clay Routledge yang

memandang agama sebagai sisi negatif terhadap kesehatan jiwa individu. Individu

yang beragama dianggap sebagai penderita neurosis, mengalami delusi, penyakit

psikotik dan ada kemiripan dengan penyakit sindrom otak organik, serta agama

dapat bersifat mematikan.

Penelitian ini mendukung pendapat William James dan penelitian

kontemporer oleh Kenneth I. Pargament, Christian Zwingmann dan G. Mahmoudi

yang memandang bahwa pendekatan agama atau coping religius berperan

mengatasi masalah psikologis seperti kerentanan stres berupa reaksi gangguan

fisiologis, psikologis, sosial bahkan spiritual pada individu.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian mix methods dengan model

explanatory sequential design (pendekatan kuantitatif tahapan pertama dan

dilanjutkan pendekatan kualitatif tahap kedua). Teknik analisis data kuantitatif

dalam penelitian ini, menggunakan analisis multiple regression. Setelah itu

dilakukan analisis triangulasi, untuk menyesuaikan antara hasil data kuantitatif

dengan data kualitatif.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 90 pasien gagal ginjal kronik yang

rutin menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta terjadwal dan

terdata pada periode bulan Agustus tahun 2014. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik random sederhana, penentuan jumlah sampel

ditentukan berdasarkan rumus Isaac dan Newton menggunakan taraf kesalahan 5%.

Jumlah subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 pasien gagal

ginjal kronik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa, untuk mempertahankan

intensitas pelaksanaan ibadah dan meningkatkan pemahaman dan penghayatan

keagamaan, sehingga dapat mengelola stres untuk menyikapi pelbagai

permasalahan kehidupan yang dihadapi. Sehingga terjadi sinergi antara terapi

medis yang dijalani dengan coping religius sebagai penguatan kondisi psikologis

dan spiritual pasien.

Kata kunci: Coping Religius, Kerentanan Stres

Page 18: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xviii

Page 19: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xix

Page 20: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xx

Page 21: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam Tesis ini mengacu pada pedoman ALA-LC

Romanization Tables, sebagaimana berikut:

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

t{ = ط

z{ = ظ

ع = ‘

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

Short : a = ´ ; i = ِ ; u = ُ

Long : a< = ا ; i> = ي ; ū = و

Diphthong : ay = ا ي ; aw = ا و

Page 22: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxii

Page 23: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIVIKASI .................................. vii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ..................................................... xi

PERSETUJUAN PROMOTOR ............................................................................ xii

PERSETUJUAN PENGUJI .................................................................................. xv

ABSTRAK ............................................................................................................. xvii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xxi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xxiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xxv

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xxvi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ xxvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xxvi

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xxvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xxvii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Permasalahan............................................................................................. 12

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ......................................................... 13

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 14

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 15

F. Metodologi Penelitian ............................................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 28

BAB II: KONSEPTUAL TEORITIS COPING RELIGIUS DAN

KERENTANAN STRES

A. Dekonstruksi Kebenaran: Coping Religius Sebagai Treatment Stres ...... 31

B. Kerentanan Stres: Bio-Psiko-Sosio-Spiritual Disorder ............................ 37

1. Stres: Sebuah Tinjauan Teoritis ......................................................... 37

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres ......................................... 41

3. Reaksi Terhadap Stres ........................................................................ 43

C. Pendekatan Coping Religius: Kembali Kepada Tuhan............................. 47

1. Coping Religius: Sebuah Strategi Coping Stes ................................. 47

2. Dimensi Coping Religius .................................................................... 51

3. Manusia dan Kebutuhan Beragama .................................................... 58

Page 24: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxiv

BAB III: KERENTANAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. Penyakit Gagal Ginjal ............................................................................... 65

B. Terapi Medis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik ....................................... 70

C. Problem Yang Dihadapi Pasien Gagal Ginjal Kronik .............................. 78

D. Coping Religius Sebagai Faktor Penurunan Kerentanan Stres ................ 100

BAB IV: INTERVENSI COPING RELIGIUS PADA PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK

A. Coping Religius: Sebuah Upaya Islamisasi .............................................. 117

B. Implementasi Coping Religius: Ibadah Kepada Tuhan ............................ 140

C. Efektivitas Coping Religius Dalam Mengatasi Stres ............................... 165

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 185

B. Rekomendasi ............................................................................................. 186

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 187

GLOSARIUM ........................................................................................................ 209

INDEKS ................................................................................................................. 213

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 219

BIOGRAFI PENULIS

Page 25: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Alternatif Jawaban dan Skor Item Skala Penelitian .............................................. 20

Tabel 2.

Sebaran Butir Item Skala Coping Religius ............................................................ 23

Tabel 3.

Sebaran Butir Item Skala Kerentanan Stres .......................................................... 24

Tabel 4.

Tanda-Tanda Distress Menurut Everly dan Girdano ............................................. 44

Tabel 5.

Tahapan Stres Menurut Amberg ............................................................................ 45

Tabel 6.

Pelbagai Dimensi Coping Religius ....................................................................... 56

Tabel 7.

Klasifikasi Gagal Ginjal Akut ............................................................................... 67

Tabel 8.

Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Derajat Penyakit ......................... 69

Tabel 9.

Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Diagnosis Etiologi ...................... 69

Tabel 10.

Pelbagai Jenis Terapi Medis Penyakit Gagal Ginjal Kronik ................................. 71

Tabel 11.

Jumlah Partisipan Penelitian Berdasarkan Gender ................................................ 80

Tabel 12.

Jumlah Partisipan Penelitian Berdasarkan Usia .................................................... 80

Tabel 13.

Tingkat Kategorisasi Kerentanan Stres Secara Umum Pada Pasien GGK ........... 80

Tabel 14.

Tingkat Kategorisasi Aspek Fisiologis (KS) Pada Pasien GGK ........................... 83

Tabel 15.

Tingkat Kategorisasi Aspek Psikologis (KS) Pada Pasien GGK .......................... 85

Tabel 16.

Tingkat Kategorisasi Aspek Sosial (KS) Pada Pasien GGK ................................. 86

Tabel 17.

Perbedaan Nilai Mean Gender dan Aspek Kerentanan Stres ................................ 91

Tabel 18.

Perbedaan Nilai Mean Gender dan Aspek Kerentanan Stres ................................ 92

Tabel 19.

Tingkat Kategorisasi Coping Religius Pada Pasien GGK ..................................... 95

Tabel 20.

Perbedaan Nilai Mean Gender dan Dimensi Coping Religius ............................... 96

Page 26: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.

Kerangka Variabel Penelitian ................................................................................ 16

Bagan 2.

Keterkaitan Stressor, Persepsi, dan Reaksi Stres .................................................. 43

Bagan 3.

Mekanisme Psiko-neuro-imunologi ....................................................................... 46

Bagan 4.

Empat Dimensi Sehat ............................................................................................ 78

Bagan 5.

Pengaruh Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres ........................................ 102

Bagan 6.

Pengaruh Dimensi Coping Religius Terhadap Aspek Fisiologis ........................... 103

Bagan 7.

Pengaruh Dimensi Coping Religius Terhadap Aspek Psikologis .......................... 104

Bagan 8.

Pengaruh Dimensi Coping Religius Terhadap Aspek Sosial ................................. 105

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.

Jumlah Pasien Yang Menjalani Terapi Pengganti Ginjal

Dari Tahun 2007-2012 ........................................................................................... 70

Grafik 2.

Jumlah Pasien HD Dari Tahun 2007-2012 ............................................................ 73

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Sistem Respon Stres .............................................................................................. 47

Gambar 2.

Titik Ketuhanan Pada Otak Manusia .................................................................... 61

Gambar 3.

Letak Ginjal Pada Manusia .................................................................................... 66

Gambar 4.

Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa ........................ 72

Gambar 5.

Pasien Dengan Perwatan CAPD ............................................................................ 75

Gambar 6.

Transplantasi Ginjal ............................................................................................... 77

Gambar 7.

Implementasi Coping Religius ............................................................................... 141

Page 27: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxvii

DAFTAR SINGKATAN

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CAPD : Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis

CCPD : Continous Cyclic Peritoneal Dialysis

Dkk. : Dan Kawan-Kawan

DP : Dialisis Peritoneal

DSM-R : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

HD : Hemodilasia

IPD : Intermittent Peritoneal Dialysis

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

PERNEFRI : Perhimpunan Nefrolog Indonesia

PPDGJ : Pedoman Psikodiagnostik Gangguan Jiwa

QS. : Quran Surah

RSUP : Rumah Sakit Umum Pemerintah

WHO : World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A:

Instrumen Penelitian

Lembar Persetujuan Subjek Penelitian .......................................................... 223

Skala Coping Religius dan Skala Kerentanan Stres Dalam Penelitan........... 224

Skala Coping Religius Asli ............................................................................ 229

Skala Kerentanan Stres Asli........................................................................... 233

Pedoman Wawancara dan Pertanyaan Penelitian .......................................... 234

LAMPIRAN B:

Hasil Analisis Data Penelitian (Kuantitatif dan Kualitatif)

Tabulasi Skala Coping Religius Uji Coba ..................................................... 239

Tabulasi Skala Coping Religius Penelitian .................................................... 240

Tabulasi Skala Kerentanan Stres Uji Coba .................................................... 241

Tabulasi Skala Kerentanan Stres Penelitian .................................................. 242

Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Religius .................................... 243

Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kerentanan Stres .................................. 244

Hasil Pengujian Asumsi ................................................................................. 245

Hasil Pengujian Hipotesis .............................................................................. 245

Hasil Analisis Regresi Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres ............ 245

Kontribusi Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres .............................. 246

Hasil Analisis Regresi dan Kontribusi Dimensi Coping Religius

Terhadap Setiap Aspek Kerenanan Stres ....................................................... 247

Page 28: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

xxviii

Gender dan Kerentanan Stres: Analisis Komparatif (T-Test) ...................... 250

Usia dan Kerentanan Stres: Analisis Komparatif (One Way Anova) ............ 251

Gender dan Coping Religius: Analisis Komparatif (T-Test) ........................ 252

Usia dan Coping Religius: Analisis Komparatif (One Way Anova) ............. 253

Kategorisasi Coping Religius Terhadap Kerentanan Stres............................ 254

Analisis Desktiptif Coping Religius dan Kerentanan Stres ........................... 255

Frekuensi Skor Total Coping Religius dan Kerentanan Stres ....................... 255

Frekuensi Subjek Penelitian (Gender dan Usia) ............................................ 256

Kumpulan Tabel Hasil Penelitian .................................................................. 257

Hasil Wawancara dan Observasi Terhadap Pasien

Gagal Ginjal Kronik ....................................................................................... 258

Hasil Wawancara dan Observasi Terhadap Keluarga Pasien

Gagal Ginjal Kronik ....................................................................................... 264

Lampiran C:

Surat Keterangan Yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Penelitian

Berita Acara Ujian Proposal Tesis ................................................................. 269

Pengesahan Revisi Proposal Tesis ................................................................. 270

SK. Pembimbing Tesis ................................................................................... 271

Surat Izin Penelitian Dari Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah ................................................................................ 273

Undangan Presentasi Dari RSUP. Fatmawati Jakarta ................................... 274

Surat Persetujuan Etik (Ethical Approval) .................................................... 275

Surat Keterangan Balasan Izin Penelitian RSUP. Fatmawati Jakarta .......... 276

Surat Izin Penelitian Dari RSUP. Fatmawati Jakarta .................................... 277

Notulasi Ujian Work In Progress Thesis 1 ..................................................... 278

Hasil Ujian Work In Progress Thesis 1 .......................................................... 279

Notulasi Ujian Work In Progress Thesis 2 ..................................................... 280

Hasil Ujian Work In Progress Thesis 2 .......................................................... 281

Notulasi Ujian Work In Progress Thesis 3 ..................................................... 282

Hasil Ujian Work In Progress Thesis 3 .......................................................... 283

Hasil Ujian Komprehensif .............................................................................. 284

Notulasi Ujian Pendahuluan Tesis ................................................................. 285

Hasil Ujian Pendahuluan Tesis ...................................................................... 286

Hasil Cek Plagiasi Dari Plagiarisma.Net ....................................................... 287

Hasil Ujian Text Comprehension Bahasa Inggris dan Bahasa Arab

Transkip Nilai Sementara Dari Semester 1- Semester 4

Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis

Daftar Hadir Ujian-Ujian

Daftar Lembar Verifikasi Tesis

Bukti Pemakaian Jasa Terjemahan Abstrak

Bukti Pembayaran Ujian Promosi

Page 29: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kemampuan menciptakan sesuatu, karena manusia

memiliki motif atau kebutuhan.1 Individu manusia memiliki banyak kebutuhan

yang harus dipenuhi. Menurut Muhammad Utsman Najati, kebutuhan manusia

dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan

psikologis (psikis dan spiritual). Kebutuhan manusia yang bersifat fisiologis

berhubungan dengan aktivitas dalam tubuh, sedangkan kebutuhan psikis dan

spiritual berhubungan dengan jiwa untuk mewujudkan rasa aman dan bahagia.2

Bila kebutuhan yang diinginkan tidak terpenuhi, maka menimbulkan suatu

krisis dalam diri. Erikson mengatakan, setiap individu pada dasarnya dihadapkan

pada suatu krisis. Krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat

dilaluinya dengan baik.3 Krisis yang terjadi berasal dari aspek fisik dan psikis pada

individu. Aspek fisik dan psikis pada individu seharusnya bersinergi, sehingga

cenderung melewati krisis yang dihadapi. Apabila aspek fisik dan psikis tidak

bersinergi, maka menimbulkan krisis dalam diri.

Sinergi antara aspek fisik dan psikis individu diterangkan oleh Zarkali,

menyatakan bahwa pola struktur kepribadian dalam konteks agama Islam terdiri

dari jasad (fisik), jiwa (psikis), jasad dan jiwa (psikofisik). Ketiga kondisi tersebut

dalam terminologi Islam lebih dikenal dengan term al-jasad, al-ruh dan al-nafs.

Jasad merupakan aspek biologis, sedang ruh aspek psikis, jasad dan nafs

merupakan aspek psikofisik yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh. Jasad

tanpa ruh merupakan substansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak dapat

teraktualisasi. Maka, perlu ada sinergi antara kedua aspek, sehingga keinginan

jasad dan ruh dapat terpenuhi.4 Lebih lanjut menurut Syarif seorang ahli

kedokteran jiwa, menyatakan bahwa ruh merupakan kunci rasa sakit. Kesakitan

orang bukan semata-mata disebabkan oleh tubuhnya, melainkan karena ruh.

1Menurut Chaplin, motif adalah satu kekuatan dalam diri individu yang

melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada satu tujuan. Syamsu Yusuf dan

A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Rosda, 2009), 159. 2Najati menjelaskan lebih lanjut bahwa motif fisiologis dimiliki setiap manusia

seperti kebutuhan makan, minum, istirahat dan kebutuhan seksual. Sedangkan motif psikis

dan spiritual seperti kebutuhan mengenal Allah, loyalitas terhadap kelompok, ingin diterima

dan dicintai anggota masyarakat, kebutuhan akan penghargaan dan prestasi, yang akhirnya

mewujudkan kehidupan yang tenang dan bahagia. Kebutuhan psikis timbul saat berinteraksi

dalam kehidupan sosial. Muhammad Uthman Najati, Al-Qur’an wa Ilm’an-Nafs (Kairo: Dar

al-Shuruq, 1981), 27-52. 3Krisis ialah suatu masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus

dilalui oleh setiap individu. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2004), 79-80. 4Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),

56-57.

Page 30: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

2

Seseorang yang mampu menguasai ruh maka jasad menjadi sehat.5 Salah satu jenis

krisis yang mempengaruhi keseimbangan antara aspek fisik dan psikis individu

yaitu krisis situasi. Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu pada

individu, mempengaruhi keseimbangan psikologi individu atau kelompok. Sebagai

contoh salah satu krisis situasi adalah menderita suatu penyakit.6

Salah satu penyakit kronis yang dapat membuat penderitanya mengalami

krisis situasi berupa gangguan fisik dan psikis atas penyakit yang diderita, adalah

penyakit gagal ginjal kronik.7 Di zaman modern sekarang, banyak perubahan-

perubahan di setiap aspek kehidupan. Dari segi makanan dan minuman, banyak

ragam rasa dan jenis yang belum tentu mengindikasikan health food. Pola hidup

yang kurang sehat inilah, dapat menyebabkan menurunnya kondisi fisik tubuh.

Lebih lanjut, berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO di India, Afrika Utara

dan beberapa Negara Timur Tengah, bahwa polusi lingkungan, pestisida dan bahan

kimia, penyalahgunaan analgesik, obat-obatan herbal dan makanan tambahan yang

tidak diatur telah dikaitkan dengan penyebab gagal ginjal kronik.8 Menurut

Rubenstein dkk, penyebab utama penderita gagal ginjal kronik disebabkan oleh

glomerulonefritis kronis, nefropati diabetik, nefritis interstisialis kronis,

hipertensi.9 Menurut Suhardjono, Roesma dan Kresnawan bahwa pasien yang sudah

mengalami penurunan fungsi ginjal perlu menjalani pengobatan. Pengobatan ini

diperlukan untuk mencegah kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut dan berupaya

memelihara fungsi ginjal yang masih tersisa selama mungkin, sebelum berakhir

pada gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan hemodialisis ataupun

5Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, 141-142.

6Gail Wiscarz Stuart and Sandra J. Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, terjm.

Achir Yani S. Hamid. Original title: Pocket Guide To Psychiatric Nursing (Jakarta: Buku

Kedokteran Indonesia, 1998), 148. 7Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami

kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan.

Menurunnya fungsi ginjal mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk

menyaring darah, sehingga zat-zat sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan melalui

urin menumpuk di dalam darah. Semakin banyak zat sisa menumpuk di dalam darah, maka

akan semakin memperberat kerja ginjal yang masih baik untuk menyaring darah. Disamping

itu, penumpukan sisa metabolisme ini tentunya sangat berbahaya bagi tubuh. Suhardjono,

Jose Roesma dan Triyani Kresnawan, Booklet Edukasi: Sehat dengan Penyakit Ginjal Kronik (Jakarta: Pernefri, AsDI dan Fresenius Kabi, Ed. 1 Cet. II, 2009), 4.

8Sarah L. White, Steven J. Chad Ban, Stephen Jan, Jeremy R. Chapman and Alan

Cass, ‚How Can We Achieve Global equity in provision of renal replacement therapy ?,‛

Bulletin of the World Health Organization volume 86 Number 3 (2008): 161. 9Glomerulonefritis kronis, istilah ini menggambarkan sejumlah gangguan mengenai

salah satu atau lebih pada komponen kedua ginjal. Nefropati diabetik, penyakit ginjal yang

disebabkan oleh penderita diabetes. Nefritis interstisialis kronis, penyakit ginjal yang

disebabkan oleh terinfeksinya ginjal. Hipertensi, penyakit ginjal yang disebabkan oleh

tingginya tekanan darah. David Rubenstein, David Wayne and John Bradley, Lecture Notes; Kedokteran Klinis, trans. Annisa Rahmalia. Original title: Lecture Notes on Clinical Medicine (Jakarta: Erlangga, 2007), 228.

Page 31: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

3

pencangkokan ginjal.10

Rully menerangkan, penanganan penyakit gagal ginjal

dilakukan melalui tiga cara yakni terapi hemodialisis (HD) atau cuci darah,

Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal.11

Selanjutnya di Indonesia, Perhimpunan Nefrolog (ahli ginjal dan hipertensi)

Indonesia (PERNEFRI) melalui Rully mengatakan, jumlah pasien gagal ginjal

terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah atau dialisis mencapai

150.000 orang. Namun pasien yang sudah mendapatkan terapi dialisis baru sekitar

100.000 orang. setiap tahun terdapat 200.000 kasus baru gagal ginjal stadium

akhir, tetapi tidak semua pasien terlayani kebutuhan hemodialisa atau cuci darah,

karena ketersediaan batasan unit mesin dialisis.12

Lebih lanjut Rully menyatakan bahwa saat ini masih banyak masyarakat

yang belum menyadari ancaman gagal ginjal dan tidak segera mengambil langkah

preventif. Lanjut menurut Rully, diperkirakan jumlah pasien gagal ginjal

meningkat dari 19.612 menjadi 100 ribu (antara tahun 2014 sampai 2019).13

Berdasarkan data dari WHO, jumlah yang menerima terapi penggantian ginjal atau

pencangkokan ginjal di seluruh dunia diperkirakan 1,4 juta orang, dengan kejadian

tumbuh 8% pertahun. Namun dikarenakan pencangkokan ginjal memerlukan biaya

yang mahal, pengobatan pencangkokan ginjal sebagian besar didominasi Negara-

negara berpenghasilan tinggi.14

Bagi sebagian pasien gagal ginjal kronik yang perekonomiannya rendah

merasa sulit untuk melakukan transplantasi ginjal. Seperti pemberitaan di media

online mengenai salah satu pasien gagal ginjal kronik yang telah menjalani cuci

darah seminggu dua kali selama 24 tahun. Saat pertama mendengar penjelasan

dokter bahwa harus menjalani cuci darah seminggu dua kali. Jiwanya goncang,

tidak terbayang berapa uang yang harus dikeluarkan untuk satu kali cuci darah.15

10

Suhardjono, Jose Roesma dan Triyani Kresnawan, Booklet Edukasi; Sehat dengan Penyakit Ginjal Kronik, 7.

11Rully Roesli adalah dokter ahli gagal ginjal. Penanganan ini membutuhkan biaya

yang relatif mahal. Apalagi jika penyakit berkembang bersama dengan komplikasi pelbagai

penyakit lainnya. Arief Maulana, Dahlan Iskan Berbagi Cerita tentang Transplantasi Ginjal di UNPAD (Unpad: 30 Maret 2014), diakses melalui http://www.unpad.ac.id/2014/03/

dahlan-iskan-berbagi-cerita-tentang-transpla ntasi-ginjal-di-unpad/ pada tanggal 22 April

2014 pukul 22:09 WIB. 12

Dalam ‚Seminar Pelayanan Kesehatan Yang Efektif dan Efisien Pada Kasus

Gagal Ginjal Terminal‛ yang diadakan oleh PT. Askes di Jakarta. Lusia Kus Anna, Pasien Cuci Darah Terus Meningkat (Jakarta: Kompas, 2013), diakses melalui http://health.

kompas.com/read/2013/06/26/1640186/Pasien.Cuci.Darah.Terus.Meningkat pada tanggal 15

Oktober 2013 pukul 13.34 WIB. 13

Qalbinur Nawawi, 2019, Pasien Gagal Ginjal Diprediksi Capai 100 Ribu

(Okezone: 29 Juni 2013 06:15 WIB), diakses melalui http://health.okezone.com/ read/2013/

06/28/482/829220/2019-pasien pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:12 WIB. 14

Sarah L. White, Steven J. Chad ban, Stephen Jan, Jeremy R. Chapman, and Alan

Cass, How Can We Achieve Global equity in provision of renal replacement therapy ?, 161. 15

Biaya cuci darah rentang antara Rp. 400.000-Rp.600.000, akan tetapi, pasien

gagal ginjal kronik, dapat terbantu dengan subsidi atau bantuan dari pemerintah melalui PT.

Askes yang menjamin sepenuhnya terapi hemodialisa. BPJS INFO, Pembiayaan Dialysis di

Page 32: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

4

Di Indonesia terapi hemodialisa bisa dilaksanakan oleh pasien gagal ginjal

kronik yang berpenghasilan ekonomi rendah dengan bantuan subsidi biaya

pengobatan melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ataupun JKN

(Jaminan Kesehatan Nasional) dari pemerintah.16

Pengobatan gagal ginjal kronis

umumnya dilakukan dengan hemodialisis di fasilitas tertentu yang memiliki sarana

dialysis maupun secara ambulatory dengan Continuous Ambulatory Pertitoneal Dialysis (CAPD). Dari seluruh pasien yang mendapatkan dialysis, hanya 10%

diantaranya yang mendapatkan pelayanan CAPD. Cara lain untuk pelayanan

dialysis adalah dengan transplantasi ginjal namun dengan proporsi kasus yang jauh

lebih kecil.17

Pasien penderita gagal ginjal kronik bukan hanya mengalami kesakitan

pada fisik, kondisi psikis juga terganggu. Hal ini didukung dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Andri terhadap pasien gagal ginjal kronik. Pasien penyakit

gagal ginjal kronik sering mengalami gangguan psikiatrik terkait dengan kondisi

medis umumnya. Gangguan psikiatrik seperti delirium, depresi, kecemasan dan

sindrom disekuilibirium sering dialami oleh pasien gagal ginjal kronik.18

Hal ini,

mengindikasikan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa

cenderung rentan terhadap stres dalam menghadapi penyakit yang dialami, karena

merasa terancam akibat penyakit yang sedang diderita.19

Era SJSN (Diakses melalui http://www.bpjs.info/beritabpjs/Pembiayaan_Dialysis_di_Era_

SJSN-3242/ pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:17 WIB. Hemodialisa merupakan

tindakan kedokteran yang memungkinkan seseorang dapat hidup meskipun kedua ginjalnya

yang sudah tidak dapat berfungsi lagi karena satu penyakit. Pusvita Silvia Ningrum, Media Informasi Tentang Hemodialisa (Cuci Darah) Berbasis Multimedia (Studi Kasus: Rumah Sakit Panti Rapih) (Yogyakarta: Naskah Publikasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

dan Komputer AMIKOM Yogyakarta, 2011), 2. 16

Sebelum BPJS dulu disubsidi PT. ASKES (Asuransi Kesehatan) merupakan

badan usaha milik Negara yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan

jaminan kesehatan. Baca lebih lanjut dalam: Bagian Hukormas, Perluas Pusat Transplantasi Ginjal di Indonesia (Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI), diakses melalui http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&

view=article &id=375:perluas-pusat-transplantasi-ginjal-di-indonesia&catid= 112:bukr&

Itemid=138 pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:14 WIB. Lihat juga dalam: Dedi Mirwan,

Biaya Perawatan Pasien Ginjal Ditanggung BPJS Hingga Rp. 250 Juta (BPJS Kesehatan:

Senin 17 Maret 2014), diakses melalui http://www.indopos. co.id/2014/03/biaya-perawatan-

pasien pada tanggal 22 April 2014 pukul 22:13 WIB. 17

BPJS INFO, Pembiayaan Dialysis di Era SJSN, diakses pada tanggal 22 April

2014 pukul 22:17 WIB. 18

Andri, ‚Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik,‛ CDK-203 Vol.

40 No. 4 (2013): 259. 19

Menurut A. Baum, stres adalah pengalaman emosional negatif yang didampingi

oleh reaksi biokimia, perubahan fisiologis, kognitif dan perubahan perilaku yang mengubah

cara penyesuaian diri. Shelley E. Taylor, Health Psychology (New York: McGraw-Hill

Companies, Sixth Edition, 2006), 153.

Page 33: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

5

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUP. Fatmawati Jakarta

terhadap pasien penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pasien mengungkapkan ketika mendengar

diagnosa dokter bahwa menderita gagal ginjal kronik dan harus menjalani terapi

hemodialisa. Pasien merasa terkejut mendengarnya dan mencemaskan bagaimana

kehidupanya kedepan nanti. Pasien sempat berpikir, kehidupannya sudah habis dan

tidak ada harapan lagi untuk hidupnya kedepan. Saat proses terapi hemodialisa

mulai berjalan rutin, setiap akan memasuki ruangan hemodialisa, kepalanya seakan

terasa pusing dan pasien sering mengeluh dengan kondisi yang dialami. Saat proses

hemodialisa berlangsung, bila ada yang menyentuh bagian tubuhnya, pasien seakan

merasakan sakit yang berlebihan di bagian tubuh yang tersentuh. Pasien juga

mengalami kesulitan untuk tidur, setelah menderita penyakit gagal ginjal kronik.

Karena pasien mencemaskan kondisi penyakit yang dialami, apakah masih dapat

berkumpul dengan keluarga.20

Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta. Ketika

pasien berada di rumah, menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal kecil yang dianggap

salah. Ditampakkan melalui perilaku yang mudah marah dan perubahan pola

makan.21

Hal ini, mengindikasikan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisa cenderung rentan mengalami stres, karena perubahan aktivitas sehari-

hari, serta memikirkan biaya yang akan dikeluarkan dan masa depan kebersamaan

dengan orang-orang terdekat.

Dalam penelitian ini, kata kerentanan yang dimaksud adalah berkonotasi

sama dengan rentan terhadap stres. Berdasarkan pendapat para ahli, Prakash

menyimpulkan kerentanan stres sebagai kemampuan individu terkait dengan tidak

terlindungnya terhadap stres, ketidakmampuan bertahan terhadap stres, kepasrahan

terhadap stres, berisiko terhadap stres, sensitif terhadap stres.22

Lebih lanjut dalam

jurnal Army Medicine, disebutkan bahwa penyebab individu mengalami stres

terdapat tiga kategori utama yaitu dampak meresahkan perubahan, perasaan bahwa

ada kekuatan luar menantang atau mengancam dan perasaan bahwa diri telah

kehilangan kontrol pribadi. Gejala individu yang mengalami stres dapat dilihat dari

tiga kategori umum, ketiga kategori ini saling berhubungan yaitu fisik, mental dan

emosional. Individu yang mengalami stres, mengalami perubahan perilaku seperti

mudah marah, pola makan yang terganggu, perlakuan kasar terhadap orang lain,

peningkatan konsumsi alkohol atau rokok, menyendiri dan belanja berlebihan.23

20

Wawancara dengan seorang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisa selama 3 bulan di RSUP Fatmawati Jakarta, tanggal 10 Oktober 2013. 21

Wawancara dengan istri salah seorang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisa selama 2 tahun di RSUP Fatmawati Jakarta, tanggal 10 Oktober 2013. 22

Dalam kerentanan terhadap stres seorang individu menjadi sensitif terhadap stres.

Vijay Prakash, ‚A Comparative Study of Stress Vulnerability Between Sports Persons and

Non-Sports Persons,‛ International Educational E-Jounal Volume-III Issue I Jan-Feb-Mar

(2014): 203. 23

Army Medicine, ‚Introduction to Stress Management,‛ Personal Development Track Section 3 (Diakses melalui http://www.mc.edu /rotc/files/5713/1471/5877/

Page 34: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

6

Lebih lanjut, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Durak dan Sahin,

terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan kerentanan stres, diantaranya: 1)

Faktor menerima dan memberikan dukungan sosial (Sosial); 2) Faktor menyiapkan

beberapa waktu hanya untuk diri sendiri (Psikologis); 3) Faktor kegiatan terhadap

tubuh (Fisiologis).24

Secara teknis psikologik, menurut Gunarya stres adalah suatu

respon penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau

mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stres merupakan suatu respon

fisiologik ataupun perilaku terhadap stressor hal yang dipandang menyebabkan

cekaman, gangguan keseimbangan, baik internal maupun eksternal.25

Menurut Hawari, istilah stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan.

Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (disebut

stressor psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh. Reaksi

tubuh (fisik) ini dinamakan stres dan manakala fungsi organ-organ tubuh itu

sampai terganggu dinamakan distres. Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan

seseorang terhadap stressor yang dialami. Oleh karena dalam diri manusia itu

antara fisik dan psikis (kejiwaan) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya

saling mempengaruhi. Lebih lanjut, reaksi kejiwaan yang erat hubungannya dengan

stres adalah kecemasan. Kecemasan dan depresi merupakan dua jenis gangguan

kejiwaan yang saling berkaitan. Seseorang yang mengalami depresi seringkali ada

komponen kecemasan, demikian pula sebaliknya. Manifestasi depresi tidak selalu

dalam bentuk keluhan-keluhan kejiwaan, tetapi juga bisa dalam bentuk keluhan-

keluhan fisik.26

Selanjutnya observasi dan wawancara yang dilakukan, bahkan ada pasien

yang menangis karena proses pelaksanaan hemodialisa dan berteriak kesakitan saat

proses hemodialisa berlangsung, serta terlihat pasien yang mengeluh dengan

kondisi yang dideritanya. Akan tetapi, dari wawancara yang dilakukan, ada pasien

bisa bertahan dengan kondisi yang terjadi. Untuk menghilangkan perasaan

kesendirian, pasien melaksanakan ibadah. Dalam konteks agama Islam, seperti

salat, zikir dan puasa. 27

Berdasarkan wawancara dengan seorang pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta. Sering mengalami

kesepian, padahal memiliki anak yang banyak dan telah memiliki cucu. Karena

kesibukan masing-masing keluarga, untuk pergi ke Rumah Sakit, Bapak usia 70

tahun ini pergi sendirian menggunakan angkotan umum. Dibalik kesakitan yang

MSL_101_Personal_Dev_Sect_01_Intro_to_Stress_Management.pdf pada tanggal 11

Oktober 2013 pukul 22.49 WIB): 88-89. 24

Aysegul Durak Batigun and Nesrin H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job

Satisfaction: Two Scales for Job Stress and Health Psychology Research,‛ Turkish Journal of Psychiatry Vol. 17 No. 1 (2006): 7.

25Arlina Gunarya, ‚Manajemen Stress,‛ Modul MD08 TOT Basic Study Skills

Angkatan ke V dan VI (2008): 3. 26

Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa (Jakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, Cet. III, 1997), 43-44. 27

Observasi dan wawancara terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta, tanggal 10 Oktober 2013.

Page 35: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

7

dialami, tetap menjalani praktek ibadah. Bahkan menajalani ibadah puasa sunnah

pada saat menajalani terapi hemodialisa. Mengingat Tuhan, membuat dirinya bisa

menerima keadaan yang diderita.28

Dalam setiap kasus individu yang mengalami stres, tidak semua mengalami

gejala dan perubahan perilaku yang sama. Hal ini, disebabkan bagaimana

kemampuan individu dalam memahami kondisi yang sedang dialami. Selain itu,

manajemen stres pada setiap individu juga berbeda, proses pemecahan masalah

atau coping stres pada setiap individu menjadikan dampak stres yang dialami

berbeda. Lazarus dan Folkman mengatakan coping adalah cara mengelola tuntutan

(eksternal atau internal) yang dinilai sebagai berat atau melebihi sumber daya

orang tersebut. Lebih lanjut, Lazarus dan Launier mengatakan coping terdiri dari

usaha, baik berupa tindakan, berorientasi dan intrapsikis untuk mengelola (yaitu,

menguasai, mentoleransi, mengurangi, meminimalkan) tuntutan lingkungan

mental dan konflik internal.29

Lebih lanjut menurut Lazarus dan Folkman, strategi coping secara umum

dapat dibedakan menjadi dua yaitu problem-solving coping dan emotion-focused coping. Problem-solving coping adalah strategi coping yang melibatkan upaya

untuk melakukan sesuatu yang konstruktif tentang kondisi stres seperti kondisi

yang merugikan, mengancam atau menantang individu. Sedangkan emotion-focused coping adalah strategi coping yang melibatkan upaya untuk mengatur

emosi yang dikarenakan pengalaman stres.30

Salah satu coping stres yang mulai digunakan dalam aspek kegiatan

penyembuhan pasien medis yaitu pemecahan masalah melalui pendekatan

keagamaan atau coping religius. Menurut Koenig coping religius didefinisikan

sebagai sejauh mana individu menggunakan keyakinan dan praktek ritual

religiusnya untuk menfasilitasi proses pemecahan masalah dalam mencegah atau

meringankan dampak psikologis negatif dari situasi yang penuh stres dan hal ini

membantu individu untuk beradaptasi dalam situasi kehidupan yang menekan.31

28

Dari hasil wawancara yang dilakukan, pasien gagal ginjal kronik mengindikasikan

mengalami stres akibat krisis situasi penyakit yang diderita. Terbiasa dengan kesibukan

yang dilakukan, tiba-tiba di diagnosa dokter untuk menjalani terapi hemodialisa karena

menderita gagal ginjal kronik. Sehingga aktivitas yang dilakukan menjadi terbatas, akibat

dari penyakit yang di derita, ditambah dengan terapi hemodialisa yang harus dijalani secara

rutin yang membuat kondisi psikis semakin menurun. Wawancara dengan seorang pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa selama 6 tahun di RSUP. Fatmawati

Jakarta, konfirmasi yang dilakukan dengan suster perawat, pasien yang menjalani terapi

hemodialisa boleh menjalani puasa dengan syarat kondisi fisik dalam keadaan sehat untuk

melaksanakan puasa, tanggal 10 Oktober 2013. 29

Shelley E. Taylor, Health Psychology, 185-186. 30

Shelley E. Taylor, Health Psychology, 193. 31

Triantoro Safaria, ‚Peran Religious Coping Sebagai Moderator Dari Job

Insecurity Terhadap Stress Kerja Pada Staf Akademik,‛ Jurnal Humanitas Vol. VIII No. 2

Agustus (2011): 158.

Page 36: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

8

Selanjutnya menurut Pargament, coping religius sebagai upaya untuk

memahami dan berurusan dengan stres, hidup dalam cara-cara berhubungan

dengan Tuhan.32

Lebih lanjut George, Ellison dan Larson mengungkapkan bahwa

agama dapat mempromosikan kesejahteraan psikologis. Orang-orang dengan iman

agama yang kuat memiliki laporan kepuasan hidup yang lebih besar, kebahagiaan

pribadi yang lebih besar dan lebih sedikit konsekuensi negatif peristiwa traumatis

kehidupan dibandingkan dengan orang-orang yang tidak religius.33

Coping religius diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu positif coping religius dan negatif coping religius.

34 Lebih lanjut menurut Pargament, dalam

pengukuran pendekatan coping religius dapat dilakukan dengan melihat indikator

coping religius yang terdapat di dalam dimensi coping religius yaitu: 1)

Menemukan makna; 2) Kontrol diri; 3) Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan;

4) Menjalin hubungan dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan; 5)

Menciptakan perubahan dalam hidup.35

Keterkaitan antara coping religius dengan aspek kehidupan individu yang

menderita suatu penyakit, hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian.

Diantaranya penelitian oleh Zwingmann dan kawan-kawan terhadap pasien

penderita kangker payudara di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara

coping religius dapat mengatasi depresi pada pasien penderita kangker payudara di

Jerman.36

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Hawari bahwa komitmen

agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan

kemampuan untuk mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan (dengan

catatan terapi medis diberikan sebagaimana mestinya). Agama lebih bersifat

protektif dan pencegahan. Komitmen agama mempunyai hubungan yang signifikan

dan positif dengan keuntungan klinis.37

32

Kenneth I. Pargament, Margaret Feuille and Donna Burdzy, ‚The Brief RCOPE:

Current Psychometric Status of a Short Measure of Religius Coping,‛ Journal Religions

Departement of Psychology Bowling Green State University Vol. 2 H. 51-76 (2011): 52. 33

Shelley E. Taylor, Health Psychology, 192. 34

Positif religious coping, melibatkan fokus pemecahan permasalahan melalui

dimensi agama. Tuhan di pandang sebagai dermawan, pemaaf, penuh kasih dan terkendali,

mitra dalam menangani situasi sulit, mendapat dukungan dari jemaah keagamaan, upaya

untuk melakukan perbuatan baik dan menjalani kehidupan yang lebih, adalah bagian dari

positif religious coping. Sedangkan negatif religious coping, melibatkan rasa ketidakpuasan

terhadap agama, Tuhan dipandang tidak memiliki kekuatan, individu tidak perlu meminta

pertolongan Tuhan, sehingga memandang penderitaan datang karena agama. James M.

Nelson, Psychology, Religion, and Spirituality (New York: Springer Science+Business

Media, 2009), 324-325. 35

John E. Fetzer, Multidimensional Measurement of Religiousness /Spirituality for use in Health Research: a Report of The Fetzer Institute/National Institute on Aging Working Group (Kalamazo: Fetzer Isntitute, 2003), 53-55.

36Christian Zwingmann, Markus Wirtz, Claudia Muller, Jurgen Korber and

Sebastian Murken, ‚Positive and Negative Religious coping In German Breast Cancer

Patients,‛ Journal of Behavioral Medicine Vol. 29 No. 6, Springer Science+Business Media.

Inc (2006): 533. 37

Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, 259.

Page 37: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

9

Penelitian oleh Mahmoudi dkk, terhadap mahasiswa Universitas Islam

Azad Iran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara coping religius, kesehatan dan gangguan psikologis yang kompleks. Artinya bahwa

keyakinan agama memainkan peran penting dalam pencegahan, pengurangan

emosi dan psikologis disorder.38

Dalam pandangan Islam di dalam alquran, Allah SWT berfirman

bahwasanya orang-orang yang beriman akan mendapatkan penyembuhan dari

gangguan ketenangan jiwa melalui agama terdapat dalam QS. Yunus ayat 57:

Artinya :

‛Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman‛.39

Lebih lanjut dalam pandangan Islam, orang yang beriman dengan

mengingat Allah SWT akan mendapatkan ketentraman hati. Hal ini terdapat

dalam QS. al-Ra’d ayat 28:

Artinya :

‚(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati

menjadi tenteram‛.40

38

G. Mahmoudi, A.G. Ebadi and H. Akbarzadeh, ‚Religious Coping and Anxiety in

Students of Islamic Azad University-Sari Branch, 1999-2000,‛ World Applied Sciences Journal 2 (4) IDOSI Publications (2007): 363.

39Menurut Shihab, ayat ini menegaskan bahwa alquran adalah obat bagi apa yang

terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada yang diartikan dengan hati, menunjukkan

bahwa wahyu-wahyu Ilahi berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani seperti ragu,

dengki, takabur dan semacamnya. Memang, dalam alquran hati ditunjuk sebagai wadah

yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan hati dinilai

sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga yang mampu melahirkan ketenangan dan

kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Volume 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2009),

102. 40

Menurut Shihab, dalam ayat ini dipahami bahwa zikir mengantar kepada

ketentraman jiwa, tentu saja apabila zikir itu dimaksudkan untuk mendorong hati merasa

kesadaran tentang kebesaran dan kekeuasaab Allah SWT. Bukan sekedar ucapan dengan

lidah. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Volume 6, 271-272.

Page 38: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

10

Akan tetapi, ada sebagian tokoh psikolog modern yang memandang rendah

peran agama dalam sisi kehidupan. Diantaranya Sigmund Freud menganggap

agama sebagai ilusi, penganutnya mengidap neurosis dan bersifat infantilis.

Pandangan Freud sekaligus menyatakan bahwa agama adalah sesuatu yang sia-sia,

tidak berguna dan merusak perkembangan kepribadian manusia, karena keyakinan

beragama hanya merupakan proses sublimasi dari konflik yang terjadi pada masa

kanak-kanak antara orang tua dan anak yang disebutnya sebagai fenomena oedipus complex.

41

Selanjutnya tokoh yang tidak mempercayai peranan agama adalah

Feuerbach, berpendapat bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi

sebaliknya Tuhan adalah ciptaan angan-angan manusia. Agama hanyalah sebuah

proyeksi manusia. Tuhan, malaikat, surga dan neraka tidak mempunyai kenyataan

pada dirinya sendiri, melainkan hanya merupakan gambar-gambar yang dibentuk

oleh manusia tentang dirinya sendiri.42

Tokoh yang memandang rendah peranan

agama selanjutnya adalah Karl Marx yang mengatakan bahwa manusia yang

membuat agama, bukan agama yang membuat manusia. Agama adalah

perealisasian hakikat manusia dalam angan-angan saja, jadi tanda bahwa manusia

justru belum berhasil merealisasikan hakikatnya. Agama adalah tanda keterasingan

manusia dari dirinya sendiri.43

Dari beberapa tokoh yang menganggap rendah peran agama dalam sisi

kehidupan, ada juga yang menaruh perhatian pada masalah agama dan keimanan

dalam hubunganya dengan aspek kehidupan manusia. Diantaranya adalah Wiliam

James mengatakan bahwa tidak ragu lagi bahwa terapi yang terbaik bagi keresahan

jiwa adalah keimanan kepada Tuhan. Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu

kekuatan yang harus dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam hidup. Lebih

lanjut James mengatakan bahwa antara manusia dan Tuhan terdapat ikatan yang

tidak terputus. Apabila manusia menundukkan diri di bawah pengarahan-Nya, cita-

cita dan keinginan manusia akan tercapai. Manusia yang benar-benar religius akan

terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya dan selalu siap untuk

menghadapi segala malapetaka yang terjadi.44

Selanjutnya Abraham Maslow menyatakan pengalaman keagamaan adalah

peak experience, dalam arti kata psikologi belum sempurna sebelum difokuskan

kembali pada pandangan spiritual agama. Senada dengan Tright menyatakan,

bahwa tradisi keagamaan memberikan jawaban tentang pertanyaan ‛siapa aku‛

41

Abdul Rahman Barakatu, ‚Kritik Terhadap Pandangan Sigmund Freud: Agama

dan Implikasinya Terhadap Pendidikan,‛ Lentera Pendidikan Edisi X, No. 2 Desember

(2007): 153. 42

Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 68.

43Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke

Perselisihan Revisionisme, 72. 44

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami; Solusi Islam atas Probem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan VIII, 2011), 95.

Page 39: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

11

dengan menjawabnya ‛wujud spiritual‛ atau ruh. Praktek keagamaan mengajarkan

penyambungan diri dengan bagian diri yang terdalam.45

Sebagai seorang yang memahami esensi keberagamaanya, pendapat tokoh

psikolog modern seperti Freud, Feuerbach dan Karl Marx yang mengesampingkan

peran agama dalam sisi kehidupan, tidak dapat diterima begitu saja. Dalam

pandangan sebagai sebagai seorang Muslim, hal ini harus dibantah dengan kembali

kepada alquran. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Rum ayat 30. Bahwasanya

secara fitrah, manusia memiliki kesiapan (potensi) untuk mengenal dan beriman

kepada Allah:

Artinya:

‛Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah

atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada

perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui‛.46

Bukan hanya dilihat dari segi aqidah, psikolog modern yang berasal dari

Barat, teorinya ada yang tidak sesuai dengan daerah timur. Hal ini diungkapkan

oleh Uichol Kim, mengkritisi psikologi Barat yang menyamaratakan pandangan

psikologinya sebagai human universal dengan menawarkan konsep psikologi

pribumi (the indigenous psychology).47

Taylor menyebutkan bahwa agama dapat membantu untuk mengatasi

permasalahan karena dua alasan utama. Pertama, menyediakan sebuah sistem

kepercayaan dan cara berpikir tentang cara mengurangi peristiwa-peristiwa stres

dan memungkinkan individu untuk menemukan makna dan tujuan untuk melalui

stres yang dihadapi. Kedua, menyediakan sumber dukungan sosial. Agama yang

terorganisir sering menganugerahkan rasa identitas kelompok bagi individu, karena

45

Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), 158. 46

Dalam mengomentari QS. al-Rum ayat 30 al-Qurthubi berpendapat ‛Sungguh,

pada materi dasar penciptaan dan tabiat dasar manusia terkandung potensi fitrah untuk

mengenal Allah, beriman kepada-Nya dan mengesakan-Nya. Hal ini bisa diperoleh melalui

pengamatan terhadap makhluk-makhluk Allah yang sangat mengagumkan‛. Muhammad

Utsman Najati, The Ultimate Psychology: Psikologi Sempurna ala Nabi Saw, terjm. Hedi

Fajar, judul asli: al-Hadits an-Nabawi wa ‘Ilm an-Nafs (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008),

30. 47

Menurut Kim, manusia tidak cukup dipahami dengan teori psikologi Barat,

karena psikologi Barat hanya tepat untuk mengkaji manusia Barat sesuai dengan kultur

sekularnya yang melatarbelakangi lahirnya ilmu itu. Untuk memahami manusia di belahan

bumi lain harus digunakan pula basis kultur dimana manusia itu hidup. Achmad Mubarok,

Psikologi Keluarga: Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa (Jakarta: The

International Institute of Islamic Thought Indonesia, 2005), 5.

Page 40: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

12

menyediakan jaringan yang mendukung individu untuk berbagi kepercayaan yang

dianut.48

Hasil penelitian Pargament, bahwa agama adalah lebih dari satu cara untuk

mengatasi stres. Hal ini berpotensi berkaitan dengan pelbagai pengalaman

manusia, bukan hanya negatif, namun ditemukan bahwa agama dapat mengatasi

situasi yang menekan (stres).49

Perilaku ibadah dalam konteks agama Islam, seperti

pelaksanaan salat, membaca alquran, berpuasa dan berzikir merupakan sarana

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang

telah diungkapkan sebelumnya, bahwasanya krisis situasi yang dialami dapat

diatasi dengan pendekatan keagamaan, pada hakikatnya dapat mengatasi

kerentanan stres yang dialami.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yaitu:

a. Terjadi perdebatan paradigma berpikir pada komunitas akademik tentang

pendekatan keagamaan dalam aspek kehidupan manusia. Sebagian ahli

menyetujui tapi sebagian lainnya menentang peranan agama dalam aspek

kehidupan manusia.

b. Pengaruh coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal ginjal

kronik.

c. Implementasi coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal

ginjal kronik.

d. Metode coping religius pada pasien gagal ginjal kronik.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka fokus permasalahan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh coping religius,

implementasi coping religius dan paradigma coping religius terhadap kerentanan

stres pada pasien gagal ginjal kronik. Subjek dalam penelitian ini memiliki

karakteristik secara umum yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUP. Fatmawati Jakarta, yang terjadwal dan

terdata mulai periode bulan Agustus tahun 2014.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan

masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien

gagal ginjal kronik di RSUP. Fatmawati Jakarta?

48

Shelley E. Taylor, Health Psychology, 192. 49

Kenneth I. Pargament, The Psychology of Religion and Coping (New York: The

Guilford Press, 1997), 142.

Page 41: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

13

b. Bagaimana implementasi coping religius terhadap kerentanan stres pada

pasien gagal ginjal kronik di RSUP. Fatmawati Jakarta?

c. Bagaimana paradigma coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien

gagal ginjal kronik?

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian mengenai coping religius sebelumnya pernah dilakukan,

diantaranya penelitian oleh Mahmoudi dkk, hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan antara coping religius dengan kesehatan dan gangguan psikologis

yang kompleks. Artinya bahwa keyakinan agama memainkan peran penting dalam

pencegahan dan pengurangan emosi dan psikologis disorder.50

Selanjutnya

penelitian mengenai hubungan antara coping religius dengan kebahagiaan

seseorang, dilakukan oleh Lewis dan Cruise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hasil konsisten berhubungan antara coping religius dengan kebahagiaan

seseorang.51

Penelitian oleh Zwingmann dkk, terhadap pasien penderita kangker

payudara di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa coping religius dapat

mengatasi depresi pada pasien penderita kangker payudara di Jerman.52

Selanjutnya penelitian oleh Larson, menunjukkan adanya hubungan antara

komitmen agama dengan penyakit kardiovaskular. Dalam studi yang dilakukan

Larson disebutkan bahwa kelompok yang menjalankan ibadah keagamaan secara

rutin memiliki resiko lebih rendah untuk terkena kardiovaskular.53

Selain itu, penelitian oleh Lindenthal dan Stark, studi yang dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana suatu penduduk menderita psychological distress. Dari

studi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada penduduk yang religius jauh

kurang menderita stres dibandingkan dengan kelompok penduduk yang kurang

religius.54

Selanjutnya penelitian oleh Safaria, mengenai peran coping religius

sebagai moderator dari job insecurity terhadap stres kerja. Hasil studi

menunjukkan bahwa coping religius memainkan peran penting dalam menurunkan

atau menahan efek stressor kerja pada individu.55

Dari penelitian yang telah

dilakukan, belum ada penelitian sejenis oleh penulis dilihat dari aspek variabel

penelitian dan subjek penelitian.

50

G. Mahmoudi, A.G. Ebadi, and H. Akbarzadeh, ‚Religious Coping and Anxiety

in Students of Islamic Azad University-Sari Branch,‛: 363. 51

Christopher Alan Lewis and Sharon Mary Cruise, ‚Religion and Happiness:

Consensus, Contradictions, Comments and Concerns,‛ Routledge: Mental Health, Religion and Culture Vol. 9 No. 3 H. 213-225 (2006): 213.

52Christian Zwingmann, Markus Wirtz, Claudia Muller, Jurgen Korber and

Sebastian Murken, ‚Positive and Negative Religious coping In German Breast Cancer

Patients,‛: 533. 53

Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, 17. 54

Dadang Hawari, al-Qur’an; Ilmu Kedoteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, 18. 55

Triantoro Safaria, ‚Peran Religious Coping Sebagai Moderator Dari Job

Insecurity terhadap Stres Kerja Pada Staf Akademik,‛: 155-156.

Page 42: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

14

Selain itu, penelitian yang dilakukan beberapa peneliti dengan subjek

penelitian pasien gagal ginjal kronik, sebelumnya pernah dilakukan. Diantaranya

penelitian oleh Hidayati dengan studi kualitatif, untuk melihat pengalaman self-care berdasarkan teori orem pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baiknya pengalaman

informan, tentang penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

melalui pemahaman akan pengalaman riwayat dahulu.56

Selanjutnya, penelitian oleh Afnia dengan tujuan untuk melihat hubungan

antara dukungan sosial dengan tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antara hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.57

Penelitian

Iskandarsyah, dengan metode korelasional, hasil yang di dapatkan menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara health locus control dengan

tingkat depresivitas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di

R>S. Khusus Ginjal Ny. Habibie Bandung.58

Dari penelitian yang pernah dilakukan mengenai coping religius serta

penelitian dengan subjek pasien gagal ginjal kronik, terdapat perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan penulis. Perbedaan kajian penelitian yang dilakukan

penulis diantaranya, dari aspek variabel peneltian, yaitu penelitian yang dilakukan

penulis untuk melihat pengaruh coping religius (sebagai variabel X) terhadap

kerentanan stres (sebagai variabel Y), selanjutnya fokus penelitian sebagaimana

yang disebutkan pada pembatasan masalah, metodologi penelitian dan tempat

subjek penelitian tidak serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

lain.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian yang akan

dilakukan, yaitu untuk mengetahui:

1) Pengaruh coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal ginjal

kronik di RSUP Fatmawati Jakarta.

2) Implementasi coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal

ginjal kronik di RSUP Fatmawati Jakarta.

3) Paradigma coping religius terhadap kerentanan stres pada pasien gagal ginjal

kronik.

56

Wahyu Hidayati, ‚Pengalaman Self-Care Berdasarkan Teori Orem Pada Pasien

Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis,‛ Jurnal Nursing Studies Vol. 1 No. 1

H. 244-251 (2012): 244. 57

Rani Afnia Sinaga, ‚Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Tingkat Depresi

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Menjalani Hemodialisa,‛ PSIK UNRI (2012). Diakses melalui http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789

/1877/1/JURNAL%20RA NI.pdf pada tanggal 13 Oktober 2013 pukul 09.22 WIB. 58

Aulia Iskandarsyah, ‚Hubungan Antara Health Locus Control dengan Tingkat

Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RS. R.A. Habibie Bandung,‛ Laporan Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Hal. 1-43 (2006): 1.

Page 43: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

15

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagaimana diterangkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang dilakukan diharapkan akan bermanfaat bagi Institusi dan

pengembangan integrasi antara Psikologi Islam dan Psikologi Klinis, khususnya

informasi tentang peranan coping religius sebagai solusi mengatasi kerentanan

stres pada pasien penyakit kronis.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisa, untuk mempertahankan intensitas

pelaksanaan ibadah dan meningkatkan pemahaman dan penghayatan keagamaan,

sehingga dapat mengelola stres untuk menyikapi pelbagai permasalahan kehidupan

yang dihadapi. Serta bermanfaat untuk Institusi tempat penelitian yaitu RSUP.

Fatmawati Jakarta, sebagai masukan kepada tenaga medis dan keluarga pasien

untuk meningkatkan dan mempertahankan hubungan yang baik kepada pasien,

bukan hanya memberikan bantuan medis, akan tetapi memberikan penguatan

psikologis dan spiritual pasien.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Setiap penelitian memiliki ciri khas dan kriteria tertentu, penelitian yang

akan dilakukan merupakan jenis penelitian kombinasi atau mix methods dengan

model explanatory sequential design yaitu penelitian kombinasi yang dilakukan

dengan cara dua tahapan. Pada tahapan pertama pengumpulan data kuantitatif dan

kemudian mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau

menguraikan hasil penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memberikan hasil

gambaran umum dari masalah penelitian. Sedangkan pendekatan kualitatif untuk

memperkuat analisis yang telah di dapatkan, diperlukan untuk memperbaiki,

memperluas atau menjelaskan gambaran umum.59

2. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian. Pertama variabel

independent (X) yaitu coping religius yang terdiri dari menemukan makna, kontrol

diri, kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan, menjalin hubungan dengan orang

lain dan kedekatan dengan Tuhan dan menciptakan perubahan dalam hidup. Kedua

variabel dependent (Y) yaitu kerentanan stres yang terdiri dari faktor sosial, faktor

psikologis dan faktor fisiologis. Maka kerangka variabel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada bagan 1:

59

Menurut Creswell dan Plano Clark penelitian kombinasi adalah prosedur untuk

mengumpulkan, menganalisis dan pencampuran antara metode kuantitatif dan kualitatif

dalam studi tunggal atau serangkaaian penelitian untuk memahami masalah penelitian. John

W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th Edition (Boston: Pearson, 2012), 535 dan 542.

Page 44: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

16

Bagan 1. Kerangka Variabel Penelitian

3. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk mendeskripsikan konsep teoretik

kedalam bentuk yang dapat di ukur, guna menghindari salah penafsiran.

Coping religius yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah usaha pasien

gagal ginjal kronik untuk bertahan dan mengatasi kerentanan stres yang dialami

melalui pendekatan keyakinan beragama dan aktivitas keagamaan untuk

menemukan makna, pengontrolan diri, mendapatkan kenyamanan, serta menjaga

hubungan sosial dan menciptakan perubahan dalam hidup. Untuk mengukur coping religius pada subjek penelitian ini, menggunakan skala yang disusun sendiri oleh

penulis berdasarkan pengembangan skala coping religius dari Kenneth I.

Pargament yaitu The RCOPE, terdiri dari dimensi coping religius yaitu: 1)

Menemukan makna; 2) Kontrol diri; 3) Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan;

4) Menjalin hubungan dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan; 5)

Menciptakan perubahan dalam hidup.60

Sedangkan kerentanan stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keadaan psikologis yang rentan merasa tertekan, disertai oleh keluhan fisik dan

gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh

penyakit fisik yang berkesinambungan pada pasien gagal ginjal kronik. Untuk

mengukur kerentanan stres pada subjek penelitian ini, menggunakan skala yang

disusun sendiri oleh penulis berdasarkan pengembangan skala kerentanan stres dari

Miller dan Smith yaitu Stress Vulnerability Self-Test (SVS-T) yang diadopsi oleh

Durak dan Sahin terdiri dari 20 aktivitas kehidupan sehari-hari individu yang

berhubungan dengan faktor berisiko terhadap kerentanan stres yaitu: 1) Faktor

menerima dan memberikan dukungan sosial (Sosial); 2) Faktor menyiapkan

beberapa waktu hanya untuk diri sendiri (Psikologis); 3) Faktor kegiatan terhadap

tubuh (Fisiologis).61

60

John E. Fetzer, Multidimensional Measurement of Religiousness /Spirituality for use in Health Research, 48-49.

61Lebih lanjut, akan dijelaskan pada sub bab metode pengumpulan data. Lyle

Miller and Alma Dell Smith, ‚Stress Vulnerability Self-Test,‛ Berkeley Wellness Letter (1985). Diakses melalui http://www.unmc.edu/media /stucouns/docs/stress_vulnerability

Page 45: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

17

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisa RSUP. Fatmawati Jakarta dan

kediaman rumah pasien gagal ginjal kronik. Penelitian ini berlangsung dari tanggal

21 Juli 2014 sampai dengan tanggal 12 Februari 2015. Mulai dari persiapan

penelitian, pengambilan data dan pengolahan analisis data.

5. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Sugiyono mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.62

Selanjutnya Azwar mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian.63

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari pasien gagal ginjal

kronik yang diharuskan dokter spesialis penyakit dalam untuk rutin menjalani

terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta yang terdata pada periode bulan

Agustus tahun 2014 yang berjumlah 90 pasien.64

Populasi dalam penelitian ini

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Individu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang telah di diagnosa

dokter spesialis penyakit dalam sebagai pasien gagal ginjal kronik dan

diharuskan rutin menjalani terapi hemodialisa di RSUP. Fatmawati Jakarta.

2) Pasien gagal ginjal kronik yang aktif terjadwal dan terdata pada periode bulan

Agustus tahun 2014 di RSUP. Fatmawati Jakarta.

3) Pasien yang beragama Islam (hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan

dalam perspektif agama Islam).

4) Pasien yang minimal berusia 23 tahun. Hal ini dimaksudkan agar alat

pengukuran berupa skala dan wawancara lebih bisa dipahami dan menimbang

hal etik jika meneliti pasien yang belum memasuki usia dewasa.

5) Pasien yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian serta sehat secara psikis

dan fisik saat penelitian berlangsung.

b. Sampel Penelitian

Menurut Azwar sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel harus

memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi.65

Senada dengan Sugiyono, sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.66

_test. pdf pada tanggal 30 Oktober 2013 pukul 10.09 WIB. Lihat juga Aysegul Durak

Batigun and Nesrin H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job Satisfaction: Two Scales for Job

Stress and Health Psychology Research,‛: 7. 62

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2013), 119.

63Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 77.

64Jumlah pasien diketahui berdasarkan informasi dari suster di Ruang Unit

Hemodialisa RSUP. Fatmawati Jakarta. 65

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, 79.

Page 46: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

18

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

random sederhana.67

Menurut Arikunto, pengambilan sampel secara random,

peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek

dianggap sama. Maka, peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk

dipilih menjadi sampel.68

Senada dengan Sugiyono, dikatakan random sederhana

karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.69

Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan

Newton. Maka dengan jumlah populasi 90 pasien dengan menggunakan taraf

kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 72 pasien.70

Akan

tetapi, fakta dilapangan saat pengambilan data kuantitatif hanya 62 pasien yang

berhasil dikumpulkan datanya. Hal ini dikarenakan, pada saat penelitian kondisi

pasien sedang tidak memungkinkan untuk berpartisipasi dalam penelitian, ada

beberapa pasien yang meninggal, serta ada pasien yang belum bersedia

berpartisipasi dalam penelitian. Selain itu untuk mengganti subjek penelitian

dengan pasien yang lainnya, hal ini juga tidak dapat dilakukan, karena menimbang

kondisi pasien serta ada beberapa pasien yang meninggal dunia.

Selanjutnya untuk kebutuhan uji coba alat ukur skala dalam penelitian ini,

menggunakan teknik uji coba alat ukur secara bersamaan dengan penelitian atau

yang disebut try out terpakai. Menurut Widhiarso, try out terpakai yaitu

penggabungan kegiatan pengembangan alat ukur dan penelitian dalam satu

kegiatan. Data yang di dapatkan dari sampel, dipakai untuk analisis psikometris

sekaligus analisis statistika.71

Senada dengan Setiadi, Matindas dan Chairy

menyatakan try out terpakai merupakan istilah yang digunakan untuk proses

penelitian menggunakan sampel sama dengan sampel yang digunakan untuk

menguji reliabilitas dan validitas alat ukur. Dengan menggunakan try out terpakai

artinya peneliti hanya menyebarkan skala sebanyak satu kali.72

66

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 120.

67Penggunaan teknik random sampling sesuai digunakan dalam populasi yang tidak

terlalu besar. Explorable, ‚Random Sampling,‛ Explorable.Com 13 Juli (2009). Diakses

melalui https://explorable.com/simple-random-sampling?gid=1578 pada tanggal 03 Juli

2014 pukul 21:15 WIB. 68

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 177. 69

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 122.

70Tabel penentuan sampel dari Isaac dan Newton dengan taraf kesalahan 1%, 5%

dan 10 % dapat dilihat di lihat dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 131.

71Wahyu Widhiarso, ‚Apa Beda Psikometri dan Statistika?,‛ Fakultas Psikologi

UGM, 13 November (2010). Diakses melalui http://widhiarso.staff. ugm.ac.id/wp/apa-beda-

psikometri-dan-statistika/ pada tanggal 03 Juli 2014 pukul 16:04 WIB. 72

Audy Ayu Arisha dan Tience Debora Valentina, ‚Hubungan Kelekatan Orangtua-

Remaja Dengan Kemandirian Pada Remaja di SMKN 1 Denpasar,‛ Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1 No. 1 H. 181-189 (2013): 185.

Page 47: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

19

Uji coba terpakai dilakukan karena penulis belum menemukan subjek

individu yang memiliki karakteristik yang sama disekitar tempat penelitian, serta

subjek dalam populasi penelitian juga terbatas. Selain itu memperhatikan aspek

etika kesehatan terhadap pasien, karena yang diteliti adalah seorang pasien yang

sewaktu-waktu keadaannya bisa berubah, maka untuk diadakan uji coba ulang

perlu pertimbangan yang bijak. Selain itu, keterbatasan waktu dan keterbatasan

dana penelitian juga menjadi alasan mengapa dilakukan try out terpakai dalam

pengujian alat ukur penelitian ini.73

Walaupun menggunakan try out terpakai, penulis tetap menguji validitas

dan reliabilitas item-item skala dalam penelitian ini. Skala dalam penelitian ini

juga telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para ahli (judgment experts),

yaitu selaku ahli di bidang Psikologi Islam (pembimbing) dan ahli selaku Tim Kaji

Etik Penelitian Kesehatan, meliputi pemeriksaan telaah aspek materi, konstruksi

dan bahasa telah ditelaah para ahli dan dinyatakan layak digunakan dalam

penelitian ini.74

Selain itu, try out terpakai dimungkinkan dalam penelitian ini karena skala

dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari alat ukur yang telah diuji

reliabilitas dan validitasnya berkali-kali pada beberapa penelitian sebelumnya

dengan menggunakan subjek yang beragam. Selanjutnya, dikarenakan penelitian

ini merupakan jenis penelitian kombinasi atau mix methods, maka dari 62

partisipan dalam penelitian tahap pertama (kuantitatif) diambil 2 pasien untuk

peneltian ke dua (kualitatif).

6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini bersumber

dari data primer dan data skunder.75

Data primer berasal dari metode skala,

sedangkan data sekunder berasal dari metode wawancara, metode observasi dan

metode dokumentasi. Untuk memperjelas metode pengumpulan data dalam

penelitian ini, akan dijelaskan sebagaimana berikut:

73

Menurut Sugiyono pengujian instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari

mana populasi diambil (pengujian pengalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas

external). Jumlah anggota sampel yang digunakan untuk pengujian sekitar 30 orang.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 172. 74

Menurut Sugiyono untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat

dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini, setelah instrumnet dikonstruksi tentang aspek-

aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya

dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah

disusun. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris

dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrument tersebut

dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan

untuk pengujian sekitar 30 orang. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 172.

75Menurut Azwar, data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran langsung pada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, 91.

Page 48: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

20

a. Metode Skala

Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh

penulis berdasarkan pengembangan dari konsep teoritiknya dengan menggunakan

model skala Likert.76

Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu skala

coping religius dan skala kerentanan stres. Skala dalam penelitian ini memiliki 5

alternatif jawaban dan masing-masing diberi skor sesuai dengan jenis

pernyataannya yaitu jenis pernyataan yang mendukung (favourable) dan jenis pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Alternatif jawaban dan skor

item dalam penelitian ini selengkapnya diterangkan pada tabel 1:

Tabel 1. Alternatif Jawaban dan Skor Item Skala Penelitian

Pernyataan Favourable Skor

Item Pernyataan Unfavourable

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 SS (Sangat Sesuai)

TS (Tidak Sesuai) 2 S (Sesuai)

AS (Agak Sesuai) 3 AS (Agak Sesuai)

S (Sesuai) 4 TS (Tidak Sesuai)

SS (Sangat Sesuai) 5 STS (Sangat Tidak Sesuai)

Skala dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian validitas dan

reliabilitas sebelum digunakan dalam analisis data penelitian menggunakan

bantuan program SPSS versi 12.0 for Windows. Validitas dalam pengertiannya

yang paling umum adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan

fungsi ukurnya.77

Jenis uji validitas yang digunakan adalah validitas konstrak.

Menurut Azwar, uji validitas konstrak yaitu sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya.

78

Untuk menguji validitas konstrak dalam penelitian ini dilakukan dengan

dua tahap. Pertama dikonsultasikan terlebih dahulu kepada para ahli (judgment experts) yaitu selaku ahli di bidang Psikologi Islam (pembimbing) dan ahli selaku

Tim Kaji Etik Penelitian Kesehatan, meliputi pemeriksaan telaah aspek materi,

konstruksi dan bahasa telah ditelaah ahli dan dinyatakan layak.79

Setelah disetujui,

maka langkah kedua adalah alat ukur diujicobakan dengan menggunakan teknik uji

coba atau try out terpakai, artinya pelaksanaan uji coba dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan penelitian sesungguhnya.80

76

Model skala Likert disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan

negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, 97.

77Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), 7. 78

Saifuddin Azwar, Tes Prestasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 175. 79

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 172.

80Ario Wiratmoko, ‚Pengaruh Kegiatan Ekstrakulikuler Robotika Terhadap

Kecerdasan Emosional Siswa di SMK Negeri 3 Yogyakarta,‛ Jurnal Penelitian Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (2012): 8.

Page 49: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

21

Subjek uji coba instrument ukur diambil dari sampel penelitian yang

berjumlah 62 responden yang dilaksanakan di ruang Unit Hemodialisa RSUP

Fatmawati Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2014 sampai dengan 29 Agustus 2014.

Kaidah dalam menentukan data butir item yang dikatakan valid berdasarkan

koefisien korelasi item total. Azwar menyatakan bahwa analisis butir item

dikatakan valid dengan melihat kriteria koefisien korelasi nilai rix ≥ 0,30 maka data

butir item dikatakan valid.81

Sedangkan reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran,

dengan demikian pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah yang mampu

memberikan hasil ukur terpercaya atau reliabel.82

Jenis uji reliabilitas yang akan

digunakan adalah pengujian internal consistency. Menurut Sugiyono, pengujian

internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,

kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis

dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.83

Teknik uji reliabilitas yang akan digunakan adalah teknik reliabilitas alpha cronbach. Data untuk menghitung koefesien reliabilitas alpha cronbach diperoleh

lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada

sekelompok responden. Dengan menyajikan satu skala hanya satu kali, maka

problem yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang dapat

dihindari.84

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen berdasarkan pendapat Sugiyono

yang menyatakan suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila koefisien reliabilitas

minimal 0,6.85

Senada dengan Azwar yang menyatakan bahwa koefesien

reliabilitas rxx′ yang angkanya dengan taraf signifikan rentang antara 0-1,00 maka

data yang mendekati taraf signifikan 0-1,00 dikatakan reliabel.86

Skala dalam

penelitian ini diterangkan sebagai berikut:

1) Skala Coping Religius

Skala coping religius dalam penelitian ini disusun sendiri oleh penulis

berdasarkan pengembangan skala coping religius dari Kenneth I. Pargament yaitu

The RCOPE, terdiri dari dimensi coping religius, yaitu: 1) Menemukan makna; 2)

Kontrol diri; 3) Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan; 4) Menjalin hubungan

dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan; 5) Menciptakan perubahan dalam

hidup.87

Skala coping religius dalam penelitian ini terdiri dari 25 item pernyataan

dengan jenis skala sikap model Likert yang terbagi menjadi item positif coping

81

Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 65. 82

Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 83. 83

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), 179.

84Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 87.

85Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods), 184. 86

Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 83. 87

John E. Fetzer, Multidimensional Measurement of Religiousness /Spirituality for use in Health Research, 48-49.

Page 50: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

22

religius atau pernyataan yang mendukung (favourable) sebanyak 15 item dan item negatif coping religius atau pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable)

sebanyak 10 item.

Keampuhan dan kehandalan dari skala coping religius (The RCOPE) dari

Kenneth I. Pargament sebelumnya pernah diuji oleh Fiona Mawson. Skala coping

religius yang dikembangkan oleh Mawson dalam penelitiannya terdiri dari 17 sub-

skala dengan 105 item pernyataan. Dari hasil validasi skala coping religius yang

digunakan kepada dua sampel perguruan tinggi N = 540 dan sampel lansia yang

dirawat di rumah sakit N = 551. Pengujian konsistensi internal yang dilakukan

dalam penelitian Mawson (α = 0,61-0,94) dengan hanya dua faktor di bawah α =

0,80.88

Hal ini menandakan bahwa alat ukur skala The RCOPE ini cukup baik dan

handal.

Selanjutnya Minsun Lee juga pernah melakukan pengujian kehandalan dan

keampuhan skala The RCOPE dari Pargament. Skala coping religius yang

dikembangkan oleh Lee dalam penelitiannya terdiri dari 21 sub-skala dengan 3

item untuk setiap sub-skala yang mewakili positif coping religius dan negatif

coping religius. Sampel dalam penelitian yang dilakukan Lee adalah individu yang

didiagnosis HIV atau AIDS di kota Philadelphia, N = 200. Pengujian konsistensi

internal yang dilakukan dalam penelitian Lee di dapatkan koefisien α dari .80 atau

lebih besar di antara sampel perguruan tinggi dan α sebesar 0,65 atau lebih besar di

antara sampel medis.89

Hal ini menandakan skala The RCOPE cukup baik dan

handal.

Selain itu penulis sendiri melakukan pengujian validitas dan reliabilitas

skala coping religius yang dipakai dalam penelitian ini. Setelah dilakukan uji

validitas terhadap skala coping religius yang berjumlah 25 butir item, diperoleh 17

item yang memenuhi batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dianggap valid atau layak

untuk digunakan dalam penelitian dan analisis data selanjutnya. Sedangkan 8 item

sisanya tidak mencapai batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dinyatakan gugur atau

tidak layak digunakan untuk penelitian.

Butir item skala coping religius yang valid berdasarkan nilai rix ≥ 0,30 yaitu

item: 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 23. Sedangkan butir item skala coping religius yang gugur tidak mencapai nilai rix ≥ 0,30 yaitu item: 5, 6, 11,

15, 16, 17, 24, 25.90

Setelah butir item skala coping religius yang tidak valid

digugurkan, maka angka reliabilitasnya meningkat dari nilai rxx′ 0,806 menjadi

nilai rxx′ 0,839.91

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, maka skala coping religius yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya untuk

memperjelas sebaran butir item skala coping religius yang valid dan gugur,

sebagaimana diterangkan pada tabel 2:

88

Fiona Mawson, ‚Sweat Ceremony: Religious Coping Styles, Psychological

Wellbeing and Spirituality,‛ Monash University: Thesis Master Of Psychology (2011): 29-

30. 89

Minsun Lee, ‚Religious Coping, Depression, and Quality of Life in People Living

With HIV/AIDS,‛ Drexel University: Dissertation Doctotate in Philosophy (2012): 30-31. 90

Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping religius‛. 91

Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Religius‛.

Page 51: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

23

Tabel 2. Sebaran Butir Item Skala Coping Religius

Dimensi Coping Religius

Sebaran Nomor Item Jumlah

Item

Valid

Jumlah

Item Gugur

Favourable Unfafourable

Menemukan makna 1, (11), 21 (6), (16) 2 3

Kontrol Diri 2, 12, 22 7, (17) 4 1

Kenyamanan dan Kedekatan

dengan Tuhan

3, 13, 23 8, 18 5 0

Menjalin Hubungan dengan

Orang Lain dan Kedekatan

dengan Tuhan

4, 14, (24) 9, 19 3 1

Menciptakan Perubahan

Dalam Hidup

(5), (15),

(25)

10, 20 2 3

Jumlah Total Item 15 10 17 8

Ket: Butir item yang ada di dalam kurung ( ) adalah butir item yang gugur

2) Skala Kerentanan Stres

Skala kerentanan stres dalam penelitian ini disusun sendiri oleh penulis

berdasarkan pengembangan skala kerentanan stres dari Miller dan Smith yaitu

Stress Vulnerability Self-Test (SVS-T) yang diadopsi oleh Durak dan Sahin,

terdiri dari 20 aktivitas kehidupan sehari-hari individu yang berhubungan dengan

faktor berisiko terhadap kerentanan stres yaitu: 1) Faktor menerima dan

memberikan dukungan sosial (Sosial); 2) Faktor menyiapkan beberapa waktu

hanya untuk diri sendiri (Psikologis); 3) Faktor kegiatan terhadap tubuh

(Fisiologis).92

Skala kerentanan stres dalam penelitian ini terdiri dari 20 item pernyataan

dengan jenis model skala Likert, yang terbagi menjadi item pernyataan yang

mendukung (favourable) sebanyak 11 item dan item pernyataan yang tidak

mendukung (unfavourable) sebanyak 9 item. Skala Stress Vulnerability Self-Test (SVS-T) dari Miller dan Smith pernah di uji kehandalanya oleh Durak dan Sahin

dalam penelitian terhadap dua kriteria subjek yang berbeda. Pertama, individu

yang bekerja di bank swasta N = 426, di dapatkan hasil uji reliabilitas nilai rxx 0,74.

Kedua, individu yang bekerja di perusahaan pribadi N = 94, di dapatkan hasil nilai

rxx 0,78.93

Dari kedua hasil uji reliabilitas terhadap skala SVS-T, artinya secara garis

besar alat ukur SVS-T ini cukup baik dan handal. Selanjutnya skala SVS-T dari

Miller dan Smith pernah diuji kehandalan dan keampuhannya dalam penelitian

92

Lyle Miller and Alma Dell Smith, ‚Stress Vulnerability Self-Test,‛ diakses

melalui: http://www.unmc.edu/media/stucouns/docs/stress_vulnerabi lity_test.pdf pada

tanggal 30 Oktober 2013 pukul 10.09 WIB. Lihat juga Aysegul Durak Batigun and Nesrin

H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job Satisfaction: Two Scales for Job Stress and Health

Psychology Research,‛: 7. 93

Aysegul Durak Batigun and Nesrin H. Sahin, ‚Type-A Personality and Job

Satisfaction: Two Scales for Job Stress and Health Psychology Research,‛: 7.

Page 52: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

24

oleh Sanlier dan Unusan terhadap perempuan di Turki N = 889. Skala SVS-T yang

dikembangkan untuk mengukur 13 dimensi gejala primer dan 3 indeks global. Dari

hasil pengujian koefesien reliabilitas internal (alpha cronbach) di dapatkan nilai rxx

0,75. Hal ini menunjukkan, secara garis besar alat ukur SVS-T ini cukup baik dan

handal.94

Selain itu penulis sendiri melakukan pengujian validitas dan reliabilitas

skala kerentanan stres yang dipakai dalam penelitian ini. Setelah dilakukan uji

validitas terhadap skala kerentanan stres yang berjumlah 20 butir item, diperoleh

14 item yang memenuhi batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dianggap valid atau layak

untuk digunakan dalam penelitian dan analisis data selanjutnya. Sedangkan 6 item

sisanya tidak mencapai batas kriteria nilai rix ≥ 0,30 dan dinyatakan gugur atau

tidak layak digunakan untuk penelitian.

Butir item skala kerentanan stres yang valid berdasarkan nilai rix ≥ 0,30

yaitu item: 1, 2, 3, 4, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 20. Sedangkan butir item skala coping religius yang gugur tidak mencapai nilai rix ≥ 0,30 yaitu item: 5, 6, 8,

9, 14, 15.95

Setelah butir item skala kerentanan stres yang tidak valid digugurkan,

maka angka reliabilitasnya meningkat dari nilai rxx′ 0,722 menjadi nilai rxx′ 0,828.96

Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka skala kerentanan stres yang digunakan

dalam penelitian dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya untuk memperjelas sebaran

butir item skala kerentanan stres yang valid dan gugur, sebagaimana diterangkan

pada tabel 3:

Tabel 3. Sebaran Butir Item Skala Kerentanan Stres

Aspek Kerentanan Stres

Sebaran Nomor Item Jumlah

Item Valid

Jumlah

Item

Gugur Favourable Unfafourable

Menerima dan Memberikan

Dukungan Sosial (Sosial)

1, 7, 13, 18 4, 10, 16 7 0

Menyiapkan Beberapa Waktu

Hanya Untuk Diri Sendiri

(Psikologis)

2, (8),

(14), 19

(5), 11, 17 4 3

Kegiatan Terhadap Tubuh

(Fisiologis)

3, (9),

(15), 20

(6), 12 3 3

Jumlah Total Item 11 9 14 6

Ket: Butir item yang ada di dalam kurung ( ) adalah butir item yang gugur

94

N. Sanlier and N. Unusan, ‚The Relationship Between Body Weight and Stress

and Nutritional Status in Turkish Women,‛ Pakistan Journal of Nutrition 6 (4): 339-334

(2007): 340. 95

Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kerentanan Stress‛. 96

Lihat lampiran ‚Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Coping Religius‛.

Page 53: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

25

b. Metode Wawancara

Menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan.97

Tujuan wawancara dalam penelitian ini untuk

menemukan permasalahan yang lebih khusus dan mengkonfirmasi hasil temuan

hasil data kuantitatif.

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak

terstruktur dan wawancara semi struktur. Wawancara tidak terstruktur yaitu

pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.

Sedangkan Wawancara semi struktur yaitu mula-mula pewawancara menanyakan

serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam

dalam mengorek keterangan lebih lanjut.98

Informan wawancara dalam penelitian

ini yaitu dua orang pasien gagal ginjal kronik yang dianggap dapat mewakili

sampel penelitian, yang dipilih berdasarkan pertimbangan dari hasil data

kuantitaif. Selain itu peneliti juga mewawancarai keluarga pasien, perawat dan

dokter yang merawat pasien gagal ginjal kronik. 99

c. Metode Observasi

Arikunto mengatakan metode observasi merupakan kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.100

Jenis

observasi yang dilakukan menggunakan observasi non sitematis, yaitu dilakukan

oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.101

Teknik

observasi menggunakan teknik pemeran serta sebagai pengamat, peranan peneliti

sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi

masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti menjadi anggota pura-pura, jadi

tidak melebur dalam arti sesungguhnya.102

Dalam penelitian ini, penulis mengobservasi pasien gagal ginjal kronik,

keluarga pasien, perawat dan dokter di Unit Pelayanan Hemodialisa RSUP.

Fatmawati Jakarta. Tujuan pelaksanaan observasi untuk mengungkap deskripsi

tentang pola interaksi dan perilaku pasien, keluarga pasien, perawat dan dokter.

97

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 1991), 135. 98

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, sebelum digunakan

dalam penelitian, telah melalui uji telaah ahli terlebih dahulu. Setelah dinyatakan layak

maka digunakan dalam penelitian. Pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran ‚Pedoman

Wawancara Penelitian‛. Lebih lanjut lihat dalam Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,

270. 99

Subjek wawancara yang diambil dari sampel penelitian memiliki kriteria: 1)

Pasien gagal ginjal kronik rentang usia > 50 tahun, hal ini dilakukan karena berdasarkan

hasil data kuantitatif di dapatkan bahwa pasien rentang usia > 50 tahun cenderung

mengalami kerentanan stres yang paling tinggi secara umum; 2) Pasien berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan; 3) Pasien yang bersedia dan mudah dijumpai. 100

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 199. 101

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 200. 102

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 127.

Page 54: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

26

d. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto, metode dokumentasi dalam praktiknya, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.103

Dalam pengumpulan

data melalui metode dokumentasi, penulis mengumpulkan data tentang keadaan

pasien gagal ginjal kronik di Unit Pelayanan Hemodialisa RSUP Fatmawati

Jakarta dan profil pelayanan RSUP. Fatmawati Jakarta terhadap pasien gagal

ginjal.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan.

Tahapan pertama metode analisis data penelitian kuantitatif yang meliputi dua

pengujian yaitu pengujian asumsi dan pengujian hipotesis. Pengolahan data

tahapan penelitian kuantitatif menggunakan bantuan program SPSS versi 12.0 for Windows. Setelah analisis data tahapan pertama terpenuhi dan data kualitatif telah

di dapatkan maka pada tahapan kedua dilakukan metode analisis data kualitatif

dengan menggunakan teknik analisis triangulasi data.

a. Pengujian Asumsi

Pada tahap uji asumsi terbagi menjadi dua tahap pengujian yang meliputi

pengujian normalitas sebaran data dan pengujian linieritas, sebagaimana yang akan

diterangkan sebagai berikut:

1) Uji Normalitas Sebaran Data

Menurut Hadi, uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui

apakah skor variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak.104

Untuk

mengetahui normal atau tidaknya sebaran data, maka dilakukan perhitungan uji

normalitas sebaran dengan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (K-S Z).105

Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data, berdasarkan kaidah dari

Hadi, bahwa data dikatakan berdistribusi normal jika nilai ρ > 0,05, sebaliknya jika

nilai ρ ≤ 0,05 maka sebaranya dinyatakan tidak normal.106

2) Uji Linieritas

Menurut Hadi, uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

yang akan dianalisis berhubungan secara linier atau tidak. Untuk mengetahui data

dikatakan linier, menurut Hadi, jika kurang dari ρ < 0,05 berarti variabel bebas

berkorelasi linier dengan variabel terikat. Sebaliknya, jika lebih atau sama dengan

ρ > 0,05 berarti variabel bebas tidak berkorelasi linier dengan variabel terikat.107

103

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 201. 104

Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000 (Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada, 2000), 102. 105

Triton Prawira Budi, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik (Yogyakarta: Andi, 2006), 77.

106Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 102.

107Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 103.

Page 55: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

27

b. Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini, yaitu melihat pengaruh variabel X (coping religius) terhadap

variabel Y (kerentanan stres) menggunakan analisis regresi. Menurut Hadi, analisis

regresi disingkat anareg, mengemban tugas menguji signifikansi korelasi antara

satu (atau lebih) variabel bebas atau prediktor X dengan satu variabel terikat atau

kriterium Y yang semuanya baik X maupun Y merupakan variabel kontinum.108

Untuk melihat dominasi dan kontribusi dari masing-masing dimensi coping religius terhadap kerentanan stres, maka digunakan analisis regresi berganda

(multiple regression). Menurut Triton regresi berganda adalah analisis regresi

dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.109

Senada dengan Arikunto menyatakan bahwa analisis regresi ganda

(multiple regression) adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat

lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat.

Analisis korelasi dan regresi berganda adalah analisis tentang hubungan antara

satu dependen variabel dengan dua atau lebih independen variabel.110

Selanjutnya

untuk melihat tingkatan signifikansi pengaruh antara dua variabel yaitu variabel

coping religius terhadap variabel kerentanan stres, berdasarkan jika nilai

signifikansi ρ < 0,05 maka dinyatakan signifikan.111

c. Pengujian Triangulasi Data

Dikarenakan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kombinasi

(kuantitatif dan kualitatif). Selain pengujian statistik data empiris yang berasal

dari studi kuantitatif, maka dilakukan teknik analisis data kualitatif menggunakan

teknik analisis triangulasi data. Penggunaan analisis triangulasi untuk memperkuat

hasil temuan data kuantitiaif.

Menurut Moleong, triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang di dapatkan. Pengecekan

data yang dimaksud, untuk membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil temuan dengan

pendapat dan hasil penelitian yang pernah dilakukan, membandingkan hasil

wawancara dengan dokumen yang berkaitan.112

Selanjutnya menurut Creswell,

teknik triangulasi adalah proses menguatkan bukti dari individu yang berbeda,

jenis data (misalnya, catatan lapangan observasional dan wawancara), atau metode

pengumpulan data (misalnya, dokumen dan wawancara) dalam deskripsi dan tema

dalam penelitian kualitatif.113

108

Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 122. 109

Triton Prawira Budi, SPSS 13.0 Terapan; Riset Statistik Parametrik, 132. 110

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 338-339. 111

Sutrisno Hadi, Seri Program Statistik-Versi 2000, 115. 112

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 178. 113

W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th Edition, 259.

Page 56: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

28

d. Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis Mayor

Hipotesis mayor dalam penelitian ini bahwa coping religius berpengaruh

negatif terhadap kerentanan stres. Maka dapat dipahami bahwa penelitian ini akan

membuktikan, semakin tinggi coping religius akan berpengaruh dalam menurunkan

kerentanan stres. Sebaliknya, semakin rendah coping religius akan berpengaruh

dalam meningkatkan kerentanan stres.

b. Hipotesis Minor

Hipotesis minor dalam penelitian ini bahwa tingkat kerentanan stres pada

pasien gagal ginjal kronik, memiliki kondisi stres yang berbeda-beda, tergantung

seberapa tinggi tingkat metode coping religius pada setiap pasien dalam

menanggulangi kerentanan stres yang dialami.

G. Sistematika Penulisan Tesis

Penulisan tesis ini, secara terperinci sebagaimana diterangkan sebagai

berikut:114

Bab pertama yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,

permasalahan, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Dilanjutkan bab kedua, penulis mengangkat judul besar yaitu konseptual

teoritis coping religius dan kerentanan stres. Dalam bab dua, terdapat sub bab

perdebatan akademik mengenai dekonstruksi kebenaran: Coping religius sebagai

treatment stres. Dilanjutkan dengan kajian teoritis mengenai kerentanan stres: bio-

psiko-sosio-spiritual disorder, yang memaparkan tinjauan teoritis mengenai stres,

faktor-faktor yang mempengaruhi stres dan reaksi terhadap stres. Dilanjutkan

dengan kajian teoritis mengenai pendekatan coping religius yang memaparkan

tinjauan teoritis coping religius sebagai strategi coping stres, dimensi coping religius, ditutup dengan pembahasan tentang manusia dan kebutuhan beragama.

Pada bab ketiga, secara garis besar penulis mengangkat judul besar yaitu

kerentanan stres pada pasien gagal ginjal kronik. Sub bab dalam bab tiga, peneliti

memaparkan konsep teoritis mengenai penyakit gagal ginjal, terapi medis pada

pasien gagal ginjal kronik yang meliputi terapi hemodialisa, terapi peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Selanjutnya peneliti menunjukkan beberapa hasil

temuan penelitian empiris dalam penelitian ini mengenai problem yang dihadapi

pada pasien gagal ginjal kronik. Peneliti juga menunjukkan bukti empiris yang

difokuskan pada analisis data kuantitatif mengenai pengaruh strategi coping religius sebagai faktor penurunan kerentanan stres yang dialami pasien gagal ginjal

kronik.

114

Sistematika penulisan Tesis disusun berdasarkan: Tim Penyusunan Buku

Pedoman, Pedoman akademik; Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015

(Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011). Tim Penyusunan Pedoman Penulisan, Pedoman Penulisan; Bahasa Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes Dalam Karya Ilmiah (Jakarta: Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

Page 57: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

29

Setelah memaparkan hasil studi kuantitatif dalam bab ketiga. Maka pada

bab keempat, secara garis besar penulis membahas mengenai hasil studi kualitatif

dengan judul besar intervensi coping religius pada pasien gagal ginjal kronik.

Secara terperinci penulis memaparkan coping religius: sebuah upaya islamisasi,

implementasi coping religius: ibadah kepada tuhan dan efektivitas coping religius

dalam mengatasi stres pada pasien gagal ginjal kronik. Selanjutnya, bab kelima

merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Dilengkapi

juga daftar pustaka, lampiran-lampiran analisis data dan surat-surat keterangan

yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian.

Page 58: COPING RELIGIUS DAN KERENTANAN STRES PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39489/1/IREDHO FANI... · dalam hidup penulis, tapi tidak semuanya dapat disebutkan

30