artikel ilmiah fani fakhrurozi (h1d007060)

14
PENGARUH PENAMBAHAN KENDARAAN BERAT TERHADAP UMUR RENCANA AKIBAT PERUBAHAN NILAI ANGKA EKUIVALEN DENGAN METODE BINA MARGA Oleh: Fani Fakhrurozi 1) , Hery Awan Susanto,ST.,MT 2) , Eva Wahyu Indriyati,ST.,MT 3) ABSTRAK Perkembangan Kota Purwokerto yang pesat khususnya untuk Kecamatan Ajibarang dimana merupakan salah satu pusat kegiatan industri di kota Purwokerto. Pertumbuhan kegiatan industri yang ada akan dapat meningkatkan pertumbuhan lalu lintas yang dapat menyebabkan tingkat kerusakan pada suatu perkerasan jalan, apabila tidak dilakukan perencanaan yang matang. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan jalan atau berkurangnya umur rencana perkerasan jalan. Salah satunya adalah faktor beban sumbu kendaraan yang meningkat akibat perkembangan kegiatan industri tersebut. Beban sumbu kendaraan atau yang biasa disebut sebagai nilai ekuivalen (E) adalah aspek dasar dalam suatu perencanaan perkerasan jalan. Oleh Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekuivalen (E) yang terjadi pada suatu wilayah dari kondisi sebelum adanya kegiatan industri dan sesudah adanya kegiatan industri. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan jumlah lalu lintas harian (LHR) yang akan dikonversi menjadi nilai ekuivalen (E) sebelum dan sesudah adanya kegiatan industri di ruas jalan Ajibarang Wangon yang terbagi atas tiga segmen terpisah. Hasil perhitungan nilai ekuivalen untuk umur rencana 20 tahun segmen I didapatkan sebesar 21.220.411,72 dengan perubahan nilai ekuivalen sebesar 1.491.349,45 sehingga dapat menyebabkan kerusakan dini pada suatu perkerasan sebesar 1,4 tahun dari umur rencana. Pada segmen II didapat nilai ekuivalen (E) sebesar 120.413.188,21 dengan perubahan nilai ekuivalen sebesar 5.464.078,63 sehingga dapat mempercepat kerusakan sebesar 10,8 bulan dari umur rencana. Dan pada segmen III didapat nilai ekuivalen sebesar (E) 126.511.981,56 dengan perubahan nilai ekuivalen sebesar 3.808.751,91 sehingga dapat menyebabkan kerusakan lebih cepat 7,22 bulan dari umur rencana. Kata kunci : Angka Ekuivalen (E), dan Umur Rencana 1) Penyusun, Mahasiswa Teknik Sipil Unsoed Purwokerto 2) Pembimbing 1, Staf Pengajar Fakultas Sains Dan Teknik Unsoed Purwoketo 3) Pembimbing 2, Staf Pengajar Fakultas Sains Dan Teknik Unsoed Purwoketo PENDAHULUAN Perkembangan Kota Purwokerto sebagai ibu kota Kabupaten Banyumas yang juga ibu kota eks karesidenan Banyumas semakin bertambah pesat. Untuk dapat menunjang kebutuhan masyarakat, beberapa fasilitas umum dan pusat perindustrian ditambah dan ditingkatkan, mulai dari berbagai fasilitas perbelanjaan, tempat rekreasi keluarga dan berbagai kegiatan industri lainnya. Salah satunya adalah Pabrik Semen Panasia yang saat ini sedang dibangun oleh PT. Sinar Tambang Arthalestari di daerah Ajibarang, Purwokerto Utara. Prasarana transportasi dituntut harus bisa memberikan tingkat pelayanan yang memenuhi kriteria aman, lancar, kuat, dan nyaman. Dalam kenyataannya banyak ruas jalan

Upload: vizzy-fani

Post on 20-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PENGARUH PENAMBAHAN KENDARAAN BERAT TERHADAP UMUR RENCANA AKIBAT PERUBAHAN NILAI ANGKA EKUIVALEN DENGAN METODE BINA MARGA

TRANSCRIPT

PENGARUH PENAMBAHAN KENDARAAN BERAT TERHADAP UMUR

RENCANA AKIBAT PERUBAHAN NILAI ANGKA EKUIVALEN DENGAN

METODE BINA MARGA

Oleh:

Fani Fakhrurozi1), Hery Awan Susanto,ST.,MT2), Eva Wahyu Indriyati,ST.,MT3)

ABSTRAK

Perkembangan Kota Purwokerto yang pesat khususnya untuk Kecamatan Ajibarang dimana

merupakan salah satu pusat kegiatan industri di kota Purwokerto. Pertumbuhan kegiatan

industri yang ada akan dapat meningkatkan pertumbuhan lalu lintas yang dapat menyebabkan

tingkat kerusakan pada suatu perkerasan jalan, apabila tidak dilakukan perencanaan yang

matang. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan jalan atau berkurangnya umur

rencana perkerasan jalan. Salah satunya adalah faktor beban sumbu kendaraan yang meningkat

akibat perkembangan kegiatan industri tersebut. Beban sumbu kendaraan atau yang biasa

disebut sebagai nilai ekuivalen (E) adalah aspek dasar dalam suatu perencanaan perkerasan

jalan. Oleh Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekuivalen (E) yang

terjadi pada suatu wilayah dari kondisi sebelum adanya kegiatan industri dan sesudah adanya

kegiatan industri. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan jumlah lalu lintas harian

(LHR) yang akan dikonversi menjadi nilai ekuivalen (E) sebelum dan sesudah adanya kegiatan

industri di ruas jalan Ajibarang – Wangon yang terbagi atas tiga segmen terpisah. Hasil

perhitungan nilai ekuivalen untuk umur rencana 20 tahun segmen I didapatkan sebesar

21.220.411,72 dengan perubahan nilai ekuivalen sebesar 1.491.349,45 sehingga dapat

menyebabkan kerusakan dini pada suatu perkerasan sebesar 1,4 tahun dari umur rencana. Pada

segmen II didapat nilai ekuivalen (E) sebesar 120.413.188,21 dengan perubahan nilai ekuivalen

sebesar 5.464.078,63 sehingga dapat mempercepat kerusakan sebesar 10,8 bulan dari umur

rencana. Dan pada segmen III didapat nilai ekuivalen sebesar (E) 126.511.981,56 dengan

perubahan nilai ekuivalen sebesar 3.808.751,91 sehingga dapat menyebabkan kerusakan lebih

cepat 7,22 bulan dari umur rencana.

Kata kunci : Angka Ekuivalen (E), dan Umur Rencana

1) Penyusun, Mahasiswa Teknik Sipil Unsoed Purwokerto 2) Pembimbing 1, Staf Pengajar Fakultas Sains Dan Teknik Unsoed Purwoketo 3) Pembimbing 2, Staf Pengajar Fakultas Sains Dan Teknik Unsoed Purwoketo

PENDAHULUAN

Perkembangan Kota Purwokerto sebagai ibu kota Kabupaten Banyumas yang juga ibu

kota eks karesidenan Banyumas semakin bertambah pesat. Untuk dapat menunjang kebutuhan

masyarakat, beberapa fasilitas umum dan pusat perindustrian ditambah dan ditingkatkan, mulai

dari berbagai fasilitas perbelanjaan, tempat rekreasi keluarga dan berbagai kegiatan industri

lainnya. Salah satunya adalah Pabrik Semen Panasia yang saat ini sedang dibangun oleh PT.

Sinar Tambang Arthalestari di daerah Ajibarang, Purwokerto Utara.

Prasarana transportasi dituntut harus bisa memberikan tingkat pelayanan yang

memenuhi kriteria aman, lancar, kuat, dan nyaman. Dalam kenyataannya banyak ruas jalan

yang rusak secara struktur sebelum mencapai umur rencana jalan (Kusnandar, 2005), penyebab

kerusakan jalan bisa terjadi saat perencanaan, pelaksanaan, dan saat jalan sudah operasional.

Dengan mengasumsikan bahwa kerusakan lebih disebabkan pada saat perencanaan, yaitu

menetapkan nilai parameter perencanaan jalan dari aspek lalu lintas, dalam hal ini beban

kendaraan.

Konstruksi perkerasan jalan akan menerima beban kendaraan yang dilimpahkan

melalui roda-roda kendaraan. Besarnya beban yang dilimpahkan bergantung pada berat total

kendaraan, konfigurasi sumbu, dan bidang kontak antara roda dengan perkerasan jalan. Dengan

demikian pengaruh masing-masing kendaraan terhadap kerusakan yang ditimbulkan tidaklah

sama. Oleh karena itu perlu adanya suatu beban standar, sehingga semua beban dapat

diekivalensikan ke beban standar dengan menggunakan ”Angka Ekivalen Beban Sumbu

Kendaraan (E)”.

Sehubungan dengan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan kajian

terhadap nilai angka ekuivalen dan pengaruhnya terhadap umur rencana perkerasan jalan pada

ruas jalan Ajibarang – Wangon.

TINJAUAN PUSTAKA

PERKERASAN LENTUR

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987), yang dimaksud dengan perkerasan

lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran

beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Secara

umum konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan pada tanah

dasar. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan

menyebarkannya ke lapisan di bawahnya, lapisan ini terdiri dari lapisan permukaan (surface

course), lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah (subbase course), dan

lapisan tanah dasar.

MUATAN SUMBU TERBERAT

Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda dari satu sumbu kendaraan terhadap jalan.

Beban tersebut selanjutnya didistribusikan ke fondasi jalan, bila daya dukung jalan tidak

mampu menahan muatan sumbu maka jalan akan rusak. Oleh karena itu ditetapkanlah Muatan

Sumbu Terberat (MST) yang bisa melalui suatu kelas jalan tertentu.

LALU LINTAS

Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang akan dipikul, berarti dari arus

lalu lintas yang hendak memakai jalan tersebut. Besarnya arus lalu lintas dapat diperoleh dari

analisa lalu lintas saat ini, sehingga diperoleh data mengenai jumlah kendaraan yang hendak

memakai jalan, jenis kendaraan beserta jumlah tiap jenisnya, konfigurasi sumbu dari setiap

jenis kendaraan, beban masing-masing sumbu kendaraan.

VOLUME LALU LINTAS

Jumlah kendaraan yang hendak memakai jalan dinyatakan dalam volume lalu-lintas. Volume

lalu-lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama

satu satuan waktu. Untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan, volume lalu lintas dinyatakan

dalam kendaraan/hari/ 2 arah untuk jalan 2 arah tidak terpisah dan kendaraan/hari/1 arah untuk

jalan satu arah atau 2 arah terpisah.

UMUR RENCANA

Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu-

lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat strukural (sampai diperlukan

overlay lapisan perkerasan). Selama umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap

harus dilakukan, seperti pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur

rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan

jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis karena

perkembangan lalu-lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan ketelitian yang memadai

(tambahan tebal lapisan perkerasan menyebabkan biaya awal yang cukup tinggi).

ANGKA EKUIVALEN BEBAN SUMBU (E)

Berat kendaraan dilimpahkan keperkerasan jalan melalui roda kendaraan yang terletak di

ujung-ujung sumbu kendaraan. Setiap jenis kendaraan mempunyai konfigurasi sumbu yang

berbeda-beda. Sumbu depan merupakan sumbu tunggal roda tunggal, sumbu belakang dapat

merupakan sumbu tunggal ataupun sumbu ganda. Dengan demikian setiap jenis kendaraan

akan mempunyai angka ekuivalen yang merupakan jumlah angka ekuivalen dari sumbu depan

dan sumbu belakang. Beban masing-masing sumbu dipengaruhi oleh titik berat kendaraan dan

bervariasi sesuai dengan muatan dari kendaraan tersebut.

FAKTOR PERTUMBUHAN LALU LINTAS (i%)

Yang dimaksud dengan pertumbuhan lalu lintas adalah pertambahan atau perkembangan lalu

lintas dari tahun ke tahun selama umur rencana. Faktor yang mempangaruhi besarnya

pertumbuhan lalu lintas adalah:

1. Perkembangan daerah tersebut,

2. Bertambahnya kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut,

3. Naiknya keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi.

Faktor pertumbuhan lalu lintas dinyatakan dalam persen/tahun (%/thn).

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Ruas jalan Ajibarang – Wangon (Purwokerto), yang terbagi atas tiga segmen, segmen

pertama berada pada koordinat -7.412329°, 109.079686°, segmen kedua berada pada koordinat

-7.411239°, 109.073936° dan segmen ketiga berada pada koordinat -7.418782°, 109.078224°.

2. Pengumpulan Data

Dalam penelitian tugas akhir ini kebutuhan data yang digunakan meliputi data sekunder

dan data primer.

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu literatur sebuah buku atau didapat dari

penelitian-penelitian terdahulu dan dari instansi-instansi terkait yang berupa lay out gambar

maupun data lainnya yang berfungsi sebagai petunjuk dalam menyelesaikan penelitian ini.

Data sekunder yang terdapat dalam buku merupakan teori-teori dasar dalam sebuah penelitian.

Dari teori tersebut dapat diaplikasikan dalam sebuah proyek penelitian yang berfungsi untuk

menerapkan apa yang kita pelajari dari suatu buku dapat digunakan dilapangan.

2. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh, diambil, dan dikumpulkan langsung dari observasi di

lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah:

1. Survey kriteria jalan.

2. Data volume lalu lintas pada jalan yang dijadikan sebagai Lintas Harian Rata-rata (LHR)

lapangan untuk penghitungan.

Data-data tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar penghitungan untuk mencari nilai

angka ekuivalen (E) yang terjadi pada ruas jalan Ajibarang - Wangon.

3. Analisis Data

Tahap 1, menggunakan data LHR berdasarkan hasil survey sebagai kondisi awal.

Tahapan ini diasumsikan sebagai kondisi normal dan dipakai sebagai dasar analisis. Tahap 2,

menggunakan data LHR hasil survey serta perkiraan penambahan LHR yang terjadi akibat

penambahan volume lalu lintas dari PT. Sinar Tambang Arthalestari.

Adapun ketentuan dan tahapan analisis yang dilakukan dalam penilitian ini sesuai dengan aturan

Bina Marga, diantaranya meliputi, perhitungan lalu lintas harian rata-rata, penentuan umur

reencana, penentuan factor pertumbuhan lalu lintas, menentukan nilai ekuivalen kendaraan,

menentukan nilai ekuivalen kumulatif awal dan akhir umur rencana, mencari perbadingan amngka

ekuivalen awal dan akhir, dan mencari sisa umur rencana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perhitungan Angka Ekuivalen Kendaraan Ruas Jalan Ajibarang - Wangon

Peranan Jalan : Jalan Provinsi (Dishubkominfo)

Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah (2/2UD)

Rencana Operasional PT. Sinar Tambang Arthalestari

: Tahun 2015

Umur Rencana : 20 Tahun

Pertumbuhan lalu lintas (i%) :

Kendaraan ringan : 7,75% (DDA Kab. Banyumas)

Kendaraan berat : 7,49% (DDA Kab. Banyumas)

Tabel 1. LHR Pada Awal Umur Rencana Tahun 2013 Jalan Ajibarang – Wangon

No Jenis Kendaraan Beban Maksimum (Ton) Segmen

1 2 3

1 Kendaraan Ringan 2 4.437 1.586 4.938

2 Bus Mikro 5 1.390 1.129 1.037

3 Bus Besar 9 195 292 421

4 Truk 1.2L 8,3 1.163 169 1.272

5 Truk 1.2H 18,2 130 932 878

6 Truk 1.22 25 98 289 387

7 Trailer 1.2+2.2 31,4 10 59 69

8 Trailer 1.2-2 26,2 10 27 37

9 Trailer 1.2 - 2.2 42 1 160 161

Penghitungan LHR untuk tahun-tahun berikutnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

1. Lalu-Lintas Rencana

Lalu lintas yang direncanakan (LHR) pada tahun ke-3 ketika pabrik mulai beroperasi

dengan menggunakan rumus LHRawal*(1+i)n, maka didapatkan sebagai berikut :

- Segmen 1

LHR kendaraan ringan pada tahun 2015

= 4.437* (1+7,75%)3 = 5.551 Kend

LHR kendaraan berat (bus besar) pada tahun 2015

= 195 * (1+7,49%)3 = 242 Kend

- Segmen 2

LHR kendaraan ringan pada tahun 2015

= 1.586 * (1+7,75%)3 = 1.984 Kend

LHR kendaraan berat (bus besar) pada tahun 2015

= 292 * (1+7,49%)3 = 363 Kend

- Segmen 3

LHR kendaraan ringan pada tahun 2015

= 4.938 * (1+7,75%)3 = 6.177

LHR kendaraan berat (bus besar) pada tahun 2015

= 421 * (1+7,49%)3 = 523 Kend

Dari contoh perhitungan diatas maka dapat dibuat tabel LHR untuk seluruh jenis

kendaraan pada tahun-tahun berikutnya. Untuk perhitungan lebih lengkapnya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. LHR Pada Tahun 2015 Untuk Tiap Segmen

No Jenis Kendaraan Beban Maksimum (Ton) LHR 2015

Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

1 Kendaraan Ringan 2 5.551 1.984 6.177

2 Bus Mikro 5 1.739 1.412 1.297

3 Bus Besar 9 242 363 523

4 Truk 1.2L 8,3 1.444 210 1.580

5 Truk 1.2H 18,2 161 1.157 1.090

6 Truk 1.22 25 122 359 481

7 Trailer 1.2+2.2 31,4 12 73 86

8 Trailer 1.2-2 26,2 12 34 46

9 Trailer 1.2 - 2.2 42 1 199 200

Tabel diatas merupakan data perkiraan lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada tahun

2015 sebelum terjadi penambahan kendaraan berat dari PT. Sinar Tambang Arthalestari.

Jumlah penambahan kendaraan berat yang digunakan PT. Sinar Tambang Arthalestari pada

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan LHR Sebelum dan Sesudah Terjadi Penambahan Kendaraan

Berat Pada Tahun 2015

No Jenis

Kendaraan

Beban

Maksimum

(Ton)

LHR 2015* LHR 2015**

Segmen

1

Segmen

2

Segmen

3

Segmen

1

Segmen

2

Segmen

3

1

Kendaraan

Ringan 2 5.551 1.984 6177 5.551 1.984 6.177

2 Bus Mikro 5 1.739 1.412 1297 1.739 1.412 1.297

3 Bus Besar 9 242 363 523 242 363 523

4 Truk 1.2L 8,3 1.444 210 1.580 1.444 210 1.580

5 Truk 1.2H 18,2 161 1.157 1.090 207 1.157 1.090

6 Truk 1.22 25 122 359 481 122 359 481

7

Trailer

1.2+2.2 31,4 12 73 86 12 73 234

8 Trailer 1.2-2 26,2 12 34 46 12 169 46

9

Trailer 1.2 -

2.2 42 1 199 200 1 199 200

Keterangan :

* LHR normal

** LHR setelah terjadi penambahan kendaraan

Penambahan kendaraan yang terjadi hanya pada jenis kendaraan Truk 1.2H, Trailer

1.2+2.2 dan Trailer 1.2-2. Sedangkan jumlah kendaraan pada umur rencana 20 tahun ditambah

dengan jumlah penambahan kendaraan yang digunakan oleh PT. Sinar Tambang Arthalestari

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. LHR Umur Rencana 20 Tahun Tiap Segmen

No Jenis Kendaraan Beban Maksimum (Ton) Segmen

1 2 3

1 Kendaraan Ringan 2 19.744 7.057 21.973

2 Bus Mikro 5 6.185 5.024 4.614

3 Bus Besar 9 827 1.238 1.785

4 Truk 1.2L 8,3 4.931 717 5.393

5 Truk 1.2H 18,2 596 3.952 3.723

6 Truk 1.22 25 416 1.225 1.641

7 Trailer 1.2+2.2 31,4 42 250 441

8 Trailer 1.2-2 26,2 42 250 157

9 Trailer 1.2 - 2.2 42 4 678 683

2. Angka Ekuivalen Jenis Kendaraan

Mengacu pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan

Metode Analisa Komponen Bina Marga 2002 dan Manual Perkerasan Jalan dengan alat

Benkelman beam No. 01/MN/BM/83.

Bina Marga (MST 10), dimaksudkan damage faktor didasarkan pada muatan sumbu

terberat sebesar 10 ton, yang diijinkan bekerja pada satu sumbu roda belakang, yang umumnya

pada jenis kendaraan truk. Formula ini dapat juga digunakan untuk menghitung VDF jika

terjadi overloading pada jenis kendaraan truk.

Angka ekuivalen beban sumbu kendaraan adalah angka yang menyatakan perbandingan

tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal / ganda

kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu

tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).

Angka ekuivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan) ditentukan

menurut rumus dibawah ini :

Sumbu tunggal =

4

8.160

Kg dalam galsumbu tungsatu

Beban

Sumbu ganda = 0,086

4

8.160

Kg dalam galsumbu tungsatu

Beban

Konfigurasi beban sumbu pada berbagai jenis kendaraan beserta angka ekuivalen kendaraan

dalam keadaan kosong (min) dan dalam keadaan bermuatan (max) berdasar Manual No.

01/MN/BM/83, dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Konfigurasi Beban sumbu Kendaraan

Perhitungan nilai ekuivalen kendaraan secara manual dapat dilihat pada contoh uraian

dibawah ini.

- Mobil penumpang (sumbu depan 50 %; sumbu belakang 50 %) Beban maksimum

= 2 Ton

E = E sb. tunggal + E sb. tunggal

= 0,0002255 + 0,0002255

= 0,0004511

- Bus Mikro (sumbu depan 50 %; sumbu belakang 50 %) Beban maskimum = 5 Ton

E = E sb. tunggal + E sb. tunggal

= 0,00881 + 0,00881

= 0,0176

Dengan menggunakan nilai ekuivalen (E) standar yang diberikan oleh Bina Marga,

maka dapat dicari nilai ekuivalen (E) kendaraan total yang digunakan oleh PT. Sinar Tambang

Arthalestari, perhitungan nilai ekuivalen total untuk tiap kendaraan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Angka Ekuivalen Kumulatif Kendaraan PT. Sinar Tambang Arthalestari

No Jenis

Kendaraan

Beban

Maks

(Ton)

Jumlah

Kendaraan/Segmen E E Kumulatif/Segmen

1 2 3 Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

1 Truk 1.2H 18,2 45 - - 5,026 226,99 - -

2 Trailer 1.2

+ 2.2 31,6 - - 148 3,908 - - 579,72

3 Trailer 1.2 -

2 26,2 - 136 - 6,118 - 831,67 -

Total/hari 45 136 148 226,99 831,67 579,72

Total/tahun 82.852,88383 303.560,2832 211.597,3284

2. Menghitung Nilai Ekuivalen (E) Kumulatif

Dengan menggunakan persamaan dibawah ini, hasil perhitungan nilai ekuivalen (E)

kumulatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

𝑊𝑡 = 𝑤18 ∗ (1 + 𝑔)𝑛 − 1

𝑔

Dimana:

Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif.

w18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.

n = umur pelayanan (tahun).

g = perkembangan lalu lintas (%).

Perhitungan angka ekuivalen kumulatif kendaraan untuk tiap segmen dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 5. Angka Ekuivalen (E) Kendaraan Segmen 1 Per Hari

No. Jenis Kendaraan LHR

Ekuivalen Standar Ekuivalen (E) Kumulatif

2013 2015* 2015** 2013 2015* 2015**

1 Kendaraan Ringan 4.437 5.551 5.551 0,000451 2,002 2,504 2,504

2 Bus Mikro 1.390 1.739 1.739 0,017621 24,493 30,641 30,641

3 Bus Besar 195 242 242 0,300568 58,611 72,792 72,792

4 Truk 1.2L 1.163 1.444 1.444 0,217413 252,851 314,028 314,028

5 Truk 1.2H 130 161 207 5,026408 653,433 811,531 1.038,526

6 Truk 1.22 98 122 122 2,741573 268,674 333,680 333,680

7 Trailer 1.2+2.2 10 12 12 3,908327 39,083 48,539 48,539

8 Trailer 1.2-2 10 12 12 6,117907 61,179 75,981 75,981

9 Trailer 1.2 - 2.2 1 1 1 10,182923 10,183 12,647 12,647

Total 7.434 9.285 9.330 1.370,508561 1.702,342761 1.929,336964 Keterangan:

*normal

**ada penambahan kendaraan

Tabel 6. Angka Ekuivalen (E) Kendaraan Segmen 2 Per Hari

No. Jenis Kendaraan LHR

Ekuivalen Standar Ekuivalen (E) Kumulatif

2013 2015* 2015** 2013 2015* 2015**

1 Kendaraan Ringan 1.586 1.984 1.984 0,000451 0,715 0,895 0,895

2 Bus Mikro 1.129 1.412 1.412 0,017621 19,894 24,887 24,887

3 Bus Besar 292 363 363 0,300568 87,766 109,001 109,001

4 Truk 1.2L 169 210 210 0,217413 36,743 45,633 45,633

5 Truk 1.2H 932 1.157 1.157 5,026408 4.684,613 5.818,056 5.818,056

6 Truk 1.22 289 359 359 2,741573 792,314 984,015 984,015

7 Trailer 1.2+2.2 59 73 73 3,908327 230,591 286,383 286,383

8 Trailer 1.2-2 27 34 169 6,117907 165,183 205,150 1.036,822

9 Trailer 1.2 - 2.2 160 199 199 10,182923 1.629,268 2.023,469 2.023,469

Total 4.643 5.791 5.927 7.647,087407 9.497,488072 10.329,16008

Keterangan:

*normal

**ada penambahan kendaraan

Tabel 7. Angka Ekuivalen (E) Kendaraan Segmen 3 Per Hari

No. Jenis Kendaraan LHR

Ekuivalen Standar Ekuivalen (E) Kumulatif

2013 2015* 2015** 2013 2015 2015

1 Kendaraan Ringan 4.938 6.177 6.177 0,000451 2,228 2,787 2,787

2 Bus Mikro 1.037 1.297 1.297 0,017621 18,273 22,859 22,859

3 Bus Besar 421 523 523 0,300568 126,539 157,155 157,155

4 Truk 1.2L 1.272 1.580 1.580 0,217413 276,549 343,460 343,460

5 Truk 1.2H 878 1.090 1.090 5,026408 4.413,186 5.480,958 5.480,958

6 Truk 1.22 387 481 481 2,741573 1.060,989 1.317,695 1.317,695

7 Trailer 1.2+2.2 69 86 234 3,908327 269,675 334,922 914,641

8 Trailer 1.2-2 37 46 46 6,117907 226,363 281,131 281,131

9 Trailer 1.2 - 2.2 161 200 200 10,182923 1.639,451 2.036,116 2.036,116

Total 9.200 11.480 11.628 8.033,250934 9.977,082964 10.556,80167 Keterangan:

*normal

**ada penambahan kendaraan

Dari tabel angka ekuivalen (E) diatas dapat dicari nilai ekuivalen (E) kumulatif untuk tahun-

tahun selanjutnya. Perubahan nilai ekuivalen hanya terjadi pada jenis kendaraan berat yang

diakibatkan adanya penambahan jumlah kendaraan dari PT. Sinar Tambang Arthalestari.

Untuk perhitungan manualnya dapat dilihat pada contoh dibawah ini.

- Contoh :

a. Angka ekuivalen (E) kumulatif untuk umur rencana 20 Tahun

Diketahui.

- E kumulatif/hari pada tahun 2013 untuk jenis kendaraan ringan, segmen I.

= 2,0015 + 24,464 (tabel 5)

= 26,465 /hari

E total = 9.659,9 /tahun

n = 20 Tahun

g = 7,75 %

Dengan menggunakan rumus.

𝑊𝑡 = 𝑤18 ∗ (1 + 𝑔)𝑛 − 1

𝑔

Dimana:

Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif.

w18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.

n = umur pelayanan (tahun).

g = perkembangan lalu lintas (%).

Maka:

w18 = 9.659,9

𝑊𝑡 = 9.659,9 ∗ (1 + 7,75%)20 − 1

7,75%

= 430.003,49 (untuk tahun ke 20)

- E kumulatif/hari pada tahun 2013 untuk jenis kendaraan berat, segmen I

sebelum terjadi penambahan kendaraan berat

= 58,611 + 252,851 + 653, 43 + 268,68 + 39,083 + 61,179 +

10,183 (tabel 14)

= 1.344,002 /hari

E total = 490.560,73 /tahun

n = 20 Tahun

g = 7,49 %

Maka:

w18 = 490.560,73

𝑊𝑡 = 490.560,73 ∗ (1 + 7,49%)20 − 1

7,49%

= 21.220.223,5

b. Angka ekuivalen kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan dari PT. Sinar

Tambang Arthalestari pada tahun 2015.

Diketahui.

𝑊𝑡 = 490.560,73 ∗ (1 + 7,49%)3 − 1

7,49%

= 1.584.663,237

- Jumlah kendaran yang digunakan oleh PT sinar Tambang Arthalestari pada

segmen kesatu = 45 Kendaraan (18,2 ton)

Maka nilai E untuk tiap kendaraan = 5,0264 (tabel 5)

Total nilai E = 5,0264 x 45

= 226,18/hari

= 82.852,75/tahun

- Nilai ekuivalen kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat.

Wt Total = 1.596.695,58+ 82.852,75

= 1.679.548,342

Dengan menggunakan persamaan yang sama maka Hasil perhitungan nilai ekuivalen (E)

kumulatif segmen 1, 2 & 3 untuk tiap tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 8. Angka Ekuivalen Kumulatif (E) Kendaraaan Berat Segmen I /Tahun

Tahun E Kumulatif* E

Kumulatif** ∆ E

2013 490.565,08 490.565,08 0

2014 1.017.873,49 1.017.873,49 0

2015 1.584.677,29 1.667.530,04 82.852,75

2016 2.193.934,70 2.276.787,45 82.852,75

2017 2.848.825,49 2.931.678,24 82.852,75

2018 3.552.767,60 3.635.620,35 82.852,75

2019 4.309.434,98 4.392.287,73 82.852,75

2020 5.122.776,74 5.205.629,49 82.852,75

2021 5.997.037,80 6.079.890,55 82.852,75

2022 6.936.781,01 7.019.633,76 82.852,75

2023 7.946.910,99 8.029.763,74 82.852,75

2024 9.032.699,71 9.115.552,45 82.852,75

2025 10.199.814,00 10.282.666,74 82.852,75

2026 11.454.345,14 11.537.197,89 82.852,75

2027 12.802.840,68 12.885.693,42 82.852,75

2028 14.252.338,53 14.335.191,27 82.852,75

2029 15.810.403,76 15.893.256,51 82.852,75

2030 17.485.168,09 17.568.020,83 82.852,75

2031 19.285.372,26 19.368.225,00 82.852,75

2032 21.220.411,72 21.303.264,47 82.852,75

1.491.349,45

Keterangan:

* Nilai E kumulatif sebelum adanya penambahan kendaraan berat

** Nilai E kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat

Dari tabel diatas dapat dicari pengurangan umur rencana untuk segmen I,

Diketahui:

- Desain awal untuk umur rencana 20 Tahun = 21.220.411,72

- Penambahan E kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat sebesar

= 1.491.349,45

Maka untuk mengetahui seberapa besar sisa umur rencana yang terjadi pada segmen

kesatu adalah:

1.491.349,45

21.220.411,72∗ 100 = 7%

7% dari 20 tahun = 1,4 Tahun

Pada segmen I terjadi pengurangan umur rencana sebesar 7% atau 1,4 tahun dari umur

yang direncanakan atau sisa umur rencana yang terjadi akibat adanya penambahan kendaraan

berat adalah sebesar 18,6 tahun.

Tabel 9. Angka Ekuivalen Kumulatif (E) Kendaraaan Berat Segmen II /Tahun

Tahun E Kumulatif* E Kumulatif** ∆ E

2013 2.783.664.44 2.783.664.44 0.00

2014 5.775.825.34 5.775.825.34 0.00

2015 8.992.099.10 9.295.659.02 303.559,92

2016 12.449.271.76 12.752.831.68 303.559,92

2017 16.165.386.65 16.468.946.57 303.559,92

2018 20.159.838.55 20.463.398.47 303.559,92

2019 24.453.474.89 24.757.034.82 303.559,92

2020 29.068.704.60 29.372.264.53 303.559,92

2021 34.029.615.01 34.333.174.94 303.559,92

2022 39.362.097.62 39.665.657.54 303.559,92

2023 45.093.983.17 45.397.543.09 303.559,92

2024 51.255.186.94 51.558.746.87 303.559,92

2025 57.877.864.88 58.181.424.81 303.559,92

2026 64.996.581.40 65.300.141.32 303.559,92

2027 72.648.489.79 72.952.049.71 303.559,92

2028 80.873.526.11 81.177.086.03 303.559,92

2029 89.714.617.65 90.018.177.58 303.559,92

2030 99.217.906.95 99.521.466.88 303.559,92

2031 109.432.992.62 109.736.552.54 303.559,92

2032 120.413.188,21 120.716.748.13 303.559.92

5.464.078.63 Keterangan:

* Nilai E kumulatif sebelum adanya penambahan kendaraan berat

** Nilai E kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat

Perhitungan pengurangan umur rencana untuk segmen II dpat dilihat pada uraian dibawah ini,

Diketahui:

- Desain awal untuk umur rencana 20 Tahun = 120.413.188,21

- Penambahan E kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat sebesar

= 5.464.078,63

Maka untuk mengetahui seberapa besar sisa umur rencana yang terjadi pada segmen

kesatu adalah:

5.464.078,63

120.413.188,21∗ 100 = 4,5%

4,5% dari 20 tahun = 0,9 Tahun

Pada segmen kedua terjadi pengurangan umur rencana sebesar 4,5% atau 0,9 tahun dari

umur yang direncanakan atau sisa umur rencana yang terjadi akibat adanya penambahan

kendaraan berat adalah sebesar 19,1 tahun.

Tabel 10. Angka Ekuivalen Kumulatif (E) Kendaraaan Berat Segmen III /Tahun

Tahun E Kumulatif* E Kumulatif** ∆ E

2013 2.924.653,93 2.924.653,93 0

2014 6.068.364,44 6.068.364,44 0

2015 9.447.538,86 9.659.136,19 211.597,33

2016 13.079.813,45 13.291.410,78 211.597,33

2017 16.984.145,41 17.195.742,74 211.597,33

2018 21.180.911,83 21.392.509,16 211.597,33

2019 25.692.016,06 25.903.613,39 211.597,33

2020 30.541.001,99 30.752.599,32 211.597,33

2021 35.753.176,97 35.964.774,30 211.597,33

2022 41.355.743,85 41.567.341,18 211.597,33

2023 47.377.942,99 47.589.540,32 211.597,33

2024 53.851.204,85 54.062.802,18 211.597,33

2025 60.809.314,03 61.020.911,36 211.597,33

2026 68.288.585,58 68.500.182,91 211.597,33

2027 76.328.054,57 76.539.651,89 211.597,33

2028 84.969.679,78 85.181.277,11 211.597,33

2029 94.258.562,73 94.470.160,06 211.597,33

2030 104.243.183,01 104.454.780,33 211.597,33

2031 114.975.651,34 115.187.248,67 211.597,33

2032 126.511.981,56 126.723.578,89 211.597,33

3.808.751,91 Keterangan:

* Nilai E kumulatif sebelum adanya penambahan kendaraan berat

** Nilai E kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat

Perhitungan pengurangan umur rencana untuk segmen III dpat dilihat pada uraian dibawah ini,

Diketahui:

- Desain awal untuk umur rencana 20 Tahun = 126.511.981,56

- Penambahan E kumulatif setelah adanya penambahan kendaraan berat sebesar

= 3.808.751,91

Maka untuk mengetahui seberapa besar sisa umur rencana yang terjadi pada segmen

kesatu adalah:

3.808.751,91

126.511.981,56∗ 100 = 3,01%

3,01% dari 20 tahun = 0,602 Tahun

Pada segmen ketiga terjadi pengurangan umur rencana sebesar 3,01% atau 0,62 tahun

dari umur yang direncanakan atau sisa umur rencana yang terjadi akibat adanya penambahan

kendaraan berat adalah sebesar 19,38 tahun.

KESIMPULAN

1. Angka ekuivalen (E) normal yang terjadi pada segmen 1 untuk umur rencana 20 tahun

sebesar 21.220.411,72, setelah ada penambahan kendaraan berat terjadi perubahan angka

ekuivalen sebesar 1.491.349,45, yang artinya akan mengurangi umur rencana sebesar 7%

atau 1 tahun 4 bulan.

2. Angka ekuivalen (E) normal yang terjadi pada segmen 2 untuk umur rencana 20 tahun

sebesar 120.413.188,21, setelah ada penambahan kendaraan berat terjadi perubahan angka

ekuivalen sebesar 5.464.078,63, yang artinya akan mengurangi umur rencana sebesar

4,5% atau 10,8 Bulan.

3. Angka ekuivalen (E) normal yang terjadi pada segmen 3 untuk umur rencana 20 tahun

sebesar 126.511.981,56, setelah ada penambahan kendaraan berat terjadi perubahan angka

ekuivalen sebesar 3.808.751,91, yang artinya akan mengurangi umur rencana sebesar

3,8% atau 7,22 Bulan.

SARAN

1. Untuk dapat mengurangi beban yang terjadi pada suatu struktur perkerasan yang

diakibatkan oleh kendaraan berat dapat dilakukan dengan cara memperbanyak jumlah roda

atau memperbanyak jumlah sumbu kendaraan dari single axle menjadi tandem atau

menjadi tridem.

2. Untuk penelitian selanjutnya, karena faktor yang mempengaruhi kerusakan jalan tidak

hanya terjadi akibat perubahan angka ekuivalen kendaraan, maka perlu juga diteliti

mengenai kondisi cuaca (curah hujan), faktor drainase, material konstruksi perkerasan,

serta pengaruh dari akibat beban berlebih kendaraan (overload)

DAFTAR PUSTAKA

American Association of State Highway and Transportation Officials, 1993. AASHTO Guide

for Design of Pavement Structures 1993, Washington, DC: AASHTO.

Basuki, Imam., 1998. Hubungan Daya Dukung Tanah Terhadap Nilaie RR Dalam

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Vasthu, No.02/Th. VI Juni 1998,

hal.1-6.

Bina Marga. 1983. Manual Pemeliharaan Jalan, Jilid IA: Perawatan Jalan. Departemen

Pekerjaan Umum.

Bina Marga. 2005. Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode

Lendutan. Departemen Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan

Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI – 2.3.26. 1987 UDC : 625.73 (02).

Jakarta: Yayasan Badan Penerbit PU.

Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan

Indonesian (MKJI) No.036/T/BM/1997. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit PU.

Herijanto, Wahju dkk, 2007, Dampak Beban Lalu Lintas Terhadap Peningkatan Nilai

Kerusakan Jalan Surabaya, Indonesia.

Budi, Agus, 2008, Studi Pengaruh Beban Belebih (Overload) Terhadap Pengurangan Umur

Rencana Perkerasan Jalan Sumatera Utara, Indonesia

Sutrisno, Adi, 2011, Analisa tebal perkerasan lentur Dengan metode analisa komponen, aashto

1993, Dan austroads 1992 Kalimantan, Indonesia.