contoh makalah mola hidatidose

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Pada saat ini kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Negara di Asia lainnya seperti Filipina yaitu 210 per 100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu tertinggi di india dan Bangladesh 440 per 100.000 kelahiran hidup. Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu, perdarahan, infeksi, dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya yang mengalami perdarahan yang disebabkan karena mola hidatidosa). Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang

Upload: nizam-syafii

Post on 03-Jan-2016

359 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Makalah Mola Hidatidose

BAB I

PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari pembangunan

nasional. Pembanguna kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Pada saat ini kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 373 per 100.000 kelahiran

hidup. Bila dibandingkan dengan Negara di Asia lainnya seperti Filipina yaitu 210 per

100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka

kematian ibu tertinggi di india dan Bangladesh 440 per 100.000 kelahiran hidup.

Tinggi angka kematian hidup di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu,

perdarahan, infeksi, dan toxemia gravidarum. Salah satu dan ketiga factor tersebut adalah

perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam

mencegah terjadi kematian pada wanita ( khususnya yang mengalami perdarahan yang

disebabkan karena mola hidatidosa).

Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofloblas gestasional sebagai akibat dari suatu

kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamilan mola hidatidosa terjadi pada ibu

multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak di jumpai pada

golongan sosio ekonomi rendah.

Di Indonesia menurut laporan beberapa penulis dari berbagai daerah menunjukan angka

kejadian mola hidatidosa di Indonesia sekitar 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan. Sedangkan di

Negara barat angka kejadian ini lebih rendah di dari pada Negara-negara Asia dan amerika

latin. Misalnya, Amerika Serikat 1 : 1.450 kehamilan (hertig dan Sheldon, 1978) dan di

Inggris 1 : 1500 kehamilan ( Womack dan elston, 1985 )

Mengingat semakin meningkatnya angka kejadian mola hidatidosa, maka perlu

perawatan intensif dan tindakan pelayanan yang komprehensif melalui proses keperawatan

serta melibatkan banyak sector. Pemerintah melakukan upaya diantaranya deteksi dini pada

wanita serta pelayanan rujukan yang terjangkau.

Diharapkan dengan upaya tersebut , angka kematian ibu dapat ditekan menjadi 225 per

100.000 kelahiran hidup. Dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

perlu ditingkatkan mutunya.

Page 2: Contoh Makalah Mola Hidatidose

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada Ny. S yang mengalami kasus

Mola hidatidosa.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian kepada Ny.S terkait dengan kasus yang dialaminya

b. Menegakkan diagnosa yang tepat dari hasil analisa data yang dilakukan saat pengkajian.

c. Memberikan intervensi yang lengkap kepada Ny.S untuk mengatasi masalah yang sedang

dialaminya.

d. Memberikan pengetahuan berupa pendidikan kesehatan kepada Ny. S dalam mendeteksi

gejala-gejala patologis saat sedang mengandung.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    TinjauanTeori

1.    Defenisi

Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma vilus korialis langka

vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi vilus-vilus yang

membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah sebagai

sebuah gugus anggur. Jaringan tropoblast pada vilus kadang-kadang berprofilerasi ringan dan

kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni human chorionic gonadotropin

(hCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa (Prawirohardjo &

Wikjosastro, 2005).

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi korialisnya

mengalami perubahan hidrofik(Mansjoer, 2005).

Mola hidatidosa merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma trofoblastik

gestasional(Bobak dkk, 2005).

2.      Etiologi

Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola

hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab

adalah:

Page 3: Contoh Makalah Mola Hidatidose

a.       Faktor ovum

Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki

ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.

b.      Keadaan sosial ekonomi yang rendah

Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi

yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga

mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

c.       Paritas tinggi

Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran

atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan

stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).

d.      Kekurangan protein

Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan

pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada

waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan

bayi akan lahir lebih kecil dari normal.

e.       Infeksi virus

Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya

mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini

sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta

daya tahan tubuh.

3.      Patofisiologi

Menurut Cunningham dalam buku Obstetri, dalam stadium pertumbuhan molla yang dini

terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada

stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai

berikut:

a.       Perdarahan

Page 4: Contoh Makalah Mola Hidatidose

Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari spoting sampai

perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih

sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai

akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi

merupakan gejala yang sering dijumpai.

b.      Ukuran uterus

Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya. Mungkin

uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada wanita nullipara, khusus karena

konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan

mempunyai konsistensi yang lebih lunak.

c.       Aktivitas janin

Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas tidak akan

ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive sekalipun.

Kadang-kadang terdapat plasenta kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada

salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal.

Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta

dengan disertai dengan janin yang hidup.

d.      Embolisasi

Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat keluar dari

dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat sedemikian

banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian.

Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus

yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk menghasilkan

penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi

parenkim paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi

tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio carsinoma metastasik) atau trofoblas dengan

stroma villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa

diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah

evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya

Page 5: Contoh Makalah Mola Hidatidose

mengalami proloferasi dan menimbulkan kematian wanita tersebut bila tidak mendapatkan

pengobatan yang efektif.

e.       Disfungsi thyroid

Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya mengalami kenaikan

yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang tampak secara klinik tidak begitu

sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan Curry dkk (1975) menemukan hipertiroidisme pada

sekitar 2% kasus kenaikan kadar tiroksin plasma, bisa merupakan efek primer estrogen

seperti halnya pada kehamilan normal dimana tidak terjadi peningkatan kadar estrogen bebas

dan presentasi trioditironim yang terikat oleh resin mengalami peningkatan. Apakah hormon

tiroksin bebas dapat meninggi akibat efek mirip tirotropin yang ditimbulkan oleh orionik

gonadotropin atau apakah varian hormon inikah yang menimbulkan semua efek tersebut

masih merupakan masalah yang controversial (Amir, dkk, 1984, Man dkk, 1986).

f.       Ekspulsi spontan

Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola tersebut keluar

spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar

kemungkinannya

pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.

4.      Manifestasi klinis

a.         Amenore dan tanda-tanda kehamilan. Pada tahap awal tanda dan gejala tahap kehamilan

mola tidak dapat dibedakan dari tanda dan gejala kehamilan normal.

b.         Pada waktu selanjutnya pendarahan pervaginam pada hampir di temukan di semua kasus dan

terjadi secara berulang. Cairan yang keluar dari vagina bisa berwarna coklat tua atau merah

terang, bisa sedikit atau banyak. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

Keadaan ini bisa berlangsung beberapa hari saja atau secara intermitten selama beberapa

minggu.

c.         Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

d.        Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar DJJ sekalipun uterus sudah

membesar setinggi pusar atau lebih.

e.         Pre-eklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

Page 6: Contoh Makalah Mola Hidatidose

f.          Anemia akibat kehilangan darah, rasa mual dan muntah yang

berebihan(hiperemesisgravidarum), dan kram perut yang disebabkan dispensi rahim.

g.         Kadar β-hCG yang tinggi.

5.      Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya

terjadi pada minggu ke 14-16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa,

pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah

beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta

komplikasi mola hidatidosa:

a.         Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

b.         Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).

c.         Gejala–gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak

dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

d.        Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan

tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

6.      Klasifikasi Mola hidatidosa

Mola hidatidosa terbagi menjadi:

a.         Mola hidatidosa komplet atau klasik

Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilsasi sebuah telur yang intinya

telah hilang atau tidak aktif. Mola menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel

hidrofik (berisi cairan) tumbuh dengan cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari

uisa kehamilan seharusnya. Biasanya Mola tidak mengandung janin, plasenta, membran

amniotik atau air ketuban. Darah maternal tidak memiliki plasenta oleh karena itu, terjadi

perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui vagina. Pada sekitar 3 %

kehamilan, Mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma (suatu neoplasma ganas yang

tumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada kehamilan Mola sebagian jauh

lebih kecil dibanding kehamilan Mola komplek (Bobak dkk, 2005).

         WOC Molahidatidosakomplit

Selteluryangtidakadakromosom

dibuahi 1 atau 2 selsperma

diploid ( hanya paternal )

Page 7: Contoh Makalah Mola Hidatidose

embriotidakterbentuk

 

proliferasivilikorealis

vilimengandungbanyakcairan

sel2 tropoblas yang patologisberkembangdanmembengkak

gelembung2 berisicairan yang berbentukanggur

molahidatidosakomplit

b.         Mola hidatidosa inkomplet atau parsia

Mola inkomplet atau parsia terjadi jika disertai janin atau bagian janin

(Bobak dkk,2005).

Degenerasihidropikdarivilibersifatsetempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya

sinsitio trofoblas saja.Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan

stromal trophoblastic inclusions.

         WOC Mola hidatidosaparsial

Seltelur normal

dibuahi 1 selsperma diploid atau 2 selsperma haploid

kariotipe 69XXX, 69XXY (triploid )

Hidrofikvili

hiperplasia sel-sel tropoblas

molahidatidosaparsial.

7.      Komplikasi

Menurut Mansjoer dkk (2005) komplikasi yang dapat terjadi padapenderita Mola

hidatidosa adalah :

Page 8: Contoh Makalah Mola Hidatidose

a.         Anemia

b.         Syok

c.         Infeksi

d.        Eklampsia

e.         Tirotoksikosis

8.      Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjoer dkk (2005) pemeriksaan diagnostik pada Mola hidatidosa antara lain:

a.         Anamnesis diantaranya :

1)        Perdarahan pervaginam/gambaran Mola,

2)        Gejala toksemia pada trimester I-II,

3)        Hiperemesis gravidarum,

4)        Gejala tirotoksikosis,

5)        Gejala emboli paru.

b.         Pemeriksaan fisik diantaranya:

1)        Uterus lebih besar dari usia kehamilan,

2)        Kista lutein,

3)        Balotemen negatif,

4)        Denyut jantung janin negatif.

c.         Pemeriksaan penunjang diantaranya :

1)        Pada tes Acosta Sison dapat dikeluarkan jaringan Mola,

2)        Pada tes Hanifa Sonde dapat masuk tanpa tahanan dan diputar 3600 dengan deviasi sonde

kurang dari 100,

3)        Peningkatan kadar beta Hcg darah atau urin,

4)        Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern),

5)        Foto toraks pada gambaran emboli udara,

6)        Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.

9.      PenatalaksanaanMedis

Penanganan yang biasa dilakukan pada Mola hidatidosa adalah:

a.         Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.

b.         Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber

daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid

terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus,

Page 9: Contoh Makalah Mola Hidatidose

pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan

tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa

Wiknjosastro atau Acosta Sisson.

c.         Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.

d.        Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).

e.         Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih

terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa,

yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung

berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per

menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi

terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman

dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM

minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri

selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum,

selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600

mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi

menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi

MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama

pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih

ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.

10.  Prognosis

Resiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena perdarahan,

perforasi uterus, pre-eklamsi berat, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi, sekarang kematian

karena mola hidatidosa sudah jarang sekali. Segera setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus

akan mengecil, kadar hCG menurun dan akan mencapai kadar normal sekitar 10-12 minggu

pascaevakuasi. Kista lutein juga akan mengecil lagi. Pada beberapa kasus pengecilan ini bisa

mengambil waktu beberapa bulan.

Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretasi. Bila hamil

lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa berulang dapat terjadi, tetapi jarang.

Walaupun demikian, 15-20% dari penderita pasca mola hidatidosa dapat mengalami

degenerasi keganasan menjadi tumor trofoblas gestasional (TTG), baik berupa mola invasif,

koriokarsinoma, maupun placental site trophoblastic tumor (PSTT).

Page 10: Contoh Makalah Mola Hidatidose

Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pascaevakuasi,yang terbanyak

enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Faktor risiko terjadinya TTG

pascamola hidatidosa adalah umur 35 tahun, uterus diatas 20 minggu, kadar hCG preevakuasi

diatas 100.000 IU/L, dan kista lutein bilateral.

11.  AsuhanKeperawatanMola Hidatidosa

a.         Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya

sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1)        Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama, suku

bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan

alamat.

2)        Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam

berulang.

3)        Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:

      Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada

saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih

besar dari usia kehamilan.

      Riwayat kesehatan masa lalu: kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa

tindakan yang dilakukan, kondisi klien pada saat itu.

      Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis

pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

4)        Riwayat penyakit yang pernah dialami: kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien

misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan

penyakit-penyakit lainnya.

5)        Riwayat kesehatan keluarga: yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut

dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam

keluarga.

6)        Riwayat kesehatan reproduksi: kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya,

banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause

terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.

7)        Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari

dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

Page 11: Contoh Makalah Mola Hidatidose

8)        Riwayat seksual: kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan

serta keluhan yang menyertainya.

9)        Riwayat pemakaian obat: kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis

dan jenis obat lainnya.

10)    Pola aktivitas sehari-hari: kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan

BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

b.         Pemeriksaan Fisik:

1)        Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan

tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

      Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,

      Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,

      Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan

seterusnya.

2)        Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

      Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur

kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

      Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau

mencubit kulit untuk mengamati turgor.

      Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.

3)        Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh

tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

      Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada

tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

      Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki

bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Page 12: Contoh Makalah Mola Hidatidose

4)        Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan

menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.

Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi

jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 :

39).

c.         Diagnosa Keperawatan

1)        Nyeri berhubungan denganterputusnyakontinuitasjaringan.

2)        Intoleransi aktivitasberhubungandengankelemahan.

3)        Gangguan pola tidur berhubungandenganadanyanyeri.

4)        Gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungandengan proses infeksi.

5)        Kecemasan berhubungan denganperubahan status kesehatan.

d.        Intervensi

1)        Diagnosa I: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Klien akanmeninjukkannyeriberkurang/hilang.

Kriteria hasil :

       Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang,

       Ekspresi wajah tenang,

       TTV dalam batas normal.

Intervensi:

       Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.

Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan

intervensi yang tepat.

       Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.

Rasional: perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi

peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

       Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.

Rasional: teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat

mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang

dirasakan.

Page 13: Contoh Makalah Mola Hidatidose

       Beri posisi yang nyaman.

Rasional: posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.

       Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional: obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat

dipersepsikan.

2). Diagnosa II: intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan:klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri.

Kriteriahasil:

       Kebutuhan personal hygiene terpenuhi,

       Klien nampak rapi dan bersih.

Intervensi:

       Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri.

Rasional: untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri

sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.

       Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rasional: kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada

perawat.

       Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.

Rasional: pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara

bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.

       Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi

kebutuhan klien.

Rasional: membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.

3). Diagnosa III: gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

Tujuan:klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu.

Kriteria hasil:

       Klien dapat tidur 7-8 jam per hari,

       Konjungtiva tidak anemis.

Intervensi:

       Kaji pola tidur.

Page 14: Contoh Makalah Mola Hidatidose

Rasional: dengan mengetahui pola tidur klien, akanmemudahkan dalam menentukan

intervensi selanjutnya.

       Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

       Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur.

Rasional: susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.

       Batasi jumlah penjaga klien.

Rasional: dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat

dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.

       Memberlakukan jam besuk.

Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

       Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam.

Rasional: Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah

tidur.

4). Diagnosa IV: gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan:klien akan menunjukkan tidak terjadi panas.

Kriteria hasil:

       Tanda-tanda vital dalam batas normal,

       Klien tidak mengalami komplikasi.

Intervensi :

       Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis.

Rasional: suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat

membantu diagnosa.

       Pantau suhu lingkungan.

Rasional: suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.

       Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak.

Rasional: minum banyak dapat membantu menurunkan demam.

       Berikan kompres hangat.

Rasional: kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan

suhu tubuh.

       Kolaborasi pemberian obat antipiretik.

Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

Page 15: Contoh Makalah Mola Hidatidose

5). Diagnosa V: kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan:klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.

Kriteria hasil:

       Ekspresi wajah tenang,

       Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Intervensi:

       Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional: mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.

       Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Rasional: ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.

       Mendengarkan keluhan klien dengan empati.

Rasional: dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa

diperhatikan.

       Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan.

Rasional: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang

penyakitnya.

       Beri dorongan spiritual/support.

Rasional: menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.    Kasus :

Ny. S 38 tahun, seorang ibu rumah tangga, G9P0A8, masuk rumah sakit tanggal 19

September 2011 dengan keluhan merasa hamil disertai mual muntah dan perdarahan

pervaginam. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil: uterus sebesar 16 minggu, porsio

tertutup, fluxus (+).

Dengan hasil pemeriksaan laboratorium: hemopoetik: normal, SGOT 444,3 U/L. T3

1,58ng/ml, T4 > 24,86 ug/dl, TSH 0,005 mLU/L, beta hCG 772,093 IU/ml, fungsi ginjal

baik.

B.     Pengkajian

Page 16: Contoh Makalah Mola Hidatidose

1.      Informasi umum

Nama : Ny S

Umur : 38 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal masuk : 19 september 2011

Diagnosa medik : Mola hidatidosa

2.      Riwayat Kesehatan

a.       Keluhan utama

Klien mengatakan merasa hamil disertai mual muntah dan pendarahan pervaginam

b.      Riwayat penyakit sekarang

Klien merasa hamil dan mual muntah, dan keluar darah pervaginam

c.       Riwayat obstetric dan gynekologi

Klien dengan G9 P0 A8. Saat ini klien berada dikehamilan yang ke 9 namun sudah 8 kali

mengalami keguguran dan belum mempunyai anak.

3.      Pemeriksaan fisik

a.       Uterus sebesar 16 minggu

b.      Forsio tertutup

c.       Fluxus ( + )

  Hasil pemeriksaan laboratorium :

a.       Hemopoetik : Normal

b.      SGOT : 444,3 v/l

c.       SGPT : 566,7 v/l

d.      T3 : 1,58 ng/ml

e.       T4 : 724,86 ug/dl

f.       TSH : 0,05 ml u/l

g.      ΒhCG : 772,093 IU/ml

C.     Diagnosa Keperawatan

1.         Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

DS : Klien mengatakan mual muntah.

DO : Nilai beta hCG tinggi yaitu 772,093 IU/ml

Page 17: Contoh Makalah Mola Hidatidose

2.         Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal

DS : Klien mengatakan masih mengeluarkan darah pervagina

Do :

         Terdapat perdarahan pervagina yang abnormal

         TSH : 0,05 VTV/ml

3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal sumber

informasi

DS : Klien mengatakan ia merasa hamil

DO :

         Uterus sebesar 16 minggu

         porsio tertutup

         fluxus (+).

D.    Intervensi

1.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

a.         Tujuan : klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi

b.         Kriteria hasil :

         Nafsu makan meningkat

         Porsi makan dihabiskan

         Mual muntah teratasi

c.         Intervensi

         Kaji status nutrisi klien

Rasional : sebagai awal menetapkan langlah selanjutnya

         Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.

Rasional : makan demi sedikit mampu membantu meminimalkan anoreksia.

         Anjurkan makan-makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi

Rasional : makanan yang hangat dan bervariasi dapat membangkitkan nafsu makanan klien.

         Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : mengevaluasi kefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.

         Tingkatkan kenyaman lingkungan termasuk sosialisasi saat makan dan anjurkan orang

terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien.

Page 18: Contoh Makalah Mola Hidatidose

Rasional : sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan

pemasukan dan menormalkan fungsi makanan.

2.      Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal

a.       Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi

b.      Kriteria hasil :

         Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, color, rubor, tumor dan fungsi leasa)

         Tanda-tanda vital dalam batas normal

c.       Intervensi :

         Catat suhu, jumlah bau dan warna darah pervagina

Rasional : kehilangan darah berlebihan dengan penurunan haemoglobin meningkatkan risiko

klien untuk terkena infeksi.

         Pantau respon merugikan pada pemberian produk darah

Rasional : pengenalan dan intervensi dini dapat mencegah situasi yang mengancam hidup.

         Berikan informasi tentang risiko penerimaan produk darah

Rasional : komplikasi seperti hepatitis dan (HIV / AIDS) dapat tidak bermanfestasi selama

perawatan di rumah sakit.

         Anjurkan ganti pembalut bila basah atau habis BAK

Rasional : basah merupakan media kuman untuk berkembang

         Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional : untuk mencegah dan meminimalkan infeksi.

3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal sumber

informasi

a.       Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien

mengerti / paham tentang penyakitnya.

b.      Kriteria hasil :

         Klien tampak rileks

         Klien dapat mengungkapkan tentang penyakitnya dalam istilah sederhana sesuai dengan

situasi klinis.

         Tanda-tanda vital dalam batas normal

c.       Intervensi :

Page 19: Contoh Makalah Mola Hidatidose

         Jelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragic

Rasional : memberi informasi, Memperjelas kesalahan konsep dan membantu menurunkan

stress yang berhubungan.

         Kaji ulang pengetahuan pasien tentang pengetahuan

Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

         Motivasi pasien untuk menerima keadaannya

Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

         Motivasi pasien untuk menerima keadaannya

Rasional : penerimaan tentang keadaan dapat mengurangi stress psikologisnya.

         Libatkan keluarga untuk memberi dukungan moril maupun spiritual pada klien.

Rasional : memberi support membantu untuk pemulihan kesembuhan pasien.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan yang ditemukan pada kasus

Ny. S dengan kehamilan Mola hidatidosa pada tanggal 19 September 2011 dimana dalam

memberikan asuhan keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi. Masalah keperawatan yang muncul adalah : resiko

kekurangan nutrisi, resiko infeksi, dan kurang pengetahuan.

1.    Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan

makanan untuk membentuk energi, mempertahankankesehatan, pertumbuhan dan untuk

berlangsungnya fungsi normalsetiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan

nutrisi.

Asupan nutrisi pada ibu hamil saat trimester pertama harus termasuk keseimbangan porsi

nutrisi esensial dengan penekanan pada kualitas. Asupan protein selama kehamilan

ditingkatkan hingga 60 g. Ibu yang berisiko tinggi disarankan untuk melipat gandakan asupan

protein yang normal. Asupan kalsium harus ditingkatkan hingga 1200 mg/hari. Kalsium

diperlukan untuk perkembangan gigi dan tulang, kontraksi otot, dan penggumpalan darah

janin. Ibu yang mengalami penurunan asupan nutrisi terutama protein dapat menimbulkan

gejala patologis pada janin. Gejala patologis biasanya berupa mual muntah yang berlebihan,

perdarahan pervagina.Mual muntah pada ibu hamil dapat menimbulkan resiko kekurangan

nutrisi yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin. Mual muntah yang

Page 20: Contoh Makalah Mola Hidatidose

berlebihan disebabkan pembesaran uterus yang abnormal lebih dari pembesaran uterus saat

kehamilan normal sehingga menyebabkan distensi abdomen. Biasanya pembesaran yang

menunjukkan gejala patologis saat ibu hamil berada pada trimester 1. Selain itu, produksi

hCG yanng meningkat dapat menyebabkan mual muntah.

2.      Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal

Risiko terhadap infeksi adalah suatu kondisi dimana individu beresiko terkena agen

oportunis atau patogenesis (virus, jamur, bakteri, protozoa dan parasit lain) dari berbagai

sumber dari dalam atau dari luar tubuh (Lynda Juall C, 1997). Faktor yang berhubungan

dengan risiko infeksi adalah sebagai masalah atau kondisi kesehatan yang dapat

meningkatkan berkembangnya infeksi (Lynda Juall C, 1997). Menurut Marilyn E. Doengoes

(1999) faktor infeksi meliputi pertahanan sekunder tidak adekuat misal : penurunan

haemoglobin, leucopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tutukan).

Diagnosa ini penulis rumuskan karena penulis menemukan adanya data : ada perdarahan

pervagina yang abnormal, Hb : 11,20 gr%, leukosit : 8,50 ribu/mmk, S : 37 oC, TSH < 0,05

vtv/ml. Dari data tersebut sudah dapat diangkat diagnosa risiko tinggi infeksi berhubungan

dengan pengeluaran darah pervagina yang abnormal. Apabila masalah ini tidak diatasi maka

akan terjadi infeksi pada kandungannya apabila tidak segera dikeluarkan.

Diagnosa risiko infeksi penulis prioritaskan pada masalah keperawatan kedua karena

merupakan keadaan yang kemungkinan bisa muncul dan menjadi suatu permasalahan dan

apabila hal ini tidak dicegah maka risiko dapat menjadi aktual.

Selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat perencanaan dengan

tujuan agar infeksi tidak terjadi dalam jangka waktu 2 x 24 jam dengan kriteria hasil tanda-

tanda infeksi tidak ada (dolor, color, rubor, tumor dan fungtio leasa), tanda-tanda vital dalam

batas normal. Adapun perencanaan yang telah penulis buat adalah : catat suhu, catat jumlah

bau, warna darah pervagina rasional kehilangan darah berlebihan dengan penurunan

hemoglobin, meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi, pantau respon merugikan pada

pemberian produk darah. Rasional : pengenalan dan intervensi dini dapat mencegah situasi

yang mengancam hidup, berikan informasi tentang risiko penerimaan produk darah, rasional :

komplikasi seperti hepatitis dan (HIV / AIDS) dapat tidak bermanifestasi selama perawatan

di rumah sakit, Kolaborasi pemberian antibiotik rasional : untuk mencegah infeksi dan

meminimalkan infeksi, anjurkan ganti pembalut bila basah habis BAK, karena basah

merupakan media kuman untuk berkembang.

Page 21: Contoh Makalah Mola Hidatidose

3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal sumber

informasi

Kurangnya pengetahuan adalah : suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok

mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotorik berkenaan dengan

kondisi atau rencana pengobatan (Lynda Juall C,1997).

Batasan karakteristik mayor : mengungkapkan kurang pengetahuan atau keterampilan-

keterampilan / permintaan informasi, mengeskpresikan suatu ketidakakuratan persepsi status

kesehatan, melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan dengan dianjurkan atau

diinginan.

Batasan karakteristik minor : kurang integritas tentang rencana pengobatan ke dalam aktifitas

sehari-hari, memperlihatkana atau mengekspresikan perubahan psikologis (misalnya anietas,

depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kuranginformasi.

Diagnasa kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

tentang penyait dan penatalaksanannya penulis tegakkan dengan problem kurangnya

pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksanannya karena pada saat pengkajian

ditemukan data : klien mengatakan belum tahu tentang penyakit yang dideritanya saat ini.

Diagnosa kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak

mengenal sumber informasi, penulis tetapkan sebagai prioritas ketiga sesuai teori “triage

konsep”, dimana kurang pengetahuan merupakan masalah yang berkembang lambat dan

dapat ditolerir pasien. Walaupun ditemukan masalah masalah ini harus diatasi dan perlu

tindakan yang tepat apabila pasien tidak tahu tentang penyakitnya.

Untuk mengatasi masalah kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman

dan tidak mengenal sumber informasi penulis menetapkan intervensi : jelaskan tindakan dan

rasional yang ditentukan unduk kondisi haemoradi (curettage) rasional : memberikan

informasi dapat memperjelas kesalahan konsep dan dapat membantu menurunkan stress yang

berhubungan, beri kesempatan bagi pasien untuk mengajukan pertanyaan rasional :

memberikan klarifikasi dari konsep yang salah dari kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan koping, kaji ulang pengetahuan pasien tentang pengetahuan rasional : untuk

mengetahui seberapa jauh pengetahuan pasien tentang penyakitnya. Motivasi pasien untuk

menerima keadaannya rasional : penerimaan tentang keadaan dapat mengurangi stress

pskologisnya, libatkan keluarga untuk memberi dukungan moril maupun spiritual pada pasien

rasional : memberikan support membantu untuk pemulihan kesembuhan pasien.

 

Page 22: Contoh Makalah Mola Hidatidose

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah akibat

produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran uterus yang

abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga menyebabkan distensi

rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu

perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi

infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat

membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang beberapa

gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat berada pada usia kehamilannya yang

masih baru tau berada pada Trimester 1.

B. Saran

Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam melakukan

pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya gejala

patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu

harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada

kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus memiliki sikap profesionalisme

dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan secara tepat kepada ibu yang

terdeteksi adanya kelainan seperti penderita Mola hidatidosa.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesbulapius Fakultas

UI.

Wiknjosartro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yaysan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC.

Underwood, J.CE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volume 2. Jakarta: EGC

Page 23: Contoh Makalah Mola Hidatidose