contoh laporan uji benih
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
METODE PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Oleh :
Golongan / Kelompok : A / 9
Urifa (131510501204)
Azizah (131510501130)
Jatmiko Budi Cahyono (131510501176)
ErlinSeptiani (131510501177)
ViviDwiPuspita Sari (131510501203)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Benih merupakan benda hidup yang di dalam Undang-undang RI No. 12
Tahun 1992 disebut sebagai tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman. Benih merupakan biji
tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman yang memiliki fungsi
agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi
agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu
benih mencakup tiga aspek antara lain mutu genetik, mutu fisiologi, serta mutu
fisik.
Dalam perannya sebagai bahan perbanyakan tanaman, benih merupakan
pembawa pasif dan tempat bertahan hidup berbagai jasadrenik, baik yang bersifat
patogenik maupun saprofitik. Oleh karena itu benih berperan penting dalam
penyebaran pathogen tanaman dan insidensi penyakit di lapangan. Saat ini benih
telah menja disalah satu komoditas penting dalam system perdagangan global
maupun lokal yang akan mendukung system ketahanan pangan. Status kesehatan
benih menentukan kualitas benih yang pada akhirnya turut menentukan
keberhasilan produksi tanaman. Kesehatan benih penting dijaga sejak dari proses
produksi benih, pemasaran hingga sampai di tangan petani untuk ditanam.
Sebelum melakukan persemaian kita jarus menguji benih terlebih dahulu.
Ada beberapa macam pengujian benih salah satunya adalah pengujian mutu fisik
benih. Pengujian mutu fisik benih dapat dilakukan melalui analisis kemurnian
benih. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sampel yang mewakili
beberapa benih yang kemudian dipisahkan antara kotoran dan benih tanaman lain
untuk dihitung persentasenya dan dapat dihitung persentase kemurnian benihnya.
Pengujian benih sangat pentingdalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.
Produksi padi yang baik merupakan harapan semua petani. Produksi padi
yang baik, memerlukan adanya ketrampilan dalam pengelolaan manejemen
produksi. Selain itu, benih yang digunakan dalam proses budidaya juga perlu
diperhatikan karena mutu benih menentukan hasil akhir dari produksi padi. Oleh
karena itu, pada praktikum kali ini mahasiswa dikenalkan tentang cara pengujian
kesehatan benih padi agar dapat menghitung presentase kesehatan benih padi.
1.2 Tujuan
a.) Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan sebagai keberbagai
tempat untuk keperluan pertanaman.
b.) Mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih
c.) Mengevaluasi usaha-usaha pengendalian penyakit pengendalian penyakit
dilapangan dalam rangka mencegah penyakit yang ditularkan ke biji
d.) Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional
sehingga dapat mengetahui penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.
e). Karantina tumbuh-tumbuhan untuk mencegah keluar masuknya patogen
yang membahayakan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Samuel (2013) benih merupakan sarana produksi yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan
bahan tanam bermutu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan pertanaman.Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar
baik dari segibiaya maupun waktu yang diakibatkan oleh penggunaan benih yang
tidak bermutu atau tidak jelas asal-usulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan
tanam akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu
merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu
memberikan hasil yang memuaskan.
Dalam mendapatkan produksi yang optimal, bibit adalah salah satu faktor
yang mememngaruhinya. Menurut Kamil dalam Misran (2014) bibit merupakan
tumbuhan yang masih mudadan memiliki kemampuan sebagai penentuan
pertumbuhan selanjutnya. Salah satu cara yang dapat kita gunakan adalah dengan
intensifikasi benih dengan menerapkan teknologi produksi yang tepat dan sarana
produksi yang efisien dan menguntungkan.
Pengamatan dan identifikasi kesehatan benih padi merupakan kegiatan
penting dalam perbaikan varietas tanaman padi. Potensi genetik dari bahan
pemuliaan yang dikembangkan secara konvensional atau biologi molekuler,
dievaluasi berdasarkan penampilan fenotipik pada lingkungan tertentu dengan tipe
cekaman yang menjadi tujuan perbaikan varietas. Dengan demikian pengiangan
kesehatan benih padi harus menggunakan metode penilaian praktis, cepat, tepat,
dan akurat sehingga menghasilkan benih yang bermutu (Silitonga, 2013).
Benih merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan produksi
yang setinggi-tingginya. Karena benih merupakan sarana produksi, maka benih
harus bermutu tinggi (mutu fisiologis, genetik dan fisik) dari jenis yang unggul
(Tim Pengampu, 2011). Mutu benih sendiri dapat dipengaruhi oleh kesehatan
benih. Kesehatan benih ditentukan oleh ada atau tidaknya suatu mikroorganisme
yang terbawa oleh benih seperti jamur, bakteri atau virus. Benih yang sehat sangat
penting dalam produksi tanaman pertanian karena benih adalah awal untuk
mendapatkan tanaman yang sehat. Oleh karena itu benih harus bebas dari infeksi
atau kontaminasi patogen (Nurdin, 2009).
Salah satu hal benih bisa dibilang sehat adalah benih yang terbebas dari
patogen. Kerugian yang diakibatkan oleh patogen yang terbawa oleh benih adalah
perubahan pada tanaman yang kurang baik dan adanya ketersediaan patogen pada
tanaman yang tumbuh di lapangan. Selain itu juga dapat menurunkan kualitas
benih, seperti daya perkecambahan benih, kerusakan fisik pada benih dan warna
benih berubah bahkan ada beberapa patogen yang terbawa oleh benih yang
menyebabkan benih menjadi racun (Risnawaty, 2013).
Menurut Ishaq (2009), pengolahan benih pada umumnya meliputi
pembersihan benih, pemilahan (grading)dan perlakuan benih (jika diperlukan).
Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami,
maupun daun padi yang terikut) juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan
benih dalam skala kecil dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
nyiru (ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan
mesin pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan
meningkatkan efisiensi pengolahan. Apabila dirasa perlu, grading(pemilahan
benih) dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan benih yang lebih
seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis
benihnya.
Menurut Hasan (2013) mutu benih tanam yang berkualitass tinggi adalah
kunci dari komponen biji-bijian sistem tanaman. Untuk memastikan popuulasi
tanaman dengan laju pembenihan yang wajar dalam berbagai kodisi memerlukan
mutu benih yang tinggi. Selama panen, pengolahan dan penyimpanan, mutu benih
yang ditanam mengalami efek terintregasi dari lingkungan. Banyaknya variasi
kualitas benih dikaitkan dengan perbedaan lingkungan kondisi, pengembangan
dan pematangan benih sementara di pohon induk. Hal yang dapat mengurangi
mutu benih selama di lapangan adalah kondisi lingkungan seperti suhu, curah
hujandan kelembaban.
Benih yang biasa digunakan oleh petani adalah benih yang telah
mengalami penyimpanan sehingga benih telah mengalami deteriorasi atau
kemunduran benih (benih yang telah menua). Gejala ini dapat dilihat dengan
penurunan pemunculan bibit yang diikuti oleh lambatnya pertumbuhan dan
perkembangan bibit (Nurmauli dan Numiaty, 2010). Menurut Ilyas dalam
Nurmauli dan Numiaty (2010) dengan member perlakuan invigorasi pada benih
bias meningkatkan kualitas benih yang telah mengalami kemunduran. Invigorasi
adalah perlakuan yang dilakukan untuk mengoptimalkan viabilitas benih dengan
cara fisik, fisiologis dan cara biologis sehinggabenih mampu tumbuh dengan
cepat. Invigorasi dilakukan sebelum pertanaman dengan cara menyeimbangkan
kandungan air benih untuk merangsang metabolisme di dalam benih sehingga
benih siap untuk berkecambah meskipun radikulanya masih belum muncul.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksananaan waktu praktikum Pengantar Teknologi Pertanian
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 21 Maret 2014 pada jam 07.00 sampai
selesai dan bertempat di Agroteknopark Jubung, Jember. Dan waktu pengujian
benih padamhari minggu 23 Maret 2014 jam 09.00 WIB sampai selesai yang
bertempat di pujasera Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
- Sampel biji/benih padi yang diambil
- Alat timbangan
- kalkulator
3.3 Cara Kerja
- Buatlah kelompok (5-7 orang/kelompok atau menyesuaikan).
- Masing-masing kelompok mengerjakan pengujian kesehatan benih
dengan cara pemeriksaaan biji kering.
- Ambillah biji padi secara sampling sebanyak 50-100 gr/kelompok, dan
lakukan pemeriksaan secara kering.
- Pemeriksaan biji dilakukan terhadap hal hal sebagai berikut : (1) bernas
tidaknya biji padi, (2) warna biji, (3) biji bercak, (4) ada tidaknya kotoran,
(5) jamur dipermukaan biji, (6) sklerotia, dsb. Hitunglah berapa jumlahnya
dan persentasinya dari masing-masing parameternya tersebut, dan buatlah
dokumentasinya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PEKERJAAN PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Parameter Uraian Persentase Dokumentasi
Bernas
Tidaknya
Biji padi
Dilakukan percobaan dengan
merendam padi dalam air. Dari
hasil pengamatan tampak ada
beberapa benih yang
mengapung menandakan tidak
adanya bernas
Dari 1000 bulir ,
yang terdapat
bernasnya
sekitarnya 950
(95%) dan yang
tidak ada
bernasnya sekiat
5 %
Warna
Biji
Beberapa bulir padi berwarna
hijau, ini menandakan bahwa
tanaman padi tersebut dipanen
saat tidak tepat.
Dari 1000 biji
yang berwarna
kuning (83,7%)
hanya 128
(12,8%) yang
berwarna hijau.
Dan biji yang
berwarna hitam
35 (3,5%)
Biji
Bercak
Terlihat bahwa terdapat bercak
warna coklat disekitar
permukaan
Dari 1000 biji
yang bercak
hanya 38 bulir
(3,8%) dan yang
sehat 962
(96,2%).
Ada
Tidaknya
Kotoran
Ditemukan beberapa kotoran
yang tercampur dalam benih.
Terdapat kotoran
sekitar 4,8% dan
yang bersih hanya
95,2%
Jamur
Dipermuk
an Biji
Terlihat bahwa bulir yang
terkena jamur terdapat warna
putih mengkilap di ujung benih
Dari 1000, yang
berjamur hanya 7
(0,7%)
Sklerotia Terdapat benih yang terkena
skloritia yaitu warna benih
seluruhnya hitam
dari 1000 bulir
yang terkena
hanya 35 bulir
(3,5%)
4.2 Pembahasan
Dalam pengujian kesehatan benih, ada beberapa macam untuk menguji
kesehatan benih yaitu :
a. Pemeriksaan biji kering (Dry Seed Eximination)
Pengujian dengan metode ini bertujuan untuk memeriksa biji apakah
tercampur dengan kotoran kotoran, seperti sisa tanamn, sklerotia, insekta dan
sebagainya. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap gejala-gejala penyakitnya
yang menempel atau tumbuh dipermukaan biji. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan stereomikroskopik perbesaran 50 sampai 60 kali disertai cahaya
yang baik atau dapat mengguanakan kaca pembesar.
b. Pencucian Biji
Melalui cara ini dapat diketahui kontaminasu yang berada depermukaan
biji atau spora yang dihasilkan oleh jamur yang telah menginfeksi biji.
c. Cara inkubasi
i.) Pengujian dengan metode kertas
ii.) Pengujian dengan metode agar
iii.) Pengujian dengan batu bata, tanah, pasir dsb.
iv.) Metode Growing on test.
Pengujian benih yang dilakukan ini bertujuan untuk menghindari
pemakaian benih berkualitas rendah serta mencegah timbulnya kerugian.
Menetapkan (menaksir) nilai setiap contoh dari sejumlah benih yang diuji selaras
dengan kualitas benih.
Selain itu kualitas benih juga harus diperhatikan apakah benih itu
tergolonh sehat atau tidak sehat karena ini akan mempengaruhi produktifitas dari
tanaman tersebut. Ada beberapa ciri yang bisa diliat secara visual atau langsung
yaitu :
a. Benih yang terkena jamur biasanya akan berwarna putih disekitar
permukaan benih
b. Benih dikatakan tidak sehat jika terdapat bercak hitam/coklat di
sekitar permukaan benih.
c. Benih dikatakan tidak sehat jika benih tersebut mengkerut dan
tidak berisi serta warna dari benih tersebut terlalu muda seperti
permukaan yang berwarna hijau.
Dari Hasil pengamatan yang dilakukan diatas terhadap sampel benih yang
diambil dari Agroteknopark Jubung, Jember terdapat bahawasannya ada beberapa
benih yang tidak sehat diantarannya dari 1000 benih yang dijadikan
sampelmasihadabeberapa yang terkenapatogensepertijamurdanskerotia.
BAB 5. PENUTUP
5. Kesimpulan
Sebelum melakukan budidaya, kita harus memerhatikan benih yang akan
kita gunakan. Karena benih merupakan titik awal dari pertumbuhan tanaman,
maka dari itu harus memerhatikan mutu atau kualitas yang dimiliki oleh benih
tersebut. Dimana mutu benih dipengaruhi oleh kesehatan benih seperti bakteri,
jamur dan virus. Jika benih sudah terkontaminasi oleh patogen maka hal ini akan
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan akan mempengaruhi jumlah
produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Md. Abu, dkk. 2013. Evaluation of the Physiological Quality of Wheat Seed as Influenced by High Parent Plant Growth Temperature. Crop Sci. Biotech 16 (1) : 69-74.
Ishaq, Iskandar. 2009. PetunjukTeknisPenangkaranBenihPadi. Jakarta :BadanPenelitiandanPengembanganPertanianDepartemenPertanian.
Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 14 (1): 39-43
Nurdin, Muhammad. 2009. Inventarisasi Beberapa Mikroorganisme Terbawa benih Padi yang berasal dari Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 3(2) : 47- 50
Nurmauli, N., dan Nurmiaty, Y. 2010. Pengaruh Hidrasi Dehidrasi Dan Dosis NPK Pada Viabiltas Benih Kedelai. Agrotropika, 15(1): 1 – 8
Risnawaty, dkk. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa Benih pada Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau Asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurnal LPPM 1 (1) : 1-19.
Samuel, Purnamaningsih, S., L., dan Kendarini, N. 2010. Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam Penyimpanan. Agronomi, 1 (1) : 1-13.
Silitonga,Tiur Sudiaty, dkk. 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Plasma Nutfah.
Tim Pengampu. 2011. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Benih. Makassar : Universitas Hasanudin