uji kelayakan benih / biji

38
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PANEN DAN PASCA PANEN UJI KELAYAKAN BENIH/BIJI Oleh: NAMA : AJENG WIDYANINGRUM NIM : 111510501111 KELAS : BEASISWA UNGGULAN (BU) NILAI : LABORATORIUM HAMA TUMBUHAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2012

Upload: ajeng-widy

Post on 06-Aug-2015

627 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Uji kelayakan benih jagung, gabah, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Kelayakan Benih / Biji

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PANEN DAN PASCA PANEN

UJI KELAYAKAN BENIH/BIJI

Oleh:

NAMA : AJENG WIDYANINGRUM

NIM : 111510501111

KELAS : BEASISWA UNGGULAN (BU)

NILAI :

LABORATORIUM HAMA TUMBUHANJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Uji Kelayakan Benih / Biji

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang

peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam

mendapatkan produk hasil tanamannya. Namun banyaknya spesies/varietas

tanaman yang beraneka ragam ada kecenderungan benih akan tercampur antara

yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin penggunaan benih yang benar-

benar murni, bersih, dan tidak tercampur dengan bahan lainnya, salah satunya

adalah dengan melakukan pengujian kemurnian benih.Kemurnian benih

merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh

benih.

Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah

untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang

berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari

persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam

produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.

            Proses budidaya tanaman akan dapat menghasilkan tanaman yang

berkualitas bila dalam proses budidaya tersebut menggunakan benih yang

berkualitas dan sehat. Benih yang sehat memiliki arti bahwa benih tersebut bebas

dari kontaminasi mikroba yang merugikan dimana nantinya dapat mempengaruhi

proses pertumbuhan dan perkembangan benih. Banyaknya jenis penyakit tanaman

penting yang merugikan berasal dari benih yang telah terinfeksi sebelumnya yang

menjadi sumber infeksi di lahan pertanaman. Benih yang terinfeksi patogen dapat

merupakan sumber patogen penting di lahan pertanaman. Penularan penyakit dari

benih ke kecambah menyebabkan terjadinya infeksi primer dan merupakan

sumber infeksi untuk tanaman sekitarnya. Patogen yang terbawa benih

mempunyai arti penting jika ia berhasil menular ke tanaman yang berasal dari

benih itu sendiri atau ke tanaman sekitarnya. Untuk mengatasi masalah tersebut,

maka penggunaan benih berkualitas baik yang tidak mengandung patogen yang

Page 3: Uji Kelayakan Benih / Biji

merugikan merupakan salah satu cara yang sangat dianjurkan. Langkah ini juga

termasuk ke dalam langkah awal pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.

            Banyak patogen yang terbawa oleh benih bersifat fatogenetik. Penyakit

yang ditimbulkan oleh patogen tersebut dapat menyerang benih, kecambah,

tanaman muda maupun tanaman dewasa. Dari berbagai jenis patogen terbawa

benih, patogen dari golongan fungi telah dilaporkan mencapai jumlah kasus yang

paling banyak. Patogen dapat terbawa benih dengan berbagai cara yaitu pada

permukaan benih, di dalam jaringan, dan bersama benih dimana tidak terjadi

hunbungan erat antara propagul dan permukaan benih. Untuk mendapatkan benih

yang bebas kontaminasi patogen maka perlu dilakukan pengujian kesehatan benih.

Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit yang disebabkan oleh

keberadaan patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan

pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil.

Benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana

hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Pengujian kesehatan benih akan

mendeteksi dan dapat mengurangi kontaminasi patogen pada benih tersebut

sehingga dapat mengurangi resiko penurunan hasil produksi tanaman.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui patogen yang

menyerang beberapa biji-bijian pangan dengan beberapa metode yang ada.

Page 4: Uji Kelayakan Benih / Biji

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam budidaya tanaman, benih merupakan salah satu faktor utama yang

menjadi penentu keberhasilan. Walaupun program perbenihan nasional telah

berjalan sekitar 30 tahun, tetapi ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi

kebutuhan potensialnya. Salah satu faktor masih rendahnya tingkat ketersediaan

benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat kesadaran masyarakat, dalam hal ini

petani, untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi atau bersertifikat masih

sangat kurang. Pada umumnya, petani memilih benih non sertifikat karena harga

benih non sertifikat lebih murah daripada yang bersertifikat. Benih tersebut tentu

saja tidak terjamin kualitasnya. Benih non sertifikat banyak dijual di toko benih

atau penangkar di daerah - daerah. Kualitas benih non sertifikat dapat diketahui

dengan pengujian laboratorium. Tugas dan fungsi BPSB adalah melaksanakan

analisis benih di laboratorium dan melakukan pengawasan pemasaran benih

(Maiwanto, 2003).

Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih

harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana

teknologi yang maju. Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu,

antara lain :

a. Menghemat penggunaan benih persatuan luas

b. Respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya

c. Produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi

d. Mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik

e. Memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya

jelas

f. Waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak. (Cipta,

1992)

Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui status kesehatan

dari suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak

mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik. Patogen yang terbawa

oleh benih dapat berupa cendawan, bakteri, virus, dan nematode (ISTA,2010).

Page 5: Uji Kelayakan Benih / Biji

Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena

hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian

dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar

mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh

benih. Kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil

pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya. Terdapat

bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki

kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat

perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai.

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit

tanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman.

Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle

keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule

muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai

terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat

dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon

tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel

baru dan membebaskan energi kinetik (Edmond et al.dalam Tim Penyusun

Udayana , 1975 ).

Cendawan yang terbawa benih dapat menimbulkan penyakit pada tanaman

sebelum benih berkecambah, pada waktu tanaman masih muda atau menjelang

berbunga atau berbuah. Selain dapat menyebabkan penyakit pada tanaman itu

sendiri, cendawan dapat pula menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain.

Cendawan dapat mempertahankan diri di lapang misalnya pada sisa tanaman dan

gulma. Pada keadaan ini cendawan akan menjadi sumber inokulum. Meskipun

saat penanaman menggunakan benih yang sehat, tetap terserang penyakit.

Cendawan terbawa benih dapat bertahan lama di lapang (Sutopo, 2002.).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi

menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik ,

daya tumbuh dan vigor , kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal

Page 6: Uji Kelayakan Benih / Biji

antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan

(Copeland dan Donald, l985).

Menurut (Soemardi. R. 1992), masalah yang dihadapi dalam penyimpanan

benih makin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.

Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang

cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami

kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara

dan suhu lingkungan dimana benih disimpan.

Page 7: Uji Kelayakan Benih / Biji

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum teknologi panen dan pasca panen bagian hama penyakit

tumbuhan dengan acara uji kelayakan benih dan biji ini dilaksanakan pada hari

kamis tanggal 7 Desember 2012 dari pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul

17.00 WIB di laboratorium hama penyakit tumbuhan jurusan hama penyakit

tumbuhan fakultas pertanian Universitas Negeri Jember.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

a. Cawan petri

b. Timbangan

c. Erlenmeyer

d. Pipet volume

e. Pemanas spiritus

f. Inkubator

g. Kertas saring

h. Mikroskop

i. Kaca benda

j. Kaca penutup

k. Kawat nikrom

3.2.2 Bahan

a. Bahan – bahan untuk uji = biji padi 100 gram, biji kedelai 100 gram, biji

kacang tanah 100 gram, biji kacang hijau 100 gram, biji jagung 100 gram.

b. Larutan buret

c. Larutan erlenmeyer

h. NA (metode agar)

i. Larutan alkohol

h. Larutan aquades

Page 8: Uji Kelayakan Benih / Biji

3.3 Cara kerja

1. Menimbang biji padi 100 gram, biji kedelai 100 gram, biji kacang tanah 100

gram, biji kacang hijau 100 gram, biji jagung 100 gram.

2. Menghitung jumlah biji kacang hijau dalam berat 100 gram dan memisahkan

dan mensortasi yang bernas, yang cacat dan juga kotoran yang ada pada biji.

3. Menghitung berat atau menimbang biji yang cacat dan bernas serta kotoran

yang ada pada biji tersebut dengan menggunakan timbangan.

4. Mengambil dua kali 30 sampel biji yang bagus untuk kemudian dilakukan

inkubasi di dalam inkubator dengan menggunakan dua perlakuan yaitu

perlakuan NA (metode agar) untuk mengetahui keberadaan bakteri dan juga

metode menggunakan kertas saring basah untuk mengetahui koloni jamur dan

juga adanya perkecambahan pada biji.

5. Memasukkan kedua perlakuan tersebut ke dalam cawan petri yang sudah di

sterilkan dan memasukkan ke dalam mesin inkubator.

6. Melakukan pengamatan setelah 1 hari di inkubasi dengan melihat perubahan

pada metode NA (metode agar) di dalam cawan petri sudah terlihat tanda –

tanda adanya bakteri atau tidak. Tanda tersebut dapat dilihat dari preparat

cawan petri yang sudah berkoloni dan juga adanya cairan – cairan yang

biasanya menjadi penanda adanya bakteri maupun tidak. Bakteri tidak dapat

dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran 10 kali sehingga hanya melihat

kepada preparat yang sudah terjadi adanya koloni.

7. Melakukan pengamatan setelah 2 hari di inkubasi dengan melihat perubahan

pada metode pemberian kertas saring basah di dalam cawan petri sudah

terlihat adanya koloni jamur atau tidak serta melihat pertumbuhan

perkecambahan pada biji.

8. Melihat adanya koloni jamur dengan menggunakan mikroskop yaitu dengan

membersihkan kaca benda dan kaca penutup dengan alkohol dan larutan

aquades, mensterilkan kawat nikrom dan juga kawan petri yang berisi preparat

dengan memanaskan dengan menggunakan larutan bunsen yang dibakar.

9. Mengambil contoh koloni jamur di dalam preparat dengan menggunakan kawat

nikrom yang sudah di sterilkan dan menaruhnya di atas kaca benda, kemudian

Page 9: Uji Kelayakan Benih / Biji

memberi 1 tetes larutan erlenmeyer ditutup dengan kaca penutup kemudian

dipanaskan sebentar di atas larutan bunsen yang dibakar.

10. Mengamati preparat dalam kaca benda di dalam mikroskop dan melihat ada

maupun tidak nya jamur beserta morfologi jamur dari segi warnanya.

11. Mengamati preparat dalam cawan petri terhadap adanya perkecambahan

maupun tidak dan kemudian menghitung presentase tumbuhnya

perkecambahan pada biji kacang hijau.

12. Mencatat semua hasil pengamatan di dalam tabel.

Page 10: Uji Kelayakan Benih / Biji

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Pengamatan Pemeriksaan Biji Kering

4.1.2 Data Pengamatan Pemeriksaan secara Inkubasi

No Bahan Bentuk Koloni Warna Koloni Uji Gram1 Gabah Bulat Putih Gram negatif2 Jagung Bulat Putih Gram Positif3 K. hijau Bulat Putih Gram Positif4 K.Tanah Bulat Putih Gram negatif5 Kedelai Bulat Putih Gram Positif

Page 11: Uji Kelayakan Benih / Biji

Persentase

1. Gabah

Cacat= 3344036

x 100 %=8,27 %

Bernas=37024036

x 100%=91,72 %

Perkecambahan : 53Terserang = -

4. Kacang Hijau

Cacat= 1481268

x100 %=11,67 %

Bernas=11201268

x100 %=88,3 %

Perkecambahan : 30Terserang = -

2. Kedelai

Cacat=100674

x 100 %=14,8 %

Bernas=574674

x 100 %=85,2 %

Perkecambahan : -Terserang = 1

5. Jagung

Cacat=255596

x100 %=42,8 %

Bernas=341596

x100 %=57,2%

Perkecambahan : 27Terserang = 30

3. Kacang tanah

Cacat= 85291

x100 %=29,2 %

Bernas=206291

x100 %=70,8 %

Perkecambahan : -Terserang = 15

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kelayakan Benih

Dalam membuat bahan tanam, benih harus diberi perlakuan tertentu agar

dapat layak dijadikan sebgai bahan tanam. Benih yang layak (benih unggul)

dicirikan sebagai berikut:

a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.

b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.

Page 12: Uji Kelayakan Benih / Biji

c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.

d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.

e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

Agar mendapatkan benih yang layak seperti ciri-ciri tersebut yang telah

dijelaksan maka diperlukan suatu pengujian kelayakan benih sebelum ditanam.

Pengujian benih merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan

dalam penanganan benih sebelum panen, yang mana pengujian ini merupakan

salah satu tahapan agar benih yang akan ditanam layak untuk dijadikan bahan

tanam dan dapat diketahui kemurnian benih itu sendiri. Pengujian benih

dilakukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari benih. Keterangan yang

diperoleh dari hasil pengujian benih ini sangat bermanfaat bagi pengguna benih

sebagai informasi yang dapat dipercaya tentang materi benih sebagai bahan dasar

dalam produksi tanaman, dan bagi produsen benih dapat digunakan sebagai

jaminan kualitas benih yang diproduksi. Selain itu, kemurnian benih perlu untuk

diuji sebab suatu penyakit yang terdapat dalam benih akan dapat mengganggu

perkecambahan benih dan selanjutnya akan dapat menurunkan hasil produksi baik

secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga jika kita sebelumnya telah mengatehui

benih tersebut terserang penyakit atau petogen pengganggu lainnya dapat kita

pilih mana benih yang sehat dan tidak sehat.

Uji kelayakan benih ini dimaksudkan agar :

1. Mengetahui ada atau tidaknya inokulum patogenik yang terdapat dalam benih,

dan selanjutnya diharapkan dapat menentukan kondisi dari benih tersebut.

kesehatan dari benih itu sendiri merupakan faktor penentu nilai lapangan dari

benih tersebut.

2. Dapat mengetahui dan mempelajari penyebab terjadinya benih yang abnormal.

Hal ini dilihat dari kecambah dalam uji daya kecambah. Untuk mengetahui

daya berkecambah suatu benih dengan menghitung persentase perkecambahan

tersebut yaitu:

Daya berkecambah = Jumlah benih normal x 100%

Jumlah total benih

Page 13: Uji Kelayakan Benih / Biji

Agar hasil persentase perkecambahan yang didapat dengan metode uji

daya kecambah dilabolatorium mempunyai korelasi positif dengan kenyatan

nantinya dilapangan makan perlu diperhatikan faktor – faktor berikut ini :

1. Kondisi lingkungan dilabolaotrium harus mengunutngkan bagi

perkecambahan benih dan terstandarisasi.

2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukian pada saat kecambah mencapi

suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan antara kecambah

normal dan kecambah abnormal.

3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga

dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadai tanaman normal

dan kuat pada keadaan yang mengunguntungkan dilapangan.

4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentunkan.

Tingkat kesehatan berkaitan dengan ada tidaknya serangan dan tingkat

serangan hama dan penyakit. Serangan hama dari penyakit dapat terjadi sejak

benih masih berada di lapang sampai di ruang penyimpanan. Mutu benih yang

terserang hama dan atau penyakit akan menurun. Kerusakan yang ditimbulkan

oleh hama dapat secara langsung, yakni benih dimakan atau struktur, terutama

embrio, rusak (sehingga benih tidak mampu berkecambah secara normal). Dapat

pula benih rusak secara tidak langsung, yakni hama sebagai pembawa penyakit.

Adapun kerusakan yang ditimbulkan penyakit, selain menimbulkan lingkungan

penyimpanan yang tidak optimum, cendawan umumnya menghasilkan produk

beracun seperti aflatoksin yang akan meracuni benih sehingga akan menurunkan

aktivitas enzim tatkala benih dikembahkan.

Tingkat kerusakan benih pada umumnya dapat diidentifikasi dari laju

kemunduran mutu benih. Hal ini dapat diperkecil dengan melakukan penanganan

dan pengolahan, penyimpanan, serta pendistribusian benih secara baik.

Pengemasan dan penyimpanan benih hendaknya mampu menjaga tingkat kadar air

benih dan mutu benih dari pengaruhpengaruh lingkungan luar (kelembaban udara,

suhu ruangan, dan hama serta penyakit). Kadar air benih sangat penting untuk

dipertahankan karena peningkatan 1% nilai kadar air akan mampu menurunkan

daya simpan benih menjadi setengahnya. Kadar air dapat dipertahankan dengan

Page 14: Uji Kelayakan Benih / Biji

kemasan yang kedap udara luar, seperti plastik polietilin, atau benih disimpan

dalam ruangan yang kering, misalnya di atas para-para dapur. Pendistribusian

benih tidak sampai merusak kemasan benih. Apabila kemasannya rusak, kadar air

benih akan berubah dan memungkinkan tercampurnya antara satu kelompok benih

(dari satu kemasan) dengan kelompok benih lain (dari kemasan aslinnya).

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

1. Tingkat Kemasakan Benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai

tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan

yang cukup serta pembentukan embrio sempurna. Pada umumnya sewaktu kadar

air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah

mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih

mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya

kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu

tinggi.

2. Ukuran Benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan

yang lebih banyak dibanding dengan yang kecil pada jenis sama. Cadangan

makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber

energi bagi embrio pada saat perkecambahan.

3. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut hidup tetapi tidak

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang telah memenuhi syaratnya

bagi suatu perkecambahan atau dormansi benih menunjukkan suatu keadaan

dimana benih sehat namun gagal berkecambah pada kondisi yang baik seperti

kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.

4. Penghambat Perkecambahan

Penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik

dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik

Page 15: Uji Kelayakan Benih / Biji

yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat

laju respirasi.

Adapun perbedaan antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif,

yaitu :.

No. Aspek Perbedaan Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif

1. Struktur dinding Sel a.    Tebal (15-80 nm)b.    Berlapis Tunggal

a.    Tipis (10-15 nm)b.    Berlapis tiga

2. Komposisi Dinding Sel a.    Kandungan lipid rendah (1-4 %)

b.    Peptidoglikan merupakan lapisan tunggal

c.    Komponen utama merupakan > 50 % berat kering sel bakteri

d.   Mengandung asam teikoat

a.    Kandungan lipid tinggi (11-22 %)

b.    Peptidoglikan merupakan lapisan kaku sebelah dalam

c.    Komponen utama merupakan kurang lebih 50 % berat kering

d.   Tanpa asam teikoat3. Kerentanan terhadap

penisilinLebih rentan Kurang resisten

4. Pengaruh zat warna dasar terhadap pertumbuhan

Pertmbuhan dihambat dengan nyata misalnya oelh Kristal violet

Pertmbuhan kurang dihambat misalnya oelh Kristal violet

5. Persyaratan nutrisi Relatif rumit pada beberapa spesies

Relatif sederhana

6. Resistensi terhadap gangguan fisik

Lebih resisten Kurang resisten

4.2.2 Pembahasan Data

Dalam praktikum kali ini digunakan metode pengamatan secara visual

terhadap benih kering. Pengujian ini dilakukan secara cepat untuk mendapatkan

informasi awal tentang kesehatan benih. Kekurangan metode ini yaitu hanya

mendeteksi cendawan yang ada di permukaan benih atau tercampur bersama

benih serta kondisi fisik benih.

Metode ini digunakan untuk mendeteksi cendawan yang menyebabkan

gejala khas pada benih misalnya disklorisasi atau perubahan warna pada kulit

benih, perubahan ukuran, dan bentuk benih. Sebagai tambahan metode ini

berguna untuk mengetahui adanya serangan/infestasi serangga benih atau

Page 16: Uji Kelayakan Benih / Biji

kerusakan benih atau melihat adanya perlakuan benih dengan pestisida. Metode

ini berkaitan langsung dengan kegiatan analisis kemurnian benih (purity), yaitu

apakah benih tercampur dengan benda-benda dan benih lainnya dalam proses

pemberian sertifikasi benih.

Dalam praktikum kali ini praktikan juga menggunakan metode inkubasi

dalam menguji kelayakan benih. Prinsip metode ini adalah memberikan kondisi

tumbuh yang optimal bagi patogen terbawa benih, baik yang ada pada permukaan

maupun yang ada di dalam jaringan benih. Dengan cara tersebut maka patogen

terbawa benih, terutama cendawan dapat terdeteksi dengan mengamati

karakteristik pertumbuhan dan struktur cendawan. Metode inkubasi ini meliputi 2

metode, yaitu:

1) Metode Media Kertas (Blotter test)

Pemeriksaan cendawan dengan metode ini paling banyak digunakan karena

mudah dilaksanakan dengan biaya relatif murah dan hampir semua jenis

cendawan yang terbawa benih dapat diuji.

2) Metode Media Agar (NA)

Dalam metode media agar inokulum terbawa benih dideteksi berdasarkan

karakteristik koloni pada media agar yang berkembang dari benih. Secara umum

prinsipnya sama dengan prinsip dari pengujian dengan media kertas.Kelebihan

menggunakan media agar, yaitu memberikan informasi relatif lebih cepat dan

cukup menggambarkan status kesehatan benih dibandingkan dengan metode

kertas, karena ketersediaan nutrisi pada media agar memungkinkan cendawan

tumbuh dan berkembang lebih baik dan lebih cepat sehingga memudahkan dalam

pengamatan. Biasanya cendawan akan membentuk koloni yang khas pada media

agar.

A. Benih Kacang Tanah

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, uji kelayakan benih kacang

tanah dengan metode pemeriksaan biji yaitu menimbang benih seberat 100 gram

dan memisahkan biji yang bernas, cacat, dan kotoran. Dari masing-masing benih

tersebut dihitung berapa jumlah benih bernas dan yang cacat, serta kotoran.

Page 17: Uji Kelayakan Benih / Biji

Kemudian benih-benih tersebut diletakkan ke petridish dengan kriteria benih yang

utuh. Dari hal tersebut, didapatkan hasil bahwa benih kacang tanah jumlah

benihnya yaitu 291, terdapat kotoran sebanyak 0 gram, benih yang rusak dengan

berat 18,8 gram dengan jumlah 85 benih, sedangkan yang bernas dengan berat

80,7 gram dengan jumlah 206 benih. Warna jamur yang terlihat adalah jamur

hitam sebanyak 13 biji. Benih ini memliki persentase perkecambahan sebesar

70,8%.

Pengujian benih jagung dengan metode inkubasi yaitu dengan media

kertas dan NA. Pada media kertas tidak ada kecambah yang tumbuh dan terdapat

15 benih yang terserang jamur Aspergilus flavus. Adanya jamur yang tumbuh

pada media kertas dapat dipengaruhi oleh faktor kelembaban kertas pada petridish

tersebut sehingga menyebabkan cendawan atau jamur tersebut dapat berkembang

pda media tersebut.

Mikrobiologi Aspergillus flavus yaitu: hifa bersepta dan berhialin, serta

umumnya fertil. Miselium bercabang. Konidiofor berdinding halus dan tebal,

bersepta, membengkak membawa sterigma dimana tumbuhnya konidia, tidak

berwarna, panjang dapat mencapai 300 µm, dan berakhir dalam suatu gelembung

yang berbentuk kubah yang berdiameter 20-30 µm. Konidia membentuk rantai

yang berwarna hijau, coklat, atau hitam, halus yang kemudian dengan sempurna

menjadi kasar, agak bulat dengan diameter 2-3.5 µm. Deskripsi morfologi biakan

(koloni) Koloni berwarna putih menjadi biru kehijauan, hitam atau coklat pada

biakan yang sudah dewasa. Aspergillus fumigatus memiliki peranan yang

merugikan, spesies ini hidup di paru-paru yang dapat menyebabkan penyakit

Aspergilosis paru-paru pada hewan dan manusia.

Pada metode NA kecambah ada yang tumbuh tapi hanya 1 benih dari 3

benih yang diamati, selain itu terdapat bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna

putih. Pada uji gram, benih ini termasuk dalam gram negatif. Gram negatif

tersebut menunjukkan bahwa benih ini tersebut kurang resisten apabila di tanam.

B. Benih Kacang Hijau

Page 18: Uji Kelayakan Benih / Biji

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, uji kelayakan benih kacang

hijau dengan metode pemeriksaan biji yaitu menimbang kacang hijau seberat 100

gram dan memisahkan biji yang bernas, cacat, dan kotoran. Dari masing-masing

benih tersebut dihitung berapa jumlah benih bernas dan yang cacat, serta kotoran.

Kemudian benih-benih tersebut diletakkan ke petridish dengan kriteria benih yang

utuh. Dari hal tersebut, didapatkan hasil bahwa benih kacang hijau jumlah

benihnya yaitu1547, terdapat kotoran sebanyak 4,7 gram, benih yang rusak

dengan berat 9,5gram dengan jumlah 148 benih, sedangkan yang bernas dengan

berat 67,4 gram dengan jumlah 1120 benih. Warna jamur yang terlihat adalah

jamur hitam sebanyak 53 biji dan benih yang terserang jamur putih sebanyak 226

biji. Prosentasi daya kecambahnya 72%.

Pada metode inkubasi menggunakan kertas semua benih berkecambah

dengan baik. Pada metode ini juga tidak terdapat jamur yang menyerang.

Sedangkan pada metode NA hanya terdapat 1 benih saja yang berkecambah dari 3

benih yang diamati. Bakteri yang ada berbentuk bulat dan berwarna putih. Pada

uji gram, bakteri tersebut menunjukkan gram negatif yang artinya benih ini

tersebut kurang resisten apabila di tanam.

C. Benih Jagung

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, uji kelayakan benih jagung

dengan metode pemeriksaan biji yaitu menimbang benih jagung seberat 100 gram

dan memisahkan biji yang bernas, cacat, dan kotoran. Dari masing-masing benih

tersebut dihitung berapa jumlah benih bernas dan yang cacat, serta kotoran.

Kemudian benih-benih tersebut diletakkan ke petridish dengan kriteria benih yang

utuh. Dari hal tersebut, didapatkan hasil bahwa benih jagung jumlah benihnya

yaitu 596, terdapat kotoran sebanyak 0,8 gram, benih yang rusak dengan berat

46,8 gram dengan jumlah 255 benih, sedangkan yang bernas dengan berat 59,35

gram dengan jumlah 341 benih. Warna jamur yang terlihat adalah jamur hitam

sebanyak 25 biji dan benih yang terserang jamur putih sebanyak 160 biji. Benih

jagung ini memliki persentase perkecambahan sebesar 57%

Page 19: Uji Kelayakan Benih / Biji

Pengujian benih jagung dengan metode inkubasi yaitu dengan media

kertas dan NA. Pada media kertas jumlah kecambah yang tumbuh adalah 27

benih berkecambah dari 30 benih yang diamati. Pada media kertas diketahui

terdapat jamur. Selain itu terdapat jamur Aspergilus flavus. Terdapat 30 benih

yang diamati terserang jamur tersebut.Adanya jamur yang tumbuh pada media

kertas dapat dipengaruhi oleh faktor kelembaban kertas pada petridish tersebut

sehingga menyebabkan cendawan atau jamur tersebut dapat berkembang pda

media tersebut. Dari hasil yang didapat, sesuai dengan (Zaki, 2011) bahwa pada

metode inkubasi cara media kertas ini akan dapat lebih mudah dan hampir semua

jenis cendawan yang terbawa oleh benih dapat diuji. Sedangkan pada media Na

tidak ada cendawan. Hal ini berlainan dengan literature (Zaki, 2011) yang

menyatakan bahwa kelebihan menggunakan media agar, yaitu memberikan

informasi relatif lebih cepat dan cukup menggambarkan status kesehatan benih

dibandingkan dengan metode kertas, karena ketersediaan nutrisi pada media agar

memungkinkan cendawan tumbuh dan berkembang lebih baik dan lebih cepat

sehingga memudahkan dalam pengamatan. Biasanya cendawan akan membentuk

koloni yang khas pada media agar.

Mikrobiologi Aspergillus flavus yaitu: hifa bersepta dan berhialin, serta

umumnya fertil. Miselium bercabang. Konidiofor berdinding halus dan tebal,

bersepta, membengkak membawa sterigma dimana tumbuhnya konidia, tidak

berwarna, panjang dapat mencapai 300 µm, dan berakhir dalam suatu gelembung

yang berbentuk kubah yang berdiameter 20-30 µm. Konidia membentuk rantai

yang berwarna hijau, coklat, atau hitam, halus yang kemudian dengan sempurna

menjadi kasar, agak bulat dengan diameter 2-3.5 µm. Deskripsi morfologi biakan

(koloni) Koloni berwarna putih menjadi biru kehijauan, hitam atau coklat pada

biakan yang sudah dewasa. Aspergillus fumigatus memiliki peranan yang

merugikan, spesies ini hidup di paru-paru yang dapat menyebabkan penyakit

Aspergilosis paru-paru pada hewan dan manusia.

Pada metode NA kecambah ada yang tumbuh tapi hanya 2 benih dari 3

benih yang diamati, selain itu terdapat bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna

putih. Pada uji gram, benih jagung termasuk dalam gram negatif. Gram negatif

Page 20: Uji Kelayakan Benih / Biji

tersebut menunjukkan bahwa benih jagung tersebut kurang resisten apabila di

tanam.

D.Benih Kedelai

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, uji kelayakan benih kedelai

dengan metode pemeriksaan biji yaitu menimbang benih seberat 100 gram dan

memisahkan biji yang bernas, cacat, dan kotoran. Dari masing-masing benih

tersebut dihitung berapa jumlah benih bernas dan yang cacat, serta kotoran.

Kemudian benih-benih tersebut diletakkan ke petridish dengan kriteria benih yang

utuh. Dari hal tersebut, didapatkan hasil bahwa benih kedelai jumlah benihnya

yaitu 674, terdapat kotoran sebanyak 3,77 gram, benih yang rusak dengan berat

4,43 gram dengan jumlah 100 benih, sedangkan yang bernas dengan berat 92,8

gram dengan jumlah 574 benih. Warna jamur yang terlihat adalah jamur hitam

sebanyak 5 biji dan jamur hijau sebanyak 18 biji. Benih ini memliki persentase

perkecambahan sebesar 85%.

Pengujian benih jagung dengan metode inkubasi yaitu dengan media

kertas dan NA. Pada media kertas tidak ada kecambah yang tumbuh dan terdapat

1 benih yang terserang jamur Rhizopus oryzae. Adanya jamur yang tumbuh pada

media kertas dapat dipengaruhi oleh faktor kelembaban kertas pada petridish

tersebut sehingga menyebabkan cendawan atau jamur tersebut dapat berkembang

pda media tersebut. Menurut Gandjar dkk (1991), koloni R. oryzae berwarna

keputihan menjadi abu-abu kecoklatan dengan bertambahnya usia biakan. Tinggi

koloni mencapai kurang lebih 10 mm. Stolon berdinding halus atau agak kasar

dan hampir hialin hingga berwarna coklat kekuningan. Rhizoid berwarna

kecoklatan, bercabang berlawanan arah dengan sporangiofor, atau sporangiofor

dapat muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid. Sporangiofor dapat

tunggal atau berkelompok hingga 5, kadang-kadang membentuk struktur

seperti percabangan garpu, berdinding halus, memiliki panjang 150-2000 µm dan

berdiameter 6-14 µm. Sporangia berbentuk bulat hingga semibulat, dinding

berduri, berwarna coklat gelap hingga coklat kehitaman, dan berdiameter 50-200

µm. Kolumela berbentuk ovoid atau bulat, berdiameter 30-120µm, dan berdinding

Page 21: Uji Kelayakan Benih / Biji

halus atau agak kasar. Sporangiospora berbentuk bulat, ovoid, atau tidak teratur,

seringkali berbentuk poligonal, bergaris-garis pada permukaannya, dan memiliki

panjang sekitar 4-10µm, Klamidospora berbentuk bulat, berdiameter 10-35 µm,

atau berbentuk elipsatau silindris dan berukuran (8-13)x(16-24) µm. Spesies ini

memiliki suhu pertumbuhan optimum 35oC, minimum 5-7oC, dan maksimum

35o sampai 440o.

Pada metode NA kecambah tidak ada yang tumbuh dari 3 benih yang

diamati, selain itu terdapat bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna putih. Pada

uji gram, benih ini termasuk dalam gram negatif. Gram negatif tersebut

menunjukkan bahwa benih ini tersebut kurang resisten apabila di tanam.

E. Benih Padi (Gabah)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, uji kelayakan benih padi

dengan metode pemeriksaan biji yaitu menimbang kacang hijau seberat 100 gram

dan memisahkan biji yang bernas, cacat, dan kotoran. Dari masing-masing benih

tersebut dihitung berapa jumlah benih bernas dan yang cacat, serta kotoran.

Kemudian benih-benih tersebut diletakkan ke petridish dengan kriteria benih yang

utuh. Dari hal tersebut, didapatkan hasil bahwa benih padi jumlah benihnya yaitu

4036, terdapat kotoran sebanyak 0,2 gram, benih yang rusak dengan berat 7 gram

dengan jumlah 334 benih, sedangkan yang bernas dengan berat 92,8 gram dengan

jumlah 3702 benih. Warna jamur yang terlihat adalah jamur hitam sebanyak 258

biji dan benih yang terserang jamur hijau sebanyak 29 biji. Prosentasi daya

kecambahnya 91,72 %.

Pada metode inkubasi menggunakan kertas hampir semua benih

berkecambah dengan baik. Pada metode ini juga tidak terdapat jamur yang

menyerang. Sedangkan pada metode NA hanya tidak terdapat benih yang

berkecambah dari 3 benih yang diamati. Bakteri yang ada berbentuk bulat dan

berwarna putih. Pada uji gram, bakteri tersebut menunjukkan gram negatif yang

artinya benih ini tersebut kurang resisten apabila di tanam.

Page 22: Uji Kelayakan Benih / Biji

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesinpulan

1. Benih merupakan organisme hidup bersifat equilibrium/seimbang dengan

keadaan lingkungannya, sehingga benih sangat mudah menyerap uap air

sampai akhirnya kandungan air benih seimbang dengan sekitarnya.

2. Benih bermutu mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih murni dari

varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya,

mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang

mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih.

3. Benih yang diuji tersebut merupakan benih yang rusak sehingga tergolong

biji yang berkualitas jelek karena sebagian besar berpotensi terserang

penyakit.

4. Metode pengujian kesehatan benih yang digunakan tergantung pada jenis

benih, jenis patogen yang mungkin terbawa benih dan tujuan pengujian.

Penentuan metode tersebut dimaksudkan agar deteksi dan identifikasi patogen

terbawa benih dapat dilakukan dengan mudah dan akurat. Hal tersebut berarti

pengujian untuk pengujian suatu contoh benih dapat digunakan lebih dari satu

metode pengujian kesehatan benih.

5. Pada uji gram, bakteri pada benih yang diamati menunjukkan gram negatif

yang artinya benih ini tersebut kurang resisten apabila di tanam.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam perhitungan benih sebab hal ini

akan mempengaruhi akurasi data yang diperoleh

Page 23: Uji Kelayakan Benih / Biji

DAFTAR PUSTAKA

Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.

ISTA. 2010. International Rules for Seed Testing Edition 2010. ISTA Co.Switzerland.

Tim Penyusun. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Jurusan Budidaya,

Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Denpasar.

Maiwanto, 2003. Hubungan Antara Kandungan Lignin Kulit Benih dengan Permeabilitas dan Daya Hantar Listrik Rendeman Benih Kedelai. Jurnal Alta Agrosia 6(2)

Mas`ud.S., M. Yasin., D. Baco., S. Saenong. 1996. Pengaruh Kadar Air Awal Biji Sorgum Terhadap Perkembangan Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais. Badan Litbang Pertanian. Balitjas Maros.P.35-44.

Soemardi. R. 1992. Mempertahankan Mutu Benih Kedelai dalam Sistem Penyimpanan Tingkat Petani. Dalam Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Khusus. (Ed). Departemen Pertanian. 373-387 p.

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Zaki, I, F. 2011. Petunjuk Teknis Pengujian Kesehatan Benih (Cendawan). Http://Ditjenbun.Deptan.Go.Id/. Diakses Pada Tanggal 12 Desember 2012.

Page 24: Uji Kelayakan Benih / Biji

LAMPIRAN

Benih jagung dengan

metode inkubasi

Benih kedelai dengan

metode inkubasi

Benih kacang tanah dengan

metode inkubasi

Benih kacang hijau dengan

metode inkubasi

Benih gabah dengan metode

inkubasi

Benih jagung dengan

metode kertas

Benih kedelai dengan

metode kertas

Benih gabah dengan

metode kertas

Page 25: Uji Kelayakan Benih / Biji

Benih kacang tanah

dengan metode kertas

Benih kacang hijau

dengan metode kertas

Aspergilus flavus pada

Kacang Tanah

(perbesaran 10x)

Aspergilus flavus pada

jagung (perbesaran

10x)

Rhizopus oryzae pada

kedelai (perbesaran

10x)