contoh kasus pelanggaran ham di sd

Upload: inay-inays

Post on 08-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pelanggaran terhadap HAM terjadi juga di sekolah, hal ini tidak seharusnya terjadi mengingat sekolah merupakan salah satu lembaga yang seharusnya mengajarkan pendidikan tentang HAM

TRANSCRIPT

Anak SD juga Punya HAKInayatur Rohmah201033068Pendidikan HAMHak Asasi Manusia (HAM) terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, dan manusia. Hak berarti milik atau kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Asas berarti pokok, dasar, atau utama. Asasi berarti yang dasar atau yang pokok. Manusia dideinisikan sebagai orang, insan, atau makhluk yang berakal budi. Dengan demikian hak asasi manusia dapat dideinisikan sebagai milik atau kepunyaan yang bersifat mendasar atau pokok yang melekat pada seseorang sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa (Faridy, 2009 : 55).Berdasarkan pengertian di atas Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang paling hakiki, hak - hak dasar yang melekat pada diri seseorang secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak mengeluarkan pendapat, hak kemerdekaan, hak memperoleh pendidikan, serta hak-hak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sedangkan pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu lembaga baik disengaja maupun tidak disengaja dapat mengurangi, menghalangi, membatasi, menghambat, merampas atau mencabut HAM dari orang lain sehingga dapat merendahkan derajat dan martabat manusia.Perbuatan dikatakan sengaja karena perbuatan tersebut direncanakan dan dilakukan dengan penuh kesadaran untuk melanggar HAM. Misalnya, seorang pengendara motor atau mobil sengaja berjalan melanggar rambu lampu merah di persimpangan jalan. Pelanggaran hukum dan HAM yang dilakukan tanpa sengaja adalah semua perbuatan yang karena kelalaiannya dapat mengakibatkan pelanggaran. Misalnya, orang lalai mematikan kompor dapat menyebabkan kebakaran hebat dan membawa korban jiwa yang cukup banyak. Pelaksanaan HAM sendiri mempunyai dasar hukum, dasar hukum itu misalnya pada pembukaan UUD 1945 dan juga yang terdapat pada batang tubuh yang termuat dalam beberapa pasal. Dasar hukum itu dibuat agar HAM setiap orang bisa terjamin. Namun, selama ini HAM banyak dilanggar oleh seseorang, kelompok dan juga oleh suatu lembaga, tak terkecuali juga pelanggaran HAM yang terjadi di sekolah, baik itu yang dilakukan sesama siswa mapun guru kepada siswa.Adapun contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di sekolah antara lain yaitu;1. Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah (berdasarkan kepintaran, kekayaan, atau perilakunya).2. Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada siswanya secara fisik (dijewer, dicubit, ditendang, disetrap di depan kelas atau dijemur di tengah lapangan). 3. Siswa mengejek/menghina siswa yang lain.4. Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain.5. Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman sekolahnya ataupun dengan siswa dari sekolah yang lain.Permasalahan pelanggaran HAM yang akan penulis angkat dalam tulisan sederhana ini adalah berdasarkan pengalaman yang penulis peroleh waktu melaksanakan PPL di SD.Selama 2 bulan melaksanakan PPL di SD, banyak kejadian-kejadian yang telah terjadi di SD. Diantaranya yaitu kasus bertengkar dengan teman, hampir setiap hari ada anak yang bertengkar dengan berbagai alasan. Terhadap kasus tersebut anak yang bersangkutan dibawa ke kantor untuk dimintai keterangan, misalnya mengapa bertengkar, apa yang membuat kalian bertengkar, apa yang kalian dapatkan setelah bertengkar dan untuk mengakhiri pertengkaran tersebut guru menyuruh anak yang bersangkutan untuk saling bermaafan. Perlakuan guru terhadap kasus tersebut baik, karena anak yang melakukan kesalahan diajarkan untuk bertanggung jawan atas perbuatan yang telah dilakukannya. Namun, di sisi lain ada kejadian-kejadian di sekolah yang menurut saya tidak seharusnya terjadi, bahkan menurut saya termasuk ke dalam tindakan melanggar HAM, meskipun jenis pelanggarannya masih tergolong pelanggaran HAM ringan.Berikut ini adalah tindakan yang menurut saya termasuk tindakan yang melanggar HAM yang terjadi di SD tempat PPL.1. Siswa mengejek siswa yang lainKasus ini terjadi di kelas V. Penulis mengetahui adanya kasus ini ketika istirahat tidak sengaja saya berada di kelas V, saya mendengar salah satu siswa yang berinisal SS mengatakan kepada teman satu kelasnya yang berinisial SA, paane maling anake yo podho ae maling bahasa kasarnya seperti itu. Mendengar kata-kata seperti itu saya hanya bisa memperingatkan kepada siswa yang bersangkutan untuk tidak mengatakan seperti itu lagi.Kasus di atas merupakan tindakan yang melanggar HAM, karena ucapan yang kasar atau membuat orang lain tersinggung akan berdampak pada perkembangan mental sang anak yang diejek. Anak yang sering diejek ada 2 kemungkinan dalam perkembangan kehidupannya. Bisa jadi dia lebih berkembang untuk membuktikan bahwa dirinya tidaklah seperti yang orang-orang katakan, tetapi saat anak-anak yang pemikirannya belum terlalu berkembang akan membuat dia minder dan menjadi pemalu. Menjadi seorang pemalu yang berlebihan tidaklah baik untuk membangun kepercayaan diri anak. Anak SD pemikirannya belum terlalu berkembang, jadi bisa ditebak apa yang akan terjadi pada SA jika dia diejek oleh teman-temannya.Menurut saya, anak yang mengejek orang lain memiliki sebab yang beragam, di antaranya karena anak tersebut memiliki agresivitas yang berlebihan, bisa karena kematangan jiwa atau menganggap individu lain harus direndahkan. Tindakan saling mengejek merupakan tindakan yang melanggar HAM sesuai yang tecantum dalam UU Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak Pasal 54 yang berbunyi :Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.Tindak kekerasan yang dimaksud dalam kasus ini bukan tindak kekerasan fisik seperti dipukul, dijewer dan lain sebagainya, akan tetapi tindak kekerasannya lebih pada penganiayaan.SolusiBagi orangtua maupun guru mempunyai anak atau siswa yang suka mengejek, jelaskan pada anak bahwa apa yang telah dilakukannya itu tidak baik, dan bagaimana perasaan kita saat berada di posisi tersebut. Beri pengertian bahwa ejekan itu bisa membuat orang lain bersedih.

2. Guru sering meninggalkan kelasKegiatan guru meninggalkan kelas sudah sering terjadi di lingkungan sekolah. Di awal proses pembelajaran guru menerangkan materi-materi yang akan disampaikan. Lalu beberapa menit kemudian siswa diberi tugas. Namun, di sela-sela waktu siswa sedang mengerjakan tugas tanpa alasan guru meninggalkan siswa hingga jam belajar berakhir. Pada saat guru meninggalkan kelas guru melakukan aktivitas lain seperti sekedar berbincang-bincang dengan sesama guru di ruang guru. Akibatnya kondisi kelas gaduh, siswa asyik mengobrol dan tugas pun lalai dikerjakan oleh siswa. Di Akhir pertemuan, jika masih ada waktu guru akan membahasnya atau tugas tersebut menjadi PR (Pekerjaan Rumah). Sebenarnya ketika siswa sedang mengerjakan tugas, siswa membutuhkan kehadiran seorang guru untuk menjelaskan soal-soal yang mungkin tak bisa dimengerti atau sulit diselesaikan. Guru harus membimbing siswa dengan berkeliling untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikannya.Apabila hal yang demikian berkelanjutan, siswa lah yang menjadi korbannya. Proses pendidikan yang mereka dapatkan kurang maksimal. Pada saat mengerjakan tugas anak-anak membutuhkan kehadiran guru sebagai tempat bertanya jika mengalami kesulitan, akan tetapi jika guru tidak berada di kelas mereka akan kesulitan untuk mengerjakan tugas, karena tidak bisa mengerjakan akhirnya mereka membiarkan tugas tersebut dan mencari kesibukan lain seperti bermain, gaduh, dan lain sebagainya. Guru yang meninggalkan kelas telah melakukan pelanggaran HAM, guru tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Guru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan yang tidak ada manfaatnya. Demikian juga dengan siswa, siswa akan mendapatkan dampaknya, bagaimana siswa bisa belajar dengan maksimal apabila gurunya saja kurang memperhatikan anak didiknya, bagaimana siwa memperoleh pestasi yang membanggakan apabila gurunya kurang menjalankan tugasnya dengan baik.Pada kasus seperti diatas guru telah mengabaikan pendidikan anak. Pengabaian pendidikan bisa dilihat dari ketika anak seakan-akan mendapat pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal. Lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan prestasi sekolah yang semakin menurun.Guru telah melakukan pelanggaran HAM UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM yang berbunyi :Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahttera sesuai dengan hak asasi manusia.SolusiSebaiknya kalau tidak ada kegiatan yang benar-benar penting guru tidak perlu meninggalkan kelas, guru lebih baik mendampingi anak didiknya dari mulai kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Pada saat siswa mengerjakan tugas guru juga tidak boleh meninggalkan siswa, bimbinglah siswa ketika mereka mengerjakan tugas,dengan demikian siswa merasa mendapatkan perhatian yang cukup dari guru, selain itu interaksi anatara guru dengan siswa juga bisa terjalin dengan baik.

3. Siswa yang tidak membawa LKS atau tidak mengerjakan PR dikeluarkan dari kelasTindakan mengeluarkan siswa dari kelas menurut saya kurang efektif. Jika siswa dikeluarkan dari kelas siswa tidak mempunyai kegiatan apapun di luar kelas. Akan lebih baik jika siswa tetap berada di dalam kelas, dengan tetap berada di kelas siswa tidak ketinggalan materi yang disampaikan guru.

SolusiSiswa yang tidak membawa LKS atau yang tidak mengerjakan PR sebaiknya kita berikan tugas yang lain seperti untuk yang tidak membawa LKS siwa kita berikan tugas untuk membuat rangkuman dari materi yang telah disampaikan oleh pada waktu itu. Bagi siswa yang tidak mengerjakan PR kita suruh siswa mengerjakan PR di depan kelas. Dengan demikian jika siswa yang tidak mengerjakan PR karena alasan tidak bisa mengerjakan atau kesulitan mengerjakan PR, teman atau guru bisa membantu.

Daftar PustakaUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan AnakUndang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAMFaridy, MS. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan 1 : untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.