content plus dapus versi baru

Upload: elok-nurfaiqoh

Post on 05-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    1/33

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. IdentitasNama : Tn. T

    Usia : 65 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Desa Tarasi RT 05/01 Kec. Bantarkawung Kab. Brebes

    No. Rekam Medik : 742124

    Tanggal Periksa : 20 Maret 2012

    B. AnamnesisKeluhan Utama : gatal di kaki sebelah kiri dan kedua tangan

    Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

    Onset : sekitar 6 bulan yang lalu

    Lokasi : kaki sebelah kiri dan kedua tangan

    Kronologis : untuk yang di kaki sebelah kiri, awalnya berupa keluhan

    gatal yang disertai dengan kemerahan berbentuk

    lingkaran, kemudian melebar sebesar uang logam. Di

    seklilingnya terdapat bintik-bintik yang apabila digaruk

    akan mengeluarkan cairan dan selanjutnya mengering.

    Karena pasien merasa gatal sekali, semakin lama, pasien

    semakin sering menggaruk hingga daerah gatalnya

    bertambah luas. Untuk yang di kedua tangan, awalnya

    berupa kemerahan yang disertai rasa gatal. Kemudian

    terlihat agak menonjol pada bagian kulit yang gatal.

    Kualitas : pasien merasa gatal sekali hingga cukup mengganggu

    aktivitas dan sulit untuk tidur di malam hari.

    Kuantitas : keluhan gatal dirasakan sepanjang hari

    Faktor memperberat: berkeringat dan stress

    Faktor memperingan: minum obat dan diberi salep

    Gejala penyerta : keluhan gatal disertai dengan rasa nyeri dan panas,

    terutama yang di bagian kaki sebelah kiri. Pasien

    menyangkal adanya bengkak pada daerah kaki sebelah

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    2/33

    2

    kiri. Pasien menyangkal adanya riwayat kontak dengan

    bahan atau benda tertentu sebelumnya dan pasien juga

    menyangkal adanya sisik yang menebal pada daerah kulit

    yang gatal.

    Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

    Keluhan gatal yang sama pada kedua tangan sewaktu kecil (+)

    Asma (-)

    Kencing manis / gula (-)

    Riwayat alergi (+) serbuk tanaman

    Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

    Keluhan yang sama dengan pasien (-)

    Asma (-)

    Riwayat alergi (-)

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Pasien tinggal bersama anak, menantu dan kedua cucunya dalam 1 rumah.

    Dalam kesehariannya, pasien suka membantu anaknya yang bekerja sebagai

    petani di sawah.

    C. Pemeriksaan FisikKeadaan umum / kesadaran : sedang / komposmentis

    Tanda vital : TD = 110/80 mmHg; N = 80x/menit; RR = 20x/mnt S = 36,5oC

    Berat Badan = 42 kg; Tinggi Badan = 155 cm

    Status Generalis

    Kepala : bentuk mesochepal

    Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

    Hidung : napas cuping hidung (-/-), discharge (-/-)Telinga : simetris, discharge (-/-)

    Mulut : bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)

    Thoraks : bentuk normal, simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)

    Cor/Pulmo : dalam batas normal

    Abdomen : dalam batas normal

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    3/33

    3

    Status Lokalis (Dermatologis)

    Secara umum, kondisi kulit pasien tampak kering (xerosis), khususnya yang

    terdapat pada kedua tangan.

    Regio ekstremitas superior dekstra et sinistra

    Efloresensi : Plak eritema berbatas tegas dan likenifikasi; penyebaran simetris

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    4/33

    4

    Regio pedis sinistra

    Efloresensi : makula eritematosa eksudatif, krusta coklat-kekuningan;

    penyebaran regional.

    D. ResumePasien laki-laki berusia 65 tahun datang ke poli kulit-kelamin RSMS dengan

    keluhan gatal di kaki sebelah kiri dan kedua tangan sejak 6 bulan yang lalu.

    Gatal dirasakan sepanjang hari hingga menggangu aktivitas dan tidurnya.

    Gatal bertambah berat bila berkeringat dan stress. Gatal berkurang bila minum

    obat dan diberi salep. Keluhan gatal disertai dengan rasa nyeri dan panas

    terutama pada bagian kaki sebelah kiri. Pasien memiliki keluhan gatal yang

    sama pada kedua tangan sewaktu kecil dan pasien juga memiliki riwayat alergi

    serbuk tanaman. Pada pemeriksaan status dermatologis, didapatkan plak

    eritema berbatas tegas dan likenifikasi dengan penyebaran simetris pada

    ekstremitas superior dekstra et sinistra; dan makula eritematosa eksudatif,

    krusta coklat-kekuningan; penyebaran regional pada region pedis sinistra.

    E. Diagnosis Kerja1. Dermatitis atopik2.

    Dermatitis numularis

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    5/33

    5

    F. Diagnosis Banding1. Diagnosis banding dermatitis atopic

    a. Dermatitis kontak alergikab. Dermatitis numularisc. Neurodermatitisd. Psoriasis

    2. Diagnosis banding dermatitis numularisa. Dermatitis atopicb. Dermatitis statisc. Neurodermatitisd. Tinea pedis

    G. Pemeriksaan Anjuran1. Darah tepi : eosinofilia2. Dermatografisme : putih3. Percobaan asetilkolin4. Kerokan kulit dan KOH 10%

    H. Penatalaksanaan1. Non farmakologis

    a. Menghindari aktivitas yang akan mengeluarkan banyak keringatb. Menghindari stress emosic. Menghindari suhu yang terlalu panas atau dingin dan kondisi dengan

    kelembaban yang tinggi.

    d. Menghindari alergen (serbuk tanaman) dan pemakaian bahan-bahaniritan (deterjen, alkohol, pemutih)

    e.

    Menganjurkan untuk menggunakan pelembab kulit untuk mengatasikulit kering

    f. Memberitahukan untuk tidak menggaruk luka atau daerah kulit yanggatal karena akan menimbulkan tempat infeksi baru.

    2. Farmakologisa. Injeksi metilprednisolon 125 mg + difenhidramin 1 ampul (iv)b. Loratadine tablet; 2 x 10 mg per haric. Amitriptilin tablet; 1 x 25 mg per hari

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    6/33

    6

    d. Klobetasol propionate 0,05% + likuor karbonis detergen 5%I. Prognosis

    1. Ad vitam : Ad bonam2. Ad fungsionam : Ad bonam3. Ad sanationam : Dubia ad bonam

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    7/33

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    DERMATITIS ATOPIK

    A. DefinisiDermatitis atopik (D.A.) adalah perdangan kulit kronik dan residif, disertai

    gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

    berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi

    pada keluarga atau penderita (D.A., rhinitis alergika, dan atau asma bronchial).

    Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan

    likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).B. Epidemiologi

    Berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi D.A. makin meningkat

    sehingga merupakan masalah kesehatan besar. Di Amerika Serikat, Eropa,

    Jepang, Australia dan negara industri lain, prevalensi D.A. pada anak

    mencapai 10-20%, sedangkan pada dewasa kira-kira 1-3%. Distribusi

    terbanyak pada bayi sekitar usia 2 bulan-2 tahun, pada anak sekitar usia 3-10

    tahun dan pada dewasa sekitar usia 13-30 tahun. Wanita lebih banyak

    menderita D.A. disbanding pria dengan rasio 1,3 : 1. D.A. cenderung

    diturunkan, lebih dari seperempat anak dari ibu yang menderita D.A. akan

    mengalami D.A. pada masa kehidupan 3 bulan pertama. Bila salah satu orang

    tua menderita atopi, lebih separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi

    sampai usia 2 tahun, dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua

    menderita atopi. Risiko mewarisi D.A. lebih tinggi bila ibu yang menderita

    D.A. dibandngkan dengan ayah. Namun, bila dermatitis atopi yang dialami

    berlanjut hingga masa dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya

    sama saja, yaitu sekitar 50%.

    C. EtiopatogenesisPenyakit ini dipengaruhi multifaktorial, seperti faktor genetik, imunologik,

    lingkungan, sawar kulit dan farmakologik. Konsep dasar terjadinya D.A.

    adalah melalui reaksi imunologik.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    8/33

    8

    Faktor Genetik

    D.A. adalah penyakit dalam keluarga di mana pengaruh maternal sangat

    besar. Walaupun banyak gen yang nampaknya terkait dengan penyakit alergi,

    tetapi yang paling menarik adalah peran kromosom 5 q31 33 karena

    mengandung gen penyandi IL-3, IL-4, IL-13 dan GM CSF (Granulocyte

    Macrophage Colony Stimulating Factor) yang diproduksi oleh sel Th2. Pada

    ekspresi D.A., ekspresi gen IL-4 juga memainkan peranan penting.

    Predisposisi DA dipengaruhi perbedaan genetik aktifitas transkripsi gen IL-4.

    Dilaporkan adanya keterkaitan antara polimorfisme spesifik gen kimase sel

    mas dengan D.A. tetapi tidak dengan asma bronchial ataupun rinitis alergika.

    Serine protease yang diproduksi sel mas kulit mempunyai efek terhadap organ

    spesifik dan berkontribusi pada resiko genetik D.A.

    Respons imun pada kulit

    Salah satu faktor yang berperan pada D.A. adalah faktor imunologik. Di

    dalam kompartemen dermo-epidermal dapat berlangsung respon imun yang

    melibatkan sel Langerhans (SL) epidermis, limfosit, eosinofil dan sel mas.

    Bila suatu antigen (bisa berupa alergen hirup, alergen makanan, autoantigen

    ataupun super antigen) terpajan ke kulit individu dengan kecenderungan atopi,

    maka antigen tersebut akan mengalami proses : ditangkap IgE yang ada pada

    permukaan sel mas atau IgE yang ada di membran SL epidermis. Bila antigen

    ditangkap IgE sel mas (melalui reseptor FcRI), IgE akan mengadakan cross

    linking dengan FcRI, menyebabkan degranulasi sel mas dan akan keluar

    histamin dan faktor kemotaktik lainnya. Reaksi ini disebut reaksi hipersensitif

    tipe cepat (immediate type hypersensitivity). Pada pemeriksaan histopatologi

    akan nampak sebukan sel eosinofil. Selanjutnya antigen juga ditangkap IgE,sel Langerhans (melalui reseptor FcRI, FcRII dan IgE-binding protein),

    kemudian diproses untuk selanjutnya dengan bekerjasama dengan MHC II

    akan dipresentasikan ke nodus limfa perifer (sel Tnaive) yang mengakibatkan

    reaksi berkesinambungan terhadap sel T di kulit, akan terjadi diferensiasi sel T

    pada tahap awal aktivasi yang menentukan perkembangan sel T ke arah TH1

    atau TH2. Sel TH1 akan mengeluarkan sitokin IFN-, TNF, IL-2 dan IL-17,

    sedangkan sel TH2 memproduksi IL-4, IL-5 dan IL-13. Meskipun infiltrasi

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    9/33

    9

    fase akut D.A. didominasi oleh sel TH2 namun kemudian sel TH1 ikut

    berpartisipasi. Jejas yang terjadi mirip dengan respons alergi tipe IV tetapi

    dengan perantara IgE sehingga respons ini disebutIgE mediated-delayed type

    hypersensitivity. Pada pemeriksaan histopatologi nampak sebukan sel netrofil.

    Selain dengan SL dan sel mas, IgE juga berafinitas tinggi dengan FcRI yang

    terdapat pada sel basofil dan terjadi pengeluaran histamin secara spontan oleh

    sel basofil. Garukan kronis dapat menginduksi terlepasnya TNF dan sitokin

    pro inflamasi epidermis lainnya yang akan mempercepat timbulnya

    peradangan kulit DA. Kadang-kadang terjadi aktivasi penyakit tanpa

    rangsangan dari luar sehingga timbul dugaan adanya autoimunitas pada DA.

    Pada lesi kronik terjadi perubahan pola sitokin. IFN- yang merupakan sitokin

    TH1 akan diproduksi lebih banyak sedangkan kadar IL-5 dan IL-13 masih

    tetap tinggi. Lesi kronik berhubungan dengan hiperplasia epidermis. IFN dan

    GM-CSF mampu menginduksi sel basal untuk berproliferasi menghasilkan

    pertumbuhan keratinosit epidermis. Perkembangan sel T menjadi sel TH2

    dipacu oleh IL-10 dan prostaglandin (P6) E2. IL-4 dan IL-13 akan

    menginduksi peningkatan kadar IgE yang diproduksi oleh sel B.

    Respons sistemik

    Perubahan sistemik pada DA adalah sebagai berikut :

    1. Sintesis IgE meningkat.2. IgE spesifik terhadap alergen ganda meningkat3. Ekspresi CD23 pada sel B dan monosit meningkat.4. Respons hipersensitivitas lambat terganggu5. Eosinofilia6.

    Sekresi IL-4, IL-5 dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat

    7. Sekresi IFN- oleh sel TH1 menurun8. Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat.9. Kadar CAMP-Phosphodiesterase monosit meningkat disertai peningkatan

    IL-13 dan PGE2

    Sawar kulit

    Umumnya penderita D.A., mengalami kekeringan kulit. Hal ini diduga

    terjadi akibat kadar lipid epidermis yang menurun, trans epidermal water loss

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    10/33

    10

    meningkat, skin capacitance (kemampuan stratum korneum meningkat air)

    menurun. Kekeringan kulit ini mengakibatkan ambang rangsang gatal menjadi

    relatif rendah dan menimbulkan sensasi untuk menggaruk. Garukan ini

    menyebabkan kerusakan sawar kulit sehingga memudahkan mikroorganisme

    dan bahan iritan / alergen lain untuk melalui kulit dengan segala akibat-

    akibatnya.

    Faktor lingkungan

    Peran lingkungan terhadap tercetusnya D.A. tidak dapat dianggap remeh.

    Alergi makanan lebih sering terjadi pada anak usia < 5 tahun. Jenis makanan

    yang menyebabkan alergi pada bayi dan anak kecil umumnya susu dan telur,

    sedangkan pada dewasa seafooddan kacang-kacangan. Tungau debu rumah

    (TDR) serta serbuk sari merupakan alergen hirup yang berkaitan erat dengan

    asma bronkial pada atopi dapat menjadi faktor pencetus D.A. 95% penderita

    D.A. mempunyai IgE spesifik terhadap TDR. Derajat sensitisasi terhadap

    aeroalergen berhubungan langsung dengan tingkat keparahan D.A.. Suhu dan

    kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus D.A,, suhu udara yang

    terlampau panas atau dingin, keringat dan perubahan udara tiba-tiba dapat

    menjadi masalah bagi penderita D.A. Hubungan psikis dan penyakit D.A.

    dapat timbal balik. Penyakit yang kronik residif dapat mengakibatkan

    gangguan emosi. Sebaliknya stres akan merangsang pengeluaran substansi

    tertentu melalui jalur imunoendokrinologi yang menimbulkan rasa gatal.

    Kerusakan sawar kulit akan mengakibatkan lebih mudahnya mikroorganisme

    dan bahan iritan (seperti sabun, detergen, antiseptik, pemutih, pengawet)

    memasuki kulit.

    D.

    Gambaran KlinisKulit penderita D.A. umumnya kering, pucat, kadar lipid epidermis

    berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba

    dingin. Penderita D.A. cenderung tipe astenik, dengan intelegensia di atas

    rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif atau merasa tertekan.

    Gejala utama D.A. ialah pruritus, dapathilang timbul sepanjang hari, tetapi

    umumnya akan menghebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan

    menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul,

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    11/33

    11

    likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi dan krusta. D.A. dapat dibagi

    menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :

    D.A. infantil (usia 2 bulan2 tahun)

    D.A. paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan, biasanya

    setelah usia 2 bulan. Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulo-

    vesikel yang halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif, dan akhirnya

    terbentuk krusta. Lesi kemudian meluas ke tempat lain, yaitu scalp, leher,

    pergelangan tangan, lengan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi

    ditemukan di lutut. Biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan.

    Rasa gatal yang timbul sangat mengganggu sehingga menyebabkan anak

    gelisah, susah tidur, dan sering menangis. Pada umumnya lesi D.A. infantile

    eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta, dan dapat mengalami infeksi. Lesi

    dapat meluas generalisata, bahkan walaupun jarang, dapat terjadi eritroderma.

    Lambat laun lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan mulai

    tampak likenifikasi. Pada sebagian besar penderita akan sembuh setelah usia 2

    tahun, mungkin juga sebelumnya, sebagian lagi berlanjut menjadi bentuk

    anak. Pada saat itu, penderita tidak lagi mengalami eksaserbasi, bila makan

    makanan yang sebelumnya menyebabkan kambuh penyakitnya.

    Gambar 1. Dermatitis Atopik pada Bayi

    D.A. pada anak (usia 210 tahun)

    Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri. Lesi lebih

    kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi dan sedikit

    skuama. Letak kelainan di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian

    fleksor, kelopak mata, leher, jarang di muka. Rasa gatal menyebabkan

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    12/33

    12

    penderita sering menggaruk. Dapat terjadi erosi, likenifikasi, mungkin juga

    mengalami infeksi sekunder. Akibat garukan, kulit menebal dan perubahan

    lainnya yang menyebabkan gatal, sehingga terjadi lingkaran setan siklus

    gatal-garuk. Rangsangan garuk sering di luar kendali. Penerita sensitive

    terhadap wol, bulu kucing dan anjing, juga bulu ayam, burung dan sejenisnya.

    D.A. berat yang melebihi 50% permukaan tubuh dapat memperlambat

    pertumbuhan.

    Gambar 2. Dermatitis Atopik pada Anak

    D.A. pada remaja dan dewasa

    Lesi kulit D.A. pada bentuk ini dapat berupa plak papular-eritematosa dan

    berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada D.A. remaja lokalisasi lesi

    di lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada D.A.

    dewasa, distribusi lesi kurang khas, sering mengenai tangan dan pergelangan

    tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah,

    bersisik), vulva, putting susu atau scalp. Kadang erupsi meluas, dan paling

    paraj di lipatan mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul

    datar dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit

    skuama, dan sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat

    laun dapat terjadi hiperpigmentasi.

    Lesi sangat gatal terutama pada malam hari waktu istirahat. Pada orang

    dewasa sering mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila mengalami stress.

    Mungkin karena strs dapat menurunkan ambang rasa gatal. Penderita atopic

    memang sulit mengeluarkan keringat, sehingga rasa gatal timbul bila

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    13/33

    13

    mengadakan latihan fisik. Pada umumnya D.A. remaja atau dewasa

    berlangsung lama, kemudian cenderung menurun dan membaik setelah usia 30

    tahun, jarang sampai usia pertengahan. Hanya sebagian kecil yang terus

    berlangsung sampai tua. Kulit penderita D.A. yang telah sembuh mudah gatal

    dan cepat meradang bila terpajan oleh bahan iritan eksogen.

    Gambar 3. Dermatitis Atopik pada Remaja dan Dewasa

    E. Gambaran HistopatologisGamaran histopatologi D.A. tidak spesifik. Lesi akut ditandai dengan

    dengan spongiosis, eksositosis limfosit T, jumlah SL meningkat. Dermis :

    edema, bersebukan sel radang terutama limfosit T, makrofag, sel mas

    jumlahnya masih dalam batas normal, tetapi dalam keadaan degranulasi. Lesi

    kronis D.A. menunjukkan hyperkeratosis dan akantosis. Dermis bersebukan

    sel radang, terutama makrofag dan eosinofil.

    F. Pemeriksaan Penunjang1.

    Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE.

    2. Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akanmenimbulkan 3 respon, yakni berturut-turut akan terlihat garis merah di

    tempat penggoresan selama 15 detik, warna merah di sekitarnya selama

    beberapa detik, dan edema timbul sesudah beberapa menit. Penggoresan

    pada pasien D.A. akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul

    warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2 detik sampai 5 menit, dan

    edema tidak akan timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    14/33

    14

    3. Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada orang

    dengan D.A. akan timbul vasokontriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.

    4. Percobaan histamine. Jika histamine fosfat disuntikkan pada lesi, eritemaakan berkurang dibandingkan orang lain sebagai control. Kalau obat

    tersebut disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit

    yang normal.

    G. Penegakkan DiagnosisDiagnosis D.A. didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka

    yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang dikordinasi oleh

    Williams (1994). Adapun kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka

    sebagai berikut :

    Kriteria Mayor

    1. Pruritus2. Dermatitis di muka dan ekstensor pada bayi dan anak3. Dermatitis di fleksura pada dewasa4. Dermatitis kronis atau residif5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

    Kriteria Minor

    1. Xerosis2. Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)3. Dermatitis non-spesifik pada tangan atau kaki4. Iktiosis/hiperliniar Palmaris/keratosis pilaris5. Pitiriasis alba6.

    Dermatitis di papilla mamae

    7. Demografisme putih dan delayed blanch response8. Keilitis9. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan10.Konjungtivitis berulang11.Keratokonus12.Katarak subkapsulaar anterior13.Orbita menjadi gelap

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    15/33

    15

    14.Muka pucat atau eritem15.Gatal bila berkeringat16.Intoleran terhadap wol atau pelarut lemak17.Aksentuasi perifolikular18.Hipersensitif terhadap makanan19.Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingkungan dan atau emosi20.Tes kulit alergi tipe dadakan positif21.Kadar IgE dalam serum meningkat22.Awitan pada usia dini

    Diagnosis D.A. ditegakkan apabila memiliki 3 kriteria mayor dan 3

    kriteria minor. Sementara itu, pedoman diagnosis D.A. yang diusulkan oleh

    kelompok kerja dari Inggris yang dikordinasi oleh Williams adalh sebagai

    berikut :

    1. Harus mempunyai kondusi kulit gatal2. Ditambah 3 atau lebih kriteria berikut :

    a. Riwayat terkenanya lipatan kulit, misalnya lipat siku, belakang lutut,bagian depan pergelangan kaki atau sekeliling leher (termasuk pipi

    anak usia < 10 tahun)

    b. Riwayat asma bronchial atau hay fever pada penderita (atau riwayatpenyakit atopi pada keluarga tingkat pertama dari anak < 4 tahun)

    c. Riwayat kulit kering secara umum pada tahun terakhird. Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (atau dermatitis pada pipi /

    dahi dan anggota badan bagian luar untuk anak < 4 tahun)

    e. Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak < 4 tahun)H.

    Diagnosis Banding1. Dermatitis kontak (dengan tipe bayi) : biasanya lokalisasi sesuai dengan

    tempat kontaktanm lesi berupa papula miliar dan erosif.

    2. Dermatitis numularis : biasanya pada orang dewasa, eksudatif; lokalisasidi ekstremitas inferior, tidak ada stigmata atopik.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    16/33

    16

    I. Penatalaksanaan1. Non Farmakologis

    a. Menghindari pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol,pemutih)

    b. Menghindari suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi.c. Menghindari aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat.d. Menghindari makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan

    D.A.

    e. Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah tungau deburumah atau agen infeksi, seperti menghindari penggunaan kapuk atau

    karpet atau mainan berbulu.

    f. Menghindari stres emosi.2. Farmakologis

    a. Topikal1) Hidrasi kulit

    Kulit penderita D.A. kering dan fungsi sawarnya berkurang,

    mudah retak sehingga mempermudah masuknya mikroorganisme

    pathogen, bahan iritan dan alergen. Pada kondisi ini perlu

    diberikan pelembab, seperti krim hidrofilik urea 10%, dapat pula

    ditambahkan hidrokortison 1% di dalamnya. Pelembab dapat

    dipakai beberapa kali sehari karena lama bekerja maksimum 6

    jam.

    2) Kortikosteroid topicalPada bayi dapat digunakan salep steroid berpotensi rendah,

    misalnya hidrokortison 1% - 2,5%. Pada anak dan dewasa dipakaisteroid berpotensi menengah, misalnya triamsionolon, kecuali

    pada muka digunakan steroid berpotensi rendah. Bila aktivitas

    penyakit telah terkontrol, dipakai secara intermiten, umumnya 2

    kali seminggu, untuk mencegah agar tidak cepat kambuh;

    sebaiknya dengan kortikosteroid yang potensinya paling rendah.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    17/33

    17

    3) Imunomodulator topicalTakrolimus; Takrolimus merupakan suatu penghambat

    calcineurin (suatu molekul yang dibutuhkan untuk inisiasi

    transkripsi gen sitokin), dapat diberikan dalam bentuk salep 0,03%

    untuk anak usia 2-15 tahun; untuk dewasa 0,03% dan 0,1%.

    Takrolimus menghambta aktivitas sel yang terlibat dalam D.A.

    yaitu sel Langerhans, sel T, sel mas dan keratinosit. Pada

    pengobatan jangka panjang, koloni S.aureus menurun. Tidak

    ditemukan efek samping kecuali rasa terbakar setempat.

    Pimekrolimus; suatu senyawa askomisin yaitu suatu

    imunomodulator golongan makrolaktam. Kerjanya sangat mirip

    siklosporin dan takrolimus. Sediaan yang dipakai adalah

    konsentrasi 1%, aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit

    sensitif 2 kali sehari.

    4) Preparat TerPreparat Ter mempunyai efek antipruritus dan anti

    inflamasi pada kulit. Dipakai pada lesi kronis, jangan pada lesi

    akut. Sediaan dalam bentuk salep hidrofilik, misalnya yang

    mengandung likuor karbonis detergen 5% sampai 10%, atau crude

    coal tar 1% sampai 5%.

    b. Sistemik1) Kortikosteroid sistemik

    Hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.

    Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-

    seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangkapanjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba

    dihentikan akan timbul rebound phenomen.

    2) AntihistaminAntihistamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa

    gatal yang hebatterutama pada malam hari, sehingga mengganggu

    tidur. Oleh karena itu, antihistamin yang dipakai adalah yang

    mempunyai efek sedatif, misalnya hidroksisin atau difenhidramin.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    18/33

    18

    Untuk kasus yang lebih sulit pada orang dewasa, dapat diberikan

    doksepin hidroklorid yang mempunyai efek antidepresan dan yang

    memblokade resptor histamine H1 dan H2, dengan dosis 10-75 mg

    secara oral pada malam hari.

    3) AntibiotikPemberian antibiotik berkaitan dengan ditemukannya

    peningkatan koloni S.aureus pada kulit penderita DA. Untuk yang

    belum resisten, dapat diberi eritromisin, asitromisin atau

    kaltromisin; sedangkan untuk yang sudah resisten diberikan

    dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin. Bila

    terdapat infeksi virus, maka kortikosteroid dihentikan sementara

    dan dapat diberikan asiklovir 3 x 400 mg/hari atau 4 x 200mg/hari

    per oral selama 10 hari.

    4) SiklosporinSuatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan

    terikat dengan calcineurin menjadi suatu kompleks yang akan

    menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan.

    Dosis 5 mg/kg BB/oral, diberi dalam waktu singkat, bila obat

    dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya

    adalah peningkatan kreatinin dalam serum dan bisa terjadi

    penurunan fungsi ginjal dan hipertensi.

    J. PrognosisPrognosis lebih buruk bila kedua orang tuanya menderita D.A. Ada

    kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak, dan sering ada yang

    kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus menetap pada usia di atas 30tahun. Penyembuhan spontan D.A. yang diderita sejak bayi pernah dilaporkan

    terjadi setelah usia 5 tahun sebesar 40-60%, teruatam kalau penyakitnya

    ringan. Sebelumnya juga ada yang melaporkan bahwa 84% D.A. anak

    berlangsung sampai remaja. Ada pula laporan, D.A. pada anak yang diikuti

    sejak bayi hingga remaja, 20% menghilang, dan 65% berkurang gejalanya.

    Lebih dari separuh D.A remaja yang telah diobati kambuh setelah dewasa.

    Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik pada D.A. yaitu :

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    19/33

    19

    1. D.A. luas pada anak2. Menderita rhinitis alergika dan asma bronchial3. Riwayat D.A. pada orang tua atau saudara kandung4. Awitan (onset) D.A. pada usia muda5. Anak tunggal6. Kadar IgE serum sangat tinggi

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    20/33

    20

    DERMATITIS NUMULARIS

    A. DefinisiDermatitis numularis merupakan salah satu jenis dermatitis berupa lesi

    berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan

    efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga

    menimbulkan keadaan basah.

    B. EpidemiologiDermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria

    daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55

    sampai 65 tahun; pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25

    tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada

    timbulnya jarang pada usia di bawah 1 tahun. Umumnya kejadian menigkat

    seiring dengan meningkatnya usia.

    C. EtiopatogenesisPenyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan. Diduga

    stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya

    meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak. Dermatitis

    kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis

    numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi

    dengan wol dan sabun. Trauma fisik dan kimiawi mungkin juga berperan,

    terutama bila terjadi di tangan; dapat pula pada bekas cedera lama atau

    jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress emosional dapat menyebabkan

    eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula memicu

    kekambuhan.

    D.

    PatofisiologiDermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis

    dan dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi

    sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissure pada

    permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen

    dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian

    menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yang

    lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    21/33

    21

    Barrier pada kulit yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan

    untuk terjadinya dermatitis kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung

    metal. Karena pada dermatitis numular terdapat sensasi gatal, telah

    dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses penyakit ini dan

    ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan

    area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis

    numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik

    yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan dermatitis atopik

    dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris dan

    mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari

    pasien dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa

    pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang

    kemudian berinteraksi dengan neural C- fibers dapat menimbulkan gatal. Para

    peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf,

    meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis

    numular. Substansi P dan kalsitonin terika trantai peptide meningkat pada

    daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada penderita dermatitis numular.

    Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin lain sehingga memicu

    timbulnya inflamasi. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast

    cell pada dermis dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim

    chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida

    dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan

    enzimuntuk menekan proses inflamasi

    E. Gambaran KlinisPenderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal yang

    disertai dengan nyeri. Awalnya dimulai dengan eritema berbentuk lingkaran,

    selanjutnya melebar sebesar uang logam, dikelilingi oleh papul-papul, vesikel

    dan kemudian ditutupi krusta coklat. Lesi akut berupa vesikel dan

    papulovesikel (0,3-1 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau

    meluas ke samping, membentuk satu lesi khas seperti uang logam (koin),

    eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah

    terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta coklat atau kekuningan.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    22/33

    22

    Ukurang diameter lesi dapat mencapai 5 cm, dan jarang sampai 10 cm.

    Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi

    dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.

    Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau

    simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar, sampai nummular,

    bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk

    punggung tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula

    yang terus menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi

    kekambuhan, umumnya timbul pada tempat semula.

    Gambar 4. Dermatitis Numularis pada Kaki

    Gambar 5. Dermatitis Numularis pada Tangan

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    23/33

    23

    F. Gambaran HistopatologisPada bagian epidermis dapat ditemukan hiperkeratosis, akantosis, dan

    edema intraselular. Sementara, pada bagian dermis terjadi pelebaran ujung

    pembuluh darah dan sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.

    G. Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang

    spesifik. Untuk membedakannya dengan penyakit lain, seperti

    dermati tis ka rena kontak diperlukan patch test dan prick test untuk

    mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk membedakan

    tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai

    gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip

    dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya

    (contohnya pada tinea , psor ias is) dapat dilakukan biopsi.

    H. Diagnosis Banding1. Tinea pedis : pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, dapat dicari

    hifa dari sediaan langsung

    2. Psoriasis : Skuama putih lebih tebal dan mengkilat serta iritasinya lebihringan

    3. Dermatitis kontak alergi : Morfologi klinis primer antara dermatitiskontak dan dermatitis numularis sering sulit untuk dibedakan. Pada

    dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan riwayat kontak

    sebelumnya. Untuk membedakan dapat dilakukan pemeriksaan patch test

    atau prick test.

    I. Penatalaksanaan1.

    Non Farmakologis

    Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau

    perjalanan penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering

    berulang, mencegah atau menghindari faktor-faktor yang memperburuk

    atau menimbulkan dermatitis numularis seperti stress, panas, atau trauma,

    menggunakan pelembab kulit atau emollientuntuk mengatasi kulit kering

    dan jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi baru dan

    dapat meninggalkan bekas garukan yang permanen.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    24/33

    24

    2. Farmakologisa. Emolien

    Emolien merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi

    kekeringan pada kulit. Contoh emolien yang ser ing digunakan

    antara lain : aqueouscream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool

    fat lotions.

    b. Steroid topikalUntuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi

    iritasi kulit. Misalnya dengan pemberian triamcinolone 0,025-0,1%.

    Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres terlebih dahulu,

    misalnya dengan menggunakan larutan permanganas kalikus 1 :

    10.000.

    c. Antihistamin oralAntihistamin digunakan sebagai sedatif dan untuk mengurangi

    gatal. Contohnya hidroksizin dengan dosis 3-4 x 25 mg sehari.

    d. Antibiotik oralAntibiotik dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder atau

    bila ditemukan infeksi bacterial. Antibiotik yang dapat diberikan

    seperti eritromisis, tetrasiklin 20-40 mg/kgBB selama 7-14 hari, atau

    amoksilin 4 x 500mg/hari selama 7-10 hari.

    e. Steroid injeksiInjeksi steroid digunakan pada kondisi kasus yang sangat berat.

    Contoh injeksi steroid yang dapat diberikan yaitu triamsinolon

    asetonida 0,1 mg/ml (0,1 ml / suntikan) secara intralesi.

    J.

    PrognosisSeperti yang diketahui bahwa perkembangan atau perjalanan penyakit dari

    dermatitis numularis itu bersifat kronik dan cenderung sering berulang

    (residif). Mencegah atau menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk

    atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang dengan menggunakan

    pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini. Adapun

    prognosis bervariasi dalam setiap individu. Berdasarkan suatu pengamatan

    sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval sampai dua tahun,

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    25/33

    25

    didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu

    sampai tahun, dan 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam

    pengobatan. Dermatitis numularis cenderung residif pada sebagian besar

    kasus. Umumnya prognosis dari penyakit kulit ini adalah baik.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    26/33

    26

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Penegakkan Diagnosis

    Penyakit kulit yang terdapat pada pasien dalam kasus adalah dermatitis

    atopik (D.A.) dan dermatitis numularis. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik

    status dermatologis yang mendukung ke arah diagnosis kerja dermatitis atopic

    adalah sebagai berikut :

    Hasil anamnesis :

    1. Keluhan utama gatal yang dirasakan di kedua tangan. Hal ini sesuai predileksidari D.A. pada dewasa.

    2. Keluhan mulai dirasakan sejak sekitar 6 bulan yang lalu. Dapat dikatakanbahwa keluhan ini berlangsung kronis; sesuai dengan sifat D.A. yaitu

    peradangan kulit yang berlangsung kronis dan residif.

    3. Keluhan gatal diperberat dengan adanya keringat dan faktor stress. Kedua haltersebut memang dapat memicu munculnya keluhan atau gejala D.A.

    4. Pasien memiliki riwayat keluhan gatal yang sama di kedua tangan sewaktumasih kecil. Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria minor untuk diagnosis

    D.A. yatu awitan pada usia dini

    5. Pasien memiliki riwayat atopi berupa alergi terhadap serbuk tanamanHasil pemeriksaan fisik status dermatologis :

    1. Lokasi : Ekstremitas superior dekstra et sinistra. Hal ini sesuai predileksi dariD.A. pada dewasa.

    2. Efloresensi : Plak eritema berbatas tegas dan likenifikasi; dengan penyebaransimetris di kedua belah tangan. Hal ini sesuai dengan efloresensi D.A. pada

    dewasa.

    3. Secara umum, kondisi kulit pasien tampak kering (xerosis), terutama terlihatpada kedua tangan pasien.

    Berdasarkan kriteria diagnosis yang disusun oleh Hanifin dan Rajka, maka

    diagnosis penyakit pada kasus ini dapat ditegakkan sebagai D.A. pada dewasa,

    karena memenuhi syarat yang ada, yaitu 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.

    Adapun kriteria mayor dan minor yang terdapat pada kasus ini ialah :

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    27/33

    27

    1. Kriteria mayora. Pruritusb. Dermatitis di fleksura (lipat tangan) pada dewasac. Dermatitis kronisd. Riwayat atopi pada penderita (alergi terhadap serbuk tanaman)

    2. Kriteria minora. Xerosisb. Gatal bila berkeringatc. Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingungan dan atau stress emosid. Awitan pada usia dini

    Sementara itu, untuk diagnosis dermatitis numularis didapat dari hasil

    anamnesis dan pemeriksaan fisik status dermatologis sebagai berikut :

    Hasil anamnesis :

    1. Usia pasien 65 tahun. Secara epidemiologis, dermatitis numularis seringditemukan pada rentang usia 55-65 tahun.

    2. Keluhan utama berupa gatal di kaki sebelah kiri.3. Onset sekitar 6 bulan yang lalu. Dapat dikatakan bahwa keluhan ini

    berlangsung kronis; sesuai dengan perjalanan penyakit dermatitis numularis

    yang cenderung berlangsung kronis

    4. Keluhan gatal diperberat dengan adanya perasaan emosi / stress. Hal ini dapatmemicu kambuhnya dermatitis numularis.

    5. Keluhan gatal disertai dengan rasa nyeri dan panas.Hasil pemeriksaan fisik status dermatologis

    1. Lokasi : regio pedis sinistra. Hal ini sesuai dengan predileksi dermatitisnumularis

    2. Efloresensi : makula eritematosa eksudatif, krusta coklat-kekuningan;penyebaran regional. Hal ini sesuai dengan efloresensi dermatitis numularis

    Diagnosis Banding

    Berdasarakan tempat lesinya, diagnosis banding untuk penyakit dermatitis

    atopik pada kasus ini adalah sebagai berikut :

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    28/33

    28

    1. Dermatitis kontak alergikaDermatitis kontak alergi selalu disertai dengan keluhan gatal. Hal ini

    sesuai dengan keluhan yang ada pada pasien ini. Penyakit dermatitis kontak

    alergika biasanya didahului dengan adanya kontak terhadap alergen,

    sementara pada kasus ini, pasien menyangkal adanya riwayat kontak dengan

    bahan atau benda sebelumnya. Adapun efloresensi pada dermatitis kontak

    alergika yaitu eritema numular-plakat, papul dan vesikel yang berkelompok

    dan disertai dengan erosi numular-plakat.

    2. Dermatitis numularisDermatitis numularis memiliki sifat yang sama dengan dermatitis atopik,

    yaitu perjalanan penyakit yang cenderung kronis dan residif. Selain itu, kedua

    keluhan gatal pada penyakit ini sama-sama diperberat dengan adanya faktor

    stress. Hanya saja, pada dermatitis numularis tidak ada stigma atopi.

    Efloresensinya yaitu awalnya berupa eritema berbentuk lingkaran, selanjunya

    melebar sebesar uang logam, dikellilingi papul dan vesikel yang kemudian

    bisa pecah menjadi eksudatif dan akhirnya bisa mengering membentuk krusta.

    3. NeurodermatitisNeurodermatitis termasuk penyakit dermatitis yang berlangsung kronis

    dan diperberat dengan faktor stress. Biasanya keluhan gatal dirasakan terus

    menerus, spasmodic atau paroksismal. Pada daerah gatal timbul sisik-sisik

    seperti pada psoriasis. Efloresensi pada neurodermatitis berupa papula miliar,

    likenifikasi, hiperpigmentasi, skuama dan kadang-kadang ekskoriasi.

    4. PsoriasisPerjalanan penyakit psoriasis cenderung kronis dan residif, sama seperti

    pada penyakit dermatitis atopik. Namun, sebagian besar kasus psoriasis tidakmengeluhkan adanya rasa gatal. Efloresensi berupa macula-papula eritematosa

    sebesar lentikular-numular, yang ditutupi dengan skuama tebal berlapis-lapis

    dan berwarna mengkilat. Pada pasien ini menyangkal adanya sisik yang

    menebal pada daerah kulit yang gatal.

    Untuk penyakit dermatitis numularis, berdasarkan tempat lesinya memiliki

    diagnosis banding sebagai berikut :

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    29/33

    29

    1. Dermatits atopik (fase dewasa)Dermatitis atopic memiliki kecenderungan perjalanan penyakit yang

    berlangsung kronis dan residif. Keluhan gatal sering diperberat dengan adanya

    faktor stress. Hal ini relevan dengan dermatitis numularis. Namun, untuk

    dermatitis atopic sering disertai dengan riwayat atopi pada penderita maupun

    anggota keluarga. Kondisi kulit pasien dermatitis atopi cenderung kering

    (xerosis). Efloresensi dermatitis atopi pada dewasa yaitu berupa plak

    eritematosa, berskuama, dan plak likenifikasi yang gatal.

    2. Dermatitis stasisKeluhan gatal pada dermatitis stasis biasanya disertai dengan rasa nyeri.

    Secara epidemiologis, penyakit ini menyerang kelompok usia tua mengingat

    adanya kerusakan pada katup vena yang menyebabkan darah terbendung di

    distal katub. Efloresensi berupa makula hiperpigmentasi berbatas tidak tegas.

    Terkadang tampak varises yang berisi darah berwarna hitam dan terlihat

    bengkak pada tungkai. Pada kasus ini, pasien menyangkal adanya bengkak

    pada kaki sebelah kiri.

    3. NeurodermatitisNeurodermatitis termasuk penyakit dermatitis yang berlangsung kronis

    dan diperberat dengan faktor stress. Biasanya keluhan gatal dirasakan terus

    menerus, spasmodic atau paroksismal. Pada daerah gatal timbul sisik-sisik

    seperti pada psoriasis. Efloresensi pada neurodermatitis berupa papula miliar,

    likenifikasi, hiperpigmentasi, skuama dan kadang-kadang ekskoriasi.

    4. Tinea pedisKondisi kelainan kulit dengan bagian pinggir aktif dan bagian tengah agak

    menyembuh mengindikasi bahwa kondisi ini mirip dengan lesi pada penyakittinea pedis. Keluahan gatal pada tinea pedis juga diperberat dengan adanya

    keringat. Tipe tinea pedis yang predileksinya di tungkai yaitu tipe

    papuloskuamosa hiperkeratotik kronis dengan efloresensi berupa eritema dan

    plak hiperkeratotik di atas daerah likenifikasi; tipe subakut dengan efloresensi

    berupa vesikel atau pustule dengan eksudat yang jernih.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    30/33

    30

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan darah tepi untuk menemukan eosinofilia, pemeriksaan

    dermatografisme putih dan percobaan asetilkolin dapat dilakukan untuk

    memperkuat diagnosis kerja D.A. Pemeriksaan kerokan kulit dan KOH 10% dapat

    dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding tinea pedis.

    Penatalaksanaan

    1. Non FarmakologisPrinsipnya adalah mengihndari faktor-faktor predisposisi atau yang dapat

    mempengaruhi timbulnya penyakit atau kekambuhan atau memperberat dari

    keluhan dan gejala yang ada, seperti menghindari aktivitas yang akan

    mengeluarkan banyak keringat, menghindari stress emosi, menghindari suhu

    yang terlalu panas atau dingin dan kondisi dengan kelembaban yang tinggi,

    menghindari alergen (serbuk tanaman) dan pemakaian bahan-bahan iritan

    (deterjen, alkohol, pemutih), menggunakan pelembab kulit untuk mengatasi

    kulit kering, dan tidak menggaruk luka atau daerah kulit yang gatal karena

    akan menimbulkan tempat infeksi baru.

    2. Farmakologisa. Injeksi metilprednisolon 125 mg + difenhidramin 1 ampul (iv)

    Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate

    yang termasuk kategori adrenokortikoid, anti-inflamasi dan imunosupresan.

    Difenhidramin adalah antihistamin yang menghambat pelepasan histamin

    (H1) dan asetilkolin. Dalam kasus ini, dengan keadaan lesi kulit yang sudah

    berlangsung kronis dan kondisi gatal pasien yang cukup mengganggu

    aktivitas dan tidur, maka diperlukan kortikosteroid dan antihistamin

    sistemik, sehingga diberikan injeksi metilprednisolon 125 mg +difenhidramin 1 ampul secara intravena.

    b. Loratadine tablet; 2 x 10 mg per hariLoratadine adalah antihistamin kerja panjang yang mempunyai

    selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin-H1 perifer dan afinitas yang

    rendah terhadap reseptor-H1 di susunan saraf pusat, sehingga tidak

    menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik. Loratadine efektif untuk

    mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    31/33

    31

    pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar

    pada mata. Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti

    urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya.Pada kasus ini

    digunakan untuk mengatasi keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien.

    c. Amitriptilin tablet; 1 x 25 mg per hari.Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja

    dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak.

    Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga

    lebih responsif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini

    juga mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.

    Pada pemberian oral, amitriptilin diaborpsi dengan baik, kurang lebih 90%

    berkaitan dengan protein plasma dan tersebar luas dalam jaringan dan

    susunan syraf pusat. Metabolisme di hati berlangsung lambat dan waktu

    paruh 10,3-25,3 jam, kemudian diekskresi bersama urin. Pada kasus ini,

    amitriptilin digunakan untuk efek sedasi dan diberikan 1 x 1 tablet (sediaan

    25 mg) sehari, diminum pada malam hari supaya pasien bisa tidur dengan

    nyaman, tidak terganggu lagi dengan keluhan gatal yang ada.

    d. Klobetasol propionate 0,05 % + likuor karbonis detergen 5%Klobetasol propionate merupakan golongan steroid dengan potensi

    sangat kuat. Klobetasol propionate diindikasikan pada pengobatan jangka

    pendek dermatosis yang resisten terhadap steroid yang kurang kuat seperti

    psoriasis, eksim, liken planus, dan diskoid lupus eritematosus. Pada kasus

    ini, sebelumnya pasien sudah mendapatkan obat salep, namun hasilnya

    belum membaik dan hal ini sudah berlangsung cukup lama (6 bulan), jadi

    dapat diberikan salep kortikosteroid dengan potensi yang kuat atau sangatkuat. Salep ini dapat dioleskan tipis-tipis pada bagian kulit yang terkena

    sebanyak 1-2 x per hari. Sementara itu, likuor karbonis detergen 5%

    merupakan golongan preparat Ter dengan sediaan dalam bentuk salep yang

    berfungsi sebagai antipruritus dan antiinflamasi pada kulit dan digunakan

    pada lesi kronis kasus D.A sesuai dengan kasus ini.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    32/33

    32

    Prognosis

    Seperti yang diketahui bahwa penyakit D.A. dan dermatitis numularis

    memiliki salah sifat yang sama yaitu perkembangan atau perjalanan penyakit yang

    cenderung kronis dan residif, sehingga untuk prognosis ad sanationam adalah

    dubia ad bonam. Selama pasien dapat menghindari hal-hal yang menjadi faktor

    predisposisi dari penyakit ini, maka munculnya kekambuhan keluhan atau gejala

    dapat diminimalisasi.

  • 7/31/2019 Content Plus Dapus Versi Baru

    33/33

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    American Academy of Dermatology. 2012. Nummular Dermatitis. Availble from

    URL : http://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-

    z/nummular-dermatitis. Diakses pada tanggal 23 Maret 2012.

    Djuanda, Adhi. 2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI.

    Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi 3. Jakarta : FKUI.

    Morris, Adrian. 2009. Atopic Dermatitis and Eczema Treatment. Available from

    URL : http://www.allergy-clinic.co.uk/skin-allergy/infantile-eczema/.

    Diakses pada tanggal 24 Maret 2012.

    Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta :

    EGC.

    http://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/nummular-dermatitishttp://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/nummular-dermatitishttp://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/nummular-dermatitishttp://www.allergy-clinic.co.uk/skin-allergy/infantile-eczema/http://www.allergy-clinic.co.uk/skin-allergy/infantile-eczema/http://www.allergy-clinic.co.uk/skin-allergy/infantile-eczema/http://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/nummular-dermatitishttp://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/nummular-dermatitis