congenital n acquired
TRANSCRIPT
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 1/14
TUGAS II : CONGENITAL & ACQUIRED IMMUNODEFFICIENCY
1. Sebutkan manifestasi klinis apa yang sering didapatkan pada penderita
imunodefisiensi
Gejala yang biasa dijumpai Gejala yang sering dijumpai
Infeksi saluran nafas atas
berulang
Infeksibakteri yang berat
Penyembuhan inkomplit
antar episode infeksi atau
respon pengobatan inkomplit
Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh
Jarang ditemukan kelenjar tonsil yang
membesar
Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim
Lesi kulit (rash,ketombe,pioderma,abses
nekrotik/noma,alopesia,eksim,teleangiektsi,warts
yang hebat)
Oral thrush yang tidak menyembuh dengan
pengobatan
Jari tabuh
Diare dan malabsorbsi
Mastoiditis dan otitis persisten
Pneumonia atau bronchitis berulang
Penyakit autoimun
Kelainan hematologis(Anemia aplastik,anemia
hemolitik,netropenia,trombositopenia)
2. Jelaskan mutasi-mutasi yang dapat menghambat maturasi limfosit T dan B
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 2/14
Gambar 1 Congenital immunodeficiencies disebabkan karena defek pada maturasi
limfosit. Imunodefisiensi disebabkan defek genetic pada maturasi limfosit. ADA,
adenosine deaminase; PNP, purine nucleoside phosphorylase; RAG, recombination
activating gene.
Severe combined immunodeficiency (SCID)
Penyakit Defisiensi fungsional Mekanisme defek
X-linked SCID Ditandai berkurangnya sel
T,sel B normal atau
meningkat, serum Ig turun
Mutasi γ chain reseptor
(reseptor sitokin
IL2,IL4,IL7,IL9,IL15),
Defek maturasi sel T
karena kurangnya sinyal
IL7
Autosomal resesif SCID
karena defisensi
ADA,PNP
Berkurangnya sel T dan
sel B progresif (paling
banyak sel T): defisiensi ADA serum Ig turun;
defisiensi PNP sel B
dan serum Ig normal
Defisiensi ADA dan PNP
menyebabkan
penumpukan metabolittoksik pada limfosit
Autosomal resesif SCID
karena penyebab lain
Berkurangnya sel B dan
sel T;serum Ig turun
Defek maturasi sel T dan
sel B, faktor genetic yang
masih belum diketahui,
mungkin disebabkan gen
RAG
Imunodefisiensi sel B
Penyakit Defisiensi fungsional Mekanisme defek
X-linkedagammaglobulinemia
Berkurangnya semuaserum Ig isotipe,
penurunan jumlah sel B
Menghambat maturasi selpreB,karena mutasi pada
tirosin kinase sel B
Delesi Ig heavy chain Tidak ada IgG1,IgG2,atau
IgG4, kadang
berhubungan dengan tidak
adanya IgA atau IgE
Delesi kromosomal pada
14q32 (lokus Ig heavy
chain)
Imunodefisiensi sel T
Penyakit Defisiensi fungsional Mekanisme defek
DiGeorge syndrome Sel T berkurang,sel B
normal,serum Ig normal
atau berkurang
Anomali lengkung faring
ke 3 dan 4 menyebabkan
hipoplasia thymus
3. Mutasi apa yang dapat menghambat aktivasi atau fungsi efektor sel T CD4?
Dasar genetik adalah mutasi gen pengkode protein (faktor transkripsi) yang
normalnya mengatur ekspresi (gen transkripsi) dari gen MHC II. Satu dari
beberapa protein yang digunakan untuk mengaktifkan gen MHC II pada
beberapa tipe sel tidak ada. Defek faktor transkripsi ini dapat menimbulkan
bare lymphocyte syndrome.
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 3/14
Mutasi pada salah satu dari empat gen dapat menyebabkan bare lymphocyte
syndrome.Gen tersebut antara lain :
class II trans-activator (CIITA)
regulatory factor of the X box 5 (RFX5)
RFX-associated protein (RFXAP)
RFX ankyrin repeats (RFXANK; dikenal dengan RFXB)
4. Konsekwensi klinik dan patologik apa yang berkaitan dengan tersebut?
Penderita tidak memiliki molekul MHC II yang menimbulkan defisiensi imun
berat akibat hilangnya peran sentral MHC II terhadap pematangan dan
aktivasi sel T. Secara klinis mirip dengan SCID (severe combined
immunodeficiency )
5. Bagaimana mekanisme HIV menginfeksi sel dan dapat bereplikasi dalam sel
yang terinfeksi?
Virus menginfeksi sel dengan menggunakan glikoprotein envelop yang disebut
gp 120 (120 kD glikoprotein) yang terutama mengikat sel CD 4+ dan reseptor
kemokin (CXCR 4 dan CCR5) dari sel manusia. Oleh karena itu virus hanya
dapat menginfeksi dengan efisien sel CD 4+. Makrofag dan sel dendrite juga
dapat diinfeksi.
Setelah virus berikatan dengan reseptor sel, membrane virus bersatu dengan
membrane sel pejamu dan virus masuk sitoplasma. Envelope virus dilepas
oleh protease virus dan RNA menjadi bebas. cDNA dari RNA virus disintesis
oleh enzim transcriptase dan cDNA bersatu dengan DNA host. DNA yang
terintegrasi disebut provirus. Provirus dapat diaktifkan, sehingga diproduksi
RNA dan protein virus. Sekarang virus mampu membentuk struktur
inti,bermigrasi ke membrane sel, memperoleh envelop lipid dari sel pejamu,
dilepas berupa partikel virus yag dapat menular dan siap menginfeksi sel lain.
Integrasi provirus dapat tetap laten dalam sel terinfeksi untuk berbulan-bulan
hingga tahun, sehingga tersembunyi dari system imun host.
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 4/14
Gambar 2. Siklus HIV. Cara replikasi HIV, dari infeksi awal terhadap sel host
melepas partikel virus (virion) baru. Sel yang terinfeksi menghasilkan banyak virion,
menyebabkan penyebaran infeksi
6. Bagaimana manifestasi klinik infeksi HIV dan bagaimana patogenesisnya?
Gejala-gejala umum:
• Rasa lelah dan lesu
• Berat badan menurun secara drastis
• Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
• Diare dan kurang nafsu makan
• Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
• Pembengkakan leher dan lipatan paha
• Radang paru-paru
• Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal
antara lain tumor dan infeksi oportunistik :
Manifestasi tumor
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh.
Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 5/14
homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi
sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf,
dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
Manifestasi Oportunistik
a. Manifestasi pada Paru-paru
- Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi
paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas
dalam dan demam.
- Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru
tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab
kematian pada 30% penderita AIDS.
-Mycobacterium Avium
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
-Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat
menyebar ke organ lain diluar paru.
b. Manifestasi pada Gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
c. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya
timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah
ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.
Patogenesis
Virus masuk tubuh dengan menginfeksi sel Langerhans di mukosa rectum atau
mukosa vagina yang kemuddian bergerak dan bereplikasi di KGB setempat.
Virus kemudian disebarkan melaui viremia yang disertai dengan sindrom dini
akut berupa panas,mialgia dan artralgia. Virus menginfeksi selCD4+, makrofag
dan sel dendrite dalam darah dan organ limfoid. Antigen virus nukleokapsid,p24
ditemukan dalam darah selama fase ini. Fase ini kemudian dikontrol sel T CD8+
dan antibody dalam sirkulasi terhadap p42 dan protein envelop gp 120 dan gp
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 6/14
41. Respon imun tersebut menghancurkan HIV dalam KGB yang merupakan
reservoir utama HIV selama fase selanjutnya dan fase laten.
Dalam folikel limfoid, virus terkonsentrasi dalam bentuk kompleks imun yang
diikat sel dendrite. Meskipun hanya kadar rendah virus diproduksi dala fase
laten, destruksi sel CD4 dalam sirkulasi menurun. Hal ini memerlukan beberapa
tahun. Kemudian menyusul fase progresif kronis dan penderita menjadi rentan
terhadap berbagai infeksi oleh kuman nonpatogenik
Gambar .3 Patogenesis HIV
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 7/14
TUGAS III : IMMUNITY TO MICROBA
1. Istilah simbiose antara parasit dan hospes ada berapa macam dan berikan
penjelasan untuk setiap macamnya
4 macam:
Mutualisme: Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba
yang keduanya saling tergantung dan sama-sama mendapat
keuntungan.Parasit dan hospes sama-sama untung
Komensalisme: Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi
apabila satu populasi diuntungkan tetapi populasi lain tidak
terpengaruh. Parasit untung,hospes tidak untung,tidak rugi
Opportunisme : terjadi bila kondisi fisik menurun sehingga flora normal
bisa menimbulkan penyakit. Misalnya E.coli
Parasitisme: Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu
diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (host / inang).Parasit
untung, hospes rugi
2. Makrofag akan melakukan fagositosis mikroba secara intraseluler maupun
ekstraseluler. Berikan penjelasannya
Makrofag melakukan fagositosis mikroba secara ekstraseluler
Pada imunitas non spesifik, makrofag melakukan fagositosis melalui aktivasi
komplemen,fagositosis dan inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan manosa
pada permukaannya, dapat diikat lektin yang homolog dengan C1q, sehingga
akan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin, meningkatkan opsonisasi
dan fagositosis. MAC dapat menghancurkan membrane bakteri. Produk
sampingan aktivasi komplemen berperan dalam mengerahkan dan
mengaktifkan leukosit. Fagosit mengikat bakteri melalui berbagai reseptor
permukaan lain seperti Toll like receptor yang semuanya meningkatkan
aktivasi leukosit dan fagositosis. Fagosit yang diaktifkan melepas sitokin yang
menginduksi infiltrasi leukosit ke tempat infeksi. Sitokin juga menginduksi
panas dan sintesis akut fase protein.
Pada imunitas spesifik humoral makrofag dipresentasikan pada sel T CD4
mengaktifkan sitokin sehingga menimbulkan respon antibodi,mengaktifkan
interferon gamma menyebabkan aktivasi makrofag dan TNF menyebabkan
inflamasi
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 8/14
Makrofag melakukan fagositosis mikroba secara intraseluler
Imunitas non spesifik aktivasi makrofag oleh bakteri intraseluler memproduksi
IL12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi IFNγ yang
mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri.
Imunitas spesifik sel CD4 Th1 mengaktifkan makrofag memproduksi IFNγ dan
sel CD8 atau CTL, memacu pembunuhan mikroba serta lisis sel terinfeksi.
Makrofag mengekspresikan banyak reseptor permukaan yang dapat
menangkap dan menelan mikroba. Bila partikel ditelan, membrane menutup,
partikel digerakkan ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang
mengandung bakteri atau bahan lain asal asal ekstraseluler yang disebut
fagosom. Dalam sel fagosit ditemukan kantong yang berisi enzim,disebut
lisosom. Lisosom bersatu dengan fagosom membentuk fagolisosom yang
memungkinkan terjadinya degradasi semua bahan yang dimakan makrofag.
Didalam fagolisosom, bahan yang ditelan akan dicerna enzim yang
terkandung dalam granul lisosom. Isi granul lisosom diperlukan untuk
mencerna bahan yang ditelan dan membunuh mikroba (gambar 1).
Gambar 1 Fagositosis membunuh mikroba intraseluler
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 9/14
3. Alasan apa yang menyebabkan makrofag untuk melakukan fagositosis akan
lebih efektif apabila mikroba dalam bentuk opsonin?
Antibodi melapisi mikroba dengan opsonin (opsonisasi) untuk mempermudah
fagositosis dari mikroba tersebut dan meningkatkan efisiensi fagositosis.
Karena molekul antibodi terikat pada mikroba, regio Fc terbentuk. Bila antibodi
menjadi isotipe tertentu (IgG1 dan IgG3 pada manusia), regio Fc-nya terikat
pada reseptor afinitas tinggi untuk regio Fc rantai γ, disebut FcγR1 (CD64),
yang diekspresikan oleh neutrofil dan makrofag. Sebagai hasilnya, fagosit
memperluas membran plasmanya untuk meliputi mikroba yang telah
diopsonisasi dan menelan mikroba ke dalam vesikel yang disebut fagosom,
yang bersatu dengan lisosom .
Ikatan Fc antibodi ke FcγR1 juga mengaktifkan fagosit, karena FcγR1
mengandung rantai sinyal yang memicu berbagai jalur biokimia dalam fagosit.
Neutrofil atau makrofag teraktivasi memproduksi, dalam lisosomnya, sejumlah
besar ROI, NO, dan enzim proteolitik, di mana semuanya bersatu untuk
menghancurkan mikroba yang telah ditelan. Fagositosis yang dimediasi
antibodi adalah mekanisme utama dari pertahanan terhadap bakteri
berkapsul, misalnya pneumokokus. Kapsul kaya polisakarida dari bakteri ini
melindungi organisme dari fagositosis bila tidak ada antibodi, tapi opsonisasi
oleh antibodi memicu fagositosis dan destruksi bakteri.
4. Bagaimana respon imun yang terjadi apabila seseorang terinfeksi oleh bakteri
S.Typhii secara oral?
Salmonella Thypi masuk ke dalam tubuh manusia melalui rute oral melalui
makanan yang tercemar. Bakteri ini tahan terhadap asam lambung karena
bakteri ini juga memproduksi asam. Karena tahan terhadap asam bakteri ini
lolos ke usus halus. Bakteri ini dapat menembus mukosa usus dan masuk ke
kelenjar limfa usus ”patch of peyer” serta berkembang biak. Melalui sel M,
antigen yang terdapat pada permukaan dinding sel bakteri dapat dikenali oleh
sistem imun tubuh. Namun, karena terdapat antigen Vi kuman ini menjadi sulit
difagositosis oleh makrofag. Dengan resistensi makrofag ini, bakteri dapat
menginvasi limfoid melalui pergerakan di duktus torasikus masuk ke
peredaran darah dan menuju sistem retikuloendotelial, hal ini merupakan
bakteremia pertama yang terjadi pada 24 – 72 jam pertama.
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 10/14
Makrofag yang kesulitan menghancurkan bakteri ini akan dirangsang terus
menerus oleh sel T melalui produksi MAF (Macrophag Activating Factor ).
Antigen Vi sangat berperan dalam respons seluler ini, kemudian MAF akan
mengubah metabolisme makrofag menjadi lebih ganas sehingga mampu
memecah antigen Vi bakteri, baru setelah beberapa lama bakteri mampu
difagosit oleh makrofag, peristiwa ini merupakan stadium bakteremia yang
kedua. Bakteri yang telah difagositosis akan mengeluarkan endotoksin yang
dapat mengaktifkan komplemen dan merangsang pembentukan IL-1 sebagai
zat pirogen endogen. IL-1 mempunyai efek yang kuat terhadap hipotalamus
anterior, pirogen ini mengubah set up standar suhu di hipotalamus menjadi
lebih tinggi dari normal, mekanisme inilah yang memperantarai patofisiologi
demam enterik yang berkelanjutan.Sebagai reaksi terhadap endotoksin yang
dikeluarkan bakteri, akan terjadi respons inflamasi lokal ataupun generalisata.
Respons inflamasi akan diperantarai oleh imunitas seluler dan humoral.
Lipoposakarida (endotoksin) merupakan antigen yang ”T-cell independent”
sehingga O antigen ini setelah diproses oleh makrofag dapat langsung
merangsang limfosit B menjadi sel plasma yang selanjutnya menghasilkan
aglutinin O tanpa melalui limfosit T. Sebaliknya antigen Vi dan antigen H
merupakan antigen yang ”T cell dependent” harus merangsang limfosit T
dahulu sebelum merangsang limfosit B untuk berubah menjadi sel plasma dan
membuat aglutinin H dan aglutinin Vi. Dengan demikian maka aglutinin O
terbentuk lebih dahulu daripada aglutinin H dan aglutinin Vi. Aglutinin O cepat
menghilang beberapa tahun. Sedangkan aglutinin Vi menghilang setelah
penderita sembuh tetapi cenderung menetap (karier).
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 11/14
Diagram 1.Salmonella typhi dipresentasikan oleh makrofag. Makrofag mempresentasikan
molekul Salmonella typhi CD4 Th1 tapi studi terbaru sel T CD8 juga terlibat dalam respon.
Ketika bakteri mencapai patch Peyer untuk kedua kalinya, makrofag / Th dan sitotoksik CD8 +
membunuh bakteri Salmonella typhi. Paparan Salmonella typhi kedua kalinya pada patch
Peyers menyebabkan inflamasi atau terbentuk ulkus. Inflamasi disebabkan oleh pelepasan
sitokin seperti IFNγ dan TNFα, yang menyebabkan vaskularisasi, akumulasi makrofag, dan
akhirnya nekrosis. Ulserasi disebabkan oleh produksi enzim, matriks metalloproteinase dan
menyebabkan hilangnya membran mukosa dalam usus kecil. Hilangnya selaput mukosa
menyebabkan ulcerasi.
Gambar 2. Salmonella typhi menginfeksi tubuh melalui patch of Peyer's dari usus kecil. Bakteri
bermigrasi ke kelenjar getah bening mesenterika dan melalui darah ke hati dan limpa pada
paparan pertama. Setelah beberapa replikasi di lokasi tersebut, bakteri bermigrasi kembali ke
patch of Peyer's dari usus kecil untuk eksposur sekunder dan gejala klinis terlihat. Inflamasi
pada usus menyebabkan ulcus dan nekrosis (www.bio.davidson.edu)
5. Mengapa pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang telah diberikan vaksin TT
dapat terhindar dari tetanus neonatorum?
Imunisasi dengan tetanus toxoid (sebagai antigen) menginduksi imunitas aktif,
di mana tubuh akan memproduksi antibodi (antitoksin). Pada imunisasi aktif,
terjadi pembentukan sel memori. Bila imunisasi aktif berhasil, paparan
bertahap dari agen patogenik dapat memicu respon imun yang semakin
meninggi, yang akan berhasil mengeliminasi patogen atau mencegah penyakit
yang dimediasi eksotoksin yang diproduksi bakteri. Antibodi dapat mencegah
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 12/14
ikatan toksin dengan sel inang, dan memblok efek toksin yang berbahaya.
Gambar 3. Antibodi memblok ikatan toksin ke sel, sehingga dapat menghambat efek
patologis dari toksin.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada bayi hingga
usia kurang dari 1 bulan, yang terjadi akibat proses persalinan yang tidak
bersih.
Pemberian dua dosis TT pada ibu hamil, 4-6 minggu sebelum melahirkan,
akan menstimulasi antitoksin yang dapat melindungi ibu dan juga dapat
melalui plasenta, sehingga juga akan melindungi janin dari tetanus.
7/15/2019 Congenital n Acquired
http://slidepdf.com/reader/full/congenital-n-acquired 13/14
JAWABAN
TUGAS II IMUNOLOGI LANJUT
CONGENITAL & ACQUIRED IMMUNODEFFICIENCY
Oleh:
dr. Desy Wulandari
NIM. 0920731045
PROGRAM STUDI BIOMEDIK (S2)
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010