comprenship dian yg bener
DESCRIPTION
ggghTRANSCRIPT
COMPREHENSIVE HEALTH ASSESSMENT CVD
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan
berkurangnya aliran darah keotak atau retaknya pembuluh darah yang menyuplai
darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensoris
dan motoris tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran. (Arif Mutaqqin,
2008) WHO mendefinisikan Stroke adalah deficit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak.
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. ( Smeltzer C. Suzanne,
2002 )
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000)
Dengan demikian stroke non hemoragik didefinisikan adanya tanda-tanda
klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang
terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial
atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau
permanen.
Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia sunggu membuat kita
khawatir. Dinyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia menunjukkan
kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus
stroke yang terdeteksi terus melonjak. Pada tahun 2004, beberapa penelitian
disejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang disebabkan stroke
berjumlah 23.636 orang.Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawa
kedokter/rumah sakit tidak diketahui jumlahnya. Namun Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 berhasil mendata kasus stroke diwilayah Perkotaan di 33
Provinsi dan 440 Kabupaten. Riskesdas tahun 2007 ini berhasil mengumpulkan
sebanyak 258.366 sampel rumah tangga Perkotaan dan 987.205 sampel anggota
rumah tangga untuk pengukuran berbagai variable kesehatan masyarakat. Hasilnya,
stroke merupakan pembunuh utama diantara penyakit-penyakit non-infeksi
dikalangan penduduk perkotaan.
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Ureum darah
Hemoglobin
Hematokrit
Eritosit
Leukosit
Trombosit
MCV
Natrium
Kalium
17 mg/dl
15,6 g/dl
40 %
4,80 juta/uL
8 ribu/uL
180 ribu/dl
86/FL
137 mmol/L
4,1mmol/L
20-50
14-16
37-47
4.5-5.5
5-10
150-400
82-92
136-145
3.5-5.1
Klorida
Kreatinin
Laju endap darah
Protein total
Albumin
109 mmol/L
0,5 mg/dl
74 mm/jam
6,1 g/dl
2,4 g/dl
99-111
0.70-1.10
<10
6-8
3.7-5.2
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjan : TNI AD
Alamat : Jln Mayjen Soetoyo.Kec Makasar,Jakarta Timur
Sumber Biaya : AD
Sumber Informasi : Keluarga, Perawat dan Dokumentasi Keperawatan
Tanggal Masuk : 20-02-2013
No.Register : 56.12.27
Tanggal Pengkajian : 16-03-2013
Ruangan : PU 4
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic + Dekubitus grade I
Klien datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan lemah anggota gerak
bagian kanan, dan kekakuan anggota gerak bagian kiri sejak 6 bulan yang lalu.,
Lepas NGT 2 bulan yang lau, sebelum masuk Rumah Sakit terdapat luka
dekubitus grade I pada bagian bokong
Istri klien mengatakan,klien mempunyai riwayat Hipertensi dan Obesitas
(80kg).Pada saat dikaji istri klien mengatakan penyebab stroke suaminya
dikarenakan makan duren sewaktu berkunjung kerumah saudara, Istri klien
mengatakan,Klien mulai mengalami tanda dan gejala sampai terkena stroke ± 1
tahun.Setelah 2 bulan dirawat di rumah oleh keluarga,sampai timbul dekubitus
dibokong klien dan keadaan klien semakin lemah maka keluarga memutuskan
untuk membawa klien di RSPAD Gatot Soebroto Frekuensi makan 3 x sehari,
Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
Klien mengatakan bahwa klien tidak ada riwayat alergi.Klien mengatakan
bahwa klien tidak pernah mengalami kecelakaan.Istri klien mengatakan klien
sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit Ridwan 4 bulan yang lalu.Klien ± 1
bulan dengan stroke non hemoragic.nafsu makan kurang,klien terpasang NGT.
BAK Terpasang kateter, 1400 cc/hr Warna kuning keruh. Tidak ada keluhan
dalam BAK/BAB Frekuensi jarang, waktu tidak tentu, warna kuning kecoklatan,
bau khas, konsistensi encer, keluhan tidak ada.Bising usus : 10x/ menit. Suami
Klien mengatakan,bahwa klien mandi pada pagi hari dibantu oleh
perawat.sehingga perawat mengangkat masalah gangguan pola aktifitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
Posisi mata simetris. Kelopak mata tidak simetris. Pergerakan bola mata
keduanya negatif. Konjungtiva normal. Kornea dalam keadaan baik/jernih (tidak
keruh atau berkabut). Pergerakan otot mata lemah. Fungsi penglihatan kurang
baik. Tidak ada Tanda-tanda radang Klien tidak memakai kaca mata, tidak
memakai lensa kontak. Reaksi pupil mata normal/pupil mengecil terhadap
rangsangan cahaya. Daun telinga terdapat luka dekubitus di bagian telinga kiri.
Tidak terdapat serumen. Tidak terdapatnya cairan telinga. Perasaan penuh
ditelinga tidak ada. Tinitus tidak ada. Fungsi pendengaraan baik. Tidak
menggunakan alat bantu pendengaran. Hemoglobin: 15,6 g/dl, ht: 40 L %,
leukosit: 8 ribu/ul.Eritrosit: 4,80 juta/ul, trombosit: 180 L ribu/ul Tingkat
kesadaran composmentis dengan GCS: 6 (E: 4, M : 1, V : 1). Tidak ada
peningkatan tekanan intrakranial hal ini dapat dibuktikan dengan hasil CTscan
tidak terdapat penumpukan cairan pada bagian otak..Pada tanggal 13-03-2013
Gula darah puasa 60 mg/dl, gula 2 jam PP 100 mg/dl. nafas tidak berbau keton
dengan ureum 15 mg/dl dan kreatinin 0,5mg/dl. Tidak ada poliflagia dan
polidifsia,Adanya kesulitan dalam pergerakan.Nyeri Skala 4,tidak ada fraktur.
Tonus otot hipotoni.Suami klien mengatakan belum ada perubahan untuk reflek
menelannya.Suami klien mengatakan anggota tubuh bagian sebelah kanan
semakin lemas dan anggota tubuh bagian kiri masih kaku sehingga perawat
memprioritaskan diagnose perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan obstruksi dan edema pada lobus prontal dan pariental
Klien (Tn. T) adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien mempunyai dua
anak laki-laki, klien tinggal serumah bersama istri dan kedua anaknya.klien
mengatakan klien dekat dengan anak-anaknya.pada saat ada masalah hal yang
mengambil keputusan adalah Istrinya. Istri klien mengatakan bahwa dirinya
berharap kondisi suaminya lebih baik setelah perawatan di RSPAD Gatot
Soebroto.sehingga hal yang terjadi .Istri klien mengatakan keadaan suaminya
belum ada perubahan.Istri klien mengatakan Tidak ada hal hal yang bertentangan
dengan kesehatan.Istri klien terlihat menuntun suaminya Sholat dan
berdoa.Keadaan lingkungan di sekitar rumah nyaman dan bersih.Pola kebiasaan
sehari-hari sebelum masuk rumah sakit dan saat di rumah sakit
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data atau pengkajian diatas yang
dilakukan oleh kelompok terhadap pasien Tn. T, maka ditetapkan tiga diagnosa
yang diperioritaskan yaitu perubahan jaringan perfusi cerebral berhubungan
dengan obstruksi edema pada lobus frontal dan parietal, bersihan jalan napas tidak
efektif kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring terlalu
lama .diagnosa keperawatan tersebut ditegakan karena didukung oleh data yang
ada. Sementara diagnosa keperawatan yang lainya tidak muncul atau tidak di
tegakan oleh kelompok karena tidak adanya data penunjang dan data pendukung.
Pada diagnosa keperawatan pertama “Perubahan perfusi jaringan serebral b.d
obstruksi pada lobus frontal dan pariental ada beberapa intervensi yang belum
tercapai pada Tn. T yaitu mengembalikan TTV dalam batas normal dan anggota
tubuh dapat digerakkan secara normal.
Setelah menetapkan diagnosa perubahan perfusi jaringan sebagai
diagnosa prioritas,berikutnya kami menetapkan diagnosa”bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum”dimana pada
diagonosa ini hampir semua intervesi dilakukan hanya pada intervensi 2 kurang
berhasil,suara nafas klien masih terdengar ronki
Dari setiap intervensi pada diagnosa keperawatan ke 3, yaitu kerusakan
integritas kulit (Dekubitus) b.d tirah baring lama. Hampir semua intervensi
dilakukan tetapi ada beberapa intervensi yang belum tercapai dan masih harus
dilanjutkan di antaranya intervensi ke 6” Memberikan antibiotik oral,dan intra
vena sesuai indikasi” dimana intervensi tersebut masih belum tercapai karena
keadaan luka klien masih tampak basah dan terjadi perembesan pada balutan
luka, dimana intervensi yang harus dilanjutkan adalah intervensi ke 1
“Melakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik’’Semua
intervensi yang tertulis secara teori dapat diimplementasikan pada Tn. T dengan
baik sesuai dengan diagnosa yang telah diperioritaskan oleh kelompok..Pada
diagnosa keperawatan Perubahan jaringan perfusi serebral b.d obstruksi dan
edema pada lobus prontal dan pariental dengan tujuan 7x24 jam masalah dapat
teratasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien selama 3x24 jam
pada pasien, Dimana criteria hasil yang belum tercapai adalah anggota tubuh
bagian kiri belum dapat di gerakan dan criteria hasil yang sudah tercapai yaitu
tidak terjadinya kematian jaringan atau kekakuan pada anggota tubuh sebelah
kanan. dan masalah hanya terastasi sebagian dikarenakan klien pulang pada hari
ke 6.
Pada diagnosa bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
secret di lapang peningkatan produksi sputum dan tidak ada reflek batuk setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam , maka bisa ter atasi, pada pasien Tn.
T diagnose ini bisa ter atasi, namun steleh beberapa jam terjadi penumpukan
sputum lagi karena pasien belum ada reflek batuk efektif jadi tindakan
keperawatan tetap dilanjutkan, karena pasien pulang dengan kemauan keluarga ,
makan tindakan keperawatan akan dilanjutkan oleh keluarga.
Diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit (dekubitus) b.d tirah
baring lama dengan tujuan 3x24 jam masalah dapat teratasi. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan pada pasien selama 3x24 jam, masalah teratasi. Evaluasi
sesuai dengan criteria hasil yang ada luka tampak bersih,tidak ada rembesar,
tidak terjadi tanda tanda infeksi pada pasien tindakan tetap di lanjutkan , namun
karena pasien pulang tindakan keperawatan akan dilanjutkan oleh keluarga
dirumah .
Dengan menggunakan 11 fungsional pola Gordon ini juga membantu
perawat dalam menentukan isu-isu asuhan keperawatan sehingga dapat
menegakkan sebuah diagnosa keperawatan. Untuk lebih mengerti dalam
pengkajian yang komprehensip ini dibutuhkan latihan yang lebih sering dalam
menganalisa kasus. Sehingga memudahkan perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care.Vol.1, Fifth Edition, W.B. Saunders Companya, Philadelphia.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawtan Pasien, Edisi. 3, Alih Bahasa I Made Kariasa et.al, Editor Edisi bahasa Indonesia Minica Ester et.al EGC, Jakarta
Cicilia. (2011). Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis. (Online). (http://bangeud.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-sirosis-hepatis.html pada tanggal 25 Juni 2013)
Cicilia. (2011). Pola Fungsional Gordon dan Diagnosa. (Online). (http://bangeud.blogspot.com/2011/09/pola-fungsional-gordon-dan-diagnosa.html pada tanggal 25 Juni 2013)
Ratnadita, Adelia. (2011). Lasix Obat Untuk Atasi Edema. (Online). (http://health.detik.com/read/2011/12/29/062613/1801920/769/lasix-obat-untuk-atasi-edema pada tanggal 25 Juni 2013)
http://www.kapukonline.com/2011/08/askepcherosishepatis.html#ixzz1z0iEvV46
Nursalam. (2000). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.
Price, Silvia A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC, Jakarta
Somali, Susana. (2006). Gambaran laboratorium cairan asites pada penderita sirosis hati: Kajian khusus peritonitis bakteri spontan. Universitas Indonesia : Fakultas Kedokteran. (online). (http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-95293.pdf pada tanggal 25 Juni 2013)
Smeltzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, ed. 8 (vol 1), Alih Bahasa Agung Waluyo et.al, Editor Edisi Bahasa Indonesia Monica Ester et.al, EGC, Jakarta
long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996 Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993 Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996 Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002 Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996
COMPREHENSIVE HEALTH ASSESMENT
PADA PASIEN STROKE + DEKUBITUS GRADE I LANTAI IV RUANGAN
PERAWATAN
DI RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
DISUSUN OLEH
REZA OKTRIANA S.KEP
PROGAM PROFESI NERS ANGKATAN IX
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2013