cold surge fix

14
ANALISIS PENGARUH COLD SURGE TERHADAP CURAH HUJAN DI PALOH KAB. SAMBAS PERIODE NOVEMBER – MARET TAHUN 2008 – 2010 YOSEF LUKY D. PRASETYA Stasiun Meteorologi Paloh ABSTRAK Cold Surge ( Seruakan Dingin ) adalah aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat di Asia memasuki musim dingin. Cold Surge di definisikan juga sebagai gelombang dingin Asia ( Winter Monsoon Experiment 1978/1979 ) yang menjalar sampai ke laut Cina Selatan, lamanya penjalaran sampai ke laut tersebut sekitar 27 jam. Nilai indeks seruakan dingin diperoleh dari selisih tekanan udara permukaan di Stasiun Meteorologi Gushi dengan Stasiun Meteorologi Hongkong, jika nilai indeks seruakan dingin lebih dari atau sama dengan 10 mb maka dapat dikatakan telah terjadi seruakan dingin di belahan bumi utara (BBU). Nilai indeks cold surge akan dianalisa dengan curah hujan di Stasiun Meteorologi Paloh. Hasil Analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara seruakan dingin (cold surge) dengan curah hujan dan peningkatannya di Paloh. Peningkatan curah hujan rata-rata terjadi dalam selang waktu antara 1 – 7 hari setelah kejadian cold surge. Kata Kunci: Cold Surge, Indeks Cold Surge, Curah Hujan I. PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kontinen maritim indonesia terletak pada daerah iklim monsun yang dipengaruhi oleh variasi pola angin regional. Pada musim dingin belahan bumi utara (BBU) di daerah laut cina selatan, sering ditemui gejala berupa hentakan aliran massa udara dingin dari Asia yang berasal dari daratan Siberia dan disebut juga dengan cold surge atau gelombang dingin atau seruak dingin. Angin cold surge secara tipikal bersifat kering karena membawa massa udara dingin yang mencegah keluarnya penguapan. Secara sederhana selama satu bulan dapat terjadi satu atau dua peristiwa cold surge yang berlangsung beberapa hari sampai dengan satu minggu atau lebih (Ramage 1971) Menurut Ramage (1971), daerah monsun dibatasi oleh garis lintang 35˚LU - 25˚ LS dan bujur 30˚BB - 170˚ BT. Indonesia terletak pada lintang 6˚ LU -11˚ LS dan bujur 94˚ BT - 141˚ BT, sehingga jelas bahwa wilayah Indonesia merupakan daerah monsun. Efek monsun terhadap lapisan permukaan perairan Indonesia, misalnya selama monsun barat laut, arus permukaan (disebut arus monsun Indonesia) mengalir dari Laut China Selatan ke Laut Natuna, Selat

Upload: yosef-luky-d-prasetya

Post on 22-Jan-2016

177 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cold surge

TRANSCRIPT

Page 1: Cold Surge Fix

ANALISIS PENGARUH COLD SURGE TERHADAP CURAH HUJAN DI PALOH KAB. SAMBAS

PERIODE NOVEMBER – MARET TAHUN 2008 – 2010

YOSEF LUKY D. PRASETYA Stasiun Meteorologi Paloh

ABSTRAK

Cold Surge ( Seruakan Dingin ) adalah aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat di Asia memasuki musim dingin. Cold Surge di definisikan juga sebagai gelombang dingin Asia ( Winter Monsoon Experiment 1978/1979 ) yang menjalar sampai ke laut Cina Selatan, lamanya penjalaran sampai ke laut tersebut sekitar 27 jam. Nilai indeks seruakan dingin diperoleh dari selisih tekanan udara permukaan di Stasiun Meteorologi Gushi dengan Stasiun Meteorologi Hongkong, jika nilai indeks seruakan dingin lebih dari atau sama dengan 10 mb maka dapat dikatakan telah terjadi seruakan dingin di belahan bumi utara (BBU). Nilai indeks cold surge akan dianalisa dengan curah hujan di Stasiun Meteorologi Paloh. Hasil Analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara seruakan dingin (cold surge) dengan curah hujan dan peningkatannya di Paloh. Peningkatan curah hujan rata-rata terjadi dalam selang waktu antara 1 – 7 hari setelah kejadian cold surge.

Kata Kunci: Cold Surge, Indeks Cold Surge, Curah Hujan

I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANGKontinen maritim indonesia terletak pada daerah iklim monsun yang dipengaruhi oleh variasi pola angin regional. Pada musim dingin belahan bumi utara (BBU) di daerah laut cina selatan, sering ditemui gejala berupa hentakan aliran massa udara dingin dari Asia yang berasal dari daratan Siberia dan disebut juga dengan cold surge atau gelombang dingin atau seruak dingin.Angin cold surge secara tipikal bersifat kering karena membawa massa udara dingin yang mencegah keluarnya penguapan. Secara sederhana selama satu bulan dapat terjadi satu atau dua peristiwa cold surge yang berlangsung beberapa hari sampai dengan satu minggu atau lebih (Ramage 1971)Menurut Ramage (1971), daerah monsun dibatasi oleh garis lintang 35˚LU - 25˚ LS dan bujur 30˚BB - 170˚ BT. Indonesia terletak pada lintang 6˚ LU -11˚ LS dan bujur 94˚ BT - 141˚ BT, sehingga jelas bahwa wilayah Indonesia merupakan daerah monsun. Efek monsun terhadap lapisan permukaan perairan Indonesia, misalnya selama monsun barat laut, arus permukaan (disebut arus monsun Indonesia) mengalir dari Laut China Selatan ke Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar Selatan, Laut Flores, dan Laut Banda Selatan (Tjasjono, 2008).

I.2 TUJUANTujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seruakan dingin terhadap curah hujan di kecamatan Paloh yang terletak di wilayah sekitar Selat Karimata, mengidentifikasi waktu kejadian antara seruakan dingin aktif dengan peningkatan curah hujan serta mengetahui penyebab tidak terjadinya peningkatan curah hujan pada kejadian cold surge.

Page 2: Cold Surge Fix

I.3 BATASAN MASALAHDalam penulisan ini difokuskan pembahasan perhitungan indeks seruakan dingin pada bulan November – Maret 2008 – 2010. Data yang digunakan ialah tekanan udara di Stasiun Gushi (30º LU 115º BT) dan stasiun Hongkong (22° LU 114° BT) pada bulan November – Maret tahun 2008-2010 serta data curah hujan di Stasiun Meteorologi Paloh.

II. LANDASAN TEORI

Dalam musim dingin Asia sering terjadi lataan massa udara dingin yang kuat yang dikenal seperti datangnya gelombang secara berkala dan bersamaan dengan gelombang angin baratan di kawasan AsiaTengah. Gelombang tersebut dapat sampai di atas Laut Cina Selatan. Penjalaran ini sering dikenal dengan istilah monsoon surge atau cold surge yang merupakan salah satu fenomena cuaca skala sinoptik yang mempunyai pengaruh cukup signifikan. Pengaruh ini dapat diamati dengan adanya seruak dingin yang dikenali dalam bentuk suatu harga indeks yang disebut Indeks Seruak Dingin dan dapat diamati secara langsung dirasakan di wilayah selatan ekuator dan memerlukan waktu penjalaran sekitar 72 jam atau 3 hari.Fenomena cold surge dapat diketahui dengan menggunakan harga indeks yang disebut indeks seruakan dingin (cold surge index). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riehl (1954), indeks seruakan dingin adalah harga perbedaan tekanan udara permukaan antara dua tempat yaitu tekanan udara di Stasiun Meteorologi Gushi (30° LU 115° BT) dengan tekanan udara di Stasiun Meteorologi Hongkong (22°LU 114° BT) (lihat Gambar II.1.). Jika nilai indeks seruakan lebih dari atau sama dengan 10 mb maka dapat dikatakan telah terjadi seruakan dingin di belahan bumi utara (BBU).

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kejadian

Berikut hasil penelitian dari beberapa ahli meteorologi tentang pengertian seruakan dingin :- Cold surge atau seruak dingin atau gelombang dingin adalah penjalaran massa

udara dingin dari daratan Asia ke arah selatan. Menurut Falahah (1992) dalam tesisnya “Studi Seruak Dingin (Cold Surge) Selama Periode Musim Dingin Belahan Bumi Utara Tahun 1987 – 1990”, adanya cold surge dapat menyebabkan naiknya kecepatan angin dan turunnya temperatur sehingga menyebabkan cuaca cerah pada daerah yang dilaluinya. Kemampuan penjalaran selanjutnya ke arah selatan dipengaruhi oleh pola sinoptik di daerah laut China Selatan dan sekitarnya. Hasil pengamatan gabungan antara kejadian cold surge dengan curah hujan di Indonesia (untuk kasus-kasus tertentu) menunjukkan bahwa bila cold surge dapat melewati daerah yang lebih jauh ke ekuator maka akan menyebabkan curah hujan meningkat dan tersebar merata. Sedangkan beberapa kejadian hujan besar dalam kasus-kasus ini ternyata tidak berhubungan dengan kejadian cold surge.

Page 3: Cold Surge Fix

- Seruakan dingin asia (cold surge) adalah kenaikan kecepatan angin yang kuat bergerak dari utara ke selatan. Berasal dari daratan Asia hingga mencapai laut China Selatan dengan lama perambatan selama waktu 72 jam, yang mengakibatkan kenaikan kecepatan angin di wilayah selatan ekuator di atas laut China Selatan. Dimana meningkatnya kecepatan angin tersebut terjadi satu atau dua hari setelah seruakan dingin mencapai Hongkong, (Djoko Budiyono dan Hariadi, 2006).

- Menurut penelitian Achmad Zakir (1996), bila selisih tekanan udara melebihi 10 mb atau 8 – 10 m selama 48 jam, maka lidah dingin telah mencapai Hongkong. Selain itu, suhu udara Hongkong menurun lebih dari 2°C selama 48 jam dan komponen angin di utara mempunyai rata – rata 15 knots serta mengalami kenaikan 5 knots selama 24 jam.

Menurut Zhang (1996) dalam studinya tentang klimatologis cold surge tahun 1979 – 1995 menjelaskan bahwa terdapat rata – rata 13 kejadian cold surge pada setiap musim dingin. Penjalaran cold surge dapat meluas lebih jauh ke arah timur maupun selatan hingga melintasi hingga sebagian besar benua maritim yang tidak lain adalah wilayah Indonesia. Meskipun intensitas puncak tekanan tinggi Siberia selama Desember dan Januari, namun frekuensi tertinggi dari kejadian cold surge adalah pada bulan November dan Maret. Hal ini menunjukkan bahwa antara bulan November sampai Maret dapat dianggap sebagai periode monsoon dingin Asia.Di wilayah Indonesia adanya pusaran di kawasan Laut China Selatan menjadi penghalang masuknya seruakan dingin ke wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur. Sehingga di daerah tersebut hujannya kurang. Jika pusaran tidak ada maka seruakan dingin dapat bergerak jauh ke Selatan ekuator dan menimbulkan seruakan angin, yang ditandai dengan naiknya kecepatan angina dari arah Timur Laut sampai melintasi ekuator. Aliran yang mengandung udara dan telah berinteraksi dengan udara panas di wilayah Indonesia ini cenderung menjadi siklonik dan lebih siklonik lagi jika ada gangguan seperti palung khatulistiwa dan membentuk cuaca buruk yaitu banyak hujan yang terjadi di wilayah Jawa Barat dan Sumatera Selatan khususnya.

III. DATA DAN METODE

3.1 DataData yang digunakan dalam tulisan ini adalah:

a. Tekanan udara Stasiun Gushi (30° LU 115° BT) dan Hongkong (22° LU - 114° BT) yang digunakan sebagai indeks seruakan dingin bulan November – Maret periode tahun 2008 – 2010

b. Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Paloh bulan November – Maret periode tahun 2008 – 2010

3.2 MetodeMetode yang digunakan adalah :

a. Metode IndeksBesar indeks seruakan dingin didapat dengan cara mencari selisih tekanan udara permukaan antara dua tempat yaitu tekanan udara di Stasiun Meteorologi Gushi (30° LU 115° BT) dengan tekanan udara di stasiun Hongkong (22° LU 114° BT)

b. Metode GrafikPengolahan data indeks seruakan dan data curah hujan dengan membuat suatu grafik untuk mengetahui hubungan indeks seruakan terhadap curah hujan di tiap stasiun dalam periode November – Maret tahun 2008- 2010. Setelah itu menentukan periode – periode cold surge yang terjadi apabila selisih tekanan antara Stasiun Meteorologi Gushi (58208) dengan Stasiun Meteorologi Hongkong (45007) mencapai 10 mb atau lebih, kemudian dikaitkan dengan curah hujan di stasiun meteorologi Paloh. Setelah diketahui hubungan indeks surge dengan peningkatan curah hujan, kemudian dilihat selang waktu terjadinya dari hari pertama cold surge dengan hari dimana terdapat peningkatan curah hujan di daerah pengamatan.

Page 4: Cold Surge Fix

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1 ANALISAIV.1.1 Analisa Bulan November 2008

Gambar IV.1 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan November 2008

Berdasarkan Gambar IV.1 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan November 2008 terdapat dua kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu: - Kejadian 1 tanggal 7 – 10 November 2008 dengan nilai indeks seruakan dingin

10.8 mb, 13.7 mb, 13.5 mb, dan 11 mb dengan curah hujan sebesar 1.3mm, 0.1mm, 31.8mm, 0.0mm dan terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 9 dan 11 yaitu sebesar 31.8mm dan 12.5 dengan selang waktu 1-2 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 2 tanggal 17 dan 18 November 2008 dengan nilai indeks seruakan dingin 11.7 mb dan 11.9 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 mm dan 2.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 19 dan 20 yaitu sebesar 3.5 mm dan 140.7 dengan selang waktu 1-2 hari setelah kejadian cold surge.

IV.1.2 Analisa Bulan Desember 2008

Gambar IV.2 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Desember 2008

Berdasarkan Gambar IV.2 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Desember 2008 terdapat lima kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu: - Kejadian 3 tanggal 4 dan 5 Desember 2008 dengan nilai indeks seruakan

dingin 16.3 mb dan 13.2 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 mm dan 0.0 mm dan terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 6 - 8 yaitu sebesar 13.1 , 6.5, dan 97.6 mm dengan selang waktu 1-2 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 4 tanggal 13 Desember 2008 dengan nilai indeks seruakan dingin 13.9 mb. dengan curah hujan sebesar 20.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 18 - 21 yaitu sebesar 50.5, 5.7, dan 160.9 mm dengan selang waktu 1-2 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 5 tanggal 21 dan 22 Desember 2008 dengan nilai indeks seruakan dingin 22.4 mb dan 15.1 mb dengan curah hujan sebesar 13.6 dan 4.1 mm terjadi

Page 5: Cold Surge Fix

peningkatan curah hujan pada tanggal 23 dan 25 yaitu sebesar 73.6 dan 43.6 mm dengan selang waktu 1-2 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 6 tanggal 25 Desember 2008 dengan nilai indeks seruakan dingin 11.6 mb dengan curah hujan sebesar 43.6 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 26 dan 28 yaitu sebesar 9.5 dan 28.0 mm dengan selang waktu 1-2 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 7 tanggal 29 Desember 2008 sampai 1 Januari 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 13.1 mb, 13 mb, 12.6 mb, dan 13.2 mb dengan curah hujan sebesar 4.3, 7.1, 0.0, dan 2.7 terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 2 dan 3 januari yaitu sebesar 13.1 dan 10.8 mm dengan selang waktu 3 - 4 hari setelah kejadian cold surge.

4.1.3 Analisa Bulan Januari 2009

Gambar IV.3 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Januari 2009Berdasarkan Gambar IV.3 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Januari 2009 terdapat tiga kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 8 tanggal 4 - 8 Januari 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.1

mb, 11.2 mb, 12.5 mb, 11 mb, dan 10.7 mb dengan curah hujan sebesar 5.2, 17.0 , 13.5, 103.1, dan 51.2 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 9 -10 yaitu sebesar11.0 dan 40.5 mm dengan selang waktu 5-6 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 9 tanggal 12 Januari 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 12.5 mb dengan curah hujan sebesar 1.5 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 13 - 14 yaitu sebesar 2.6 dan 7.1 mm dengan selang waktu 1 – 2 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 10 tanggal 22 dan 23 Januari 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.2 mb dan 18.1 mb dengan curah hujan sebesar 41.5 dan 4.9 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 25-29 yaitu sebesar 38.1, 19.1, 32.5, 26.7, dan 35.4 mm dengan selang waktu 3 - 4 hari setelah kejadian cold surge.

4.1.4 Analisa Bulan Februari 2009

Gambar IV.4 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Februari 2009

Page 6: Cold Surge Fix

Berdasarkan Gambar IV.4 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Februari 2009 terdapat dua kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 11 tanggal 15 dan 16 Februari 2009 dengan nilai indeks seruakan

dingin 11 mb dan 12.4 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 dan 0.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 19 yaitu sebesar 14.6 mm dengan selang waktu 4 – 5 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 12 tanggal 25 Februari 2009 sampai dengan 1 Maret 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 12.8 mb, 12.3 mb, 12.9 mb, 12.2 mb, dan 11.9 mb dengan curah hujan sebesar 1.0, 0.0, 0.0, 18.3, dan 1.1 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 4 yaitu sebesar 28.1 mm dengan selang waktu 6 - 7 hari setelah kejadian cold surge.

4.1.5 Analisa Bulan Maret 2009

Gambar IV.5 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Maret 2009

Berdasarkan Gambar IV.5 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Maret 2009 terdapat empat kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 13 tanggal 5 dan 6 Maret 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin

10 mb dan 10.1 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 dan 2.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 9 yaitu sebesar 3.2 mm dengan selang waktu 4 – 5 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 14 tanggal 13 Maret 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.7 mb dengan curah hujan sebesar 20.4 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 17 yaitu sebesar 42.5 mm dengan selang waktu 4 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 15 tanggal 23 Maret 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.6 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 26 - 27 yaitu sebesar 1.5 dan 5.5 mm dengan selang waktu 3 - 4 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 16 tanggal 28 dan 29 Maret 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 11.4 mb dan 10.1 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 dan 14.5 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 31 yaitu sebesar 35.8 mm dengan selang waktu 2 – 3 hari setelah kejadian cold surge

Page 7: Cold Surge Fix

4.1.6 Analisa Bulan November 2009

Gambar IV.6 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan November 2009

Berdasarkan Gambar IV.6 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan November 2009 terdapat satu kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 1 tanggal 14 - 15 November 2009 dengan nilai indeks seruakan 13.2

mb dan 12.3 mb dengan curah hujan sebesar 11.5 dan 13.2 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 16 - 18 yaitu sebesar 29.7, 27.6, dan 25.8 mm dengan selang waktu 1 - 2 hari setelah kejadian cold surge.

4.1.7 Analisa Bulan Desember 2009

Gambar IV.7 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Desember 2009

Berdasarkan Gambar IV.7 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Desember 2009 terdapat empat kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 4 tanggal 13 – 15 Desember 2009 dengan nilai indeks seruakan

dingin 10.5 mb, 10.6 mb, dan 14.8 mb dengan curah hujan sebesar 1.1, 2.8, dan 1.1 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 17 yaitu sebesar 24.2 mm dengan selang waktu 2 - 4 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 5 tanggal 18 Desember 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.4 mb dengan curah hujan sebesar 1.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 19 yaitu sebesar 7.9 mm dengan selang waktu 1 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 6 tanggal 25 - 27 Desember 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 12.1 mb, 10.1 mb, dan 10.6 mb dengan curah hujan sebesar 0.2, 16.6, dan 1.7 mm tidak di ikuti terjadinya peningkatan curah hujan.

- Kejadian 7 tanggal 30 Desember 2009 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.4 mb dengan curah hujan sebesar 0.2 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tangga 31 yaitu sebesar 69.5 mm dengan selang waktu 1 hari setelah kejadian cold surge.

Page 8: Cold Surge Fix

4.1.8 Analisa Bulan Januari 2010

Gambar IV.8: Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Januari 2010

Berdasarkan Gambar IV.8 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Januari 2010 terdapat empat kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 8 tanggal 4 - 6 Januari 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 13.7

mb, 15.6 mb, dan 11.8 mb dengan curah hujan sebesar 1.1, 44.4, dan 0.0 mm tidak di ikuti terjadinya peningkatan curah hujan.

- Kejadian 9 tanggal 10 – 11 Januari 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 14 mb dan 13.3 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 dan 3.9 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 12 - 15 yaitu sebesar 102.5, 45.6, dan 14.5 mm dengan selang waktu 1 - 3 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 10 tanggal 21 dan 22 Januari 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 16.8 mb dan 13.8 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 dan 0.0 mm tidak di ikuti terjadinya peningkatan curah hujan.

- Kejadian 11 tanggal 25 Januari 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 11.4 mb dengan curah hujan sebesar 22.8 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 28 - 29 yaitu sebesar 57.2 dan 13.8 mm dengan selang waktu 3 - 4 hari setelah kejadian cold surge.

4.1.8 Analisa Bulan februari 2010

Gambar IV.9 : Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Februari 2010

Berdasarkan Gambar IV.9 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Februari 2010 terdapat dua kali kejadian cold surge aktif yang

ditandai dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 12 tanggal 11 dan 12 Februari 2010 dengan nilai indeks seruakan

dingin 19.6 mb dan 13.2 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 dan 8.4 mm tidak di ikuti terjadinya peningkatan curah hujan.

- Kejadian 13 tanggal 14 dan 15 Februari 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 13.3 mb dan 13.2 mb dengan curah hujan sebesar 2.7 dan 3.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 16 dan 19 yaitu sebesar 7.2 dan 44.0 mm dengan selang waktu 2 - 4 hari setelah kejadian cold surge.

Page 9: Cold Surge Fix

4.1.9 Analisa Bulan Maret 2010

Gambar IV.10: Grafik Indeks Surge dan Curah Hujan Bulan Maret 2010

Berdasarkan Gambar IV.10 di atas terlihat bahwa :Pada Bulan Maret 2010 terdapat tiga kali kejadian cold surge aktif yang ditandai

dengan nilai indeks seruakan dingin >10 mb, yaitu:- Kejadian 14 tanggal 6 – 9 Maret 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin

17.4 mb, 13.1 mb, 16.4 mb dan 10.5 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 10 dan 11 yaitu sebesar 19.5 dan 1.4 mm dengan selang waktu 4 - 5 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 15 tanggal 15 Maret 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.9 mb dengan curah hujan sebesar 0.0 mm terjadi peningkatan curah hujan pada tanggal 18 - 20 yaitu sebesar 1.5, 2.8 dan 1.9 mm dengan selang waktu 3 - 5 hari setelah kejadian cold surge.

- Kejadian 16 tanggal 23 dan 24 Maret 2010 dengan nilai indeks seruakan dingin 10.6 mb dan 12.2 mb dengan curah hujan sebesar 6.7 dan 0.0 mm tidak di ikuti terjadinya peningkatan curah hujan.

4.2 PEMBAHASAN Dari grafik antara indeks cold surge dengan curah hujan di stasiun meteorologi

paloh pada bulan November – Maret tahun 2008 – 2010 menunnjukkan hubungan yang signifikan antara seruakan dingin (cold surge) dengan terjadinya hujan di Paloh. Pada periode November 2008 sampai dengan Maret 2009 terjadi 16 kali kejadian cold surge sedangkan pada periode November 2009 sampai dengan Maret 2010 terjadi 16 kali kejadian cold surge. Masing-masing periode terjadinya cold surge secara umum di ikuti dengan adanya peningkatan curah hujan, Peningkatan curah hujan rata-rata terjadi dalam selang waktu 1 – 7 hari setelah kejadian cold surge. Namun ada beberapa kejadian cold surge yang tidak di ikuti adanya peningkatan curah hujan yaitu kejadian cold surge tanggal 25-27 Desember 2009, kejadian cold surge 4 – 6 Januari 2010, kejadian cold surge tanggal 21-22 Januari 2010, kejadian cold surge 11-12 Februari 2010, dan kejadian cold surge tanggal 23-24 Maret 2010. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor faktor lain seperti adanya front dan angin yang menyebabkan cold surge tidak di ikuti dengan adanya peningkatan curah hujan.

V. PENUTUP

V.1 KESIMPULAN Dari hasil analisa grafik antar indeks cold surge dengan curah hujan di Paloh

pada bulan November – Maret tahun 2008 – 2010 dapat disimpulkan bahwa :1. Terdapat hubungan antara seruakan dingin ( cold surge) dengan curah

hujan dan peningkatannya di Stasiun Meteorologi Paloh pada bulan-bulan pengamatan.

2. Peningkatan curah hujan rata-rata terjadi dalam selang waktu antara 1 – 7 hari setelah kejadian cold surge.

Page 10: Cold Surge Fix

3. Kejadian cold surge yang tidak diikuti dengan adanya peningkatan curah hujan disebabkan oleh faktor – faktor lain seperti adanya front dan angin.

V.2 SARAN- Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat sebaiknya menggunakan data dengan

waktu yang lebih lama. - Menggunakan data dari beberapa daerah pengamatan tidak hanya satu titik.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Zakir, A., Sulistya, W., dan Khotimah, M.K. 2010. Perspektif Operasional Cuaca Tropis. Pusat Penelitian dan Pengembangan BMG: Jakarta.

Ramage, CS. 1971. Monsoon Meteorology. Academic Press: New York.

Septiani Suprobo, Kholista. 2009. Analisa Indeks Seruakan Dingin Terhadap Sebaran Hujan Di Beberapa Kota Di Sumatra Dan Kalimantan Barat Sekitar Ekuator. AMG: Jakarta

Zakir, A., 1996, Studi Tentang Seruakan Dingin Berdasarkan Data GeopotensialPada Paras 500 MB, Skripsi, Universitas Indonesia.

Referensi Internet:1. www.ogimet.com 2. www.google.com