cinta dan aplikasi sosial (makalah)

16
Cinta dan Aplikasi Sosial CINTA DAN APLIKASI SOSIAL MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tasawuf Sosial Dosen Pengampu : Ibu Arikhah, M.Ag Disusun Oleh : Roinal Rois Al Kalim (124411042) JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 1

Upload: roynal-rois-al-khalim

Post on 30-Jun-2015

525 views

Category:

Data & Analytics


19 download

DESCRIPTION

Cinta datang dalam sekejap.. Memberi harapan setiap insan.. Yang mampu terbang membawa impian...

TRANSCRIPT

Page 1: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

CINTA DAN APLIKASI SOSIAL

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tasawuf Sosial

Dosen Pengampu : Ibu Arikhah, M.Ag

Disusun Oleh :

Roinal Rois Al Kalim (124411042)

JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

1

Page 2: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

I. PENDAHULUAN

Cinta, hadirnya berirama lirih gemuruhkan gejolak rasa di dalam dada,

dimensi membukakan mata memekakan telinga, mematahkan sendi-sendi yang

tadinya tegak berdiri, namun pada nuraninya menjadikan putik-putik nan

berbunga.

Cinta adalah indah, ia merupakan sinkronisasi positif sesama positif. Maka

dari itu harusnya cinta itu adalah kedamaian, kebahagiaan, juga kebenaran.

Namun pada kenyataan kehidupan cinta seakan-akan menjadi hal yang biasa-biasa

saja, ia dinodai makna-makna hakikatnya oleh mereka, siapa lagi kalau bukan

pelaku kehidupan ini. Sehingga cinta menjadi sempit pemahaman arti maknanya,

padahal sesungguhnya cintalah jalan serta tujuan hidup itu, jalan yang terang bagi

seluruh alam, hal ini tertegaskan dengan lafadz “Bismillahirrahmanirrahim”,

yang artinya dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih lagi maha

penyayang.

Dalam aplikasi sosial, cinta merupakan ketulusan yang akan diberikan

oleh sang pecinta pada yang dicintainya. Apabila seseorang mencintai suatu

daerah dan masyarakatnya, ia akan setulus hati dalam memberikan segala sesuatu

yang dibutuhkan oleh masyarakat/daerah itu. Karena cinta itu member

sepenuhnya , bukanlah cinta sebenarnya jika masih tertakutkan akan balasan

cintanya. Ia menjadi kehidupan dalam segalanya, mensubsidikan nafas keharuman

dalam keberadaannya.

Dialah cinta, jalan yang seharuanya, penuntun pada sang hakikatnya. Yang

apabila dikaitkan dengan sosial masyarakat akan menuntun pada kedamaian, yang

menciptakan saling memberi tanpa iri.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang dimaksud dengan cinta?

B. Bagaimana hubungan cinta dalam aplikasi sosial kehidupan?

2

Page 3: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

III. PEMBAHASAN

A. Definisi Cinta

Nama-nama lain untuk istilah cinta cukup banyak. Ini masalah yang

lumrah dalam sesuatu yang dipahami secara mendalam atau rentan bagi hati

manusia, sebagai perwujudan pengagungan atau perhatian atau luapan kecintaan

kepadanya. Yang pertama seperti singa dan pedang, yang kedua seperti bencana

besar dan yang ketiga seperti arak arak yang memabukkan. Tiga pengertian ini

menyatu dalam cinta. Sehingga tidak heran jika mereka mempunyai hampir 60

istilah untuk cinta, salah satunya yaitu:

a. Kasih sayang = ( المحبة)

Makana asalnya adalah bening dan bersih. Karena bangsa Arab

menyebut istilah bening ini untuk gigi yang putih. Ada pendapat lain, yang

diambilkan dari kata al-habab, yaitu air yang meluap setelah turun hujan

yang lebat. Dapat diartikan bahwa al-mahabbah adalah luapan hati dan

gejolaknya saat dirundung keinginan untuk bertemu dengan sang kekasih.

Ada pula yang mengartikannya tenang dan teguh.1

Jadi, seakan-akan orang yang mencintai itu telah mantap hatinya

terhadap orang yang dicintai dan tidak terbetik untuk beralih darinya.

b. Cinta, hubungan, segumpal darah = ( العالقة )

Al-Alaqah bisa juga disebut al-alaq, seperti bentuk al-falaq, yang

juga termasuk salah satu istilah cinta. Atau bisa disebut juga al-aliqu, yang

berarti mencintai dengan segenap hati. Sedangkan al-alaqah diartikan

dengan hubungan, karena hati selalu ingin berhubungan dengan orang

yang dicintai.

c. Hasrat, keinginan = ( الهوى )

Al-Hawa adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, bentukan dari

kata hawiya yahwa hawan, seperti bentuk amiya ya’ma aman. Sedangkan

hawa yahwi artinya jatuh, mashdarnya ialah al-hawiyyu. Disebut al-hawa

karena ada hasrat dan keinginan terhadap orang yang dicintai. Namun

1 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Terj., Jakarta Timur: Darul Falah, 1417 H, hal. 4.

3

Page 4: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

istilah al-hawa ini sering kali dikonotasikan untuk istilah cinta yang

tercela.2 Seperti firman Allah,

. فآن الهوى عن النفس ونهى ربه مقام خاف وأمامن

المأوى هي .الجنة

Artinya:

“Dan, adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan

menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat

tinggalnya.” (An-Nazi’at: 40-41).

Cinta disini disebut dengan istilah al-hawa (nafsu atau hasrat), karena

cinta menjadi nafsu dan hasrat orang yang memilikinya.

d. Kerinduan = ( الصبوة )

Asal makna kata ini adalah condong. Seperti jika dikatakan,

“Shaba ila kadza”, artinya condong kepada sesuatu. Cinta disebut dengan

istilah shabwah, karena pelakunya condong kepada wanita yang bersifat

kekanak-kanakan. Jama’nya shabaya seperti mathaya dan kata mathiyyah.

Sedangkan tashaba artinya saling condong.

e. .Cinta = ( المقة )

Al-Miqatu berasal dari kata wamiqa yamiqu menurut bentuk

fi’latun, yang artinya cinta. Bentuknya seperti al-‘izhatu, al-‘idatu, az-

zinatu. Wamiqa yamiqu artinya mencintai, dn orang yang mencintai

disebut wamiqun.3

Dalam mendefinisikan cinta belum pernah ditemui satu rumusan tentang

cinta yang singkat padat dan mewakili pemahaman akan cinta itu sendiri secara

tepat. Ini dikarenakan bahwa pendefinisian itu merupakan suatu hasil pemahaman

seseorang terhadap realitas yang dihadapinya, maka sangat mungkin jika definisi

yang dilontarkan seseorang sangat tergantung latar belakang historis yang

membuat definisi dan kondisi yang melingkupi ketika definisi tersebut

dilontarkan. Jika melihat cinta sangat erat berkait dengan dimensi perasaan, maka

2 Ibid., hal. 8-9.3 Ibid., hal. 10-11.

4

Page 5: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

sangat tidak mustahil jika pendefinisian tersebut juga dipengaruhi oleh

pengalaman seseorang dalam cinta.

Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali, sayang

benar, kasih sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali,

berharap sekali, rindu, susah hati, (khawatir).4 Sedangkan dalam kamus psikologi,

cinta adalah perasaan khusus yang menyangkut kesenangan terhadap atau melekat

pada objek, cinta berwarna emosional bila muncul dalam pikiran dan dapat

membangkitkan keseluruhan emosi primer, sesuai dengan emosi di mana objek itu

terletak atau berada.5

Dalam pandangan Rumi, cinta sebagai dimensi pengalaman rohani, bukan

dalam pengertian teoritis sepenuhnya “mengendalikan” keadaan batin dan

“psikologis” sufi. Karena cinta tidak dapat diterangkan dengan kata-kata, tetapi

hanya dapat dipahami melalui pengalaman. Dan Rumi sering menegaskan bahwa

cinta adalah pengalaman yang berada di seberang pemikiran tapi sebuah

pengalaman yang lebih nyata daripada dunia dan segala yang ada didalamnya.6

Apabila cinta dapat dilukiskan melalui huruf, tulisan dan maksud-maksud

tertentu, pada hakikatnya itu tidak dapat dikatakan cinta atau mahabbah. Karena

cinta yang demikian, adalah cinta yang dapat dibuat, demi untuk sampai kepada

tujuan yang dikehendaki. Karena itu, barangsiapa yang mencintai seseorang

supaya seseorang itu memberikan sesuatu kepadanya atau menolak sesuatu yang

tidak baik daripada yang mencintai, berarti orang yang mencintai itu adalah

mencintai dirinya sendiri, bukan mencintai orang yang dicintai. Karena kalau

bukanlah sesuatu yang dituju oleh dirinya sendiri tidak ada, maka pastilah dia

tidak akan mencintai orang yang dicintainya itu.

4 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 168.5 James Drever, Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak dari The Penguin Dictionary of Psychology, Jakarta: Bina Aksara, 1998, hal. 263.6 William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi (Ajaran-ajaran spiritual Jalaluddin Rumi), Terj., cet.6, Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2007, hal. 291-292.

5

Page 6: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

Dengan demikian, dalam aplikasi mencinta maka bukan tidak mungkin

untuk meniadakan kekerasan, pembatasan, pengekangan, atau hal-hal lain yang

dapat mengotori kesucian dari cinta itu sendiri.

Karena itulah, hakikat cinta pada orang yang mencintai adalah

memberikan keseluruhan yang ada pada dirinya demi untuk mendapatkan

kerelaan daripada pihak yang dicintainya.

B. Hubungan Cinta dalam Aplikasi Sosial

Cinta membawa dampak atau pengaruh terhadap kehidupan sang pecinta.

Karena seluruh hidupnya akan dikerahkan demi tercapainya tujuan utama, yaitu

untuk bertemu dengan yang dicintainya (Allah). Sang pencinta mengorbankan

segala yang dimiliki (kekayaan, kehormatan, kehendak, kehidupan dan apa pun

yang dianggap bermakna bagi manusia) semata-mata hanya untuk yang tercinta,

tanpa berfikir atau mengharap ganjaran, Rabi’ah al-Adawiyah pernah bermuhajat

kepada TuhanNya.

Hubungan cinta kepada Tuhan, yaitu bagaimana sesorang tidak terkesan

bersifat individualis yang hanya mengejar ketentraman batin semata, tetapi

bagaimana seseorang dalam mencintai tidak melupakan dimensi lahir dimana dia

tinggal tidak hanya hubungan terhadap Tuhan. Akan tetapi hubungan terhadap

sesame manusia dan alam merupakan tugas manusia yang Tuhan berikan,

sebagaimana tugasnya menjaga kesetabilan hubungan baik. Karena manusia

merupakan Kholifatullah fi al-ard.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

الفحشا$ءوالمنكر تنهىعن ة الصلو إن

“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”

Dari ayat di atas, dapat difahami bahwa sholat erat hubungannya dengan

latihan moral, disatu sisi sholat merupakan dialog antara Kholiq dan makhluk,

6

Page 7: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

disisi lain seorang makhluk dituntut supaya dapat mengaplikasikannya dalam

kesehariannya, yaitu menjauhi perbuatan jahat dan mendorong untuk selalu

berbuak kebajikan.7

“Demi kemuliaan-Mu, aku tidak menyembah-Mu karena takut akan siksa

neraka, tidak juga karena mengharapkan surga-Mu. Tapi karena cinta

kepadaMu, karena memuliakan wajah-Mu yang Maha Mulia”.8

Dengan demikian, perasaan cinta kepada Allah akan dapat membina diri

dengan perasaan tenang dan lega di mana pun kita berada. Semakin kita cinta

kepadaNya maka semakin bebaslah jiwa kita dari sikap dan perasaan negatif,

sehingga semakin tentram dan tenanglah batin kita, serta semakin taat dan

dekatlah diri kita kepada Allah. Dengan bertambahnya cinta kita kepada Allah,

maka tiada yang bertambah dalam diri kita selain iman dan penyerahan diri

kepada Allah swt.

Dalam praktiknya, konsep cinta ini tercermin dalam perhatian yang tulus

kepada orang-orang yang mendapatkan kesulitan, orang-orang yang memerlukan

pertolongan, kaum fuqara dan masakin, orang-orang yang mendapat merupakan

musibah, atau orang-orang yang teraniaya. Sebagai bentuk positif dalam

mencintai Allah, karena Allah sangat mencintai hamba-Nya yang senang member

dan tak berharap tuk di beri.

Dikalangan ahli tasawuf beredar cerita tentang keutamaan beramal untuk

meringankan penderitaan orang lain, yang ganjarannya melebihi ibadah-ibadah

ritual. Diantaranya adalah menolong orang yang benar-benar membutuhkan

pertolongan. Misalnya suatu saat bertemulah dua malaikat. Keduanya bercakap-

cakap di depan ka’bah . Salah satu malaikat bertanya: “ Berapa jumlah orang yang

naik haji tahun ini ? “Sekian ratus ribu”. “Berapa orang yang diterima diantara

mereka?” Hanya dua orang, dan salah satunya bahkan tidak menunaikan ibadah

7 Muhammad Tholhah Hasan, “Islam dan Etika Pembangunan, Tinjauan dari Aspek Ihsan”, dalam: M. Masyhur Amin (editor), Moralitas Pembangunan Perspektif Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, hal. 24.8 An-Nabawi Jaber Siraj dan Abdussalam A. Halim Mahmud, Rabi’ah Sang Obor Cinta Sketsa Sufisme Wali Perempuan, Yogyakarta: Sabda Persada, 2003, hal. 225.

7

Page 8: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

haji itu sendiri. “Lalu diceritakan bahwa ketika orang itu berangkat haji dengan

perbekalan secukupnya, tiba-tiba di tengah perjalanan dia melihat seorang janda

miskin dengan beberapa orang anak yatim yang amat memerlukan pertolongan.

Maka diserahkanlah seluruh perbekalan yang ia bawa kepada janda miskin dan

anak-anaknya yang yatim itu. Sehingga terpaksa urunglah niatnya untuk naik haji.

Dan justru karena itulah, Allah menerima hajinya.9

Banyak sabda Nabi saw yang menyuruh kita mencintai orang-orang

miskin, akrab bergaul dengan mereka serta banyak pula ajaran yang menunjukkan

kepada kita tentang keutamaan orang miskin. Jadi, sikap menyantuni kaum lemah

dan mendorong orang-orang untuk melakukan tindakan yang mencerminkan

solidaritas social. Sikap itu hanya ada pada diri orang yang benar-benar dihatinya

telah dipenuhi rasa cinta kepada Allah sehingga melahirkan kecintaan kepada

manusia sesama, karena hati nurani yang tergugah untuk melakukan amal

kebaiknan demi mengharap cinta dan kasih sayang Allah semata.

Maka dari itu, cinta dalam aplikasi sosial dengan berbagai bentuk hal yang

positif yang diataranya adalah :

Menyantuni anak yatim

Menolong orang-orang miskin

Menebarkan kasih sayang dengan membagikan sebagian rizki yang telah

diterima

Mewujudkan cinta dengan merawat dan melindungi segala ciptaan Allah

Menjenguk tetangga yang sakit

Memberikan pertolongan pada korban bencana

Menjaga kerukunan antar warga

DLL.

IV. KESIMPULAN

9 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal. 88.

8

Page 9: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

Cinta dalam aplikasi sosial yakni cinta sebagai media taqarrub Ilahi,

hanya saja cinta disini tidak membuat mabuk tidak sadarkan diri dan mengisolisir

dari keramaian, tetapi cinta disini adalah sebagaimana seorang sufi merealisasikan

cintanya kepada Allah dengan mencintai sesama makhluk, mencintai kebenaran,

keadilan, dan tidak menyukai perbuatan yang merugikan orang lain seperti

korupsi dan lain-lain, yang berarti mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan

membenci apa yang dibenci oleh Allah.

Maka dari itu, seorang pencinta akan member sepenuhnya kepada

kemauan yang dicinta tanpa mengharap balasan, bukanlah cinta sebenarnya jika

masih tertakutkan akan balasan cintanya. Ia menjadi kehidupan dalam segalanya,

mensubsidikan nafas keharuman dalam keberadaannya. Dialah cinta, jalan yang

seharusnya, penuntun pada sang hakikatnya. Aku, kamu, kalian, juga mereka ialah

musafir cinta, maka penuhilah perjalanan ini untuk menjadi Sang Kholifah Cinta.

V. PENUTUP

Demikianlah, makalah yang saya paparkan serta masih jauh dari kata baik.

Oleh sebab itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah saya harapkan, untuk

memperkaya materi dan memperdalam pemahaman. Tak lupa ucapan ma’af dan

terima kasih saya haturkan dengan sepenuh hati kepada semua pihak atas

kerjasama di dalam pembuatan maupun penyampaian materi ini. Ihdina al-

Shirathal Mustaqim..Wallahu A’lamu Bi al-Shawab.

9

Page 10: Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)

Cinta dan Aplikasi Sosial

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam

Rindu, Terj., Jakarta Timur: Darul Falah, 1417 H.

Amin, M. Masyhur, Moralitas Pembangunan Perspektif Agama-agama di

Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Chittick, William C., Jalan Cinta Sang Sufi (Ajaran-ajaran spiritual Jalaluddin

Rumi), Terj., cet.6, Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2007.

Drever, James, Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak dari The Penguin

Dictionary of Psychology, Jakarta: Bina Aksara, 1998.

Siraj, An-Nabawi Jaber dan Mahmud, Abdussalam A. Halim, Rabi’ah Sang Obor

Cinta Sketsa Sufisme Wali Perempuan, Yogyakarta: Sabda Persada,

2003.

Syukur, Amin, Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

10