cinta tanah

35
Cinta Tanah-Air, Cermin Karakter Bangsa [Opini] Cinta Tanah-Air, Cermin Karakter Bangsa Oleh Badjoeri Widagdo, SH, MH, MBA TIDAK banyak dokumen resmi yang memuat pengertian tentang cinta Tanah-Air. Salah sa rujukan yang dapat kita pegang adalah Kitab UU RI No 03 tahun 2002 tentang Pertahan Negara, pada penjelasan pasal 9 ayat (1). Itupun tidak secara langsung menjelaskan Jadi, perlu implementasi. Di sana disebutkan bahwa upaya bela negara adalah sikap d warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan kepada Pan dan UUD 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan kata lain diartikan bahwa kecintaan kepada Tanah-Air (NKRI) yang bedasar Pancasila dan UUD 19 merupakan landasan kejuangan, moral, dan etik setiap warga negara. Landasan kejuang merupakan sikap dan perilaku dari warga negara yang tampilannya (aktualisasinya) ad negara. Pada hal kita tahu bahwa secara psikologis sikap dan perilaku itu adalah fi membentuk karakter. Dalam hubungan ke-Indonesia-an (kebangsaan), maka cinta Tanah-Air tersebut memberik tampilan bagaimana karakter bangsa, yang memiliki muatan-muatan rasa, paham, dan se kejuangan: bahwa cinta Tanah-Air tersebut antara lain wujudnya merupakan bela negar kewajiban dasar manusia; berarti juga kerhormatan bagi setiap warga negara; atas da kesadaran, tanggung jawab; rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa *** SEBAGAIMANA telah disinggung dalam Pelita yang lalu, kesadaran dari anak bangsa ter bukanlah tiba-tiba, setidaknya diawali pada tahun 1928, ketika para pemoeda dari pe Nusantara berikrar, bersumpah bersama yang menyatakan: Berbangsa Satu, Bangsa Indon Bertanah-Air Satu, Tanah-Air Indonesia; Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia. Ikrar ter (Sumpah Pemuda) itulah yang merupakan salah satu embrio bagi terbentuknya persatuan kesatuan bangsa, yang kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 melahirkan Negara Kesat Republik Indonesia. Setelah perjalanan selama 64 Kemerdekaan, di era reformasi yang diselimuti oleh der demokrasi ini, tampaknya banyak di antara bangsa kita yang semakin memudar rasa cin terhadap Tanah-Air, rasa persatuan dan kesatuannya, rasa kepedulian dan kesetiakawa sosialnya, serta menyimpang langkah-langkahnya dari cita-cita kebangkitan nasional cita Kemerdekaan. *** HAL-hal seperti itu dapat kita lihat dalam kenyataan di masyarakat. Ada yang suka m jelekkan dan menjatuhkan nama bangsa dan negaranya di depan bangsa dan negara lain yang tidak langsung sikapnya telah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ada yan memperkaya diri dan mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Tidak itu, dalam tampilan sehari-hari, konflik sosial, konflik teritorial, terorisme, pro Narkoba, kecenderungan krisis kepercayaan, KKN, cybercrime, money laundring, illega logging, perompakan, pencurian ikan, kualitasnya cenderung meningkat, dan lain-lain Itu semua bisa terjadi antara lain karena ada tendensi bahwa seseorang tidak menyad tidak menghargai akan jasa Tanah-Air terhadap dirinya. Bila kita bersyukur kepada A dan cinta Tanah-Air, tentu kita akan sadar untuk merawat dan menjaga jangan sampai kita tercemar atau tergerogoti oleh tangan-tangan jahil. Sepatutnya kita cintai Tan

Upload: shella-anggreni

Post on 21-Jul-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Cinta Tanah-Air, Cermin Karakter Bangsa [Opini] Cinta Tanah-Air, Cermin Karakter Bangsa Oleh Badjoeri Widagdo, SH, MH, MBA TIDAK banyak dokumen resmi yang memuat pengertian tentang cinta Tanah-Air. Salah satu rujukan yang dapat kita pegang adalah Kitab UU RI No 03 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, pada penjelasan pasal 9 ayat (1). Itupun tidak secara langsung menjelaskan maknanya. Jadi, perlu implementasi. Di sana disebutkan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan kata lain diartikan bahwa kecintaan kepada Tanah-Air (NKRI) yang bedasar Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan kejuangan, moral, dan etik setiap warga negara. Landasan kejuangan itu merupakan sikap dan perilaku dari warga negara yang tampilannya (aktualisasinya) adalah bela negara. Pada hal kita tahu bahwa secara psikologis sikap dan perilaku itu adalah fitur-fitur yang membentuk karakter. Dalam hubungan ke-Indonesia-an (kebangsaan), maka cinta Tanah-Air tersebut memberikan tampilan bagaimana karakter bangsa, yang memiliki muatan-muatan rasa, paham, dan semangat kejuangan: bahwa cinta Tanah-Air tersebut antara lain wujudnya merupakan bela negara; atau kewajiban dasar manusia; berarti juga kerhormatan bagi setiap warga negara; atas dasar kesadaran, tanggung jawab; rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. *** SEBAGAIMANA telah disinggung dalam Pelita yang lalu, kesadaran dari anak bangsa tersebut, bukanlah tiba-tiba, setidaknya diawali pada tahun 1928, ketika para pemoeda dari pelosok Nusantara berikrar, bersumpah bersama yang menyatakan: Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia; Bertanah-Air Satu, Tanah-Air Indonesia; Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia. Ikrar tersebut (Sumpah Pemuda) itulah yang merupakan salah satu embrio bagi terbentuknya persatuan dan kesatuan bangsa, yang kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah perjalanan selama 64 Kemerdekaan, di era reformasi yang diselimuti oleh derasnya arus demokrasi ini, tampaknya banyak di antara bangsa kita yang semakin memudar rasa cintanya terhadap Tanah-Air, rasa persatuan dan kesatuannya, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosialnya, serta menyimpang langkah-langkahnya dari cita-cita kebangkitan nasional dan citacita Kemerdekaan. *** HAL-hal seperti itu dapat kita lihat dalam kenyataan di masyarakat. Ada yang suka menjelekjelekkan dan menjatuhkan nama bangsa dan negaranya di depan bangsa dan negara lain. Ada yang tidak langsung sikapnya telah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ada yang memperkaya diri dan mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Tidak hanya itu, dalam tampilan sehari-hari, konflik sosial, konflik teritorial, terorisme, provokasi, kejahatan Narkoba, kecenderungan krisis kepercayaan, KKN, cybercrime, money laundring, illegal logging, perompakan, pencurian ikan, kualitasnya cenderung meningkat, dan lain-lain. Itu semua bisa terjadi antara lain karena ada tendensi bahwa seseorang tidak menyadari bahkan tidak menghargai akan jasa Tanah-Air terhadap dirinya. Bila kita bersyukur kepada Allah SWT dan cinta Tanah-Air, tentu kita akan sadar untuk merawat dan menjaga jangan sampai Tanah-Air kita tercemar atau tergerogoti oleh tangan-tangan jahil. Sepatutnya kita cintai Tanah-Air ini

dengan menjaga kelestariannya. Pudarnya rasa cinta terhadap Tanah-Air dan tanggung jawab terhadap negara dan bangsa sendiri, juga mungkin disebabkan kurangnya kesadaran dan penghargaan atas perjuangan para Pahlawan dan tidak menyadari betapa pahitnya hidup dalam penjajahan dan nikmatnya hidup di alam Kemerdekaan. Bisa jadi seseorang tidak menyadari hal itu oleh karena ia tidak pernah hidup di zaman penjajahan dan penindasan kolonialisme. Akibatnya ia berbuat tidak bijaksana terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Di sana-sini kita mendengar orang mulai berani menjual pulaupulau kecil kepada orang asing, menjual aset-aset nasional demi kepentingan tertentu, atau menukar budaya luhur dengan budaya asing yang tanpa tolok ukur. *** KINI saatnya kita mengajak anak bangsa untuk menyadari kembali akan nilai Kemerdekaan. Orang yang menyadari pentingnya akan nilai Kemerdekaan, tentu tidak akan hidup seenaknya sendiri dan tidak akan mementingkan diri sendiri dan sebaliknya kecintaannya akan semakin kuat. Dengan kesadaran itu ia turut menjamin kelangsungan hidup Tanah-Airnya. Di waktu lalu, mulai anak-anak sekolah, kita masih sering mendengar lagu-lagu perjuangan seperti Tanah Airku Indonesia, Negeri elok amat kucinta.. dan seterusnya. Lagu-lagu seperti itu kini tinggal kenangan, paling-paling tampil saat aubade pada upacara di Istana. Untuk kepentingan pendidikan karakter bangsa, moral dan cinta Tanah-Air sebaiknya terus diajarkan kepada anakanak mulai dari anak-anak TK sekalipun. Maka disamping membangun pendidikan kewarga-negaraan pendidikan harus mampu membuat anak didik bermanfaat, bagi bangsa menjadikan setiap anak bangsa semakin cinta terhadap Tanah-Air. Dan itulah karakter bangsa, sebab perbuatan yang mengandung manfaat pasti baik dan benar, merupakan ciri-ciri orang berkarakter. Di bawah pemerintahan baru dengan Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono, kita berharap, pembangunan cinta Tanah-Air, pembangunan bela negara, pembangunan kewarganegaraan tetap dikedepankan, sebab semakin memudarnya cinta Tanah-Air, dapat merupakan ancaman bagi eksistensi negara bangsa Indonesia. Mencegah sebelum semua itu terjadi atau menjadi parah, hal itu merupakan kebutuhan dan keniscayaan. Bangsa kita terlahir dari perjuangan keras, dan menjadi bangsa yang mampu memenuhi janjijanjinya, ikrarnya, mengisi pembangunan, sebagai bukti dari cinta terhadap Tanah-Air Indonesia. Semoga.(Penulis adalah Pengurus Yayasan Jatidiri Bangsa, Widya Iswara di Jakarta)http://www.pelita.or.id/baca.php?id=76990

Your browser does not support iframes.Starbucks, Endang Rahayu Sedyaningsih , Motor , Mandiri , Oriflame , PLN , Hardiknas , Kesehatan , Iphone , Indomie

Home Taukah Kamu? DAMPAK GLOBALISASI

DAMPAK GLOBALISASIDiterbitkan oleh Ahmad Romadhon

Globalisasi Proses , aspek , dan dampak globalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pengertian Globalisasi Globalisasi berasal dari kata globe , yang artinya bola bumi buatan , peta bumi yang bulat seperti bola ( tiruan bumi ) dunia ( planet bumi ) . Free sms

Kemudian menjadi global yang artinya secara umum dan keseluruhan , secara bulat , secara garis besar atau bersangkut paut , mengenai , meliputi seluruh dunia Mengglobal berarti meluas ke seluruh dunia atau mendunia , dan akhirnya menjadi globalisasi yang artinya proses masuknya ke ruang lingkup dunia . Sedang globalisme berarti paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang layak diperhitungkan , terutama untuk bidang ekonomi dan politik . Proses Globalisasi Globalisasi yang pada hakikatnya membawa kita ke ruang lingkup atau tatanan dunia itu dapat diibaratkan seperti pergerakan udara . Ia bergerak dari satu ruangan , masuk dan kemudian memenuhi ruangan. lain yang lebih luas dan tidak terbatas Titik awal lahirnya globalisasi , dimulai dengan ditemukannya alat komunikasi dan transportasi modern. Pengertian Globalisasi Ekonomi Globalisasi ekonomi adalah suatu proses terbentuknya tatanan kehidupan ekonomi yang mendunia an tidak mengenal batas batas wilayah. Globalisasi ekonomi memandang dunia sebagai suatu kesatuan dimana sisi perdagangan dan investasi bergerak menuju pada liberalisasi perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan Instrumen atau terminologi yang berkaitan dengan globalisasi ini antara lain negara tanpa batas , liberalisasi ekonomi , perdagangan bebas , integrasi ekonomi dunia , dan lain lain. International Monetary Fund ( IMF ) IMF didirikan pada tanggal 27 desember 1945 dan memulai operasinya pada 1 maret 1947 .

Your browser does not support iframes. Tujuan IMF adalah memajukan kerja sama moneter internasional dan memperluas perdagangan internasional , membantu penggandaan sistem multilateral pembayaran terhadap perjanjian perjanjian yang sedang berlaku antara para anggota , memberi bantuan (kredit) kepada negara anggota. General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT) GATT mulai dirundingkan sejak tahun 1947 dan mulai diberlakukan oleh 23 negara yang pertama tama menandatanganinya pada tanggal 1 januari 1948. GATT merupakan perjanjian multilateral yang tujuan utamanya ialah untuk membebaskan perdagangan dunia dari berbagai faktor yang mungkin menghambatnya , serta menempatkannya pada suatu landasan yang kukuh , sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan perekonomian serta kesejahteraan bangsa bangsa di dunia. Putaran uruguay

Putaran uruguay diselenggarakan pertama kali pada forum tingkat menteri di punta del este , uruguay pada tanggal 20 september 1986 . Tujuan Putaran Uruguay: "Menciptakan perdagangan bebas Meningkatkan peran GATT Meningkatkan ketanggapan sistem GATT Mengembangkan suatu bentuk kerja sama pada tingkat nasional dan internasional." Asia pasifik Economic Cooperation (APEC) APEC berdiri pada bulan november 1989 di canbera , australia atas prakarsa mantan perdana menteri australia Bob Hawke . Pada mulanya APEC beranggotakan dua belas negara yakni enam anggota ASEAN ditambah Jepang , USA , Kanada , Australia , Korea Selatan dan Selandia Baru dan kini beranggotakan 21 negara . Aspek dan dampak globalisasi dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia Aspek Politik Dampak Positif dengan adanya globalisasi antara lain pemerintahan dijalankan secara transparan (terbuka) , demokratis dan penuh kebebasan . Dampak Negatif dengan adanya globalisasi , mampu membuka cakrawala berfikir masyarakat ini secara global . Dapat melahirkan dilematika . Bila dipenuhi konsekuensinya di satu pihak hal itu belum tentu cocok ditetapkan di Indonesia. Aspek Ekonomi Dampak positif dalam aspek ini dengan adanya globalisasi dapat kita petik hal hal : 1.Makin terbukanya pasar Internasional bagi hasil produksi dalam negeri 2.Mendorong kita untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi 3.Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efesiensi dan menghilangkan biaya tinggi 4.Dimungkinkan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara. Dampak negatif dari aspek ekonomi adalah : 1.Dengan adanya keterbukaan maka kita akan dibanjiri barang barang dari luar. 2.Dengan adanya kebebasan masuknya investasi dari luar ke negara kita,bisa menguasai perekonomian kita. 3.Dengan adanya persangian bebas maka kelak akan ada pelaku ekonomi yang menang dan kalah. Aspek Sosial Budaya Dampak Positif dalam aspek ini adalah kita dapat mengambil atau belajar dari tata nilai sosial budaya , cara hidup , pola berfikir yang baik maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju untuk kemajuan dan kesejahteraan kita . Dampak Negatifnya antara lain : 1.Semakin ketatnya persaingan antar individu 2.Munculnya sifat hedonisme Adanya sikap individualisme 3.Bisa mengakibatkan kesenjangan sosial

Aspek Pertahanan Keamanan Dampak positif globalisasi dalam aspek pertahanan keamanan dapat dilihat dari adanya hubungan kerja sama antarbangsa , khususnya dalam bidang pertahanan keamanan baik kerja sama bilateral , regional maupun internasional. Dampak negatifnya yaitu kemajuan teknologi juga dipergunakan oleh jaringan atau kelompok penjahat internasional untuk beroprasi di berbagai negara untuk mempermudah mencapai tujuannya . Pengaruh Globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan negara Indonesia Bidang Ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka , pada prinsipnya dapat menerima unsur unsur daru dari bangsa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai nilai dasar pancasila . Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan pemahaman dan pengamalan pancasila selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman . Ini termasuk dari Dampak Positif. Sebaliknya , pengaruh negatif globalisasi harus diwaspadai, karena globalisasi mampu meyakinkan sementara masyarakat indonesia bahwa liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran . Bidang Politik Pengaruh positif globalisasi yang menawarkan kehidupan politik yang demokratis , dengan mengutamakan keterbukaan , jaminan hak asasi manusia , dan kebebasan , berpengaruh kuat terhadap pikiran maupun kemauan bangsa Indonesia . Segi negatif dari pengaruh globalisasi terhadap bidang politik , terutama adanya ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Bidang Ekonomi Dengan hadirnya barang impor , masyarakat diperkenalkan dengan berbagai kemajuan teknologi yang canggih dan modern . Ini cenderung membawa pengaruh positif . Adapun pengaruh negatifnya , dengan adanya makanan impor maka sebagian besar generasi muda kita lebih merasa bergengsi dapat menikmati makanan bermerek internasional tersebut , sehingga tidak mengenal lagi makanan makanan tradisional. Bidang Sosial Budaya Pengaruh positif globalisasi dalam aspek sosial , ditandai dengan adanya rasa solidaritas sosial yang tiggi antarbangsa di berbagai negara . Namun sebaliknya , terdapat pula pengaruh globalisasi yang bersifat negatif yang melanda masyarakat atau bangsa Indonesia seperti sikap dan perilaku , serta gaya hidup yang meniru orang orang barat yang bertentangan dengan norma dan nilai nilai budaya bangsa .

Bidang pertahanan dan keamanan Globaisasi yang menyajikan informasi yang cepat dan akurat , juga membawa pengaruh bagi aspek pertahanan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia . Beberapa segi negatif pengaruh globalisasi terhadap keamanan dan pertahanan negara , antara lain munculnya reaksi reaksi keras dari sebagian rakyat Indonesia terhadap peristiwa atau tragedi yang terjadi di suatu negara yang dianggap melanggar hak asassi manusia . Ancaman disintegrasi bangsa karena adanya pengaruh dan dukungan dari negara lain, juga perlu diwasapadai. Seleksi terhadap pengaruh globalisasi dibidang politik Masalah demokrasi Demokrasi yang dianggap ideal selam ini adalah demokrasi ala amerika. Dari sini amerika merasa berkepentingan untuk menegakkannya,dan dalam pelaksanaannya terlihat bersifat subjektif dan diskriminatif . Masalah kebebasan dan keterbukaan Di indonesia pengaruhnya begitu luas, salah satunya sadar atau tidak membangkitkan keberanian untuk menuntut kepada pemerintah agar memberi banyak kebebasan , pemerintah dijalankan secara demokratis dan transparan diawali akhir masa pemerintahan orde baru dan ini terus berjalan sampai sekarang. Masalah hak asasi manusia Hak asasi manusia kita akui bersifat universal.namun pengertian , kriteria , dan pelaksanaannya juga belum ada kesepakatan , yang ada selama ini dominan menurut penafsiran amerika dan terus di gelorakan keseluruh dunia. Selektif terhadap pegaruh globalisasi dibidang ekonomi Misi yang diemban globalisasi dibidang ekonomi terutama adalah negara tanpa batas, perdagangan bebas , liberalisasi ekonomi , integrasi ekonomi dunia,dan kebebasan investasi. Alat yang dipakai melancarkan jalan guna mencapai tujuannya antara lain perjanjian-perjanjian multilateral,lembaga keuangan internasional seperti, bank dunia maupun kerja sama modal antar negara. Selektif terhadap pengaruh globalisasi dibidang sosial budaya Ada pengaruh yang perlu kita seleksi itu antara lain sebagai berikut : 1.Sikap, pola, dan gaya hidup . 2.Penampilan dan gaya pakaian . 3.Dasar ikatan hidup bermasyarakat . 4.Paham rasionalisme,materialisme,dan sekulerisme.

Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang pertahanan keamanan Isu yang dihembuskan oleh negara-negara dunia pertama (amerika serikat dan sekutunya) sekaran dibidang ini adalah terorisme global. Sementara pengertian terorisme ini sampai sekarang belum ada kesamaan pandangan antar negara satu dengan lainnya didunia. Oleh karena itu lantas ditafsirkan menurut negara berikut kepentingannya masing-masing. Mempersentasikan Tulisan Tentang Pengaruh Globalisasi Terhadap Bangsa Dan Negara Indonesia Arti dan tujuan presentasi Presentasi berarti menyampaikan suatu materi atau masalah kepada para pendengar atau hadirin yang mengikuti presentasi. Orang yang melakukan presentasi di sebut presentator atau presenter, sedangkan orang-orang yang menghadiri presentasi bisa disebut audience. Tujuan seseorang melakukan presentasi adalah untuk memberikan informasi atau menyampaikan pemikiran-pemikiran baru mengenai suatu masalah agar para hadirin atau masyarakat dapat memahaminya.

Read more: http://romadhon-byar.blogspot.com/ http://www.romadhon-byar.com/2011/12/dampakglobalisasi.html#ixzz1wQl0MvOF

Pendidikan Kewarganegaraan dan KepribadianMemperkokoh NKRI dan Membentuk manusia bermoral

LINKS

Kemendiknas Kursus Bahasa Inggris Online Manajemen Pendidikan Pendidikan Nilai dan Moral SMPN22SMD

Mengenai Saya

Pendidikan Kewargenegaraan dan Kepribadian Saya dilahirkan di desa semen kec Nguntoro Nadi 16 km dari kota Madiun. Masa kecil dan remaja hidup di desa ini. Riwayat pendidikan SD lulus tahun 1979 di Semen, SMPN 1 Gorang gareng lulus tahun 1982, SMAN 1 Gorang gareng lulus tahun 2005, D III PMP-KN IKIP PGRI Madiun lulus tahun 1989, S1 PPKN UNMUL lulus tahun 1998, s2 PIPS Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) lulus tahun 2003, S3 Manajemen Pendidikan (MP) Universitas Negeri Jakarta Lulus 2012. Aktif menjadi pengurus FSGK, Asah Pena, Forum Ilmiah Guru dan TIM Pengembang Kurikulum di diknas Provinsi Kaltim mulai tahun 2004 sampai sekarang khusnya mapel PKN, Ketua IKA UNY Kota Samarinda Lihat profil lengkapku

Keindahan Alam

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pendidikan Kewarganegaraan Selasa, 04 Mei 2010 | By Pendidikan Kewargenegaraan dan Kepribadian A. Judul Penelitian : Penerapan Model Moral Reasoning Untuk Meningkatkan Keberanian Mengemukakan Pendapat Dan Mengambil Keputusan Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IX SMP Negeri 22 Samarinda

B. Bidang Kajian : Desain Dan Strategi Pembelajaran Di Kelas

C. Pendahuluan

Guru memiliki peranan sangat strategis dalam proses pembelajaran. Peran startegis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada kompetensi yang dicapai siswa (pengetahuan, sikap, keterampilan). Kompetensi siswa akan berkembang secara optimal tergantung bagaimana guru memposisikan diri dan menempatkan posisi siswa dalam pembelajaran. Selama ini dalam pembelajaran, siswa diposisikan sebagai obyek, sedangkan guru memposisikan diri sebagai subyek pembelajaran. Akibatnya guru lebih aktif dan dominan dalam proses pembelajaran. Seharusnya, guru dalam pembelajaran lebih memposisikan diri sebagai fasilitator, motivator, dan mediator sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensinya.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan dengan guru PKn bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah diselingi tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Penempatan posisi dan pemilihan metode dalam pembelajaran yang kurang tepat ini berpengaruh terhadap iklim kelas. Seringnya menggunakan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas, dan diskusi yang kurang terarah dalam pembelajaran mengakibatkan siswa kurang aktif. Kegiatan yang dilakukan siswa hanya mendengar dan kadang-kadang mencatat, itupun hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Sedangkan, siswa yang lain lebih banyak berbicara dengan teman duduk sebangku.

Guru menyadari bahwa tindakan tersebut mengakibatkan situasi dan kondisi yang kurang mendukung untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh kerena itu, dalam pembelajaran dengan cepat merubah startegi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Maksudnya adalah agar siswa lebih perhatian terhadap materi yang dijelaskan. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran yang ditanyakan kepada siswa kurang direspon siswa dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan, hanya sebagian kecil siswa yang menjawab, sedangkan siswa yang lain lebih banyak berdiam diri.

Pembelajaran satu arah yang dikembangkan guru selain membosankan dan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran juga berakibat pada aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dari penerapan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas antara lain siswa memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran, kurang berani mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan, malas bertanya dan menjawab pertanyaan, kurang serius dalam mengikuti pelajaran, kurang berminat dan termotivasi dalam belajar, serta kurang menghargai dan bekerjasama sesama siswa. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas bahwa penggunaan metode pembelajaraan satu arah mengakibatnya siswa yang berani mengemukakan pendapat minim hanya 15 % .

Permasalahan sebagaimana tersebut di atas harus segera diatasi atau di teliti sehingga akan meningkatkan kompetensi siswa antara lain keberanian mengemukakan pendapat, keberanian mengambil keputusan dengan pertimbangan moral, keberanian bertanya dan menjawab, kemampuan bekerjasama dan menghargai orang lain yang akhirnya akan meningkatkan hasil dan mutu pembelajaran. Namun, jika tidak segera diatasi atau diteliti akan memperoleh kerugian antara lain rendahnya kompetensi yang akan dicapai siswa (pengetahuan, sikap, keterampilan), hasil belajar, mutu pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu, hal tersebut memerlukan kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran mulai dari menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) sampai dengan mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan menghasilkan siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, berpikir kreatif, kritis dan rasional, serta memiliki hasil belajar yang baik.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas peneliti ingin meneliti melalui penelitian tindakan kelas tentang penerapan model Moral Reasoning untuk meningkatkan keberanian siswa mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan alasan serta menggunakan pertimbangan moral. Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga kompetensi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis masalah pada latar belakang, yang menjadi akar penyebab siswa dalam kegiatan pembelajaran pasif, memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran, kurang berani mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan, malas bertanya dan menjawab pertanyaan, kurang serius dalam mengikuti pelajaran, kurang berminat dan termotivasi dalam belajar, serta kurang menghargai dan bekerjasama sesama siswa adalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran salah satunnya Model Moral Reasoning.

Ryan, (2003) Pembelajaran memecahkan masalah dengan menggunakan moral reasoning ternyata memberikan pengaruh iklim belajar dan kemampuan mengemukakan pendapat secara positif serta memberikan dukungan kepada pendidikan karakter.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah model moral reasoning dapat meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan pertimbangan moral dalam kegiatan pembelajaran ?

Rumusan masalah tersebut dapat dirinci dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

(1) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model moral reasoning?

(2) Bagaimana aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan model moral reasoning?

(3) Bagaimana perkembangan moral siswa dengan menggunakan model moral reasoning?

2. Pemecahan Masalah

Untuk mewujudkan siswa yang dapat berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif yakni keberanian mengemukakan pendapat, mengambil keputusan yang disertai dengan pertimbangan moral memerlukan lingkungan belajar yang mendukung antara lain strategi atau model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinnya.

a. Berkaitan dengan hal tersebut solusi yang diajukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut :

Penerapan model Pembelajaran Moral Reasoning Kohlberg. Model ini diharapakan dapat membantu siswa untuk berani mengemukakan pendapat, mengambil keputusan dengan alasan serta menggunakan pertimbangan moral, kemampuan bekerjasama, dan menghargai orang lain. Selain itu, model ini dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas.

b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dilakukan beberapa cara antara lain:

1. Guru membuat cerita yang dilematis baik dari kejadian di masyarakat sekitar maupun cerita dilematis buatan guru sendiri DILEMA MORAL kemudian dibagikan kepada semua siwa dalam kelas

2. Guru membentuk kelompok diskusi untuk mendiskusikan delima moral.

3. Guru memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mengemukakan pendapatnya dan mengambil keputusan berkaitan dengan dilema moral yang diberikan kepada siswa

4. Guru menghargai semua pendapat dan keputusan maupun argumentasi yang disampaikan oleh siswa baik yang kritis maupun yang kurang

5. Guru memberikan pujian pada siswa yang telah berani mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan argumentasi yang diajukan

6. Guru memberi motivasi kepada siswa yang belum berani mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan, agar ada keberanian untuk berpendapat dan mengambil keputusan

c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan cara cara sebagai berikut:

Guru menyampaikan kepada siswa bahwa aktifitas yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran (mengemukakan pendapat, menghargai orang lain, bekerja sama dalam diskusi) akan dinilai. Pada intinya dilema moral adalah membantu siswa agar perkembangan moralnya tidak terhambat sihingga dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan moral sesuai dengan perkembangan moral yang dimilki.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari Peneltian ini adalah :

1.Tujuan Umum

a) Meningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 22 Samarinda.

b) Memperoleh strategi pembelajaran yang kreatif, inovatif, menyenangkan dan menantang

2. Tujuan khusus

a. Bagi guru

1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan program pembelajaran serta melaksanakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diasuhnya.

b. Bagi siswa

1. Meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat

2. Meningkatkan keberanian mengambil keputusan dengan alasan dan pertimbangan moral

3. Mengetahui tingkat perkembangan moral siswa

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, meningkatkan aktivitasnya dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran

Secara khusus manfaat langsung yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Siswa dapat meningkatkan kopetensinnya khususnya keberanian mengemukakan pendapat, mengambil keputusan dengan pertimbangan moral, menghargai dan kerjasama dengan orang lain

2. Pembelajaran lebih efektif dan efisien, kreatif, bermakna dan berfokus pada siswa.

3. Mendorong penerapan inovasi pembelajaran agar pembelajaran lebih bermutu, menarik dan bermakna, produktif, dialogis, dan manusiawi.

E. Kajian Pustaka

Siswa sebagai generasi penerus bangsa perlu dibina secara terus menerus. Dengan demikian, diharapan mereka memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan; memiliki ketrampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab; memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

1. Model Moral Reasoning

Untuk mewudkan siswa yang dapat berpiki rasional kritis, kreatif, dan memiliki watak yang baik sebagimana tersebut di atas diperlukan pendidikan demokrasi dan pendidikan nilai dan moral. Ada Lima pendekatan pendidikan nilai yaitu: (1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach), (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) .(Zakaria: 2001)

Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan pertimbangan moral, salah satunya menggunakan pendekatan atau model perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach) yang terkenal dengan Moral reasoning. Model atau Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan

penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi (Elias, 1989).

Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral (Superka, et. al., 1976; Banks, 1985).

Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey (Kohlberg 1971, 1977). Selanjutkan dikembangkan lagi oleh Peaget dan Kohlberg (Freankel, 1977; Hersh, et. al. 1980). Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap (level) sebagai berikut: (1) Tahap "premoral" atau "preconventional". Dalam tahap ini tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial; (2) Tahap "conventional". Dalam tahap ini seseorang mulai menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan kepada kriteria kelompoknya. (3) Tahap "autonomous". Dalam tahap ini seseorang berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya.

Piaget berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada anak-anak melalui pengamatan dan wawancara (Windmiller, 1976). Dari hasil pengamatan terhadap anak-anak ketika bermain, dan jawaban mereka atas pertanyaan mengapa mereka patuh kepada peraturan, Piaget sampai pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan kognitif pada anak-anak mempengaruhi pertimbangan moral mereka.

Kohlberg (1977) juga mengembangkan teorinya berdasarkan kepada asumsi-asumsi umum tentang teori perkembangan kognitif dari Dewey dan Piaget di atas. Seperti dijelaskan oleh Elias (1989), Kohlberg mendefinisikan kembali dan mengembangkan teorinya menjadi lebih rinci. Tingkat-tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg dimulai dari konsekuensi yang sederhana, yang berupa pengaruh kurang menyenangkan dari luar ke atas tingkah laku, sampai kepada penghayatan dan kesadaran tentang nilai-nilai kemanusian universal. Lebih tinggi tingkat berpikir adalah lebih baik, dan otonomi lebih baik daripada heteronomi. Tahap-tahap perkembangan moral diperinci sebagai berikut:

1 : Pra-konvensional

Pada tingkatan ini, anak merespon aturan tradisi, label baik-buruk; benar-salah, dengan menginterpretasi label dalam pemahaman hedonistik dan konsekuensi dari tindakan. Tingkatan ini juga menunjukkan bahwa individu menghadapi masalah moral dari segi kepentingan diri sendiri. Seseorang tidak menghiraukan apa yang dirumuskan masyarakat, akan tetapi mementingkan konsekuensi konsekuensi dari perbuatannya ( hukuman, pujian, penghargaan ). Anak cenderung menghindari perbuatan yang menimbulkan resiko. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap :

Tahap 1 : Orientasi pada hukuman dan Kepatuhan. Jadi, alasan anak pada tahap ini bersifat phisik. Apa yang benar adalah bagaimana menghindari hukuman.

Tahap 2 : Orientasi pada instrumental. Tindakan yang benar apakah sudah sesuai atau memenuhi kebutuhan seseorang berdasarkan persetujuan Pada tahap ini adil dipandang sebagai sesuatu yang bersifat balas budi, saling memberi.

2. Konvensional

Pada tingkatan ini anak mendekati permasalahan dari segi hubungan individu- masyarakat. Seseorang menyadari bahwa masyarakat mengharapkan agar ia berbuat sesuai dengan norma-norma dalam masyarakat. Perhatian kepada nilai keluarga, kelompok atau bangsa diterima sebagai nilai dalam dirinya. Terdapat konformitas interpersonal.

Tahap 3: Orientasi good boy-nice girl. Persetujuan antar personal. Menjadi orang yang diharapkan , dan tingkah laku yang baik adalah menyenangkan atau menolong orang lain . Pertimbangannya adalah perhatian (ia berbuat baik). Motivasi perbuatan moral pada tingkatan ini ialah keinginan memenuhi apa yang diharapkan orang yang dihargai. Pada diri anak telah timbul kesadaran bahwa orang lain mengharapkan kelakuan tertentu daripadanya.

Tahap 4 : Orientasi Kesadaran sosial. Perilaku yang benar adalah memenuhi kewajiban ( kesadaran imperatif ). Pada tingkatan ini, anak tidak lagi bertindak berdasarkan harapan orang yang dihormati, namun apa yang diharapkan oleh masyarakat umum. Dalam tingkatan ini hukum tampil sebagai nilai yang utama, yang dapat mengatur kehidupan masyarakat.

3.Post-Konvensional

Ada usaha yang jelas untuk memiliki moral dan prinsip. Memandang prinsip sebagai identifikasi dirinya.

Tahap 5: Orientasi Kontrak sosial dan hak-hak individu. Tindakan yang benar ditentukan dalam istilah kebenaran individu secara umum dan standard yang sudah diuji secara kritis dan disetujui oleh seluruh masayarakat. Suatu perasaan kesetiaan kepada hukum demi kesejahteraan semua orang dan hakhaknya. Pada tahap ini memandang kelakuan baik dari segi hak dan norma umum yang berlaku bagi individu yang telah diselidiki secara kritis dan diterima baik oleh seluruh masyarakat Kewajiban moral dipandang sebagai kontrak sosial. Komitmen sosial dan legal dipandang sebagai hasil persetujuan bersama dan harus dipatuhi oleh yang bersangkutan.

Tahap 6 : Orientasi Prinsip Ethis Universal. Kebenaran ditentukan oleh prinsip ethis di dalam dirinya berdasar pada pemahaman logika universal ( keadilan, kesamaan hak dan kepatutan sebagai makluk individu). Seseorang bertindak menurut prinsip universal. Seseorang wajib menyelamatkan jiwa orang lain.

Asumsi-asumsi yang digunakan Kohlberg (1971,1977) dalam mengembangkan teorinya sebagai berikut: (a) Bahwa kunci untuk dapat memahami tingkah laku moral seseorang adalah dengan memahami filsafat moralnya, yakni dengan memahami alasan-alasan yang melatar belakangi perbuatannya, (b) Tingkat perkembangan tersusun sebagai suatu keseluruhan cara berpikir. Setiap orang akan konsisten dalam tingkat pertimbangan moralnya, (c) Konsep tingkat perkembangan moral menyatakan rangkaian urutan perkembangan yang bersifat universal, dalam berbagai kondisi kebudayaan.

Sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut, konsep perkembangan moral menurut teori Kohlberg memiliki empat ciri utama. Pertama, tingkat perkembangan itu terjadi dalam rangkaian yang sama pada semua orang. Seseorang tidak pernah melompati suatu tingkat. Perkembangannya selalu ke arah tingkat yang lebih tinggi. Kedua, tingkat perkembangan itu selalu tersusun berurutan secara bertingkat. Dengan demikian, seseorang yang membuat pertimbangan moral pada tingkat yang lebih tinggi, dengan mudah dapat memahami pertimbangan moral tingkat yang lebih rendah. Ketiga, tingkat perkembangan itu terstruktur sebagai suatu keseluruhan. Artinya, seseorang konsisten pada tahapan pertimbangan moralnya. Keempat, tingkat perkembangan ini memberi penekanan pada struktur pertimbangan moral, bukan pada isi pertimbangannya.

2. Penerapan Moral Reasoning Dalam Pembelajaran

Pendekatan perkembangan kognitif (moral reasoning) mudah digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir. Oleh karena, pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya kepada isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat, penggunaan pendekatan ini menjadi menarik. Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas. Teori Kohlberg dinilai paling konsisten dengan teori ilmiah, peka untuk membedakan kemampuan dalam membuat pertimbangan moral, mendukung perkembangan moral, dan melebihi berbagai teori lain yang berdasarkan kepada hasil penelitian empiris.

Proses pengajaran nilai menurut Model moral reasoning didasarkan pada delima moral, dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Diskusi itu dilaksanakan dengan memberi perhatian kepada tiga kondisi penting. Pertama, mendorong siswa menuju tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi. Kedua, adanya dilemma, baik dilemma hipotetikal maupun dilemma faktual berhubungan dengan nilai dalam kehidupan seharian. Ketiga, suasana yang dapat mendukung bagi berlangsungnya diskusi dengan baik (Superka, et. al. 1976; Banks, 1985). Menurut Reimer (1983 : 84) terdapat 10 isu moral universal (1). Laws and rules, (2) Conscience, (3) Personal roles of affection, (4) Authority, (5) Civil rights, (6) Contract, trust, and justice in exchange (7) Punishmen, (8) The Value of life , (9) Property rights and values, (10) Truth

Goleman (2003) menjelaskan bahwa moral reasoning lebih bersifat Emosional inteligensi, sehingga emosional inteligensi mencerminkan karakter. Dengan demikIan, menurut peneliti implementasi model moral reasoning dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan mengelola emosi yang akhirnya menjadi warga yang baik. Oleh karena itu, agar siswa dapat mengemukakan pendapat dan dapat membuat keputusan dengan pertimbangan moral yang lebih tinggi (intelektual emosional) guru ataupun siswa harus kreatif dan enovatif untuk mencari atau membuat suatu masalah yang dilematis yang di diskusikan di dalam kelas

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

b. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya

c. Mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai

d. Membantu siswa belajar berpikir secara kritis

e. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman

f. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah

g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Lebih lanjut Roestiyah (1982: 56), menjelaskan bahwa metode diskusi dan kerja kelompok cukup efektif. Metode diskusi menurutnya cukup efektif karena dua hal yaitu dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual dan dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan. Sedangkan metode kerja kelompok memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut (1) dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas masalah, (2) memberikan kepada siswa lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah, (3) dapat mengembangkan kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan bersdiskusi, (4) memungkinkan guru untuk memperhatikan individu siswa akan kebutuhan belajar, (5) para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran dan mereka akan berpatisipasi dalam diskusi (6) dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai kepada temannya yang telah menolong kelompok dalam mencapai tujuanya.

Menurut penulis dengan memunculkan isue moral yang delimatis dan membahasnya dalam diskusi kelompok sebagaimana tuntutan model delima moral maka akan mendorong siswa untuk berani mengemukakakan pendapat, mengambil keputusan, menghargai orang lain, dan kemauan bekerjasama sehingga siswa akan dapat berpikir secara kritis dengan tetap menghargai dan bekerjasama dengan orang lain

3. Peran Guru Dalam Pembelajaran Model Moral Reasoning

Peran guru dalam model moral reasoning sangat strategis terutama dalam memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam fase diskusi dengan menggunakan model moral reasoning adalah: 1) memastikan anak didik memahami dillema yang disodorkan 2). Membantu anak didik menghadapi komponen-komponen moral yang terdapat dalam permasalahan 3). Mendorong dasar pemikiran anak didik bagi keputusan yang akan diambil dan 4). Mendorong anak didik untuk saling berinteraksi. ( Hersh, 1982 ; Fraenkel, 1977; Nasution, 1989 ). Sedangkan, langkah-langkah diskusi moral dalam penalaran moral menurut Fraenkel ( 1977) adalah sebagai berikut:

1). Menunjukkan isu moral. Anak didik mengidentifikasi situasi dalam dillema moral yang membutuhkan resolusi dengan pertanyaan : seharusnya, semestinya, baik ceritera dillema moral yang diberikan oleh guru, maupun bahan informasi yang digali sendiri oleh anak didik melalui membaca di media massa untuk dibahas dan dilaporkan.

2). Mengajukan pertanyaan : mengapa dan jawaban : alasan moral saya

3). Memperumit situasi, dengan menambah masalah untuk meningkatkan kompleksitas konflik.

Dengan demikian, menurut peneliti hal yang harus dilakukan guru dalam proses diskusi adalah meenyajikan cerita yang mengandung dilemma. Dalam diskusi siswa didorong untuk menentukan posisi apa yang sepatutnya dilakukan serta mengajukan alasan-alasannya. Kemudian meminta siswa mendiskusikan tentang alasan-alasan itu dengan teman-temannya. Sedangkan, yang harus dilakukan oleh siswa dalam model dilema moral adalah memperhatikan atau mencermati cerita dilematis dari kejadian masyarakat atau yang dibuat oleh guru, mengindentifasi permasalahan dalam dilema moral, aktif dalam mendiskusikan cerita delimatis, mengambil keputusan/sikap terhadap cerita delimatis, mengemukakan pendapat berkaitan delima yang disertai alasan dengan pertimbangan moral, mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan, mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh

siswa atau kelompok lain, menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.

Aplikasi dalam pembelajaran , instrumen untuk menilai peningkatan dan perkembangan moral Kohlberg terdiri atas situasi, di mana siswa diberi skor menurut aspek mana yang dominan dalam tahapan perkembangan moral ketika memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada pada setiap ceritera dillema moral dengan menggunakan metode Global Scoring Method ( GSM ) yang bertumpu pada skor final untuk setiap ceritera dillema ( Porter, 1972 ; Cohen, 1978 ).

4. Hasil Penelitian yang relevan

1. Hardoko (2004) bahwa penggunaan model moral reasoning dalam pembelajaran PKn SMP di Samarinda melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dikatakan siswa memiliki kemampuan untuk membuat pertimbangan moral jika dihadapkan pada situasi yang dilematis

2. Ryan, (2003) Pembelajaran memecahkan masalah dengan menggunakan moral reasoning ternyata memberikan pengaruh iklim belajar dan kemampuan mengemukakan pendapat secara positif serta memberikan dukungan kepada pendidikan karakter pada siswa SMU di Amerika.

3. Harstone & May di Amerika (dalam Downey & Kelly,1976), disebutkan bahwa terdapat korelasi yang rendah antara pengetahuan moral dengan tingkah laku moral anak. Ia menjelaskan bahwa seorang anak yang tahu itu baik, namun berbuat tidak baik. Dengan demikian anak bersifat verbalistik. Ia kemudian merekomendasi : anak harus dididik agar sanggup berpikir untuk dirinya sendiri dan mengambil keputusan moral melalui proses pendidikan moral yang tidak dogmatis, indoktrinatif serta jauhi sikap guru yang otoriter

5. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian bahwa model moral reasoning yang implentasinya dalam pembelajaran menggunakan cerita delima moral melalui diskusi kelompok, dapat mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dapat membuat keputusan-keputusan moral. Selain itu, moral reasoning juga mempengaruhi iklim belajar dan kemampuan mengemukakan pendapat secara positif. Dengan demikian, model Moral Reasoning diyakini akan dapat meningkatan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan pertimbangan moral. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Penerapan Model Moral Reasoning

Diskusi Dilema Moral

Iklim Belajar & Kelas

Keberanian mengemgemukakan pendapat

Perkembangan Moral Siswa

5. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Dengan menerapkan model moral reasoning maka keberanian siswa mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan alasan pertimbangan moral pada mata pelajaran PKn di SMP Negeri 22 Samarinda meningkat

F. Metode Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IXA SMP Negeri 22 Samarinda pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun pembelajaran 2008/2009. Kompetensi dasar yang akan diteliti yaitu menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah. Kondisi siswa kelas ini secara akedemik memiliki kemampuan baik, karena kumpulan siswa dari berbagai kelas yang memiliki nilai rata rata di atas 75. Latar belakang sosial ekonomi siswa heterogin. Namun demikian, kelas ini memiliki kelemahan antara lain kurang berani mengemukakan pendapat di depan umum.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai November 2007, dengan perincian sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, minggu ketiga Agustus 2008

2. Tahap pelaksanaan, minggu Ke 2 Oktober 2008 sampai November 2008

3. Tahap laporan, minggu ke 3 November sd. Minggu 4 November 2008

3. Variabel dan Difinisi Operasional

Beberapa variabel atau obyek yang akan diteliti serta definisi operasional dalam rangka peningkatan kemampuan siswa mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan pertimbangan moral dengan pokok bahasan Otonami Daerah yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas siswa dalam pembelajaran moral reasoning adalah banyaknya aktivitas yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar dan diamati dengan instrumen lembar observasi aktivitas siswa (Instrumen 01). Aktivitas siswa yang dimaksud meliputi mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman, membaca dan mendengarkan cerita delima moral), keberanian mengemukakan

pendapat, kemampuan mengambil keputusan dengan pertimbangan moral, melakukan kerja sama , dan menghargai pendapat.

b. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran moral raesoning dalam adalah sejumlah keterlibatan guru selama proses belajar mengajar yang diamati dengan instrumen lembar observasi (Instrumen 02). Aktivitas guru yang dimaksud meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup yaitu memeriksa kesiapan siswa, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menyajikan informasi tentang materi pelajaran, mendorong berani mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan, mendorong siswa untuk bekerja sama atau berinteraksi dalam diskusi, dan mengelola kegitaan pembelajaran sesuai kaidah pembelajaran moral reasoning)

c. Perkembangan moral siswa adalah tingkat perkembangan moral siswa dilihat dari alasan- alasan yang dikemukakan dari cerita dilema moral berdasarkan 6 tingkatan teori Kohlberg .

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus, dan tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya. Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sebagai bahan diskusi untuk tujuan perbaikan.

Selain itu, juga dilakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui tanggapan siswa tentang model moral reasoning dan kekurangan pelaksanaan moral reasoning dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil belajar (tingkatan perkembangan moral), hasil observasi dan wawancara peneliti melakukan diskusi untuk mengkaji kelemahan guna meningkatkan proses pembelajaran (refleksi).

Secara lebih ringkas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Beberapa hal yang dilaksanakan dari tiap tahapan adalah :

a. Perencanaan:

Kegiatan ini meliputi pembuatan skenario pembelajaran antara lain menetapkan metode pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan siswa sehingga siswa berani mengemukakan pendapat dan

mengambil keputusan dengan alasan dan pertimbangan moral yaitu menggunakan model pembelajaran Moral Reasoning dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peneliti menyiapkan cerita moral yang delimatis yang berasal dari kejadian masyarakat atau cerita fiftif.

2. Membuat lembar pengamatan untuk mengamati aktivitas siswa maupun aktivitas guru

b. Pelaksanaan tindakan

Dalam fase ini dilaksanakan proses belajar mengajar, dengan menekankan aspek aktivitas siswa terutama dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan alasan pertimbangan moral .

c. Observasi

Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan segera dianalisis. Berdasarkan hasil observasi inilah peneliti dapat melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil refleksi ini peneliti dapat mengetahui titik lemah maupun kelebihan sehingga dapat menentukan upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Proses ini akan berlangsung tiga siklus, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

3. Sumber, Jenis, dan Tehnik Pengambilan Data

a. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru dalam proses belajar mengajar

b. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi :

1. Hasil observasi (aktivitas siswa dan guru)

2. Hasil wawancara (Tanggapan tentang model moral reasoning)

3. Hasil Kerja Siswa (Tingkatan perkembangan moral siswa)

c. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Observasi dukumen, dan Wawancara

4. Validitas Data

Validitas ini dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh peneliti sesuai dengan yang benar-benar terjadi di lapangan dan sesungguhnya. Dalam penelitian ini digunakan democratic validity, artinya validitas ini berhubungan dengan tingkat kebenaran penelitian kolaboratif dan menerima masukan-masukan yang multiple (Burns, 1999: 161).

Selain pembuktian data dengan cara Burns, penelitian ini juga menggunakan triangulasi, yaitu suatu cara yang paling umum dan terbaik untuk mengecek validitas data. Terdapat tiga macam triangulasi yaitu: pemeriksaan yang menggunakan sumber data, metode, dan teori (Moleong, 1991: 176). Triangulasi sumber data digunakan dengan mengecek beberapa sumber data, misalnya dari beberapa orang guru. Metode digunakan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dokumen. Sedangkan teori digunakan dengan melakukan kaji ulang setelah tindakan selesai dilaksanakan, mengenai apakah teori yang dipakai sebagai landasan masih sesuatu atau tidak.

5. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian tindakan yaitu sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan sampai pada pengembangan dan proses refleksi sampai penyusunan laporan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur yang terekam dalam catatan lapangan, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992: 20).

Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari catatan pengamatan. Hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dari hasil rekaman pembelajaran dan pengamatan yang disusun, secara kolaborasi antara peneliti, guru dan siswa, sehingga mudah dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Penarikan kesimpulan juga dilakukan secara kolaborasi yaitu dari peneliti dan guru serta subyek didik agar hasil lebih bermakna untuk peningkatan pembelajaran berikutnya, kemudian diadakan verifikasi untuk memperoleh kesimpulan yang kokoh, dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi.

4. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apa bila guru dapat melaksakanakan pembelajaran dengan baik diikuti dengan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar, dan setelah pelaksanaan belajar mengajar siswa dapat menunjukan unjuk kerja yang positif. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terutama pada keberanian siswa mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan dengan alasan dan pertimbangan moral.

G. Jadwal Penelitian

H. Personal Penelitian

Jumlah Personal Peneliti 1 orang.

Nama : Mulyadi, M.Pd.

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pangkat/Jabatan : Pembina/Guru

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Lembaga/Sekolah : SMP Negeri 22 Samarinda

Pengalaman Penelitian:

: 1. Skripsi (1998) : Peran Guru Menunjang Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah

2. Tesis (2003) : Penanaman Nilai Demokrasi Melalui Pembelajran PPKn

3. PTK (1999) : Meningkatkan Aktivitas Siswa dengan Model VCT (Value crarification technik) pada Mata Pelajaran PPKN

I. Lampiran

1. Daftar Pustaka

Banks, J.A. 1985. Teaching strategies for the social studies. New York: Longman Burns, Anne. 1999. Collaborative action research for English language teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

Elis, J. L. 1989. Moral education: secular and religious. Florida: Robert E. Krieger Publishing Co., In Fraenkel, J.R. 1977. How to teach about values: an analytic approach. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Goleman, D. 2003. Intelegensi Emosional. Alih bahasa : Hermaya, T. Jakarta : P.T.

Gramedia Pustaka Utama.

Hardoko, A. 2007. Pengembangan Model Kombinasi Moral Reasoning Kooperatif PKn Pada Siswa SMP Berbeda Jenis Kelamin Serta Pengaruh Implementasinya Terhadap Kematangan Moral Siswa. Samarinda. Universitas Mulawarman

Hersh, R. et al. 1982. Models of Moral Education. New York : Longman

Kohlberg, L. 1971. Stages of moral development as a basis of moral education. Dlm. Beck, C.M., Crittenden, B.S. & Sullivan, E.V.(pnyt.). Moral education: interdisciplinary approaches: 23-92. New York: Newman Press.

Kohlberg, L. 1971. Moral Education of Psychological View ( dalam Lee C. Deighton

: The Encyclopedia of Education, Vol 6. The Macmillan Company.

Kohlberg, L. 1977. The cognitive-developmental approach to moral education. Dlm. Rogrs, D. Issues Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York: McGraw Hill Companies.

Mathew, M. B. & Hoberman, A. M. 1984. Qualitative data analysis. London New Delhi : Sage Publications Beverly Hills.

Moleong, L. J. 2001. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Reimer, J. et al. 1979. Promoting moral growth from piaget to kohlberg. New york & London: Longman Inc.

Ryan, K. 2003. Character Education: Our High Schools Missing-Link, Educational. Week. http:/www.edweek.org/ew. Diakses 12 Nopember 2004

Roestiyah. 1982 . Masalah masalah ilmu keguruan. Jakarta: Bina Aksara.

Superka, D.P. 1973. A typology of valuing theories and values education approaches. Doctor of Education Dissertation. University of California, Berkeley.

Superka, D.P., Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford, L.J. & Johnson, P.L. 1976. Values education sourcebook.Colorado: Social Science Education Consortium, Inc.

Thompson, M., McLaughlin, C.W., & Smith, R.G. 1995. Merril Physical Science Teacher. Wraparound Edition. New York: Glencoe McGraw-Hill

Windmiller, M. 1976. Moral development. Dlm. Adams. J.F. (pnyt.). Understanding adolescence: current developments in adolescent psychology: 176-198. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Zakaria,T. R. 2000. Pendekatan pendekatan pendidikan nilai dan implementasi dalam pendidikan budi pekerti. http:// www.pdk.go.id./jurnal/26/htm. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 26, Diambil pada tanggal 30 Maret 2002.