christian hidayat-skripsi-fakultas teknik-naskah ringkas-2014
TRANSCRIPT
Modifikasi Limbah PP dan Limbah Lignin Sebagai Material Baru
Christian Hidayat, Mochamad Chalid
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok,
Depok, 16436, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Polipropilene(PP) sebagai bahan baku produk kemasan, seperti gelas air mineral, setelah pemakaian cenderung kurang diberdayakan padahal jumlah limbah PP tersebut setelah pemakaian sangat banyak. Pada sisi lain, kertas yang banyak digunakan pada proses pengolahannya menghasilkan limbah, salah satunya adalah lignin. Pemberdayaan limbah lignin hingga saat ini masih belum optimal, padahal jumlahnya juga sangat banyak. Modifikasi dari kedua limbah ini sebagai bahan baku suatu produk, menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini mempelajari perubahan yang terjadi pada PP sebelum dan sesudah penggunaan dan juga pengaruh komposisi, waktu dan penambahan CaCO3 pada pencampuran lignin dan PP terhadap sifat mekanik, sifat fisik kemampuan pembentukan dan morfologi permukaan dan perpatahan produk yang dihasilkan. Analisa penelitian ini didukung oleh beberapa metode pengujian, seperti uji tarik, FTIR, uji densitas dan FESEM. Hasil dari pengujian yang telah dilakukan menunjukkan kemampuan mekanik optimal diperoleh dengan penambahan lignin sebanyak 5 phr dengan waktu pencampuran 20 menit tanpa CaCO3.
Kata kunci: gelas air mineral, degradasi, daur ulang, PP, aditif, sifat mekanik
Modification of PP Waste and Lignin Waste as a New Material
Abstract
As a raw material for packaging Polyproylene (PP), such as plastic cups, PP after consuming not being optimally utilized even the quantity of PP waste is very abundant. On the other side, the pulp making process produces wastes, such a lignin in abundant amount. Utilization of lignin waste in Indonesia still not effective. Modification of the two materials as a new raw material is an interesting subject. This research studied change of PP properties before and post consumption and effect of composition, mixing time and addition of CaCO3 at mixing of lignin and PP to mechanical and physical properties, formability and morphology of surface of the product. Characterization of the product was performed by measuring UTM, FTIR, density test and FESEM. The results showed that the best Young Modulus was 74 MPa at 5 phr of lignin with mixing time 20 minute without CaCO3.
Keywords: Plastic cups, Polypropylene, Degradation, Recycling, Additive, Mechanical Properties
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
1. Pendahuluan
Polipropilene merupakan salah satu jenis polimer yang paling umum digunakan. Hal
ini disebabkan karena harga dari PP yang cenderung murah dan sifat dari PP sendiri yang
dapat disesuaikan dengan aplikasi-aplikasi tertentu. Salah satu produk PP yang umum
digunakan adalah sebagai kemasan gelas air mineral. Penggunaan gelas air mineral berbahan
baku PP meningkat tiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tabel 1. pada tahun 2006 konsumsi
air minum sebesar 33 juta liter dalam kemasan gelas air mineral sedangkan pada tahun 2010
terjadi peningkatan konsumsi air mineral menjadi 34,9 juta liter. jika kapasitas gelas air
mineral berkisar 250 mL maka dalam kurun waktu 4 tahun terjadi peningkatan penggunaan
gelas air mineral kurang lebih 8 juta gelas air mineral dalam satu tahun. Jika penggunaan PP
yang terus meningkat tiap tahunnya dibandingkan dengan cadangan minyak bumi yang
terbatas maka akan sangat diperlukan bahan baku alternatif dalam industri plastik.
Tabel Error! No text of specified style in document. Permintaan Air Minum Dalam Kemasan(AMDK) menurut jenis kemasan(1)
Daur ulang plastik dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu primary recycling, secondary
recycling, ternary recycling dan quarternery recyling. Pada primary recycling limbah hanya
dicacah menjadi partikel kecil, yang lalu kemudian dijual. Pada secondary recycling limbah
dicacah menjadi partikel kecil seperti pada primary recycling. Setelah dicacah limbah
kemudian dicampurkan dengan aditif tertentu untuk dapat diolah menjadi produk lain
sehingga meningkatkan nilai tambah daripada limbah tersebut. Pada ternary recycling limbah
diolah menjadi bahan bakar. Dan pada quarternery recycling limbah dibakar untuk
menghasilkan gas panas. Energi dari gas panas ini kemudian dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia pengolahan limbah plastik
umumnya berupa primary recycling(2).
Kertas di Indonesia merupakan salah satu jenis produk yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Data bank sampah menunjukkan sampah kertas di Jakarta mencapai 3.6 juta ton/
tahunnya(3). Bahan baku dalam pembuatan kertas adalah kayu dan serat-seratnya. Ketika
dicampurkan dengan bahan kimia kertas yang dihasilkan tidak akan berwarna putih melainkan
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
kecoklatan. Untuk memutihkan kertas tersebut maka akan dilakukan proses
pemutihan(bleaching). Dalam proses pemutihan akan dihasilkan bubur kertas berwarna putih
dan cairan hitam yang memiliki bau menyengat. Kandungan cairan hitam ini adalah
lignin(±60%). Lignin ini belum terlalu diberdayakan, umumnya hanya sebagai bahan bakar
alternatif padahal lignin memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai jenis aplikasi,
seperti antioksidan dan flame retardant.
Penelitian ini dilakukan sebagai studi untuk mengetahui perubahan karakteristik dari
PP yang masih fresh dan pasca penggunaan dan mempelajari pengaruh penambahan aditif
untuk memperbaiki sifat mekanik PP supaya ranah pengolahan limbah PP menjadi lebih luas.
Aditif yang ditambahkan pada PP pada penelitian kali ini adalah lignin. Penelitian akan
mengamati perubahan kekuatan mekanik, ikatan molekul, dan kemampuan pembentukan yang
terjadi pada PP fresh dan PP pasca penggunaan. Perbandingan perubahan kekuatan mekanik
sesudah penambahan aditif akan dilihat pada Modulus Young dan pengaruhnya terhadap
morfologi PP.
2. Dasar Teori 2.1. Sampah di Indonesia
Sampah merupakan istilah yang digunakan pada material yang tidak terpakai lagi.
Jumlah sampah yang beredar di Indonesia sendiri akan meningkat seiring dengan laju
konsumsi masyarakat. Kementrian lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia
menghasilkan sampah berkisar 2,5 liter sampah per harinya atau 625 juta liter dari jumlah
total penduduk.
Tabel Error! No text of specified style in document. Jumlah sampah di Indonesia dalam Juta Ton/Tahun (3)
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
Dari tabel 2 dilihat produksi sampah di Indonesia pada tahun 2008. Dari data terlihat
jumlah sampah yang dihasilkan terbesar merupakan sampah dapur dengan jumlah 22,4 juta
ton per tahun atau 58% dari total jumlah sampah dalam satu tahun. Jumlah kedua terbesar
berupa sampah plastik dengan jumlah 5,4 juta ton per tahun atau 14% dari jumlah total
sampah dalam satu tahun. Dan jumlah sampah terbesar ketiga berupa sampah kertas dengan
3,6 juta ton per tahun atau 9% dari total jumlah sampah dalam satu tahun. dari sampah yang
ada sampah kertas dan plastik mencapau 23% dari seluruh sampah yang ada dalam 1 tahun
sehingga diperlukan proses pengolahan sampah yang demikian, hal ini didukung dengan
permintaan polimer Indonesia bertumbuh berkisar 7% berbanding lurus dengan pertumbuhan
ekonomi. Selain sampah plastik konsumsi kertas di Indonesia juga cukup tinggi, hal ini dapat
dilihat dari jumlah limbah sampah yang dihasilkan berkisar 3.6 juta ton per tahun.
Tabel 3 Data kebutuhan air mineral dan persesntase kemasan yang digunakan (2)
Air mineral dalam kemasan merupakan salah satu benda yang dikonsumsi dalam
jumlah besar. masyarakat mengkonsumsi air mineral berkisar 45 liter per tahun dan jumlah ini
meningkat per tahunnya. konsumsi air mineral ini tentunya berikut serta dengan kemasannya.
Kemasan ini dapat berupa galon, botol dan gelas. Botol dan gelas air mineral umumnya
langsung dibuang setelah dikonsumsi. Kemasan air mineral ini dapat didaur ulang menjadi
produk lain. Kenaikan harga limbah yang didaur ulang ini dapat berkali lipat.
2.2 Daur Ulang Polimer
Daur ulang plastik dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu primary recycling, secondary
recycling, ternary recycling dan quarternery recyling. Pada primary recycling limbah hanya
dicacah menjadi partikel kecil, yang lalu kemudian dijual. Pada secondary recycling limbah
dicacah menjadi partikel kecil seperti pada primary recycling. Setelah dicacah limbah
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
kemudian dicampurkan dengan aditif tertentu untuk dapat diolah menjadi produk lain
sehingga meningkatkan nilai tambah daripada limbah tersebut. Pada ternary recycling limbah
diolah menjadi bahan bakar. Dan pada quarternery recycling limbah dibakar untuk
menghasilkan gas panas. Energi dari gas panas ini kemudian dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik.
Pada secondary recycling ditambahkan aditif untuk meningkatkan nilai daripada
limbah yang didaur ulang. Aditif ditambahkan pada limbah pada saat proses compounding.
Penambahan aditif pada polimer akan sangat bergantung dari dispersi dan distribusi aditif
pada matriks polimer. Dispersi merupakan persebaran ukuran molekul aditif, semakin kecil
ukuran dari molekul aditif maka semakin baik hasil yang didapat. Distribusi merupakan
persebaran molekul aditif pada area tertentu. Proporsi ideal untuk dispersi dan distribusi
daripada aditif dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Distribusi dan dispersi aditif pada polimer(2)
Pada proses daur ulang Gelas air mineral di Indonesia, umumnya hanya terjadi proses
primary recycling atau pengolahan ulang menjadi bentuk yang sama seperti bentuk asalnya.
Pada gambar 1 merupakan diagram alir pengolahan daripada limbah, termasuk limbah plastik.
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
Gambar 2 Diagram alir proses daur ulang polimer(4)
Pada proses daur ulang material polimer terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
agar polimer dapat siap diproduksi ulang. Hal pertama yang harus dilakukan ialah
pengumpulan material polimer, pengumpulan dan pemisahan material dapat dilakukan dengan
menggunakan perbedaan densitas, warna dan berbagai jenis metode klasifikasi lainnya. salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasi adalah dengan melihat kode IUPAC
seperti pada gambar 3. Setelah diklasifikasi selanjutnya polimer dapat dibersihkan baik
dengan menghilangkan kertas label, adhesif dan segala jenis pengotor lainnya. proses
selanjutnya adalah pencacahan material polimer menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Beberapa dari hasil dari cacahan ini kemudian akan dikarakterisasi untuk dilihat apakah sudah
sesuai dengan spesifikasi. Setelah spesifikasi terpenuhi maka cacahan telah siap untuk didaur
ulang dalam bentuk pellet (10)
Gambar 3 Contoh kode IUPAC pada gelas air mineral (11)
Suhu proses juga menentukan kemampuan dari polimer untuk dapat didaur ulang.
Semakin tinggi suhu pemrosesan dari PP maka kemampuan alir, kekuatan tarik serta
shrinkage yang terjadi semakin menurun seiring dengan banyaknya siklus proses yang
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
dialami. Hal ini dapat diakibatkan karena pemutusan panjang rantai molekul akibat suhu yang
semakin tinggi. (1)
2.3 Lignin
Kertas merupakan salah satu jenis produk yang umum dikonsumsi oleh masyarakat
sekarang ini. Data pada tabel 2 menunjukkan jumlah limbah kertas di Indonesia berkisar 3.6
juta ton/ tahun dan tidak termasuk kertas yang tidak langsung dibuang ketika penggunaan
seperti surat arsip, buku catatan dan berbagai jenis aplikasi lainnya. hal ini berarti konsumsi
kertas di Indonesia cenderung stabil dari tahun ke tahunnya.
Bahan baku dalam pembuatan kertas adalah kayu dan serat-seratnya. Ketika
dicampurkan dengan bahan kimia kertas yang dihasilkan tidak akan berwarna putih melainkan
kecoklatan. Untuk memutihkan kertas tersebut maka akan dilakukan proses
pemutihan(bleaching). Dalam proses pemutihan akan dihasilkan bubur kertas berwarna putih
dan cairan hitam yang memiliki bau menyengat. Kandungan cairan hitam ini adalah
lignin(±60%). Lignin yang dihasilkan oleh proses pembuatan kertas disebut sebagai Kraft
lignin(5). Kraft lignin umumnya dipergunakan sebagai bahan bakar atau langsung dibuang
oleh perusahaan.
Lignin sendiri merupakan senyawa organik kompleks. Lignin merupakan copolimer
yang memiliki struktur amorf yang saling berhubung silang. Hal ini menyebabkan struktur
molekul daripada lignin sangat bervariasi. Pada tabel 4 merupakan salah satu struktur
ligninyang didapat pada hardwood. 3 jenis monomer yang menyusun lignin adalah coumaryl,
conferyl, dan sinapyl(6). Menurut beberapa hasil studi penambahan lignin dapat meningkatkan
ketahanan bakar, ketahanan degradasi dari polimer(7). Terkhusus poliolefin. Penambahan
lignin akan mengakibatkan penurunan sifat mekanik daripada polimer. Aplikasi dalam
penggunaan lignin saat ini masih cenderung rendah karena anggapan lignin sebagai produk
sisa sampingan dari produksi kertas.
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
Tabel 4 Struktur molekul lignin dan monomer penyusun lignin (15)
Adhesi antara PP dengan lignin tidak terlalu baik(6). Hal ini menyebabkan penurunan
dari sifat fisik dan mekanik daripada pencampuran kedua jenis material ini. Lignin merupakan
senyawa polar(7) sedangkan PP mrupakan polimer non polar, untuk dapat mencapai hasil yang
terbaik, maka dibutuhkan zat tambahan lain untuk meningkatkan kemampubasahan, seperti
lignin yang teraminasi(8) atau MAPP (Maleated Polyproylene).
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rPP(recycled Polypropylene),
vPP(virgin Polypropylene), CaCO3 dan Lignin. Untuk pengujian tarik dicetak sampel
berbentuk dogbone mengacu pada ASTM D638. Proporsi penambahan aditif dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
%Aditif = !!!!""
! !"#$ !!
Dengan phr merupakan massa daripada aditif yang ditambahkan. Gram PP merupakan massa
PP yang digunakan dalam pengujian.
Pada penambahan aditif untuk dapat mengetahui pengaruh sifat mekanik daripada daripada
penambahan lignin pada PP, variabel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
RPP Lignin Lignin + CaCO3 Waktu
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
25 gram 5 phr (1.25 gram) - 20 menit
25 gram 10 phr (2.5 gram) - 20 menit
25 gram 15 phr (3.75 gram) - 20 menit
25 gram 5 phr (1.25 gram) 5 phr (1.25 gram) 20 menit
25 gram 5 phr (1.25 gram) 10 phr (2.5 gram) 20 menit
25 gram 5 phr (1.25 gram) - 60 menit
25 gram 5 phr (1.25 gram) - 90 menit
Untuk dapat menguji kemampuan mekanik daripada material akan dilakukan uji tarik dengan
acuan ASTM D638. Sampel akan diletakkan pada grip mesin uji tarik dan diberikan beban
tarik secara konstan sampai sampel mengalami kegagalan. Hasil daripada pengujian tarik
berupa kurva tegangan-regangan. Untuk menguji ikatan molekul daripada PP digunakan uji
spektra FTIR, sampel diletakkan pada wadah lalu ditembakkan sinar infra merah. Sinar yang
dipantulkan oleh material ditangkap oleh sensor dan diolah melalui komputer. Hasil daripada
pengujian ini berupa grafik dengan puncak-puncak pada ranah tertentu yang melambangkan
ikatan molekul yang dimiliki oleh sampel. Untuk mengetahui morfologi daripada polimer
digunakan FESEM.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Perbandingan PP Murni dan Pasca Penggunaan 4.1.2 Sifat Mekanik Untuk dapat melihat perubahan kekuatan mekanik yang terjadi pada PP sesudah
penggunaan dilakukan uji tarik. Hasil daripada uji tarik berupa kurva tegangan-regangan.
Pada gambar 4 merupakan hasil uji tarik vPP (virgin Polypropylene) dan rPP (recycled
Polypropylene).
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
0 20 40 60 80 100 120 140 1600
5
10
15
20
25
Stres
s (M
Pa)
S tra in (% )
rP P vP P
Gambar Error! No text of specified style in document. Grafik tegangan-regangan rPP dan vPP
Tabel 5 Perbandingan sifat mekanik vPP dan pasca penggunaan
Jenis PP UTS(MPa) Modulus Young(MPa)
vPP 20.3 32.5
rPP 24.8 33.5
Hasil uji tarik yang dilakukan berbeda dengan literatur, hal ini dapat disebabkan
karena perbedaan waktu pendinginan dalam pembuatan sampel untuk uji tarik atau adanya
cacat di permukaan sampel akibat penggunaan cutter. Cacat ini menjadi tempat inisiasi retak.
Perbedaan dari nilai UTS dan Modulus young diduga karena pengurangan panjang rantai
molekul akibat penggunaan. Pengurangan panjang rantai ini akan meningkatkan kemampuan
PP untuk membentuk struktur kristal. Struktur kristal ini bersifat kaku dan keras.
Tabel 6 Hasil analisis termal via DSC (17)
Dari hasil tabel 6 terlihat penurunan daripada suhu leleh daripada PP v(vPP) dan PP
a(rPP). Penurunan daripada suhu leleh menunjukkan penurunan pembentukan kristal daripada
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
rPP yang telah didaur ulang. Hal ini berkaitan dengan menurunnya densitas dan juga
perubahan dari grafik uji tarik yang ada. Penurunanan panjang molekul menyebabkan
kristalinitas daripada PP meningkat, struktur kristalin daripada PP bersifat rapuh dan keras.
Tabel 7 Densitas PP
Jenis PP Densitas(gr/cm3)
vPP 0.849
rPP 0.861
Struktur kristal akan berpengaruh ke densitas dari PP tersebut. pengaruh ini dapat
dilihat pada tabel 7. Dengan bertambahnya struktur kristal ini maka rPP memiliki UTS dan
elongasi yang lebih rendah. Perubahan ini sesuai dengan perubahan yang terjadi pada tabel 6.
pemutusan panjang rantai molekul dapat disebabkan oleh degradasi dengan udara selama
pemakaian, pada degradasi ini oksigen bereaksi dengan rantai molekul sehingga
menyebabkan pemutusan panjang rantai molekul. Pemutusan panjang rantai molekul juga
dapat disebabkan karena terpapar sinar UV. Sinar UV ini berasal dari sinar matahari. Energi
sinar UV ini sangat tinggi dan mampu memutus rantai molekul jika polimer terpapar dalam
waktu yang cukup lama.
4.1.2 Kemampuan Pembentukan PP
Salah satu sifat yang diuji untuk melihat perubahan yang terjadi pada PP sesudah
penggunaan ialah suhu pelunakkan vicat. Suhu pelunakkan vicat diuji dengan menggunakan
alat uji vicat. suhu pelunakkan vicat merupakan sifat termal dari polimer. Sifat ini digunakan
untuk melihat suhu pemrosesan dari material tersebut. Pada tabel 4.3 dapat dilihat suhu
pelunakkan vicat dari vPP dan rPP .
Tabel 8 Perbandingan suhu transisi gelas vPP dan rPP
Jenis PP Suhu Pelunakkan
vPP 156.0°C
rPP 157.1°C
Dari hasil pengujian didapati suhu pelunakkan vPP berkisar 157.1°C dan rPP berkisar
155.6°C. perubahan suhu pelunakkan menurun akibat penggunaan, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Penurunan ini dapat terjadi karena adanya degradasi daripada polimer
karena interaksi dengan udara maupun interaksi dengan sinar UV. perubahan suhu
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
pelunakkan yang terjadi tidak secara signifikan sehingga PP masih dapat diproses dengan
suhu yang relatif sama sehingga suhu proses untuk membentuk produk daripada rPP dan vPP
cenderung sama.
4.1.3 Struktur Molekul PP
0 1000 2000 3000 4000 500076
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
A (cm-‐1)
rP P vP P
Gambar 6 Grafik FTIR vPP dan rPP
Dari grafik yang dihasilkan oleh msin uji FTIR dapat terlihat beberapa puncak dari
gelombang yang didapat. Pada rPP maupun pada vPP hanya memberikan sedikit perbedaan
puncak dari gelombang-gelombang yang dihasilkan. perbedaan yang tidak jauh ini
mengindikasikan tidak ada perubahan komposisi selama penggunaan gelas air mineral. Hasil
daripada pengujian spektra dengan menggunakan FTIR menunjukkan rantai molekul yang
merupakan penyusun daripada rPP dan vPP. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi
kimia tertentu selama penggunaan gelas air mineral. Lingkungan dimana gelas air mineral
umum digunakan tidak menunjukkan sebuah senyawa yang dapat dengan reaktif berikatan
dengan PP. melalui grafik ini dapat disimpulkan bahwa rPP masih memiliki ikatan molekul
yang sama dengan vPP, walau panjang rantai molekul daripada rPP tidak dapat ditentukan
melalui FTIR.
Dari hasil data yang didapat melalui pengujian tarik, densitas, vicat softening
temperature, FTIR dan beberapa literatur lainnya. dapat disimpulkan bahwa PP mengalami
degradasi selama pemakaian. Degradasi ini terjadi akibat pemutusan panjang rantai molekul.
Hal ini berpengaruh terhadap kristalinitas daripada rPP yang mempengaruhi sifat mekanik
daripada rPP itu sendiri.
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
4.2 Pengaruh Penambahan Lignin
Pada penelitian ini aditif yang ditambahkan ke dalam PP adalah lignin dan CaCO3.
Penambahan aditif ini akan dilihat dari segi kekuatan mekanik, ikatan yang terbentuk dan
distribusi dan dispersi lignin.
4.2.1 Sifat Mekanik
Gambar 7 Grafik perbandingan modulus young dan kekuatan tarik maksimum rPP dengan penambahan
aditif
Pada gambar 7 dapat dilihat perbandingan UTS dan modulus young daripada rPP
tanpa penambahan lignin, rPP dengan penambahan lignin, rPP dengan penambahan CaCO3
dan rPP dengan penambahan CaCO3 dan lignin. Modulus young tertinggi dimiliki oleh rPP
dengan penambahan CaCO3 dengan nilai 116.15 MPa.
Penambahan lignin dan CaCO3 menyebabkan meningkatnya modulus young daripada
rPP. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan mengenai penambahan
lignin. Penambahan lignin sebanyak dengan jumlah maksimal 5 phr dapat meningkatkan sifat
mekanik daripada rPP (14). Peningkatan modulus young rPP lebih baik dengan penambahan
CaCO3 jika dibandingkan dengan penambahan lignin sebagai filler. Hal ini disebabkan karena
CaCO3 yang memiliki sifat mekanik yang lebih baik jika dibandingkan lignin sendiri.
Pada grafik ini penambahan lignin menurunkan UTS dan modulus young ketika
ditambahkan ke dalam lignin + CaCO3. Penurunan ini dapat disebabkan ketidakcocokan
antara lignin dengan rPP atau dengan CaCO3 (19). Ketidakcocokan antara matriks dan
filler(lignin dan CaCO3) menurut literatur disebabkan karena sifat hidrofilik(mudah berikatan
dengan air) lignin dan hidrofobik(sulit berikatan dengan air) daripada CaCO3. Perpaduan
0 20 40 60 80 100 120 140
rpp rpp + Lignin 5 phr
rpp + CaCO3 5
phr
rpp + Lignin 5 phr +
CaCO3 5 phr
MPa
Modulus Young
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
antara kedua jenis sifat ini menyebabkan distribusi daripada kedua jenis filler ini menjadi
tidak homogen. Distribusi yang tidak homogen ini menyebabkan menurunnya sifat mekanik
daripada pencampuran lignin, CaCO3 dan rPP (19).
Gambar 8 Pengaruh penambahan lignin terhadap modulus young
Penambahan lignin sebanyak 5 meningkatkan modulus young menjadi 74.0 MPa. UTS
dan modulus young daripada rPP cenderung menurun seiring dengan penambahan lignin.
berdasarkan gambar 8 maka dapat diduga kemampubasahan lignin dan PP tidak terlalu baik.
hal ini dapat dilihat dari menurunnya kekuatan tarik dengan penambahan lignin (20). Untuk
dapat mengkonfirmasi hal ini diperlukan pengamatan dengan memperbesar permukaan
perpatahan dengan menggunakan SEM.
Menurut penelitian lain hal ini juga dapat disebabkan karena adanya perubahan
distribusi daripada lignin seiring dengan penambahan lignin sebagai aditif (20). Menurunnya
distribusi daripada lignin dapat menyebabkan menurunnya sifat mekanik daripada
pencampuran keduanya. Untuk dapat melihat dan memastikan persebaran daripada lignin
pada matriks perlu diamati lebih mendalam pada mikrostruktur daripada rPP.
0
20
40
60
80
0 5 10 15
Mod
ulus You
ng(M
Pa)
phr
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
Gambar 9 Pengaruh waktu mixing terhadap modulus young
Untuk mendapat distribusi dan dispersi yang baik maka dibutuhkan waktu mixing
yang tepat. Pada hasil pada gambar 9 terlihat penurunan daripada modulus young. Penurunan
ini dapat disebabkan dispersi dan distribusi yang menurun akibat waktu mixing. Waktu
mixing yang terlalu lama diduga memberikan waktu untuk lignin yang terdispersi pada PP
berinteraksi satu sama lainnya sehingga membentuk aglomerat. Aglomerat yang terlalu besar
ini menyebabkan penurunan daripada modulus Young pada rPP. penurunan dispersi dan
distribusi ini perlu dipastikan dalam mikrostruktur rPP. Lignin dapat berfungsi sebagai
antioksidan dan flame retardant (12).
Dari hasil variasi proses mixing dapat dilihat penurunan modulus young pada
campuran lignin dan PP. elongasi yang dapat dicapai oleh PP dan lignin semakin berkurang
dengan semakin lamanya proses pencampuran. Diduga terjadi degradasi akibat penggunaan
suhu tinggi dalam waktu yang lama. Degradasi ini menurunkan kekuatan tarik, kemampuan
elongasi dan modulus young daripada PP (20).
Gambar 10 perbandingan penambahan CaCO3 pada rPP +lignin 5 terhadap modulus young
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 20 60 90
Mod
ulus you
ng (M
Pa)
Menit
0 20 40 60 80
0 5 10
Mod
ulus You
ng
(Mpa
)
CaCO3 phr
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
Berdasarkan hasil uji tarik dapat terlihat pengaruh daripada penambahan CaCO3.
Penambahan CaCO3 menurunkan kekuatan tarik daripada rPP. Penambahasn CaCO3
sebanyak 5 phr dan 10 phr menurunkan modulus young daripada rPP . Penambahan CaCO3
tidak menghasilkan hasil yang baik dapat dikarenakan pencampuran yang tidak merata antara
PP dan CaCO3 dan lignin. Untuk dapat memastikan hasil daripada pencampuran maka
diperlukan pengamatan lebih lanjut ke dalam mikrostruktur (21).
Pada penambahan CaCO3 berlebih pada pencampuran rPP dan lignin meningkatkan
modulus Young. Peningkatan ini dapat disebabkan karena kemampuan lignin untuk
mempercepat rekristalisasi daripada CaCO3 (20). Dengan meningkatkan laju rekristalisasi
daripada CaCO3 maka diduga terbentuk aglomerat yang memiliki ukuran yang optimal
sehingga meningkatkan sifat mekanik. Untuk dapat memastikan hal ini masih diperlukan
pengamatan pada dispersi dan distribusi daripada lignin dan CaCO3.
4.2.2 Hasil Foto SEM
Dari hasil pengujian tarik terjadi penurunan kekuatan tarik maksimum dan modulus
young dengan penambahan lignin di atas 5 phr. Untuk dapat memahami penurunan yang
terjadi maka diamati kompatibilitas antara PP dengan lignin dan CaCO3. Berikut merupakan
gambar hasil uji SEM.
Gambar 11 Perbandingan morfologi rPP dengan lignin dan CaCO3(bawah) dan rPP dengan CaCO3(atas)
Dari gambar 11 CaCO3 terwakili dengan butiran-butiran putih yang tersebar pada
permukaan rPP. pada gambar 11 terlihat persebaran CaCO3 pada gambar atas tersebar lebih
merata dibandingkan dengan rPP dengan penambahan CaCO3 dan lignin. Jika dibandingkan
dengan sifat mekanik yang telah didapat pada penelitian maka hal ini telah sesuai. Sesuai
dengan penelitian yang juga mengenai sifat daripada kedua jenis aditif yang ditambahkan
PP PP
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
maka distribusi daripada kedua jenis aditif akan menurun jika dicampurkan secara bersamaan.
Pada morfologi rPP dengan penambahan CaCO3 dan lignin terbentuk porositas. Porositas
dapat disebabkan udara yang terjebak pada saat proses atau tekanan pada saat proses tidak
maksimal. Terbentuknya porositas ini dapat menyebabkan penurunan daripada sifat mekanik
daripada rPP karena terbentuknya stress concentration. Stress concentration terbentuk karena
beban yang diterima oleh rPP tersebar pada permukaan poros. Penambahan lignin tidak
menyebabkan terbentuknya agregat CaCO3 pada matriks rPP.
Gambar 12 Morfologi rPP dengan penambahan lignin 5phr(atas) dan 15 phr(bawah)
Pada gambar 12 diamati penambahan lignin terhadap morfologi daripada rPP . Pada
poin A ditunjukkan aglomerat yang terbentuk pada penambahan lignin 5 phr. Lignin
cenderung membentuk kelompok tersendiri pada penambahan lignin sebanyak 5 phr.
Pembentukan aglomerat ini dapat disebabkan ukuran lignin yang tidak disaring terlebih
dahulu sebelum dilakukan pencampuran. Pembentukan aglomerat dapat terjadi karena
kecocokan antara PP dan Lignin yang tidak terlalu baik (15).Permukaan pada gambar II
A B A
I II
III IV PP PP
PP PP
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
menunjukkan besar partikel dari lignin tidak homogen dan permukaan yang dihasilkan
cenderung kasar. Pada gambar III persebaran lignin menjadi lebih merata dengan penambahan
lignin 15 phr. Pada gambar IV terlihat aglomerat yang terbentuk pada penambahan lignin 15
phr.
Pada gambar I dan III distribusi terlihat lebih merata pada gambar III. Jika
dibandingkan dengan hasil data pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan kemampuan
mekanik daripada gambar I lebih baik. padahal didapati distribusi daripada gambar III jauh
lebih baik. untuk dapat mengamati lebih baik maka diamati pada gambar II dan IV. Pada
Gambar II dan IV merupakan perbesaran sebesar 10000x. pada gambar I dan III. Terlihat
pada gambar II besar partikel daripada lignin jauh lebih kecil dibandingkan gambar IV yang
cenderung menggumpal. Untuk dapat melihat pengaruh daripada penambahan lignin maka
perlu diamati kemampubasahan antara lignin dan rPP.
Gambar 13 Mikrostruktur perpatahan rPP dengan penambahan lignin 5 phr
Pada gambar 13 terlihat adanya celah yang terbentuk antara rPP dengan lignin. Celah
ini terlihat sepanjang interaksi antara permukaan lignin dan rPP. hal ini sesuai dengan dugaan
dan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan kurangnya kompatibilitas antara rPP dan
lignin. Kurangnya kompatibilitas ini dapat disebabkan karena perbedaan kepolaran antara rPP
dan lignin. rPP merupakan polimer yang bersifat non polar (3) dan lignin bersifat polar (15).
Perbedaan ini menyebabkan perbedaan tegangan antar muka yang besar. tegangan antar
muka ini menyebabkan lemahnya ikatan antara rPP dan lignin. Lemahnya ikatan ini
menyebabkan celah ketika diberikan pembebanan yang berlebih.
5. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
Lignin
Lignin PP PP
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
1. Polipropilene sebagai gelas air mineral mengalami degradasi sesudah penggunaan.
Degradasi yang terjadi berupa pemutusan rantai molekul.
2. Penambahan lignin mempengaruhi sifat mekanik daripada rPP. Penambahan lignin yang
optimal pada rPP adalah 5 phr karena modulus young secara signifikan.
3. Penambahan aditif yang paling optimal untuk rPP adalah penambahan CaCO3 sebanyak 5
phr jika dibandingkan dengan penambahan lignin sebagai filler.
6. Saran
1. Untuk dapat memastikan kualitas hasil dari produk maka diperlukan studi lebih lanjut
mengenai sifat rheologi daripada campuran PP dan lignin.
2. Penggunaan Lignin sebagai aditif dapat disaring terlebih dahulu untuk mendapatkan
ukuran partikel yang homogen.
3. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada mikrostruktur lignin dengan variasi waktu untuk
mengivestigasi pembentukan karbon oleh lignin dan dispersi dan distribusi daripada
lignin.
4. Dibutuhkan perlakuan khusus pada lignin untuk meningkatkan kemampubasahan
daripada lignin. Meningkatnya kemampubasahan dapat meningkatkan kemampuan
mekanik daripada pencampuran rPP dan lignin
7. Referensi
1. Pengaruh Proses Injeksi Terhadap Kwalitas Plastik. Agustinus, Ir. Sumadi. Jakarta :
Pusat Pengendalian Mutu Petrokima, PERTAMINA, 1988. hal 3,4,5,6,7
2. Hidup, Kementerian Lingkungan. Data Bank Sampah Indonesia 2012. Malang :
Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia, 2012.hal 35, 36,37, 38
3. Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Air Minum Dalam Kemasan Gelas Oleh Ud.
Jaya, 2006. Kusumastuti, Makarina. Surakarta : s.n., 2006. hal 7, 45, 48 49
4. Wiley, John. encyclopedia of Polymers. s.l. : John wiley and Sons Inc. hal 23
5. Polypropylene Processing Guide. s.l. : Ineos. hal 5-18
6. Marinov, Valey. Shaping Process for Polymers. Manufacturing Technology. 2004.
7. http://www.prlog.org/11708649-5-stages-of-the-plastic-recycling-process.html. PRLOG.
[Online] CKPolymers, 27 October 2011.
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014
8. Liquid fuels, hydrogen and chemicals of Lignin: A critical Review. Pooya azadi, Oliver
R. Inderwildi, Ramin Farnood, David A. King. Toronto : Elsevier, 2013.hal 509, 521.
9. Lignin as a base material for material application: Chemistry, application and
economics. Stewart, Derek. UK : Elsevier, 2008. hal 204, 205.
10. Degradation Study of PP and BOPP in the environment. Longo, carina. Caxias do sul :
University of Caxias do sul, 2011. www.scielo.br. 7 Juli 2014.
11. Effect of Hydrophillic and Hydrophobic Polymers and Fillers on Controlled Release
Matrix Tablets of Acylovir. P., Ashok Kumar. Pelagia : Pelagia Research Lbrary, 2013.
hal 143, 149.
12. Morphology and Mechanical Properties of PP-Wood Flour Composites. Debrova, D.
Sofia : NCSU/Bioresources, 2006. hal 211-217
13. Influence of Ozonized Kraft Lignin on The Crystallization of CaCO3. Severtson, Steven
J. Minnesota : IdeaLibrary, 2004. hal 426, 428, 430.
14. Council, 14th AFPI. Indonesia Petrochemical and Plastic Industry Update. Bangkok :
s.n., 2011. hal 35.
15. Independent Market Report on the Global and Indonesian Petrochemical Industry. s.l. :
Chandra Asri, 2011. hal 42, 43.
16. Knowledge Sharing on Indonesia Petrochemical Outlook. s.l. : ptt Global Chemical,
2013. hal 14.
17. Wong, Dr. Chee. A Study of Plastic Recycling Supply Chain. s.l. : University of Hull
Business School and Logistics Institute, 2010. hal 20, 24.
Modifikasi limbah…, Christian Hidayat, FT UI, 2014