chemical of daily necessary
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
CHEMICAL DAILY OF NECCESSARY
DESINFEKTAN
Definisi
Desinfektan adalah zat-zat yang digunakan untuk mendesinfeksi
bermacam-macam permukaan dengan zat-zat kimiawi, yaitu dengan mematikan
atau menghentikan pertumbuhan hama patogen yang terdapat padanya.
Persyaratan ideal desinfektan sebagai berikut:
Berspektrum luas
Toksisitasnya rendah
Baunya tidak merangsang
Daya adsorbsinya rendah pada karet, zat-zat sintesis, dan bahan-bahan lain
Tidak korosif (bereaksi secara kimiawi) terhadap alat yang didesinfektasi
Khasiat
Desinfektansia berkhasiat terhadap kuman Gram-positif maupun Gram-
negatif, tetapi berbeda dalam kegiatannya. Spora kuman sukar dimatikan dan
hanya beberapa jenis desinfektan memiliki sifat sporisida yang kuat, misalnya
senyawa klor dan iod, aldehida, dan asam per (misal asam perklorat). Spora jamur
dan ragi peka bagi kebanyakan desinfektansia.
Faktor dan Pengaruh Khasiat
Pemusnahan mikroorganisme tergantung pada jenis desinfektan dan waktu
exposure-nya terhadap hama.
Waktu exposure
Larutan iod 4% mematikan kuman dalam waktu 1 menit sedangakan
larutan 1 % memerlukan 4 menit dan spora baru musnah setelah 2-3 jam.
Mekanisme kerja
Cara kerja desinfektansia berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai
berikut:
1. Denaturasi protein mikroorganisme, yakni perubahan strukturnya hingga
sifat-sifat khasnya hilang.
2. Pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen, alkohol, dan
garam-garam logam)
3. Oksidasi protein (oksidansia)
4. Menggangu sistem dan proses enzim ( zat-zat halogen, alkohol dan garam-
garam logam)
5. Modifiksai dinding sel dan atau membran sitoplasma (desinfektansia
dengan aktivitas permukaan)
Penggolongan
Desinfektansia dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yakni:
1. Senyawa Halogen : providon-iod, iodoform, Ca-Hipoklorit, Na-Hipoklorit
(Eusol, Dakin), toksilkloramida, klorheksidin, kliokinol, heksaklorofen,
triklokarban, klorksilenol, dan triklosan.
2. Derivat Fenol : fenol, kresol, resorsinol, dan timol.
3. Zat-zat dengan aktivitas permukaan : cetrimida,ctylpiridimium,
benzalkonium, dan dequalinium.
4. Senyawa alkohol, aldehida, dan asam : etanol dan isopropanol,
formaldehida dan glutaral, asam asetat dan borat.
5. Senyawa logam : merkuriklorida, fenilmerkurinitrat dan merbromin,
peraknitrat dan silverdiazin, seng oksida.
6. Oksidansia : hidrogenperoksida, sengperoksida, Na-perborat (Bocasan),
Kaliumpermanganat, dan kaliumperklorat.
7. Lainnya : Heksenidin dan heksamidin, Nitrofural, belerang, Ichtammon,
etilenoksida, oksikinolin (Superol), dan Acriflavin.
FORMALDEHID
Formaldehid berupa gas, tapi biasa tersedia sebagai larutan 40% dalam air
dengan nama formalin dan digunakan sebagai antiseptic, disinfektan, deodorant dan
sebagai larutan untuk membalsem mayat.
Bentuk polimernya yaitu trioksimetilen atau paraformaldehid, jika terkena panas
akan terurai menjadi formaldehid yang digunakan untuk fumidasi. Praformaldehid juga
digunakan untuk memberi kekuatan terhadap air pada kertas atau kain, dan juga sebagai
perekat plywood dan papan kayu yang lain. Paraformaldehid, kadang-kadang
mengandung formaldehid bebas. Batas paparan formaldehid 2 ppm, dan dosis fatal
formalin 60-90 ml.
Gejala klinis
Keracunan formaldehid melalui inhalasi menyebabkan iritasi pada saluran nafas,
selain itu juga merangsang mata. Bebrapa orang mungkin sensitive terhadap formaldehid
pada kadar 1 ppm. Gejala lain yang dapat timbul pada ppm rendah, antara lain edema
laring dan reaksi sensitifitas seperti urtikaria.
Tindakan penanggulanan
Atasi syok, anuria dan penyempitan eskofagos yang dapat terjadi.
Identifikasi formaldehid
Dapat tercium bau formaldehid dari nafas penderita. Selain itu, jika 3 ml larutan
yang diperiksa dicampur dengan 10 tetes larutan fenilhidrazin HCl 5%, 2 tetes larutan
natrium prusid 0,5%, dan 10 tetes larutan natrium hidroksida akan timbul warna biru
yang berubah menjadi hijau dan kemudia kuning-merah yang menunjukan formaldehid.
Jika warna yang timbul merah, menunjukan asetaldehid
ISOPROPANOL
Isopropanol atau isopropyl alcohol digunakan sebagai disinfektan dapat sampai
70%, terdapat dalam after shave lotion, cairan pembersih dan juga antifreeze. Selain itu
juga digunakan dalam sponge alcohol dan lain-lain. Isopropanol 2 kali lebih tiksik
disbanding dengan alcohol.
Didalam hati, isopropanol teroksidasi menjadi aseton terutama oleh
dihidrogenase alcohol. Sedikit sekali alcohol yang mengalami metabolisme lebih lanjut
dan asidosis bukan merupakan gejala klinis keracunan isopropanol.
Keracunanisopropanol dapt terjadi melalui mulut, inhalasi, dan absorpsi melalui
kulit. Dosis fatal per oral 250 ml, dan 15% diantaranya akan dieubah menjadi aseton yang
mempunyai efek sebagai depresan system saraf pusat. Akibat keracunana isopropanol,
antara lain trakesbronkhitis, bronchopneumonia, dan pendarahan endema paru.
Kerusakan paru terjadi karena pengelueran isopropanol melalui paru.
Gejala klinis
Gejala keracunana yang timbul seperti pada keracunana etanol, terutama mual,
muntah, gastritis berat, hemetemesis, narkosis nefrakter, arefleksia, depresi pernafasan,
oliguria diikuti diuresis. Komplikasi dapat terjadi selain, juga hipotensi, syok, hipoterni,
nafas terhambat, pneumonia aspirasi dan ketosis.
Tindakan penanggulangan:
Keracunan akut:
1. jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan dengan oksigen jangan
dirangsang agar muntah.
2. berikan karbon aktif. Pengurasan lambung dengan saluran arus udara yang
dilindungi akan berguna, meskipun terlambat.
3. tekanan darah perlu mendapat perhatian.
4. berikan larutan glukosa secara IV, dan atasi dehidrasi serta ketidakseimbangan
elektrolit.
Identifikasi isoprofil alkohol
Campur 1 ml larutan sampel yang diperiksa dengan 5 ml larutan merkuri
sulfat, dan panaskan dengan hati-hati selama 5 menit diatas penangans air. Jika
terjadi endapan menunjukan isopropyl alcohol, aseton atau senyawa keton
lainnya. Larutan merkuti sulfat dibuat dengan cara mengaduk 2 g merkuri oksida
yang kuning dengan 16 ml air, ditambah asam sulfat pekat 8 ml dan terus diaduk.
Selanjutnya ditambah air 16 ml dan diaduk terus sampai larut
SABUN DAN DETERGENSIA
Sabun dalam arti sempit (garam alkali asam lemak tinggi), tensida aktif
anionic (misalnya alkilsulfat, alkilsulfonat, aklilbenzosulfonat), yang digunakan
dalam sabun pencuci, serta tensida aktif kationik (sabun invert) yang bermanfaat
sebagai desinfektansia dapat menyebabkan rangsangan local pada kulit dan
mukosa. Pada mata dapat terjadi bahaya konjungtivitas dan pengeruhan kornea.
Pada pemasukan secara oral, misalnya anak-anak yang secara tak sengaja
meminum larutan sabun atau tensida, dapat menyebabkan gastroenteritis disertai
muntah (bahaya aspirasi busa) dan diare. Jika masuk ke dalam darah akan terjadi
hemolisis.
Pengobatan Utama
Pemberian antibusa dalam bentuk polisiloksan (misalnya lefax),
selanjutnya dapat pula diberikan karbomedisinalis. Pada pemasukan larutan pekat,
minum banyak cairan, sebaiknya susu.
A. Larutan Sabun (Larutan sabun kalium, lisol, Lysoform)
Sering pula digunakan oleh orang awam untuk mengugurkan kandungan.
Jika larutan sabun setelah rusaknya mukosa uterus masuk ke rongga perut
dan mencapai aliran darah, terjadi bahaya keracunan yang parah :
peritonitis, kemolisis, hemoglobinuria, pembentukan methemoglobin,
koagulopati kelelahan, kadang-kadang kegagalan ginjal, takhikardia,
kejang, syok, koma.
Untuk menyelamatkan pasien harus segera dilakukan hemodialisis. Pada
saat bersamaan diinfus larutan natrium hidogenkarbonat, untuk
menurunkan konsentrasi hemoglobin dalam ginjal dan menjaga agar
hemoglobin tetap ada dalam larutan. Jika terjadi anuria dilakukan transfuse
penukar.
Senyawa alkali dan fosfat dalam laruran sabun
Senyawa alkali dan fosfat, banyak digunakan dalam pembuatan
sabun,sintesa bahan kimia, dan sebagai pembersih. Senyawa alkali dan
fosfat meliputi, antara lain kalium hidroksida natrium hidroksida, kalium
karbonat, natrium karbonat, dan natrium fosfat.
Senyawa alkali dengan protein akan membentuk proteinat dan dengan
lemak akan membentuk sabun. Dengan demikian jika terjadi kontak antara
senyawa alkali dengan jaringan menyebabkan jaringan menjadi lunak,
nekrotik, dan akan terjadi penetrasi yang dalam. Karena kelarutannya
dapat menyebabkan terjadi penetrsi lebih lanjut dalam beberapa hari.
Akibat stimulasi yang intensif dari senyawa alkali menyebabkan hilangnya
reflek tonus vaskuler dan hambatan kerja jantung.
Gejala Klinis :
Keracunan Akut :
1. Keracunan senyawa alkali kuat melalui mulut menyebabkan
rasa sakit, muntah, diare, dan kolaps. Jika kematian tidak
terjadi dalam waktu 24 jam, penderita akan membaik dalam
waktu 2-4 hari dengan gejala yang timbul tiba- tiba yaitu rasa
sakit, rasa kaku pada lambung, dan penurunan tekanan darah
yang disebabkan oleh perforasi pada esofagus dan saluran
cerna,yang terjadi kemudian. Meskipun penderita dapat
sembuh, penyempitan pangkal tenggorokan yang menyebabkan
kesukaran menelan dapat terjadi berminggu – minggu, berbulan
– bulan, bahkan bertahun – tahun. Timbulnya kanker
merupakan resiko yang dapat terjadi.
2. Keracunan melalui mulut senyawa alkali lain seperti
heksametafosfat, tripolifosfat, dan senyawa fosfat lain sebagai
detergen atau pencahar, dapat menyebabkan gejala seperti
shock, penurunan tekanan darah, sianosis, koma,dan kadang –
kadang gejala tetanus karena kekurangan kalsium.
3. Kontaminasi mata dengan larutan alkali pekat, menyebabkan
kerusakan kornea, dan edema konjungtiva. Larutan encer
senyawa amin yang bersifat alkali, juga dapat menyebabkan
kerusakan kornea.
4. Pada kontaminasi kulit terjadi penetrasi senyawa alkali secara
perlahan – lahan. Dengan demikian, kerusakan yang terjadi
akan tergantung pada lamanya terjadi kontak.
5. Senyawa dietil aminoetanol dan 2-N-dibutilaminoetanol
penghambat enzim kolinesterase.
Keracunan Kronik
Keracunan kronik pada kulit menyebabkan dermatitis kronik.
Tindakan pencegahan :
Pekerja yang berhubungan dengan senyawa alkali dan fosfat harus
mengetahui ketentuan keamanan dan keselamatan kerja, termasuk
kelengkapan peralatan. Senyawa alkali dan fosfat harus disimpan
ditempat aman dengan kemasan dan tutup.
Tindakan penanggulangan pada keracunan melalui mulut :
Tindakan gawat darurat :
Encerkan senyawa alkali yang tertelan dengan diberi minum air
atau susu dan biarkan muntah. Jangan dilakukan usaha untuk
muntah atau menguras lambung, karena akan meningkatkan terjadi
perforasi. Jika diduga terjadi korosi, lakukan esophaguskopi dalam
waktu 24 jam, untuk mencegah terjadinya korosi pada saluran
cerna bagian atas.
B. Tensida non ionic (Polyetilenglikol)
Mempunyai toksisitas yang kecil, hal yang sama berlaku untuk bahan
penambah pada sabun pencuci (zat pemutih, zat pelembut) dalam
konsentrasi yang biasa terdapat dalam sabun tersebut
Identifikasi Keracunan Detergen
Jika keracunan sudah agak lama, korban dibuat muntah untuk mengosongkan
lambung, dengan pemberian larutan NaCl (garam dapur) hangat. Tetapi hal ini
tidak diperbolehkan untuk korban yang masih pingsan atau keracunan detergen,
bensin, BTX (benzene, toluene, xylene), CCl4.
a. Natrium Hidroksida
NAtrium hidroksida merupakan senyawa alkali yang kuat. Keracunan
yang terjadi untuk maksud bunuh diri atau merupakan suatu kecelakaan.
Seperti identifikasi kalium hidroksida, kecuali tes nyala api memberikan
warna kuning dari natrium.
b. Kalium karbonat
Kalium karbonat tidak digunakan sebagai obat sistemik karena sifat
iritasinya yang kuat. Larutan kalium karbonat membuat kertas lakmus
menjadi biru.
Tes nyala api Kalium memberikan warna ungu atau violet. Warna
kuning menunjukkan natrium
Pada bahan padat yang diperiksa ditambahkan 1 mL larutan asam
klorida encer. Gas yang timbul mungkin karbon dioksida. Tetesan
larutan kalsium klorida yang ditahan diatas campuran akan menjadi
susu.
c. Kalium hidroksida
Larutan Kalium hidroksida dapat membakar jaringan tubuh 2,5 gram
kalium hidroksida dapat mengakibatkan kematian pada orang dewasa.
Kalium hidroksida padat jika dibiarkan pada udara terbuka, akan menjadi
basah. Larutan kalium hidroksida membuat kertas lakmus menjadi biru,
dan pada kulit tersa seperti sabun. Pada tes nyala api memberikan warna
ungu-violet.
FLUOR, HIDROGEN FLUOR dan TURUNANNYA
Garam Fluorida digunakan untuk pencegahan karies yang ditambahkan dalam
pasta gigi dan digunakan juga sebagai rodentisida. Satu yube pasta gigi dapat
mengandung sampai 67 mg garam fluoride.
Metil sulfonil fluoride digunakan sebagai fumigan, natrium sulfonil fluoride atau
kreolit digunakan untuk mereduksi alumunium dan dalam banyak proses industri lain.
Fluor, hydrogen fluoride dan turunannya, bersifat korosif terhadap jaringan,
karena merupakan racun sel langsung dengan efek mempengaruhi metabolisme kalsium
dan mekanisme enzim. Selain itu, fluoride dengan kalsium akan mengendap, sehingga
menurunkan kadar kalsium dalam plasma. Jika kulit dan selaput lendir terkena hydrogen
fluoride akan terjadi penetrasi yang dalam, dan ulserasi nekrotik.
Larutan netral fluoride dengan kadar 1-2% akan menyebabkan radang dan
nekrosis selaput lender. Pada kematian yang disebabkan oleh absopsi fluoride yang
berkeanjangan akan menyebabkan enebalan struktur tulang dengan klasifikasi, sehingga
ruang sumsum tulang berkurang. Akibat keracunan flour dan flourida, umumnya kerena
terjadi korosi. Gejala keracunan fluor, hydrogen fluoride dan turunannya melalui inhalasi.
Gejala klinis:
Keracunan akut:
Melalui mulut
Keracunan melalui mulut senyawa fliorida yang netral seoerti natrium fluoride atau
natrium silikofluorida akan menyebabkan salvias, mual, muntah, diare, dan sakit perut.
Selanjutnya badan lemah, tremor, pernapasan dalam, dan konflusi. Kematian diakibatka
oleh kelumpuhan pernafasan. Jika tidak segera terjadi kematian akan timbul oliguria dan
ikterus.
Kontaminasi kulit:
Kontaminasi larutan hydrogen fluoride ada kulit atau selaput lender, menyababkan
kerusakan yang tergantung pada kadarnya. Kadar diatas 60% menyababkan timbul rasa
terbakar yang sangat sakit. Sedangkan jika kadar kurang dari 50%, hanya menimbulkan
iritasi atau tidak memberikan efek apa-apa.
Keracunan kronik:
Keracunan kronik fluor, hidrogenfluorida dan turunannya, dapat terjadi melalui milut dan
inhalasi. Lebih dari 6 mg fluor perhari akan menyebabkan timbul “fluorosis” dengan
gejala kehilangan berat badan, tulang rapuh, anemia, badan lemah, kesehatan secara
umum terganggu, sendi kaku, dan gigi berwarna hitan jika keracunana terjadi dalam
waktu pertumbuhan.
Tindakan penanggulangan:
Keracunan melalui mulut :
1. jika terjadi keracunan hidrogenfluorida melalui mulut, lakukan tindakan
penanggulangan seperti pada keracunan asam.
2. pada keracunan fluoride yang netral:
tindakan gawat darurat:
berikan larutan senyawa kalsium, seperti kalsium glukonat, kalsium laktat, atau susu.
Kadar garam kalsium 10 g/250 ml air. Berikan 10 g kalsium glukonat dan 30 g
magnesium sulfa dalam 250 ml air/oral, untuk mengeluarkan fluoride dari usus
dengan cara mengendapkan.
GAS KLOR (Bahan Pemutih Pakaian)
Adalah suatu senyawa yang melepaskan klor antara lain digunakan
sebagai desinfektan air minum dan pemutih pakaian misalnya natrium hipoklorit.
Keracunan gas klor ini dapat terjadi melalui inhalasi.
Bahan Pemutih Pakaian
Bahan pemutih pakaian digunakan dalam rumah tangga, biasanya
mengandung natrium hipoklorit 5%. Keracunan dapat terjadi melalui
inhalasi.
a. Gejala Klinis :
Iritasi dan rasa terbakar pada jaringan yang terkena, batuk, muntah, dan
bau mulut yang khas. Kontaminasi pada mata akan menyebabkan
konjungtivitas, tanpa kerusakan kornea yang serius. Keracunan melalui
inhalasi menyebabkan iritasi, batuk, dispnea, dan radang paru.
b. Tindakan Penanggulangan :
1. Usahakan untuk tetap hidup
2. Jika keracunan melalui inhalasi, pindahkan segera penderita untuk
menghindari kontak lebih lanjut.
3. Lakukan tindakan suportif, dan berikan obat yang bersifat
simptomatik.
Identifikasi Keracunan Gas Klor (Bahan Pemutih Pakaian)
Batas paparan gas klor 1 ppm, dan kadar 0,1 % sudah dapat mengakibatkan
kematian dalam beberapa menit. Dari muntahan dan nafas penderita keracunan,
tercium bau gas klor. Selain itu, gas klor akan memutihkan warna pakaian atau
kain yang basah.
1. Masukkan kertas pati iodide yang basah ke dalam mulut penderita
keracunan, atau celupkan kedalam muntahan. Warna biru menunjukkan
klor atau brom.
2. Pada 2 ml larutan bahan yang diperiksa, ditambahkan beberapa tetes
larutan perak nitrat dan 1 ml larutan asam nitrat encer. Endapan putih
(perak nitrat) yang terjadi akan larut dengan penambahan larutan
ammonium hidroksida berlebih (setiap penambahan 1 tetes terus dikocok),
menunjukkan klor.
Analisis Keracunan Klor (Bahan Pemutih Pakaian)
Sampel, ditambahkan 2 ml asam sufat pekat memberikan warna jingga merah
yang berubah menjadi cokelat jika ditambahkan beberapa tetes formalin dan jika
ditambahkan beberapa tetes kalium dikromat maka akan memberikan warna hijau
cokelat.
INSEKTISIDA
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga
dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan
dengan langsung meracuni si serangga tersebut. Oleh karena itu, akan dijelaskan
mengenai beberapa hal pokok tentang mekanisme insektisida dalam
mengendalikan serangga.
Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman dibedakan menjadi
tiga macam sebagai berikut:
a. Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata,
meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan
melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem.
Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya.
Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian
tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk
ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman
yang mengandung residu insektisida.
b. Insektisida Non-sistemik
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya
menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel
pada permukaan tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan
presistensinya), teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan mati apabila
memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida. Residu
insektisida pada permukaan tanaman akan mudah tercuci oleh hujan dan siraman,
oleh karena itu dalam aplikasinya harus memperhatikan cuaca dan jadwal
penyiraman.
c. Insektisida Sistemik Lokal
Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat
ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang
jatuh ke permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke
jaringan parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke seluruh mefosil
daun (daging daun) hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis
daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan
menjadi 3 kelompok sebagai berikut:
a. Racun Lambung (racun perut)
Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran
dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan.
Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding
usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan
jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju
ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena
itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang
mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.
b. Racun Kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui
kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut si
serangga. Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan
insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.
c. Racun Pernafasan
Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam
bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila
menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan
racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
Keracunan Insektisida
Pada umumnya insektisida yang ada dipasaran berupa racun serangga
organofosfat. Racun serangga ini sering dicampur dengan bahan pelarut minyak
tanah sehingga pada keracunan organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda
dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri.
Farmakologi Insektisida
Organofosfat menyebabkan fosforilasi dari ester asetilkolin esterase (sebagai kolin
esterase inhibitor) yang bersifat irrevisible sehingga enzim ini menjadi inaktif
akibat penumpukkan asetilkolin. Efek klinik yang terjadi adalah stimulasi yang
berlebihan oleh asetilkolin.
Identifikasi Insektisida
Identifikasi Insektisida dapat dilihat dari gejala-gejala berikut :
1. Salivasi
2. Lakrimasi
3. Urinasi
4. Diare
5. Emesis miosis
6. Bronkokonstriksi dengan sekresi lanjutan
Ciri-cirinya :
Penderita akan mengeluarkan lender dan mulut berbusa dan
bau organofosfat yang tertelan.
Penanggulangan Keracunan Insektisida
Dicuci dengan sabun dan air yang mengalir
Pemberian norit dan cathartic
Pemberian Atropin
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek asetilkolin pada
reseptor muskarinik tapi tidak dapat menghentikan efek nikotinik.
Pemberian pralidoksin
Bekerja sebagai reaktivator dari kolin esterase pada neuromuscular
junction dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat
melewati sawar otak.
Naftalen
Naftalen atau ynag sehari-hari kita kenal sebagai kamfer, dihasilkan dari
terbatubara yang digunakan sebaga senyawa antara dalam sintesa bahan kimia dan dalam
rumah tangga digunakan sebagai anti-ngngat dalam lemari pakaian.
Naftalen dapat menyebabkan hemolisis, selanjutnya terjadi blockade tubula ginjal
disebabkan oleh pengendapan hemoglobin. Hemolisis hanya terjadi pada penderita yang
karena faktor keturunan kekurangan glukosa 6-fosfat dehidrogenasi dalam sel darah
merah, sehingga kadar butation tereduksi menjadi rendah dan meningkatkan
kepekaanterjadinya hemolisis terhadapt metabolit naftalen. Selain itu, naftalen sangat
berbahaya bagi anak-anak sampai umur 6 tahun karena dengan cepak akan terabsorpsi.
Akibat keracunan naftalen, terutama hemolisis, ikterus, oliguria, dan komvulsi. Dosis
fatal peroral kira –kira 2 g dan batas paparan 10 ppm.
Gejala klinis:
Keracunan akut
Melalui mulut:mual, muntah, diare, hematoria, anemia, ikterus, rasa sakit pada
waktu kencing sampai oliguria atau anuria. Pada keracunan yang lebih parah dapat
menyebabkan kegelisahan yang berlebihan, dan komvulsi.
Melalui inhalasi:Gejala yang timbul, kebingungan mental dan gangguan penglihatan.
Dosis tinggi uap naftalen dapat mengakibatkan lensa mata menjadi bulat.
Keracunan kronik
1. keracunan kronik melalui mulut berkali-kali dapat menyebabkan timbul
gejala seperti keracunan akut
2. kontaminasi kulit terus-menerus dapat menimbulkan dermatitis dengan
gejala rasa gatal, kulit merah dan terkelupas.
3. kontaminasi mata akan menimbulkan iritasi mata
Tindakan pencegahan:
Perlu ventilasi ruangan yang cukup, jika pekerja dengan naftalen.pekerja yang
berhubungan dengan naftalen, secara periodik harus diperiksa mata, darah dan urinnya.
Tindakan gawat darurat:
Keluarkan naftalen yang tertelan dengan upaya muntah atau pengurasan lambung
Tindakan umum:
1. berikat natrium bikarbonat 5 g peroral, setiap 4 jam atau sesuai dengan kebutuhan
agar urin menjadi alkali
2. berikan cairan sampai 15 mL/ kg/gram dengan ditambah foresemid 1 mg/ kg
adagr pengeluaran urin maksimumuntuk mencegah perusakan ginjal karena
endapan hemoglobin.
3. berikat tranfusi darah berulang-ulang, sampai hemoglonin 60-80% dari normal.
4. hemolisis atau eprtukaran tranfusi, dapat dilakukan jika timbul gejala karena efek
keracunan yang berat pada sistem syarat pusat.
Identifikasi Naftalen
Naftalen bukan racun yang meatikan, tapi keacunan melalui mulut akan
mengakibatkan gangguan serius. Naftalen mempunyai bau yang spesifik.
KARBON MONOKSIDA
Gas karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna
bahan-bahan yang mengandung karbon dari mesin dan kendaraan bermotor dan
dapat merupakan emisi dari alat seperti pembakar sate. Selain itu, metilen klorida
yang digunakan sebagai pelarut, dalam tubuh dikonversi menjadi karbon
monoksida. Karbon monoksida juga digunakan untuk memadamkan kebakaran,
pembuatan baja, dan juga terdapat dalam lorong-lorong pertambangan. BP atau
batas paparan dalam lingkungan industri 35 ppm.
Identifikasi Karbon monoksida
Karbon monosida mempunyai afinitas 200-300 kali lebih besar terhadap
hemoglobin dibandingkan dengan oksigen, sehingga mmmudah terbentuk
methemoglobin.
Pada 2 tetes darah penderita keracunan dilempeng porselen, ditambahkan
2 tetes larutan natrium hidroksida encer. Jika perlahan-lahan terbentuk
endapan merah muda, enunjukkan karbon monoksida. Endapan coklar,
tidak menunjukkan karbon monoksida (Tes Kunkel). Untuk perbandingan
juga dilakukan tes yang sama, pada darah orang normal.
Celupkan kertas saring kedalam larutan palladium klorida 2 %. Keringkan
dan lindungi kedua bidang kertas dengan pita celophan karena sangat
sensitif terhadap hydrogen sulfide dan gas hydrogen. Untuk memeriksa
gas monoksida, buka sebelah bidang kertas sebelum digunakan. Warna
abu-abu menunjukkan karbon monoksida, bandingkan dengan kertas yang
tidak terkena karbon monoksida.
OBAT ANTISEPTIKA
Obat antiseptic adalah obat yang menghambat pertumbuhan dan perkmbangan
mikroba, sehingga tidak terjadi septis.
Obat antiseptic dapat dikelompokan dalam golongan :
1. Asam Borat dan turunan boron
2. Halogen dan sanyawa halogen
3. Fenol dan turunan fenol
4. Detergen kationik
5. Logam berat
Asam Borat dan turunan boron
Termasuk dalam golongan ini asam borat, natrium borat atau boraks, dan natrium
perborat. Selain itu, senyawa boron oksida banyak digunakan dalam industrin.
Sedangkan pentaboran, dekaboran, dan diboran, digunakan sebagai propelan.
Asam borat umumnya digunakan sebagai antiseptic dan sebagai bahan pelican
dalam bedak. Boraks digunakan sebagai bahan pembersih, sedangkan natrium
perborat digunakan dalam pasta gigi dan obat kumur.
Asam borat dan senyawa borat lain merupakan racun bagi semua sel dan efeknya
terhadap organ tubuh tergantung pada kosentrasi yang dicapai dalam organ
tersebut. Karena kadar tertinggi dicapai pada waktu ekskresi maka ginjal
merupakan organ paling terpengaruh dibangdingkan organ yang lainnya. Dosis
fatal borat, boraks, dan natrium perborat, antara 0,1-0,5 g/kg berat badan.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut, absorpsi melalui kulit, selaput lender, dan
lubang tubuh lainnya. Akibat keracunan asam borat dan turunan boron, terutama
demam, anuria,dan ekskoriasi kulit.
Gejala klinis :
Jika terjadi keracunan melalui mulut, gejala yang timbul antara lain muntah,
letargi, hiperpireksia, ikterus, kerusakan ginjal, sianosis, tekanan darah turun,
pingsan dan kematian. Keracunan kronik dapat disebabkan oleh absorbs dalam
waktu lama akan menyebabkan anoreksia, berat badan turun, ruam kulit, alopesia,
anemia dan konvulsi.
Tindakan pencegahan
Hindari penggunaan yang berlebihan, selain itu dapat digunakan bahan atau
senyawa lain dengan daya kerja yang sama, tapi tidak atau kurang toksik.
Tindakan penanggulangan;
Keracunan akut ;
Tindakan gawat darurat :
1. Buat saluran arus udara, dan perhatikan pernafasan penderita
2. Jika keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah dan diberi
karbon aktif. Mungkin diperlukan pengurasan lambung.
Tindakan umum :
1. Berikan caira secara oral, agar pengeluaran urin lancar. Jika penderita
muntah-muntah, berikan larutan dekstrosa 5% secara IV, 10
mlkg/hari. Jika perlu ditambahkan elektrolit untuk menggantikan yang
hilan.
2. Atasi konvulsi dengan pemberian diazepam 0,1 mg/kg secara IV
dengan hati-hati.
3. Keluarkan asam borat dalam sirkulasi dengan cara dialisa peritoneal
atau hemodialisa, atau pada bayi dengan transfuse sebagai pengganti.
Pemberian obat diuretika berbahaya, jika fungsi ginjal terganggu.
4. Atasi anuria, dan atasi infeksi kulit dengan obat kemoterapi yang
spesifik.
Keracunan kronik ;
Selanjutnya hentikan penggunaan asam borat atau boraks.
Fenol dan Turunan Fenol
Golongan fenol dan turunan fenol meliputi fenol, kreosol, kresol, heksilresorsinol,
resorsinol, mentol, dan timol. Karbol mengandung fenol, sedangkan lisol
mengandung kresol. Fenol bekerja dengan cara mengendapkan protein sel.
Keracunan fenol dan turunan fenol dapat terjadi secara sistemik dan/atau local.
Secara local dapat mennyebabkan kulit terbakar, atau dapat terjadi tukak selapur
lender.
Gejala klinis :
Jika terjadi keracunan melalui mulut, gejala yang timbul adalah mual, muntah,
diare darah, bibir dan mulut bewarna putih, rasa sakit ditenggorokan dan perut,
pusing, depresi, napas dalam, sianosis dan koma. Kontaminasi dengan kulit
menyebabkan kulit tebakar.
Tindakan pencegahan;
Keracunan akut
Tindakan gawat darurat :
1. Atasi gangguan pernafasan jika perlu dibuat saluran arus udara.
2. Jika tidak terjadi luka pada esophagus, usahakan untuk muntah,
dan lakukan pengosongan lambung
3. Jika terkena kulit atau selaput lendir siram dan cuci selama 15
menit, kemudian dioleskan dengan minyak kastroli.
Tindakan umum :
1. Jika kabar bikarbonat di dalam darah dibawah 20 mEq/liter,
lakukan tindakan seperti keracunan golongan salisilat.
2. Konvulsi yang terjadi diatasi dengan hati-hati dengan diazepam 0,1
mg/kg secara IV perlahan-lahan.
3. Atasi anuria dan kerusakan hati yang dapat terjadi.
Keracunan kronik ;
Hentikan penggunaan obat dan barang yang mengandung fenol atau
turunannya dan lakukan tindakan seperti keracunan akut.