chapter i.pdf
DESCRIPTION
hemodialisaTRANSCRIPT
![Page 1: Chapter I.pdf](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081908/55cf9c32550346d033a8fdcf/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kelainan ginjal berupa
kelainan struktural atau fungsional yang dimanifestasikan oleh kelainan patologi
atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik atau kelainan pada pemeriksaan
radiologi atau adanya penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan
(Bakri, 2005).
PGK kini telah menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di dunia.
Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GBD), penyakit ginjal dan
saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap
tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke 12
tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Saat ini
terdapat satu juta penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal
(dialisis) dan angka ini terus bertambah sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat
dua juta orang yang menjalani dialisis.
Harapan hidup pasien dengan penyakit ginjal kronik meningkat pada
dekade terakhir dengan adanya peningkatan teknik dialisis. Namun demikian,
ternyata dialisis tidak sepenuhnya mengembalikan kualitas hidup penderita seperti
semula. Walaupun dialisis berkala mencegah kematian akibat uremia, rendahnya
harapan hidup pasien masih menjadi suatu permasalahan. Saat terapi pengganti
ginjal sudah dimulai, rentang harapan hidup pasien yang dilaporkan adalah sekitar
8 tahun (tergantung ras) untuk pasien dialisis berumur 40 sampai 44, dan sekitar
4,5 tahun untuk pasien yang berumur 60 sampai 64 tahun. Angka ini hanya sedikit
lebih baik dari angka kematian akibat kanker paru dan jauh lebih buruk dibanding
populasi umum yang memiliki harapan hidup 30 sampai 40 tahun untuk umur 40
sampai 44, dan 17 sampai 22 tahun untuk umur 60 sampai 64. Dari pernyataan di
atas, dapat disimpulkan bahwa terapi pengganti ginjal sendiri belum dapat
disetarakan dengan fungsi ginjal sehat (United States Renal Data System, 2009
dalam Mailloux dan Henrich, 2009).
Universitas Sumatera Utara
![Page 2: Chapter I.pdf](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081908/55cf9c32550346d033a8fdcf/html5/thumbnails/2.jpg)
Penurunan kualitas hidup terlihat jelas pada kelompok pasien yang telah
menjalani hemodialisis dalam waktu yang lama. Kelompok pasien ini
mengeluhkan banyak permasalahan yang terkait dengan kesempatan beraktivitas,
beban biaya yang dikeluarkan, beban pembatasan konsumsi cairan, dan bahkan
pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ginieri-Coccosis et al, 2008).
Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik
(Kilzieh et al, 2008). Depresi pada pasien dialisis dapat mempengaruhi mortalitas
terlepas dari keteraturannya menjalani dialisis itu sendiri. Angka rawat inap pada
pasien PGK dengan gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 – 3,0 kali
dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya dan juga dikatakan bahwa
depresi merupakan faktor resiko independen terhadap angka kematian pada pasien
ini (National Kidney Foundation, 2002). Prevalensi pasti akan depresi pada pasien
dialisis masih belum jelas. Angka depresi ini berkisar antara 10% - 66%. Deviasi
yang besar ini diduga akibat perbedaan kriteria yang digunakan untuk mengakses
gangguan depresif tersebut (Schmidt et al, 2009). Penelitian Kimmel (2001)
mendapati prevalensi depresi dengan skor BDI > 10 mencapai 46,4%. Wilson dan
Martin menggunakan skoring yang berbeda untuk mengakses depresi pada pasien
HD, yaitu berturut-turut BDI dan HADS. Hasilnya memiliki perbedaan yang
cukup signifikan, yaitu 38,7% (BDI) dan 71,4% (HADS) (Wilson et al, 2006 dan
Martin et al, 2004 dalam Chilcot et al, 2008). Walaupun terdapat perbedaan
dalam angka kejadian depresi ini, namun angka ini masih menggambarkan bahwa
depresi sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang
menjalani hemodialisis. Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian dari Universitas
Indonesia menemukan bahwa prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani
hemodialisis mencapai 31,1% dan sebagian besar komponen kualitas hidup
mereka lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menderita depresi (Wijaya,
2005).
Meskipun depresi merupakan penderitaan tambahan pada pasien-pasien
dialis, namun usaha untuk mengatasinya, terutama intervensi psikososial, hanya
mendapat perhatian kecil tenaga medis (Chilcot et al, 2008). Sampai saat ini
masih sedikit penelitian di Indonesia yang mengkaji kualitas hidup pasien PGK
Universitas Sumatera Utara
![Page 3: Chapter I.pdf](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081908/55cf9c32550346d033a8fdcf/html5/thumbnails/3.jpg)
yang menjalani hemodialisis, khususnya yang mengalami depresi. Kewaspadaan
dan minat praktisi Indonesia untuk melihat aspek psikis/kejiwaan masih kurang,
terutama dalam keterkaitannya terhadap kualitas hidup pasien (Wijaya, 2005).
Oleh karena uraian di atas, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui gambaran depresi dan kualitas hidup serta hubungan antara
keduanya pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis berkala.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara depresi dan kualitas hidup pada
penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala.
1.3.2 Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui gambaran karakteristik sosio-demografis pasien penderita
PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan.
b. Mengetahui gambaran proporsi depresi pada pasien penderita PGK
yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan.
c. Mengetahui gambaran derajat kualitas hidup pasien penderita PGK
yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan.
d. Mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pasien
penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala.
Universitas Sumatera Utara
![Page 4: Chapter I.pdf](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081908/55cf9c32550346d033a8fdcf/html5/thumbnails/4.jpg)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa
untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis.
3. Bagi pihak rumah sakit RSUP H. Adam Malik Medan, hasil penelitian ini
memberi informasi sebagai referensi untuk meningkatkan pelayanan
dalam usaha memperbaiki kualitas hidup pasien yang menjalani
hemodialisis kronik dan mengalami depresi.
4. Bagi dinas kesehatan, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
bahwa depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis merupakan
suatu hal yang harus dikonsultasikan kepada tenaga medis terkait agar
kualitas hidup pasien dapat mencapai angka yang optimal.
Universitas Sumatera Utara