chapter ii_4.pdf

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Bahan polimer, disadari atau tidak, telah digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pakaian, perlengkapan rumah tangga, peralatan rumah sakit, alat transportasi, TV, computer, sampai kepada telepon seluler. Sementara itu, penggunaan bahan polimer sebagai pengganti bahan metal dan keramik sangat berkembang dengan pesat dewasa ini dengan berbagai alasan seperti : ringan, tahan terhadap korosi, mudah dibentuk, dan sangat penting lagi murah dari segi produksi maupun harga. Hal inilah yang menyebabkan industri-industri selalu berlomba dalam menciptakan bahan-bahan teknik yang berbasiskan polimer dengan perkembangan teknologi yang maju. Di Indonesia sendiri, modifikasi ataupun peralihan penggunaan bahan metal kepada bahan polimer sangat diharapkan mengingat Indonesia kaya akan bahan polimer terutama yang alami seperti karet, serat, kulit, dan sebagainya (Halimahtuddahliana, 2008). 2.2 Tinjauan Umum Polimer Polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata poly (banyak) dan meros (bagian-bagian). Polimer merupakan bahan kimia yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Polimer merupakan molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Unit yang berulang dari suatu polimer biasanya berasal dari monomer yang sama, namun tidak menutup kemungkinan polimer terbentuk dari dua jenis monomer atau lebih. Polimer didefenisikan sebagai senyawa berbobot molekul besar yang terbentuk dari penggabungan berulang secara kovalen (polimerisasi) molekul sederhana (monomer). Jumlah satuan struktur berulang dalam rantai polimer (n) dikenal dengan derajat polimerisasi (DP). Berdasarkan jumlah satuan berulangnya, hasil polimerisasi monomer dapat disebut dimer, trimer, tetramer,……, dst bila masing-masing n = 2, 3, 4,……., dst. Polimer dengan derajat polimerisasi besar Universitas Sumatera Utara

Upload: ika-yulianingsih

Post on 03-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pendahuluan

    Bahan polimer, disadari atau tidak, telah digunakan oleh manusia dalam

    kehidupan sehari-hari. Mulai dari pakaian, perlengkapan rumah tangga, peralatan

    rumah sakit, alat transportasi, TV, computer, sampai kepada telepon seluler.

    Sementara itu, penggunaan bahan polimer sebagai pengganti bahan metal dan

    keramik sangat berkembang dengan pesat dewasa ini dengan berbagai alasan seperti :

    ringan, tahan terhadap korosi, mudah dibentuk, dan sangat penting lagi murah dari

    segi produksi maupun harga. Hal inilah yang menyebabkan industri-industri selalu

    berlomba dalam menciptakan bahan-bahan teknik yang berbasiskan polimer dengan

    perkembangan teknologi yang maju. Di Indonesia sendiri, modifikasi ataupun

    peralihan penggunaan bahan metal kepada bahan polimer sangat diharapkan

    mengingat Indonesia kaya akan bahan polimer terutama yang alami seperti karet,

    serat, kulit, dan sebagainya (Halimahtuddahliana, 2008).

    2.2 Tinjauan Umum Polimer

    Polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata poly (banyak) dan meros

    (bagian-bagian). Polimer merupakan bahan kimia yang sangat penting dalam

    kehidupan manusia.

    Polimer merupakan molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan

    kimia yang kecil dan sederhana. Unit yang berulang dari suatu polimer biasanya

    berasal dari monomer yang sama, namun tidak menutup kemungkinan polimer

    terbentuk dari dua jenis monomer atau lebih.

    Polimer didefenisikan sebagai senyawa berbobot molekul besar yang

    terbentuk dari penggabungan berulang secara kovalen (polimerisasi) molekul

    sederhana (monomer). Jumlah satuan struktur berulang dalam rantai polimer (n)

    dikenal dengan derajat polimerisasi (DP). Berdasarkan jumlah satuan berulangnya,

    hasil polimerisasi monomer dapat disebut dimer, trimer, tetramer,, dst bila

    masing-masing n = 2, 3, 4,., dst. Polimer dengan derajat polimerisasi besar

    Universitas Sumatera Utara

  • (bobot molekul > 104) disebut polimer tinggi, sedang polimer dengan bobot molekul

    rendah (

  • 4. Tacticity (taktisitas)

    Taktisitas menggambarkan susunan isomerik gugus fungsional dari rantai

    karbon. Ada tiga jenis taktisitas yaitu isotaktik dimana gugus-gugus

    subtituennya terletak pada satu sisi yang sama, sindiotaktik dimana gugus-

    gugus subtituennya lebih teratur, dan ataktik dimana gugus-gugus

    subtituennya terletak pada sisi yang acak.

    Berbagai teknik telah dikenali untuk mengenali sifat-sifat dari polimer.

    Angle X-ray scattering digunakan untuk mengenali struktur kristal polimer. Gel

    Permeation Chromatography digunakan untuk mengetahui berat molekul rata-rata

    jumlah polimer (Mn), berat molekul rata-rata berat polimer (Mw), dan polidisperity

    polimer. FTIR dan NMR digunakan untuk mengetahui komposisi polimer.

    Calorymetric dan Dynamic Mechanical Analysis digunakan untuk mengetahui titik

    leleh polimer. Pyrolisis digunakan untuk mengetahui struktur polimer (Kumar dan

    Gupta, 2003).

    2.2.2 Proses Polimerisasi Secara Umum

    Pada umumnya proses polimerisasi (pembentukan polimer) dibagi menjadi

    dua cara, yaitu polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi.

    2.2.2.1 Polimerisasi Kondensasi (Step Polymerization)

    Menurut M.A Cowd pada tahun 1991, polimerisasi kondensasi yaitu

    polimerisasi yang terjadi pada saat zat bermassa molekul rendah, dimana terjadi

    reaksi antara dua molekul bergugus fungsi banyak (molekul yang mengandung dua

    gugus fungsi atau lebih yang dapat bereaksi) dan terbentuk satu molekul besar

    bergugus fungsi banyak, disertai penyingkiran molekul kecil (seperti air).

    Contohnya, jika campuran ethanol (etil alkohol) dan asam etanoat (asam

    asetat) dipanasi bersama sedikit asam sulfat pekat, akan dihasilkan ester etil etanoat

    (etil asetat) yang disertai penyingkiran air, reaksinya :

    CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O

    Reaksi berhenti sampai disini, karena tidak terdapat gugus fungsi yang dapat

    bereaksi (pada contoh ini gugus COOH dan -OH) akan tetapi, jika tiap molekul

    Universitas Sumatera Utara

  • pereaksi mengandung dua atau tiga gugus fungsi, maka reaksi berikutnya dapat

    terjadi.

    Misalnya reaksi antara 2 monomer asam heksanadioat (asam adiapat) dan

    etana 1,2-diol :

    HOOC(CH2)4COOH + HO(CH2)OH HO(CH2)2COO(CH2)4COO(CH2)2OH + H2O

    Polimerisasi kondensasi hampir selalu berlangsung secara bertahap dengan reaksi

    antara pasangan gugus fungsi, sehingga terbentuk dimer, trimer, tetramer, dan

    seterusnya hingga terbentuk polimer.

    Polimer yang terbentuk mengandung kesatuan yang berulang, berikut

    reaksinya :

    [-O(CH2)2COO(CH2)4CO-]n

    Dengan demikian massa molekul nisbi bertambah secara bertahap selama

    reaksi berlangsung dan waktu reaksi lama jika diperlukan massa molekul polimer

    nisbi yang besar. Jadi berbeda dengan polimerisasi adisi rantai yang membentuk

    polimer bernassa molekul besar sekaligus.

    2.2.2.2 Polimerisasi Adisi (Chain Polymerization)

    Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang melibatkan reaksi rantai dan

    disebabkan oleh radikal bebas (partikel reaktif yang mengandung elektron tak

    berpasangan) atau ion. Polimer penting yang dihasilkan melalui polimerisasi adisi

    adalah turunan etena berbentuk CH2=CHX atau CH2=CXY, yang disebut monomer

    vynil.

    Menurut F.W Billmeyer pada tahun 1984 reaksi umumnya dapat dituliskan

    sebagai berikut :

    CH2=CH -CH2-CH-CH2-CH- dst

    X X X

    Polimerisasi ini berlangsung sangat cepat (beberapa detik). Reaksi

    keseluruhannya memakan waktu lama, karena penelitian menunjukan bahwa reaksi

    rantai berlangsung dalam suatu deret reaksi cepat yang diselingi waktu yang cukup

    panjang yang diistilahkan sebagai gejolak (Kumar dan Gupta, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Perbedaan mekanisme rekasi polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi

    menurut F.W Billmeyer pada tahun 1984 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Perbedaan Antara Mekanisme Polimerisasi Kondensasi dengan

    Polimerisasi Adisi

    Polimerisasi Kondensasi Polimerisasi Adisi

    Reaksi terjadi dengan adanya dua

    jenis molekul

    Monomer dapat dihilangkan lebih

    awal di dalam reaksi: pada saat

    DP=10, Kurang dari 1% monomer

    sisa

    Berat molekul polimer terjadi

    dengan adanya reaksi Steady (Tetap)

    secara perlahan

    Lama waktu reaksi sangat penting

    untuk mencapai berat molekul yang

    tinggi

    Beberapa tahap molekul akan

    didistribusikan

    Reaksi memanjang dengan adanya

    pengulangan unit monomer setiap

    saat

    Konsentrasi monomer menurun

    perlahan sesuai dengan reaksi steady

    Polimer tinggi terbentuk sekali,

    yaitu pada saat polimer terjadi

    perubahan BM sudah tinggi. Lama

    waktu reaksi menyebabkan yield

    tinggi, namun BM menjadi kecil.

    Reaksi pencampuran hanya berisi

    monomer tinggi, kira-kira

    seperseribu bagian dari rantai yang

    menunjang

    Sumber : (Purba, 2000)

    Oleh karena pembawa rantai dapat berupa radikal bebas ataupun ion, maka

    polimerisasi adisi selanjutnya dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu

    Polimerisasi Radikal Bebas dan Polimerisasi Ion.

    A. Polimerisasi Radikal Bebas

    Menurut F.W Billmeyer pada tahun 1984, tahap-tahap yang terjadi pada

    polimerisasi radikal bebas yaitu:

    1. Inisiasi (tahap pemicuan)

    Pemicuan dapat dipandang sebagai penguraian pemicu dan adisi molekul

    monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Jika merupakan

    pemicu , R sebagai Radikal Bebas dan molekul monomer dinyatakan dengan

    CH2=CHx.

    2. Propagasi (tahap perambatan)

    Pada tahap ini terbentuk rantai radikal, dan dapat berturut-turut bereaksi

    dengan monomer sehingga memperbanyak rantai.

    3. Terminasi (tahap pengakhiran)

    Universitas Sumatera Utara

  • B. Polimerisasi Ion

    Menurut M.A.Cowd pada tahun 1991, polimerisasi ion dapat berlangsung

    dengan mekanisme yang tidak melibatkan radikal bebas. Misalnya, pembawa rantai

    dapat berupa ion carbonium (polimerisasi kation) atau carbonium (polimerisasi

    anion).

    a. Polimerisasi Kation

    Pada polimerisasi ini, monomernya CH2=CHX dan pembawa rantainya

    adalah ion karbonium. Katalis yang digunakan pada reaksi polimerisasi

    adalah asam Lewis (penerima pasangan elektron) dan katalis Friedel-Crafts

    (AlCl3, AlBr3, BF3, TiCl4, SnCl4, H2SO4 dan asam kuat lainnya). Berbeda

    dengan polimerisasi radikal bebas yang umumnya berlangsung pada suhu

    tinggi, polimerisasi kation paling baik berlangsung pada suhu rendah.

    Misalnya, polimerisasi 2-methyl propena (isobutilena) berlangsung sangat

    cepat pada suhu -100 oC dengan adanya katalis AlCl3 atau BF3. Pelarut sangat

    berpengaruh, sebab mekanisme ion melibatkan partikel-partikel bermuatan.

    Sedangkan radikal bebas umumnya netral. Polimerisasi kation sering terjadi

    pada monomer yang mengandung gugus pelepasan elektron.

    b. Polimerisasi Anion

    Pada polimerisasi anion, monomer H2C=CX, dan karbonium bertindak

    sebagai pembawa rantai. Monomer yang dapat mengalami polimerisasi

    seperti ini adalah propenitril (akrilonitril), metil 2-metil propeonat (metil

    metakrilat), dan fenilethena (styrena). Polimerisasi anion bersuhu rendah (-73

    oC). Katalis yang dipakai meliputi logam alkali, alki, aril dan amida logam

    alkali. Salah satu penerapan paling awal polimerisasi ini dalam dunia industri

    adalah pada pembuatan karet sintetis, di Jerman dan Rusia, dari buta-1,3-

    diena (butadiena) dengan katalis logam alkali.

    2.2.3 Penggolongan Polimer

    Polimer dapat dibedakan berdasarkan asalnya, jenis monomer penyusunnya,

    pengaruh panas terhadap sifat fisiknya dan berdasarkan strukturnya.

    1. Berdasarkan asalnya

    Universitas Sumatera Utara

  • Polimer dibedakan menjadi polimer alam dan polimer sintetik. Polimer alam

    telah banyak dikembangkan sejak tahun 1880 untuk memproduksi berbagai material.

    Polimer sintetik merupakan polimer yang dibuat di pabrik dan tidak terdapat di alam.

    Polimer ini meliputi semua jenis plastik, serat, karet sintetik dan nilon.

    Beberapa contoh dari polimer alam disajikan pada Tabel 2.2

    Tabel 2.2 Contoh Polimer Alam

    Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada

    Protein Asam amino Kondensasi Wol, sutera

    Amilum Glukosa Kondensasi Beras, gandum

    Selulosa Glukosa Kondensasi Kayu

    Asam nukleat Nukleotida Kondensasi DNA, RNA

    Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon karet

    Sumber : (Purba, 2000)

    Beberapa contoh polimer sintetik disajikan dalam Tabel 2.3

    Tabel 2.3 Contoh Polimer Sintetik

    Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada

    Polietilena Etena Adisi Plastik

    PVC Vinilklorida Adisi Pelapis lantai, pipa

    Polipropilena Propena Adisi Tali plastik, botol

    Teflon Tetrafluoroetilena Adisi Panci anti lengket

    Sumber : (Purba, 2000)

    2. Berdasarkan jenis monomer penyusunnya

    Berdasarkan monomer penyusunnya maka polimer dibedakan menjadi

    homopolimer dan kopolimer. Homopolimer terbentuk dari monomer yang sejenis.

    Contohnya yaitu polyethylene, polypropylene, polystyrene, PVC, teflon, amilum,

    selulosa dan sebagainya. Kopolimer terbentuk dari dua atau lebih monomer yang

    berbeda jenisnya. Contoh polimer ini yaitu dakron.

    3. Berdasarkan pengaruh panas terhadap sifat fisik

    Dibedakan menjadi dua yaitu polimer thermosetting dan polimer

    thermoplastic. Polimer thermosetting bila dipanaskan akan mengeras dan bila

    dipanaskan lagi akan rusak, sehingga tidak dapat kembali ke bentuk semula. Contoh :

    phenol formaldehyde. Sedangkan polimer thermoplastic, apabila dipanaskan akan

    meleleh dan setelah didinginkan akan mengeras dan dapat kembali ke bentuknya

    semula. Contoh : polyethylene dan poly vinyl chloride.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Berdasarkan struktur

    Berdasarkan strukturnya, maka dibedakan atas polimer yang berstruktur tiga

    dimensi dan polimer yang berstruktur linier. Polimer yang berstruktur tiga dimensi

    memiliki susunan rantai yang saling mengikat membentuk struktur tiga dimensi dan

    biasanya bersifat thermosetting. Contoh : phenol formaldehyde. Sedangkan polimer

    yang berstruktur linier memiliki susunan rantai yang berbentuk lurus (linier) dan

    biasanya bersifat thermoplastic. Contoh : polyethylene dan poly vinyl chloride.

    (Purba, 2000)

    2.2.4 Pemanfaatan Polimer

    Banyak polimer yang telah dikenal dan secara umum digunakan dalam

    kehidupan sehari-hari yaitu :

    1. Polyethylene

    Biasanya digunakan untuk pembungkus makanan, kantung plastik, ember dan

    sebagainya.

    2. Polypropylene

    Biasanya digunakan untuk membuat karung, tali, botol dan sebagainya.

    3. Teflon

    Teflon atau politetrafluoroetilena memiliki sifat yang tahan terhadap bahan

    kimia dan panas, sehingga seringkali digunakan untuk pelapis tangki atau panci

    anti lengket.

    4. PVC

    PVC (polivinilklorida) biasanya digunakan untuk membuat pipa, selang,

    pelapis lantai dan sebagainya.

    5. Akrilat

    Beberapa polimer dibuat dari asam akrilat sebagai monomernya.

    Polimetilmetakrilat atau flexiglass merupakan plastik bening, keras tetapi

    ringan. Polimer jenis ini banyak digunakan untuk kaca jendela pesawat terbang

    dan mobil.

    6. Bakelit

    Bakelit banyak digunakan untuk alat-alat listrik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Polyester

    Poliester dibentuk dari monomer-monomer ester. Salah satu contoh polimer ini

    adalah dakron. Dakron digunakan sebagai serat tekstil. Selain dakron dikenal

    pula Mylar, yang digunakan sebagai pita perekam magnetik.

    8. Polyurethanes

    Polyurethanes banyak digunakan untuk produk-produk yang terbuat dari foam,

    serat, dan yang digunakan untuk elastomer dan pelapis (coating). Aplikasinya

    dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk pembuatan wadah dari foam,

    untuk industri garmen, untuk aplikasi bahan bangunan dan sebagainya.

    9. Karet alam dan karet sintetis

    Karet diperoleh dari getah pohon karet (lateks). Karet alam merupakan polimer

    isoprena. Karet sintetis terdiri dari beberapa macam, misalnya polibutadiena,

    polikloroprena dan polistirena. Karet sintetis yang telah banyak dikenal yaitu

    SBR. SBR terdiri dari monomer stirena dan 1,3-butadiena, banyak digunakan

    untuk pembuatan ban mobil.

    (Purba, 2000)

    2.3 Polibisfenol-a Karbonat (Polikarbonat)

    Polibisfenol-a karbonat atau lebih sering disebut sebagai polikarbonat adalah

    produk utama yang diproduksi dari Pra Rancangan Pabrik Polibisfenol-a Karbonat.

    Perkembangan dari resin termoplastik polikarbonat merupakan suatu sub

    bagian dari polyester secara umum. Sejak Einhorn menyiapkan larutan ini pertama

    kali dari resorcinol dan hidrokuinon pada tahun 1898, penelitian yang focus pada

    keefesienan dalam penyiapan resin dan sifat-sifatnya. Sintetis yang umum digunakan

    adalah menyiapkan fosgen dalam larutan piridin.

    Sifat yang sangat bagus dari polikarbonat aromatis, khususnya turunan dari

    2,2 bis (4 hidroksifenil) propan (bisfenol-a atau BPA) disiapkan dalam jumlah yang

    cukup besar.

    Polibisfenol-a karbonat merupakan polimer hasil reaksi antara polimerisasi

    antara senyawa bisfenol-a yang dideprotonisasi menjadi garam bisfenol dengan gas

    fosgen, dengan bantuan katalis cair piridin (Legrand, 2000).

    Adapun kegunaan polimer polibisfenol-a karbonat ini antara lain:

    Universitas Sumatera Utara

  • Kegunaan utama, diterapkan pada pengkacaan karena sifatnya yang tembus

    pandang.

    Perabotan dapur seperti peralatan makan, galon air, blender. Keunggulannya

    yaitu tidak mudah pecah dan memenuhi standar FDA (Food & Drug

    Administration).

    Insulator alat elektrik dan alat elektronik seperti komponen computer, dan

    chasing handphone.

    Perangkat optik seperti kaca mata, lensa kamera, CD (Compact Disc).

    Komponen kendaraan seperti kaca helm, jendela mobil, dan lampu mobil.

    Peralatan kedokteran seperti blood oxygenators, dialysers, infusion units.

    Komponen arsitektur seperti jendela, atap transparan.

    (Sari, 2008)

    2.4 Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk

    2.4.1 Sifat-Sifat Bahan Baku

    A. Fosgen (COCl2)

    1. Berat Molekul : 98,92 gr/mol

    2. Berwujud gas pada suhu kamar

    3. Titik leleh : -127,84 oC

    4. Titik didih : 7,48 oC

    5. Densitas pada 20 oC : 4,248 kg/m3

    6. Tekanan uap pada 20 oC : 161,68 kPa

    (Neogi, 2000)

    B. Bisfenol-a (C15H16O2)

    1. Berat molekul : 228 gr/mol

    2. Berbentuk padatan putih atau granular.

    3. Sangat higroskopis.

    4. Titik didih : 220 oC

    5. Titik leleh : 157 oC

    6. Densitas (25 oC) : 1,195 g/cm3

    7. Kapasitas panas pada 25 oC : 0,35 kal/g oC (APME, 1997)

    Universitas Sumatera Utara

  • C. Metilen Klorida (CH2Cl2)

    1. Berat molekul : 84,93 gr/mol

    2. Densitas : 1,33 gr/cm3

    3. Titik didih : 39,6 oC

    4. Titik leleh : -96,7 oC

    5. Tekanan uap : 47 kPa pada 20 oC

    6. Viskositas : 0,244 cP

    7. Kelarutan dalam air : 13 g/L pada 20 oC

    (Perry, 2008)

    D. Piridin (C5H5N)

    1. Berat molekul : 79,1 g/mol

    2. Berbentuk cairan tak bewarna

    3. Densitas : 0,9819 g/cm3

    4. Titik leleh : -41,6 oC

    5. Titik didih : 115,2 oC

    6. Tekanan uap : 18 mmHg

    7. Viskositas : 0,88 cP

    (Perry, 2008)

    E. Natrium Hidroksida (NaOH) 50%

    1. Berat molekul : 39,997 gr/mol

    2. Berbentuk padatan putih

    3. Densitas pada 20 oC : 1,5203 g/cm3

    4. Titik leleh : 613,1oC

    5. Titik didih : 2534 oC

    6. Melarut sempurna di dalam air

    (Yaws, 1996 ; Perry, 1997; Geankoplis, 1997)

    F. Air (H2O)

    1. Titik beku : 0 oC

    2. Massa jenis es 0 oC : 0,92 gr/cm3

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Massa jenis air 25oC : 0,9978 gr/ cm3

    4. Titik didih (1 atm) : 100 oC

    5. Temperatur kritis : 347 oC

    6. Tekanan kritis : 217 atm

    7. Viskositas (25 oC) : 0,8973 cP

    (Perry, 2008 ; Windholz, 1983)

    2.4.2 Sifat-Sifat Produk

    A. Polibisfenol-a Karbonat (Polikarbonat) ((C16H14O3)43)

    1. Berat molekul : 1096 gr/mol

    2. Densitas : 1,2 gr/cm3

    3. Kapasitas panas : 0,32 kJ/ (K. mol)

    4. Koefisien ekspansi termal : 2,6 x 104 pada 40 oC

    5. Indeks refraksi : 1,586 pada temperatur ruangan

    6. Terdiri dari 43 kali monomer yang bergabung

    (Madkour, 1999)

    B. Natrium Klorida (NaCl)

    1. Berat molekul : 58,44 gr/mol

    2. Densitas : 2,165 gr/cm3

    3. Kapasitas panas : 0,0367 kJ/ (K. mol)

    4. Titik didih : 1413oC

    5. Titik leleh : 801oC

    6. Kelarutan dalam air : 359 gr/L

    (Perry, 2008)

    2.5 Teknologi Proses Polimerisasi Bisfenol-a dan Fosgen menjadi

    Polikarbonat

    Menurut Byrson, J.A pada tahun 1995, reaksi polimerisasi dapat dilakukan

    pada fase cair, gas maupun padat. Proses polimerisasi yang mula-mula banyak

    digunakan adalah polimerisasi dalam fase cair atau larutan. Permasalahan utama

    Universitas Sumatera Utara

  • yang timbul dari proses semacam itu adalah pemisahan katalis dan sisa pelarut dari

    produk dan memiliki biaya yang tinggi.

    Perkembangan katalis baru untuk reaksi polimerisasi yang jauh lebih baik

    dimulai pada tahun 1970-an. Proses fasa gas ini memiliki kelebihan yaitu tidak

    memerlukan adanya proses pemisahan katalis dari polimer, katalis sudah menyatu

    dalam produk. Kesulitan utama dari proses polimerisasi fasa gas adalah pengendalian

    aktivasi katalis dan kemungkinan terbentuknya oligomer. Oligomer adalah rangkaian

    beberapa molekul bukan polimer, misalnya dimer, trimer, tetramer dan lain-lain.

    Penggunaan katalis sangat berpengaruh pada faktor ekonomis dari teknologi

    polimerisasi. Reaksi polimerisasi adisi memerlukan adanya senyawa pemicu, yaitu

    senyawa yang dapat memberikan muatan atau elektron bebas pada ikatan rangkap

    ethylene. Tanpa katalis reaksi polimerisasi dapat berlangsung pada suhu tinggi (

    350 oC-500

    oC) dengan tekanan 2.5-10 atm. Hal ini karena energi aktivasi cukup

    tinggi yaitu sekitar 35-43.5 kkal/mol. Adanya katalis akan mempercepat jalannya

    reaksi yaitu dengan mengurangi energi aktivasi yang diperlukan.

    Secara ringkas faktor penentu dari keberhasilan proses polimerisasi adalah

    tipe katalis yang digunakan. Katalis ini harus memilki keaktifan yang tinggi namun

    mudah dikendalikan. Katalis yang masih banyak digunakan saat ini adalah piridin.

    Proses dasar polimerisasi bisfenol-a dan fosgen yang mula-mula dipatenkan

    adalah proses yang digunakan oleh Einhorn yang mereaksikan hidrokuion,

    resorsinol, katekol dengan fosgen dalam larutan piridin. Pada tahun 1902, Bischoff

    dan Hedenstroem melaporkan sintesis untuk jenis polimer yang sama melalui proses

    transesterifikasi difenil karbonat. Reaksi antara BPA, fosgen, dan monohidric fenol

    dalam larutan metilen klorida dan digabungkan dengan larutan natrium hidroksida

    menjadikan proses ini dipilih oleh berbagai produsen utamanya. Pemakian piridin

    sebagai katalis karena kemudahan dalam perolehan kembali melalui unit pemisahan

    sederhana (Legrand, 2000).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5.1 Macam-Macam Proses Pembuatan Polibisfenol-a Karbonat

    Ada 2 macam proses pembuatan produk polibisfenol-a karbonat, yaitu :

    A. Teknologi Interfacial Proses dasar dari jenis ini ditunjukkan pada gambar 2.1 di bawah ini.

    Gambar 2.1 Tahap Pembentukan Polikarbonat BPA melalui Sintesis Interfacial

    (Legrand, 2000)

    BPA mula-mula dimasukkan ke dalam reaktor bersama dengan NaOH dan

    monohidric fenol untuk mengendalikan berat molekul polimer dan fosgen

    ditambahkan dalam bentuk gas ke dalam larutan ini. Melalui cara ini akan

    mencegah terbentuknya produk samping HCl. Penambahan larutan kaustik ini

    membuat dua fasa sistem cair-cair. Pada pH yang tinggi (9-12), volume fasa organik

    yang sedikit, dan tingginya konsentrasi BPA, sistem juga mengandung fasa ketiga

    yaitu mono/dianion dari BPA. Setelah reaksi selesai, fasa organik dicuci dengan

    sejumlah asam dan air beberapa kali untuk mengeluarkan residu basa dan garam

    atau dengan penambahan metilen klorida berlebih untuk memudahkan pemisahan.

    Resin polikarbonat yang dihasilkan dikumpulkan melalui pergantian pelarut diikuti

    dengan penguapan (evaporasi) pelarut, melalui presipitasi steam secara langsung,

    Universitas Sumatera Utara

  • atau dengan mengendapkan pelarut melalui penambahan anti solven seperti MeOH

    diikuti dengan filtrasi dan pengeringan.

    Sejalan dengan temperatur reaksi yang rendah dari prosedur sintetis ini (40

    oC), berat molekul rata-rata dari polimer berakhir pada sebuag kinetika distribusi.

    Variabel yang dominan mempengaruhi komposisi resin adalah linear

    velocity, rasio volume cair-cair, pH larutan, dan rasio fosgen/BPA (Legrand, 2000).

    B. Proses Transesterifikasi Proses ini menggunakan katalis basa pada polimerisasi kondensasi dari DPC

    dengan BPA. Secara umum, reaksinya ditunjukkan dalam gambar 2.2 di bawah ini.

    Gambar 2.2 Sintetis Melt BPAPC secara Umum

    (Legrand, 2000)

    Reaksi berlangsung pada temperatur tinggi 150-350 oC yang dimulai dengan

    pembentukan monomer, oligomer, dan akhirnya polimer. Tekanan reaktor meningkat

    selama reaksi berlangsung. Range tekanan berkisar antara 150-200 torr. Dengan

    menggunakan metode ini, resin BPA-PC disiapkan tanpa tambahan pelarut, tahap

    pengeringan, atau fosgen. Ketika proses dirancang, dan kualitas dari resin akhir

    secara langsung berhubungan kepada kualitas dan permulaan monomer. Hal ini

    menjadikan jumlah dari kontaminan sisa dalam resin akhir bisa dikendalikan.

    Berdasarkan data eksperimental, penambahan anion fenoksi ke dalam link

    karbonat, diikuti tahap produksi oligomer/polimer. Pertama sekali anion basa fenoksi

    ditambahkan ke dalam grup karbonat, sebuah anion fenoksi dilepaskan.

    Pendestilasian fenol dari melt setelah pelepasan anion fenoksi menggantikan sebuah

    proton dengan grup hidroksi lainnya atau BPA : pergantian proton sangat cepat

    terjadi dan konstanta keseimbangan untuk reaksi fenoksid dengan BPA umumnya

    seragam. Konversi dari monomer menjadi BPA-PC dikendalikan oleh pengeluaran

    konstan fenol dari melt. Pengeluaran fenol ini dari larutan reaksi ditetapkan untuk

    produksi polimer dengan berat molekul tinggi. Berdasarkan evaluasi dari data yang

    dipublikasikan, proses kondensasi ini cukup efektif. Kebutuhan katalis untuk

    menyempurnakan konversi menjadi polimer berada pada range 10-250 ppb.

    Universitas Sumatera Utara

  • Keuntungan dari proses ini adalah produksi resin memiliki distribusi berat

    molekul yang seragam sehingga pada kondisi normal, resin anhidrat tidak perlu

    diredistribusi lagi (Legrand, 2000).

    2.5.2 Perbandingan Proses Pembuatan Polibisfenol-a Karbonat

    Tabel 2.4 Perbandingan Proses Pembuatan Polibisfenol-a Karbonat

    Faktor Teknis Teknologi Interfacial Proses Transesterifikasi

    Tekanan Operasi (atm) 1 19 26,6

    Suhu Operasi (oC) 25-30 150-350

    Jenis Reaktor Stirred reactor Stirred reactor

    Jumlah Reaktor 2 5

    Waktu Tinggal (jam) 1-1,5 jam 2 jam

    Konversi reaksi Mencapai 99,83% 90-95%

    Produk samping NaCl Fenol

    Katalis Cair (piridin,

    tetraetilamin)

    Padat (phosgonium)

    Sumber : (Legrand, 2000 ; Othmer, 2004, Schnell dkk, 1970 ; Moyer dkk, 1961)

    Dalam pra rancangan pabrik polibisfenol-a karbonat ini dipilih proses Teknologi

    Interfacial. Pemilihan proses dipilih dengan memperhatikan :

    Pengoperasiannya mudah karena proses yang sederhana.

    Konversi reaksi yang tinggi mencapai 99,83% sehingga secara ekonomis

    layak dibuat dalam skala pabrik.

    Pengendalian yang lebih mudah dan murah karna berlangsung pada suhu dan

    tekanan ruangan.

    2.6 Deskripsi Proses Pembuatan Polibisfenol-a Karbonat

    Berdasarkan uraian sebelumnya maka digunakan proses polimerisasi dengan

    teknologi interfacial dalam membuat polibisfenol-a karbonat ini. Secara keseluruhan

    proses pembuatan polibisfenol-a karbonat ini terdiri dari 2 tahapan reaksi yang

    didahului deprotonasi bisfenol menjadi garam bisfenol dan dilanjutkan dengan

    polimerisasi garam bisfenol menjadi polibisfenol-a karbonat dengan bantuan katalis

    piridin.

    Universitas Sumatera Utara

  • Umpan berupa bisfenol-a yang berupa padatan dan larutan NaOH

    diumpankan ke reaktor deprotonasi (R-101). Reaksi yang terjadi adalah:

    2NaOH(l) + C15H16O2(s) C15H14O2Na2(l) + 2H2O(l)

    Natrium hidroksida bisfenol-a garam bisfenol air

    Reaksi deprotonasi ini berlangsung pada temperatur 40oC dan tekanan 1 atm. Karena

    reaksi berlangsung endotermis, pemanasan diberikan melalui saturated steam yang

    dilewatkan melalui koil pemanas. Konversi yang diperoleh sebesar 95%. Produk dari

    R-101 menjadi reaktan pada reaktor polimerisasi (R-102). Reaksi yang terjadi

    adalah:

    43C15H14O2Na2 (l) + 43COCl2(g) (C16H14O3)43(l) + 86NaCl(l) Garam bisfenol fosgen polibisfenol-a natrium

    karbonat klorida

    Karena reaksi pembentukan polibisfenol-a karbonat ini berlangsung pada 25oC, maka

    sebelum memasuki reaktor polimerisasi, umpan harus melalui cooler (E-101).

    Campuran garam bisfenol dipompakan menuju reaktor polimerisasi (R-102) diikuti

    juga gas fosgen (COCl2) yang diumpankan (sparging) dari bagian bawah reaktor.

    Pada kondisi tersebut diperoleh konversi 99,83%.

    Untuk menurunkan energi aktivasi maka ditambahkan katalis piridin

    (C5H5N). Untuk memudahkan pemisahan produk dengan sisa reaktan baik dari R-

    101 maupun dari R-102, maka ditambahkan pelarut inert berupa metilen klorida

    (CH2Cl2) dari mixing point II (M-102). Penambahan pelarut ini merupakan kelebihan

    dari teknologi interfacial yang menjadikan terciptanya 2 lapisan yaitu antara lapisan

    organik (polimer) dan lapisan aqoeus (sisa reaktan) sehingga akan memudahkan

    dalam proses pemisahan selanjutnya. Karena reaksi bersifat eksotermal maka pada

    reaktor ditambah jacket pendingin yang dilewati oleh air pendingin.

    Gas fosgen yang diumpankan dari bawah reaktor menyebabkan kontak antara

    garam bisfenol dengan fosgen ini lebih bagus dan meningkatkan efektivitas reaksi

    polimerisasi. Alasan utama pemilihan reaktor CSTR karena reaktor ini merupakan

    jenis reaktor yang dapat memberikan nilai efektivitas tertinggi terhadap reaksi

    polimerisasi, dimana selama berlangsungnya reaksi polimerisasi ini diharapkan

    Universitas Sumatera Utara

  • terciptanya karakteristik aliran yang sama pada semua daerah di dalam reaktor

    sehingga menghasilkan produk polimer yang konsisten.

    Hasil reaksi berupa polibisfenol-a karbonat ((C16H14O3)43) dengan berat

    molekul rata-rata (Mr) 10922 kg/kmol atau 10922 gram/mol dengan jumlah n

    monomer sebanyak 43 kali. Setelah reaksi polimerisasi selesai, terdapat kelebihan

    gas fosgen yang tidak bereaksi. Gas ini akan dikembalikan lagi (di-recycled) ke

    dalam reaktor polimerisasi (R-102) bersama dengan umpan segar fosgen.

    Laju keluaran dari reaktor ini merupakan campuran dari bisfenol-a. NaOH,

    air, garam bisfenol, polibisfenol-a karbonat, NaCl, piridin, dan metilen klorida.

    Campuran ini telah membentuk 2 fasa, yaitu polibisfenol-a karbonat, piridin, metilen

    klorida di fasa organik, sedangkan NaCl, bisfenol-a. NaOH, air, garam bisfenol

    berada di fasa aqoeus.

    Campuran yang tidak saling melarut ini diumpankan ke dekanter graviti I

    (FL-101) sehingga fasa aqoeus secara overflow dialirkan langsung ke tangki

    penyimpanan produk samping yang akan dijual sebagai bahan baku garam farmasi.

    Larutan polibisfenol-a karbonat selanjutnya diumpankan ke dekanter graviti II (FL-

    102). Pada dekanter ini ditambahkan metilen klorida sebanyak 50% dari total

    metilen klorida yang ditambahkan di R-102. Tujuan penambahan ini adalah untuk

    menggumpalkan polibisfenol-a karbonat dan piridin akan terpisah dengan efisiensi

    90%, yaitu 10% piridin akan ikut terbawa pada aliran bottom, dan 90% sisanya

    berada pada fasa aqoeus, hal ini berbanding terbalik dengan aliran metilen klorida

    sedangkan polibisfenol-a karbonat seluruhnya mengalir pada aliran bottom. Keluaran

    dari bottom dekanter II (FL-102) bersifat basa (pH =11) sehingga untuk

    menetralkannya digunakan air panas bersuhu 80oC pada Washer (W-101).

    Setelah larutan netral (pH = 7), dan suhu keluaran dari Washer (W-101)

    34,6671 o

    C, maka untuk pemisahan antara polibisfenol-a karbonat, air, metilen

    klorida, dan piridin dilangsungkan di flash drum (S-101) dengan suhu operasi 50oC,

    sebelumnya campuran tersebut dilewatkan pada heater (E-104) untuk mencapai suhu

    pemisahan. Pada aliran atas (uap) diperoleh metilen klorida hingga 97%, dan sisanya

    air, dan piridin. Untuk me-recycle metilen klorida pada mixing point II (M-102)

    maka, campuran uap metilen klorida, piridin, air, dilewatkan pada dessicant yang

    telah diisi silika gel. Dalam dessicant (DS-101), terjadi penjerapan air dan piridin

    Universitas Sumatera Utara

  • berdasarkan ukuran pori. Metilen tidak terjerap sama sekali karena pore size dari

    metilen yang lebih besar lebih besar daripada ukuran pori silika gel. Dessicant ini

    terdiri dari 6 bilik yang setiap bagiannya terdiri atas silika gel segar. Pergantian tiap

    bilik dilakukan setiap 4 jam sekali disertai pelewatan udara panas untuk

    menghilangkan kejenuhannya.

    Pada aliran bawah flash drum (aliran liquid) terdapat polibisfenol-a karbonat,

    metilen, piridin, dan sejumlah besar air. Kandungan air di dalam campuran ini

    menyebabkan konsentrasi polibisfenol-a karbonat ini hanya 27% sedangkan sebelum

    memasuki unit pengering, kadar polibisfenol-a karbonat harus mencapai 90%. Untuk

    hal tersebut, maka dilakukan pengentalan dengan cara menguapkan kandungan air di

    dalamnya dengan menggunakan evaporator. Karena besarnya uap air yang harus

    diuapkan, maka dilangsungkan triple effect evaporator dengan sistem forward feed

    untuk menghemat pemakaian steam (ekonomi steam). Pada evaporator I (FE-101)

    dilangsungkan pada temperatur 114,7oC untuk menguapkan piridin dan metilen

    klorida yang masih terikut. Uap dari evaporator I (FE-101) menjadi media pemanas

    di evaporator II (FE-102) dan uap dari evaporator II (FE-102) menjadi media

    pemanas di evaporator III (FE-103). Baik evaporator II dan evaporator III

    dioperasikan secara vakum dengan menggunakan pompa vakum. Keadaan vakum

    dipertahankan pada 26 mmHg sehingga uap air dapat mendidih di bawah 100oC.

    Kondensat dari evaporator II terdiri atas air, metilen klorida, dan piridin

    dialirkan ke aliran limbah proses dan akan diolah dalam pengolahan limbah. Uap dari

    evaporator III (FE-103) dilewatkan ke condenser II (E-104) dan tercampurkan

    dengan air pendingin bekas dari condenser I (E-102), dan dialirkan ke aliran aliran

    limbah.

    Campuran keluaran dari evaporator III (FE-103) mengandung polibisfenol-a

    karbonat dengan konsentrasi 90%. Untuk memenuhi standar produk dari

    polibisfenol-a karbonat harus memiliki konsentrasi 98%, maka campuran tersebut

    dikeringkan pada sebuah rotary dryer (DD-101) dengan memakai media pengering

    berupa udara panas bersuhu 110oC. Keluaran dari rotary dryer diangkut

    menggunakan belt conveyor (C-102) menuju tangki penyimpanan polbisfenol-a

    karbonat (TT-101).

    Universitas Sumatera Utara

  • Air Pendingin

    Saturated Steam

    P-101

    P-103

    P-105

    P-107

    P-108

    Kondensat

    Air Pendingin Keluar

    S-101

    DD-101

    FL-101

    DC-102

    V-101

    F-101

    V-102

    V-103

    B-102

    R-102

    R-101

    FL-102

    V-104

    W-101

    FE-101

    Polibisfenol-a Karbonat

    E-103

    Air Proses

    M-102

    M-103

    E-101

    FE-102

    P-104

    Udara Panas

    FE-103

    SP-101

    Udara Bekas

    Limbah Proses

    Produk Samping

    M-101

    E-102

    P-106

    VE-101 E-105

    DS-101

    E-104

    C-102

    TT-102

    42

    41

    43

    40

    39

    38

    37

    36

    35

    34

    33

    28

    27

    31

    32

    29

    3022

    23

    24

    25

    26

    21

    20

    16

    17

    1511

    12

    14

    109

    7

    8

    5

    4

    1

    2

    TI

    FC

    FC

    FC

    FC

    FC

    FC

    TI

    FC

    TIFC

    PC

    FC

    FC TI

    LC

    PCTC

    TI

    TI

    TC

    LC

    FC

    FC

    C-101

    TI

    FC

    TI

    TT-101

    TC

    LC

    FCLI

    FCLI

    FC

    6

    FCLI

    PI

    B-101

    FC

    P-102

    FC

    FCLI

    3

    FC

    13

    19

    LC

    LC

    Universitas Sumatera Utara