chapter ii - berat jenis tanah

Upload: eka-hidayat-dariyanto

Post on 01-Mar-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    1/41

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Umum

    2.1.1 Tanah

    Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Jika

    tanah dalam keadaan kering maka terdiri dari dua fase yaitu partikel padat dan

    pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri dari dua fase yaitu

    partikel padat dan air pori. Jika tanah dalam keadaan jenuh sebagian maka terdiri

    dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan air pori. Untuk memperjelas

    komponen-komponen tanah tersebut maka digambarkan diagram fase seperti

    terlihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah

    Pada Gambar 2.1 (a)dapat dilihat bahawa suatu elemen tanah memiliki berat total

    yang disimbolkan dengan () dan juga memilki volume yang disimbolkan

    dengan (). Pada Gambar 2.1 (b) menunjukkan aadanya hubungan antara berat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    2/41

    dan volumenya. Berikut persamaan yang dapat dilihat untuk memeperjelas

    gambar di atas :

    = ++ (2.1) = 0sehingga persamaan (2.1) menjadi

    = + (2.2)

    dan

    = + + (2.3)

    =

    +

    (2.4)

    dimana :

    = berat butiran padat

    = berat air

    = volume butiran padat

    = volume air

    = volume udara

    2.1.2 Pemeriksaan Sifat-sifat Fisik Tanah

    2.1.2.1 Kadar Air (Water Content)

    Kadar air tanah (%)adalah perbandingan antara berat air () dengan

    berat butiran () . Besar dari nilai kadar air tanah dinyatakan dalam satuanpersen. Persamaan kadar air tanah (%) dinyatakan dalam persamaan berikut :

    (%) = 100 (2.5)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    3/41

    2.1.2.2 Derajat Kejenuhan (S)

    Derajat Kejenuhan () dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara

    volume air () dengan volume total rongga pori tanah (). Bila tanah dalamkeadaan jenuh nilai derajat kejenuhannya = 1 (100%), dan untuk tanah kering

    nilai derajat kejenuhannya = 0.Kejenuhan suatu tanah () dapat dinyatakan dalam

    persamaan berikut :

    (%) = 100 (2.6)

    2.1.2.3 Angka Pori (Void Ratio)

    Angka Pori () adalah perbandingan antara volume rongga () dengan

    volume butiran () dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan desimal.

    Angka Pori tanah () dapat dinyatakan dalam persamaan :

    =

    (2.7)

    2.1.2.4 Porositas (Porocity)

    Porositas ()adalah perbandingan antara volume pori () dengan volume

    total tanah () dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan persen maupun

    dalam bentuk desimal. Porositas tanah () dapat dinyatakan dalam persamaan :

    = 100 (2.8)

    Hubungan antara angka pori dengan porositas dapat dilihat pada persamaan

    berikut:

    = 1 (2.9)

    =

    1+ (2.10)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    4/41

    2.1.2.5 Berat Volume Basah (Wet Volume Weight)

    Berat Volume () adalah perbandingan antara berat butiran tanah

    termasuk air dan udara () dengan volume total tanah (). Berat Volume Tanah() dinyatakan dalam persamaan berikut :

    = (2.11)

    2.1.2.6 Berat Volume Kering (Dry Volume Weight)

    Berat Volume Kering ()adalah perbandingan antara berat butiran tanah() dengan volume total tanah (). Berat Volume Tanah () dapat dinyatakan

    dalam persamaan berikut :

    = (2.12)

    2.1.2.7 Berat Volume Butiran Padat (Soil Volume Weight)

    Berat Volume Butiran Padat ()adalah perbandingan antara berat butiran

    tanah () dengan volume butiran tanah padat (). Berat Volume Butiran Padat

    () dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

    = (2.13)

    2.1.2.8 Berat Jenis (Specific Gravity)

    Berat Jenis Tanah () dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara

    berat volume butiran tanah () dengan berat volume air () dengan isi yang

    sama pada temperatur tertentu. Nilai suatu Berat jenis tanah tidak memiliki satuan

    (tidak berdimensi). Berat jenis tanah () dapat dinyatakan dalam persamaan :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    5/41

    = (2.14)

    Adapun batas-batas besaran Berat Jenis Tanah dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah (Hardiyatmo, 1992)

    Macam Tanah Berat Jenis

    Kerikil 2,65 - 2,68

    Pasir 2,65 - 2,68

    Lanau tak organik 2,62 - 2,68

    Lempung organik 2,58 - 2,65

    Lempung tak organik 2,68 - 2,75

    Humus 1,37

    Gambut 1,25 - 1,80

    Batas-batas nilai dari Derajat Kejenuhan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah (Hardiyatmo, 1992)

    Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan

    Tanah kering 0

    Tanah agak lembab > 0 - 0,25

    Tanah lembab 0,26 - 0,50

    Tanah sangat lembab 0,51 - 0,75

    Tanah basah 0,76 - 0,99

    Tanah jenuh 1

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    6/41

    2.1.2.9 Batas-batas Atterberg(Atterberg Limit)

    Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut

    konsistensi. Batas-batas konsistensi tanah berbutir halus tersebut adalah

    batas cair, batas plastis, batas susut.

    Masalah pada tanah yang penting untuk diperhatikan adalah pengaruh

    penambahan kadar air terhadap sifat-sifat mekanis tanahnya, seperti contoh jika

    kita mencampurkan suatu sampel tanah dengan air hingga mencapai keadaan cair,

    maka lama kelamaan campuran tersebut akan mengering sedikit demi sedikit

    sehingga sampel tanah akan melalui beberapa keadaan tertentu dari keadaan cair

    sampai keadaan padat . Batas-batas konsistensi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg

    Penjelasan mengenai batas-batas konsistensi dapat dijabarkan sebagai

    berikut :

    a. Batas Cair (Liquid Limit)

    Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair

    dan keadaan plastis. Batas cair ditentukan melaui pengujian Casagrande

    (1948). Tanah yang sudah dicampur dengan air diletakkan pada mangkuk

    Casagrande yang kemudian sampel tanah dibelah dengan membuat alur di

    tengah-tengah menggunakan alat yang disebut Groving tool.Kemudian

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    7/41

    dilakukan pemukulan dengan cara engkol dinaikkan dan sampai mangkuk

    menyentuh dasar sampel, sambil dilakukan perhitungan ketukan sampai tanah

    yang dibelah tadi berhimpit. Pemukulan dilakukan pada kadar air yang berbeda

    dan banyaknya jumlah pukulan dihitung untuk masing-masing kadar air.

    Dengan demikian dapat dibuat grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah

    pukulan, sehingga diperoleh kadar air pada pukulan tertentu.Untuk lebih

    jelasnya, alat uji batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Alat Uji Batas Cair

    b. Batas plastis (Plastic Limit)

    Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada batas bawah daerah

    plastis atau kadar air minimum dimana tanah dapat digulung-gulung sampai

    diameter 3,1 mm (1/8 inchi). Penentuan kadar air ini dilakukan dengan cara

    melakukan pengguliran pada sampel tanah di atas plat kaca hingga diameter tanah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    8/41

    mencapai 3,1 mm. Apabilaa tanah mulai retak atau pecah pada saat diameternya

    mencapai 3,1 mm, maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.

    Indeks plastisitas adalah selisih antara batas cair dan batas plastis. Adapun

    rumusan dalam menghitung besaran nilai indeks plastisitas adalah sesuai dengan

    persamaan 2.14, seperti yang ditunjukkan pada rumusan dibawah ini:

    PI = LL - PL (2.15)

    Klasifikasi jenis tanah berdasarkan besar indeks plastisitasnya ditunjukkan

    pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah (Hardiyatmo, 1992)

    PI Sifat Macam tanah Kohesi

    0 Non Plastis Pasir Non - Kohesif

    < 7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian

    7 - 17 Plastisitas Sedang Lempung berlanau Kohesif

    > 17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif

    c. Batas Susut (Shrinkage Limit)

    Batas susut adalah kadar air atau batas dimana tanah yang dalam\ keadaan

    jenuh dan sudah kering tidak akan mengalami penyusutan lagi meskipun

    dikeringkan secara terus menerus. Batas susut juga dapat diartikan batas dimana

    meskipun tanah benar-benar telah kehilangan kadar airnya, tidak akan

    menyebabkan penyusutan volume tanah. Batas.susut dapat dinyatakan dalam

    persamaan

    = () ()

    100 % (2.16)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    9/41

    dengan :

    1= berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)

    2= berat tanah kering oven (gr)1= volume tanah basah dalam cawan (3)

    2= volume tanah kering oven (3)

    = berat jenis air

    2.1.2.10 Klasifikasi Tanah

    Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indeks tipe pengujian yang

    sangat sederhana untuk menentukan karakteristik tanahnya. Karakteristik tersebut

    digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasinya. Umumnya klasifikasi

    tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisa saringan dan

    plastisitasnya. Sekarang, terdapat dua sistem klasifikasi yang dapat digunakan

    yaitu Unified Soil Classification Systemdan AASHTO.

    2.1.2.10.1 Sistem Klasifikasi Unified

    Klasifikasi berdasarkan Unified System (Das, 1994), tanah

    dikelompokkan menjadi :

    1. Tanah butir kasar (coarse-grained-soil) yaitu tanah kerikil dan

    pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan

    no.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G

    atau S. G adalah untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil, dan S

    adalah untukpasir (sand) atau tanahberpasir.

    2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana lebih

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    10/41

    dari50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no.200. Simbol

    dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau

    (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk

    lanau organik dan lempung organik. Simbol PT digunakan untuk

    tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar organik

    yang tinggi. Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok

    seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk

    klasifikasi yang benar, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut

    ini :

    1. Persentase butiran yang lolos ayakan no.200 (fraksi halus).

    2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan no.40.

    3. Koefisien keseragaman (Uniformity coefficient, Cu ) dan koefisien

    gradasi (gradation coefficient, Cc ) untuk tanah dimana 0-12% lolos

    ayakan no.200.

    4. Batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos

    ayakan no.40 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan no.200).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    11/41

    Gambar 2.4. Klasifikasi Tanah Sistem Unified (Das, 1994)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    12/41

    2.1.2.10.2 Sistem Klasifikasi AASHTO

    Sistem AASHTO (American Association of State Highway

    Transportation Official) berguna untuk menentukan kualitas tanah guna

    perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem AASHTO

    membagi tanah ke dalam 7 kelompok, A-1 sampai dengan A-7. Penentuan

    klasifikasi ini terlebih dahulu membutuhkanmembutuhkan data-data sebagai

    berikut :

    1. Analisis ukuranbutiran.

    2. Batas cair dan batas plastis dan Ip yang dihitung.

    3. Batas susut.

    Gambar 2.5. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO

    2.1.3 Pengujian Sifat-sifat Mekanis Tanah

    2.1.3.1 Pemadatan Tanah (Compaction)

    Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah

    dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis atau suatu proses

    berkurangnya volume tanah akibat adanya energi mekanis, pengaruh

    kadar air dan gradasibutiran.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    13/41

    Untuk setiap daya pemadatan tertentu kepadatan yang tercapai

    tergantung pada banyaknya air didalam tanah tersebut yang disebut kadar air.

    Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang

    dipadatkan. Air dalam pori tanah berfungsi sebagai unsur pembasah

    (pelumas) tanah, sehingga butiran tanah tersebut lebih mudah bergerak atau

    bergeser satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih padat atau

    rapat.

    Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis disebut

    dengan pemadatan. Pemadatan tanah dapat dimaksudkan untuk mempertinggi

    kuat geser tanah, mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas), mengurangi

    permeabilitas serta dapat mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan

    kadar air dan lainnya.

    Pada tanah granuler dipandang paling mudah penanganannya untuk

    pekerjaan di lapangan. Material ini mampu memberikan kuat geser yang tinggi

    dengan sedikit perubahan volume sesudah dipadatkan.

    Pada tanah lanau yang dipadatkan umumnya akan stabil dan mampu

    memberikan kuat geser yang cukup dan sedikit kecenderungan mengalami

    perubahan volume. Namun tanah lanau sangat sulit dipadatkan bila dalam

    keadaan basah karena permeabilitasnya rendah.Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan

    memberikan kuat geser yang tinggi. Stabilitas terhadap sifat kembang-susut

    tergantung dari jenis kandungan mineralnya. Lempung padat mempunyai

    permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak dapat dipadatkan dengan baik

    dalam kondisi basah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    14/41

    Derajat kepadatan tanah diukur dari berat volume keringnya. Hubungan

    berat volume kering () dengan berat volume basah () dan kadar air (%)

    dinyatakan dalam persamaan :

    = 1+ (2.16)

    Di lapangan biasanya dengan cara menggilas menggunakan peralatan

    mekanis seperti roller, sedangkan di laboratorium dengan cara memukul. Dalam

    pengujian di laboratorium alat pemadatan berupa silinder mouldyang mempunyai

    volume 9,44 x 104

    3. Tanah dipadatkan di dalam moulddengan menggunakan

    penumbuk dengan berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30,5 cm. Tanah dipadatkan

    dalam 3 lapisan (standart proctor) dan 5 lapisan (modified proctor) dengan

    pukulan sebanyak 25 kali pukulan.

    Proses ini dilakukan sebanyak lima kali pada sampel tanah dengan kadar

    air tanah yang terus dinaikkan pada setiap proses. Dengan menggambarkan

    hubungan antara kepadatan kering maksimum dengan kadar air, akan dihasilkan

    kurv seperti terlihat pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    15/41

    2.1.3.2 Uji Kuat Tekan Bebas ( Unconfined Compression Test )

    Pada material tanah, parameter yang perlu ditinjau adalah kekuatan geser

    tanahnya. Pengetahuan mengenai kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan

    masalah-masalahyang berkaitan dengan stabilisasi tanah.

    Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui parameter kuat

    geser tanah adalah uji kuat tekan bebas.Yang dimaksud dengan kekuatan tekan

    bebas adalah besarnya beban aksial persatuan luas pada saat benda uji mengalami

    keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20 %. Percobaan kuat tekan

    bebas di laboratorium dilakukan pada sampel tanah dalam keadaan asli maupun

    buatan (remoulded).

    Cara pengujian kuat tekan bebas ini memiliki perbedaan dengan uji

    triaksial, dimana pada uji kuat tekan bebas tidak ada tegangan sel yaitu 3 = 0.

    Gambar skematik dari prinsip pembebanan dalam percobaan ini dapat dilihat pada

    Gambar 2.7.

    Gambar 2.7.Skema Uji Tekan Bebas

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    16/41

    Pembebanan pada sampel tanah berasal dari tekanan aksial satu arah

    (1) yang diangsur-angsur bertambah sampai benda uji mengalami keruntuhan.

    Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Kuat Tekan Bebas (Das, 1994)

    Tekanan aksial yang bekerja pada tanah dapat dituliskan kedalam persamaan

    berikut :

    = (2.17)

    dengan :

    P = gaya beban yang bekerja

    A = Luas penampang tanah

    Kuat geser tanah dari tekanan aksial yang ada dapat dituliskan ke dalam

    persamaan berikut :

    = 2 =2 =

    2 (2.18)

    dengan :

    = kekuatan geser undrained (undrained shear strength)

    3 = 0

    qu= unconfined compressive strength.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    17/41

    2.1.3.3 Sensitifitas Tanah Lempung

    Uji tekan bebas ini dilakukan pada sampel tanah asli (undisturbed) dan

    sampel tanah tidak asli (remoulded) lalu diukur kemampuan masing-masing

    sampel terhadap kuat tekan bebas. Dari nilai kuat tekan maksimum yang dapat

    diterima pada masing-masing sampel dapat diperoleh nilai sensitifitas tanah. Nilai

    sensitifitas berguna untuk mengukur bagaimana perilaku tanah jika mengalami

    gangguan yang diberikan dari luar.

    Pada tanah-tanah lempung yang terdeposisi (terendapkan) secara alamiah

    dapat diamati bahwa kekuatan tekanan tak tersekap berkurang banyak, bila tanah

    tersebut diujiulang lagi setelah tanah tersebut menderita kerusakan struktural

    (remoulded) tanpa adanya perubahan dari kadar air, sebagaimana ditunjukkan

    pada Gambar 2.8.

    Gambar 2.8 Kuat Tekan Tanah Asli dan TanahRemoulded

    Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat adanya kerusakan struktural

    tanah tersebut disebut kesensitifan (sensitivity). Tingkat kesensitifan dapat

    ditentukan sebagai rasio (perbandingan) antara kekuatan tanah yang masih asli

    dengan kekuatan tanah yang sama setelah terkena kerusakan (remoulded), bila

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    18/41

    kekuatan tanah tersebut diuji dengan cara tekanan tak tersekap. Jadi, sensitifitas

    diperoleh (acquired sensitivity) dinyatakan dalam persamaan:

    = (2.19)

    dengan :

    St= kesensitifan

    Ada beberapa jenis tanah lempung tertentu yang akibat kerusakan tersebut

    dapat tiba-tiba berubah menjadi cair. Tanah-tanah seperti itu sebagian besar

    dijumpai di daerah Amerika Utara dan daerah semenanjung Skandinavia yang

    dulunya tertutup es. Tanah-tanah lempung seperti ini biasa dinamai sebagai quick

    clays.

    Karena beberapa jenis lempung mempunyai sifat sensitif terhadap

    gangguan yang berbeda-beda, maka perlu diadakan pengelompokan yang

    berhubungan dengan sifat sensitifnya. Klasifikasi secara umum dapat dilihat pada

    Tabel 2.5.

    Tabel 2.5 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sensitivity (Hardiyatmo, 1992)

    Sifat Nilai Sensitivity

    < 2 Insensitive

    2 4 Moderately Sensitive

    4 8 Sensitive

    8 16 Very Sensitive

    16 - 32 Slightly Quick

    32 64 Medium Quick

    > 64 Quick

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    19/41

    2.2 Bahan-bahan Penelitian

    2.2.1 Tanah Lempung

    Beberapa definisi tanah lempung dari beberapa ahli antara lain:

    1.Das (1988) mendefinisikan bahwa tanah lempung merupakan tanah

    dengan ukuran mikrokronis sampai dengan sub-mikrokronis yang berasal

    dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung

    sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air

    sedang. Pada keadaan air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif)

    dan sangat lunak.

    2.Terzaghi (1987) mendefinisikan bahwa tanah lempung merupakan tanah

    dengan ukuran mikrokonis sampai dengan submikrokonis yang berasal

    dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung

    sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudahterkelupas hanya

    dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis

    pada kadar air sedang. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah

    lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.

    3. Bowles (1986) mendefinisikan bahwa tanah lempung sebagai deposit

    yang mempunyai partikel yang berukuran kecil atau sama dengan 0,002

    mm dalam jumlah lebih dari 50 %.

    2.2.2 Struktur Mineral Lempung

    Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada

    kadar air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat

    lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif memiliki pengertian bahwa pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    20/41

    keadaan basah tanah memiliki kemampuan gaya tarik-menarik yang besar di

    antara partikel-partikel tanahnya sehingga melekat satu sama lain.

    Mineral lempung merupakan pelapukan akibat reaksi kimia yang

    menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter

    butiran lebih kecil dari 0,002 mm. H oltz & Kovacs (1981) m e n e r a n g k a n

    satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari Silica Tetrahedradan

    Alumina Oktahedra.

    Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur lembaran.

    Jenis-jenis mineral lempung tergantung dari kombinasi susunan satuan struktur

    dasar atau tumpukan lembaran serta macam ikatan antara masing-masing

    lembaran.

    Silika Tetrahedrapada dasarnya merupakan kombinasi dari satuan

    Silika Tetrahedra yang terdiri dari satu atom silicon yang dikelilingi pada

    sudutnya oleh empat buah atom Oksigen. Kombinasi dari unit-unit silica

    tetrahedra tersebut membentuk lembaran silika (silica sheet).

    Sedangkan Aluminium Oktahedra merupakan kombinasi dari satuan

    yang terdiri dari satu atom Alumina yang dikelilingi oleh atom Hidroksil pada

    keenam sisinya.Kombinasi dari unit-unit alimunium oktahedra membentuk

    lembaran gibbsite (gibbsite sheet).

    Pada sebuah lembaran silika, setiap atom silikon yang bermuatan positif

    dan bervalensi empat daihubungkan dengan empat atom oksigen yang bermuatan

    negatif dengan valensi total delapan. Tetapi setiap atom oksigen pada dasar

    tetrahedral itu dihubungkan dengan dua atom silikon lainnya. Ini berarti bahwa

    atom-atom oksigen disebelah atas dari unit-unit tetrahedra mempunyai kelebihan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    21/41

    valensi (negatif) sebesar satu dan harus diseimbangkan. Bila lembaran silika itu

    ditumpuk di atas lembaran oktahedra, atom-atom oksigen tersebut akan

    menggantikan posisi ion hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi keseimbangan

    muatan mereka.

    ( a ) ( b) ( c )

    (d) (e)

    Gambar 2.9. Struktur Atom Mineral Lempung( a ) silica tetrahedra; ( b ) silica sheet;

    ( c ) aluminium oktahedra; ( d ) lembaran oktahedra (gibbsite) ;( e ) lembaran silika - gibbsite ( Das, 1994)

    Jika ditinjau dari mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai mineral

    penyusun, antara lain mineral lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite

    group) dan mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan batasan

    yang ada (mika group, serpentinite group).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    22/41

    a. Kaolinite.

    Merupakan bagian dasar dari struktur ini adalah lembaran tunggal silika

    tetrahedralyang digabung dengan satu lembaran alumina oktahedran (gibbsite)

    membentuk satu unit dasar dengan tebal kira-kira 7,2 (1 =10-10 m) seperti

    yang terlihat pada Gambar 2.9. hubungan antar unit dasar ditentukan oleh ikatan

    hidrogen dan gaya bervalensi sekunder. Mineral kaolinite berwujud seperti

    lempengan-lempengan tipis, masing-masing dengan diameter 1000 sampai

    20000 dan ketebalan dari 100 sampai 1000 dengan luasan spesifik per unit

    massa 15 m2/gr.

    Gambar 2.10. Struktur Kaolinite( Das, 1988)

    b. Montmorillonite disebut juga mineral dua banding satu (2:1) karena satuan

    susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral

    mengapit satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya. Struktur kisinya

    tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng SiO2. Karena struktur

    inilah Montmorillonite dapat mengembang dan mengkerut menurut sumbu C dan

    mempunyai daya adsorbsi air dan kation lebih tinggi. Tebal satuan unit adalah

    9,6 (0,96m), seperti ditunjukkan Gambar 2.10 dibaw ah ini sebagaimana

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    23/41

    dikutip (Das, 1988). Hubungan antara satuan unit diikat oleh ikatan gaya Van der

    Walls, diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika itu sangat lemah, maka

    lapisan air (n.H2O) dengan kation yang dapat bertukar dengan mudah menyusup

    dan memperlemah ikatan antar satuan susunan kristal mengakibatkan antar

    lapisan terpisah. Ukuran unit massa sangat besar, dapat menyerap air dengan

    sangat kuat, mudah mengalami proses pengembangan.

    Gambar 2.11. StrukturMontmorillonite

    ( Das, 1994)c. Illite.Mineral illite mempunyai hubungan dengan mika biasa, sehingga

    dinamakan pula hidrat-mika. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal

    dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya ada

    pada :

    Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi sebagai

    penyeimbang muatan, sekaligus sebagai pengikat.

    Terdapat 20 % pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada lempeng

    tetrahedral.

    Struktur mineralnya tidak mengembang sebagaimana montmorillonite

    Gambar satuan unit illite seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    24/41

    Gambar 2.12. StrukturIllite ( Das, 1994)

    Substitusi dari kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral akan

    mengakibatkan mineral lempung yang berbeda pula. Apabila ion-ion yang

    disubstitusikan mempunyai ukuran yang sama disebut ishomorphous. Bila sebuah

    anion dari lembaran oktahedral adalah hydroxildan dua per tiga posisi kation diisi

    oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium

    disubstitusikan kedalam lembaran aluminiumdan mengisi seluruh posisi kation,

    maka mineral tersebut disebut brucite.

    2.2.3 Interaksi Air dan Mineral dalam Fenomena Tanah Lempung

    Tanah lempung mengandung muatan elektro negatif pada permukaannya.

    Muatan elektro negatif ini mengakibatkan kemungkinan terjadinya reaksi

    pertukaran kation., yang mana muatan ini merupakan hasil satu atau lebih dari

    beberapa reaksi yang berbeda.

    Pada mineral lempung yang kering, muatan negatif yang terdapat

    di permukaannya dinetralkan oleh kation-kation lain yang mengelilingi

    partikel tersebut secara exchange able cation akibat adanya perbedaan kekuatan

    muatan dan gaya tarik- menarik elektrostatik Van der Waals. Akibat

    kemungkinan adanya perbedaan kekuatan muatan di sekeliling kation tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    25/41

    dapat saling mendesak dan bertukar posisi.

    Kemampuan dari kation-kation tersebut untuk mendesak dapat dilihat dari

    besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:

    Al3+>Ca2+>Mg2+NH4+>K+>H+>Na+Li+

    Dari reaksi di atas disimpulkan Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain

    yang berada dikirinya.

    Molekul air merupakan molekul dipolar karena atom Hidrogen tidak

    tersusun simetris disekitar atom oksigen, melainkan membentuk sudut ikatan

    105o akibatnya molekul-molekul air berperilaku seperti batang-batang kecil

    yang mempunyai muatan positif disatu sisi dan muatan negatif disisi lain.Sifat

    dipolar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.13.

    Gambar 2.13 Sifat Dipolar Molekul Air (Das, 1994)

    Interaksi antara molekul-molekul air dengan partikel lempung dapat

    melalui tiga proses yaitu :

    1. Kutub positif molekul dipolar air akan saling menarik dengan muatan

    negatif permukaan partikel lempung.

    2. Molekul air diikat oleh partikel lempung melalui ikatan Hidrogen

    (Hidrogen air ditarik oksigen atau hidroksil lain yang ada pada

    permukaan partikel lempung).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    26/41

    Proses ketiga, penarikan molekul air oleh muatan negatif permukaan empung

    secara berantai melalui kation yang mengapung dalam larutan air. Faktor paling

    dominan adalah proses ikatan hidrogen.

    Jumlah molekul air yang berinteraksi dengan permukaan lempung akan

    sangat dipengaruhi oleh jenis mineral yang ada yaitu pada nilai luasan permukaan

    spesifiknya (specific surface). Besarnya molekul air yang ditarik untuk

    membentuk lapisan Rangkap (Diffuse Double Layer). dipengaruhi oleh luas

    permukaan lempung. Kemampuan mineral lempung menarik molekul air atau

    menunjukkan kapasitas perilaku plastis tanah lempung, terlihat pada Gambar

    2.14.

    Gambar 2.14 Interaksi molekul air dengan partikel lempung(Das, 1994)

    2.2.4 Semen

    Semen berasal dari bahasa latin cementum, dimana kata ini mula-mula

    dipakai oleh bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat. Dengan kata

    lain semen dapat didefinisikan adalah suatu bahan perekat yang berbentuk serbuk

    halus, bila ditambahkan air akan terjadi reaksi hidrasi sehingga dapat mengeras

    dan digunakan sebagai pengikat (mineral glue).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    27/41

    Pada mulanya semen digunakan orang-orang Mesir Kuno untuk

    membangun piramida yaitu sejak abad ke-5 dimana batu batanya satu sama lain

    terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan pengikat ini

    ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka membuat api di gua-gua

    dan bila api kena atap gua maka akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini bila

    kena hujan menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan dikenal

    orang sebagai batu masonry.

    2.2.4.1 Bahan-bahan Pembuatan Semen

    Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu

    kapur, pasir silica, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang

    digunakan untuk memproduksi semen yaitu :

    1. Batu Kapur digunakan 81 %

    Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempunyai rumus

    CaCO3 (Calcium Carbonat). Pada umumnya tercampur MgCO3 dan

    MgSO4. Batu kapur yang baik dalam pengunaaan pembuatan semen

    memiliki kadar air 5 %.

    2. Pasir Silika digunakan 9 %

    Pasir Silika memiliki rumus SiO2(Silicon Dioksida). Pada umumnya pasir

    silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2

    maka semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah

    menggumpal karena kadar airnya tinggi. Pasir silika yang baik untuk

    pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    28/41

    3. Tanah Liat digunakan sebanyak 9%

    Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen adalah

    SiO2Al2O3.2H2O . Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar

    air 20%, kadar air SiO2tidak terlalu tinggi 46%.

    4. Pasir besi digunakan sebanyak 1%

    Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada

    umumnya selalu tercampur dengan SiO2dan TiO2sebagai impuritiesnya.

    Fe2O3berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak

    semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe2O375% - 80%

    . Pada penggilingan akhir digunakan gypsum sebanyak 3 % - 5 % total

    pembuatan semen.

    2.2.4.2 Jenis-jenis Semen

    Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini antara lain sebagai berikut :

    1. Semen Portland (Portland Cement)

    Semen Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan

    menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan

    biasanya juga mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa kalsium sulfat yang

    ditambahkan pada pengggilingan akhir. Semen Portland adalah semen yang

    diperoleh dengan menghaluskan terak yang terutama terdiri dari silikat-silikat,

    kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan tambahan biasanya gypsum.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    29/41

    Tipe-tipe semen Portland ada lima, diantaranya :

    a. Tipe I (Ordinary Portland Cement)

    Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila

    tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas hiderasi

    dan sebagainya. Semen ini mengandung 5 % MgO dan 2,5-3% SO3.

    b. Tipe II (Moderate Heat Portland Cement)

    Semen Portlandtipe ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan

    sifat khusus tahan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang. Biasanya

    digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini

    mengandung 20% SiO2, 6% Al2O3, 6% Fe2O3, 6%MgO , dan 8% C3A.

    c. Tipe III (High Early Strength Portland Cement)

    Semen ini merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaan-

    keadaan darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton tekan.

    Semen ini memiliki kadungan C3S yang lebih tinggi dibandingkan Semen

    Portland tipe I dan II sehingga proses pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat

    mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-45 Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S,

    6% MgO, 40% C2S dan 15% C3A.

    d. Tipe IV (Low Heat Portland Cement)

    Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang

    rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal. Baik sekali untuk

    mencegah keretakan.Low Heat Portland Cementini memiliki kandungan C3S dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    30/41

    C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun

    dari 6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7% C3A.

    e. Tipe V (Super Sulphated Cement)

    Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat

    pengeboran lepas pantai, pelabuhan dan terowongan. Komposisi komponen

    utamanya adalah slag tanur tinggi dan kandungan aluminanya yang tinggi. Semen

    ini tersusun dari 5% terak Portland Cement, 6% MgO, 2,3% SO2dan 5% C3A.

    2. Semen Putih

    Portland cement yang memiliki warna keabu-abuan. Warna ini disebabkan

    oleh kandungan oksida silika pada Portland Cement tersebut. Jika kandungan

    oksida silica tersebut dikurangi 0,4% maka warna semen Portland berubah

    menjadi warna putih.

    3. Semen Masonry

    Semen Masonry dibuat dengan menggiling campuran terak semen Portland

    dengan batu kapur, batu pasir atau slag dengan perbandingan 1:1 .

    4. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)

    Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai

    pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah

    artesis. Semen ini merupakan semen Portland yang dicampur dengan retarder

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    31/41

    untuk memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein dan

    gula.

    5. Semen Alami (Natural Cement)

    Semen ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat

    seperti komposisi semen di alam. Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya

    hingga menghasilkan terak. Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen

    halus. Dalam pemakaiannya dicampur dengan semen Portland.

    6. Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)

    Semen yang memiliki kandungan alumina tinggi, dimana perbandingan antara

    kapur dan alumina adalah sama. Semen ini dibuat dengan mencampur kapur,

    silika dan oksida silika yang dibakar hingga meleleh dan kemudian hasilnya

    didinginkan lalu digiling hingga halus. Ciri dari semen ini memiliki ketahanan

    terhadap air yang mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi.

    7. Semen Pozzolona

    Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolona

    sendiri tidak memiliki sifat seperti semen, akan tetapi bentuk halusnya dan dengan

    adanya air, senyawa-senyawa tersebut membentuk kalsium aluminat hidrat yang

    bersifat hidraulis.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    32/41

    8. Semen Trass

    Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60% - 80% trass

    atau tanah yang berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona

    dengan menambah CaSO4.

    9. Semen Slag (Slag Cement)

    Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu :

    Eisen Portland Cement

    Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran 60% terak Portlanddan

    40% butir-butir slag tanur tinggi.

    High Often Cement

    Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran yang mengandung 15% -

    19% terak Portland Cement dan 41% - 85 % butir-butir slag dengan

    penambahan CaSO4.

    2.2.5 Abu Sekam Padi

    Padi merupakan produk utama pertanian di negara agraris termasuk

    Indonesia, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beras merupakan hasil olahan

    dari padi yang merupakan bahan makanan pokok. Tumbuhan padi adalah

    tumbuhan yang tergolong tanaman air, namun sebagai tanaman air bukan berarti

    tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di tanah yang terus - menerus digenangi air,

    baik penggenangan itu terjadi secara alamiah, ditanah rawa-rawa, maupun

    penggenangan itu disengaja pada tanah-tanah .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    33/41

    Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi yang merupakan hasil

    samping saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi

    adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam padi adalah abu

    sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986).

    Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri

    dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota, dimana pada

    proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan

    sisa atau limbah penggilingan. Dari penggilingan padi akan menghasilkan sekitar

    25% sekam, 8% dedak, 2% bekatul dan 65% beras. Sekam tersusun dari jaringan

    serat-serat selulosa yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut

    yang sangat keras.

    Sekam padi menduduki 7% dari produksi total padi yang biasanya hanya

    ditimbun dekat penggilingan padi sebagai limbah sehingga mencemari

    lingkungan, kadang-kadang juga dibakar. Sekam padi juga dapat digunakan

    sebagai pupuk, bahan tambahan untuk media tumbuh tanaman sayuran secara

    hidroponik. Hasil analisis sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.6.

    Tabel 2.6 Hasil Analisis Sekam Padi (Houston, 1972)

    Kandungan Air 9,02 %

    Protein Kasar 3,27 %

    Lemak 1,18 %

    Karbohidrat 33,71 %

    Serat Kasar 35,68 %

    Abu 17,71 %

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    34/41

    Sekam padi tidak dapat digunakan sebagai material pengganti tanpa

    mengalami proses pembakaran. Dua faktor yang perlu diperhatikan pada proses

    pembakaran yaitu kadar abu dan unsur kimia dalam abu. Kadar abu menjadi

    penting sebab hal ini menunjukkan atau menentukan berapa jumlah sekam yang

    harus dibakar agar menghasilkan abu sesuai kebutuhan.

    2.2.6 Komposisi Kimia Abu Sekam padi

    Selama proses pembakaran sekam padi menjadi abu mengakibatkan

    hilangnya zat-zat organik yang lain dan menyisakan zat-zat yang mengandung

    silika. Pada proses pembakaran akibat panas yang terjadi akan menghasilkan

    perubahan struktur silika yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas

    pozolan dan kehalusan butiran abu.

    Secara umum faktor suhu, waktu dan lingkungan pembakaran harus

    dipertimbangkan dalam proses pembakaran sekam padi untuk menghasilkan abu

    yang mempunyai tingkat reaktivitas maksimal. Secara tipikal komposisi kimia

    abu sekam padi meliputi SiO2, K2O, Fe2O3, CaO, MgO, Cl, P2O5, Na2O3, SO3dan

    sedikit unsur lainnya.Komposisi kimia dari abu sekam padi dapat dilihat pada

    Tabel 2.7.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    35/41

    Tabel 2.7 Komposisi Kimiawi Abu Sekam Padi (Houston, 1972)

    2.3 Stabilisasi Tanah

    Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki daya dukung (mutu)

    tanah yang tidak baik dan meningkatkan daya dukung (mutu) tanah yang sudah

    tergolong baik. Tujuan dari stabilisasi tanah adalah untuk meningkatkan

    kemampuan daya dukung tanah dalam menahan beban serta untuk meningkatkan

    kestabilan tanah.

    Usaha stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan pemadatan, mencampur

    dengan tanah lain, serta menambahkan bahan pencampur kimiawi. Stabilisator

    yang sering digunakan yakni semen, kapur, abu sekam padi, abu cangkak sawit,

    abu ampas tebu,fly ash, bitumen dan bahan-bahan lainnya.

    Komponen % Berat

    SiO2

    K2O

    Na2O

    CaO

    MgO

    Fe2O3

    P2O5

    SO3

    Cl

    86,90 97,30

    0,58 2,50

    0,00 1,75

    0,20 1,50

    0,12 1,96

    0,00 0,54

    0,20 2,84

    0,10 1,13

    0,00 0,42

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    36/41

    Kelebihan stabilisasi dengan menggunakan bahan tambahan (admixtures)

    adalah sebagai berikut :

    a.

    Meningkatkan kekuatan tanah

    b. Mengurangi deformasi

    c. Menjaga stabilitas volume

    d. Mengurangi permeabilitas

    e. Meningkatkan durabilitas

    Penelitian ini menggunakan bahan stabilisator berupa Semen Portland dan

    abu sekam padi.

    2.3.1 Stabilisasi Tanah dengan Semen

    Stabilisasi tanah dengan semen diartikan sebagai pencampuran antara

    tanah yang telah dihancurkan, semen dan air, yang kemudian dipadatkan sehingga

    menghasilkan suatu material baru disebut Tanah Semen dimana kekuatan,

    diharapkan dapat sesuai dengan keb utuhan, baik untuk perkerasan jalan, pondasi

    bangunan dan jalan, aliran sungai dan lain-lain

    Semen banyak digunakan untuk stabilisasi tanah di berbagai Negara.

    Adanya air, kalsium silikat, aluminat pada semen akan membentuk senyawa

    hidrat yang akan menghasilkan susunan/ ikatan yang kuat dan keras yang

    menyelimuti dan mengikat material yang dicampur.

    Alasan lain pemakaian semen adalah semen merupakan bahan yang

    terbilang relatif murah dan mudah didapatkan. Berbagai penelitian dan pekerjaan

    di lapangan menunjukkan bahwa hampir terhadap semua jenis tanah dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    37/41

    distabilisasi dengan semen , kecuali pada tanah dengan kadar organik tinggi dan

    berplastisitas sangat tinggi.

    Penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat

    menghasilkan perubahan sifat tanahnya, sedangkan penggunaan semen lebih dari

    2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan. Disisi lain

    semen juga mempunyai kekurangan seperti rentan terhadap keretakan pada suhu

    yang tinggi, getas dan korosif. Selain itu, produksi semen menghasilkan emisi

    karbon yang sangat tinggi sehingga produksi semen tidak ramah

    lingkungan.Untuk mengatasi kelemahan dan memanfaatkan kelebihan semen,

    diperlukan bahan campuran alternatif sebagai pengganti semen.

    2.3.2 Proses Kimia pada Stabilisasi Tanah dengan Semen

    Tahapan proses kimia pada stabilisasi tanah menggunakan semen adalah

    sebagai berikut:

    Absorbsi air dan reaksi pertukaran ion;

    Partikel semen yang kering tersusun secara heterogen dan berisi

    kristal-kristal 3CaO.SiO2, 4CaO.SiO4, 3CaO.Al2O3 dan bahan-bahan yang

    pada berupa 4CaO.Al2O3Fe2O3. Bila semen ditambahkan pada tanah, ion

    kalsium Ca+++ dilepaskan melalui hidrolisa dan pertukaran ion berlanjut pada

    permukaan partikel-partikel lempung. Dengan reaksi ini partikel-partikel

    lempung menggumpal sehingga mengakibatkan konsistensinya tanah menjadi

    lebih baik.

    Reaksi pembentukan kalsium silikat

    Dari reaksi-reaksi kimia yang berlangsung diatas, maka reaksi utama

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    38/41

    yang berkaitan dengan kekuatan adalah hidrasi dari A-lite (3CaO.SiO2) dan B-

    lite (2CaO.SiO2) terdiri dari kalsium silikat dan melalui hidrasi tadi hidrat-hidrat

    seperti kalsium silikat dan aluminat terbentuk. Senyawa-senyawa ini berperan

    dalam pembentukan atau pengerasan.

    Reaksi pozzolan

    Kalsium hidroksida yang dihasilkan pada waktu hidrasi akan membentuk

    reaksi dengan tanah (reaksi pozzolan) yang bersifat memperkuat ikatan antara

    partikel, karena ia berfungsi sebagai binder (pengikat).

    2.4 Stabilisasi dengan Semen dan Abu Sekam Padi

    Semen banyak digunakan untuk stabilisasi tanah di berbagai Negara.

    Adanya air, kalsium silikat, aluminat pada semen akan membentuk senyawa

    hidrat yang akan menghasilkan susunan/ ikatan yang kuat dan keras yang

    menyelimuti dan mengikat material yang dicampur.

    Alasan lain pemakaian semen adalah semen merupakan bahan yang

    terbilang relatif murah dan mudah didapatkan. Berbagai penelitian dan pekerjaan

    di lapangan menunjukkan bahwa hampir terhadap semua jenis tanah dapat

    distabilisasi dengan semen , kecuali pada tanah dengan kadar organik tinggi dan

    berplastisitas sangat tinggi.

    Penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat

    menghasilkan perubahan sifat tanahnya, sedangkan penggunaan semen lebih dari

    2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan.Selain itu,

    stabilisasi tanah dengan menggunakan semen sudah sangat biasa dipakai dalam

    proses stabilisasi (Bowles, 1993).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    39/41

    Abu sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian,

    sekam yang dibakar mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat

    yang tinggi. Secara visual abu sekam padi yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah berwarna abu-abu (grey colour-ash).

    Abu sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian yang

    cukup melimpah keberadaannya dan kurang termanfaatkan dengan baikAbu

    sekam padi mempunyai sifatpozzolanyang mengandung unsur silikat yang tinggi

    dan sangat reaktif. Dengan sendirinya abu sekam padi akan bereaksi secara kimia

    dengan tanah yang lembab membentuk tanah yang tersementasi dan akan

    meningkatkan daya dukung tanah. . Sehingga abu sekam padi dapat dimanfaatkan

    sebagai bahan alternatif pengganti semen.

    Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung

    dimungkinkan karena material ini banyak mengandung unsur silikat (SiO2) dan

    aluminat (Al2O3), sehingga dikategorikan sebagai pozzolan.

    2.5 Penelitian yang pernah dilakukan

    Penggunaan abu sekam padi sebagai stabilisator dalam upaya peningkatan

    daya dukung tanah merupakan bidang penelitian yang aktif . Banyak faktor yang

    mempengaruhi proses stabilisasi semen dengan abu sekam padi yaitu kadar

    semen, kadar air tanah, kadar abu sekam padi, sifat kimiawi tanah dan kandungan

    kimiawi abu sekam padi serta masa peramnya.

    Untuk kadar semen yang dipakai dalam peneltian ini adalah sebesar 2 %,

    didasarkan dari penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat

    menghasilkan perubahan sifat tanahnya, sedangkan penggunaan semen lebih dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    40/41

    2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan.Sedangkan

    variasi kadar abu sekam padi untuk penelitian ini,terlebih dahulu perlu dilakukan

    beberapa kajian pustaka :

    Basha et al (2005) meneliti pengaruh campuran semen dan sekam padi terhadap

    pemadatan, kekuatan dan difraksi sinar-X dari tanah residu. Mereka mendapatkan

    bahwa semen dan abu sekam padi mengurangi plastisitas tanah, mengurangi

    kepadatan kering maksimum dan meningkatkan kadar air optimum. Mereka

    menemukan bahwa kandungan semen dan abu sekam padi yang optimal adalah

    semen 6-8% dan 10-15% abu sekam padi.

    Alhassan dan Mustapha (2007) meneliti tentang pengaruh dari campuran semen

    dan abu sekam padi terhadap tanah laterit dikumpulkan dari daerah Maikunkele

    (Minna, Nigeria). Tanah tersebut yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 pada

    klasifikasi AASHTO, distabilkan dengan campuran semen dan abu sekam padi

    sebesar 2-8% dari berat kering tanah. Dari hasil pengujian CBR (Califiornia

    Bearing Ratio) dan tekan satu sumbu (Unconfined Compression Test) diperoleh

    bahwa kandungan optimal abu sekam padi untuk campuran (abu sekam padi dan

    semen) adalah sebesar 4-6 %.

    Dari studi daftar pustaka di atas, peneliti memilih variasi campuran abu sekam

    padi dan semen sebagai berikut 2%(PC)+3%(AS) , 2%(PC)+4%(AS),

    2%(PC)+5%(AS), 2%(PC)+6%(AS) , 2%(PC)+7%(AS), 2%(PC)+8%(AS),

    2%(PC)+9%(AS) , 2%(PC)+10%(AS), 2%(PC)+11%(AS), 2%(PC)+12%(AS) ,

    2%(PC)+13%(AS), 2%(PC)+14%(AS), 2%(PC)+15%(AS). Pengujian daya

    dukung tanah dilakukan dengan uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression

    Test).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/25/2019 Chapter II - Berat Jenis Tanah

    41/41

    Selain tinjauan pustaka di atas,pelaksanaan pengujian kuat tekan bebas

    tanah lempung dengan bahan stabilisasi yang berbeda dan variasi campuran yang

    berbeda juga dilakukan secara bersinergi dengan tujuan untuk mencari bahan

    stabilisator mana yang menghasilkan kekuatan geser yang lebih baik dan unggul.

    Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bahan stabilisator

    berupa campuran semen - abu ampas tebu, serta campuran semen - abu cangkang

    sawit., yang mana hasilnya akan dibahas pada Bab V.