chapter i_5
TRANSCRIPT
![Page 1: Chapter I_5](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081816/557201f64979599169a2b41d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti sering membutuhkan retensi
tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak
digunakan sebagai retensi intraradikular untuk memberikan kekuatan pada mahkota
gigi. Perkembangan teknologi baru pasak non alloy seperti fiber reinforced composite
(FRC) mulai sering digunakan oleh para dokter gigi pada awal tahun 1990 an. Pasak
fiber reinforced composite banyank diminati karena memiliki beberapa keuntungan
seperti dapat beradaptasi dengan dentin intraradikular menggunakan sistem adhesif,
memiliki modulus elastisitas yang menyerupai dentin, estetis, mudah diadaptasikan
kedalam saluran akar, dan tidak mengalami proses korosi bila dibandingkan dengan
pasak berbahan metal. 1-4
Pasak fiber yang terbuat dari bahan Fiber Reinforced Composite (FRC) berikatan
dengan struktur gigi secara adhesif. Retensi pasak fiber dengan dentin saluran akar
melalui semen luting resin. Perlekatan antara dentin, semen luting dan pasak didapat
melalui sistem adhesif. Idealnya perlekatan diantara ketiga komponen tersebut harus
maksimal untuk mencegah terjadinya celah mikro.3 Retensi dari pasak fiber kedalam
saluran akar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, tipe pasak, ruangan untuk pasak
dan jenis semen luting yang digunakan. Semen luting berbahan dasar resin bersama
dengan bahan dentin adhesif dianjurkan untuk penyemenan pasak fiber kedalam
Universitas Sumatera Utara
![Page 2: Chapter I_5](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081816/557201f64979599169a2b41d/html5/thumbnails/2.jpg)
saluran akar. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi perlekatan dari semen luting
resin dengan dentin saluran akar adalah keberadaan smear layer yang tidak
terbersihkan secara maksimal akan menyebabkan kegagalan perlekatan antara sistem
adhesif dengan semen luting resin. 4-5
Pasak fiber reinforced composite terbagi menjadi pasak buatan pabrik
(prefabricated) dan pasak individual (customized). Dalam mengadaptasikan pasak
kedalam saluran akar pasak prefabricated memerlukan pelebaran saluran akar.
Pelebaran saluran akar yang terlalu besar dapat melemahkan struktur gigi yang
tersisa. Pada saluran akar yang berbentuk oval, penggunaan pasak prefabricated akan
menyisakan ruangan yang kosong diantara pasak dengan dentin saluran akar. Ruang
yang tersisa diantara pasak dan dentin intradikular akan diisi oleh semen luting.
Sedangkan pada pasak customized, bentuk saluran akar tidak menjadi masalah karena
sifat dari pasak polyethylene dapat beradaptasi dengan mengikuti bentuk dari anatomi
saluran akar (customized).4
Peningkatan volume semen luting resin dapat menyebabkan kegagalan perlekatan
antara semen luting dan dentin saluran akar, hal ini karena terjadinya penyusutan
pada saat polimerisasi. Penyusutan pada saat polimerisasi tidak hanya menimbulkan
celah (gaps) tetapi juga menyebabkan terjadinya microcracks diantara lapisan semen
luting resin dan celah mikro disepanjang ruangan pasak yang merupakan awal
kegagalan dari restorasi pasak adhesif. 4
Kreji et al (2000) menyatakan bahwa penyusutan pada saat polimerisasi luting
resin merupakan efek samping yang tidak dapat dihindarkan dari pemakaian semen
Universitas Sumatera Utara
![Page 3: Chapter I_5](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081816/557201f64979599169a2b41d/html5/thumbnails/3.jpg)
berbahan dasar resin, hal ini dikarenakan C- faktor yang tinggi (rasio dari permukaan
yang berikatan dengan permukaan yang tidak berikatan).6 Bouillaguet et al (2003)
menyatakan bahwa endodontic C- factor yang diperkirakan lebih tinggi dari 200 bila
dibandingkan dengan restorasi pada daerah coronal yang berkisar diantara 1 dan 5.7
Tay et al (2006) menyatakan polimerisasi shrinkage merupakan dampak yang buruk
dari semua semen berbahan resin, C- faktor dapat menghasilkan stress yang cukup
tinggi sehingga menyebabkan kegagalan perlekatan dari bahan luting terhadap dentin
intraradikular, sehingga mengurangi retensi dan dapat meningkatkan terjadinya celah
mikro.8
Fogel et al (1995) mengevaluasi celah mikro dengan metode penetrasi dye dari
beberapa sistem pasak prefabricated yang berbeda, hasilnya ditemukan tidak ada
sistem pasak yang mampu menahan penetrasi dari cairan pewarna (dye).9 Hal yang
sama juga dilaporkan oleh Tjan et al (1991) menggunakan sistem adhesif generasi
kedua ditemukan hampir seluruh gigi menunjukkan terjadi celah mikro, namun pasak
yang disemenkan dengan sistem bonding semen dapat mengurangi celah mikro
dibandingkan dengan yang menggunakan semen seperti glass ionomer dan zinc
phosphate.10 Sementara itu, Usumez et al (2004) menyatakan bahwa pasak glass
fiber dapat mengurangi celah mikro bila dibandingkan dengan pasak zirconia.11
Albashaireh et al (2008) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan retensi pasak
yang menggunakan sistem adhesif total-etch jika dibandingkan dengan self- etch.12
Hasimoto et al (2004) menyatakan bahwa pergerakan air pada rensin-bonded dentin
Universitas Sumatera Utara
![Page 4: Chapter I_5](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081816/557201f64979599169a2b41d/html5/thumbnails/4.jpg)
dengan menggunakan sistem adhesif etch - rinse lebih baik daripada penggunaan
sistem adhesif self-etch.13
Erkut et al (2008) menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa restorasi pasca
perawatan endodonti dengan menggunakan pasak pita polyethylene fiber reinforced
post pada saluran akar yang overflared dengan sistem adhesif total- etch dapat
mengurangi terjadinya celah mikro bila dibandingkan penggunaan pasak fiber yang
lainnya.4
Dari uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan celah
mikro pada pasak yang menggunakan glass prefabricated fiber reinforced dan pasak
pita polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan sistem adhesif total-etch.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, timbul permasalah yaitu:
Apakah ada perbedaan celah mikro pada pasak yang menggunakan glass
prefabricated fiber reinforced dan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan
menggunakan sistem adhesif total-etch ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui adanya perbedaan celah mikro pada pasak yang menggunakan
glass prefabricated fiber reinforced dan pasak pita polyethylene fiber reinforced
dengan menggunakan sistem adhesif total –etch.
Universitas Sumatera Utara
![Page 5: Chapter I_5](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081816/557201f64979599169a2b41d/html5/thumbnails/5.jpg)
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai pertimbangan untuk memilih sistem pasak adhesif yang tepat untuk
digunakan pada restorasi pasca perawatan endodonti.
2. Sebagai alternatif retensi tambahan restorasi akhir pada perawatan pasca
endodonti untuk pasien yang membutuhkan waktu perawatan yang lebih singkat.
3. Memberikan informasi tambahan kepada dokter gigi mengenai teknologi
pasak terbaru untuk selalu mempertahankan gigi selama mungkin didalam rongga
mulut dalam usaha meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
4. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai kebocoran mikro pada pasak
polyethylene fiber reinforced dengan pengamatan yang menggunakan SEM.
Universitas Sumatera Utara