chapter i_3

27
Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi seperti kegiatan Underwriting akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi. Penjaminan (underwriting) adalah Proses penaksiran/penilaian dan penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. Aktuaria (actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip- prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/ memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari segi

Upload: kharisma-firdaus

Post on 28-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang

mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak

dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi

resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi

mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi

seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi –

retrosesi.

Penjaminan (underwriting) adalah Proses penaksiran/penilaian dan

penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta

pembuatan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. Aktuaria

(actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang menerapkan

prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/

memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan

dari segi keuangan. Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan

asuransi terhadap pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara

perusahaan asuransi dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa

yang di asuransikan atau yang jatuh tempo. Reasuransi adalah pihak yang

menerima pertanggungan ulang dari suatu penutupan asuransi. Retrosesi adalah

Pelimpahan risiko dari perusahaan reasuransi kepada perusahaan reasuransi

lain.

Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan

yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun

Page 2: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

1980-

Page 3: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

an. Dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Dengan adanya

deregulasi dan Undang-Undang tersebut pemerintah memberikan kemudahan

dalam hal perijinan, yang tujuannya adalah untuk

memacu tumbuhnya perusahaan- perusahaan baru, pada

gilirannya akan meningkatkan hasil produksi/premi nasional. Diharapkan dengan

semakin berkembangnya industri asuransi di indonesia, maka akan semakin

berkembang pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan

semakin meningkat, Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat

akan asuransi semakin meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau

perkembangan industri asurasi di indonesia semakin dan akan terus meningkat.

Laporan Research and Markets, bertajuk Indonesia Insurance Report Q3

2009 yang dikeluarkan awal Juli 2009 lalu menyebut, industri asuransi Indonesia

tumbuh 43% tahun lalu. Lembaga riset yang berpusat di Dublin Irlandia

ini menyebutkan, total premi asuransi di Indonesia tahun 2008 mencapai Rp

78,267 triliun. Diantaranya berasal dari asuransi jiwa Rp 54,400 triliun dan

premi non jiwa Rp 23,867 triliun. Mereka memperkirakan pada 2013 nanti premi

asuransi jiwa mencapai Rp 134,207 triliun sedang non jiwa Rp 29,109 triliun.

Research and Markets memperkirakan tahun ini premi non jiwa akan

meningkat lebih drastis meski perekonomian melambat. Lonjakan premi antara

lain datang dari asuransi kendaraan, baik yang sukarela ataupun wajib karena

dalam masa kredit. (www . k o n t a n . c o . i d , 23 juli 2009).

Saat ini, kekuatan permodalan dalam perusahaan asuransi

merupakan faktor penting, faktor kecukupan modal pada industri asuransi

dikenal sebagai

Page 4: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

Risk Based Capital (RBC). Risk Based Capital (RBC) menjadi acuan yang tak

dapat ditawar. Oleh karena itu Departemen Keuangan menetapkan perusahaan

asuransi di Indonesia saat ini wajib memiliki Risk Based Capital (RBC)

minimal

120 persen (www . d e pk e u . g o . i d ) . Risk Based Capital (RBC) merupakan rasio

kecukupan modal terhadap resiko yang ditanggung dan menjadi salah satu

indikator utama dalam menilai kesehatan perusahaan asuransi, khususnya yang

terkait dengan solvabilitas atau kemampuan perusahaan memenuhi semua

kewajibannya. Risk Based Capital (RBC) diperoleh dari hasil membandingka

n selisih kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban dengan batas minimum

tingkat solvensi. Faktor yang lain yang perlu diperhatikan adalah profitabilitas,

likuiditas, stabilitas premi, dan teknis.

Berdasarkan sumber dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia pada saat ini ada 8

perusahaan asuransi yang dikenakan status Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU)

(lihat tabel 1.1). Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) adalah status yang

dikenakan sebelum sebuah perusahaan yang bersangkut an benar-benar ditutup

pemerintah. Hal tersebut dikarenakan perusahaan asuransi tidak memenuhi Risk

Based Capital (RBC) yang telah ditetapkan pemerintah. Berikut ini tabel

perusahaan-perusahaan asuransi yang dikenakan status Pembatasan Kegiatan

Usaha (PKU).

Page 5: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1Perusahaan Asuransi Yang Dikenakan Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU)

No Perusahaan Asuransi Yang Dikenakan Pembatasan Kegiatan Usaha(PKU)

12345678

PT Asuransi Prima Perkasa InternasionalPT Anugerah General InsurancePT Asuransi Anugerah Bersama Koperasi Asuransi Jiwa Indonesia PT Asuransi Jiwa Buana Putera PT Asuransi Jiwa ElitePT Asuransi Jiwa Mukjizat UtamaPT Asuransi Jiwa NussaLife Financial

Sumber : ww w . d e pk e u . g o .i d , d iakses tanggal 16 Februari 2010 (Oleh Peneliti)

Risk Based Capital (RBC) diperlukan bagi perusahaan asuransi nasional

guna mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dan sebagai

pegangan bagi para nasabah untuk menganalisa apakah perusahaan itu cukup

punya modal atau tidak jika seorang membeli polisnya atau ikut melakukan

investasi pada perusahaan tersebut.

Pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan asuransi, sebagaimana

dilakukan terhadap lembaga-lembaga keuangan lainnya seperti bank sangat perlu

dilakukan. Dalam prakteknya, pemeriksaan untuk pengawasan rutin yang

seharusnya selalu dapat dilaksanakan secara berkala sulit dipenuhi di setiap

negara karena keterbatasan dana dan tenaga pada instansi pembina dan

pengawasan perusahaan asuransi sehingga harus dibuat skala perioritas

untuk menentukan perusahaan asuransi yang akan diperiksa. Skala perioritas

tersebut ditentukan oleh tingkat kinerja keuangan perusahaan asuransi dengan

ukuran yang dipakai di masing-masing negara.

Kinerja keuangan dari suatu perusahaan merupakan gambaran dari

laporan keuangan sebuah perusahaan, karena di dalam laporan keuangan ini

terdapat

Page 6: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit dari perusahaan.

Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi

dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The

National Association of Insurance Commissioners (NAIC) yang dikenal dengan

analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS).

Sistem Early Warning System (EWS) merupakan tolak ukur perhitungan

dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan

asuransi di Indonesia. Perhitungan sistem Early Warning System (EWS)

digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan

asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini

(early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam

menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Satria, 1994:5).

Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat diketahui mengalami

peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil analisis rasio

keuangan. Early Warning System (EWS), kemudian hasil analisis rasio keuangan

Early Warning System (EWS) dibandingkan dengan suatu standar atau tolak ukur

tertentu. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur rasio keuangan Early

Warning System (EWS) perusahaan asuransi, yaitu tolak ukur yang

ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

Menurut data hasil olahan Lembaga Manajemen FEUI, data laba industri

asuransi umum meningkat 24,23 persen dari Rp 1,58 triliun pada Desember 2006

menjadi Rp 1,96 triliun pada Desember 2007. Sedangkan laba industri asuransi

jiwa tumbuh 20,85 persen dari Rp 2,34 triliun pada Desember 2006 menjadi Rp

2,83 triliun pada Desember 2007.

Page 7: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan teori dan fenomena diatas maka peneliti ingin

mengukur kinerja keuangan dengan mempergunakan rasio keuangan Early

Warning System (EWS) pada PT. Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT.

Asuransi Ramayana, Tbk yang bergerak dalam bidang asuransi kerugian, dimana

masing- masing perusahaan asuransi tersebut memiliki Risk Based Capital (RBC)

tertinggi dan terendah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka

judul dalam penelitian ini adalah : “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan

Rasio Keuangan Early Warning System Pada Perusahaan Asuransi Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) )”.

B. Perumusan Masalah

Suatu masalah dapat timbul dikarenakan adanya hambatan, rintangan

ataupun tantangan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan

ataupun kegagalan dalam mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, peneliti

merumuskan masalah “ Bagaimana kinerja keuangan pada Perusahaan

Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ) yaitu PT. Asuransi

Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk selama tahun

2006, 2007, 2008 dan 2009 berdasarkan tolak ukur rasio Early Warning

System (EWS)”.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang

hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori

yang

Page 8: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Early warning Sytem (EWS) adalah

tolak ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissioners

(NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat

dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan

asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan

peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi

perusahaan asuransi di masa yang akan datang.

Manfaat dari Early Warning System (EWS) adalah membantu

mengidentifikasi masalah dalam perusahaan asuransi kerugian secara

dini sehingga tindakan dan perbaikan dapat segera dilakukan. Perhitungan

sistem Early Warning System (EWS) digunakan banyak negara dalam

mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan

hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap

kondisi keuangan (Satria,1994:5). Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat

diketahui mengalami peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil

analisis rasio keuangan. Alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan

dapat melihat antara rasio keuangan (likuiditas, solvabilitas, profitabiltas, dan

rasio teknis). Rasio-rasio tersebut mempunyai kemampuan

pembeda yang paling tinggi dalam mengelompokkan

perusahaan, apakah perusahaan masuk kedalam kelompok sehat atau kelompok

kurang sehat. Secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1.1. dibawah ini:

Page 9: Chapter I_3

Universitas Sumatera Utara

Rasio – rasio Keuangan

Early Warning System (EWS) :

1. Likuiditas2. Solvabilitas3. Teknis

Kinerja Keuangan Baik

Kinerja Keuangan Buruk

Gambar 1.1 Kerangka KonseptualSumber : Satria (1994:5)

Selain beberapa rasio keuangan Early Warning System (EWS), pemerintah

Indonesia menerapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan perusahaan

asuransi yakni setiap perusahaan asuransi di Indonesia harus memiliki

modal minimum sebesar Rp 100.000.000.000.00, (seratus milyar rupiah )

berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 Pasal 6,

dan setiap perusahaan asuransi hanya dapat memiliki Premi Netto paling banyak

300 % (tiga ratus peratus) dari modal sendiri periode berjalan berdasarkan

keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 424 /KMK.06/ 2003 pasal

35.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian pada PT.Asuransi Multi Artha

Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk adalah untuk mengetahui

kinerja keuangan PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi

Ramayana, Tbk selama periode tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat peneliti melakukan penelitian pada PT.Asuransi Multi Artha

Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk, adalah :

Page 10: Chapter I_3

a. Bagi perusahaan PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi

Ramayana, Tbk, sebagai bahan masukan dan menjadikan suatu

perbandingan dalam melihat kinerja keuangan perusahaan.

b. Bagi peneliti, akan memberikan kontribusi bagi pemikiran peneliti

dalam memperluas cakrawala berfikir ilmiah dalam bidang keuangan

khususnya dalam analisis rasio keuangan.

c. Bagi pihak lain, sebagai referensi yang nantinya dapat memberikan

perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

1. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan berdasarkan

Early Warning Sysyem (EWS) pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan

PT. Asuransi Ramayana, Tbk berdasarkan laporan keuangan tahun 2006

sampai dengan tahun 2009.

2. Definisi Operasional Variabel

Kinerja keuangan pada perusahaan asuransi dapat diketahui

dengan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio

keuangan Early Warning System (EWS) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas atau liquidity ratio mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan memberikan

gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi likuid

atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut

(Satria,1994:71):

Page 11: Chapter I_3

Rasio Likuiditas =

b. Rasio Solvabilitas dan Umum (Solvency and overall ratios)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan

keuangan perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban

yang mungkin timbul dari penutupan risiko yang telah dilakukan.

Rasio Batas Solvabilitas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:67):

Rasio Batas Solvabilitas =

c. Ratio Teknis (Technical Ratio)

Cadangan teknis terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim.

Rasio ini dapat mengukur secara kasar tingkat kecukupan cadangan yang

diperlukan dalam menghadapi kewajiban yang timbul dari penutupan

resiko. Rasio Cadangan Teknis dapat dihitung sebagai berikut

(Satria,

1994:74) :

Rasio Cadangan Teknis =

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT.Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan

PT. Asuransi Ramayana, Tbk (Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) )”.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan Mei

2010.

Page 12: Chapter I_3

4. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian, untuk membantu

memecahkan masalah yaitu dengan data sekunder.

Data Sekunder yaitu data yang berisikan informasi dan teori-teori yang

digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Peneliti

mendapatkan data sekunder dari buku-buku, majalah, hasil karangan, dan

informasi dari internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data pendukung berupa

literature, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan

untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti.

6. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah

menghitung rasio – rasio keuangan berdasarkan Early Warning

System (EWS) dan tolak ukur yang ditetapkan oleh Peraturan

Pemerintah.

b. Metode Analisis Kuantitatif

Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk

menyajikan data dalam bentuk angka. Metode analisis kuantitatif yang

dipakai dalam penelitian skripsi, yaitu :

Page 13: Chapter I_3

1) Metode Analisis Vertikal

Merupakan analisis data yang membandingkan data rasio

keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain

yang sejenis atau industry yang sama.

Analisis rasio yang digunakan adalah rasio Early Warning

System. Berdasarkan acuan dari penelitian salustra satria terhadap

perushaan asuransi di Indonesia, alat-alat rasio untuk mengukur

kinerja keuangan menggunakan analisis rasio keuangan Early

Warning System (EWS).

Adapun alat – alat analisis rasio Early Warning System (EWS)

yang digunakan adalah, sebagai berikut :

a) Rasio Likuiditas

b) Rasio Solvabilitas dan umum

c) Rasio Cadangan Teknis

Asumsi:

Hasil analisis menggunakan rasio Early Warning System (EWS)

akan dibandingkan dengan menggunakan tolok ukur rasio Early Warning

System (EWS) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia . Tolak ukur

dari masing-masing rasio adalah sebagai berikut

Tabel 1.2Tolak Ukur Rasio Early Warning System

Rasio BatasMinimum

BatasMaksimum

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)b. Rasio Batas Solvabilitas (Solvency Margin

Ratio)c. Rasio Cadangan Teknis

1,21,2

0,4

Sumber : Satria (1994:97)

Page 14: Chapter I_3

Selain beberapa rasio di atas, pemerintah Indonesia menerapkan

peraturan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi yakni setiap

perusahaan asuransi di Indonesia harus memiliki modal minimum sebesar

Rp 100.000.000.000.00,(seratus milyar rupiah ) berdasarkan peraturan

pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 pasal 6, dan setiap

perusahaan asuransi hanya dapat memiliki Premi Netto paling

banyak

300% (tiga ratus peratus) dari modal sendiri periode berjalan

berdasarkan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 424

/KMK.06/ 2003

Pasal 35.

Rasio likuiditas memiliki tingkat batas minimum 120%

(seratus dua puluh per seratus) yaitu 1,2. Jika perusahaan asuransi

memiliki rasio likuditas lebih dari 120 %, perusahaan tersebut

memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu

sebaliknya.

Rasio solvabilitas memiliki tingkat batas minimum 120% (seratus

dua puluh per seratus) yaitu 1,2. Jika perusahaan asuransi memiliki rasio

solvabilitas lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/

kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya.

Rasio cadangan teknis memiliki tingkat batas minimum 40%

(empat puluh per seratus) yaitu 0.4. Jika perusahaan asuransi

memiliki lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/

kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya.

Page 15: Chapter I_3

2) Metode Analisis Horizontal/ Trend Analysis

Metode analisis yang membandingkan kegiatan usaha suatu

perusahaan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dicapai pada

periode- periode sebelumnya. Sehingga dapat terlihat perkembangan dari

kinerja keuangan PT Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT.

Asuransi Ramayana dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.