chapter i

3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%- 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun (Lumbantobing, 2004). Insidensinya di Amerika sekitar 2-4% dari seluruh kelainan neurologis pada anak (Offringa dalam Kania, 2007). Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4 o C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (IDAI, 2009). Demam pada kejang demam umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-anak, seperti infeksi traktus respiratorius dan gastroenteritis (Widodo,Manguatmadja dalam Sunarka, 2009). Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam (ME.Sumijati, 2000). Kejang demam sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat megalami sampai umur lebih dari 5-6 tahun (Soetomenggolo, 2000). Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3 bagian yaitu: kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang demam berulang. Kejang demam diperkirakan 2-5% di Amerika Serikat pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Diantara anak-anak yang mengalami kejang demam sekitar 70- Universitas Sumatera Utara

Upload: lailatul-chikmiyah

Post on 18-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

adenomyosis

TRANSCRIPT

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling

    sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar

    didapatkan bahwa sekitar 2,2%- 5% anak pernah mengalami kejang demam

    sebelum mereka mencapai usia 5 tahun (Lumbantobing, 2004). Insidensinya di

    Amerika sekitar 2-4% dari seluruh kelainan neurologis pada anak (Offringa dalam

    Kania, 2007).

    Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League

    Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah

    kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya

    infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas

    1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (IDAI, 2009). Demam

    pada kejang demam umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada

    anak-anak, seperti infeksi traktus respiratorius dan gastroenteritis

    (Widodo,Manguatmadja dalam Sunarka, 2009).

    Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6

    bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun

    pernah menderita kejang demam (ME.Sumijati, 2000). Kejang demam sangat

    tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak

    diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama

    sebelum umur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah

    berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien

    masih dapat megalami sampai umur lebih dari 5-6 tahun (Soetomenggolo, 2000).

    Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3 bagian yaitu:

    kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang demam berulang.

    Kejang demam diperkirakan 2-5% di Amerika Serikat pada anak usia 2 bulan

    sampai 5 tahun. Diantara anak-anak yang mengalami kejang demam sekitar 70-

    Universitas Sumatera Utara

  • 75% mengalami kejang demam sederhana, lainnya 20-25% mengalami kejang

    demam kompleks, dan sekitar 5% mengalami kejang demam berulang (Baumann,

    2001).

    Kecamatan Medan Tembung merupakan kecamatan yang mempunyai

    kepadatan penduduk sangat tinggi yaitu sebesar 340 jiwa/ha (Penyusunan

    Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kota Medan Tahun

    2008). Di daerah ini belum ada penelitian yang mengambarkan pengetahuan,

    sikap, dan tindakan ibu pada Kecamatan Medan Tembung mengenai kejang

    demam pada anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    ini.

    1.2. Perumusan Masalah Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai

    kejang demam pada anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung,

    Medan tahun 2010?

    1.3. Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Diketahuinya gambaran prilaku ibu mengenai kejang demam pada anak di

    Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan tahun 2010.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai kejang demam

    pada anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan

    tahun 2010.

    b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu mengenai kejang demam pada anak

    di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan tahun 2010.

    c. Untuk mengetahui gambaran tindakan ibu mengenai kejang demam pada

    anak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Medan tahun

    2010.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

    a. Puskesmas Tembung untuk merumuskan suatu langkah strategis yang

    dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian kejang demam.

    b. Sebagai informasi kepada masyarakat untuk lebih dapat mengantisipasi

    kejadian kejang demam pada anak.

    c. Menambah wawasan dan sumber pustaka bagi orang lain.

    Universitas Sumatera Utara