chapter

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Sei Semayang yang memproduksi gula GKP I (Gula Kristal Produk I) dengan bahan baku utama adalah tebu dengan berat bahan 4000 ton perhari dan bahan pembantu proses adalah kapur tohor dan belerang. Tanaman tebu dipanen pada saat tanaman memiliki kadar gula atau sukrosa yang tinggi (umur sekitar 10-12 bulan). Tebu diangkut dengan menggunakan truk pada gambar 3.1 dan ditimbang di jembatan timbang. Dari timbangan ini nantinya dapat diketahui brutto, netto, dan tara. Gambar 2.1 Pengangkutan tebu dengan truk Setelah tebu mengalami proses penimbangan, selanjutnya tebu digiling pada stasiun gilingan. Tebu diangkut melalui conveyor (Cane Carier) dengan kecepatan 3-15 m/menit menuju alat Cane Laveller yang berfungsi sebagai alat pemerata tebu menuju Cane Cutter I sehingga tebu dipotong dengan merata seperti terlihat pada gambar 2.2. Setelah tebu dipotong-potong dengan alat pemotong II (Cane Cutter II) pada gambar 2.3 yang berfungsi untuk menyayat tebu sampai menjadi serpihan tebu masuk ke gilingan I, maka tebu harus melewati alat penangkap besi-besi yang mungkin terikut dalam serpihan tebu. Universitas Sumatera Utara

Upload: ro-chim

Post on 07-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jhkhkj

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 TINJAUAN UMUM

    Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Sei Semayang yang

    memproduksi gula GKP I (Gula Kristal Produk I) dengan bahan baku utama

    adalah tebu dengan berat bahan 4000 ton perhari dan bahan pembantu proses

    adalah kapur tohor dan belerang. Tanaman tebu dipanen pada saat tanaman

    memiliki kadar gula atau sukrosa yang tinggi (umur sekitar 10-12 bulan). Tebu

    diangkut dengan menggunakan truk pada gambar 3.1 dan ditimbang di jembatan

    timbang. Dari timbangan ini nantinya dapat diketahui brutto, netto, dan tara.

    Gambar 2.1 Pengangkutan tebu dengan truk

    Setelah tebu mengalami proses penimbangan, selanjutnya tebu digiling

    pada stasiun gilingan. Tebu diangkut melalui conveyor (Cane Carier) dengan

    kecepatan 3-15 m/menit menuju alat Cane Laveller yang berfungsi sebagai alat

    pemerata tebu menuju Cane Cutter I sehingga tebu dipotong dengan merata

    seperti terlihat pada gambar 2.2. Setelah tebu dipotong-potong dengan alat

    pemotong II (Cane Cutter II) pada gambar 2.3 yang berfungsi untuk menyayat

    tebu sampai menjadi serpihan tebu masuk ke gilingan I, maka tebu harus melewati

    alat penangkap besi-besi yang mungkin terikut dalam serpihan tebu.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.2 Cane Cutter I Gambar 2.3 Cane Cutter II

    Penggilingan (perahan) dilakukan sebanyak 12 kali dengan 5 unit gilingan

    (5 Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik

    yang berbeda-beda dengan masing-masing unit gilingan terdiri dari 3 roll. Jarak

    antara roll atas (Top Roll) dengan roll belakang (Bagasse Roll) lebih kecil

    daripada jarak antara roll atas dengan roll depan (Feed Roll) mempunyai

    permukaan beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk

    memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya slip. Masing-masing roll

    dipasangkan sebuah poros untuk melakukan putarannya dan poros tersebut

    ditumpu oleh dua bantalan luncur yang dapat dilihat pada gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Top Roll dan Shaft Roll

    Besarnya tekanan hidrolik yang digunakan untuk mengepres alat

    penggiling adalah 150-200 kg/cm2 dengan putaran berbeda antara gilingan I

    dengan yang lain dimana gilingan I skitar 5,3 rpm, gilingan II 5,2 rpm, gilingan III

    5,0 rpm, gilingan IV 5,0 rpm, gilingan V 4,8 rpm.

    Top Roll

    Shaft Roll

    Universitas Sumatera Utara

  • Mekanisme kerja dari 5 Set Three Roller Mill adalah sebagai berikut :

    1. Tebu yang sudah dicacah halus pada Cane Cutter I masuk ke pencacah Cane

    Cutter II elevator masuk ke gilingan pertama. Air perahan nira dari gilingan

    pertama ditampung pada bak penampung I yang disebut primary juice. Ampas

    dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperah lagi. Air perahan II

    masuk dalam bak penampungan II.

    2. Nira dari gilingan I dan II masih ada ampasnya yang sama-sama ditampung

    pada bak penampungan I. Nira pada bak penampungan I disaring pada Juice

    Strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II dan nira yang

    disaring ditampung dalam satu tangki dan siap dipompakan ke stasium

    pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank.

    3. Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperah lagi. Air perasan

    ditampung pada bak penampung III dan digunakan sebagai imbibisi yang

    keluar dari gilingan I.

    4. Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV, air perasan (nira) ditampung

    pada bak IV dan digunakan sebagai imbibisi ampas yang keluar dari gilingan

    II.

    5. Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas lagi. Nira dari

    gilingan V ditampung pada bak V dan digunakan sebagai imbibisi ampas yang

    keluar dari gilingan III.

    6. Ampas yang keluar dari gilingan IV diberi air imbibisi sebelum masuk ke

    gilingan V yang memiliki temperatur air imbibisi sekitar 60-70 0C. Ampas

    tebu dari gilingan V selanjutnya diangkutnya dengan satu unit conveyor

    melalui suatu plat saringan, dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju

    boiler sebagai bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas

    sebagai cadangan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Skema dari prosedur penggilingan dapat dilihat dari gambar 2.5 berikut :

    Gambar 2.5 Skema proses penggilingan

    2.2 PENGERTIAN DAN FUNGSI POROS

    Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang

    berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran. Poros adalah suatu bagian

    stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-

    elemen seperti roda gigi, pully, roda gila (flywheel), engkol, sproket, dan elemen

    pemindah daya lainnya.

    Poros bisa menerima lenturan, tarikan, tekan, atau puntiran, yang bekerja

    sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. Bila beban tersebut

    tergabung, kita bisa mengharapkan untuk mencari kekuatan statis dan kekuatan

    lelah yang perlu untuk pertimbangan perencanaan, karena suatu poros tunggal bisa

    diberi tegangan-tegangan statis, tegangan bolak-balik lengkap, tegangan berulang,

    yang semuanya bekerja pada waktu yang sama.

    2.2.1 Jenis - Jenis Poros

    Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi :

    a. Poros transmisi

    Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.

    Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk

    atau sproket rantai.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Poros spindel

    Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,

    dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus

    yang dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta

    ukurannya harus teliti.

    c. Poros gandar

    Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana

    tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar,

    disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika

    digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.

    2.3 MEMBUAT CORAN

    Untuk membuat coran harus dilakukan proses-proses seperti pencairan

    logam, membuat cetakan, menuang, membongkar, dan membersihkan coran.

    Untuk pencairan logam bermacam-macam tanur dipakai. Umumnya kupola atau

    tanur induksi frekuensi rendah dipergunakan untuk besi cor, tanur busur listrik

    atau tanur frekuensi tinggi untuk baja cor dan tanur krus untuk paduan tembaga

    atau coran paduan ringan.

    Cetakan biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir yang

    dipakai adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung.

    Kadang-kadang dicampurkan pengikat khusus seperti air-kaca, semen, resin furan,

    resin fenol atau minyak pengering, karena zat-zat tersebut berfungsi untuk

    memperkuat cetakan atau mempermudah operasi pembuatan cetakan. Selain dari

    cetakan pasir, kadang-kadang dipergunakan juga cetakan logam.

    Pada umumnya logam cair dituangkan dengan pengaruh gaya berat,

    walaupun kadang-kadang dipergunakan tekanan pada logam cair selama atau

    setelah penuangan. Pengecoran cetak adalah suatu cara pengecoran dimana logam

    cair ditekan ditekan ke dalam cetakan logam dengan tekanan tinggi, coran tipis

    dapat dibuat dengan cara ini.

    Pengecoran tekanan rendah adalah suatu cara pengecoran dimana

    diberikan tekanan yang sedikit lebih tinggi dari tekanan atmosfir pada permukaan

    logam dalam tanur, tekanan ini mengakibatakan mengalirnya logam cair ke atas

    melalui pipa ke dalam cetakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengecoran sentrifugal adalah suatu cara pengecoran dimana cetakan

    diputar dan logam cair dituangkan ke dalamnya, sehingga logam cair tertekan oleh

    gaya sentrifugal dan kemudian membeku.

    Setelah penuangan, coran dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan,

    bagian-bagian yang tidak perlu dibuang dari coran.

    2.4 BAHANBAHAN PENGECORAN

    Pada umumnya bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran logam

    adalah paduan atau coran yang terdiri dari coran besi cor, coran baja, coran

    paduan tembaga, coran logam ringan, dan coran paduan lainnya seperti yang

    ditunjukkan daftar 2.1 berikut.

    Besi kelabu

    Besi cor mutu tinggi

    Coran besi cor Besi cor kelabu paduan

    Besi cor bergrafit bulat

    Besi cor mampu tempa

    Besi cor dicil

    Coran baja Baja cor karbon

    Baja cor paduan

    CORAN Coran paduan tembaga Brons

    Kuningan

    Kuningan tegangan

    tinggi, dll

    Coran logam ringan Coran paduan aluminium

    Coran paduan magnesium

    Coran paduan seng

    Coran paduan nikel

    Universitas Sumatera Utara

  • Coran paduan lain Coran paduan timbal

    Coran paduan tin

    Lain-lain

    Daftar 2.1 Penggolongan bahan coran

    2.4.1 Besi Cor

    Besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon, silisium, mangan,

    pospor dan belerang. Besi cor dikelompokkan menjadi besi cor kelabu, besi cor

    kelas tinggi, besi cor kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor mampu

    tempa, dan besi cor cil.

    Struktur besi cor terdiri dari ferit atau perlit dan serpih karbon bebas.

    Karbon dan silisium ternyata mempengaruhi struktur mikro, ukuran serta bentuk

    dari karbon bebas dan keadaan struktur dasar berubah sesuai dengan mutu dan

    kuantitasnya. Disampng itu, ketebalan dan laju pendinginan mempengaruhi

    struktur mikro.

    Besi cor kelabu memiliki kekuatan tarik kira-kira 10-30 kgf/mm2, titik

    cairnya kira-kira 1200 oC, namun besi cor ini agak getas. Besi cor kelabu memiliki

    mampu cor yang sangat baik serta murah dan paling banyak digunakan untuk

    benda-benda coran.

    Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit karbon dan silikon, lagi

    pula ukuran grafit bebasnya agak kecil, dibanding dengan besi cor kelabu,

    sehingga kekuatan tariknya lebih tinggi yaitu kira-kira 30-50 kgf/mm2.

    Besi cor kelabu paduan mengandung unsur-unsur paduan dan grafit,

    mempunyai struktur yang stabil sehingga sifat-sifatnya lebih baik. Unsur-unsur

    yang ditambahkan adalah khrom, nikel, molibden, vanadium, titan dan sebagainya

    sehingga ketahanan panas, ketahanan aus, ketahanan korosi, dan mampu mesin

    baik sekali berkat adanya unsur-unsur tambahan tersebut.

    Besi cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih yang dilunakkan didalam

    sebuah tanur dalam waktu yang lama. Menurut struktur mikronya ada tiga macam

    besi cor mampu tempa, yaitu besi cor mampu tempa perapian hitam, besi cor

    mampu tempa perapian putih, dan besi cor mampu tempa perlit.

    Besi cor grafit bulat dibuat dengan jalan mencampurkan magnesium,

    kalsium atau serium ke dalam cairan logam sehingga grafit bulat akan

    Universitas Sumatera Utara

  • mengendap. Besi cor macam ini mempunyai kekuatan, keuletan, ketahanan aus,

    dan ketahanan panas yang baik sekali dibandingkan dengan besi cor kelabu.

    Besi cor cil ialah besi cor yang mempunyai permukaan terdiri dari besi cor

    putih dan bagian didalamnya terdiri dari struktur dengan endapan grafit.

    Permukaannya mempunyai ketahanan aus yang baik sekali dan bagian dalamnya

    mempunyai keuletan yang baik pula. Besi cor ini digunakan sebagai bahan tahan

    aus.

    2.4.2 Baja Cor

    Baja cor digolongkan ke dalam baja karbon dan baja paduan. Coran baja

    karbon adalah paduan besi karbon dan digolongkan menjadi tiga macam, yaitu

    baja karbon rendah (C< 0,20%), baja karbon sedang (0,20-0,50% C), dan baja

    karbon tinggi (C< 0,50%). Kadar karbon mempengaruhi kekuatannya. Baja cor

    mempunyai struktur yang buruk dan sifat yang getas apabila tidak diadakan

    perlakuan panas, dengan pelunakan atau penormalan maka baja cor menjadi ulet

    dan strukturnya menjadi halus. Titik cairnya kira-kira 1500 oC, mampu cornya

    lebih buruk dibandingkan dengan besi cor, tetapi baik sekali dipergunakan sebagai

    bahan bagian-bagian mesin, sebab kekuatannya yang tinggi dan harganya rendah.

    Baja cor paduan adalah baja cor yang ditambah unsur-unsur paduan seperti

    mangan, khrom, molibden atau nikel yang dibubuhkan untuk memberikan sifat-

    sifat khusus dari baja paduan tersebut seperti sifat-sifat ketahanan aus, ketahanan

    asam, dan korosi atau keuletan

    2.4.3 Coran Paduan Tembaga

    Macam-macam coran paduan tembaga adalah perunggu, kuningan,

    kuningan kekuatan tinggi, perunggu aluminium dan sebagainya.

    Perunggu adalah paduan antara tembaga dan timah, dan perunggu yang

    biasa dipakai mengandung kurang dari 15% timah. Titik cairnya kira-kira 1000 oC, memiliki mampu cor yang baik, serta memiliki sifat-sifat ketahanan korosi

    dan ketahanan aus yang baik sekali. Perunggu digolongkan ke dalam dua macam,

    yaitu perunggu fosfor yang sifat ketahanan ausnya diperbaiki oleh penambahan

    fosfor, dan perunggu timbal yang cocok untuk logam bantalan dengan

    menambahkan timbal.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kuningan adalah paduan antara tembaga dan seng, dan kuningan kekuatan

    tinggi adalah paduan yang mengandung tembaga, aluminium, besi, mangan, nikel,

    dan sebagainya. Perunggu aluminium adalah paduan tembaga, aluminium, dan

    sebagainya, yang baik sekali dalam sifat-sifat ketahanan aus dan korosi.

    2.4.4 Coran Paduan Ringan

    Coran paduan ringan adalah coran paduan aluminium, coran paduan

    magnesium dan sebagainya.

    Aluminium murni mempunyai sifat mampu cor dan sifat mekanis yang

    jelek. Oleh karena itu dipergunakan paduan aluminium karena sifat-sifat

    mekanisnya akan diperbaiki dengan menambahkan tembaga, silisium,

    magnesium, mangan, nikel dan sebagainya. Al-Si, Al-Cu-Si, dan Al-Si-Mg adalah

    deretan dari paduan aluminium yang banyak dipergunakan untuk bagian-bagian

    mesin, Al-Cu-Ni-Mg dan Al-Si-Cu-Ni-Mg adalah deretan untuk bagian-bagian

    mesin yang tahan panas, dan Al-Mg adalah untuk bagian-bagian tahan korosi.

    . Paduan magnesium adalah paduan yang biasanya ditambahkan aluminium,

    mangan, berillium sebagai unsur-unsur paduannya.

    2.4.5 Coran Paduan Lainnya

    Paduan seng yang mengandung sedikit aluminium dipergunakan untuk

    pengecoran cetak. Logam monel adalah paduan nikel yang mengandung tembaga

    dan demikian juga hasteloy yang mengandung molibden, khrom, dan silikon.

    Paduan timbal adalah paduan dari timbal, tembaga dan timah, dan logam

    bantalan adalah paduan dari timbal, tembaga dan stibium.

    2.5 PENGGUNAAN CORAN

    Secara garis besar daftar 2.2 menunjukkan penggunaan dari berbagai

    macam bahan coran seperti berikut.

    Bahan Contoh Penggunaan

    Besi cor

    kelabu

    (termasuk besi

    cormutu

    Bagian-bagian mobil (blok silinder, tutup silinder, rumah engkol,

    selubung silinder, roda daya, tromol rem, dst).

    Mesin perkakas (bed, meja, pegangan).

    Mesin hidrolis (pompa, turbin, rumah-rumah, pengalir)

    Universitas Sumatera Utara

  • tinggi) Mesin serat, mesin cetak.

    Mesin listrik (rangka motor, rumah-rumah motor).

    Pipa air besi cor, bagian-bagian mesin (roda gigi, kopling, roda

    ban).

    Besi cor

    mampu tempa

    Bagian-bagian mobil (pelat rangka, roda ban, poros engkol,

    selubung silinder, lengan ayun, poros, rumah-rumah kopling).

    Besi cor

    bergrafit bulat

    Bagian-bagian mobil (poros engkol, dst), alat-alat pembuat baja

    (Rol, kotak ingot), pipa air besi cor, bagian-bagian mesin (yang

    memerlukan keuletan lebih dari besi cor kelabu).

    Baja cor

    karbon dan

    paduan

    Bagian-bagian mesin (yang memerlukan tahan lama).

    Bagian-bagian kendaraan kereta api(rangka, kopling)

    Mesin-mesin pemindah tanah (rantai, rumah rem)

    Mesin-mesin hidrolis (pengalir turbin air, rumah-rumah pompa).

    Alat-alat pembuat baja (rol, dudukan rol), bagian-bagian kapal

    (rangka buritan, rumah-rumah urbin, lengan engkol), mesin-

    mesin pertambangan (mesin kasut, penggali keruk).

    Coran paduan

    tembaga

    Bagian-bagian mesin (bantalan, rumah katup, bus), mesin-mesin

    hidrolis (pompa, penyambung).

    Bagian-bagian kapal ( baling-baling, pompa, dst.).

    Coran paduan

    ringan

    Bagian-bagian mobil (rumah transmisi, blok silinder, tutup

    silinder, saluran isap).

    Pompa, rangka kamera, rangka meteran, tutup.

    Daftar 2.2 Penggunaan bahan pengecoran

    2.6 POLA

    Pola yang dipergunakan untuk membuat cetakan benda coran dapat

    digolongkan menjadi pola logam dan pola kayu. Pola logam dipergunakan agar

    dapat menjaga ketelitian ukuran benda coran, terutama dalam masa produksi,

    sehingga unsur pola bisa lebih lama dan produktifitasnya tinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pola kayu dibuat dari kayu, murah, cepat dibuatnya dan mudah diolahnya

    dibanding dengan pola logam. Oleh karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk

    cetakan pasir, sering permukaannnya diperkuat dengan lapisan plastik.

    Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah

    gambar perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran. Selanjutnya menetapkan

    tambahan penyusutan, tambahan untuk penyelesain dengan mesin, kemiringan

    pola, dan dibuat gambar untuk pengecoran yang kemudian diserahkan kepada

    pembuat pola.

    Untuk mendapatkan hasil coran yang baik adalah dalam penentuan kup,

    drag, dan permukaan pisah yang memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

    1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan

    2. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapatkan aliran logarn

    cair yang optimum.

    3. Permukaan pisah lebih baik hanya satu bidang saja, karena permukaaan

    pisah yang terIalu banyak akan menghabiskan terlalu banyak waktu dalam

    proses .

    2.6.1 Macam-Macam Pola

    Pola memiliki berbagai macam bentuk dan dalam pemilihan pola harus

    diperhatikan produktifitas, kualitas coran, dan harga pola.

    2.6.1.1 Pola Pejal

    Pola pejal adalah pola yang biasa dipakai yang bentuknya hampir serupa

    dengan bentuk coran dan dibagi menjadi dua macam yaitu pola tunggal dan pola

    belahan.

    a. Pola tunggal. Pola ini dibuat serupa dengan corannya, disamping itu

    kecuali tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin dan

    kemiringan pola, kadang-kadang dibuat juga menjadi satu dengan telapak

    inti.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.6 Pola Tunggal

    b. Pola belahan. Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan

    cetakan. Permukaan pisahnya kalau mungkin dibuat satu bidang

    Gambar 2.7 Pola Belahan

    c. Pola setengah. Pola ini dibuat untuk coran dimana kup dan dragnya simetri

    terhadap permukaan pisah. Kup dan drag dicetak hanya dengan setengah

    pola, sehingga harga pola setengah dari harga pola tunggal.

    Gambar 2.8 Pola Setengah

    d. Pola belahan banyak. Dalam hal ini pola dibagi menjadi tiga belah atau

    lebih untuk memudahkan penarikan dari cetakan dan untuk

    penyederhanaan pemasangan inti

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.9 Pola Belahan Banyak

    2.6.1.2 Pola Pelat Pasangan

    Pola ini merupakan pelat dimana pada kedua belahnya ditempelkan pola

    demikian juga saluran turun, pengalir, saluran masuk, dan penambah. Pola

    biasanya dibuat dari logam atau plastik.

    Gambar 2.10 Pola Pelat Pasangan

    2.6.1.3 Pola Pelat Kup dan Drag

    Pola kayu, logam atau plastik dilekatkan pada dua pelat demikian juga

    saluran turun, turun pengalir, saluran masuk, dan penambah. Pelat tersebut ialah

    pelat kup dan pelat drag. Kedua pelat dijamin oleh pena-pena agar bagian atas dan

    bawah dari coran menjadi cocok.

    Gambar 2.11 Pola Pelat Kup dan Drag

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6.2 Bahan-Bahan Pola

    2.6.2.1 Kayu

    Kayu yang dipakai adalah kayu saru, kayu aras, kayu pinus, kayu magoni,

    kayu jati dan lain-lain. Kayu yang kadar airnya lebih 14% tidak dapat dipakai

    karena akan terjadi pelentingan yang disebabkan yang disebabkan perubahan

    kadar air dalam kayu.

    2.6.2.2 Resin Sintetis

    Dari berbagai macam resin sintetis, hanya resin Epoksi-lah yang banyak

    dipakai. Ia memiliki sifat-sifat : penyusutan yang kecil pada waktu mengeras,

    tahan aus yang tinggi, memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah

    pengencer, zat pemlastis atau zat penggemuk menurut penggunaannya

    2.6.2.3 Bahan untuk Pola Logam

    Bahan yang lazim digunakan adalah besi cor. Biasanya dipakai besi cor

    kelabu karena sangat tahan aus, tahan panas, dan tidak mahal. Baja khusus dipakai

    untuk pena atau pegas sebagai bagian dari pola yang memerlukan keuletan.

    2.7 RENCANA PENGECORAN

    Pada pembuatan cetakan harus diperhatikan sistem saluran yang

    mengalirkan cairan logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya

    ditentukan oleh ukuran tebalnya irisan dan macam logam yang dicairkan. Kualitas

    coran tergantung pada sistem saluran dan keadaan penuangan.

    2.7.1 Sistim Saluran

    Sistem saluran adalah jalan masuk cairan logam yang dituangkan kedalam

    rongga cetakan. Cawan tuang merupakan penerima cairan logam langsung dari

    ladel. Saluran turun adalah saluran yang pertama membawa cairan logam dari

    cawan tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk. Pengalir adalah saluran yang

    membawa logam cair dari saluran turun ke bagianbagian yang cocok pada

    cetakan. Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir

    ke dalam rongga cetakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.12 Istilah-istilah sistim Pengisian

    2.7.2 Bentuk dan Bagian-Bagian dari Sistim Saluran

    2.7.2.1 Cawan Tuang

    Cawan tuang berbentuk corong dengan saluran turun dibawahnya.

    Konstruksinya harus tidak dapat dilalui oleh kotoran yang terbawa dalam logam

    cair. Oleh karena itu cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal.

    Cawan tuang dilengkapi dengan inti pemisah, dimana logam cair

    dituangkan disebelah kiri saluran turun. Dengan demikian inti pemisah akan

    menahan terak atau kotoran, sedangkan logam bersih akan lewat di bawahnya

    kemudian masuk ke saluran turun. Terkadang satu sumbat ditempatkan pada jalan

    masuk dari saluran turun agar aliran dari logam cair pada saluran masuk cawan

    tuang selalu terisi. Dengan demikian kotoran dan terak akan terapung pada

    permukaan dan terhalang untuk masuk kedalam saluran turun.

    Gambar 2.13 Ukuran cawan tuang

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.7.2.2 Saluran Turun

    Saluran turun dibuat lurus dan tegak dan irisan berupa lingkaran. Kadang

    kadang irisannya dari atas sampai bawah, atau mengecil dari atas ke bawah. Yang

    kedua dipakai apabila diperlukan penahan kotoran sebanyak mungkin. Saluran

    turun dibuat dengan melubangi cetakan dengan menggunakan suatu batang atau

    dengan memasang bumbung tahan panas.

    2.7.2.3 Pengalir

    Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah

    lingkaran, sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukan pisah dan juga

    pengalir mempunyai luas permukaan terkecil untuk satu luasan tertentu, sehingga

    lebih efektif untuk pendinginan yang lambat.

    Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung

    terutama pada permulaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk

    membuang kotoran tersebut. Ada beberapa cara untuk membuang kotoran tersebut

    yaitu sebagai berikut :

    a. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir

    b. Membuat kolam putaran pada tengah saluran pengalir (dibawah saluran

    turun)

    c. Membuat saluran turun bantu.

    Gambar 2.14 Perpanjangan pengalir

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.7.2.4 Saluran Masuk

    Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil daripada irisan

    pengalir, agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk

    irisan yang membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya

    cetakan.

    Gambar 2.15 Saluran Masuk

    2.7.3 Penambah

    Penambah adalah memberi logam cair untuk mengimbangi penyusutan

    dalam pembekuan coran, sehingga penambah harus membeku lebih lambat dari

    pada coran, kalau penambah terlalu besar maka persentase terpakai akan

    dikurangi, dan kalau penambah terlalu kecil akan terjadi rongga penyusutan.

    Karena itu penambah harus mempunyai ukuran yang cocok.

    Penambah digolongkan menjadi dua macam yaitu : penambah samping

    dan penambah atas. Penambah samping merupakan penambah yang dipasang

    disamping coran, dan langsung dihubungkan dengan saluran turun dan pengalir,

    sangat efektif dipakai untuk coran ukuran kecil dan menengah. Penambah atas

    merupakan penambah yang dipasang diatas coran, biasanya berbentuk silinder dan

    mempunyai ukuran besar.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.16 Penambah samping dan penambah atas

    2.8 PASIR CETAK

    2.8.1 Syarat-Syarat Pasir Cetak

    Pasir cetak yang baik harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :

    1. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan

    dengan kekuatan yang cocok, sehingga cetakan yang dihasilkan tidak

    rusak karena digeser, tahan menahan logam cair yang dituang kedalamnya.

    2. Permeabilitas yang cocok. Udara yang ada dalam cetakan waktu

    penuangan harus dikeluarkan melalui rongga rongga diantara butirbutir

    pasir.

    3. Distribusi besar butiran pasir yang sesuai.

    4. Tahan terhadap temperatur logam yang dituang.

    5. Komposisi yang cocok. Dalam pasir cetak diharapkan tidak terkandung

    bahanbahan lain yang mungkin menghasilkan gas atau larut dalam

    logam.

    6. Mampu dipakai kembali.

    Universitas Sumatera Utara

  • Temperatur penuangan beberapa macam logam dapat dilihat dalam tabel

    beriku.

    Macam Coran Temperatur Tuang (0C)

    Paduan ringan 650750

    Brons 11001250

    Kuningan 9501100

    Besi Cor 12501450

    Baja Cor 15001550

    Daftar 2.3 Temperatur tuang beberapa logam

    2.8.2 Macam-Macam Pasir Cetak

    Pasir cetak yang lajim dipakai adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir

    sungai, dan pasir silica alam. Bila pasir mempunyai kadar lempung yang cocok

    dan bersifat adesif maka pasir itu dapat langsung digunakan begitu saja. Bila

    kadar lempungnya kurang dan sifat adesifnya kurang maka perlu ditambahkan

    bahan pengikat seperti lempung.

    Pasir gunung umumnya digali dari lapisan tua, mengandung lempung dan

    kebanyakan dapat dipakai setelah dicampur air. Pasir dengan kadar lempung

    1020% dapat dipakai begitu saja. Pasir dengan kadar lempung kurang dari 10 %

    mempunyai sifat adesif yang lemah, harus ditambah lempung supaya bisa dipakai.

    Pasir pantai diambil dari pantai dan pasir kali diambil dari kali. Keduanya

    mengandung kotoran seperti ikatan organic yang banyak. Pasir silica dalam

    beberapa hal didapat dari gunung dalam keadaan alamiah atau biasa juga didapat

    dengan cara memecah kwarsit. Semua jenis pasir yang disebut diatas mempunyai

    bagian utama SiO2. Pasir pantai, pasir kali, pasir silica alam dan pasir silica buatan

    tidak melekat dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan bahan pengikat.

    2.8.3 Susunan Pasir Cetak

    1. Bentuk butir dari pasir cetak digolongkan menjadi butir pasir bundar,

    butir pasir sebagian bersudut, butir pasir bersudut, butir pasir kristal. Dari

    antara jenis butiran pasir diatas yang paling banyak adalah jenis butir pasir

    Universitas Sumatera Utara

  • bulat, karena memerlukan jumlah pengikat yang lebih sedikit. Bentuk butir

    pasir kristal adalah yang terburuk.

    2. Tanah lempung adalah terdiri dari kaolinit, ilit dan mon morilonit, juga

    kwarsa jika ditambah air akan menjadi lengket, dan jika diberikan lebih

    banyak air akan menjadi seperti pasta. Ukuran butir dari tanah lempung

    0,0050,02 mm. kadang-kadang dibutuhkan bentonit juga yaitu

    merupakan sejenis dari tanah lempung dengan besar butiran yang sangat

    halus 0,01 10 m dan fasa penyusunnya adalah monmorilonit (Al2O3,

    4SiO2, H2O)

    3. Pengikat lain

    Inti sering dibuat dari pasir yang dibubuhi minyak nabati pengering 1,5 3

    % dan dipanggang pada temperatur 200 250 0C, sehingga disebut inti

    pasir minyak. Inti ini tidak menyerap air dan mudah dibongkar. Sebagai

    tambahan pada tanah lempung kadangkadang dibubuhkan dekstrin yang

    dibuat dari kanji sebagai bahan pembantu. Dekstrin bersifat lekat

    meskipun kadar airnya rendah. Selain dari itu, resin, air kaca, atau semen

    digunakan sebagai pengikat khusus.

    2.8.4 SifatSifat Pasir Cetak

    2.8.4.1 Sifatsifat Pasir Cetak Basah

    Pasir catak yang diikat dengan tanah lempung atau bentonit menunjukkan

    berbagai sifat sesuai dengan kadar air, oleh karena itu kadar air adalah faktor yang

    sangat penting untuk pasir cetak, sehingga pengaturan kadar air adalah faktor

    yang sangat penting untuk pasir cetak, sehingga pengaturan kadar air adalah hal

    yang sangat penting dalam pengaturan pasir cetak. Hubungan antara kadar air

    dengan berbagai sifat yang terjadi dengan pengikat tanah lempung ditunjukkan

    pada gambar dibawah ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.17 Pengaruh kadar air dan kadar lempung terhadap pasir cetak

    yang diikat dengan lempung

    Titik maksimum dari kekuatan dan permeabilitas adalah keadaan dimana

    butirbutir pasir dikelilingi oleh campuran tanah lempung dan air dengan

    ketebalan tertentu. Dengan kelebihan kadar air kekuatan dan permeabilitas akan

    menurun karena ruangan antara butirbutir ditempati oleh lempung yang

    berlebihan air. Air yang tidak cukup akan menurunkan kekuatan karena kurang

    lekatnya lempung.

    Gambar 2.18 Pengaruh kadar air dan bentonit pada pasir diikat bentonit

    Hubungan antara kadar air, kekuatan dan permeabilitas dari pasir cetak

    yang diikat dengan bentonit dapat dilihat pada gambar berikut 2.18.

    Kalau kadar air bertambah kekuatan dan permeabilitas naik sampai titik

    maksimum dan akan menurun kalau kadar air bertambah terus. Untuk pasir

    dengan pengikat bentonit, kadar air yang menyebabkan kekuatan basah

    maksimum dan yang menyebabkan permeabilitas maksimum sangat berdekatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.8.4.2 SifatSifat Kering

    Pasir dengan pengikat lempung dan bentonit yang dikeringkan mempunyai

    kekuatan dan permeabilitas yang meningkat dibandingkan dengan kekuatan basah,

    karena air bebas dan air yang di absorbsi pada permukaan tanah lempung

    dihilangkan. Faktor yang memberikan pengaruh sangat besar pada sifatsifat

    kering adalah kadar air sebelum pengeringan.

    2.8.4.3 Sifatsifat Penguatan Oleh Udara

    Sifat yang berubah selama antara pembuatan cetakan dan penuangan

    disebut penguatan oleh udara, yang disebabkan oleh pergerakan air dalam cetakan

    dan penguapan air dari permukaan cetakan, yang meninggikan kekerasan

    permukaan cetakan. Derajat kenaikan kekerasan tergantung pada sifat campuran

    pasir, derajat pamadatan dan keadaan sekeliling cetakan (temperatur udara luar,

    kelembaban).

    2.8.4.4 Sifat Sifat Panas

    Cetakan mengalami temperatur tinggi dan tekanan tinggi dari logam cair

    pada waktu penuangan . Sehingga pemuaian panas, kekuatan panas, perubahan

    bentuk panas perlu diketahui.

    a. Pemuaian Panas

    Pemuaian panas berubah sesuai dengan jenis pasir cetak, seperti ditunjukkan

    pada gambar berikut.

    Gambar 2.19 Pemuaian panas bermacam macam pasir

    Universitas Sumatera Utara

  • Pasir pantai dan pasir gunung mempunyai pemuaian panas yang lebih

    kecil dibanding dengan pasir silica, sedangkan pasir olivin dan pasir sirkon yang

    mempunyai pemuaian pemanas sangat kecil. Pemuaian panas bertambah

    sebanding dengan kadar air dari pasir dan menurun kalau kadar yang dapat

    terbakar bertambah.

    b. Kekuatan panas

    Kekuatan panas berubahubah sesuai dengan pasir cetak yang dipengaruhi

    oleh adanya kadar tanah lempung, distribusi besar butir dan berat jenis. Berikut

    grafik dari kekuatan tekan panas dari pasir cetak.

    Gambar 2.20 Kekuatan tekan panas dari pasir cetak

    Pasir dengan besar butir tidak seragam dapat dipadatkan sehingga

    mempunyai berat jenis yang tinggi, mempunyai permukaan sentuh yang luas

    dengan butirbutir tetangganya dan mempunyai kekuatan panas yang tinggi.

    c. Perubahan bentuk panas

    Perubahan bentuk dapat disebut kemampuan absorpsi pemuaian panas

    pada penuangan logam cair kedalam cetakan. Perubahan bentuk akan bertambah

    apabila besar butir mengecil serta kadar tanah lempung, tambahan khusus dan

    kadar airnya bertambah.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.21 Deformasi panas dari pasir cetak

    2.9 PELEBURAN DAN PENUANGAN LOGAM

    2.9.1 Peleburan Baja Cor

    Peleburan baja cor banyak menggunakan tanur listrik dibandingkan

    dengan tanur perapian terbuka (open hearth furnace), ini dikarenakan biaya

    peleburan yang murah. Peleburan dengan busur api listrik dibagi menjadi dua

    macam proses yaitu pertama proses asam dan kedua proses basa. Cara pertama

    dipakai untuk peleburan skrap baja yang berkualitas tinggi sedangkan yang kedua

    dipakai untuk meleburkan baja dengan kualitas biasa.

    Tanur listrik yang paling banyak dipakai adalah tanur listrik Heroult

    seperti diperlihatkan pada gambar. Tanur ini mempergunakan arus bolak balik tiga

    fasa. Energi panas diberikan oleh loncatan busur listrik antara elektroda karbon

    dan cairan baja. Terak menutupi cairan dan mencegah absorpsi gas dari udara

    luar selama pemurnian berjalan.

    Gambar 2.22 Tanur listrik Heroult

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam peleburan baja disamping pengaturan komposisi kimia dan

    temperatur, perlu juga mengatur absorbsi gas, jumlah dan macam inklusi bukan

    logam. Untuk menghilangkan gas ditambahkan biji besi atau tepung kerak besi

    selama proses reduksi.

    2.9.2 Penuangan Baja Cor

    Cairan baja yang dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel dan

    dituangkan kedalam cetakan. Ladel mempunyai irisan berupa lingkaran dimana

    diameternya hampir sama dengan tingginya. Untuk coran besar dipergunakan

    ladel jenis penyumbat seperti pada gambar, sedangkan untuk coran kecil

    dipergunakan jenis ladel yang dapat dimiringkan.

    Gambar 2.23 Ladel jenis penyumbat

    Ladel dilapisi oleh bata samot atau bata tahan apiagalmatolit yang

    mempunyai pori pori kecil ,penyusutan kecil dan homogen. Nozel atas dan

    penyumbat, kecuali dibuat dari samot atau bahan agalmatolit kadang-kadang

    dibuat juga dari bata karbon. Panjang nozel dibuat cukup panjang agar

    membentuk tumpahan yang halus tanpa cipratan. Ladel harus sama sekali kering

    yang dikeringkan lebih dahulu oleh burner minyak residu sebelum dipakai.

    Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan,

    kecepatan penuangan dan cara-cara penuangan. Temperatur penuangan berubah

    menurut kadar karbon dalam cairan baja seperti ditunjukkan pada grafik berikut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.24 Temperatur penuangan yang disarankan

    Kecepatan penuangan umumnya diambil sedemikian sehingga terjadi

    penuangan yang tenang agar mencegah cacat coran seperti retakretak dan

    sebagainya, Kecepatan penuangan yang rendah menyebabkan kecairan yang

    buruk, kandungan gas, oksidasi karena udara, dan ketelitian permukaan yang

    buruk. Oleh karena itu kecepatan penuangan yang cocok harus ditentukan

    mengingat macam cairan, ukuran coran, dan cetakan.

    Cara penuangan secara kasar digolongkan menjadi dua yaitu penuangan

    atas dan penuangan bawah. Penuangan bawah memberikan kecepatan naik yang

    kecil dari cairan baja dengan aliran yang tenang. Penuangan atas menyebabkan

    kecepatan tuang yang tinggi dan menghasilkan permukaan kasar karena cipratan.

    Daripada itu dalam hal penuangan atas, laju penuangan harus rendah pada

    permulaan dan kemudian dinaikkan secara perlahanlahan. Dalam penempatan

    nozel harus diusahakan agar tidak boleh menyentuh cetakan. Perlu juga mencegah

    cipratan dan memasang nozel tegak lurus agar mencegah miringnya cairan yang

    jatuh.

    2.10 PENGERJAAN AKHIR

    Setelah proses pengecoran selesai, pasir harus disingkirkan dari rangka

    cetakan dan dari coran, kemudian saluran turun, saluran masuk, penambah

    dipisahkan dari coran dan akhirnya sirip-sirip dipangkas serta permukaan coran

    dibersihkan. Proses pengerjaan akhir dibagi menjadi dua macam, pertama

    menyingkirkan pasir cetak dan pasir inti sebanyak mungkin dari coran dan dari

    Universitas Sumatera Utara

  • cetakan. Kedua adalah proses pemahatan untuk menyingkirkan sirip-sirip dan

    pasir yang melekat pada coran.

    2.10.1 Menyingkirkan Pasir Cetak dari Rangka Cetak

    Proses pengambilan coran dari cetakan berbeda-beda tergantung pada

    macam dan cara pembuatan cetakan .

    a. Apabila mempergunakan drag dengan rusuk-rusuk

    Kup dan drag dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemisahan

    coran dari drug. Kup diangkat dengan pengangkat, kalau kup diangkat bersama

    coran maka harus dipisahkan ke mesin pembongkar, sedangkan kalau coran

    ditinggal dalam drag coran langsung diangkat keluar.

    b. Apabila mempergunakan drag tanpa rusuk

    Coran langsung didorong dari atas bersama pasir diatas mesin pembongkar

    atau konveyor getar, tanpa lebih dahulu memisahkan kup dan drag

    c. Apabila tidak mempergunakan rangka cetak

    Untuk cetakan tanpa rangka cetak, penyingkiran pasir dilakukan dengan

    jalan meletakkan coran berikut cetakan diatas mesin penyingkir pasir atau diatas

    konveyor getar.

    2.10.2 Menyingkirkan Saluran Turun dan Penambah Coran

    Cara yang biasa digunakan untuk memisahkan saluran turun dan

    penambah adalah pematahan, pemotongan dengan gas, pemotongan dengan busur

    listrik, dan pemotongan secara mekanik. Cara pematahan biasa dilakukan pada

    besi cor mampu tempa. Pemotongan dengan gas dilaksanakan untuk pemisahan

    saluran turun dan penambah dari coran baja sedangkan untuk baja paduan tinggi

    seperti baja tahan karat, baja mangan tinggi dipakai cara pemotongan dengan

    busur listrik. Cara pemotongan secara mekanik dipakai untuk coran paduan

    tembaga atau coran paduan ringan.

    Universitas Sumatera Utara