chapter 2 konsep kehamilan

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam Prawiroharjo (2008) mendefinisikan kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Apabila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari ovulasi (pelepasan ovum), terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi( implantasi uterus), pembentukkan plasenta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dimulai dari konsepsi sampai adanya tanda-tanda persalinan(Bandiyah, 2009). 2.1.1 Pembagian Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2008), kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu sebagai berikut : 1) Triwulan Pertama : 0 hingga 12 minggu 2) Triwulan Kedua : 13 minggu 28 minggu 3) Triwulan Ketiga : 29 minggu 40 minggu 8

Upload: sandadewi

Post on 15-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

konsep kehamilan

TRANSCRIPT

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Kehamilan

    Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam Prawiroharjo

    (2008) mendefinisikan kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

    spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Apabila

    dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

    berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

    internasional.

    Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari

    ovulasi (pelepasan ovum), terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi

    dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi( implantasi uterus), pembentukkan plasenta

    tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan adalah suatu peristiwa

    yang dimulai dari konsepsi sampai adanya tanda-tanda persalinan(Bandiyah,

    2009).

    2.1.1 Pembagian Kehamilan

    Menurut Prawirohardjo (2008), kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan,

    yaitu sebagai berikut :

    1) Triwulan Pertama : 0 hingga 12 minggu

    2) Triwulan Kedua : 13 minggu 28 minggu

    3) Triwulan Ketiga : 29 minggu 40 minggu

    8

  • Penegakkan diagnosis kehamilan terhadap beberapa tanda dan gejala

    kehamilan. Perubahan fisiologi yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan

    timbulnya perubahan-perubahan yang tanda tidak pasti (presumptive sign), tanda

    kemungkinan (probability sign) dan tanda positif (positife sign) (Hani, 2010).

    2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan

    Penegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap

    tanda, beberapa gejala kehamilan :

    1) Tanda tanda yang tidak pasti ( presumtive signs) atau tanda mungkin

    kehamilan

    Menurut Manuaba (2009),tanda tidak pasti atau tanda kemungkinan hamil

    adalah pembesaran rahim, perubahan serviks, terasa gerakan janin, gejala

    subjektif (amenorhe atau tidak haid, mual-muntah, merasakan gerakan janin

    dalam rahim, sering kecing, serta perubahan mammae menuju perubahan

    hamil)

    2) Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

    Pada pemeriksaan kehamilan dapat diduga hamil bila dijumpai

    pembesaran rahim dan perut, pemeriksaan memberikan petunjuk adanya

    kehamilan ( terdapat kontraksi rahim saat diraba, ada tanda hegar, chadwick,

    piscaseck, ballottement, dan reaksi pemeriksaan kehamilan positif )(Bandiyah,

    2009).

  • Adapun pengertian beberapa macam tanda kemungkinan kehamilan adalah

    dari Tanda Hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, Tanda chadwick yaitu

    perubahan warna pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak

    kebiruan, Tanda Piscaseek yaitu uterus membesar kesalah satu jurusan hingga

    menonjol ke jurusan pembesaran tersebut (Rukiyah, 2009).

    3) Tanda Pasti Kehamilan

    Tanda pasti kehamilan dapat dijumpai dengan jalan :

    a) Gerakan janin dalam rahim

    Teraba gerakan janin dengan jelas oleh pemeriksa apabila diraba pada usia

    kehamilan sekitar 20 minggu (Hani, 2010). Biasanya menjadi jelas setelah

    minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu

    ke-24 (Kusmiyati, 2009).

    b) Denyut Jantung Janin

    Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18 pada orang

    gemuk, lebih lambat. Stetoskope ultranic(Doppler) digunakan untuk

    mendengar DJJ lebih awal sekitar minggu ke 12 dengan melakukan

    auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain,

    seperti : bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu (Pantikawati, 2010).

    c) Bagian-bagian Janin

    Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka dalam

    pemeriksaan melalui USG (Ultrasonografi) terlihat adanya gambaran

    janin. USG memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan pada

    minggu ke 5 sampai ke 7, melalui USG dapat juga diketahui panjang,

  • kepala dan bokong janin dan merupakan metode yang akurat dalam

    menentukan usia kehamilan (Rukiyah, 2009).

    2.2 Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

    Deteksi dini adalah suatu mekanisme berupa pemberian informasi secara tepat

    waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/individu di

    daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi risiko

    dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif. Deteksi dini dapat juga

    dikatakan sebagai upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi

    dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan

    situasi suatu masalah (Rukiyah, 2011).

    Salah satu deteksi dini dalam mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan

    adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan atau yang dikenal dengan

    Antenatal Care (ANC). Asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) adalah suatu

    program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada

    ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman

    dan memuaskan( Prawirohardjo, 2008).

    Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali

    selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap trimester yaitu: pada kunjungan

    pertama atau pada trimester I tanda bahaya yang harus diwaspadai adalah: adanya

    anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan (abortus, ectopic

    pregnancy, mola hidatidosa), hiperemesis gravidarum, kelainan genetik janin

    (jika memiliki riwayat atau risiko) dan lain-lain.

  • Pada kunjungan ulang atau pada trimester kedua, yang harus diwaspadai

    tentang kejadian/tanda bahaya yaitu perdarahan, preeklampsia, dan eklampsia,

    gangguan pertumbuhan janin. Pada kunjungan ulang di trimester ketiga, tanda

    bahayanya adalah adanya kehamilan ganda, ibu mengalami perdarahan (plasenta

    previa atau solusio plasenta) (Rukiyah, 2011).

    Tujuan ANC (antenatal care) menurut Kusmiyati (2009) yaitu :

    1. Mempromosikan, menjaga fisik dan mental ibu bayi dengan pendidikan,

    nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.

    2. Mendeteksi dan melaksanakan komplikasi medis, bedah atau obstetric selama

    kehamilan.

    3. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi

    komplikasi.

    4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan

    nifas normal, merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

    Menurut Depkes RI (2009), pelayanan antenatal sesuai standar meliputi

    anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaaan laboratorium

    rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan

    dalam pemeriksaan), adapun penerapan dalam asuhan antenatal yaitu sebagai

    berikut:

    1. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan

    2. Ukur Tekanan Darah

    3. Nilai Status gizi (ukur lingkar lengan atas)

    4. Ukur tinggi fundus uteri

  • 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

    6. Skrining status imunissasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

    bila diperlukan

    7. Pemberian Tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

    8. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)

    9. Tatalaksana kasus

    10. Temu wicara (konseling),termasuk Perencanaan Persalinan danPencegahan

    Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

    Kusmiyati (2009) menyatakan bahwa dengan memberikan asuhan antenatal

    yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam

    usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Peningkatkan

    efektifitas asuhan antenatal meliputi hal-hal berikut :

    1. Asuhan diberikan oleh petugas yang terampil dan berkesinambungan.

    2. Persiapan menghadapi persalinan yang baik dengan cara memperkirakan

    komplikasi.

    3. Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit (tetanus toxoid,

    suplemen gizi, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok dan lain-lain).

    4. Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita ibu hamil

    (preeklamsia, eklamsia, HIV/AIDS, tuberkolosis, hepatitis, hipertensi,

    diabetes, dan lain-lainnya).

  • Standar waktu pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan

    yaitu minimal 1kali pada triwulan pertama, 1kali pada triwulan kedua, dan

    minimal 2 kali pada triwulan ketiga untuk menjamin perlindungan kepada ibu

    hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi

    (Kemenkes, 2010).

    2.3 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

    Menurut Depkes 2001 tanda-tanda bahaya dalam kehamilan adalah tanda atau

    gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan

    bahaya. Menurut Hani (2010) ada beberapa macam tanda-tanda bahaya kehamilan

    adalah sebagai berikut :

    1) Perdarahan dari vagina

    Menurut Depkes RI (2000) dalam Deliana (2008), pendarahan yang

    berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu

    perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah

    perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi

    sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau

    keguguran. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena

    terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin

    bagian bawah. Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa

    awal kehamilan,ibu mungkin mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting

    disekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini adalah perdarahan

    implantasi dan normal. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan kecil

  • kemungkinan pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini mungkin

    normal atau mungkin suatu tanda adanya suatu infeksi(Hani, 2010).

    Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah,

    perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus atau keguguran,

    KET atau ectopic pregnancy, mola hidatidosa) ( Rukiyah, 2009). Diperkirakan

    satu dari tiga kehamilan mengalami keguguran, penyebab keguguran meliputi

    kekurangan gizi, ketidakseimbangan hormon, infeksi dan auto-imun atau kelainan

    kromosom janin (Zita, 2010). Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak

    normal adalah merah, banyak atau sedikit, nyeri (berarti plasenta previa dan

    solusio plasenta). Perdarahan melalui jalan lahir sebelum 3 bulan disebabkan

    keguguran yang mengancam janin. Nyeri perut bagian bawah yang hebat pada

    kehamilan 1-2 bulan ini merupakan hal yang berbahaya. Perdarahan 7-9 bulan

    meskipun hanya sedikit merupakan ancaman bagi ibu dan janin ( Rukiyah, 2009).

    2) Sakit Kepala yang hebat menetap dan tidak hilang

    Sepuluh persen dari wanita hamil menderita sakit kepala hebat yang

    disebabkan pelebaran pembuluh darah dalam otak dan berhubungan dengan

    perubahan hormon yang terjadi dalam kehamilan. Sakit kepala juga disebabkan

    oleh kerja hormon, stres, atau tegang pada otot kepala dan leher akibat postur

    yang salah selama kehamilan (Zita, 2010).

    Sakit kepala selama kehamilan adalah umum dan sering kali ketidaknyamanan

    yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang

    serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

    beristirahat. Sakit kepala yang hebat terkadang-kadang ibu mungkin merasakan

  • penglihatannya kabur atau berbayangan. Sakit kepala yang seperti ini dalam

    kehamilan merupakan gejala dari pre-eklamsia (Hani, 2010).

    Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hypertensi, edema, dan

    proteinuria yang timbul karena kehamilan sehingga dapat menyebabkan kematian

    pada ibu dan janinnya. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke-3

    kehamilan yang dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pasca

    persalinan (Prawirohardjo, 2008).

    Pre-eklamsia ringan harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi pre-

    eklamsia berat yang ditandai dengan tekanan darah tinggi terus meningkat dan

    kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urine. Gejala pre-eklamsia ringan

    menunjukan peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dan kadar urine

    lebih tinggi dari 300 mg per 24 jam (Erikania, 2009). Hipertensi karena kehamilan

    yaitu yang terjadi pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri

    biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu (Rukiyah, 2011).

    3) Gangguan Visual secara tiba-tiba (Pandangan kabur, rabun senja)

    Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur karena pengaruh hormonal,

    ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan

    adalah normal, masalah penglihatan yang mengindikasikan keadaan yang

    mengancap jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan

    kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit

    kepala yang hebat mungkin menandakan pre-eklamsia( Kusmiyati, 2009).

  • 4) Bengkak pada muka dan tangan

    Menurut Hani (2010), hampir dari sebagian ibu hamil akan mengalami

    pembengkakan yang normal. Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius

    jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan ikuti

    keluhan fisik lain, seperti sakit kepala, gangguan penglihatan. Hal ini bisa

    merupakan pertanda anemia, gagal jantung, pre-eklamsia.

    Kaki bengkak terjadi pada hamil trimester ketiga. Gangguan pada kaki

    bengkak ada dua yaitu retensi (penahanan) air dan garam karena gestosis dan

    tertekannya pembuluh darah, karena bagian terendah bayi mulai masuk pintu

    atas panggul (Bandiyah, 2009). Bengkak pada tangan dan wajah disertai tekanan

    darah tinggi dan sakit kepala sangat berbahaya bila diabaikan bisa terjadi

    kejang-kejang yang disebut keracunan kehamilan atau eklamsia. Keadaan ini

    bisa menyebabkan kematian ibu hamil dan janin (Rukiyah, 2009).

    5) Nyeri abdominal yang hebat

    Nyeri abdominal menunjukkan masalah yang mengacam keselamatan jiwa

    adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa

    berarti appendicitis, ectopic pregnancy, preterm, gastritis, penyakit kantong

    empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, ISK, dan lain-lain (Pantikawati, 2010).

  • 6) Bayi kurang bergerak seperti biasanya

    Menurut Kusmiyati (2009), ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama

    bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.

    Jika bayi tidur gerakkan akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali

    dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau

    beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik

    7) Berat Badan Ibu Tidak Naik

    Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg, karena adanya

    pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat kehamilan.

    Kenaikan berat badan ibu biasanya terlihat nyata sejak kehamilan berumur 4 bulan

    sampai menjelang persalinan. Apabila berat badan ibu tidak naik pasca akhir

    bulan keempat dan pada akhir bulan keenam mengakibatkan pertumbuhan janin

    akan terganggu. Penyebab Berat badan ibu naik atau ternganggu dikarenakan

    berbagai faktor diantaranya kekurangan gizi (Kekurangan Energi Kronis atau

    KEK) dan penyakit lain, seperti batuk menahun, malaria dan lain-lainnya yang

    perlu segera di obati (Rukiyah, 2009).

    8) Mual muntah berlebihan

    Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

    sering kedapatan pada kehamilan trimester satu. Mual biasanya terjadi pada pagi

    hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang

    lebih terjadi pada 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir berlangung selama

    kurang lebih 10 minggu. Pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum

    menjadi buruk keadaan inilah disebut hyperemisis gravidarum keluhan gejala dan

  • perubahan fisiologi menentukan berat ringannya penyakit (Wiknjosastro, 2005).

    Adapun gejala-gejala hyperemisi gravidarum menurut Zita (2010) adalah muntah

    yang parah dan berlebihan disertai juga dengan dehidrasi.

    Menurut Manuaba (2009), Hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga

    tingkat yaitu sebagai berikut :

    a) Tingkat pertama : Muntah berlangsung terus, makan berkurang, berat badan

    menurun, kulit dehidrasi , tekanan darah turun dan nadi meningkat, lidah

    kering dan mata tampak cekung

    b) Tingkatan kedua : Ibu tampak lebih lemah, gejala dehidrasi makin tampak,

    mata cekung, lidah kering dan kotor, tekanan darah menurun dan nadi

    meningkat, berat badan makin menurun, mata ikterus, terjadi gangguan buang

    air besar, menjadi apatis, dan nafas berbau.

    c) Tingkatan ketiga : Muntah berkurang, keadaan ibu hamil makin menurun

    dengan tekanan darah turun dan nadi meningkat, suhu naik, keadaan dehidrasi

    makin jelas, dan gangguan kesadaran sampai koma.

    9) Keluarnya air ketuban sebelum waktunya

    Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina. Air ketuban dinyatakan pecah dini

    jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban

    dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun

    pada kehamilan aterm (Kusmiyati, 2009).

  • Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai

    persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban

    pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang

    dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).

    Menurut Rukiyah (2011), apabila ketuban pecah dan cairan keluar sebelum

    ibu mengalami tanda-tanda persalinan janin dan mudah terinfeksi. Demam, bercak

    vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

    merupakan tanda infeksi terjadi. Tanda terjadi ketuban pecah sebelum waktunya

    adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban

    berbau amis, dengan ciri pucat dan berwarna merah darah. Cairan ini tidak akan

    berenti atau kering karena terus diproduksi sampai lahir.

    2.4 Pencegahan Bahaya Kehamilan

    Pencegahan pada bahaya kehamilan seperti rasa mual dan muntah yang

    berlebihan Menurut Sary (2009) untuk mengatasi mual pada kehamilan yaitu

    dengan minum teh jahe atau pappermint dan minum banyak air serta jus buah.

    Makan dengan diet tinggi karbohidrat dan protein serta rendah lemak. Ibu

    dianjurkan agar ibu makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi

    lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau dihindari dan ketika bangun

    pagi dianjurkan makan roti atau biskuit dengan teh hangat( Prawirohardjo, 2008).

    Cara pencegahan dan mengatasi pada tanda bahaya kehamilan seperti pre-

    eklamsia dengan gejala sakit kepala yang hebat yaitu hirup udara segar setiap hari,

    lakukan latihan ringan 20 menit sehari, tidur dan minum air mineral sebanyak

  • mungkin, istirahat yang cukup terutama pukul 17.00 -19.00, lakukan olahraga

    ringan dan teratur, makan dengan pola makan seimbang dan sehat (Zeta, 2010).

    Tanda bahaya seperti Edema atau pembengkakan ringan pada pergelangan

    kaki dan tangan dapat dicegah yaitu istirahat dengan mengangkat kaki selama 20

    menit, tiga atau empat kali sehari untuk mengurangi pergelangan kaki yang

    bengkak (Zeta, 2010). AdapunMenurut Bandiyah (2009), tanda bahaya bengkak

    pada bagian tubuh dapat dicegah dengan keadaan ringan kaki bengkak dapat

    diatas dengan tidur dengan kaki lebih tinggi dan mengurangi makan garam.

    2.5 Tempat Mendapatkan Pertolongan

    Apabila ibu mengalami tanda-tanda bahaya dalam kehamilan maka keluarga

    perlu segera meminta bantuan atau pertolongan bidan terdekat untuk dibawa ke

    puskesmas atau Rumah Sakit, agar dapat diperiksa dan diberi pertolongan yang

    diperlukan (Depkes, 2001).

    2.6 Pengetahuan 2.6.1 Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

    manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

    Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

  • Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain

    kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

    sebelumnyatermasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

    (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

    paling rendah.

    2) Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

    secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus

    dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

    sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

    3) Analisa (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi, dan

    masih ada kaitannya satu sama lain.kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

    penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

    membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

  • 4) Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    5) Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    6) Aplikasi (aplication)

    Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi real(sebenarnya).

    2.6.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi terbentuknya Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan sebagai berikut :

    1) Faktor Internal

    a. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

    kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

    Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

    makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan tinggi maka

    seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi. Pengetahuan sangat erat

    kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan

    tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

  • Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan faktor penting dalam

    menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan

    perubahan persepsi kebiasaan masyarakat. Pembentukan sikap seseorang juga

    dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Semakin tinggi pengetahuan seseorang

    maka semakin baik pula sikap seseorang dalam menghadapi masalah.

    b. Pekerjaan

    Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah

    keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

    kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih

    banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

    tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja

    bagi ibu-ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

    c. Usia

    Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

    individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan

    menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Nursalam (2003) semakin cukup umur,

    tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

    bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

    dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

    pengalaman dan kematangan jiwa.

  • 2) Faktor Eksternal

    a. Faktor Lingkungan

    Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan

    merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dapat mempengaruhi

    perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

    b. Sosial Budaya

    Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

    sikap dalam menerima informasi.

    2.6.3 Cara Pengukuran Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

    yang menanyakan tentang isi,materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

    responden (Notoatmodjo, 2012).Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan

    tertutup pilihan jawaban a, b, c, dan d. Pengukuran dilakukan dengan

    menggunakan skala Guttman nilai 1 jika memilih jawaban benar, nilai 0 jika

    memilih jawaban salah atau tidak menjawab pertanyaan (Hidayat, 2009).

    2.7 Sikap 2.7.1 Pengertian Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

    terhadap stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah kesediaan diri

    seorang individu melaksanakan suatu tindakan tertentu. Sikap dapat bersifat

    positif dan negatif. Sifat positif tidak membahayakan dalam kehidupan

    masyarakat, sifat negatif menghambat, menciptakan garis pemisah antara

    indivudu merupakan penghalang dalam mengadakan interaksi(Wahyuningsih,

    2009).

  • 2.7.2 Tingkatan Sikap

    Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo (2012) Sikap ini

    terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :

    1) Menerima(receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (objek)

    2) Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

    tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha

    untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas

    pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

    3) Menghargai ( valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

    lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya

    seorang mengajak ibu yang lain ( tetangga, saudaranya, dsb) untuk

    menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah

    suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

    4) Bertanggung Jawab ( responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

    segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.Misalnya seorang

    ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua

    atau orang tuanya sendiri.

  • 2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

    Menurut Wawan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara

    lain sebagai berikut :

    1) Pengalaman Pribadi

    Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

    meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

    pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

    emosional.

    2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

    atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

    antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

    menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut .

    3) Pengaruh Kebudayaan

    Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

    kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu

    masyarakat asuhannya.

    4) Media Massa

    Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,

    berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif dipengaruhi oleh

    sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

  • 5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

    Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

    menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada

    gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

    6) Faktor Emosional

    Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

    berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

    mekanisme pertahanan ego

    2.7.4 Cara Pengukuran Sikap

    Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.

    Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

    terhadap suatu objek. Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

    pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan bagaimana pendapat

    responden (Notoadmodjo, 2012).

    Pengukuran Sikap menggunakan skala likert, yakni berupa sikap positif

    (favorable) dan sikap negatif (unfavorable) serata pada pernyataan menggunakan

    alternatif jawaban : Sangat Setuju(SS), Setuju (S),Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

    Setuju(STS) (Hidayat, 2009).

  • 2.8 Tindakan 2.8.1 Praktik atau Tindakan

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

    behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan

    faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

    (Notoatmodjo, 2007).

    Robert Kwick (1974) yang dikutip dalam Wawan (2011) menyatakan

    bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat

    diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap

    hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek

    dengan cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak

    menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

    2.8.2 Tingkat- tingkat Praktik

    Seperti halnya dengan pengetahuan dan sikap, praktik atau tindakan

    (Practice) menurut Notoadmodjo (2007) ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu

    sebagai berikut :

    a. Persepsi ( Perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

    akan diambil merupakan pratik tingkat pertama.

    b. Respon Terpimpin ( Guided Respons)

    Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

    adalah indikator praktik tingkat dua.

  • c. Mekanisme (Mecanism)

    Apaila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

    sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat

    tiga

    d. Adaptasi (adaptation)

    Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

    baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

    kebenaran tersebut.

    2.8.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan

    Menurut teori Laurence Green dalam Notoatmodjo (2012) ada 3 sebagai

    berikut :

    a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors)

    Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai

    dan sebagainya

    b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)

    Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

    fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat

    kontrasepsi, jamban dan sebagainya

    c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)

    Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain

    yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

  • 2.8.4 Pengukuran Perilaku atau Tindakan

    Pengukuran perilaku atau tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung

    yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

    beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat diukur

    secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

    Pengukuran praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut

    (Notoadmodjo, 2012).

    2.9 Kerangka Konsep

    Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang hubungan

    pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil tentang deteksi dini tanda-tanda

    bahaya kehamilan.

    Gambar 2.1 Kerangka Konsep

    Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Ibu Hamil tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan di Puskesmas Medan Deli

    Tahun 2014 Variabel Independen Variabel Dependen

    1. 1.

    Pengetahuan Ibu Hamil tentang deteksi dini tanda-tanda bahaya

    kehamilan

    Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda

    Bahaya Kehamilan

    Sikap Ibu Hamil tentang deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan

  • 2.10 Hipotesis

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    1. Ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan ibu hamil dalam

    deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan

    2. Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan ibu hamil

    dalam deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan