cetyl alcohol dan humektan gliserin : aplikasi desain

92
OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Felicia Satya Christania NIM : 068114028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: others

Post on 14-Jan-2022

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING

EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE

dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN :

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Felicia Satya Christania

NIM : 068114028

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

ii

OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING

EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE

dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN :

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Felicia Satya Christania

NIM : 068114028

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

iii

Page 4: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

iv

Page 5: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

v

Membiarkan berlalu “si pengatur”

Lebih menyadari saat ini dan terbuka terhadap ketidakpastian masa depan,

Membebaskan kita dari penjara rasa takut

Hal ini akan membuat kita dapat menjawab tantangan kehidupan dengan kebijaksanaan kita sendiri

yang unik

Dan menyelamatkan diri kita dari situasi yang tidak menyenangkan

-Ajahn Brahm-

Karya sederhana ini ku persembahkan kepada :

Bapa tercinta di Surga

Mama terkasih

Papi terhebat

Dek Tika tercinta

Malaikat kecilku

Almamaterku

Page 6: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Page 7: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Felicia Satya Christania

Nomor Mahasiswa : 068114028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI-AGEING EKSTRAK ETIL ASETAT

ISOFLAVON TEMPE DENGAN CETYL ALCOHOL DAN HUMEKTAN

GLISERIN APLIKASI : DESAIN FAKTORIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya

maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saua

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 4 Januari 2010

Page 8: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

viii

PRAKATA

Puji syukur kepada Bapa atas berkat, rahmat, kasih dan penyertaanNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripis berjudul “Optimasi Formula Krim

Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe dengan Cetyl Alcohol dan

Humektan Gliserin : Aplikasi Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi ini telah

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, nasihat,

pengarahan, dorongan, saran, dan kritikan. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanat Dharma

Yogyakarta.

2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing atas segala kritik,

masukan, diskusi, dan keakraban yang boleh penulis rasakan bersama ibu

selama penelitian proyek payung dan penyusunan skripsi.

3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan,

saran, kritik, dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.

4. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan,

saran, kritik, dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.

5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku kepala laboratorium atas kesediaan

dan kepercayaannya untuk penggunaan sarana laboratorium.

Page 9: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

ix

6. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt, terima kasih untuk saran, kritik, dan

bimbingannya selama penyusunan proposal.

7. Segenap laboran dan karyawan, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Sigit,

Mas Bimo, Mas Otok, Mas Agung, Pak Timbul, dan Pak Yuwono, atas

bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

8. Mama, Papi, kalian orang tua terhebat untukku, terima kasih untuk cinta,

doa, kesabaran, teguran, dukungan, dan kesetiaan yang tidak pernah habis.

9. Adek Tika tercinta, yang selalu menemaniku setiap kali lembur, terima

kasih untuk teguran yang penuh kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dan

dukungan.

10. Galih dan Jelly, sebagai bagian dari kebersamaan dengan adek tercinta,

terimakasih untuk dukungan yang selalu diberikan.

11. Sahabatku yang selalu membuatku percaya diri dan termotivasi, Yashinta

Widyaningtyas, dan sahabatku yang selalu memberi ketenangan dan

keheningan, Lulu Lunggati B.M. Terima kasih untuk perjuangan,

keceriaan dan kebodohan kita, aku bersyukur memiliki kalian.

12. Malaikat kecilku Luther-Helen, Chiroo-Bolivia, Adek, untuk cinta dan

kesetiaan yang boleh bunda dan tante rasakan.

13. Mama Wiwik yang selalu mengiringku dengan doa dan kasih sayang.

14. Om Ubay yang sangat setia memberikan saran, kritik, nilai, dukungan, dan

kesabaran untuk menemani kami ngelab selama penyusunan skripsi ini.

15. Dotie, Fani, Vica, Mary, Lil, Dissa, Adit, Reno, Boim, Robi, Pungky,

terima kasih untuk persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan kita.

Page 10: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

x

16. Dani, Rico, Intan, Iren, Rani, Cica, Wiwit,Grace, Zi, Cik Vita, Ardani, Lia,

Yosephine, Joice, Melia teman-teman seperjuangan dalam penelitian,

terima kasih untuk kebersamaan, sharing, dan diskusi selama ini.

17. Bos Fian, Ko David, terimakasih untuk dukungan dan masukan selama

penyusunan skripsi ini.

18. Sahabatku, Riyo, Mary, Tusi, Krisna, Erlina terimakasih untuk dukungan

yang selalu ada.

19. Teman-teman FST 2006 serta semua pihak yang telah memberi bantuan,

dukungan, doa, dan keceriaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang

dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh

penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Page 11: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum dari krim anti ageing ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan cetyl alcohol dan humektan gliserin agar diperoleh sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Tempe merupakan salah satu bahan makanan khas Indonesia yang mudah ditemui dan mengandung isoflavon yang mempunyai daya antioksidan lebih besar daripada kedelai, dengan demikian penelitian ini juga dapat menaikkan nilai guna tempe.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Optimasi formula yang dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial dan teknik analisis statistik Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%. Optimasi dilakukan pada komposisi cetyl alcohol dan humektan gliserin dengan parameter sifat fisik krim yang diuji meliputi : viskositas, daya sebar, serta stabilitas krim meliputi pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama 30 hari. Selain itu juga dilakukan uji daya antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak etil asetat isoflavon tempe.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa cetyl alcohol merupakan faktor yang berpengaruh dominan dan signifikan dalam menentukan sifat fisik viskositas krim, sedangkan gliserin dan interaksi cetyl alcohol-gliserin bukan merupakan faktor yang berpengaruh dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim. Kata kunci: krim; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; desain faktorial

Page 12: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xii

ABSTRAC

The aim of study of this researh is to optimization anti-ageing cream of etil asetat extract isoflavon tempe with cetyl alcohol and gliserin as humectant of cream. Tempe is one of the favourite food from Indonesia that have a big potetial antioxidant activity. This research is use pure experimental device and formula optimation that was done by using factorial design method and statistical analysis of Yate’s Treatment. The optimization condusted at cetyl alcohol and humectant gliserin, with the physical properties of cream that was tested through spreadibility, viscosity, and stability of cream by using alteration of viscosity. The result of this research was indicated that cetyl alcohol was the dominant factor in determining the viscosity. Gliserin and Interaction is not determining physical and stability properties. Key word : cream; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; factorial design

Page 13: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................vii

PRAKATA ...........................................................................................................viii

INTISARI ...............................................................................................................xi

ABSTRAK. ......................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1

1. Permasalahan ...................................................................................3

2. Keaslian Penelitian ..........................................................................3

3. Manfaat Penelitian ..........................................................................3

B. Tujuan Penelitian ........................................................................................4

1. Tujuan Umum .................................................................................4

Page 14: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xiv

2. Tujuan Khusus ................................................................................4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Isoflavon dan Tempe ...................................................................................5

B. Skin Ageing...................................................................................................5

C. Uji DPPH ....................................................................................................7

D. Krim ............................................................................................................8

E. Cetyl Alcohol ..............................................................................................9

F. Gliserin ......................................................................................................10

G. Desain Faktorial ........................................................................................12

H. Landasan Teori ..........................................................................................13

I. Hipotesis ....................................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................16

B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................16

1. Variabel bebas ...............................................................................16

2. Varabel Tergantung .......................................................................16

3. Variabel Pengacau Terkendali ......................................................16

4. Varabel Pengacau tak Terkendali ..................................................16

C. Bahan Penelitian ........................................................................................18

D. Alat Penelitian ...........................................................................................18

E. Tata Cara Penelitian ..................................................................................19

1. Pengumpulan, Pengolahan, Isolasi Isoflavon Tempe ...................19

2. Identifikasi Isoflavon dengan Metode KLT ..................................19

Page 15: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xv

3. Uji Antioksidan Metode DPPH .....................................................20

4. Formulasi Sediaan Krim Anti-ageing Isoflavon Tempe ...............21

5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim ..................................23

F. Analisis Hasil ............................................................................................24

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

A. Isolasi dan Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............25

1. Isolasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .................................25

2. Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .........................29

B. Uji Antioksidan Isoflavon Tempe .......................................................30

C. Pembuatan Krim ..................................................................................32

D. Sifat dan Stabilitas Krim .....................................................................34

1. Pengujian Tipe Krim ...............................................................34

2. Karakteristik Ukuran Droplet ..................................................35

3. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Krim ..........................................38

a. Daya Sebar ..................................................................38

b. Viskositas ....................................................................41

c. Pergeseran viskositas ..................................................43

E. Optimasi Formula ................................................................................46

a. Daya Sebar ..............................................................................46

b. Viskositas ................................................................................47

c. Pergeseran Viskositas ..............................................................47

d. Contour Plot Super Impossed ..................................................49

Page 16: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xvi

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan .........................................................................................50

B. Saran ....................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52

Lampiran ...............................................................................................................54

Biografi Penulis .....................................................................................................97

Page 17: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komponen Isoflavon Aglikon ...................................................................6

Tabel II. Komponen Isoflavon Glukosida ...............................................................6

Tabel III. Rancangan Percobaan Desain Faktorial ................................................12

Tabel IV. Rancangan Formula Desain Faktorial ...................................................21

Tabel V. Perhitungan Rf Uji KLT Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............30

Tabel VI. Hasil Perhitungan % Scavenging Ekstrak Etil Asetat Isoflavon

Tempe ....................................................................................................32

Tabel VII. Hasil Perhitungan Statistik Distribusi Ukuran Droplet .......................36

Tabel VIII. Efek Faktor terhadap Respon Daya Sebar .........................................39

Tabel IX. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Daya Sebar ...........39

Tabel X. Efek Faktor terhadap Respon Viskositas ...............................................41

Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Viskositas ............41

Tabel XII. Efek Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas ..........................43

Tabel XIII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Pergeseran

Viskositas ............................................................................................44

Page 18: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kimia Isoflavon Aglikon .........................................................6

Gambar 2. Struktur Kimia Isoflavon Glukosida .....................................................6

Gambar 3. Struktur Kimia Cetyl Alcohol...............................................................10

Gambar 4. Struktur kimia Gliserin ........................................................................10

Gambar 5. Skema Singkat Alur Penelitian ...........................................................18

Gambar 6. Skema Mekanisme isoflavon sebagai Anti-ageing .............................29

Gambar 7. Hasil uji KLT ......................................................................................30

Gambar 8. Skema Tahapan Reaksi Isoflavon sebagai Antioksidan ......................31

Gambar 9. Hasil Pengujian Mikroskopik Tipe Krim.............................................34

Gambar 10. Karakteristik Ukuran Droplet ............................................................35

Gambar 11. Kurva Nilai Tengah Diameter Droplet vs % Frekuensi ....................37

Gambar 12. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Daya Sebar ......................40

Gambar 13. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Viskositas .......................42

Gambar 14. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas .....45

Gambar 15. Grafik Contour Plot Daya Sebar Krim .............................................46

Gambar 16. Grafik Contour Plot Viskositas Krim ...............................................47

Gambar 17. Grafik Contour Plot Pergeseran Viskositas ......................................48

Gambar 18. Grafik Contour Plot Super Impossed.................................................49

Page 19: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kuallitatif Rf KLT Isoflavon Tempe ...........................54

Lampiran 2. Perhitungan Uji Antioksidan Metode DPPH.....................................55

Lampiran 3. Data Penimbangan, Notasi, dan Formula Desain Faktorial ..............62

Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Krim .................................................63

Lampiran 5. Perhitungan Efek Sifat Fisik dan Stabilitas Krim .............................70

Lampiran 6. Persamaan Desain Faktorial .............................................................76

Lampiran 7. Yates’s Treatment..............................................................................84

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ....................................................................93

Page 20: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tempe adalah salah satu bahan makanan asli Indonesia yang sangat

digemari karena harganya murah, mudah ditemui, dan rasanya enak. Di dalam

tempe ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon yaitu daidzein,

glistein, dan genistein seperti pada kedelai, selain itu ditemukan pula antioksidan

faktor II (6,7,4, trihidroksiflavon) yang merupakan agen antioksidan yang hanya

terdapat di dalam tempe sebagai hasil dari fermentasi kedelai (Anonim, 2008).

Faktor II mempunyai aktivitas antioksidan yang secara in-vitro lebih tinggi

dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai (Ariani, 2003).

Isoflavon mempunyai efek terhadap radiasi UV yaitu meningkatkan sistem

imun sama besar dengan energi UV yang menyebabkan kerusakan kulit, dikenal

dengan istilah photoageing (Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002).

Isoflavon dapat diaplikasikan dalam kosmetik dengan berbagai bentuk sediaan

misalnya gel, lotion, dan krim yang dapat diformulasikan secara mudah dalam

fase air (Schmid, 2004). Konsentrasi isoflavon yang biasa digunakan dalam

kosmetik adalah 1-500 mg/kg atau 20-100 mg/kg (Zulli et.al, 2002).

Dalam penelitian ini isoflavon diformulasikan dalam bentuk sediaan

krim. Hal ini terkait dengan kelebihan dari sediaan krim dibandingkan dengan

sediaan lain yaitu mudah dioleskan, mudah menyebar, daya penetrasi tinggi,

Page 21: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

2

memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan dapat atau tidak

dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993).

Suatu sediaan, untuk dapat diterima oleh masyarakat harus memenuhi

parameter sifat fisik dan stabilitas. Sifat fisik dan stabilitas suatu sediaan krim

dapat ditentukan oleh basis dan humektan. Cetyl alcohol sebagai basis yang juga

bersifat sebagai thickening agent sehingga mampu menjaga stabilitas,

memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi (Bennet, 1970). Sedangkan

humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang ditambahkan bertujuan untuk

mempertahankan kelembapan sediaan sehingga dapat mempermudah aplikasi

krim dengan memberikan daya sebarnya yang cukup serta dapat mempertahan

konsistensi. Oleh karena cetyl alcohol dan gliserin memiliki sifat yang saling

berlawanan yaitu dapat meningkatkan viskositas dan meningkatkan daya sebar,

maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula cetyl alcohol sebagai basis

dan gliserin sebagai humektan.

Optimasi formula dilakukan menggunakan aplikasi desain faktorial.

Metode ini mempunyai kelebihan yaitu selain dapat mengetahui efek dari tiap

bahan yang digunakan terhadap sifat-difat fisik sediaan juga dapat digunakan

untuk mengetahui efek yang tmbul dati interaksi bahan-bahan yang digunakan.

Dalam penelitian ini dilakukan pula uji aktivitas antioksidan isoflavon

secara in-vitro dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-1pikrilhidrazil) yang

dinyatakan dengan % scavenging.

Page 22: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

3

1. Permasalahan

a. Apakah ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai aktivitas

antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode

DPPH yang dinyatakan dengan % scavenging ?

b. Efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat fisik dan

stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek

interaksi ?

c. Apakah diperoleh area komposisi optimum dari campuran cetyl alcohol-

gliserin yang memenuhi parameter sifat fisika dan stabilitas krim ?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

formulasi sediaan krim anti ageing isoflavon tempe dengan basis tidak larut

air cetyl alcohol dan basis larut air gliserin belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Menambah pengetahuan mengenai bentuk sediaan anti

ageing isoflavon dari tempe dan cara mengisolasi isoflavon dari tempe.

b. Manfaat Metodologi. Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian

mengenai upaya pengembangan dan aplikasi metode desain faktorial

dalam menemukan area komposisi optimum krim anti ageing isoflavon

dari tempe dengan komposisi cetyl alcohol dan gliserin.

c. Manfaat Praktis. Adanya sediaan krim anti ageing isoflavon dari tempe ini

masyarakat dapat menggunakan senyawa yang berasal dari bahan yang

mudah ditemui.

Page 23: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

4

B. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Membuat formula krim yang memiliki daya anti ageing dengan bahan

aktif isoflavon dari tempe.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui apakah fraksi etil asetat isoflavon dari tempe mempunyai

aktivitas antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan

metode DPPH yang dinyatakan dengan % scavenging.

2. Mengetahui efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat

fisik dan stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek

interaksi.

3. Mengetahui area komposisi optimum dari campuran cetyl alcohol–gliserin

yang memenuhi parameter sifat fisik dan stabilitas krim.

Page 24: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Isoflavon dan Tempe

Tempe hasil fermentasi ditemukan adanya isoflavon genistein, daidzein,

dan faktor-II. Genistein dan Daidzein telah ada pada kedelai rendam sebagai

bahan baku tempe, tetapi faktor-II hanya dijumpai pada tempe. Faktor-II dapat

terbentuk karena selama proses perendaman fermentasi kedelai β-glukosidase

akan aktif dan mengubah glisitin, genistin, dan daidzin yang telah ada pada

kedelai menjadi daidzein, genistein, dan glisitein. Selanjutnya selama proses

fermentasi kedelai rendam terjadi biokonversi lebih lanjut daidzein dan glisiteni

menjadi faktor-II. Faktor-II mempunyai daya antioksidan yang secara in-vitro

jauh lebih tinggi bila dibandingkan antioksidan lain (Ariani, 2003).

Isoflavon terdiri atas komponen polar (terikat gula/glikon) dan komponen

nonpolar (tidak terikat gula/aglikon) (Tensiska, Marsetio, Yudiastuti, S.O.N.,

2007). Isoflavon glikosida tidak aktif secara biologi. Isoflavon aktif untuk

perawatan kulit harus dalam bentuk aglycone yang ini mempunyai sedikit

kelarutan dalam air dan minyak (Schmid, 2004). Isoflavon diaplikasikan dalam

kosmetik, harus diaktifkan terlebih dahulu misalnya dalam bentuk aglikon, sebab

di dalam kulit tidak terdapat enzim hidrolisis. Dalam bentuk glikosida maka

isoflavon tidak akan terpenetrasi sampai lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya

dermis, karena lapisan lemak yang dibentuk oleh epidermis akan membiarkan

Page 25: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

6

senyawa yang dapat lewat adalah aglikon yang dapat larut air (Zulli et.al, 2002).

Struktur isoflavon adalah sbb:

Gambar 1. Struktur Kimia Isoflavon Aglikon

Tabel I. Komponen Isoflavon Aglikon R1 R2 Komponen H H Daidzein

OH H Genistein H OCH3 Glisitein H OH Faktor-II

Gambar 2. Struktur Kimia Isoflavon Glukosida

Tabel II. Komponen Isoflavon Glukosida R3 R4 R5 Komponen H H H Daidzin

OH H H Genistin H OCH3 H Glisitin H H COCH3 6”-O-asetildaidzin

OH H COCH3 6”-O-asetilgenistin H OCH3 COCH3 6”-O-asetilglisitin H H COCH2COOH 6”-O-malonildaidzin

OH H COCH2COOH 6”-O-malonilgenistin H OCH3 COCH2COOH 6”-O-malonilglisitin

Page 26: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

7

B. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode kromatografi cair yang

paling sederhana dan mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan KLT adalah

sample yang digunakan sedikit, diperoleh pemisahan senyawa yang amat berbeda,

waktu yang dibutuhkan singkat, serta jumlah pelarut yang digunakan sangat

sedikit. KLT dapat digunakan untuk dua tujuan. Pertama, untuk hasil kuantitatif,

kualitatif, dan preparative. Kedua, digunakan untuk mengetahui sistem pelarut dan

sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi

cair kinerja tinggi (KCKT) (Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991).

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan

yang memisahkan, yang terdiri atas fase diam, ditempatkan pada penyangga yang

berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan

dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada fase diam. Setelah plat atau lapisan

ditaruh di dalam bejana terttup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok

(fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi (Stahl, 1985).

Seyawa yang dihasilkan pada lempeng fase diam terkadang masih sulit

untuk dideteksi. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan pereaksi yang mampu

memperjelas bercak, sehingga mempermudah dalam melakukan deteksi.

Senyawa-senyawa yang sering digunakan untuk pereaksi pendeteksi KLT antara

lain ammonia, ALCL3, FeCL3, sitroborat, dan lain-lain (Mabry, T.J., Markham,

K.R., Thomas, M.B., 1970).

Page 27: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

8

Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan

di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika

senyawa ini dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan

atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini senyawa tidak

dapat dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia. Pertama tanpa pemanasan

lalu bila perlu degan pemanasan. Jarak pengembangan pada senyawa pada

kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf (Stahl, 1985).

tFaseGerakJarakRambatolankDariPentoPusatBercaJaraktitikRf

C. Skin Ageing

Skin ageing adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh waktu yang dapat

dipercepat oleh faktor eksternal misalnya radiasi UV. Mekanisme ini berlangsung

di dermis dan mengurangi kemampuan untuk pembentukan lapisan baru serta

mempercepat degradasi lapisan. Manifestasi dari fenomena skin ageing bisa

bermacam-macam, misalnya keriput, kulit kendor karena berkurangnya

kemampuan elastisitas dan kekencangan (Zulli et.al, 2002).

Skin ageing dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor internal

maupun eksternal, salah satu faktor eksternal tersebut adalah paparan sinar

matahari yang sering disebut photoageing. Mekanisme penuaan yang dipicu oleh

faktor eksternal paparan sinar matahari adalah adanya penurunan jumlah ceramide

akibat reaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat dihambat dengan

adanya antioksidan sebagai salah satu mekanisme anti ageing. Sebab radikal

bebas sangat erat kaitannya dengan proses skin ageing dan penyakit penuaan.

Page 28: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

9

Anion superoksida yang mengurangi oksigen menginisiasi reaksi ageing, sebab

anion superoksida mempunyai peran penting dalam pembentukan ROS misalnya

hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oksigen singlet yang dapat memicu

kerusakan akibat reaksi oksidatif pada lemak, protein, dan DNA (Lee, J., Renita,

M., Fioritto, R.J., 2004).

Isoflavon dapat mempunyai mekanisme anti-ageing sebagai antioksidan

maupun fitoestrogen :

a. Mekanisme sebagai fitoestrogen

Isoflavon sebagai fitoestrogen dapat mempunyai mekanisme sebagai

anti-ageing karena struktur isoflavon aglikon yang berbentuk

heterosiklik fenol. Struktur tersebut mempunyai bentuk yang sangat

mirip dengan estrogen steroid, sehingga reseptor estrogen akan

dengan mudah menangkap isoflavon dan akan menstimulasi kolagen

di dalam kulit (Schmid, 2004). Mekanisme fitoestrogen ini, biasa

diberikan dengan sistem penghantaran oral.

b. Mekanisme sebagai antioksidan

Paparan sinar UV dapat mengandung ROS (Reactive Oxygen

Species) yang dapat mengaktivasi transkripsi dari MMPs. Enzim

tersebut merupakan salah satu enzim proteolitik yang akan

mendegradasi kolagen, elastin, dan protein-protein lain yang

berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit. Isoflavon yang mempunyai

fungsi sebagai antioksidan dapat menangkap ROS sehingga akan

mencegah terjadinya aktivasi MMPs. Dengan demikian, elastisitas

Page 29: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

10

kulit tetap terjaga dan photoaging dapat dihambat (Chiang et.al,

2004), seperti ditunjukkan dalam gambar 6. Isoflavon dapat berfungsi

sebagai antioksidan karena adanya gugus fenol yang mempunyai

atom hidrogen sehingga dapat menangkap elektron bebas dari ROS

menjadi elektron berpasangan yang lebih stabil. Selanjutnya,

isoflavon akan teroksidasi oleh radikal bebas sehingga protein-protein

penyusun elastisitas kulit seperti kolagen dan elastin tidak akan

terdegradasi. Oleh karena itu, kandungan faktor II yang hanya ada di

dalam isoflavon tempe merupakan antioksidan yang lebih baik

dibandingkan isoflavon dalam kedelai biasa yang hanya mengandung

genistein dan daizein. Hal ini disebabkan karena pada senyawa faktor

II sebagai hasil fermentasi kedelai mempunyai gugus fenol yang lebih

banyak.

Sinar UV ↓

ROS ↓

Adanya atom hidrogen isoflavon sebagai agen antioksidan yang mengikat elektron dari ROS

↓ Tidak terjadi aktivasi MMPs

↓ Tidak terjadi degradasi kolagen, elastin, dll

↓ Tidak terjadi reaksi photoaging

Gambar 3. Skema Mekanisme Isoflavon sebagai Anti-ageing dengan Mekanisme Antioksidan

Page 30: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

11

D. Uji DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

Uji DPPH merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk

mengukur daya antioksidan suatu sampel. DPPH berfungsi sebagai senyawa

radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri melalui persen

peredaman absorbansi. Peredaman warna ungu merah pada panjang gelombang

517 nm dikaitkan dengan kemampuan minyak atsiri atau ekstrak sebagai

antiradikal bebas (Purwata, I.M.O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009).

Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu

konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal

bebas DPPH (Andayani, R., Yovita, L., Maimunah, 2008). Aktivitas antioksidan

kuat jika IC50 lebih kecil dari 200 µg/ml. Kapasitas antiradikal bebas metode

DPPH diukur dari peredaman warna ungu merah dari DPPH pada panjang

gelombang 517 nm ± 20 nm (Purwata dkk, 2009). Perhitungan aktivitas

penangkapan radikal DPPH (% scavenging) dihitung dengan rumus :

%100)( xblankoAbsorbansi

sampelAbsorbansiblankoAbsorbansi

(Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R., 2007).

Adanya aktivitas antioksidan dari sampel akan menyebabkan perubahan

warna pada larutan DPPH dalam metanol yang semula violet pekat jadi kuning

pucat. Sampel dinyatakan aktif sebagai antiradikal bebas jika % peredaman (%

scavenging) lebih dari atau sama dengan 50% (Purwata dkk, 2009).

Page 31: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

12

E. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Emulsi minyak

dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai

panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk

penggunaan kosmetika (Anonim, 1995). Sebuah vanishing cream merupakan

emulsi dari asam stearat, disebut vanishing cream karena tidak tampak mengkilap

(vanish) ketika digunakan. Fase eksternalnya adalah air. Dengan penambahan

gliserin (10%) sebagai bahan pembuat lunak dinilai krim akan berkilau mutiara

sediaan ini menjadi lebih cemerlang (Voigt, 1994). Emulsifying agent adalah

sabun atau campuran sabun dari sodium, potassium, dan ammonia biasanya dalam

bentuk emulsi minyak dalam air (Young, 1972).

Krim merupakan suatu sistem emulsi yang stabilitasnya ditentukan oleh

elastisitas emulgator dari lapisan tipis batas antar muka. Menurut aturan Bancroft,

fase dimana emulgator terlarut atau terakumulasi di dalamnya adalah bahan

pendispersi, contoh sabun yang dapat larut dalam air merupakan emulgator m/a.

Suatu sistem emulsi akan menunjukkan stabilitas dan tingkat dispersitas yang

optimal, jika lapisan tipis menyaluti batas antar permukaan secara total. Banyak

emulgator memberikan lapisan tipis yang sangat stabil dan dapat menyalut

droplet. Jika ada droplet bersentuhan, maka lapisan tipis semacam itu akan

memberi perlindungan untuk menghindari penggabungan (Voigt, 2004).

Salah satu emulgator m/a yang dapat digunakan pada sediaan obat yang

digunakan pada bagian luar dan memiliki dispersi halus dan emulsi yang sangat

Page 32: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

13

stabil adalah sabun amin. Sabun amin salah satu contohnya adalah

Trietanolaminstearat yang terbentuk dari hasil reaksi penyabunan antara asam

stearat dan TEA. Pada susunan rantai sabun trietanolaminstearat, hidrokarbon

yang simetris mewakili bagian tidak polar dari molekul. Sebaliknya karboksil

hidrofil menunjukkan tidak adanya keseimbangan muatan, oleh karena itu gugus

bersifat polar. Kesatuan molekul ini gugus polar dan tidak polar menyatu sehingga

membuatnya sebagai senyawa amfifil (Voigt, 2004). Struktur sabun trietanolamin

adalah sbb :

[OH-CH2-CH2-N(HCH2CH2OH)-CH2-CH2-OH]C17H35-COO-

F. Cetyl Alcohol

Cetyl alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya

terdiri dari alkohol yang sejenis. Pemeriannya berupa serpihan putih licin, granul

atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah, rasa lemah. Kelarutannya tidak larut

dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya

suhu (Anonim, 1995). Struktur cetyl alcohol adalah sbb:

Gambar 4. Struktur Kimia Cetyl Alcohol

Cetyl alcohol mampu menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur dan

meningkatkan konsistensi serta dapat bersifat sebagai emollient, emulsifying

agent, dan mampu menyerap air. Di dalam emulsi minyak dalam air, cetyl alcohol

dapat menjaga stabilitas dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut

Page 33: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

14

dalam air. Kombinasi dengan emulsifier ini akan menghasilkan suatu sistem yang

tertutup, barier monomolecular pada antar muka minyak-air yang membentuk

barier mekanik sehingga dapat mencegah terjadinya droplet yang coalesence

(Rowe, R., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009).

G. Gliserin

Gliserin dapat diperoleh dari minyak dan lemak yang diproduksi dalam

pembuatan sabun dan asam lemak. Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup,

tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak

enak), higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan

air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam minyak lemak, dalam

eter, dan dalam minyak menguap (Anonim, 1995). Struktur gliserin adalah sbb:

Gambar 5. Struktur Kimia Gliserin

Pada pemakaian topikal, seringkali gliserin digunakan untuk humectant

dan emollient, sehingga dapat digunakan untuk mempertahankan kelembapan

kulit dan meningkatkan daya sebar. Gliserin digunakan sebagai solvent atau

cosolvent di dalam krim dan emulsi. Gliserin biasa ditambahkan di dalam fase air

(Rowe et.al, 2009).

Page 34: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

15

H. Metode Desain Faktorial

Metode desain faktorial dapat digunakan untuk mendesain suatu

percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan

terhadap suatu respon dan memungkinkan kita mengetahui interaksi di antara

faktor-faktor tersebut (Voigt, 1994). Keuntungan dari metode desain faktorial ini

adalah memiliki efisiensi yang maksimum dalam mengetahui efek yang dominan

dalam menentukan respon, selain itu bahwa metode ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi efek masing-masing faktor maupun efek interaksi antar faktor

(Muth, 1999).

Metode desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu

teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu

atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa

persamaan matematika. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A

dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level

rendah dan level tinggi (Bolton, 1997). Rancangan percobaan yang diperlukan

dengan metode desain faktorial dua faktor dan dua level sbb:

Tabel III. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level Formula Faktor A Faktor B

(1) - - a + - b - + ab + +

Keterangan :

- = level rendah + = level tinggi

Page 35: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

16

Optimasi campuran dua bahan (dua faktor) dengan desain faktorial

dianalisis berdasarkan rumus:

Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12 (A)(B)........................(1) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati (A),(B) = level bagian A, level bagian B, yang nilainya -1 dan +1 b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Dari persamaan di atas dan data yang diperoleh kemudian dibuat contour

plot suatu respon tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi

campuran yang optimum (Bolton, 1997).

Besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya dapat

diperoleh dengan menghitung selisih antara respon pada level tinggi dan rata-rata

respon pada level rendah, yaitu:

Efek faktor A = 2

)1( baba

Efek faktor B = 2

)1( aabb

Efek faktor C = 2

)1( abab (Bolton, 1997).

I. Landasan Teori

Tempe diketahui mempunyai potensi sebagai bahan anti ageing dengan

adanya kandungan isoflavon yang mempunyai daya antioksidan yang lebih besar

dibandingkan dengan kedelai karena adanya senyawa faktor-II. Senyawa ini

hanya dijumpai pada tempe karena terbentuk selama proses perendaman

fermentasi kedelai (Ariani, 2003).

Radiasi sinar UV dapat menyebabkan photoaging akibat reaksi dengan

ROS. Isoflavon tempe yang mempunyai potensi sebagai oxygen radical

Page 36: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

17

scavengers dapat mencegah peristiwa photoaging tersebut sehingga akan

mengurangi kerusakan collagen yang berperan sebagai protein pembentuk

elastisitas kulit. Oleh karena itu, isoflavon tempe mempunyai potensi sebagai anti-

ageing yang efektif mencegah photoaging (Chiang et.al, 2007).

Bentuk sediaan yang digemari untuk aplikasi kosmetik yaitu krim. Hal

ini disebabkan oleh sifat krim yang mudah dioleskan, mudah menyebar, daya

penetrasi tinggi, memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan

dapat atau tidak dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993).

Cetyl alcohol sebagai basis tidak larut air dalam formula krim ini

mempunyai kemampuan untuk menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur, dan

meningkatkan konsistensi krim (Rowe et.al, 2009). Sedangkan gliserin sebagai

humektan bersifat dapat mempertahankan kelembapan kulit dan meningkatkan

daya sebar (Rowe et.al, 2009). Cetyl alcohol dan gliserin yang mempunyai sifat

berlawanan, yaitu cetyl alcohol meningkatkan viskositas dan gliserin

meningkatkan daya sebar maka dilakukan optimasi kedua bahan tersebut sehingga

dapat diperoleh komposisi optimum yang sesuai dengan sifat fisik dan stabilitas

krim.

Untuk mengetahui efek faktor dan interaksi yang paling dominan dari

masing-masing uji sifat fisis dan stabilitas krim, maka digunakan metode desain

faktorial.

Page 37: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

18

J. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

a. Ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai daya antioksidan melalui uji

penangkapan radikal hidroksil dengan metode DPPH.

b. Terdapat pengaruh yang bermakna (signifikan) dari komposisi cetyl alcohol,

gliserin, dan interaksi cetyl alcohol-gliserin dalam formula krim anti-ageing

yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim anti ageing

isoflavon tempe.

Page 38: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni yang bersifat

eksploratif dengan menggunakan desain faktorial.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb:

1. Variabel Bebas

Komposisi cetyl alcohol dan humektan gliserin.

2. Variabel Tergantung

Sifat fisis dan stabilitas krim anti ageing isoflavon tempe yang meliputi :

viskositas, daya sebar, tipe emulsi, dan pergeseran viskositas.

3. Variabel Pengacau Terkendali

Kondisi wadah tempat penyimpanan dan intensitas cahaya penyimpanan.

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali

Suhu dan kelembaban ruangan penelitian.

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :

a. Basis adalah bahan dasar krim yang menentukan sifat dasar krim dan

menentukan keberhasilan atau kegagalan terapi (Voigt, 2004).

b. Faktor adalah gliserin pada level rendah 5 gram dan level tinggi 10 gram;

cetyl alcohol pada level rendah 12,5 gram dan level tinggi 25 gram.

Page 39: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

20

c. Interaksi gliserin-cetyl alcohol yang mempengaruhi sifat fisik dan

stabilitas.

d. Respon adalah sifat atau hasil percobaan yang diamati yaitu sifat fisik

berupa daya sebar dan viskositas. Stabilitas fisik berupa pergeseran

viskositas.

e. Daya antioksidan adalah dinyatakan dengan % scavenging, dikatakan aktif

sebagai antioksidan jika % scavenging leih besar dari atau sama dengan

50% (Purwata, 2009) dan dikatakan antioksidan kuat jika nilai IC50

kurang dari 200 µg/ml ( Andayani dkk, 2008).

f. Daya sebar adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit 5-7 cm dengan

aplikasi beban 125 gram selama 1 menit (Garg, A., Aggarwal, D., Garg,

S., Singla, A.K., 2002).

g. Viskositas adalah memiliki rentang viskositas yang dapat diterima adalah

145-175 d.Pa.s.

h. Pergeseran viskositas adalah dikatakan stabil jika setelah penyimpanan

selama 30 hari terjadi pergeseran viskositas kurang dari 11%.

i. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari respon sifat fisis dan

stabilitas krim.

j. Contour plot superimpossed adalah grafik area pertemuan yang memuat

semua arsiran dalam contour plot yang diprediksikan sebagai area

optimum krim.

Page 40: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

21

k. Area optimum adalah area kondisi yang menghasilkan krim dengan daya

sebar 5 sampai 7 cm, viskositas 145-175 d.Pa.s, persen pergeseran

viskositas adalah kurang dari 11%.

C. Bahan Penelitian

Tempe dibungkus daun pisang dan berbentuk persegi panjang (diperoleh

dari pasar STAN, Paingan, Sleman), aquadest, Metanol teknis, Petroleum eter

teknis, Etil asetat teknis (Brataco), MgSO4 teknis, plat silica GF254, Metanol p.a,

pereaksi DPPH, Asam stearat farmasetis, VCO, Cetyl Alcohol farmasetis,

Trietanolamin, Gliserin, BHT (Brataco), dan Metil paraben.

D. Alat Penelitian

Glasswares Lab. FTS USD (pyrex), vaccum rotary evaporator (Janke-

Kulken), seperangkat spectrophotometer UV/Vis (optima), neraca elektrik,

waterbath, mixer (Airlux), viscotester (Rion-Japan VT-04), tabung skala, alat uji

daya sebar, mikroskop BM-180 Boeco Germany, Spektrofotometer visibel, dan

kamera moticam 1000 pixel 1,3M.

Page 41: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

22

E. Tata Cara Penelitian

Pengumpulan dan pengolahan tempe ↓

Isolasi Isoflavon tempe ↓

Identifikasi kualitatif isoflavon tempe dengan KLT ↓

Uji Antioksidan metode DPPH ↓

Formulasi Krim ↓

Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan

Gambar 6. Alur Penelitian Singkat

1. Pengumpulan Tempe, Pengolahan Tempe, dan Isolasi Isoflavon Tempe

Tempe yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk persegi panjang

sebanyak 1 kg, diperoleh dari pasar STAN paingan Sleman pada saat pagi hari.

Tempe tersebut kemudian dihaluskan dan ditimbang sebanyak enam ratus gram.

600 gram tempe ditambah 400 mL aquadest. Kemudian diblender selama 3x5

menit. Ditambahkan 1.200 mL metanol teknis, dimaserasi selama dua belas jam

pada kecepatan 120 rpm. Setelah dimaserasi dua belas jam kemudian disaring.

Ektrak yang diperoleh dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator pada suhu

600C selama kurang lebih 1 jam untuk setiap 300 mL ekstrak metanol sampai

diperoleh ekstrak kental ±100 mL (Ariani, 2003).

Ekstrak kental diekstraksi dengan penggojogan selama satu menit,

menggunakan pelarut 5x150 mL petroleum eter, ambil fase bagian bawah

kemudian diekstraksi lagi dengan 5x150 mL etil asetat. Fase etil asetat di bagian

atas diambil dan dibebaskan dari air dengan MgSO4 anhidrat sebanyak ±15 gram

lalu disaring. Ekstrak tersebut dipekatkan sampai 1/10 volume awal ekstrak etil

Page 42: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

23

asetat dengan vaccum rotary evaporator pada suhu 400C selama kurang lebih 1

jam untuk setiap 300 mL ekstrak etil asetat sampai diperoleh ekstrak kental etil

asetat isoflavon (Ariani, 2003).

2. Identifikasi Isoflavon dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Sedikit isolat hasil isolasi isoflavon dilarutkan dalam metanol p.a dan

ditotolkan sebanyak sembilan kali totolan menggunakan pipa kapiler pada fase

diam silica gel GF 254. Ditunggu hingga kering kemudian eluen dikembangkan

dalam fase gerak kloroform : metanol = 3 : 1. Setelah eluen dikembangkan,

reaksikan dengan uap amonia selama sepuluh menit dan diamati dengan lampu

UV 254nm (Ariani, 2003).

3. Uji Antioksidan Isoflavon dari Tempe dengan Metode DPPH

a. Pembuatan Larutan Reagen DPPH 0,1 mM. Ditimbang 0, 00788 gram

DPPH. Dilarutkan dalam metanol p.a, tambahkan sampai 200 ml.

b. Pembuatan Larutan Stok Antioksidan Pembanding BHT. Ditimbang

0,0027 gram BHT. Dilarutkan dalam metanol p.a, ditambahkan sampai 25

ml. Sehingga akan didapat larutan stok BHT dengan konsentrasi 0,5 mM.

c. Pembuatan Seri Konsentrasi Antioksidan Pembanding BHT. Diambil

larutan stok BHT sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 5 ml. Kemudian masing-

masing konsentrasi dilarutkan dan ditambahkan dengan metanol p.a

sampai 10 ml. Sehingga akan diperoleh seri konsentrasi BHT 0,05 mM;

0,075 mM; 0,1 mM; 0,25 mM.

d. Pengukuran Absorbansi BHT dengan Spektrofotometer Visibel. Diambil

larutan reagen DPPH sebanyak 7,5 ml, ditambahkan dengan larutan BHT

Page 43: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

24

sebanyak 0,5 ml. Ulangi perlakuan yang sama untuk setiap seri

konsentrasi. Didiamkan dalam ruangan gelap dengan suhu kamar selama

tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit, diukur absorbansi pada

panjang gelombang 517 nm.

e. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Etil Asetat Isoflavon. Ditimbang 12,5

gram ekstrak etil asetat isoflavon. Dilarutkan dalam metanol p.a,

ditambahkan sampai 25 ml. Sehingga akan diperoleh larutan stok ekstrak

etil asetat isoflavon dengan konsentrasi 50 % b/v.

f. Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon. Diambil larutan

stok ekstrak etil asetat isoflavon sebanyak 2 ml; 4 ml; 6 ml; 8 ml; 10 ml.

Kemudian masing-masing konsentrasi dilarutkan dan ditambahkan

dengan metanol p.a sampai 10 ml. Sehingga akan diperoleh seri

konsentrasi ekstrak etil asetat isoflavon 10 % b/v; 20 % b/v; 30 % b/v; 40

% b/v; 50 % b/v.

g. Pengukuran Absorbansi Sampel dengan Spektrofotometer Visible.

Diambil larutan reagen DPPH sebanyak 7,5 ml ditambahkan dengan

larutan sampel (ekstrak etil asetat isoflavon) sebanyak 0,5 ml. Perlakuan

diulang untuk setiap seri konsentrasi. Didiamkan dalam ruangan gelap

dengan suhu kamar selama tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit,

diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm (Lee, J., Renita, M.,

Fiorito, R.J., 2004).

Page 44: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

25

4. Formulasi Sediaan Krim Anti-aging isoflavon dari Tempe

Formula vanishing cream yang digunakan dalam formulasi sediaan krim

ini adalah formula standar (Young, 1972) sbb :

a. Stearic acid 20,0 Cetyl alcohol 0,50 Triethanolamine 1,20

b. Sodium hydroxide one microspatula-full Glycerine 8,0 Distilled water 69,94 Preservative (Nipagin) one microspatulla-full

c. Perfume three or four drops

Modifikasi formula yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :

Tabel IV. Rancangan Formula Desain Faktorial (= 250 gram krim) Keterangan 1 a b ab

Asam stearat 12,5 12,5 12,5 12,5 Cetyl alcohol 5 10 5 10

VCO 5 5 5 5

A.

BHT 0,25 0,25 0,25 0,25 Glycerin 12,5 25 12,5 25

TEA 2,5 2,5 2,5 2,5 Nipagin 0,625 0,625 0,625 0,625

B.

Aquadest 200 200 200 200 C. Isoflavon 0,10 0,10 0,10 0,10 D. Perfume 10 tetes 10 tetes 10 tetes 10 tetes

Bagian A dipanaskan di hotplate hingga suhu 700C. Setelah semua

meleleh dan mencapai suhu 700C, maka masukkan cetyl alcohol ke dalam asam

stearat, diaduk hingga homogen. Ditambahkan BHT ke dalam VCO sebagai

emollient dan penetration enhancer, diaduk hingga homogen. Ditambahkan VCO

tersebut ke dalam campuran cetyl alcohol dengan asam stearat. Fase minyak telah

siap.

Bagian B dipanaskan di hotplate hingga suhu 700C. Setelah semua

mencapai suhu 700C, maka masukkan TEA ke dalam aquadest dan diaduk hingga

Page 45: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

26

homogen. Ditambahkan nipagin ke dalam gliserin, aduk hingga homogen.

Ditambahkan gliserin ke dalam aquadest yang telah ditambahkan TEA. Campuran

tersebut kemudian diaduk. Fase air telah siap.

Fase air yang telah siap ditambahkan ke dalam fase minyak dengan suhu

pencampuran 700C di atas waterbath, diaduk dengan mixer selama sepuluh menit

(Young, 1972). Ditambahkan isoflavon pada saat pencampuran dengan mixer,

pada saat pencampuran telah berjalan selama lima menit. Setelah 10 menit,

dituangkan krim ke dalam wadah dan tunggu hingga suhu krim 450C, pada saat

suhu tersebut ditambahkan parfum kemudian diaduk hingga homogen.

5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim

a. Uji daya sebar. Ditimbang krim seberat 1 gram dan diletakkan di tengah

kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat

dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, dicatat diameter

penyebarannya.

b. Uji Viskositas. Pengukuran viskositas menggunakan Viscotester Rion seri

VT 04 dengan cara: krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada

portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati

gerakan jarum penunjuk viskositas.

c. Uji Mikromeritik (Ukuran Droplet). Dioleskan sejumlah krim pada gelas

objek kemudian diletakkan meja benda pada mikroskop. Diamati ukuran

droplet yang terdispersi pada krim. Gunakan perbesaran lemah untuk

menentukan objek yang akan diamati kemudian ganti dengan perbesaran

kuat. Dicatat diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet.

Page 46: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

27

Dalam penelitian ini pengamatan mikromeritik dilakukan dengan

mengambil beberapa foto preparat krim dan tampak adanya droplet-

droplet yang akan ditentukan diameternya. Selanjutnya pengukuran

diameter droplet dilakukan dengan menggunakan software Motic image

plus 2.0 hingga didapatkan µm diameter dari 500 droplet yang akan

diukur.

d. Uji Tipe Emulsi (Metode Warna). Beberapa tetes biru metilen

dicampurkan ke dalam suatu formula krim. Jika seluruh krim berwarna

seragam, maka terdapat suatu emulsi dari jenis m/a, oleh karena air adalah

fase luar (Voigt, 1994).

F. Analisis Hasil

Data daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas dianalisis dengan

perhitungan efek menurut desain faktorial untuk mengetahui efek yang paling

dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim. Untuk mengetahui

komposisi basis cetyl alcohol dan humektan gliserin yang optimum dengan

penggabungan contour plot masing-masing respon yang dikenal dengan contour

plot superimpossed.

Untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam

mempengaruhi respon maka dilakukan analisis dengan Yate’s Treatment.

Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan signifikansi efek dominan

faktor dan interaksi terhadap respon yang dilihat dari harga F hitung dan F tabel.

Page 47: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

28

Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu, hipotesis alternatif

(H1) menyatakan adanya signifikansi efek dominan faktor terhadap respon,

sedangkan H0 merupakan negasi dari H1 yang menyatakan tidak adanya

signifikansi efek dominan faktor terhadap respon. H1 diterima dan H0 ditolak

apabila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel, yang berarti bahwa

faktor berpengaruh signifikan terhadap respon (Bolton, 1997).

Page 48: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

29

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Isolasi dan Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe

1. Isolasi Ekstak Etil Asetat Isoflavon Tempe

Diperoleh sebanyak 1 kg tempe yang telah dikumpulkan dari produsen

yang sama di pasar STAN setiap pagi hari, dengan bentuk tempe persegi panjang

yang dibungkus dengan daun pisang. Sebanyak 600 gram tempe selanjutnya

diolah sesuai dengan tata cara penelitian untuk mendapatkan ekstrak etil asetat

isoflavon.

Tempe yang telah dihaluskan kemudian ditambah dengan metanol

sehingga diperoleh ekstrak metanol sebanyak 1.200 mL dan di maserasi. Ekstrak

metanol tersebut selanjutnya dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator

sehingga didapatkan ekstrak kental metanol sebanyak 100 mL.

Setelah mendapatkan ekstrak kental metanol, dilanjutkan dengan

ekstraksi pelarut petroleum eter dan diambil fase bagian bawah untuk selanjutnya

diekstraksi kembali dengan petroleum eter sampai 5 kali. Sehingga akan diperoleh

ekstrak petroleum eter kurang lebih 750 mL.

Selanjutnya ekstrak petroleum eter tersebut diekstraksi lagi menggunakan

pelarut etil asetat dan diambil fase bagian atas, sedangkan fase bagian bawah

diekstraksi kembali dengan etil asetat sampai 5 kali. Sehingga akan diperoleh

ekstrak petroleum eter jernih kekuningan kurang lebih 750 ml..Ekstrak etil asetat

Page 49: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

30

kemudian dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga akan

diperoleh ekstrak kental etil asetat isoflavon kurang lebih 70 ml.

2. Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe

Isolasi isoflavon tempe pada penelitian ini didasarkan pada penelitian

yang dilakukan oleh Ariani, 2003. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil yang

menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mengandung isoflavon. Sedangkan pada

penelitian ini, dilakukan pula identifikasi ekstrak etil asetat isoflavon tempe

dengan menggunakan sistem yang sama dengan penelitan Ariani, 2003. Hasil

yang diperoleh pada penelitian ini adalah sbb :

Fase gerak = metanol : kloroform = 3 : 1 Fase diam = silica gel GF 254 Detektor : UV 254 nm

Gambar 7. Hasil Uji KLT

Tabel IV. Perhitungan Rf Uji KLT Ekstrak Etil Asetat Isoflavon

Bercak Rf Bercak

Bercak I 0,0867 Bercak II 0,6734 Bercak III 0,7334

B. Uji Antioksidan Ekstrak Etil Asetat Isoflavon

dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

Pengujian ini dilakukan dengan mengukur penangkapan radikal sintetik

DPPH dalam pelarut organik, yaitu metanol yang digunakan dalam penelitian ini.

Prinsip dari metode ini adalah mengukur kemampuan suatu senyawa untuk

Page 50: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

31

menangkap radikal sintetik DPPH yang akan memberikan warna ungu pada

panjang gelombang 517 nm. Setelah itu, didiamkan selama 30 menit pada suhu

kamar dan ruangan yang gelap, supaya sampel (ekstrak etil asetat isoflavon

tempe) dapat bereaksi dengan DPPH. Adanya aktivitas antioksidan dari sampel

dapat dilihat dengan adanya perubahan warna pada larutan DPPH yang semula

ungu pekat jadi kuning pucat (Andayani dkk, 2008). Penghilangan warna ini

terjadi akibat adanya peristiwa penangkapan elektron radikal bebas DPPH oleh

atom hidrogen dari isoflavon yang menyebabkan elektron menjadi berpasangan

dapat secara ringkas digambarkan dengan skema, seperti ditunjukkan pada

gambar 8. Penghilangan warna yang terjadi juga sebanding dengan jumlah

elektron radikal bebas yang diikat oleh atom hidrogen isoflavon. Oleh karena itu

semakin besar konsentrasi antioksidan isoflavon serapan yang dihasilkan akan

semakin kecil.

DPPH → mempunyai elektron bebas yang reaktif (radikal bebas)

↓ Absorbansi maksimal 517 nm berwarna ungu

↓ Penambahan isofavon sebagai antioksidan

↓ Didiamkan dalam ruangan gelap selama 30 menit

↓ Atom H dari isoflavon menangkap radikal bebas

↓ Menjadi elektron yang berpasangan

↓ Absorbansi maksimal 517 nm berwarna kuning pucat

Gambar 8. Skema Tahapan Reaksi Isoflavon sebagai Antioksidan

dengan Agen Radikal Bebas DPPH

Page 51: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

32

Uji antioksidan ekstrak etil asetat isoflavon dilakukan dengan metode

DPPH didahului dengan uji antioksidan BHT dengan metode DPPH. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui ketepatan metode yang kita pilih, sebab BHT

merupakan bahan yang sudah terbukti sebagai antioksidan karena memiliki %

scavenging lebih besar dari 50%.

Dari uji yang dilakukan, membuktikan bahwa ekstrak etil asetat isoflavon

dari tempe terbukti mempunyai daya antioksidan dengan data % scavenging lebih

dari 50%. Pada tabel VI ditunjukkan bahwa nilai IC50 rata-rata dari tiga replikasi

isoflavon adalah sebesar 36,752%. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk

menangkap elektron radikal bebas sebanyak 50% dibutuhkan isoflavon dengan

konsentrasi sebesar 36,752% dalam formula. Ketiga replikasi yang kami lakukan

memiliki nilai CV sebesar 0,037% sehingga memenuhi persyaratan kurang dari

2%.

Tabel VI. Hasil Perhitungan % scavenging Ekstrak Etil Asetat Isoflavon IC50 % Scavenging Konsentrasi

Sampel Rep I Rep II Rep III Rep I Rep II Rep III Blanko - - -

10% 25,969 26,356 27,035 20% 34,496 35,465 35,960 30% 41,860 43,701 42,054 40% 50,387 52,035 54,748 50%

35,280% 37,931% 37,046%

69,864 59,593 60,174 Rata2 36,752%

C. Pembuatan Krim

Krim yang dibuat pada penelitian ini terdiri dari dua fase, yaitu fase

minyak yang terdiri dari asam stearat, cetyl alcohol, VCO, dan BHT. Sedangkan

fase air terdiri dari gliserin, TEA, nipagin, dan aquadest. Kedua fase ini kemudian

Page 52: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

33

dipanaskan hingga suhu 700C. Pemanasan ini bertujuan untuk melelehkan asam

stearat dan cetyl alcohol yang merupakan fase minyak, sehingga memudahkan

terjadinya reaksi dengan basa yang larut dalam fase air sebab jika leleh maka luas

permukaan kontak menjadi lebih besar. Pemanasan juga berfungsi untuk

menurunkan tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak sehingga emulsi

akan terbentuk dengan baik. Selain kedua tujuan di atas, pemanasan juga

berfungsi untuk mempercepat reaksi penyabunan asam stearat oleh basa TEA.

Setelah semua bahan leleh dan kedua fase mempunyai suhu yang sama,

campuran tersebut dicampur dengan mixer di dalam bekker glass yang telah

dihangatkan terlebih dahulu sampai ± 700C. Hal ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya perubahan suhu yang mendadak sehingga akan menyebabkan asam

stearat membeku kembali dan mengurangi kehomogenan krim.

Asam stearat dalam fase minyak akan bereaksi dengan TEA yang bersifat

basa terlarut dalam fase air, sehingga akan terjadi reaksi penyabunan yang

menghasilkan garam/sabun amin yaitu Trietanolaminstearat (Voigt, 2004). Sabun

Trietanolaminstearat ini akan berfungsi sebagai emulgator yang akan

menyelubungi droplet-droplet fase minyak, sehingga dapat didispersikan ke dalam

fase air dan terbentuklah sistem emulsi.

Pembuatan krim dalam penelitian ini, dilakukan dengan pengadukan

menggunakan mixer. Hal ini bertujuan supaya pengadukan yang terjadi konstan

dan kontinyu. Pengadukan yang terjadi harus kontinyu dan konstan supaya emulsi

yang terbentuk stabil ditandai salah satunya dengan tidak terjadi pemisahan fase

(Young, 1974).

Page 53: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

34

Setelah kedua fase tersebut dicampur dan telah terbentuk basis krim,

isoflavon didispersikan sesuai konsentrasi yang biasa digunakan dalam kosmetik

antara 1-500 mg/kg (Zulli, 2002), sedangkan dalam formula ini yang ditambahkan

adalah 400 mg/kg.

D. Sifat Fisik dan Stabilitas Krim Anti-Aging Ekstrak Etil Asetat

Isoflavon Tempe

1. Pengujian Tipe Krim

Hasil pengujian tipe krim dengan metode warna menggunakan metylen

blue, yang terlihat fase kontinyu berwarna biru dan fase terdispersi tidak

berwarna. Dari gambar terlihat bahwa krim merupakan tipe m/a. Hal ini terkait

dengan sifat metylen blue yang merupakan pewarna larut air. Dengan adanya

penambahan metylen blue menyebabkan fase air berwarna biru dan fase minyak

tidak berwarna seperti ditunjukkan pada gambar 9.

Formula 1

Formula a

Formula b

Formula ab

Gambar 9. Hasil Pengujian Mikroskopik Tipe Krim Tiap Formula (perbesaran 40x)

Fase air

Fase minyak

Page 54: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

35

2. Karakteristik Ukuran Droplet dengan Metode Mikroskopik

Karakteristik gambaran droplet selama 30 hari penyimpanan adalah

sebagai berikut :

Formula 1

Hari ke-2

Hari ke-30

Formula a

Hari ke-2

Hari ke-30

Formula b

Hari ke-2

Hari ke-30

Formula ab

Hari ke-2

Hari ke-30

Gambar 10. Karakteristik Ukuran Droplet Tiap Formula Hari ke-2 dan Hari ke-30

droplet

Page 55: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

36

Stabilitas krim yang merupakan sistem emulsi dapat dilihat dari

gambaran ukuran droplet selama kurun waktu penyimpanan. Kondisi yang stabil

dan ideal adalah tidak terjadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar.

Dari gambar 10, menunjukkan gambar secara visualisasi ukuran droplet yang

terlihat bahwa tidak terjadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar,

sehingga dapat dikatakan bahwa sistem emulsi formula 1, a, b, dan ab adalah

stabil secara visual.

Tabel VII. Hasil Perhitungan Statistik Distribusi Ukuran Droplet F1 Fa Fb Fab

Replikasi Percentile

90 I II III I II III I II III I II III

Hari ke-2 8,3 10,6 10,7 10,7 10,2 10,3 9,3 8,8 8,4 9,7 10,2 8,8 Hari ke-

30 8,3 10,3 10,7 11,6 11,1 10,7 9,7 9,3 11,6 9,8 10,2 9,7

Tabel VIII. Hasil Signifikansi Percentile 90 Hari ke-2 dan Hari ke-30

Keterangan F1 (P) Fa (P) Fb (P) Fab (P) Signifikansi (2

tailed) taraf kepercayaan 95% = 0,05

0,432 0,046 0,275 0,369

Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji statistik yang ditunjukkan dalam

tabel VII. Bahwa nilai percentile 90 formula 1, b, dan ab untuk hari ke-2 dan hari

ke-30 tidak berbeda signifikan dibuktikan dengan uji statistik paired T-test yang

ditunjukkan pada tabel VIII, sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran droplet

stabil karena tidak tejadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar yang

menyebabkan sistem emulsi tidak stabil pada formula 1, b, dan ab. Percentile 90

merupakan suatu parameter nilai yang menunjukkan sejumlah 90% partikel

mempunyai ukuran droplet kurang dari nilai yang tertera. Parameter percentile 90

ini dipilih sebab dapat menggambarkan 90% ukuran partikel.

Page 56: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

37

Adanya kestabilan sistem emulsi pada ketiga formula tersebut dapat

disebabkan oleh elastisitas emulgator yang terdiri dari asam stearat dan TEA

menjadi sabun amin, trietanolaminstearat, adalah cukup baik. Kelebihan dari

emulgator sabun amin ini adalah dapat menghasilkan dispersi halus dan emulsi

yang stabil dan bersifat netral sehingga aman digunakan topikal (Voigt, 2004).

Selain itu, kestabilan sistem emulsi yang dihasilkan oleh krim isoflavon ini terkait

dengan tingginya viskositas krim yang disebabkan oleh adanya TEA sebagai

emulgator dan cetyl alcohol sebagai basis. TEA merupakan basa yang dapat

meningkatkan viskositas, sedangkan cetyl alcohol merupakan basis yang bersifat

sebagai thickening agent. Menurut hukum Stoke, penggabungan droplet dapat

dicegah dengan meningkatkan viskositas sehingga gerak partikel terdispersi akan

semakin lambat sehingga akan meningkatkan tingkat dispersitas (Voigt, 2004).

Namun, terjadi keridakstabilan pada formula a, hal ini terlihat dari nilai

percentile 90 yang menunjukkan perbedaan signifikan menjadi partikel yang

berukuran lebih besar dari hari ke-2 dan hari ke-30. Hal ini dapat disebabkan oleh

adanya fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu koalesens dan ostwald ripening

seperti ditunjukkan pada gambar 11 :

Gambar 11. Fenomena Ketidakstabilan Sistem Emulsi Formula a

koalesens

Ostwald rippening

Page 57: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

38

Fenomena koalesens adalah bergabungnya droplet kecil membentuk suatu droplet

yang lebih besar dan lapisan film di sekitar droplet kecil itu akan menghilang,

sedangkan ostwald rippening adalah suatu fenomen ketidakstabilan emulsi di

mana droplet-droplet kecil bergabung dengan droplet yang berukuran lebih besar

sehingga akan membentuk droplet yang berukuran besar. Ketidakstabilan formula

a ini disebabkan oleh ukuran droplet yang dari awal yaitu pada hari ke-2 sudah

cukup besar, sehingga akan membuat sistem emulsi tersebut menjadi tidak stabil.

Namun, karena adanya keterbatasan penelitian maka tidak dapat diketahui kapan

saat emulsi tersebut mulai tidak stabil. Oleh karena itu, pada penelitian

selanjutnya, hendaklah dilakukan pengamatan setiap minggu sehingga kita dapat

mengetahui kapan emulsi tersebut mulai tidak stabil.

3. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim

Krim yang baik harus memenuhi sifat fisik dan stabilitas sediaan

semisolid, yaitu daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas. Keberhasilan

terapi suatu sediaan semisolid sangat ditentukan oleh faktor daya sebar (Garg

et.al, 2002) karena daya sebar merupakan gambaran mudah atau tidaknya pasien

dalam mengaplikasikan (mengoleskan) sediaan. Uji daya sebar pada penelitian ini

bertujuan untuk melihat seberapa mudah 1 g sampel krim dapat menyebar bila

ditekan dengan pemberat 125 g. Parameter yang dihitung adalah rata-rata dua

diameter penyebaran krim setelah pemberian beban selama 1 menit. Krim

tergolong bersifat semifluid dengan daya sebar antara 5 -7 cm (Garg et. al, 2002).

Viskositas krim perlu diuji sebab terkait dengan konsistensi dari suatu

sediaan untuk dapat diterima konsumen dan jaminan bahwa didapatkan dosis yang

Page 58: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

39

sesuai ketika krim digunakan. Viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar

yaitu ketika viskositas lebih tinggi, daya sebar krim kebih kecil, dan sebaliknya

(Garg et.al, 2002).

Pergeseran viskositas merupakan parameter stabilitas krim, sebab ada

banyak faktor dari dalam maupun luar luar yang dapat mempengaruhi stabilitas

sediaan selama penyimpanan. Pergeseran viskositas ini erat kaitannya dengan

konsistensi sediaan dan penerimaan pasien. Diperoleh data sifat fisik krim anti-

ageing ekstrak etil asetat isoflavon adalah sbb :

Tabel IX. Hasil Pengukuran Sifat Fisik Krim Formula Daya sebar Viskositas ∆viskositas

1 5,5 ± 0,6 147 ± 23 11,1 ± 7,85 a 5,2 ± 0,6 193 ± 20 8,7 ± 5,0 b 6,2 ± 0,1 160 ± 17 6,25 ± 2,9 ab 5,6 ± 0,1 207 ± 11 7,7 ± 2,9

Tabel X. Efek Cetyl alcohol, Efek Gliserin, dan Efek Interaksi Cetyl alcohol-

Gliserin dalam Menentukan Sifat Fisik Krim Efek Daya sebar Viskositas ∆viskositas

Cetyl alcohol 45,0 46 475,0 Gliserin 0,55 13 929,2 Interaksi 15,0 0 1,925

a. Daya Sebar

Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat fisik daya sebar krim

yang menunjukkan bahwa krim termasuk sediaan semifluid karena memiliki daya

sebar 5-7 cm (Garg, et al., 2002) hasil uji sifat fisik krim. Sedangkan dari nilai SD

kurang dari 10% maka dapat dikatakan bahwa data kita homogen dan bersifat

reprodusible.

Berdasarkan tabel X, gliserin diprediksi memberikan efek paling

dominan dalam menentukan respon daya sebar dibandingkan cetyl alcohol dan

Page 59: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

40

interaksi. Faktor cetyl alcohol dan interaksi berespon negatif terhadap

daya sebar yang berarti akan menurunkan respon daya sebar, sedangkan faktor

gliserin sebagai faktor paling dominan dalam menentukan efek berespon positif

yang berarti akan menaikkan respon daya sebar. Untuk mengetahui signifikansi

dari dominansi efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi terhadap respon

daya sebar krim dapat dilakukan uji statistik yate’s treatment.

Hasil uji yate’s treatment pada tabel IX, efek dominan gliserin tidak

signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal ini dapat

dianalisis dari nilai F hitung faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi lebih kecil

daripada F tabel yaitu 5,32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor cetyl

alcohol, gliserin, dan interaksi tidak berpengaruh signifikan dalam menentukan

respon daya sebar krim.

Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Daya Sebar Source pf variation

Degree of Freedom

Sum of Squares

Mean Squares

F

Replicates 2 0,665 0,3325 Treatment 3 1,33 0,443

a 1 0,743 0,743 4,5583 b 1 0,601 0,601 3,6871 ab 1 -0,041 -0,041 -0,2515

Experimental error

8 1,305 0,163

Total 11 3,3 Untuk melihat hubungan pengaruh pengingkatan level cetyl alcohol dan

gliserin terhadap daya sebar krim, dapat dilihat pada grafik hubungan sbb :

Page 60: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

41

5

5,2

5,4

5,6

5,8

6

6,2

6,4

0 10 20 30

gliserin (gram)

daya

seb

ar (c

m)

cetyl alkoholLRcetyl alkohol LT

(a)

5

5,2

5,4

5,6

5,8

6

6,2

6,4

0 5 10 15

cetyl alkohol (gram)

daya

seb

ar (c

m)

gliserin LRgliserin LT

(b)

Gambar 12. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap Respon Daya Sebar

Gambar 12 pada grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah

gliserin yang ditambahkan akan mempengaruhi respon daya sebar krim.

Peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan baik pada penggunaan cetyl

alcohol level tinggi maupun rendah akan berpengaruh dalam meningkatkan

respon daya sebar krim. Gambar 12 pada grafik (b) memperlihatkan bahwa

peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan akan mempengaruhi respon

daya sebar krim. Peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan baik pada

penggunaan gliserin level rendah dan tinggi akan berpengaruh dalam

meningkatkan respon daya sebar krim.

Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di

atas. Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar. Kedua grafik tersebut

memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor

adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti

ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat mempengaruhi daya

sebar krim. Namun, pengaruh faktor dan interaksi pada level

Page 61: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

42

yang diteliti ini tidak signifikan terhadap respon daya sebar, dibuktikan dengan uji

Yate’s Treatment.

b. Viskositas

Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat fisik viskositas krim.

Sedangkan dari nilai SD lebih dari 10% maka dapat dikatakan bahwa data kita

tidak homogen dan tidak bersifat reprodusible.

Berdasarkan tabel X, cetyl alcohol diprediksi memberikan efek paling

dominan dalam menentukan respon viskositas dibandingkan gliserin dan interaksi.

Faktor cetyl alcohol dan gliserin berespon positif terhadap viskositas yang berarti

akan meningkatkan respon viskositas krim, sedangkan faktor interaksi tidak

memberikan efek terhadap respon viskositas krim. Selanjutnya, untuk

mengetahui signifikansi dari dominansi efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan

interaksi terhadap respon viskositas krim dapat dilakukan uji statistik yate’s

treatment.

Tabel XII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Viskositas Source pf variation

Degree of Freedom

Sum of Squares

Mean Squares

F

Replicates 2 1279,16 639,58 Treatment 3 7066,66 2355,55

a 1 6533,33 6533,33 35,53 b 1 533,33 533,33 2,90 ab 1 0 0 0

Experimental error

8 1470,84 183,855

Total 11 9816,66 Hasil uji yate’s treatment pada tabel XII, terlihat bahwa efek dominan

cetyl alcohol signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal

ini dapat dianalisis dari nilai F hitung faktor gliserin dan interaksi lebih kecil

Page 62: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

43

daripada F tabel yaitu 5,32. Sedangkan nilai F hitung faktor cetyl alcohol lebih

besar daripada F tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor gliserin dan

interaksi tidak berpengaruh signifikan dalam menentukan viskositas, sedangkan

faktor cetyl alcohol berpengaruh signifikan dalam menentukan respon viskositas

krim.

Sifat dominan cetyl alcohol dalam mempengaruhi viskositas dikarenakan

cetyl alcohol yang mempunyai sifat sebagai thickening agent, sedangkan gliserin

mempuyai sifat sebagai humektan sebab mampu menarik air yang terdapat di

lingkungan dengan membentuk ikatan hidrogen dengan air.

Untuk melihat pengaruh gliserin maupun pengaruh cetyl alcohol, dapat

dilihat pada grafik hubungan sbb :

0

50

100

150

200

250

300

0 10 20 30

gliserin (gram)

visk

osita

s (d

.Pa.

s)

cetyl alkoholLRcetyl alkohol LT

(a)

0

50

100

150

200

250

0 5 10 15

cetyl alkohol (gram)

visk

osita

s (d

.Pa.

s)

gliserin LRgliserin LT

(b)

Gambar 13. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap Respon Viskositas

Pada gambar 13, grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah

gliserin yang ditambahkan akan mempengaruhi respon viskositas krim.

Peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan baik pada penggunaan cetyl

alcohol level tinggi maupun rendah akan berpengaruh dalam menaikkan

viskositas krim. Pada gambar 13, grafik (b) menunjukkan bahwa peningkatan

Page 63: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

44

cetyl alcohol akan mempengaruhi nilai viskositas krim. Peningkatan jumlah cetyl

alcohol yang ditambahkan baik pada penggunaan level rendah dan tinggi gliserin

akan berpengaruh dalam menaikkan viskositas krim.

Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat pada grafik (a).

Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar melainkan berpotongan.

Grafik (a) tersebut memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah

dan tinggi faktor adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

level yang diteliti ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat

mempengaruhi viskositas krim. Berdasarkan hasil uji yate’s treatment, cetyl

alcohol berefek dominan signifikan dalam mempengaruhi respon viskositas.

c. Pergeseran Viskositas

Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat stabilitas pergeseran

viskositas krim. Sedangkan dari nilai SD kurang dari 10% maka dapat dikatakan

bahwa data kita homogen dan bersifat reprodusible.

Berdasarkan tabel X, gliserin memberikan efek paling dominan dalam

menentukan respon pergeseran viskositas dibandingkan cetyl alcohol dan

interaksi. Faktor cetyl alcohol dan gliserin memberikan penurunan respon

pergeseran viskositas, sedangkan efek interaksi memberikan peningkatan respon

pergeseran viskositas. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dari dominansi

efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi terhadap respon pergeseran

viskositas krim dapat dilakukan uji statistik yate’s treatment.

Page 64: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

45

Tabel XIII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Pergeseran Viskositas

Source pf variation

Degree of Freedom

Sum of Squares

Mean Squares

F

Replicates 2 118,6 59,3 Treatment 3 36,85 12,28

a 1 0,55 0,55 0,048 b 1 25,38 25,38 2,224 ab 1 10,92 10,92 0,957

Experimental error

8 91,28 11,41

Total 11 246,73

Hasil uji yate’s treatment pada tabel XIII, terlihat bahwa efek dominan

gliserin tidak signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal

ini dapat dianalisis dari nilai F hitung faktor gliserin, cetyl alcohol, dan interaksi

lebih kecil daripada F tabel yaitu 5,32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor

cetyl alcohol, gliserin dan interaksi tidak berpengaruh signifikan dalam

menentukan respon pergeseran viskositas krim.

Efek dominan gliserin tidak dapat dikatakan dominan, sebab dapat

dipengaruhi oleh cetyl alcohol. Untuk melihat pengaruh gliserin maupun pengaruh

cetyl alkohol, dapat dilihat pada grafik hubungan sbb :

0

2

4

6

8

10

12

0 10 20 30

gliserin (gram)

perg

eser

an v

isko

sita

s (%

)

cetyl alkoholLRcetyl alkohol LT

0

2

4

6

8

10

12

0 5 10 15

cetyl alkohol (gram)

perg

eser

an v

isko

sita

s (%

)

gliserin LRgliserin LT

Gambar 14. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap

Respon Pergeseran Viskositas

Page 65: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

46

Pada gambar 14, grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah gliserin

yang ditambahkan akan mempengaruhi respon pergeseran viskositas krim.

Peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan baik pada penggunaan cetyl

alcohol level tinggi maupun rendah akan berpengaruh dalam menurunkan

pergeseran viskositas krim. Pada gambar 14, grafik (b) menunjukkan bahwa

peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan akan mempengaruhi respon

pergeseran viskositas krim. Peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan

baik pada penggunaan level rendah dan tinggi gliserin akan berpengaruh dalam

menurunkan pergeseran viskositas krim.

Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di

atas. Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar. Kedua grafik tersebut

memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor

adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti

ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat mempengaruhi

pergeseran viskositas krim. Namun, pengaruh faktor dan interaksi pada level yang

diteliti ini tidak signifikan terhadap respon pergeseran viskositas, dibuktikan

dengan uji Yate’s Treatment.

E. Optimasi Formula

Dari pengolahan data respon sifat fisik dan stabilitas, dapat diperoleh

persamaan desain faktorial. Dari persamaan desain faktorial tersebut dapat dibuat

grafik contour plot, yang menunjukkan level optimum kedua faktor yang

memberikan respon yang memenuhi persyaratan respon sifat fisik yang

diinginkan. Sedangkan contour plot super impossed dibuat untuk mendapatkan

Page 66: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

47

area komposisi optimum cetyl alkohol dan gliserin yang memenuhi

persyaratan respon sifat fisik dan stabilitas yang diinginkan.

a. Daya Sebar

Pada percobaan ini ditetapkan daya sebar yang optimum untuk krim

adalah 5–7 cm. Persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah :

))((0048,0)(008,09,5 BABY . Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour

plot sbb :

Gambar 15. Grafik Contour Plot Daya Sebar Krim

Pada contour plot daya sebar krim yang ditunjukkan gambar 15, terlihat

bahwa pada level faktor cetyl alcohol dan gliserin yang diteliti terdapat area

komposisi optimum, dengan respon daya sebar optimum yaitu 5,1-5,4 cm.

Namun, pada level faktor dan interaksi yang diteliti tidak mempunyai

efek dominan terhadap respon berdasarkan tabel XI yang menunjukkan hasil uji

Yate’s treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah faktor cetyl alcohol,

gliserin, atau interaksi pada level yang diteliti, akan menghasilkan respon yang

tidak berbeda signifikan.

Page 67: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

48

b. Viskositas

Viskositas merupakan salah satu parameter yang cukup penting dalam

sediaan semisolid karena viskositas dapat mempengaruhi penerimaan bagi

konsumen, mengenai kemudahan saat mengeluarkan dari kemasan dan ketika

aplikasi. Oleh karena itu perlu dipilih suatu rentang viskositas yang secara

subjektif disukai oleh pemakai. Dalam penelitian ini dipilih area viskositas

optimum adalah 145-175 d.Pa.s berdasarkan krim yang sudah beredar di pasaran.

Persamaan desain faktorial untuk viskositas krim adalah :

)(04,1)(2,988 BAY . Dari persamaan ini dibuat contour plot sbb:

Gambar16. Grafik Contour Plot Viskositas Krim

Pada gambar 16, terlihat bahwa krim dengan level cetyl alcohol dan

gliserin yang diteliti terdapat area komposisi optimum, yang memberikan respon

viskositas optimum yaitu 150 d.Pa.s-175 d.Pa.s

Pada level cetyl alcohol yang diteliti mempunyai efek dominan signifikan

terhadap respon berdasarkan tabel XII yang menunjukkan hasil uji Yate’s

treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah faktor cetyl alcohol pada

Page 68: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

49

level yang diteliti, akan menghasilkan respon peningkatan viskositas yang berbeda

signifikan.

c. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas merupakan salah satu parameter stabilitas krim

yang cukup penting. Sebab ada banyak faktor dari luar maupun dalam yang dapat

mempengaruhi stabilitas krim, selain itu pergeseran viskositas juga terkait dengan

konsistensi sediaan krim dan penerimaan krim oleh pasien. Dalam penelitian ini,

dipilih pergeseran viskositas optimum krim yang ditetapkan adalah kurang dari

11%. Persamaan desain faktorial untuk pergeseran viskositas adalah sbb :

))((0616,0)(732,0)(25,135,4 BABAY . Dari persamaan ini dapat dibuat

contour plot sbb :

Gambar 17. Grafik Contour plot Pergeseran Viskositas

Pada contour plot pergeseran viskositas krim terlihat bahwa krim dengan

level gliserin dan cetyl alcohol yang diteliti terdapat area komposisi optimum,

dimana dapat diperoleh respon pergeseran viskositas yang optimum yaitu kurang

dari 11%.

Page 69: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

50

Namun, pada level faktor dan interaksi yang diteliti tidak mempunyai

efek dominan signifikan terhadap respon berdasarkan tabel XIII yang

menunjukkan hasil uji Yate’s treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah

faktor cetyl alcohol, gliserin, atau interaksi pada level yang diteliti, akan

menghasilkan respon yang tidak berbeda signifikan.

d. Contour Plot Super Impossed

Contour plot super impossed bertujuan untuk mengetahui area komposisi

optimum faktor dengan respon yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas yang

dikehendaki. Area komposisi ini didapatkan menggunakan respon yang

dikehendaki dalam batas jumlah atau level faktor yang digunakan, didasarkan atas

hasil contour plot sifat fisik dan stabilitas. Respon yang dikehendaki sebagai

adalah daya sebar 5,1-5,4 cm, viskositas 150-175 d.Pa.s, dan pergeseran viskositas

kurang dari 11%. Pada gambar 18 ditunjukkan area komposisi optimum faktor

pada level yang diteliti, yang dapat menghasilkan respon sifat fisik dan stabilitas

yang dikehendaki.

Gambar 18. Contour Plot Super Impossed

Page 70: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

51

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai aktivitas

antioksidan berdasarkan metode DPPH dengan nilai % scavenging

: 52,390 %-63,210 %.

2. Cetyl alcohol dominan signifikan mempengaruhi sifat fisik

viskositas krim, sedangkan gliserin dan interaksi cetyl alcohol-

gliserin tidak dominan signifikan dalam mempengaruhi sifat fisik

dan stabilitas krim.

3. Dapat ditemukan area komposisi optimum pada level factor yang

diteliti sesuai dengan parameter sifat fisik dan stabilitas krim

melalui contour plot super imposed.

B. Saran

1. Perlu dilakukan lebih lanjut mengenai komposisi cetyl alcohol dan

gliserin pada level yang berbeda.

2. Perlu dilakukan pengamatan karakteristik ukuran droplet setiap

minggu sampai pada penyimpanan 30 hari untuk mengetahui saat

mulai terjadinya ketidakstabilan sistem emulsi.

Page 71: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

52

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, R., Yovita, L., Maimunah, 2008, Penentuan Aktivitas Antioksidan Kadar Fenolat total dan Likopen pada Buah Tomat, www.farmasi.unand.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, 6, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta Anonim, 2008, Menguak Manfaat Tempe, www.susukolostrum.com, diakses pada

tanggal 27 Oktober 2009 Ariani, S., 2003, Pembuatan Keju Kedelai yang Mengandung Senyawa Faktor-2

Hasil Biokonversi Isoflavon pada Tahu oleh Rhizopus oligosporus (L.41), www.fkip.uns.ac.id , diakses padatanggal 3 September 2009

Bennet, H.F.A.I.C., 1970, New Cosmetic Formulary, 35-36, Chemical Company

Publishing, Inc., New York Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd

Ed., 326, Marcel Dekker, Inc., New York Chiang, H., Wu, W., Fang, J., Chen, B., Kao, T., Chen, Y., et. al, 2007, UVB-

Protection Effects of isoflavone Extracts from Soybean Cake in Human Keratinocytes, www.mdpi.org, diakses pada tanggal 2 November 2009

Garg, A., Aggarwa, D., Garg, S., Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid

Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84 – 102, www.pharmacitec.com, diakses pada tanggal 1 November 2009

Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991, Pengantar Kromatografi, 7-25,

diterjemahkan oleh Padwaninata, K., Penerbit ITB, Bandung Kusumastuti, D. R., 2007, Optimasi Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw

Palmetto (Serenoa repens) dengan Propilen Glikol dan Gliserol sebagai Humectant : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 35, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lee, J., Renita, M., Fioritto, R.J., Martin, S.K., Schwartz, S.J., Vodovotz, Y.,

2004, Isoflavone Characterization and Antioxidanr Activity of Ohio Soybeans, www.fst.osu.edu, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009

Mabry, T.J., Markham, K.R., Thomas, M.B., 1970, The systematic Identification

of Flavonoid, 1-343, Springe-verlag, New York

Page 72: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

53

Martin, A., Swarbick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, Physical

Chemical Principles in The Pharmaceutical Sciences 2 edisi 3, diterjemahkan oleh Yoshita, , Universitas Indonesia Press, Jakarta

Mitsui, T., 1993, New Cosmetic Science, 342, Elsevier, New York Muth De., J.D., 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical

Applications, 265-294, Marcel Dekker, Inc., New York Parwata, I.M.O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009, Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas

Minyak Atsiri pada Daun Sirih secara Spektroskopi Ultraviolet-Tampak, www.akademik.unsri.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009

Rowe, R., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical

Excipients Sixth Edition, 155, 283, Pharmaceutical Press, USA Schmid, D., 2004, Dermatological Application of Soy Isoflavones to Prevent Skin

Ageing in Postmenopausal Women, www.mibellebiochemistry.com, diakses pada tanggal 27 Oktober 2009

Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R., 2007, Flavonoid Antioksidan Penangkap

Radikal dari Daun Kepel, www.farmasi.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009

Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Mikroskopi, 3-17, Penerbit ITB, Bandung Tensiska, Marsetio, Yudiastuti, S.O.N., 2007, Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Isoflavon dari Ampas Tahu, www.pustaka.unpad.ac.id, diakses pada tanggal 1 November 2009

Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 38-40, Mills & Boon Limited,

London Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh

Soewandi, S. N., 102, 312, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002, Cosmetics Containing

Isoflavone Aglycone, www.freepatentsonline.com, diakses pada tanggal 28 Oktober 2009

Page 73: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

54

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Hasil Rf Kromatografi Lapis Tipis Isoflavon dari Tempe

Lampiran 2. Perhitungan Uji Antioksidan Metode DPPH 1. Absorbansi, % Scavenging, dan IC50 Antioksidan Pembanding BHT

No Konsentrasi BHT Absorbansi % Scavenging 1. Blanko (DPPH) 1,074 2. 0,05 mM 0,893 16,853 % 3. 0,075 mM 0,839 21,881 % 4. 0,1 mM 0,826 23,091 % 5. 0,25 mM 0,648 39,665 % 6. 0,5 mM 0,395 63,222 % Regresi Linier : Konsentrasi BHT vs % Scavenging r = 0,9983 A = 13,2325 B = 101,0764

3cm

15cm

Bercak I

Bercak II

Bercak III

Page 74: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

55

Persamaan regresi linier : 2325,130764,101 xy Perhitungan nilai IC50 :

%3638,03638,0

2325,130764,101502325,130764,101

50

ICx

xxy

2. Absorbansi, % Scavenging, dan IC50 Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Absorbansi % Scavenging Konsentrasi

Sampel Rep I Rep II Rep III Rep I Rep II Rep III Blanko 1,032 1,032 1,032 - - - 10% 0,764 0,760 0,753 25,969 26,356 27,035 20% 0,676 0,666 0,661 34,496 35,465 35,960 30% 0,600 0,581 0,598 41,860 43,701 42,054 40% 0,512 0,495 0,467 50,387 52,035 54,748 50% 0,311 0,417 0,411 69,864 59,593 60,174

Replikasi I Persamaan regresi linier : 415,13037,1 xy Perhitungan nilai IC50 :

%280,35280,35

415,13037,150415,13037,1

50

ICx

xxy

Replikasi II Persamaan regresi linier : 517,18830,0 xy Perhitungan nilai IC50 :

%931,37931,37

517,18830,050517,18830,0

50

ICx

xxy

Replikasi III Persamaan regresi linier : 474,18851,0 xy Perhitungan nilai IC50 :

%046,37046,37

474,18851,050474,18851,0

50

ICx

xxy

Page 75: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

56

Lampiran 3. Data Penimbangan, Notasi, dan Formula Desain Faktorial 1. Data penimbangan (untuk 250 g)

Bahan 1 (g) a (g) b (g) ab (g) Asam stearat 12,5 12,5 12,5 12,5 Cetyl alcohol 5 10 5 10 VCO 5 5 5 5 BHT 0,25 0,25 0,25 0,25 Gliserin 12,5 12,5 25 25 TEA 2,5 2,5 2,5 2,5 Nipagin 0,625 0,625 0,625 0,625 Aquadest 200 200 200 200 Isoflavon 0,1 0,1 0,1 0,1 Parfum 8 tetes 8 tetes 8 tetes 8 tetes

2. Notasi Level tinggi : + Level rendah : - Faktor A : cetyl alkohol Faktor B : gliserin

Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +

3. Formula Desain Faktorial

Formula Cetyl Alcohol Gliserin 1 5 12,5 a 10 12,5 b 5 25 ab 5 25

Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Krim 1. Daya Sebar

Hari II Rep 1 (cm) a (cm) b (cm) ab (cm)

1 5

25,55,4

75,4

255,4

25,6

25,57

6,5

275,55,5

2 5,5

25,55,5

5

255

25,6

265,6

75,5

255,6

3 15,6

23,66

9,5

29,59,5

6

266

5,5

25,55,5

SD 0,6 0,6 0,1 0,1 Rata2 5,5 5,2 6,2 5,6

Page 76: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

57

2. Data Viskositas dan Pergeseran Viskositas Formula 1

Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%) I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2

120 160 160 23 147 150 170 170 2 15,6 15,6 11,1 Formula a

Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%) I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2

205 205 170 20 193 210 220 185 8,1 14 4,1 8,7

Formula b Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%)

I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2 150 180 150 17 160 155 175 150 3,1 9,4 6,25 6,25

Formula ab

Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%) I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2

200 220 200 11 207 220 230 195 6,3 11,1 5,81 7,7

3. Hasil Pengujian Mikromeritik

F1 Rep I Hari2

F1 Rep I

Hari30

F1 Rep II Hari2

F1 Rep II Hari30

F1 Rep III Hari2

F1 Rep III

Hari30 N Valid 500 500 500 500 500 498 Missing 0 0 0 0 0 2 Mean 5.820 5.869 7.224 6.769 7.301 6.987 Std. Error

of Mean .0848 .0828 .1134 .1108 .1139 .1190

Median 5.600 5.600 7.000 6.500 7.000 6.500 Mode 5.1 5.6 5.6 6.5 5.6 6.5 Std.

Deviation 1.8955 1.8511 2.5359 2.4770 2.5477 2.6549

Variance 3.593 3.427 6.431 6.135 6.491 7.049 Skewness .522 .452 .770 .750 .732 .659 Std. Error

of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis .104 .220 .773 .826 .858 .245 Std. Error

of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 .218

Range 10.6 10.6 15.8 15.8 16.9 14.8 Minimum 1.9 1.9 2.3 1.9 1.0 1.9 Maximum 12.5 12.5 18.1 17.7 17.9 16.7 Sum 2909.8 2934.3 3612.1 3384.3 3650.6 3479.3 Percentiles 90 8.300 8.300 10.600 10.290 10.700 10.700

Page 77: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

58

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed)

F1 Hari 2 - F1

Hari 30

.103333 .178979 .103333 -

.341274

.547941 1.000 2 .423

Fa

Rep I Hari2

Fa Rep I

Hari30

Fa Rep II Hari2

Fa Rep II Hari30

Fa Rep III Hari2

Fa Rep III

Hari30 N Valid 500 500 500 498 500 500 Missing 0 0 0 2 0 0 Mean 7.475 7.774 7.113 7.651 7.055 7.197 Std. Error

of Mean .1096 .1164 .1135 .1142 .1089 .1149

Median 7.400 7.900 6.900 7.400 6.900 6.900 Mode 6.0 8.3 6.5 8.3 7.9 5.6 Std.

Deviation 2.4498 2.6026 2.5379 2.5476 2.4353 2.5698

Variance 6.002 6.774 6.441 6.490 5.931 6.604 Skewness .529 .445 .970 .565 .602 .619 Std. Error

of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis .409 .484 1.755 .316 .406 .622 Std. Error

of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 .218

Range 15.7 17.1 16.6 13.9 13.8 16.2 Minimum 1.9 1.0 1.0 2.3 1.9 .5 Maximum 17.6 18.1 17.6 16.2 15.7 16.7 Sum 3737.6 3887.0 3556.4 3810.1 3527.5 3598.3 Percentiles 90 10.700 11.600 10.200 11.100 10.290 10.700

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed)

Fa Hari 2 - Fa

Hari 30

-

.736667

.282902 .163333 -

1.439433

-

.033900

-4.510 2 .046

Page 78: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

59

Fb Rep I Hari2

Fb Rep I

Hari30

Fb Rep II Hari2

Fb Rep II Hari30

Fb Rep III Hari2

Fb Rep III

Hari30 N Valid 500 496 500 500 500 499 Missing 0 4 0 0 0 1 Mean 6.373 6.803 6.280 6.330 6.010 8.384 Std. Error

of Mean .0899 .0917 .0962 .0981 .0885 .1066

Median 6.050 6.500 6.000 6.000 6.000 7.900 Mode 5.1 5.6 5.1 5.6 5.6 7.9 Std.

Deviation 2.0110 2.0427 2.1511 2.1936 1.9799 2.3818

Variance 4.044 4.173 4.627 4.812 3.920 5.673 Skewness .421 .423 .512 .623 .900 .483 Std. Error

of Skewness

.109 .110 .109 .109 .109 .109

Kurtosis .046 .091 .295 .518 2.858 .191 Std. Error

of Kurtosis .218 .219 .218 .218 .218 .218

Range 12.0 12.9 13.0 13.0 16.2 15.3 Minimum 1.4 1.9 1.4 .9 .9 1.4 Maximum 13.4 14.8 14.4 13.9 17.1 16.7 Sum 3186.6 3374.2 3140.2 3165.1 3005.0 4183.6 Percentiles 90 9.300 9.700 8.800 9.300 8.400 11.600

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed)

Fb Hari 2 - Fb

Hari 30

-

1.366667

1.588500 .917121 -

5.312720

2.579387 -1.490 2 .275

Page 79: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

60

Fab Rep I Hari2

Fab Rep I

Hari30

Fab Rep II Hari2

Fab Rep II Hari30

Fab Rep III Hari2

Fab Rep III

Hari30 N Valid 500 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 6.508 6.798 6.947 6.869 5.987 6.129 Std. Error

of Mean .1071 .0999 .1025 .1142 .0842 .1146

Median 6.100 6.500 6.900 6.600 5.600 5.600 Mode 6.0 6.5 6.5 6.5 5.6 5.6 Std.

Deviation 2.3946 2.2332 2.2918 2.5546 1.8817 2.5634

Variance 5.734 4.987 5.252 6.526 3.541 6.571 Skewness .765 .433 .527 .477 .529 .695 Std. Error

of Skewness

.109 .109 .109 .109 .109 .109

Kurtosis 1.136 -.069 .587 .008 .536 .354 Std. Error

of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 .218

Range 15.8 11.6 14.2 14.3 13.5 13.9 Minimum 1.0 1.4 .7 1.4 .9 .9 Maximum 16.8 13.0 14.9 15.7 14.4 14.8 Sum 3254.1 3399.1 3473.4 3434.7 2993.6 3064.5 Percentiles 90 9.700 9.790 10.200 10.200 8.770 9.680

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed)

Fab Hari 2 -

Fab Hari 30

-

.333333

.501431 .289501 -

1.578958

.912291 -1.151 2 .369

Lampiran 5. Perhitungan Efek Sifat Fisik dan Stabilitas Krim Notasi Level tinggi : + Level rendah : - Interaksi : Cetyl alkohol dan Gliserin

1. Daya Sebar Faktor dan Interaksi Efek

Cetyl Alkohol -0,45 Gliserin 0,55 Interaksi -0,15

2. Viskositas Faktor dan Interaksi Efek

Cetyl Alkohol 46 Gliserin 13 Interaksi 0

Page 80: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

61

3. Pergeseran Viskositas

Faktor dan Interaksi Efek Cetyl Alkohol -0,475

Gliserin -2,925 Interaksi 1,925

Lampiran 6. Persamaan Desain Faktorial PLOT Persamaan Umum : ))(()()( 12210 BAbBbAbbY Keterangan :

Y = respon hasil atau sifat yang diamati (A),(B) = level bagian A, level bagian B, yang nilainya -1 dan +1 b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan 1. Daya Sebar

Formula 1 :

12210

12210

5,625,1255,5)5,12)(5(5,1255,5

bbbbbbbb

Formula a :

12210

12210

1255,12102,5)5,12)(10(5,12102,5

bbbbbbbb

Formula b :

12210

12210

1252552,6)25)(5(2552,6

bbbbbbbb

Formula ab :

12210

12210

25025106,5)25)(10(25106,5

bbbbbbbb

Eliminasi (1) dan (b) :

)........(5,625,127,0________________________

1252552,65,625,1255,5

122

12210

12210

Ibb

bbbbbbbb

Eliminasi (a) dan (ab)

)........(1255,124,0________________________

25025106,51255,12102,5

122

12210

12210

IIbb

bbbbbbbb

Page 81: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

62

Eliminasi (I) dan (II)

0048,05,623,0

________________________1255,124,0

5,625,127,0

12

12

122

122

bb

bbbb

Substitusi b12 ke (I)

08,0)0048,0(5,625,127,0

2

2

bb

Eliminasi (1) dan (a)

)........(5,6253,0________________________

1255,12102,55,625,1255,5

121

12210

12210

IIIbb

bbbbbbbb

Substitusi b12 ke (III)

0)0048,0(5,6253,0

1

1

bb

Substitusi b1, b2, b12 ke (1)

9,5)0048,0(5,62)08,0(5,12)0(55,5

5,625,1255,5

0

0

12210

bb

bbbb

))((0048,0)(008,09,5 BABY

2. Viskositas Hari II Formula 1 :

12210

12210

5,625,125147)5,12)(5(5,125147

bbbbbbbb

Formula a :

12210

12210

1255,1210193)5,12)(10(5,1210193

bbbbbbbb

Formula b :

12210

12210

125255160)25)(5(255160

bbbbbbbb

Formula ab :

12210

12210

2502510206)25)(10(2510206

bbbbbbbb

Page 82: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

63

Eliminasi (1) dan (b) :

)........(5,625,1213________________________

1252551605,625,125147

122

12210

12210

Ibb

bbbbbbbb

Eliminasi (a) dan (ab)

)........(1255,1213________________________

25025102061255,1210193

122

12210

12210

IIbb

bbbbbbbb

Eliminasi (I) dan (II)

05,620

________________________1255,1213

5,625,1213

12

12

122

122

bb

bbbb

Substitusi b12 ke (I)

04,1)0(5,625,1213

2

2

bb

Eliminasi (1) dan (a)

)........(5,62546________________________1255,1210193

5,625,125147

121

12210

12210

IIIbb

bbbbbbbb

Substitusi b12 ke (III)

2,9)0(5,62546

1

1

bb

Substitusi b1, b2, b12 ke (1)

88)0(5,62)04,1(5,12)2,9(5147

5,625,125147

0

0

12210

bb

bbbb

)(04,1)(2,988 BAY

3. Pergeseran Viskositas Formula 1 :

12210

12210

5,625,1251,11)5,12)(5(5,1251,11

bbbbbbbb

Formula a :

Page 83: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

64

12210

12210

1255,12107,8)5,12)(10(5,12107,8

bbbbbbbb

Formula b :

12210

12210

12525525,6)25)(5(25525,6

bbbbbbbb

Formula ab :

12210

12210

25025107,7)25)(10(25107,7

bbbbbbbb

Eliminasi (1) dan (b) :

)........(5,625,1285,4________________________

12525525,65,625,1251,11

122

12210

12210

Ibb

bbbbbbbb

Eliminasi (a) dan (ab)

)........(1255,121________________________

25025107,71255,12107,8

122

12210

12210

IIbb

bbbbbbbb

Eliminasi (I) dan (II)

0616,05,6285,3

________________________1255,121

5,625,1285,4

12

12

122

122

bb

bbbb

Substitusi b12 ke (I)

732,0)0616,0(5,625,1213

2

2

bb

Eliminasi (1) dan (a)

)........(5,6254,2________________________1255,12107,8

5,625,1251,11

121

12210

12210

IIIbb

bbbbbbbb

Substitusi b12 ke (III)

25,1)0616,0(5,6254,2

1

1

bb

Substitusi b1, b2, b12 ke (1)

Page 84: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

65

35,4)0616,0(5,62)732,0(5,12)25,1(51,11

5,625,1251,11

0

0

12210

bb

bbbb

))((0616,0)(732,0)(25,135,4 BABAY

Lampiran 7. Yate’s Treatment a = cetyl alkohol b = gliserin

1. Daya Sebar A1 A2 Replikasi

B1 B2 B1 B2 1 5 6,25 4,75 5,6 2 5,5 6,25 5 5,75 3 6,5 6 5,9 5,5

Σy2 = total sum of square

3,334,38567,38812

)68()5,5()75,5(

)6,5()9,5()5()75,4()6()25,6()25,6()5,6()5,5()5(

2

22

22222222222

2

y

y

Ryy = replicate sum of squares

665,034,385005,38612

)68(4

)9,23()5,22()6,21( 2222

Ryy

Tyy = treatment sum of squares

33,134,385670,38612

)68(3

)85,16()65,15()5,18()17( 22222

Tyy

Eyy = experimental error sum of squares 305,133,1665,03,3 Eyy

ayy = sum of squares associated with the different levels of a

743,034,385083,38612

)68(6

)5,32()5,35( 222

Ayy

byy = sum of squares associated with the different levels of b

601,034,385941,38512

)68(6

)35,35()65,32( 222

byy

Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor

041,0601,0743,033,1 Abyy

Page 85: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

66

Source pf variation

Degree of Freedom

Sum of Squares Mean Squares F

Replicates 2 0,665 0,3325 Treatment 3 1,33 0,443

a 1 0,743 0,743 4,5583 b 1 0,601 0,601 3,6871 ab 1 -0,041 -0,041 -0,2515

Experimental error

8 1,305 0,163

Total 11 3,3 Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32 HIPOTESIS a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

respon daya sebar pada level yang diteliti

Ho = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan

terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti

b. Hi = gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon

daya sebar pada level yang diteliti

Ho = gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap

respon daya sebar pada level yang diteliti

c. Hi = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti

Ho = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh

yang tidak signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang

diteliti

KESIMPULAN a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap

respon daya sebar pada level yang diteliti

b. gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon

daya sebar pada level yang diteliti

Page 86: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

67

c. interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh yang

tidak signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti

2. Viskositas A1 A2 Replikasi

B1 B2 B1 B2 1 120 150 205 200 2 160 180 205 220 3 160 150 170 200

Σy2 = total sum of square

66,981634,37453338435012

)2120()200()170()150()160(

)220()205()180()160()200()205()150()120(

2

22222

222222222

2

y

y

Ryy = replicate sum of squares

16,127934,375453350,37581212

)2120(4

)680()765()675( 2222

Ryy

Tyy = treatment sum of squares

66,706634,37453338160012

)2120(3

)620()580()480()440( 22222

Tyy

Eyy = experimental error sum of squares 84,147066,706616,127966,9816 Eyy

ayy = sum of squares associated with the different levels of a

33,653312

)2120(6

)1200()920( 222

Ayy

byy = sum of squares associated with the different levels of b

33,53312

)2120(6

)1100()1020( 222

byy

Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor 033,53333,653366,7066 Abyy

Source pf variation

Degree of Freedom

Sum of Squares Mean Squares F

Replicates 2 1279,16 639,58 Treatment 3 7066,66 2355,55

a 1 6533,33 6533,33 35,53 b 1 533,33 533,33 2,90 ab 1 0 0 0

Experimental error

8 1470,84 183,855

Total 11 9816,66 Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32

Page 87: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

68

HIPOTESIS a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

respon viskositas pada level yang diteliti

Ho = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan

terhadap respon viskositas pada level yang diteliti

b. Hi = gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon

viskositas pada level yang diteliti

Ho = gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap

respon viskositas pada level yang diteliti

c. Hi = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap respon viskositas pada level yang diteliti

Ho = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh

yang tidak signifikan terhadap respon viskositas pada level yang

diteliti

KESIMPULAN a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon

viskositas pada level yang diteliti

b. gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon

viskositas pada level yang diteliti

c. interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh yang

tidak signifikan terhadap respon viskositas pada level yang diteliti

3. Pergeseran Viskositas A1 A2 Replikasi

B1 B2 B1 B2 1 2 3,1 8,1 6,3 2 15,6 9,4 14 11,1 3 15,6 6,25 4,1 5,8

Page 88: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

69

Σy2 = total sum of square

73,24698,85571,110212

)35,101()8,5()1,4()25,6()6,15(

)1,11()14()4,9()6,15()3,6()1,8()1,3()2(

2

22222

222222222

2

y

y

Ryy = replicate sum of squares

86,1198,85558,97412

)35,101(4

)75,31()1,50()5,19( 2222

Ryy

Tyy = treatment sum of squares

85,3698,85583,89212

)35,101(3

)2,23()2,26()75,18()2,33( 22222

Tyy

Eyy = experimental error sum of squares 28,9185,366,11873,246 Eyy

ayy = sum of squares associated with the different levels of a

55,012

)35,101(6

)4,49()95,51( 222

Ayy

byy = sum of squares associated with the different levels of b

38,2512

)35,101(6

)95,41()4,59( 222

byy

Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor 92,1038,2555,085,36 Abyy

Source pf variation

Degree of Freedom

Sum of Squares Mean Squares F

Replicates 2 118,6 59,3 Treatment 3 36,85 12,28

a 1 0,55 0,55 0,048 b 1 25,38 25,38 2,224 ab 1 10,92 10,92 0,957

Experimental error

8 91,28 11,41

Total 11 246,73 Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32 HIPOTESIS a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti

Ho = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan

terhadap respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti

Page 89: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

70

b. Hi = gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon

pergeseran viskositas pada level yang diteliti

Ho = gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap

respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti

c. Hi = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap respon pergeseran viskositas pada level yang

diteliti

Ho = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh

yang tidak signifikan terhadap respon pergeseran viskositas pada level

yang diteliti

KESIMPULAN a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap

respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti

b. gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon

pergeseran viskositas pada level yang diteliti

c. interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh yang

tidak signifikan terhadap respon viskositas pada level yang diteliti

Page 90: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

71

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Ekstrak Etil Asetat Isoflavon

Proses Maserasi

Bahan Baku Tempe

Penghalusan Tempe dengan Blender

Mikroskop Motic

Viskotester

Page 91: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

72

Krim Formula 1 Krim Formula a

Krim Formula b Krim Formula ab

Page 92: CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN : APLIKASI DESAIN

73

BIOGRAFI PENULIS

Felicia Satya Christania, lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 Juli 1988,

merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Carolus Prasetyadi dan

Caecilia Isdiyanti. Penulis pernah menempuh pendidikan di SD Kanisius

Demangan Baru, hingga lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 8 Yogyakarta, hingga lulus pada tahun 2003, dan lulus

dari SMA Negeri 3 Yogyakarta pada tahun 2006. Setamat dari SMA, penulis

melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan

kemahasiswaan diantaranya, menjadi humas Jaringan Mahasiswa Kesehatan

Indonesia Komisariat Sanata Dharma periode 2006-2007 dan 2007-2008.

Departemen Pengabdian Masyarakat Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia

Wilayah DIY periode 2007-2008. Ikut dalam kepanitiaan seperti Humas TITRASI

(Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2007, Sekretaris Hari AIDS sedunia, Sie Acara

Pharmacy Performance, dan Peserta Pra Kongres Mahasiswa Kesehatan

Indonesia di Bandung tahun 2008 mewakili Universitas Sanata Dharma. Penulis

juga aktif menjadi asisten praktikum diantaranya asisten Semisolid Liquid.