central vena pressure

14
ANALISIS SINTESA STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP) OLEH: Anindita Ratna Pratiwi G1B212078 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: dita-as-can

Post on 30-Nov-2015

84 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

CVP untuk melihat adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dengan mengukur tekanan vena sentral dalam tubuh dibandingkan dengan alat.

TRANSCRIPT

Page 1: central vena pressure

ANALISIS SINTESASTASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)

OLEH:Anindita Ratna Pratiwi

G1B212078

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2013

Page 2: central vena pressure

CENTRAL VENOUS PRESSURE

(CVP)

A. Pengertian

Merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke

dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena

sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cafa (Ignativicius, 1999).

Gambar 1. Bagian-Bagian CVP

Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di

atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter

volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular.

Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat

merefleksikan hanya tekanan lokal.

Page 3: central vena pressure

B. Indikasi

Central Venous Pressure ( CVP ) diindikasikan untuk ;

1. Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.

2. Digunakan sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi

3. Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload cairan

4. Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam volume

yang banyak ( Thelan, 1994 ).

Perhatian sebelum prosedur pemasangan CVP :

1. Jelaskan prosedur kepada klien dengan tujuan untuk mengurangi

kecemasan dan mengharapkan kerjasama dari klien.

2. Kerjasama klien diperlukan dalam rangka posisi pemasangan, yaitu posisi

trendelenberg, yang mungkin akan sangat membuat klien merasa tidak

nyaman.

3. Kateter CVP tersedia dengan lumen jenis single, double, atau triple,

tergantung dari kondisi klien.

4. Kateter CVP terbuat dari dari bahan jenis polyvinylchloride yang sangat

lembut dan fleksibel.

C. Prosedur

Persiapan alat :

1. Kateter CVP sesuai ukuran

2. Needle intriducer

3. Syringe

4. Mandrin (guidewire)

5. Duk steril

Teknik pemasangan yang sering digunakan adalah teknik Seldinger, caranya

adalah dengan menggunakan mandarin yang dimasukkan melalui jarum,

jarum kemudian dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui mandarin

tersebut. Jika kateter sudah mencapai atrium kanan, mandarin ditarik, dan

terakhir kateter disambungkan pada IV set yang telah disiapkan dan lakukan

penjahitan daerah insersi.

Page 4: central vena pressure

Langkah Pemasangan :

1. Siapkan alat

2. Lakukan cuci tangan steril

3. Gunakan sarung tangan steril

4. Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan sebagai

tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal jugular.

5. Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis

interna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah

pemasangan.

6. Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic

7. Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.

8. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli

udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.

9. Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetap

berada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung.

10. Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yang

menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.

11. Lakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan , agar posisi kateter

terjaga dengan baik.

12. Rapikan peralatan dan cuci tangan kembali

13. Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien (tanda-tanda vital,

kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil

pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.

14. Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk

memastikan posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan tidak

adanya hemothorax atau pneumothorax sebagai akibat dari pemasangan.

15. Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP adalah

vena femoralis dan vena fossa antecubiti.

Manajemen Keperawatan pada pasien yang terpasang CVP :

1. CVP digunakan untuk mengukur tekanan pengisian jantung bagian kanan

Page 5: central vena pressure

2. Pada saat diastolic, dimana katub tricuspid membuka, darah mengalir dari

atrium kanan ke ventrikel kanan, pada saat ini CVP merefleksikan sebagai

Right Ventricular End Diastolic Pressure (RVEDP).

3. CVP normal berkisar antara 2-5 mmHg atau 3-8 cmH20

4. Bila hasil pengukuran CVP dibawah normal, biasanya terjadi pada kasus

hipovolemi, menandakan tidak adekuatnya volume darah di ventrikel pada

saat akhir diastolic untuk menghasilkan stroke volume yang adekuat.

Untuk mengkompensasinya guna meningkatkan cardiac output, maka

jantung nmeningkatkan heart ratenya, meyebabkan tavhycardi, dan

akhirnya juga akan meningkatkan konsumsi 02 miokard.

5. Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus

overload, untuk mengkompensasinya jantung harus lebih kuat berkontraksi

yang juga akan meningkatkan konsumsi O2 miokard.

6. Standar pengukuran CVP bisa menggunakan ukuran mmHg atau cmH2O,

dimana I mmHg = 1,36 cmH2O.

D. Lokasi Pemantauan

1. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)

2. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan

3. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis

4. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di

atas vena kava superior

E. Indikasi Pemasangan

1. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang

dapat menimbulkan syok.

2. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart,

trepanasi.

3. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).

4. Pasien dengan gagal jantung.

5. Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).

Page 6: central vena pressure

6. Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi

masif).

F. Kontraindikasi Pemasangan

1. Nyeri dan inflamasi pada area penusukan

2. Bekuan darah karena tertekuknya kateter

3. Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepas

4. Tromboplebitis

5. Microshock

6. Disritmia jantung

7. Pembedahan leher

8. Insersi kawat pacemaker

G. Komplikasi

Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP

1. Perdarahan.

2. Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).

3. Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.

4. Pericardial effusion.

5. Aritmia

6. Infeksi.

7. Perubahan posisi jalur.

H. Pengkajian

Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda

komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.

1. Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman

2. Frekuensi napas, suara napas

3. Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi

4. Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter

5. Kesesuaian posisi jalur infus set

6. Tanda-tanda vital, perfusi

Page 7: central vena pressure

7. Tekanan CVP

8. Intake dan out put

9. ECG Monitor

I. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi emboli darah berhubungan dengan efek pemasangan kateter

vena central.

J. Tujuan Keperawatan

Perawatan akan menangani atau mengurangi komplikasi dari emboli darah.

K. Rencana Keperawatan

1. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat heparin dosis rendah

bagi klien yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi.(terapi heparin dosis

rendah akan mengakibatkan viskositas darah dan daya ikat trombosis

menurun dan memungkinkan resiko terjadinya embolisme)

2. Pantau tanda-tanda dan gejala embolisme pulmonal

a. Nyeri dada akut dan jelas

b. Dispnea, kelelahan, sianosis

c. Penurunan saturasi oksigen

d. Takikardia

e. Distensi vena jugularis

f. Hipotensi

g. Dilatasi venrikel kanan akut tanpa penyakit parenkim(pada ronsen

dada)

h. Kekacauan mental

i. Disritmia jantung (oklusi arteri pulmonal mengganggu aliran darah ke

paru-paru bagian distal mengakibatkan hipoksia)

3. Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol pada syok :

a. Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan dan obat-obatan)

b. Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai dengan protocol

Page 8: central vena pressure

c. Pasang kateter indwelling (foley) (untuk memantau volume sirkulasi

melalui haluaran urine)

d. Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan invasif hemodinamik

(untuk mendeteksi disritmia dan pedoman pengobatan)

e. Berikan vasopressor untuk meningkatkan ketahanan perifer dan

meningkatkan tekanan darah

f. Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi (untuk mengoreksi asidosis

metabolik)

g. Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen aritmia sesuai

indikasi

h. Berikan morfin dosis rendah secara IV (menurunkan ansietas dan

menurunkan kebutuhan metabolisme )

i. Siapkan klien untuk prosedur angiografi dan/ atau skaning perfusi

paru-paru ( untuk memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya

atelektasis) (Karena kematian akibat embolisme pulmonal masif terjadi

dalam 2 jam pertama setelah awitan, intervensi segera adalah sangat

penting)

4. Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan pantau saturasi oksigen.

(dengan tindakan ini akan meningkatan sirkulasi oksigen secara cepat)

5. Pantau nilai elektrolit, GDA, BUN, DL (pemeriksaan laboratorium ini

membantu menentukan status perfusi dan volume)

6. Lakukan pengobatan trombolisis, mis : urokinase, streptokinase sesuai

dengan program dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya emboli

dan meningkatkan perfusi kapiler pulmonal)

7. Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan pemberian pengobatan

dengan heparin. (IV secara terus menerus atau intermitten). (Heparin dapat

menghambat atau memperlambat proses terbentuknya trombus dan

membantu mencegah pembentukan dan berulangnya pembekuan.

L. Implementasi

Disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.

Page 9: central vena pressure

DAFTAR PUSTAKA

Anna Owen. 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.