cegah korupsi menteri dari non-parpol - ftp.unpad.ac.id · an partai politik di dalam birokrasi...

1
JUMAT, 27 MEI 2011 3 P OLKAM KRISTANTYO WISNUBROTO K ONFLIK kepenting- an partai politik di dalam birokrasi kian mengkhawatirkan. Keberadaan kader atau unsur parpol di sejumlah kementeri- an membuat sejumlah institusi birokrasi makin tidak steril dari kepentingan. Kondisi tersebut membuat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqod- das sangat risau. Intervensi kepentingan parpol dalam birokrasi seperti kementerian, kata Busyro, potensial men- jadi masalah karena menteri terkait tidak lagi independen dan profesional. “KPK risau ketika ada per- soalan di negeri kita ini, yakni sejumlah kementerian di- pegang oleh menteri yang berasal dari parpol. Kondisi tersebut potensial menjadi masalah karena menteri asal parpol itu kemudian tidak amanah. Ia melanggar prinsip imparsialitas birokrasi,” ujar Busyro di hadapan sejumlah pejabat eselon I Kementerian BUMN beserta komisaris dan direksi sejumlah BUMN di Kantor Kementerian BUMN, kemarin. Busyro mengungkapkan, dalam temuan KPK terdapat kasus-kasus yang melibatkan menteri terkait hanya karena campur tangan kepentingan partai. Ia mencontohkan kasus di masa lampau seperti kasus korupsi penjualan tanker Per- tamina pada 2004. Ketika itu Pertamina membeli dua kapal tanker VLCC seharga US$65 juta pada 2002. Dua tahun kemudian Pertamina menjual kedua VLCC itu dengan harga US$184 juta. Pada 2005, Komisi Penga- was Persaingan Usaha memu- tuskan Pertamina dianggap merugikan negara sebesar Rp241 miliar karena harga penjualan itu lebih rendah daripada harga pasar, yaitu US$102 juta per unit. Menteri BUMN pada masa itu, Laksamana Sukardi, ada- lah kader PDIP. Perlu UU khusus Maka itu, Busyro menukas, ke depan harus ditata ba- gaimana agar birokrasi, ter- utama setingkat kementerian, sebaiknya berasal dari unsur profesional. “Ini preseden yang sangat buruk ketika pejabat diinter- vensi partai. Harapannya, birokrasi kita benar-benar bersih dan berasal dari unsur profesional, independen, se- hingga tidak berada di bawah tekanan partai,” lanjutnya. Namun, ia tidak yakin apa- kah DPR mau membuat un- dang-undang baru yang berisi khusus tentang birokrasi yang steril dari unsur partai. “Mini- mal, ketika saya menanyakan ini ke Komisi III DPR Senin (23/5) lalu, teman-teman di DPR tidak menjawab.” Saat menanggapi usulan tersebut, pengamat politik J Kristiadi sepakat dengan pernyataan Ketua KPK. Menu- rut dia, imbauan KPK tentu berdasarkan pengalaman sa- ngat lama dan sangat masuk akal. Kristiadi pun mengaku bahwa campur tangan parpol dalam birokrasi kian men- jadi momok yang menakut- kan. “Penetrasi politik dalam birokrasi sudah sangat mena- kutkan. Pada tingkat menteri, jabatan itu sangat mudah ditebengi oleh kepentingan politik mereka. Bukannya menyukseskan kerja birokrasi, tapi malah merusak.” (*/X-7) kristantyo @mediaindonesia.com Cegah Korupsi Menteri dari Non-Parpol Intervensi kepentingan parpol dalam kementerian potensial menjadi masalah dan menjadikan menteri tidak amanah. Karena itu diperlukan aturan khusus untuk mencegahnya. KOMISI Pemberantasan Ko- rupsi (KPK) didesak untuk segera mengambil alih kasus dugaan korupsi Kepala Daerah Kabupaten Rembang, Karang- anyar, dan Batang. Termasuk memeriksa dan menahan aktor utama dalam kasus korupsi Ka- bupaten Karanganyar, juga Bu- pati Rembang dan Batang yang sudah menjadi tersangka. Desakan itu diusung oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) daerah. Mereka khawatir ka- sus korupsi yang melibatkan kepala daerah itu menguap akibat ketidakberdayaan aparat hukum melawan koruptor. Menurut peneliti ICW Divisi Investigasi Tama S Langkun, kekhawatiran itu berdasarkan fakta bahwa Gubernur Beng- kulu Agusrin M Najamudin di- vonis bebas oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam kasus dugaan korupsi senilai Rp20,162 miliar. Koalisi LSM menilai putusan itu janggal dan beraroma politik. “Ada fenomena bahwa kepala daerah yang berla- tar belakang partai penguasa saat ini (Demokrat) biasanya menda patkan ‘jaminan dan perlindung an’ untuk bebas. Hal ini sudah dan tampak- nya akan terjadi di beberapa daerah,” cetus Tama. Dia mencontohkan, pada 2009 Polda Jateng telah menetapkan Bupati Rembang M Salim se- bagai tersangka korupsi dana APBD Rp5,2 miliar pada ke- giatan pendirian, pembiayaan, dan pengelolaan PT Rembang Bangkit Sejahtera Jaya tahun anggaran 2006/2007. Namun, karena alasan izin presiden be- lum turun, Polda Jateng sampai sekarang belum memeriksa M Salim. Lambatnya penanganan ka- sus kepala daerah juga terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut Tama, kasus itu berdasarkan audit BPKP Jawa Tengah, ditemukan kerugian sebesar Rp22 miliar. Dana itu dikelola oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Sejahtera. “Kasus ini tidak pernah me- nyentuh aktor utama yaitu Bu- pati Karanganyar Rina Iriani. Padahal, patut diduga dana yang diselewengkan untuk kepentingan pemilihan kepala daerah hingga Rina menang adalah sebesar Rp12 miliar,” ungkap Tama. (*/P-4) BIAYA yang telah dikeluarkan dalam perencanaan pemba- ngunan gedung baru DPR sebesar Rp14 miliar merupakan tanggung jawab Sekretaris Jen- deral (Sekjen) DPR. Ketua DPR dari Fraksi Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan se- bagai pimpinan, dirinya tidak berurusan dengan soal teknis seperti anggaran. “Itu urusan sekjen, bukan urusan (pimpin- an) DPR,” ujar Marzuki di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (25/5). Total biaya yang sudah dike- luarkan untuk masterplan, review, dan desain gedung serta pekerjaan terkait lainnya men- capai Rp14,7 miliar. Adapun rencana pembangunan gedung baru dengan ketinggian 36 lan- tai itu diberi plafon anggaran Rp1,138 triliun, yang akhirnya diturunkan menjadi 26 lantai dengan biaya Rp777 miliar. Proyek pembangunan ge- dung akhirnya dibekukan, tidak lama setelah mundurnya salah satu pemenang tender PT Duta Graha Indah Tbk (PT DGI). Menurut Marzuki, DPR ha- nya berperan dalam melu- ruskan apa yang salah dan keliru. Diakuinya, keputusan anggaran memang dilakukan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR. “Keputusan ang- garan memang di BURT, tapi hitungan-hitungan teknis itu tim,” kata Marzuki yang juga Ketua BURT. Anggota DPR dari F-PAN Teguh Juwarno menilai pem- batalan gedung baru DPR ha- rus dipatenkan lewat sidang paripurna dan tidak bisa secara sepihak melalui keputusan BURT. Hal yang sama diutarakan anggota DPR dari F-PDIP Ma- ruarar Sirait. Rapat pembatalan gedung katanya akan diputus dalam rapat BURT. Namun, ia menyarankan agar setelah itu dibawa ke sidang paripurna. Berkaca dari proyek gedung baru DPR yang bermasalah inilah, Maruarar menyaran- kan agar pembahasan rencana proyek-proyek di lingkungan DPR dibicarakan terbuka. Se- lain itu, supaya tidak terus diprotes, riset untuk meminta pertimbangan publik juga ha- rus dilakukan. Koordinator Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Se- bastian Salang mengingatkan, kasus proyek gedung baru DPR yang akhirnya dibekukan itu bisa jadi pelajaran terhadap rencana pembangunan ge- dung baru milik DPD. “Kalau gedung DPR bisa dibatalkan, mestinya gedung DPD juga,” cetusnya. (Wta/*/P-3) KPK Harus Ambil Alih Kasus Korupsi Daerah Biaya Rp14 Miliar Tanggung Jawab Sekjen DPR Kepala daerah yang berlatar belakang partai penguasa saat ini (Demokrat) biasanya mendapatkan ‘jaminan dan perlindungan’ untuk bebas. ” Tama S Langkun Peneliti Divisi Investigasi ICW MI/SUSANTO Marzuki Alie Ketua DPR

Upload: duongbao

Post on 30-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cegah Korupsi Menteri dari Non-Parpol - ftp.unpad.ac.id · an partai politik di dalam birokrasi kian ... swadaya masyarakat (LSM) daerah. ... PT Duta Graha Indah Tbk (PT DGI). Menurut

JUMAT, 27 MEI 2011 3POLKAM

KRISTANTYO WISNUBROTO

KONFLIK kepenting-an partai politik di dalam birokrasi kian mengkhawatirkan.

Keberadaan kader atau unsur parpol di sejumlah kementeri-an membuat sejumlah institusi birokrasi makin tidak steril dari kepentingan.

Kondisi tersebut membuat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqod-das sangat risau. Intervensi kepentingan parpol dalam birokrasi seperti kementerian, kata Busyro, potensial men-jadi masalah karena menteri terkait tidak lagi independen dan profesional.

“KPK risau ketika ada per-soalan di negeri kita ini, yakni sejumlah kementerian di-pegang oleh menteri yang berasal dari parpol. Kondisi tersebut potensial menjadi masalah karena menteri asal

parpol itu kemudian tidak amanah. Ia melanggar prinsip imparsialitas birokrasi,” ujar Busyro di hadapan sejumlah pejabat eselon I Kementerian BUMN beserta komisaris dan direksi sejumlah BUMN di Kantor Kementerian BUMN, kemarin.

Busyro mengungkapkan, dalam temuan KPK terdapat kasus-kasus yang melibatkan menteri terkait hanya karena campur tangan kepentingan partai.

Ia mencontohkan kasus di masa lampau seperti kasus korupsi penjualan tanker Per-tamina pada 2004. Ketika itu Pertamina membeli dua kapal tanker VLCC seharga US$65 juta pada 2002. Dua tahun kemudian Pertamina menjual kedua VLCC itu dengan harga US$184 juta.

Pada 2005, Komisi Penga-was Persaingan Usaha memu-tuskan Pertamina dianggap

merugikan negara sebesar Rp241 miliar karena harga penjualan itu lebih rendah daripada harga pasar, yaitu US$102 juta per unit.

Menteri BUMN pada masa itu, Laksamana Sukardi, ada-lah kader PDIP.

Perlu UU khususMaka itu, Busyro menukas,

ke depan harus ditata ba-gaimana agar birokrasi, ter-utama setingkat kementerian, sebaiknya berasal dari unsur profesional.

“Ini preseden yang sangat buruk ketika pejabat diinter-vensi partai. Harapannya, birokrasi kita benar-benar bersih dan berasal dari unsur profesional, independen, se-hingga tidak berada di bawah tekanan partai,” lanjutnya.

Namun, ia tidak yakin apa-kah DPR mau membuat un-dang-undang baru yang berisi khusus tentang birokrasi yang

steril dari unsur partai. “Mini-mal, ketika saya menanyakan ini ke Komisi III DPR Senin (23/5) lalu, teman-teman di DPR tidak menjawab.”

Saat menanggapi usulan tersebut, pengamat politik J Kristiadi sepakat dengan pernyataan Ketua KPK. Menu-rut dia, imbauan KPK tentu berdasarkan pengalaman sa-ngat lama dan sangat masuk akal.

Kristiadi pun mengaku bahwa campur tangan parpol dalam birokrasi kian men-jadi momok yang menakut-kan. “Penetrasi politik dalam birokrasi sudah sangat mena-kutkan. Pada tingkat menteri, jabatan itu sangat mudah ditebengi oleh kepentingan politik mereka. Bukannya menyukseskan kerja birokrasi, tapi malah merusak.” (*/X-7)

[email protected]

Cegah Korupsi Menteri dari Non-Parpol

Intervensi kepentingan parpol dalam kementerian potensial menjadi masalah dan menjadikan menteri tidak amanah. Karena itu diperlukan aturan khusus

untuk mencegahnya.

KOMISI Pemberantasan Ko-rupsi (KPK) didesak untuk segera mengambil alih kasus dugaan korupsi Kepala Daerah Kabupaten Rembang, Karang-anyar, dan Batang. Termasuk memeriksa dan menahan aktor utama dalam kasus korupsi Ka-bupaten Karanganyar, juga Bu-pati Rembang dan Batang yang sudah menjadi tersangka.

Desakan itu diusung oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) daerah. Mereka khawatir ka-sus korupsi yang melibatkan kepala daerah itu menguap akibat ketidakberdayaan aparat hukum melawan koruptor.

Menurut peneliti ICW Divisi Investigasi Tama S Langkun, kekhawatiran itu berdasarkan fakta bahwa Gubernur Beng-kulu Agusrin M Najamudin di-vonis bebas oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam kasus dugaan korupsi senilai Rp20,162 miliar. Koalisi

LSM menilai putus an itu janggal dan beraroma politik.

“Ada fenomena bahwa kepala daerah yang berla-tar belakang partai penguasa saat ini (Demokrat) biasanya menda patkan ‘jaminan dan perlindung an’ untuk bebas. Hal ini sudah dan tampak-nya akan terjadi di beberapa daerah,” cetus Tama.

Dia mencontohkan, pada 2009 Polda Jateng telah menetapkan

Bupati Rembang M Salim se-bagai tersangka korupsi dana APBD Rp5,2 miliar pada ke-giatan pendirian, pembiayaan, dan pengelolaan PT Rembang Bangkit Sejahtera Jaya tahun anggaran 2006/2007. Namun, karena alasan izin presiden be-lum turun, Polda Jateng sampai sekarang belum memeriksa M Salim.

Lambatnya penanganan ka-sus kepala daerah juga terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut Tama, kasus itu berdasarkan audit BPKP Jawa Tengah, ditemukan kerugian sebesar Rp22 miliar. Dana itu dikelola oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Sejahtera.

“Kasus ini tidak pernah me-nyentuh aktor utama yaitu Bu-pati Karanganyar Rina Iriani. Padahal, patut diduga dana yang diselewengkan untuk kepentingan pemilihan kepala daerah hingga Rina menang adalah sebesar Rp12 miliar,” ungkap Tama. (*/P-4)

BIAYA yang telah dikeluarkan dalam perencanaan pemba-ngunan gedung baru DPR sebesar Rp14 miliar merupakan tanggung jawab Sekretaris Jen-deral (Sekjen) DPR. Ketua DPR dari Fraksi Partai Demokrat Marzuki Alie me ngatakan se-bagai pimpinan, dirinya tidak berurusan de ngan soal teknis seperti anggar an. “Itu urusan sekjen, bukan urusan (pimpin-an) DPR,” ujar Marzuki di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (25/5).

Total biaya yang sudah dike-luarkan untuk masterplan, review, dan desain gedung serta pekerjaan terkait lainnya men-capai Rp14,7 miliar. Adapun rencana pemba ngunan gedung baru dengan ketinggian 36 lan-tai itu diberi plafon anggaran Rp1,138 triliun, yang akhirnya diturunkan menjadi 26 lantai dengan biaya Rp777 miliar.

Proyek pembangunan ge-dung akhirnya dibekukan, tidak lama setelah mundurnya salah satu pemenang tender

PT Duta Graha Indah Tbk (PT DGI).

Menurut Marzuki, DPR ha-nya berperan dalam melu-ruskan apa yang salah dan keliru. Diakuinya, keputusan anggaran memang dilakukan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR. “Keputusan ang-garan memang di BURT, tapi hitungan-hitungan teknis itu tim,” kata Marzuki yang juga Ketua BURT.

Anggota DPR dari F-PAN Teguh Juwarno menilai pem-batalan gedung baru DPR ha-rus dipatenkan lewat sidang paripurna dan tidak bisa secara

sepihak melalui keputusan BURT.

Hal yang sama diutarakan anggota DPR dari F-PDIP Ma-ruarar Sirait. Rapat pembatalan gedung katanya akan diputus dalam rapat BURT. Namun, ia menyarankan agar setelah itu dibawa ke sidang paripurna.

Berkaca dari proyek gedung baru DPR yang bermasalah inilah, Maruarar menyaran-kan agar pembahasan rencana proyek-proyek di lingkungan DPR dibicarakan terbuka. Se-lain itu, supaya tidak terus diprotes, riset untuk me minta pertimbangan publik juga ha-rus dilakukan.

Koordinator Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Se-bastian Salang mengingatkan, kasus proyek gedung baru DPR yang akhirnya dibekukan itu bisa jadi pelajaran terhadap rencana pembangunan ge-dung baru milik DPD. “Kalau gedung DPR bisa dibatalkan, mestinya gedung DPD juga,” cetusnya. (Wta/*/P-3)

KPK Harus Ambil Alih Kasus Korupsi Daerah

Biaya Rp14 MiliarTanggung Jawab Sekjen DPR

Kepala daerah yang berlatar

belakang partai penguasa saat ini (Demokrat) biasanya mendapatkan ‘jaminan dan perlindungan’ untuk bebas. ”

Tama S LangkunPeneliti Divisi Investigasi ICW

MI/SUSANTO

Marzuki AlieKetua DPR