cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai

5
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008) Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, selain penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neorologi harus segera dilakukan secara serentak agar dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. (Tobing, 2011) Lebih dari 80% penderita cedera yang datang ke ruang emergensi selalu disertai dengan cedera kepala. Sebagian besar penderita cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda (misalnya ranting pohon, kayu, dsb), olah raga, korban kekerasan (misalnya senjata api, golok, parang, batang kayu, palu, dsb). Konstribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor, dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang tidak

Upload: restubs

Post on 30-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cedera Kepala Adalah Suatu Gangguan Traumatik Dari Fungsi Otak Yang Disertai

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai

atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti

terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008)

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama

pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas,

selain penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit,

penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan

penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi anamnesis dan

pemeriksaan fisik umum serta neorologi harus segera dilakukan secara serentak agar

dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. (Tobing, 2011)

Lebih dari 80% penderita cedera yang datang ke ruang emergensi selalu disertai dengan cedera kepala. Sebagian besar penderita cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda (misalnya ranting pohon, kayu, dsb), olah raga, korban kekerasan (misalnya senjata api, golok, parang, batang kayu, palu, dsb). Konstribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor, dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang tidak memadai (lebih dari 85%). Dalam hal ini yang dimaksud dengan tidak memadai adalah helm yang terlalu tipis dan menggunakan helm tanpa ikatan yang memadai sehingga saat penderita jatuh, helm sudah terlepas sebelum kepala membentur lantai. Kecelakaan kendaraan bermotor penyebab paling sering dari cedera kepala, sekitar 49% dari kasus. Biasanya derajat cedera kepala yang lebih berat lebih sering mengenai usia 15-24 tahun. Sedangkan jatuh lebih sering pada anak-anak serta biasanya dengan derajat kurang berat. Pasien dengan kecelakaan kendaraan bermotor biasanya disertai cedera berganda. Lebih dari 50% penderita cedera kepala berat disertai oleh cedera sistemik yang berat (Miller, 1978).

Pasien dengan cedera berganda, kepala adalah bagian yang paling sering mengalami cedera, dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, pada otopsi ditemukan cedera otak pada 75% penderita. Untuk setiap kematian, terdapat dua kasus dengan cacat tetap, biasanya sekunder terhadap cedera kepala (Narayan, 1991). Cedera kepala biasanya terjadi pada dewasa muda usia antara 15-44 tahun. Pada umumnya rata-rata usia adalah sekitar 30 tahun. Laki-laki dua kali lebih sering mengalaminya (Kalsbeek, 1980).

Dalam dua tahun terakhir ini, kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis/TBC. Data WHO tahun 2011 menyebutkan, sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif , yakni 22 – 50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka kematian 1.000 anak-anak dan remaja setiap harinya.

Page 2: Cedera Kepala Adalah Suatu Gangguan Traumatik Dari Fungsi Otak Yang Disertai

Bahkan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak-anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun. - See more at: http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga#sthash.8laNoYI6.dpuf .

Selama tahun 2013 ini tercatat sebanyak 1.321 kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat. 282 diantaranya tewas dan 665 luka berat dengan total kerugian material mencapai Rp3 miliar. Tingginya angka kecelakaan kendaraan di jalan raya di Sumbar ini disebabkan antara lain tidak pahamnya sebagian pengandara tidak memahami rambu lintas, suka menerobos traffic light serta tidak siap mental untuk patuh lalu lintas.Berdasarkan cacatan, jumlah kecelakaan 2013 itu sudah terjadi penurunan dari kecela-kaan tahun sebelumnya.ada tahun lalu, kecelakaan sebanyak 3.198, meninggal dunia sekitar 685, luka berat 1.638 dan luka ringan sekitar 3.554. Kerugian material Rp9 miliar lebih. http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=47239

Cedera kepala menempati peringkat tertinggi penderita yang dirawat di Bagian Bedah Saraf RS M. Djamil Padang. Data yang didapat dari instalasi rekam medik, pasien cedera kepala yang berobat di IGD tahun 2011 sebesar 2106 pasien dan tahun 2012 sebesar 2162 pasien, dimana yang menjalani operasi pembedahan darurat sebanyak 46 pasien tahun 2011 dan 52 pasien tahun 2012. Dari 98 pasien tersebut 48 diantaranya dengan Hematoma Epidural (EDH).Cedera kepala merupakan kedaruratan neurologik yang memiliki akibat yang kompleks, karena kepala merupakan pusat kehidupan seseorang. Selain sebagai penyebab kematian, cedera kepala juga merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan kecacatan permanen meskipun pada pasien dengan cedera kepala derajat ringan.4

Fokus utama penatalaksanaan pasien yang mengalami 3

3 cedera kepala terutama adalah untuk mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak sekunder yang akhirnya akan memperbaiki outcome penderita.5

Pasien cedera kepala biasanya meninggal dunia karena perdarahan intrakranial. Ada empat macam perdarahan intrakranial yaitu Subdural (SDH), Epidural (EDH), Subarachnoid (SAH) dan Intraserebral (ICH) Hematoma, dimana angka kejadian EDH maupun SDH sekitar 20-40%.(6)

Diantara keempat jenis perdarahan tersebut EDH merupakan jenis yang paling banyak menjadi perhatian para klinisi dan peneliti karena frekuensi kejadiannya yang tinggi, penegakan diagnosis yang relatif mudah dan keberhasilan operasi yang tinggi. Operasi EDH dianjurkan dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Semakin cepat operasi dilakukan semakin besar manfaat yang diberikan.6,7

Page 3: Cedera Kepala Adalah Suatu Gangguan Traumatik Dari Fungsi Otak Yang Disertai

Adanya massa intrakranial menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Kenaikan TIK ini dapat mengakibatkan pengurangan suplai darah ke otak yang akan mengakibatkan serangkaian iskemia sehingga akan terjadi kerusakan otak.8,9

Menentukan prognosa pada penderita dengan cedera kepala terutama yang berat seringkali sulit, sedangkan sebuah prognosa yang akurat sangat penting untuk memberikan suatu informed consent. Hal ini disebabkan karena keterbatasan penilaian klinik awal, lamanya penyembuhan pada pasien cedera kepala, serta banyaknya faktor dan variabel yang mempengaruhinya.Beberapa faktor telah diselidiki dan yang paling dominan adalah usia, kerusakan jaringan otak pada awal cedera, skor awal Glasgow Coma Scale (GCS), diameter pupil dan reaksi cahaya, dan keadaan hipotensi.9 9

Waktu prehospital 4 yaitu waktu dari terjadinya kecelakaan sampai dengan kedatangan di IGD juga menentukan dalam outcome pasien cedera kepala, khususnya pasien cedera kepala berat. Semakin lama pasien dalam keadaan tidak tertolong, semakin besar kemungkinan berlanjutnya proses penurunan fungsi otak yang akhirnya meningkatkan kemungkinan kecacatan dan kematian.10

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memperlihatkan hubungan faktor-faktor prognosis tersebut dengan outcome yang dicapai dengan hasil yang beragam. Dengan adanya berbagai parameter prognosis yang lebih baru dan berbagai tes penunjang telah menolong menentukan potensi untuk penyembuhan fungsional.10

Pengelolaan cedera kepala yang benar dan tepat akan mempengaruhi outcome cedera kepala, dimulai dari tempat kejadian, selama transportasi, di IGD, hingga dilakukannya tindakan definitif.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti faktor – faktor yang berhubungan dengan outcom