cedera-kepala-

15
ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI KEPALA Gambar 1. Anatomi kulit kepala. (Dikutip dari: Mung S. Scalp Layers. Available at: http://medic4u.webs.com/anatomy.htm) a. Kulit Kepala Kulit kepala terdiri dari 5 lapisanyang disebut sebagai SCALP yaitu: Skin atau kulit. Skin bersifat tebal dan mengandung rambut serta kelenjar sebasea (keringat). 0

Upload: mentari

Post on 11-Dec-2015

366 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

nk

TRANSCRIPT

Page 1: CEDERA-KEPALA-

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI KEPALA

Gambar 1. Anatomi kulit kepala. (Dikutip dari: Mung S. Scalp Layers. Available at: http://medic4u.webs.com/anatomy.htm)

a. Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisanyang disebut sebagai SCALP yaitu:

Skin atau kulit. Skin bersifat tebal dan mengandung rambut serta kelenjar

sebasea (keringat).

Connective tissue atau jaringan penyambung. Merupakan jaringan lemak yang

memiliki septa-septa, kaya akan pembuluh darah terutama diatas galea.

Pembuluh darah tersebut merupakan anastomosis antara arteri karotis interna

dan eksterna, tetapi lebih dominan arteri karotis eksterna.

0

Page 2: CEDERA-KEPALA-

Aponeuris atau galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan

langsung dengan tengkorak. Aponeurosis galea merupakan lapisan terkuat,

berupa fascia yang melekat pada tiga otot, yaitu m.frontalis (anterior),

m.occipitalis (posterior), m.temporoparietalis (lateral). Ketiga otot ini dipersarafi

oleh N. VII.

Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar. Loose areolar tissue,

lapisan ini mengandung vena emissary yang merupakan vena tanpa katup,

menghubungkan SCALP, vena diploica, dan sinus vena intrakranial. Jika terjadi

infeksi pada lapisan ini, akan dengan mudah menyebar ke intrakranial. Avulsi

SCALP bisa terjadi pada lapisan ini. Hematoma yang terjadi pada lapisan ini

disebut Subgaleal hematom, merupakan hematoma yang paling sering

ditemukan setelah cedera kepala, terutama anak-anak.

Perikranium, merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak, melekat

erat terutama pada sutura karena melalui sutura ini periosteum akan langsung

berhubungan dengan endosteum. Jaringan penunjang longgar memisahkan galea

aponeurotika dari perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya

perdarahan subgaleal. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah

sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan

menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak-anak atau penderita

dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga membutuhkan waktu lama

untuk mengeluarkannya.3

b. Tulang Tengkorak

Terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiridari

beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria

khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot

temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian

dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.

Ronggatengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu fosa anterior tempat lobus

frontalis,fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian

bawah batang otak dan serebelum.3,4

1

Page 3: CEDERA-KEPALA-

c. Meninges3,4

Selaput meninges menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan,

yaitu:

Gambar 2. Lapisan Pelindung Otak. (Dikutip dari: Wexner Medical Center. Available at:

http://medicalcenter.osu.edu/patientcare/healthcare_services/nervous_system/

meningitis/Pages/index.aspx)

1) Duramater

Duramater, secara embriologi berasal dari mesoderm. Terletak paling

luar, terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (lapisan periosteal) langsung

melekat pada endosteum tabula interna dan lapisan dalam (lapisan

meningeal). Duramater merupakan selaput yang keras,terdiri atas jaringan

ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena

tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu

ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara duramater dan

arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.

Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada

permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut

Bridging Vein, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan

subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus

transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat

mengakibatkan perdarahan hebat. Diperdarahi oleh arteri meningea anterior,

2

Page 4: CEDERA-KEPALA-

media, dan posterior. Masing-masing merupakan cabang dari arteri

opthtalmika untuk yang anterior, arteri carotis eksterna untuk yang media,

dan arteri vertebralis untuk yang posterior.

Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari

kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat

menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan

epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea

media yang terletak pada fosa temporalis.1,3,4

2) Arakhnoid

Arakhnoid, secara embriologi berasal dari ektoderm. Terletak tepat

dibawah duramater. Lapisan ini merupakan lapisan avaskuler, mendapatkan

nutrisi dari CSS (Cairan Serebospinal). Ke arah dalam, lapisan ini memiliki

banyak trabekula yang melekat pada lapisan epipial dari piamater. Selaput

ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut  spatium

subdural, dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh

liquor serebrospinalis. Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan

akibat cedera kepala.

3) Pia mater

Pia mater secara embriologis dan histologis sama dengan arachnoid,

hanya pada lapisan ini sel-selnya tidak saling tumpang tindih. Terdiri dari

dua lapisan yaitu lapisan epipial (luar) dan lapisan pia-glia (dalam). Melekat

erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah membrana vaskular

yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk ke dalam sulci

yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu

dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk ke dalam substansi otak

juga diliputi oleh pia mater.3,4

d. Otak

3

Page 5: CEDERA-KEPALA-

Gambar 3. Bagian otak (Dikutip dari: University of Maryland. Available at:

http://www.umm.edu/patiented/articles/what_brain_tumors_000089_1.htm)

Otak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat pada orangdewasa

sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu proensefalon (otak depan)

terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan

rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons,medula oblongata dan

serebellum. Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal

berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus

parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus

temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggung jawab

dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem

aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada

medulla oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung

jawabdalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.4

e. Cairan serebrospinalis

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus

dengankecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari

4

Page 6: CEDERA-KEPALA-

ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari

akuaduktus sylvius menuju

ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio

arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS

dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS

dan menyebabkan kenaikan takanan intracranial. Angka rata-rata pada kelompok

populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS

per hari.4

Gambar 4. Aliran Cairan Cerebrospinal. (Dikutip dari: http://medic4u.webs.com/anatomy.htm)

f. Tentorium

Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial

(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial

(berisi fosa kranii posterior).4

g. Vaskularisasi Otak

Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat

arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus

Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalamdindingnya yang

sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan

bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.4

5

Page 7: CEDERA-KEPALA-

FISIOLOGI KEPALA

Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan

serebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam

posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 –

10 mmHg (8). Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau

memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih

dari 20 mmHg, terutama bila menetap.

Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus

bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah

intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat.

Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya

adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan

Doktrin Monro-Kellie.

Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16%

dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah

otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram

jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya.

ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera

otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada

penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau

minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada

level 60-70 mmHg sangat di rekomendasikan untuk meningkatkan ADO.4

6

Page 8: CEDERA-KEPALA-

BAB III

KESIMPULAN

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun

tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik,

kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen. Kontribusi paling banyak

terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor, dan sebagian besar

diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang tidak memadai.

Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan saat terjadinya lesi (primer dan

sekunder), berdasarkan kelainan patologis (komosio, kontusio, laserasio cerebri),

berdasarkan lokasi lesi (vaskuler, difus [DAI, DVI]), fokal [Hematoma epidural,

subdural, subarakhnoid, intraserebral, intraserebellar]), dan berdasarkan GCS (simple

head injury, CKR, CKS, CKB) guna menentukan pemeriksaan penunjang yang

dibutuhkan, tatalaksana, indikasi operatif, dan prognosis.

Tatalaksana dapat diberikan berdasarkan GCS pasien, pada kasus ringan

dilakukan pemeriksaan umum dan neurologis, perawatan luka, dan observasi adanya

perburukan. Pada kasus CKR dapat diberikan tatalaksana simptomatis, observasi

perburukan, dan pemeriksaan penunjang berupa CT-Scan untuk menyingkirkan adanya

hematom, sedangkan untuk kasus CKS dan CKB tindakan awal yang dilakukan adalah

sesusitasi jantung paru, dengan tindakan Airway (A), Breathing (B), dan Circulation

(C), pemeriksaan kesadaran, tanda vital, pupil, defisit fokal serebral, cedera

ekstrakranial, pemeriksaan penunjang lengkap meliputi pemeriksaan laboratorium

lengkap dan radiologi, tatalaksana TIK yang meninggi, Keseimbangan cairan dan

elektrolit, nutrisi, neuroproteksi, dan terapi komplikasi (epilepsi, infeksi, demam,

gangguan gastrointestinal, edema pulmonum, dan neurorestorasi /neurorehabilitasi.

Indikasi terapi operatif berdasarkan hasil CT Scan, sedangkan prognosis bergantung

7

Page 9: CEDERA-KEPALA-

pada skor GCS.Pencegahan dan edukasi yang sangat efektif adalah pendidikan

masyarakat berupa penggunaan helm penyelamat dan memadai, penggunaan sabuk

keamanan, perilaku pengemudi, dan kecepatan kendaraan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfa AY. Penatalaksanaan Medis (Non-Bedah) Cedera Kepala. In: Basuki A, Dian

S.Kegawatdaruratan Neurologi. 2nd Ed. Bandung: Departemen/UPF Ilmu

Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNPAD. 2009. p61-74.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Trauma Kapitis. In:

Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal.

Jakarta: PERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM. 2006. p1-18.

3. Japardi I. Cedera Kepala: Memahami Aspek-aspek Penting dalam Pengelolaan

Penderita Cedera Kepala. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. 2004. p1-

154.

4. Wilson LM, Hartwig MS. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf. In: Price SA.

Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th Ed. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. p1006-1042

5. Ginsberg L. Bedah Saraf: Cedera Kepala dan Tumor Otak. In: Lecture Notes:

Neurologi. 8th Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007. p114-117

6. Kasan U. Jurnal Cedera Kepala. Available at:

http://images.neurosurg.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/

SZQ@KQoKCDUAAGkRGyM1/CEDERA%20KEPALA.DOC?

key=neurosurg:journal:9&nmid=198747111. Accessed on: November 20

2012.

7. RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo. Komosio Cerebri, CKR, CKS, CKB. In:

Panduan Pelayanan Medis Departemen Neurologi. Pusat Penerbitan

Bagian Neurologi FKUI/RSCM. 2007. p51-58

8. Mayo Clinic. Traumatic brain injury. Available at:

8

Page 10: CEDERA-KEPALA-

http://www.mayoclinic.com/health/traumatic-brain-injury/DS00552.

Accessed on November 21 2012.

9. Lombardo MC. Cedera Sistem Saraf Pusat. In: In: Price SA. Patofisiologi: Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2006. p1067-1077

10. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Cedera Kepala. In: Panduan Praktis

Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. 2009. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 2006. p12-18

9