cdk163

57
163 / vol. 35 no. 4 Juli - Agustus 2008 Cermin Dunia Kedokteran ermin Dunia Kedokteran C DK ISSN: 0125-913 X http://www.kalbe.co.id/cdk  Art ikel : Berita Terkini : Profil : 185 19 0 19 7 20 3 22 0 21 8 21 6 21 1 22 9 Croup  (Laringotrakeobronkitis) Anton B. Darmawan Pengaruh Bising terhadap Konsentrasi Belajar Murid Sekolah Dasar M. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono, BU Djoko Rianto, Anton Christanto Kelangsungan Hidup Lima Tahun Kanker Ovarium yang Dikelola di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Max Rarung Assisted Hatching Dini Budhiarko, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra Risiko obat-obat bebas (OTC) Kaitan antara common cold dengan infeksi telinga Tramadol untuk Penanganan Ejakulasi Dini Sertraline untuk Leishmaniasis dr. Asri : Dokter Umum, Ahli Vasektomi dan Kesadaran Pentingnya KB

Upload: anhiramdhani

Post on 17-Oct-2015

372 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 163 / vol. 35 no. 4Juli - Agustus 2008

    Cermin Dunia KedokteranCermin Dunia KedokteranC D K

    ISSN: 0125-913 Xhttp://www.kalbe.co.id/cdk

    Artikel :

    Berita Terkini :

    Profil :

    185

    190

    197

    203

    220

    218

    216

    211

    229

    Croup (Laringotrakeobronkitis)Anton B. Darmawan

    Pengaruh Bising terhadapKonsentrasi Belajar Murid Sekolah DasarM. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono, BU Djoko Rianto, Anton Christanto

    Kelangsungan Hidup Lima TahunKanker Ovarium yang Dikeloladi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, JakartaMax Rarung

    Assisted HatchingDini Budhiarko, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra

    Risiko obat-obat bebas (OTC)

    Kaitan antara common cold dengan infeksi telinga

    Tramadol untuk Penanganan Ejakulasi Dini

    Sertraline untuk Leishmaniasis

    dr. Asri : Dokter Umum,Ahli Vasektomi dan Kesadaran Pentingnya KB

  • CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008248

    RPP IK

    Anton Darmawan

    Croup ditandai dengan batuk kering, suara serak dan stridor inspirasi.

    Croup terutama diderita oleh anak usia 1 2 tahun.

    Croup terutama disebabkan oleh Klebsiella pneumoniae

    Infeksi pada croup dimulai dari laring

    Kesulitan bernafas pada croup disebabkan oleh pem- bengkakan saluran nafas

    Croup merupakan penyakit yang progresif dan poten-sial fatal

    Croup perlu dibedakan dari laringitis difteri

    Terapi humidifikasi pada croup terbukti efektif

    Terapi kortikosteroid sangat berguna memperpendek masa sakit croup

    Deksametason oral sama efektifnya dengan pembe-rian parenteral

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.Bising dapat bersifat subyektif

    Bising di kelas terutama berasal dari industri

    Bising maksimum yang diperbolehkan di ruang kelas 55 dB

    Sistim pendengaran pada dasarnya mengubah energi gelombang menjadi sinjal kimiawi

    Area pusat pendengaran di otak disebut area Wernicke

    Korteks yang berperan dalam fungsi pendengaran terletak di lobus oksipitalis

    Bising yang menulikan berada di atas 110 dB

    Suara radio yang kuat berada di kisaran 80 110 dB

    Temporary threshold shift disebut patologis jika pemulihannya melebihi 16 jam

    Rerata intensitas suara guru harus 15 dB di atas intensitas bising sekitar

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    M. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono, BU Djoko Rianto,Anton Christanto

    Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu KedokteranDapatkah sejawat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

    Jawablah B jika benar, S jika salah

    JAWABAN : 1.S 2.B 3.S 4.S 5.B 6.S 7.B 8.S 9.B 10.B

    JAWABAN : 1.B 2.S 3.B 4.S 5.B 6.S 7.B 8.S 9.B 10.B

    Croup(Laringotrakeobronkitis)

    Pengaruh Bisingterhadap Konsentrasi Belajar

    Murid Sekolah Dasar

    daftar isicontent

    Petunjuk untuk PenulisCDK menerima naskah yang membahas berbagai aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, bisa berupa tinjauan kepustakaan ataupun hasil penelitian di bidang-bidang tersebut, termasuk laporan kasus. Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan oleh CDK; bila pernah dibahas atau dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.

    Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia.

    Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah berisi 2000 - 3000 kata ditulis dengan program pengolah kata seperti MS Word, spasi ganda, font Euro-stile atau Times New Roman 10 pt.

    Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel / skema / grafik / ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- jelasnya dan telah dimasukkan dalam program MS Word.

    Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus dan/atau Uniform Requirement for Manus- cripts Submitted to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).

    Contoh :

    1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, London: William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.

    2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mechanism of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974 ; 457-72.

    3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10.

    Jika pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.

    Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk softcopy / CD atau melalui e-mail ke alamat :

    Redaksi CDKJl. Letjen Suprapto Kav. 4Cempaka Putih, Jakarta 10510E-mail: [email protected]: http://groups.yahoo.com/group/milisCDKTlp: (021) 4208171. Fax: (021) 42873685

    Korespondensi selanjutnya akan dilakukan melalui e mail; oleh karena itu untuk keperluan tersebut tentukan contact person lengkap dengan alamat e-mailnya.

    Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga tempat kerja si penulis.

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 181

    Artikel

    Berita Terkini

    EditorialEnglish Summary

    Croup (Laringotrakeobronkitis)Anton B. Darmawan

    Pengaruh Bising terhadapKonsentrasi Belajar Murid Sekolah Dasar

    M. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono,BU Djoko Rianto, Anton Christanto

    Kelangsungan Hidup Lima TahunKanker Ovarium yang Dikelola

    di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, JakartaMax Rarung

    Assisted HatchingDini Budhiarko, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra

    Risiko obat-obat bebas (OTC)

    Pedoman baru penanganan hipertensi resisten

    Penuaan biologis ditunda oleh fitness aerobik

    Terbukti : kaitan antara common colddengan infeksi telinga

    Dermatitis atopik berkaitan dengan keganasan

    Tramadol untuk Penanganan Ejakulasi Dini

    Sertraline untuk Leishmaniasis

    Efek Trisiklik vs SSRI terhadap substansia alba otak

    WHO menerbitkan laporan tentangskala global TB yang resisten terhadap obat

    Lingkar pinggang besar pada wanitameningkatkan resiko kematian

    Makan pagi menjaga remaja tetap ramping

    Informatika Kedokteran

    Profil

    Praktis

    Laporan Khusus

    Kegiatan Ilmiah

    Gerai

    Resensi Buku

    Agenda

    RPPK

    182184

    185

    190

    197

    203

    211

    212

    213

    216

    217

    218

    220

    221

    222

    223

    224

    226

    230

    232

    248

    245

    243

    242

    241

    234

  • Selamat berjumpa lagi dengan topik bahasan yang berbeda; kali ini sebagian mengenai masalah penyakit telinga, hidung dan tenggorokan. Di antaranya yang menarik ialah penelitian mengenai pengaruh bising terhadap prestasi belajar anak sekolah dasar; meskipun merupakan penelitian pendahuluan, hasilnya patut menjadi perhatian.

    Artikel mengenai stem cell yang berasal dari Stem Cell Institute tetap kami tampilkan agar sejawat bisa tetap mengikuti perkembangan penelitian stem cell yang akan makin penting di masa mendatang

    Beberapa perubahan tampilan majalah Cermin Dunia Kedokteran masih kami hadirkan untuk membuat majalah ini lebih menarik untuk dibaca; tanggapan dari para pembaca sangat kami harapkan

    Selamat membaca,

    Redaksi

    editorial

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008182

  • A G E N D A

    Diabetes, Obesity and Cardiovaskular LINK 2008

    Tanggal : 11 Juli 2008 - 12 Juli 2008

    Tempat : Wisma Nusantara, Jakarta

    Kalangan : Dokter Spesialis & Dokter Umum

    Sekretariat : Graha Pratama Building 4th Fl Jl. Raya Mangga Besar 137-139 Jakarta

    Email : [email protected]

    Phone : 021-601 0500 ext 7267

    Fax : 021-6220 0137

    URL : www.kalbe.co.id/calendar

    Emergency Cardiovascular Disease in Daily Practice

    Tanggal : 12 Juli 2008 - 13 Juli 2008

    Tempat : National Cardiovascular Center Harapan Kita Auditorium, Jakarta

    Kalangan : Mahasiswa Kedokteran, Dokter Umum, Dokter Spesialis

    Sekretariat : PJN Harapan Kita Jl. S.Parman Kav. 87 Lantai 4

    Email : [email protected]

    Phone : 5684085

    Contact Person : Ibu Rini

    URL : www.kardiologi-ui.com

    MABI 2008 : Optimalisasi Peranan Ahli Bedah dalam Penanggulangan Penyakit kanker

    Tanggal : 13 Juli 2008 - 15 Juli 2008

    Tempat : Hotel Aston, Palembang

    Kota : Palembang

    Kalangan : Dokter Bedah, Residen

    Sekretariat : Departemen Bedah FK Unsri-RS Moh. Hoesin Jl. Jend. Sudirman Km 3,5 Palembang 30126

    Email : [email protected]/[email protected]

    Phone : +62 711 360 690

    Fax : +62 711 360 690

    Contact Person : Evi (0813 7021 0850)/Risna (0813 8399 8827)

    Catatan : Workshop : 11-12 Juli 2008

    APHM International Healthcare Conference & Exhibition 2008

    Tanggal : 14 Juli 2008 - 16 Juli 2008

    Tempat : Kuala Lumpur Convertion Centre, Kuala Lumpur, Malaysia

    Kalangan : Doctor, Government, Nurse

    Sekretariat : Association of Private Hospitals of MalaysiaNo. 43, 2nd Floor, Jalan Mamanda 9, Ampang Point, 68000 Ampang, Selangor Darul Ehsan, Malaysia

    Email : [email protected]

    Phone : 603-4251 7032

    Fax : 603- 4251 7031

    URL : http://www.aphmconferences.org

    Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular VII (2008)

    Tanggal : 25 Juli 2008 - 27 Juli 2008

    Tempat : Hotel Borobudur, Jakarta

    Kalangan : Dokter Spesialis, Dokter Umum

    Sekretariat : Sekretariat Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

    Email : [email protected]

    Phone : (021) 31934636

    Fax : (021) 3161467

    Contact Person : Mumun / Ella / Ayu / Jaya

    Catatan : Workshop : 21 - 24 Juli 2008

    URL : www.kardiologi-ui.com

    The IX World Conference on Clinical Pharmacology and Therapeutics (CPT 2008)

    Tanggal : 27 Juli 2008 - 01 Agustus 2008

    Tempat : Quebec City Convention Centre, Quebec City, Canada

    Kalangan : Clinical Pharmacology, Clin. Pharmacy, Toxicology

    Sekretariat : Conference Secretariat Marie Lanouette CPT2008 Conference Manager National Research Council Canada Building M-19, 1200 Montreal Road Ottawa, ON K1A 0R6 Canada

    Email : [email protected]

    Phone : +1 (613) 993-0414

    Fax : +1 (613) 993-7250

    URL : http://www.cpt2008.org

    eHEALTH India 2008

    Tanggal : 29 Juli 2008 - 31 Juli 2008

    Tempat : Pragati Maidan, New Delhi, India

    Negara : India

    Kota : New Delhi

    Kalangan : Doctor, Medical Student, IT Practitioner

    Sekretariat : CSDMS e-lets

    Email : [email protected]

    Phone : +91-9968251626

    Contact Person : Dipanjan Banerjee

    URL : http://www.eindia.net.in/2008/ehealth/index.asp

    246

    C D KCermin Dunia KedokteranCermin Dunia Kedokteran

    ISSN: 0125-913 Xhttp://www.kalbe.co.id/cdk

    Alamat RedaksiGedung KALBEJl. Letjen. Suprapto Kav. 4Cempaka Putih, Jakarta 10510Tlp: 021-4208171Fax: 021-4287 3685E-mail: [email protected]: http://groups.yahoo.com/group/milisCDKWeb: http://www.kalbe.co.id/cdk

    Nomor Ijin151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976

    Penerbit Kalbe FarmaPencetak PT. Temprint

    susunan redaksiKetua PengarahDr. Boenjamin Setiawan, PhD

    Pemimpin UmumDr. Erik Tapan

    Ketua PenyuntingDr. Budi Riyanto W.

    Manajer BisnisNofa, S.Si, Apt.

    Dewan RedaksiProf. Dr. Sjahbanar Soebianto Zahir, MSc.Dr. Michael Buyung NugrohoDr. Karta SadanaDr. Sujitno FadliDrs. Sie Johan, Apt.Ferry Sandra, Ph.D.Budhi H. Simon, Ph.D.

    Tata UsahaDodi Sumarna

    redaksi kehormatanProf. Drg. Siti Wuryan A Prayitno, SKM, MScD, PhDBagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta

    Prof. Dr. Abdul Muthalib, SpPD KHOMDivisi Hematologi Onkologi MedikDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

    Prof. Dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTIDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonsia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

    Prof. DR. Dr. Charles Surjadi, MPHPusat Penelitian Kesehatan Unika Atma Jaya Jakarta

    Prof. DR. Dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEHDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

    Prof. DR. Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACEDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

    DR. Dr. Abidin Widjanarko, SpPD-KHOMFakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Kanker Dharmais, Jakarta

    DR. Dr. med. Abraham Simatupang, MKesBagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

    Prof. Dr. Sarah S. Waraouw, SpA(K)Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado

    Prof. DR. Dr. Rully M.A. Roesli, SpPD-KGHBagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

    Dr. Aucky Hinting, PhD, SpAndBagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

    Prof. DR. drg. Hendro Kusnoto, SpOrt.Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta

    DR. Dr. Yoga Yuniadi, SpJPSub Dept. Kardiologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia/RSP Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta

    Prof. DR. Dra. Arini SetiawatiBagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Prof. Dr. Faisal Yunus, PhD, SpP(K)Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia/SMF Paru RS Persahabatan, Jakarta

    Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy, SpFKBagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Dr. R.M. Nugroho Abikusno, MSc., DrPHFakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta

    Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACSFakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali

    Prof. DR. Dr. Ignatius Riwanto, SpB(K)Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS Dr. Kariadi, Semarang

    Dr. Tony Setiabudhi, SpKJ, , PhDUniversitas Trisakti/ Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta

    Prof. DR. Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAISub Dept. Alergi-Imunologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

    Dr. Prijo Sidipratomo, SpRad(K)Departemen Radiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

    Prof. DR. Dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKNDepartemen Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

    Dr. Hendro Susilo, SpS(K)Dept. Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Dr. Soetomo, Surabaya

    Prof. DR. Dr. Darwin Karyadi, SpGKInstitut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat

    Dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, M.KesBagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 183CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008

  • ENGLISH SUMMARY

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008184

    Five-year survivalrate among ovarian

    cancer patientsin Cipto

    MangunkusumoGeneral Hospital,

    JakartaMax Rarung

    Dept of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University,

    Prof Dr R D Kandou Hospital, Manado, Indonesia

    Objective : To evaluate the 5-year survival rates of patients with ovarian malignancy.

    Place : Obstetrics and Gynecology Depart- ment, Oncology Division of FKUI/ RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.

    Method : To analyze survival time with Kaplan-Meier curve dan Log rank test, and multivariance analysis with cox regression using retrospective data.

    Subject : All ovarium cancer cases mana- ged in 1990 and evaluated 5 years later. Result : Among 73 cases of ovarium cancer, the youngest was 13 years and the oldest 90 years. Stage of disease, histopathology and time of surgery influenced survival rate (p=

  • CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008244

    RESENSI BUKU

    Dengan kekayaan kosa kata serta ilmu yang dimiliki oleh Ari Wibowo (penyusun), banyak diselipkan istilah-istilah, kalimat bahkan cerita yang kadangkala tidak terpikir oleh kita semua. Tentu ini bisa membuat pembaca menjadi lebih penasaran untuk menyelesaikan buku tersebut. Misalnya untuk me- lukiskan bagaimana penuhnya perhatian serta cinta kasih Pak Oei dalam membimbing murid-muridnya, Ari bercerita mengenai perjalanan sang Kapak, Gergaji, Palu dan Nyala Api bersama-sama. "Ada banyak hati yang cukup keras untuk melawan kemur-kaan dan amukan kemarahan demi harga tinggi. Tapi jarang ada hati yang tahan melawan nyala api cinta kasih yang hangat. Betapa arif bijak ada dalam sebuah kelembu-tan dan kehangatan, seperti api men- cairkan hati yang dingin, tulis Ari di halaman 164.

    Buku ini juga dilengkapi dengan pelbagai kesan dan pesan dari para murid dan rekan sejawat seperti: Prof (Riset) Dr Soefjan Tsauri, Debbie Sofie Retnoningrum Ph.D, Soetrisno Ph.D, Dr Harjoto Djojosubroto, Dr Isnaini, Dr. Endang Kumolowati, Prof. Dr. H. Abd. Rauf Patong, Prof. Dr. Ami Soewandi.J.S., Dr. Darmadi Gunarso, Prof. Dr. Chandrawati Cahyani, Ernawati Arifin Giri Rachman Ph.D., Dr. Sofyan Yatim, Dr Florentina Maria Titin S, Dr. Tri Panji, Prof Hilda Zulkifli, Ph.D., Ir. Yenny Ciawi Ph.D, Megawati Santoso Ph.D., dan Prof. dr. Rully M.A. Roesli, SpPD PhD KGH, sebagai dokter yang merawat Prof Oei saat ini yang telah menjalani hemodialisis (sejak tahun 2002).

    Kita semua berharap bahwa dengan terbitnya buku biografi plus-plus ini semua pihak bisa terinspirasi dari

    uletnya perjuangan Prof Oei serta sabarnya dalam membimbing. Yang tertarik ingin memiliki buku

    ini, bisa segera mengontak Medical Repre- sentative Kalbe Farma terdekat. Buku ini

    dicetak dalam jumlah terbatas. Sampai ketemu pada penerbitan berikutnya...

    HASIL PENELITIAN

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 185

    PENDAHULUANCroup atau laringotrakeobronkitis akut (LTBA) merupakan penyakit peradangan akut di daerah subglotis larings, trakea, dan bronkus1,2 Penyakit ini merupakan penyebab tersering obstruksi saluran nafas atas pada anak-anak 3-6 dan biasanya ditandai dengan suara serak, batuk kering seperti menggong-gong, dan stridor inspirasi.5,7,8

    Croup sering diderita anak usia 6 bulan sampai 6 tahun. Puncak insidensi croup kurang lebih 4,6 kasus per 100 anak usia 1 sampai 2 tahun; dan kurang lebih 1,3%-5% anak penderita croup diharuskan rawat inap.3 Ada beberapa peneliti yang mengatakan bahwa di Amerika Serikat croup sering diderita oleh anak usia 1-6 tahun dengan rata-rata usia 18 bulan.9 Puncak insidensi kurang lebih 5 kasus per 100 anak pada tahun kedua kehidupan anak.7,8

    Di Rumah Sakit Anak Westmead, New South Wales Australia dalam satu tahun terdapat kurang lebih 1200 kunjungan croup, dan 20 % di antaranya diharuskan rawat inap10 Di luar negeri penelitian-penelitian tentang croup juga sering dilakukan, menunjukkan bahwa kasus croup sering dijumpai di klinik ataupun di rumah sakit.

    Tabel 1. Angka kejadian croup di beberapa rumah sakit di luar negeri.

    Data di atas menunjukkan bahwa angka kejadian croup di luar negeri masih cukup tinggi, sedangkan di Indonesia tidak didapat- kan data yang jelas.

    ETIOLOGICroup terutama disebabkan oleh parainfluenza virus tipe 1, 2, dan 37,8,9, yaitu pada kurang lebih 50 - 75% kasus11. Malhotra dan Krilov mengisolasi parainfluenza virus pada kurang lebih 65% penderita croup.9 Selain parainfluenza virus, virus influenza tipe A, adenovirus, enterovirus, dan respiratory syncytial virus juga ditemukan pada penderita croup.7,8,9

    Menurut Ewig, measles virus dapat menyebabkan croup berat terutama pada anak kurang dari dua tahun. Gejala croup terjadi paling sering dua hari setelah exanthem, tetapi dapat terjadi sebelum erupsi kulit. Herpes simplex virus menyebabkan prolonged croup khususnya jika dihubungkan dengan gingivostomatitis.8

    Bakteri juga dapat ditemukan pada penderita croup, jika ter- jadi infeksi sekunder. Umumnya Streptococcus pyogenes, S. pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.9 Setelah infeksi virus berlangsung, dapat terjadi infeksi bakteri sekunder oleh organisme yang berasal dari hidung. Pada biakan bakteri yang paling sering ditemukan yaitu Streptococcus hemolyticus, Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus, dan Pneumococcus.1

    PATOGENESISInfeksi virus pada croup dimulai dari nasofarings dan menyebar ke epitel respiratorius larings dan trakea. Inflamasi difus, eritema, dan udem berkembang di larings dan dinding trakea, sehingga gerakan pita suara terganggu. Daerah subglotis merupakan bagian yang paling sempit pada saluran nafas anak. Area subglotis ini dikelilingi oleh kartilago, dan setiap pembengkakan di daerah tersebut akan berpengaruh terhadap jalan nafas dan menyebab-kan pengurangan aliran udara secara bermakna. Penyempitan jalan nafas menyebabkan stridor inspirasi, dan pembengkakan atau udem di daerah pita suara menyebabkan suara serak.7,9

    Dengan berlanjutnya penyakit, lumen trakea menjadi ter- sumbat oleh sekret yang semula encer lalu kental, dan menjadi krusta, sehingga penderita menjadi lebih sulit ber- nafas. Usaha mengeluarkan krusta tersebut dengan cara membatukkan, menghasilkan suara batuk yang khas seperti menggonggong/bergema (croupy).1,9

    Croup (Laringotrakeobronkitis)Anton B. Darmawan

    Bagian THT Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu KesehatanUniversitas Jenderal Soedirman-RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah

    1 Donaldson et al. (2003) RS William Beaumont, AS 1/1/1999 - 31/12/ 1999 397

    2 Chin et al. (2002) RS Anak Westmead, Australia 1/2/2000 31/7/2000 267

    3 Neto GM et al. (2002) RS Anak Eastern Ontario, Kanada 1/10/1998 31/12/2000 648

    4 Luria JW et al. (2001) RS Anak Medical Center, Cincinnatti, AS 1/9/1995 31/12/1997 264

    5 Weber JE et al. (2001) Hurley Medical Center, Michigan, AS 1/9/1997 1/3/1998 58

    6 Rittchier dan Ledwith (2000) RS Anak Denver, Colorado, AS 1/10/1996 30/6/1999 1298

    No Peneliti Tempat Penelitian Periode Jumlah

    pasien

  • CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008186

    DIAGNOSISCroup biasanya diawali dengan gejala infeksi saluran nafas atas ringan, seperti demam, pilek, dan batuk ringan.4,7,9 Selanjutnya dapat terjadi obstruksi saluran nafas akibat inflamasi daerah subglotis, dengan gejala suara serak, batuk kering seperti meng- gonggong (croupy/barky cough), dan stridor inspirasi dengan atau tanpa demam, bahkan respiratory distress.8,9,10

    Pemeriksaan klinik dapat menemukan adanya nasofaringitis. Meskipun croup merupakan self-limiting disease, tetapi jika udem subglotis berlanjut akan terjadi kesulitan bernafas, yang ditandai adanya stridor inspirasi. Retraksi supraklavikula, suprasternal, dan interkostal dapat juga terjadi tergantung dari derajat distres respirasinya.7,11

    Gambar 1. Perbandingan gambaran larings normal dengan penderita croup 8.

    Pemeriksaan foto polos leher menunjukkan adanya steeple sign, yaitu penyempitan jalan nafas di area subglotis yang terlihat pada penampakan anteroposterior. Daerah hipofarings terlihat lebih lebar pada penampakan lateral.7,8,9 tetapi gamba-ran radiologis tersebut hanya ditemukan pada 50% kasus; banyak kasus croup yang gambaran radiologisnya dalam batas normal.

    Gambar 2. Kiri : Gambaran daerah subglotis normal pada foto polos leher anteroposterior. Kanan: Penyempitan subglotis (steeple sign) akibat udem pada foto polos leher anteroposterior. (Krilov & Malhotra, 2001) 9

    Inspiratory stridor

    - None 0

    - At rest, with stethoscope 1

    - At rest, no stethoscope 2

    Level of consciousness

    - Normal 0

    - Altered 5

    Air entry

    - Normal 0

    - Decreased 1

    - Severely limited 2

    Cyanosis

    - None 0

    - Agitated 4

    - At rest 5

    Retractions

    - None 0

    - Mild 1

    - Moderate 2

    - Severe 3

    Pada pemeriksaan analisis gas darah didapatkan tekanan parsial CO2 meningkat, tekanan parsial O2 menurun dan pH darah bergeser ke arah asam.

    Laringoskopi langsung harus dipertimbangkan pada croup yang tidak membaik dan untuk menyingkirkan penyebab obstruksi lainnya.1,7 Pada laringoskopi langsung tampak daerah subglotis berwarna kemerahan difus, licin, dan udem serta adanya sekret kental.1,9 Daerah glotis dan supraglotis dapat berwarna kemera-han tetapi umumnya dalam batas normal. Pipa endotrakea dan alat trakeostomi harus tersedia sebelum laringoskopi dilakukan.1

    Ledwith & Rittichier (2000), mengklasifikasikan croup menjadi tiga yaitu: (1) Ringan, jika terdapat batuk menggonggong, tanpa adanya atau riwayat stridor atau retraksi, (2) Sedang, jika ditemu- kan adanya serak, batuk menggonggong dan riwayat atau adanya stridor inspirasi saat istirahat dan atau retraksi, (3) Berat, jika terdapat gangguan status mental, retraksi berat dan sianosis.4

    Westley (1978), mendesain skor croup yang sampai saat ini masih digunakan untuk mengklasifikasikan croup menjadi croup ringan, sedang, dan berat. Croup ringan jika skor croup < 2, sedang jika skor croup 2-7, dan berat jika skor croup 8-17.15 (Tabel 3)

    Tabel 3. Skor croup dari Westley 15

    Diagnosis BandingUntuk menegakkan diagnosis croup perlu dipikirkan penyakit- penyakit lain sebagai diagnosis banding, seperti, epiglotitis akut, dan benda asing larings.9

    HASIL PENELITIAN

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 243

    RESENSI BUKU

    Buku biografi plus"Oei Ban Liang : Pelopor Bioteknologi,

    Begawan Kimia danSosok Guru yang Humanis",

    terbitan CDK 2008

    Siapa yang tidak mengenal Prof. Oei Ban Liang, Guru Besar Kimia dariInstitut Teknologi Bandung (ITB)? Pak Oei dikenal sebagai dosen yang ulet,

    pantang menyerah sekalipun banyak rintangan yang menghadang.(kutipan dari Kata Pengantar Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso M.Sc, Rektor ITB)

    Pengakuan ini tidak hanya datang dari lingkungan ITB saja. Prof. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro, PhD, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi pun mengakui Pak Oei sebagai sosok yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu kimia di Indonesia. Konsistensi Prof. Oei dalam meng-geluti ilmu kimia perlu dijadikan contoh bagi generasi berikut atau penerusnya, jelas Prof Soemantri.

    Kesemua hal di atas itulah yang menggerakkan hati dr Boenjamin Setiawan, Chairman dan Founder Grup Kalbe Farma untuk memprakarsai penulisan biografi Prof. Oei Ban Liang Ph.D. Dalam sambutannya, Dr Boen menjelaskan tujuan peluncuran buku biografi Oei Ban Liang adalah memberikan penghargaan kepada para akademisi yang telah banyak mencurahkan tenaga dan pikiran untuk memajukan dunia akademis yang saat ini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga: Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan sebagainya.

    Dalam buku setebal 175 halaman ini, bisa dibaca riwayat hidup Begawan Kimia Indonesia. Dimulai dari masa kecil hingga dewasa (Bagian I), kemudian masuk ke bagian II. Masa Pengabdian, bagian III. Menjadi Pelopor di Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi. PAU adalah suatu badan bentukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia guna mendukung pendidikan pasca sarjana di sepuluh universitas terkemuka dengan peralatan modern dan canggih di semua bidang studi (hal. 65). Selan-jutnya di Bagian IV, dijelaskan mengenai Menyongsong Masa Depan. Pada bab ini, bisa dibaca pandangan dan pikiran Prof Oei (78 tahun) tentang masa depan Kimia Indonesia, Bioteknologi Indonesia dan pelbagai penelitian dipandang dari sudut kualitas dan kreatifitas.

    Meskipun buku ini cukup tebal, namun dengan gaya penulisan yang cukup kreatif dan inovatif, membaca buku biografi ini tidak hanya seperti membaca riwayat hidup seseorang yang memberi banyak inspirasi saja.

  • CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008188

    1. Epiglotitis akut Epiglottitis akut biasanya terjadi pada anak yang lebih tua daripada penderita croup yaitu antara 3-6 tahun biasanya disebabkan oleh H.influenzae. Gejala klinis epiglottitis akut berupa nyeri tenggorok (sore throat), nyeri menelan (odino- fagia) yang mengakibatkan sulit menelan (disfagia), suara berubah (muffled voice atau hot potato voice), demam sampai menggigil, dan sesak nafas karena sumbatan jalan nafas. Anak lebih suka posisi duduk, dagu lebih maju dan leher hiperekstensi untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka.8,15

    Kesulitan menelan yang berlebihan mengakibatkan hipersa-livasi atau drooling. Sumbatan jalan nafas yang berat menga- kibatkan stridor inspirasi. Pada epiglottitis akut tidak dijumpai batuk seperti menggongong.9

    Dari pemeriksaan klinis didapatkan suhu tubuh meningkat, takikardi (>100x/mnt), nyeri leher (neck tenderness), dan pem- besaran kelenjar limfe leher (cervical lymphadenopathy). Pada pemeriksaan laringoskopi tampak epiglottis bengkak dan ber- warna merah terang (cherry-red epiglottis). Pemeriksaan radio- logi foto polos soft tissue leher dengan posisi lateral biasanya menunjukkan pembengkakan epiglottis (thumb sign).9,14,15

    2. Laringitis difteriLaringitis difteri mempunyai masa inkubasi 1-7 hari. Penderita mengeluh badan lemas, panas subfebris, batuk menggonggong yang timbul mendadak diikuti suara serak dan terasa seperti luka di tenggorok. Pada pemeriksaan dijumpai keadaan umum penderita tampak lemah, suara serak, sesak dengan gejala sum- batan jalan nafas yang progresif berupa stridor inspirasi.1,11

    Pada pemeriksaan orofarings tampak selaput putih keabuan pada tonsil, dan dinding farings. Larings tampak kemerahan, dan ditutupi selaput putih keabuan seperti pada farings. Mem-bran melekat erat dan bila dilepaskan mudah berdarah. Pada beberapa kasus, didapatkan limfadenitis dan menyerupai gam- baran leher banteng (bull neck).1

    3. Benda asing larings Aspirasi benda asing biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan - 2 tahun. Jika terdapat riwayat tersedak, batuk paroksismal dan tidak ada tanda infeksi kemungkinan benda asing di laring perlu dipikirkan. Pemeriksaan rontgen serta endoskopi akan mem-perjelas diagnosis.8,9

    4. Udem angioneurotikUdem larings karena proses alergi, mungkin disebabkan karena alergi obat, reaksi transfusi, gigitan serangga, makanan atau bahan yang diinhalasi. Gejala udem larings karena alergi

    bersifat progresif, dimulai dengan suara serak, berlanjut dengantanda-tanda peningkatan sumbatan jalan nafas seperti stridor, retraksi, takipneu, dan sianosis.1 Udem larings oleh karena alergi biasanya akut, dengan riwayat baru saja kontak dengan alergen. Biasanya ditemukan juga urtikaria atau angioudem di daerah lain seperti wajah, bibir, tangan dan kaki.1

    PENGOBATANPengobatan croup tergantung dari stadiumnya; bertujuan untuk mengurangi udem, melunakkan sekret, dan melancarkan jalan nafas.11,14 Prinsip utama pengobatan croup adalah manajemen jalan nafas.7,9 Saat ini standar pengobatan croup meliputi: (1) humidifikasi, meskipun sedikit bukti bahwa peng- obatan ini efektif, (2) epinefrin rasemik, dan (3) steroid.16

    1. Humidifikasi (mist therapy)Humidifikasi mempunyai efek melunakkan sekret atau me- ngurangi viskositas sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan, selain itu juga mempunyai efek mengurangi inflamasi.3,7,9

    Terdapat beberapa jenis terapi humidifikasi yaitu hot mist dan cool mist. Pada hot mist therapy dulu digunakan ketel croup (croup kettles) atau tenda croup (croup tents). Tetapi karena efek pemanasan tersebut dapat membakar wajah, anak menjadi gelisah sehingga mengakibatkan hiperventilasi dan pada akhirnya memperburuk sumbatan jalan nafas maka saat ini hot mist ditinggalkan dan beralih ke cool mist therapy.3

    2. Epinefrin rasemikEpinefrin rasemik merupakan campuran 1:1 d-isomer dan l-isomer epinefrin. Mekanisme aksi epinefrin adalah pada reseptor a adrenergik; terbukti menyebabkan vasokonstriksi dan mengu-rangi udem. Pengurangan udem mukosa larings akan mening-katkan diameter jalan nafas sehingga stridor inspirasi dan retraksi akan berkurang. Mula kerja epinefrin dalam 10-30 menit, dan durasi maksimal aksi kurang lebih 2 jam.7,8,9,11 Dosis 0,5 ml larutan epinefrin rasemik 2,25% dilarutkan dalam 4,5 ml larutan salin.8 Pendapat lain menganjurkan dosis 0,25- 0,75 ml larutan 2,25% epinefrin rasemik dalam 2,5 ml larutan salin yang diberikan secara nebuliser selama kurang lebih 20 menit.7,9 Jika larutan epinefrin rasemik tidak tersedia dapat diguna- kan campuran 5 ml l-isomer epinefrin dan larutan salin (1:100).9

    Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang dan berat. Penderita yang telah diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat stridor saat istirahat, udara yang masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup 2, penderita harus dirawat.8

    HASIL PENELITIAN KEGIATAN ILMIAH

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 241

    HUT IV IKCC: Hidup Mandiri dengan GinjalTransplantasi, RS PGI Cikini, 31 Mei 2008Sekitar 150 orang memadati Aula RS PGI Cikini di Hari Sabtu 31 Mei 2008. Tak heran, karena acara HUT ke-4 IKCC ini di- peringati dengan meriah. Acara dimulai dengan kata sambu-tan dari RS PGI Cikini, Dr Tunggul D Situmorang SpPD-KGH yang dilanjutkan dengan Ibu Indah, selaku Ketua Umum IKCC. Acara cukup meriah karena dipandu oleh MC kondang Mr. Kris Biantoro. Setelah acara sulap bersama pesulap IKCC, Bung Cahaya, tampil dengan memukau, Mr. Kris Biantoro yang ber- cerita mengenai suka dan duka dalam 'menjadi' ginjal di negeri orang. Setelah itu muncullah bintang acara kali ini yang Dr Tunggul Situmorang yang membawakan presentasi mengenai "Hidup Mandiri dengan Ginjal Tranplantasi". Setelah presentasi Dr Tunggul, tampil berturut-turut memberi kesaksian, penerima/resipien dan pemberi/donatur ginjal yang operasinya dilakukan di RS PGI Cikini sekitar 4 tahun yang lalu. Akhir acara ditutup dengan perayaan sederhana berupa bernyanyi disertai pemotongan kue ulang tahun. Selamat Ulang IKCC, lanjutkan misimu untuk terus men- dampingi mereka yang kurang beruntung dengan organ ginjal.

    Grand Opening Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, Universitas Pelita Harapan Karawaci, 12 Mei 2008Berbeda dengan kedokteran konvensional (yang sering di- sebut dengan istilah Kedok-teran Reaktif) saat ini telah diperkenalkan Kedokteran P4 (4P Medicine) yang meliputi: Prediktif, Personalisasi, Preventif dan Partisipatif. Demikian disampaikan pembi-cara tamu, Dr Leroy Hood MD, Ph.D., President and co-founder, Institute for System Biology, USA, saat berbicara pada acara Grand Opening Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) di Gedung MRIN Lippo Karawaci. Acara yang berlangsung semarak & meriah ini dihadiri oleh DR Mochtar Riady (Founder MRIN), James T. Riady (Founder Yayasan Pelita Harapan), Prof Susan Tai (President MRIN), Prof. DR. Ing. BJ Habibie (Honorary Chairman of The Scientific Advisory Board of MRIN), Kusmayanto Kadiman Ph.D (Menristek), Bahctiar Chamsah (Mensos), Scientific Advisory Board Member MRIN (Prof. Lauren-tius A. Lesmana, SpPD-KGEH, Prof Ali Sulaiman, SpPD- KGEH, dll.), Gumilar Somantri (Rektor UI), Usman Chatib Warsa (mantan Rektor UI), Fauzi Bowo (Gubernur DKI), Rano Karno (wakil Bupati Tangerang), Prof. Amin Soebandrio, Surya Paloh, dan lain-lain.

    3rd Seminar of Obesity, Hotel Aryaduta Jakarta, 19-20 April 2008 Kegiatan tahunan yang dilaksa- nakan oleh Departemen Nutrisi FKUI merupakan yang ke-3, ber- langsung di Hotel Aryaduta Jakarta. Tema yang diangkat kali ini adalah Managing Plateau Phase in Obesity. Seminar ini dihadiri oleh kurang lebih 250-300 peserta dokter gizi medik dan dokter umum. Acara dibuka oleh Dr. Sri Sukmaniah, MSc, SpGK sebagai kepala departemen Nutrisi FKUI.

    Seminar Awam IKCC Kontroversi Minum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK), RS Haji Jakarta, 19 April 2008

    Pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK), air minum yang di konsumsi dibatasi jumlahnya. Oleh karena itu seringkali muncul pertenta- ngan pendapat mengenai minum pada pasien PGK.

    Hal ini disebabkan karena pada pasien PGK ginjal sudah tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Berkaitan dengan hal ini, IKCC bekerjasama dengan RS. Haji Jakarta pada hari Sabtu 19 April 2008 menyelenggarakan seminar bertemakan Kontroversi Minum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dengan pembicara DR. Dr. H. Bimanesh Sutardjo, SpPD-KGH.

    Lokakarya HLUN 2008 "Menuju Lanjut Usia Sehat", Gedung Depsos RI, Rabu 28 Mei 2008

    Jumlah penduduk Lansia di Indonesia secara relatif memang sedikit namun secara absolut sudah termasuk banyak. Demi- kian penjelasan Prof Tri Budi Rahardjo, salah satu anggota Komnas Lansia pada Loka- karya Sehari dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2008. Tema acara yang dise-

    lenggarakan di Gedung Depsos tersebut adalah "Menuju Lanjut Usia Sehat". Sekitar 150 peserta yang memenuhi ruangan Aneka Bhakti di jalan Salemba Jakarta, ter- kesima dengan presentasi menarik dari para nara sumber seperti: Prof Tri Budi W Rahardjo, Drs. Titus Kurniadi, DR Dr C Heriawan Soejono, Dr Handrawan Nadesul, Prof Iwan Darmansjah, dll.

  • LAPORAN KHUSUS

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008240

    SESI 2 Hari ke 1

    Dampak NSAID pada ginjal (Dr.Rubin Surachno)NSAID menganggu fungsi ginjal melalui efek pengham-batan terhadap prostaglandin ginjal. Prostaglandin diproduksi di berbagai tempat di ginjal dan berfungsi untuk mempertahankan homeostasi dan perfusi ginjal. Efek gangguan NSAID terhadap ginjal dapat mengaki-batkan gangguan ginjal vasomotor, sindroma nefrotik dengan nefritis tubulo intersitialis, retensi garam dan air, hiperkalemia, hipernatremia. Masih menjadi pertanyaan apakah pemakaian jangka panjang NSAID akan menimbul-kan gagal ginjal kronik yang progresif serta ireversibel.

    Antibiotika nefrotoksik: penggunaan pada gangguan fungsi ginjal (Dr.Shofa Chasani)Beberapa antibiotika yang sering menyebabkan gang-guan ginjal antara lain golongan aminoglikosida, golo- ngan beta laktam, vancomisin, sulfonamide, kotrimok-sazol, aciclovir, amphotericin B, rifampicin. Obat antibiotika dapat menginduksi kerusakan ginjal melalui berbagai cara antara lain berkurangnya natrium dan air, peruba-han aliran darah dan obstruksi ginjal. Pada penderita PGK yang telah menjalani dialisis maka perlu perubahan dosis dikarenakan adanya kehilangan obat melalui darah yang dapat mempengaruhi efikasi dari obat tersebut.

    Penggunaan antiplatelet pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (DR.Dr.Suhardjono)Aspirin sebagai pencegahan trombosit vaskular, infark jantung maupun stroke telah banyak digunakan di banyak klinik ginjal, akan tetapi belum banyak studi mengenai efektivitas, keuntungan dan kerugiannya. Dari suatu studi pada pasien HD, pemberian aspirin meng- akibatkan 14,7% dengan kejadian perdarahan sebanyak 36 kali (10,3 episode/100 pasien-tahun). Oleh karena risiko ini maka pertimbangan yang baik pada pasien PGK dengan HD pemebrian aspirin tidak hanya didasar-kan pada manfaatnya akan tetapi juga mempertimbang-kan kemungkinan risiko atau komplikasi perdarahannya.

    SESI 1 Hari ke 2

    Keseimbangan air (Dr.Parlindungan Siregar)Keseimbangan cairan tubuh adalah tercapainya osmo-lalitas plasma yang tetap (mencapai set point). Osmolali-tas plasma yang tercapai berkat pengaturan yang dilakukan oleh regulasi osmotik an regulasi volume yang berlangsung secara simultan, pengaturan ini melibatkan berbagai hormon seperti hormon antidiuretik (ADH) dan hormon Natriuretik (ANP, BNP).

    Poliuria pada gangguan hormonal (Dr.Pranawa)

    Oliguria pada gagal ginjal akut (DR.Dr.Bimanesh Sutarjo)Fase poliuria pada GGA mengindikasikan permulaan perbaikan ginjal dan kembali ke fungsi normal atau me- nandakan adanya kerusakan ginjal yang berat. Penyebab terjadinya poliuria adalah terganggunya resorbsi natrium, diuresis osmotik oleh ureum, ganguan respon sel tubulus terhadap ADH (anti diuretic hormone), hidrasi berlebihan saat fase oliguria dan pembilasan solut dalam tubulus di medula. Oleh karena fase poliuria dapat masif dan ber- kepanjangan maka diperlukan pemantauan produksi urin ketat dan pemeriksaan elektrolit darah.

    SESI 2 Hari ke 2

    Poliuria pasca kraniotomi (Dr. Julius July)Poliuria pasca prosedur kraniotomi merupakan kondisi yang sering diketemukan pada kasus bedah saraf, pe- nyebab tersering adalah karena Cerebral Salt Wasting Syndrome (CSWS) dan neurogenik Diabetes Incipidus (DI).

    Poliuria, Hiponatremia dan hipokalemia(Prof.DR.dr.Ketut Suwitra)Pada PGK poliuria bisa terjadi dalam bentuk water di- uresis yaitu pada keadaan diabetes incipidus neurogenik atau solute diuresis yaitu pada keadaan post obstruk- tive diuresis atau pada Sodium Wasting Nephropathy. Hiponatremia pada PGK bisa terjadi akibata kehilangan Na berlebih (misal pada sodium wasting nephropathy) dan pada sindroma nefrotik. Hipokalemia pada pasien PGK bisa terjadi lewat renal atau ekstrarenal, lewat renal biasanya akibat pemakaian diuretika berlebih atau akibat sekresi mineralkortikoid. Kehilangan ekstrarenal paling sering terjadi melalui GIT.

    Poliuria pada penggunaan obat-obatan(Dr.Ginova Nainggolan)Obat tranqulizer yang mengandung lithium sering me- ngakibatkan poliuria dan dapat mengaggu kerja ginjal sehingga penggunaannnya khususnya pada pasien psikiatri yang sering mendapat obat jenis ini harus berhati-hati dan bijaksana. (DHS)

    1.

    2.

    3.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 189

    3. KortikosteroidSebelum steroid digunakan secara luas untuk pengobatan croup, lebih dari 15% penderita croup harus dirawat di rumah sakit.4 Sejak adanya penelitian meta analisis tentang penggu-naan steroid pada penanganan croup, saat ini penggunaan steroid merupakan terapi standar.8 Steroid mempunyai efektifi-tas yang baik untuk pengobatan croup derajat ringan, sedang maupun berat.4

    Mekanisme aksi kortikosteroid masih belum jelas; diduga se- bagai antiinflamasi, sehingga menurunkan udem subglotis dan memperbaiki gejala klinik.7,8 Penelitian meta-analisis Ausejo dkk. menyebutkan bahwa steroid efektif memperbaiki gejala croup dalam 6 - 12 jam setelah pengobatan. Dari penelitian tersebut juga didapatkan perbaikan skor croup secara ber- makna, penurunan penggunaan adrenalin sebagai terapi tam- bahan, dan penurunan angka perawatan di rumah sakit.5

    Preparat yang sering dipakai untuk pengobatan croup yaitu deksametason dan budesonid. Deksametason merupakan steroid dengan efek antiinflamasi yang poten dan efek terapi jangka panjang karena mempunyai waktu paruh 36 sampai 54 jam.4 Dosis deksametason 0,6 mg/kg bb. (maksimal 10 mg); tetapi penelitian Geelhoed membuktikan bahwa dosis deksametason 0,15 mg/ kg bb sama efektifnya.17

    Deksametason dapat diberikan secara oral, parenteral atau- pun secara nebuliser.17-20 Pemberian oral sama efektifnya dengan pemberian intramuskular dalam mengobati croup sedang sampai berat. Keuntungan pemberian secara oral yaitu lebih mudah didapat dan diberikan, selain itu nyeri dan risiko yang berhubungan dengan penyuntikan dapat dihindari.4,17

    Budesonid diberikan secara nebuliser, mempunyai efek yang lebih cepat daripada deksametason peroral yaitu kurang lebih 2 sampai 4 jam. Keuntungan lain nebuliser budesonid yaitu efek sistemik minimal, penderita lebih cepat keluar dari unit rawat darurat, dan mengurangi lamanya perawatan di rumah sakit. Dosis budesonid 2 mg dilarutkan dalam 4 ml larutan salin; dapat diulang dengan dosis 1 mg budesonid dilarutkan dalam 2 ml larutan salin tiap 12 jam.21,22 Kombinasi budesonid nebuliser dengan deksametason peroral mempunyai efek yang lebih cepat daripada budesonid saja.23

    4. HelioxMerupakan campuran helium dan oksigen. Helium merupa- kan gas dengan densitas dan viskositas rendah; dapat menu- runkan tahanan aliran udara, meningkatkan aliran udara dan menurunkan kerja otot pernafasan.6,7,9 Kombinasi helium dengan oksigen akan meningkatkan oksigenasi darah. Pasien croup berat yang menghirup campuran gas helium dan oksigen akan menjadi nyaman dan tidak memerlukan intubasi.9

    5. Intubasi endotrakeal atau TrakeostomiIntubasi atau trakeostomi jarang dilakukan sejak penggunaan steroid secara luas. Intubasi endotrakeal atau trakeostomi

    dilakukan pada pasien croup berat yang tidak responsif ter- hadap pengobatan sebelumnya.

    Keputusan melakukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi berdasar pada kriteria klinik adanya hiperkarbia dan gagal nafas mengancam termasuk peningkatan stridor inspirasi, frekuensi respirasi, denyut jantung, adanya retraksi, tanda-tanda sianosis atau terjadi perubahan status mental.1,7,9 Karena udem larings, maka pipa endotrakeal yang digunakan sebaiknya dua ukuran lebih kecil daripada yang digunakan untuk anak sehat untuk mencegah penekanan berlebihan pada trakea yang dapat ber-akibat nekrosis dan stenosis subglotis.7

    KEPUSTAKAAN

    Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara 1994.

    Cherry JD, Fugin RD. Textbook of Pediatric Infectious Diseases 2nd ed. Philadelphia:WB Saunders Co, 1987: 237-247.

    Neto GM, Kentab O, Klassen TP, Osmond MH. A Randomized controlled trial of mist in the acute treatment of moderate croup. Acad Emerg Med 2002; 9: 873-879.

    Rittichier KK, Ledwith CA. Outpatient treatment of moderate croup with dexamethasone intramuscular versus oral dosing. Pediatrics 2000; 106: 1344-1348.

    Ausejo M, Saenz A, Kellner JD, Johnson W, Moher D, Klassen TP, et al. The effectiveness of glucocorticoids in treating croup: meta-analysis. BMJ 1999; 319: 595-600.

    Weber JO, Chudnofsky CR, Younger JG, Lakin GL, Boczar M, Wilkerson MD, et al. A randomized comparison of helium-oxygen mixture (Heliox) and racemic epinephrine for the treatment of moderate to severe croup. Pediatrics 2001; 107: 1-4.

    Rosekrans JA. Viral croup: Current diagnosis and treatment. Mayo Clin Proc 1998; 73: 1102-1107.

    Ewig JM. Croup. Pediatric Annals 2002; 31: 125-130.

    Krilov LR, Malhotra A. Viral croup. Pediatric Rev 2001; 22: 5-12.

    Chin R, Browne GJ, Lam LT, McCaskill ME, Fasher B, Hort J. Effectiveness of a croup clinical pathway in the management of children with croup presenting to an emergency department. J Paediatr Child Health 2002; 38: 382-387.

    Bailey BJ. Head and Neck Surgery-Otolaryngolgy 2nd ed. Lippincott-Raven, Philadelphia, New York, 1998.

    Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear, Nose, and Throat Diseases: a pocket reference 2nd rev. ed. Thieme Medical Publ. Inc, New York, 1994.

    Rudolph, AM, Kamli RK. Rudolphs Fundamentals of Pediatrics 2nd ed. Appleton and Lange USA 1998.

    Hodge KM, Ganzal TM. Diagnostic and therapeutic efficiency in croup and epiglottitis. Laryngoscope 1987; 97: 621-625.

    Westley CR, Cotton EK, Brook JG. Nebulized racemic epinephrine by IPPB for the treatment of croup: a double blind study. Am J Dis Child 1978; 132: 484-487.

    Frantz TD, Rasgon BM, Querenberry CP Jr. Acute epiglottitis in adults: analysis of 129 cases. JAMA 1994; 272: 1358-1360.

    Nakamura H, Tanaka H, Matsuda A, Fukushima E, Hasegawa M. Acute epiglottitis: a review of 80 patients. J Laryngol Otol 2001; 115: 31-34

    Donaldson D, Poleski D, Kripple E, Filips K, Reetz L, Pascual RG, et al. Intramuscular versus oral dexamethasone for the treatment of moderate to severe croup: a randomized double blind trial. Acad Emerg Med 2003; 10: 16-21.

    MacDonald WBG, Geelhoed GC. Management of childhood croup. Thorax 1997; 52: 757-759.

    Luria JW, DiGuilio GA, Gonzales JA. Oral dexamethasone led to fewer treatment failures than did nebulized dexamethasone or placebo in children with mild croup. ACP Journal Club 2002.

    Luria JW, Gonzales JA, DiGuilio GA, McAneney CM, Olson JJ, Ruddy RM. Effectiveness of oral or nebulized dexamethasone for children with mild croup. Arch Pediatr Adolesc Med 2001; 155: 1340-1345.

    Godden CW, Campbell MJ, Hussey M, Cogwell JJ. Double blind placebo controlled trial of nebulized budesonide for croup. Arch Dis Child 1997; 76: 155-158.

    Johnson DW, Jacobson S, Edney PC, Hedfield P, Mundy ME, Schuk S. A comparison of nebulized budesonide, intramuscular dexamethasone, and placebo for moderately severe croup. N Engl J Med 1998; 339: 498-503.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    22.

    23.

    HASIL PENELITIAN

  • CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008190

    PENDAHULUANBising didefinisikan sebagai bunyi tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam atau buatan manusia.1 Suara yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi bagi seseorang atau sebagian orang merupakan suara yang disenangi, namun bagi beberapa orang lainnya justru dianggap sangat mengganggu. Bising yang didengar sehari-hari berasal dari banyak sumber baik dekat maupun jauh.2

    Pada tahun-tahun terakhir ini diberitakan bahwa sekitar 14,7 juta penduduk Amerika Serikat terpajan kebisingan yang mengancam pendengaran karena pekerjaan, sedangkan 13,5 juta orang tanpa disadari terpajan kebisingan pada tingkat berbahaya, seperti bising dari pesawat terbang, truk, bis, mobil, sepeda motor, alat-alat musik, pemotong rumput dan alat-alat dapur.3

    Menurut Kryter (1996), tingkat kebisingan di jalan raya dapat mencapai 70-80 dB, sedangkan di sekitar jalur kereta api mencapai 90 dB dan di sepanjang jalur take off pesawat dapat mencapai 110 dB.5 Basirudin (2003) pada penelitiannya mendapatkan bahwa rerata intensitas bising kendaraan bajaj adalah sebesar 91 dB dan survai Shield (2005) melaporkan bahwa 86% sumber bising di lingkungan sekolah adalah berasal dari mobil.6,7 Hal ini dapat merepresentasikan intensi-tas bising di jalan raya, dengan volume kendaraan yang sangat padat dengan jenisnya yang beragam. Pada suasana kelas yang tenang dan jauh dari jalan raya tingkat kebisingannya mencapai 40-50 dB; sama dengan yang dilaporkan Jonsdotir (2002) bahwa sebagian besar ruangan kelas mempunyai tingkat kebisingan 50 dB.8

    Di bidang THT, bising ini tidak hanya berdampak pada gang-guan pendengaran, tetapi dapat juga berdampak pada gang-guan komunikasi.11 Menurut Atmosoewarno (2003), komuni-kasi verbal (lisan) merupakan sarana informasi dan komunikasi yang paling efektif.12

    Suara juga dapat digunakan untuk mengekspresikan berbagai keadaan emosional manusia, untuk meningkatkan kemam-puan intelektual, spiritual dan sosial, sehingga suara guru yang tidak mengalami gangguan dibutuhkan untuk menyampaikan informasi yang jelas kepada murid-muridnya.

    Sekolah harusnya masuk ke Zona B berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 718/MEN.KES/PER/XI/1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan4. Persyaratan untuk zona B ditetapkan sebesar 45 dB (maksimum yang dianjur-kan) sampai 55 dB (maksimum yang diperbolehkan).4 Sayang-nya, distribusi lokasi SD cukup tersebar, mulai dari daerah perkotaan sampai pedesaan, dari pinggir jalan raya sampai ke tengah perumahan, bahkan di sekitar jalur kereta api dan jalur take off pesawat terbang.13 Akibat kepadatan volume kenda-raan di perkotaan dan pinggir jalan raya yang lebih padat dibandingkan di pedesaan dan di perkampungan, dapat diasumsikan bahwa tingkat kebisingannya juga lebih tinggi. Menurut Gabriel (1990) tingkat kebisingan jalan pada umum-nya adalah 60 dB sampai 80 dB dengan rata-rata 70 dB.1

    Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:

    Tingkat kebisingan sekolah di sekitar jalan raya meningkat akibat arus transportasi. Kebisingan dapat mengganggu komunikasi dalam proses belajar mengajar.Kebisingan dapat mengganggu konsentrasi belajar murid.

    Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab: apakah tingkat konsentrasi belajar murid sekolah di sekitar jalan raya lebih dipengaruhi bising lingkungan dibanding murid sekolah yang jauh dari jalan raya? Penelitian ini bertujuan untuk memban- dingkan pengaruh bising lingkungan terhadap tingkat kon- sentrasi belajar murid yang bersekolah di sekitar jalan raya dibanding murid sekolah yang jauh dari jalan raya.

    1.

    2.

    3.

    Pengaruh BisingPengaruh Bisingterhadap terhadap KonsentrasiKonsentrasi

    Belajar Murid Sekolah DasarBelajar Murid Sekolah DasarM. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono, BU Djoko Rianto, Anton ChristantoM. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono, BU Djoko Rianto, Anton Christanto

    SMF Teliga Hidung danTenggorok RS Dr Sardjito-Fakultas Kedkteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, IndonesiaSMF Teliga Hidung danTenggorok RS Dr Sardjito-Fakultas Kedkteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

    Pengaruh Bisingterhadap Konsentrasi

    Belajar Murid Sekolah DasarM. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono, BU Djoko Rianto, Anton Christanto

    SMF Teliga Hidung danTenggorok RS Dr Sardjito-Fakultas Kedkteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

    HASIL PENELITIAN LAPORAN KHUSUS

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 239

    The 8th Jakarta Nephrology and Hypertension Course yang berlangsung dari tanggal 23-24 Mei 2008 seperti tahun sebelumnya dilangsungkan di Hotel Borobudur, Jakarta. Acara yang dibuka oleh DR.Dr.Suhardjono, SpPD-KGH, KGer sebagai ketua PERNEFRI ini mengambil 2 tema, dimana pada hari pertama tema yang diangkat adalah : Pengaruh Obat Pada Ginjal, sedangkan pada hari kedua pilihan tema yang diambil adalah: Poluria, Mekanisme dan Penanggulangannya. Dengan mengikuti rangkaian acara simposium pada kali ini diharapkan para peserta yang hadir lebih mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan meng- hindari akibat yang tidak diinginkan dari obat terhadap ginjal. Selain itu peserta dapat mengetahui serta mampu mengatasi poliuria dan hal-hal yang berhubungan dengan poliuria tersebut.

    Setiap harinya acara dibagi menjadi menjadi 3 sesi, dimana untuk 2 sesi pertama setiap sesi dibawakan 3 materi oleh 3 pembicara yang berbeda. Untuk sesi ketiga diisi dengan presentasi kasus dan diskusi panel, pada sesi ini diharap-kan para peserta aktif untuk ikut terlibat dalam menentukan diagnosis kasus yang dibawakan serta mengemukakan pendapat mengenai penanganan yang seharusnya dilaku-kan pada pasien tersebut.

    Topik yang dibawakan antara lain adalah :

    SESI 1 Hari ke 1

    Diuretika pada kasus oliguria (Dr.Chandra Irwanadi)Pemakaian diuretika (meskipun masih menjadi perde-batan) seperti loop diuretika masih dipergunakan pada gagal ginjal akut yang disertai oliguria. Pemberian diure-tika untuk kasus di atas dapat diberikan secara oral, intravena dan intravena berkesinambungan (menggunakan pump). Setiap jenis diuretika sesuai dengan tempat dan cara kerjanya akan memberikan efek samping yang ber- beda sehingga harus digunakan secara hati-hati dan bijak- sana dalam pemberian dan pengobatan diuretika ini.

    Obat vasoaktif, kaitannya dengan gangguan fungsi ginjal (Dr.Jodi Sidharta)Obat vasoaktif sering digunakan untuk meningkatkan cardiac output (CO) dan tekanan arterial rerata untuk menghasilkan peningkatan aliran darah ginjal untuk men- cegah kerusakan ginjal terutama pada saat kritis. Dopa-mine dosis renal banyak digunakan banyak digunakan pada kondisi klinis walaupun kegunaannya dalam pen- cegahan dan pengobatan gagal ginjal akut masih kontro- versi. Penelitian tentang obat vasoaktif dan pengaruh-nya terhadap ginjal pada banyak uji klinik menunjukkan tidak ada bukti menguntungkan terhadap perlindungan ginjal dan tidak ada random dengan kotrol yang mem-beri bukti secara statistik bermakna dari hasil pengo-batan selain dari penggunaan dopamine dosis rendah, itupun hanya terbukti dalam meningkatkan produksi urin dan aliran darah ke ginjal, akan tetapi tidak bisa mence-gah penurunan fungsi atau kematian pasien gagal ginjal akut (GGA) atau pasien GGA, belum jelas benar apakah peranan perbaikan hemodinamik mutlak untuk proteksi ginjal. Sedangkan data untuk Dobutamine, suatu anala-log dopamine tentang pernyataan yang menyatakan kegunaannya untuk proteksi ginjal juga masih sedikit.

    Penggunaan Manitol: dampaknya pada fungsi ginjal. (Prof.DR.dr. M.Sjabani)Manitol dilaporkan meningkatkan osmolaritas filtrasi glomerulus, menarik cairan intraseluler ke ekstraseluler, menurunkan hematokrit serta meningkatkan viskositas darah. Pada klinik, indikasi pemberian Manitol adalah : menurunkan tekanan intrakranial dan terapi edema serebri, menurunkan tingginya tekanan intraokuler yang tidak dapat diturunkan dengan obat lain, memacu ekresi urin yang mengandung substansi toksik, diuresis pada gagal ginjal fase oliguria dan terapi rhabdomiolisis, mengatasi sindroma disequilibrium pada pasien dialisis.

    The 8th JakartaNephrology and

    Hypertension Course,Hotel Borobudur Jakarta,

    23-24 Mei 2008

    1.

    2.

    3.

  • Aman - Praktis - Mudah Digunakan

    HASIL PENELITIAN

    BisingBising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam atau buatan manusia.1 Pengertian lain adalah bunyi yang tidak diinginkan dan dirasa menggangu pendengaran.23 Bising secara subyektif adalah suara yang tidak disukai atau tak diinginkan.2 Batasan bising di atas lebih diarah-kan kepada bising sehari-hari yang sumbernya berbeda, misalnya lalu lintas darat, laut, udara, keramaian di stasiun, dan pasar.

    Pengaruh bising terhadap kesehatan jasmani terbagi menjadi dua : 1) Bising yang berpengaruh pada indra pendengaran.2) Bising yang berpengaruh bukan pada indra pendengaran.24

    Akibat langsung yang dirasakan pada tempat yang bising ialah : 1) Sukar mendengar atau menangkap pembicaraan orang lain. 2) Terdengar suara nyaring atau berdengung di kepala/telinga selama beberapa jam setelah meninggalkan lingkungan kerja yang bising.3) Ketulian sementara, yaitu telinga terasa tersumbat setelah meninggalkan lingkungan bising.25

    Bising yang masuk di ruangan kelas mengakibatkan murid sulit mendengar dan berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diberi-kan oleh guru.27 Survei Shield dan Dockrell di London (2005) pada 142 sekolah dasar, menemukan 65% sekolah dasar terpa-jan bising melebihi standar WHO (55 dB) ; 86% dari sumber bising tersebut berasal dari jalan raya, sedangkan sumber bising jalan raya tersebut 85% disebabkan oleh suara mesin mobil, disusul 55% dari bising pesawat udara yang melintas di atas lingkungan sekolah.

    Sutherland dan Lubman (2001) menyatakan bahwa lebih dari 60% kegiatan belajar-mengajar di kelas melibatkan pendengaran, partisipasi dan pembicaraan antar guru dan murid, oleh sebab itu intensitas suara pada saat berbicara harus lebih besar 15 dB dari intensitas bising lingkungan agar dapat didengar oleh lawan bicara.28 Jonsdotir (2002) mendapatkan bahwa rerata intensitas suara guru pada saat mengajar adalah sebesar 69,5 dB dari 65 dB yang direkomendasikan oleh American Speech-Language-Hearing Association (ASHA).8 Apabila bising ruangan kelas lebih bising dari suara guru maka dapat dipastikan informasi pelajaran yang disampaikan kepada murid menjadi terhambat. Tingkat kebisingan terbagi dalam beberapa kategori yaitu: menu-likan, sangat pekak, kuat, sedang, tenang dan sangat tenang1 ; lingkungan sekolah seharusnya dalam kategori tingkat kebisi- ngan tenang sampai dengan sedang. (Gabriel 1990)

    Dampak Kebisingan Kids (1998) cit. Geary (1998) pada penelitian di Munich Airport

    melaporkan bahwa kebisingan pesawat sangat mempengaruhi

    proses belajar mengajar di sekolah yakni pada kemampuan

    membaca (learning ability) dan cognitive ability.31 Penelitian

    Lang (1998) pada Cornell University Study menjelaskan bahwa

    pada anak usia kelas III dan IV didapatkan dampak kesehatan

    dan psikologis tingkah laku yang dapat berlanjut sepanjang

    hidupnya; akan terjadi stres dan diikuti oleh gejala/keadaan lain

    seperti kenaikan tekanan darah karena kenaikan hormon stres

    (epinefrin, norepinefrin, kortisol). Kebisingan juga berpengaruh

    pada proses membaca, mendengar dan bicara.32

    Tes Konsentrasi BelajarTes konsentrasi belajar pada penelitian ini menggunakan

    metode tes angka acak yang biasa dipakai dalam penelitian

    lain sejenis.44,45 Tes Konsentrasi Angka Acak cara ini menggu-

    nakan selembar kertas berisi angka 1 sampai 60 yang disusun

    secara acak. Pengelompokan angka acak ini secara garis

    besar terbagi menjadi dua yaitu kelompok angka ganjil yang

    berada di sebelah kiri dan angka genap di sebelah kanan dan

    disusun acak.

    Pada anak-anak diberikan 1 lembar kertas berisi kumpulan

    angka-angka acak ini; mereka diminta agar melingkari angka 1

    pada lembar tes tersebut kemudian dihubungkan dengan garis

    ke angka 2 dan seterusnya hingga waktu tes berakhir. Tes

    diberikan secara individual dengan waktu 1 menit. Tingkat

    konsentrasi belajar dinilai dari jumlah angka acak yang dapat

    dihubungkan dengan benar dalam waktu 1 menit.

    Profil Sekolah Dasar di Kota YogyakartaJumlah SD baik negeri maupun swasta di Propinsi DIY berjum-

    lah 2.135 sekolah dengan 14.666 ruang kelas, sedangkan di

    Kota Yogyakarta, jumlah SD sebanyak 225. Ruang kelas

    biasanya berukuran 5 x 10-15 meter dengan jumlah murid tiap

    kelas rata-rata sebanyak 33,4 orang. Pada saat proses belajar

    mengajar, tidak satupun sekolah dasar yang menyediakan alat

    pengeras suara sebagai alat bantu mengajar.13

    Bentuk bangunan SD hampir sama yaitu memiliki sejumlah

    jendela atau bahkan 1/3 atas temboknya terdiri dari jendela

    terbuka. Jendela ini berfungsi sebagai ventilasi udara, tetapi

    sayangnya bising dari luar ruangan lebih mudah masuk ke

    dalam ruangan kelas. Terdapat juga halaman yang berfungsi

    untuk tempat upacara, arena olah raga dan arena bermain.13

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 191

  • HASIL PENELITIAN

    Sebagian besar sekolah berada di daerah dengan tingkat ke- bisingan sedang (55%). Sekitar 30% sekolah terletak di daerah dengan kepadatan lalu lintas yang cukup ramai (jalan raya), sisanya terletak di daerah yang agak jauh dari keramaian (pemukiman/jalan kecil). Jalan yang termasuk ramai seperti Prawirotaman, Kolonel Sugiyono, AM Sangaji, Wolter Monginsidi dan sebagainya, sedangkan jalan yang termasuk sepi seperti jalan Pasiraman, SD Tegal Mulyo, jalan Bener dan sebagainya. Daftar jumlah sekolah dasar dan alamatnya dapat dilihat pada lampiran.13

    Kerangka Konsep

    Gambar 6: Skema kerangka konsep

    METODE PENELITIANA. Desain PenelitianPenelitian kohort merupakan penelitian epidemiologik analitik non-eksperimental yang mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek. Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif yaitu subyek penelitian diamati dalam kurun waktu tertentu terhadap suatau faktor risiko kemudian dipelajari efek yang terjadi, (Gambar7).46

    B. Populasi dan SampelSampel penelitian ini adalah murid yang terpajan maupun tidak terpajan bising lingkungan, yang belajar di sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Cara pengambilan sampel adalah secara penunjukan langsung sekolah dasar yang memenuhi syarat yaitu SD yang berada di sekitar jalan raya berdasarkan distribusi kecamatan di kota Yogyakarta.47 Sekolah kontrol ditentukan secara langsung pada sekolah yang berada jauh dari pinggir jalan raya. Kriteria sekolah sampel sesuai dengan kriteria Sutherland dan Lubman yaitu; sekolah dengan jarak dari pinggir jalan raya sejauh kurang dari 150 meter dan langsung berhadapan dengan jalan raya dengan intensitas bisingnya minimal 50 dB.28 Kriteria sekolah kontrol adalah sekolah dengan jarak dari pinggir jalan raya sejauh lebih dari 150 meter dengan intensitas bisingnya kurang dari 50 dB.28

    Besar sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus perbedaan rerata 2 populasi seperti dibawah ini:

    n adalah jumlah sampel, : 5%, tingkat kemaknaan 5% ditetap-kan oleh peneliti untuk tingkat kesalahan tipe I (besarnya peluang untuk menolak H0 pada sampel, padahal pada populasi H0 benar), sebagai tingkat kemaknaan statistik yang diinginkan; : 20% ditetapkan oleh peneliti untuk kesalahan tipe II (besarnya peluang untuk tidak menemukan perbedaan yang bermakna dalam sampel, padahal pada populasi perbedaan itu ada); power atau kekuatan yang mempunyai nilai (1-) = 80%, yang berarti penelitian ini mempunyai peluang sebesar 80% untuk mende-teksi perbedaan penurunan konsentrasi belajar, apabila perbe-daan tersebut memang ada di populasi.48 Diperoleh data X1 (rata-rata hasil kemampuan membaca pada kondisi bising tinggi = 100,6; X2 (rata-rata hasil kemampuan membaca pada kondisi bising rendah = 105,2; Simpang baku kemampuan membaca pada kondisi bising tinggi adalah 10. Data ini diperolah dari peneli-tian Haines et al. (2001).14

    Jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan perhitungan besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 103. Dengan demikian, jumlah total sampel (subyek) penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 206 orang.

    C. Kriteria Inklusi dan EkslusiKriteria inklusi kelompok terpajan:

    1. Murid yang belajar di SD yang terletak di sekitar jalan raya dengan rata-rata tingkat kebisingan lebih 50 dB.2. Telah belajar selama minimal 3 tahun di sekolah tersebut.3. Bersedia mengikuti penelitian.

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008192

    Gambar 7. Diagram alur penelitian

    LAPORAN KHUSUS

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 237

    Targeted Therapy for Breast CancerOleh : John Wong, MD, PhD (Vice President National University Singapore / Dean of Yong Loo Lin Faculty of Medicine, National University Singapore)

    Saat ini, kemampuan menganalisa jalur intrinsik meng-hasilkan terciptanya obat baru yang secara spesifik men- targetkan langkah penting yang mempengaruhi survival sel kanker. Penggunaan Aromatase Inhibitor (AI) (misalnya, anastrozole, letrozole, dan exemestane) memberikan sedikit penurunan rekurensi dibanding tamoksifen, dan meningkatkan survival lebih tinggi setelah pemberian tamoksifen selama 2-5 tahun. Saat ini masih tidak jelas AI yang mana yang paling memberikan benefit, dan juga masih tidak diketahui manfaat da efek samping pembe-rian AI > 5 tahun. Saat ini, AI termasuk terapi ajuvan pada pasien ca payudara post-menopause dengan reseptor hormon positif sebagai terapi awal atau setelah pembe-rian tamoksifen selama 2,3, atau 5 tahun.

    Trastuzumab merupakan antibodi monoklonal humanised yang berikatan dengan HER2 (Human Epidermal Receptor 2) pada permukaan sel kanker. Sekitar 15 % - 20 % pasien kanker payudara mengalami overekspresi HER2/neu. Dibandingkan kemoterapi saja, trastuzumab menurunkan relaps dan kematian sebesar 52% dan 33%. Sebagai neoajuvan, trastuzumab meningkatkan pathological com- plete response (paclitaxel vs paclitaxel + trastuzumab : 25% vs 65,2%; p=0,016). Trastuzumab umumnya ditoleransi dengan baik, dan mempunyai efek samping serius berupa kardiotoksisitas (7%).

    Lapatinib merupakan obat dengan target Her2-neu dan EGFR yang kini telah diakui untuk kasus metastatik yang progresif dengan trastuzumab. Karena merupakan inhibitor tirosin kinase small molecule, lapatinib dapat menembus sawar darah-otak dan terlihat aktif terhadap metastasis di susunan saraf pusat.

    Bevacizumab, suatu anti-angiogenesis, terlihat mening-katkan RR dan PFS dibandingkan kemoterapi saja, dan telah diakui sebagai terapi lini pertama. Antibodi monoklonal lainnya, pertuzumab, sedang dalam perkembangan aktif. Dalam 30 tahun terakhir, terlihat perkembangan terapi kanker payudara secara nyata dengan perkembangan obat baru. Targeted agents mulai berkembang sebagai obat generasi baru dalam penanganan kasus kanker.

    The Global Burden of Cancer and the Promise of NanotechnologyOleh : Joe B. Harford, PhD (Director, Office for International Affairs, National Cancer Institute)

    Penyakit kanker telah membunuh pasien lebih banyak dibandingkan gabungan penyakit TBC, AIDS, dan malaria. Kematian akibat kanker berbeda di tiap negara, dan lebih tinggi terutama pada negara yang kurang maju (less developed). Tiga ciri khas penyakit kanker yang ditemukan di negara kurang maju, menurut Harford adalah : late presentation, late presentation, dan late presentation (tumor ditemukan dalam stadium lanjut).

    Potensi nanotechnology dalam dunia kedokteran, khusus-nya dalam penanganan kanker, saat ini mulai terealisasi.Peran nanotechnology dalam tatalaksana kanker yaitu dalam hal :

    perkembangan zat imaging dan diagnostik yang dapat mendeteksi kanker sedini mungkin. sistem yang memungkinkan penilaian real-time efektifi-tas terapi dan pembedahan sehingga dapat memper-cepat perubahan terapi.targeted device yang dapat berpenetrasi langsung ke sel kanker.zat yang dapat mengevaluasi perubahan molekular dan mencegah lesi pre-kanker menjadi kanker.menangani gejala kanker yang berdapak negatif ter- hadap kualitas hidup pasien.research tool yang memungkinkan identifikasi cepat suat target baru untuk dikembangkan secara klinis dan memprediksi resistensi terhadap obat.

    Saat ini, di Amerika Serikat, telah dikembangkan The U.S Governments National Nanotechnology Initiative yang menghabiskan dana sekitar 1 milyar dolar Amerika / tahun. Suatu analisis memperkirakan, bahwa pada tahun 2014, sekitar 16% barang / obat di sektor kesehatan dan life science adalah hasil nanotechnology. (LHS)

    -

    -

    -

    -

    -

    -

  • LAPORAN KHUSUS

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008236

    Latar BelakangSimposium yang bertemakan Frontier of Cancer Research ini merupakan bagian dari acara resmi pembukaan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology. Acara tersebut digelar pada tanggal 10 - 11 Mei 2008, bertempat di Universitas Pelita Harapan. Acara yang menghadirkan pembicara ternama dari berbagai negara ini dipenuhi oleh para peserta yang terdiri dari kalangan pers, mahasiswa, dan klinisi.

    Berikut disampaikan beberapa topik menarik mengenai targeted therapy untuk penanganan kanker :

    Recent Trends in Colorectal Cancer ManagementOleh : Michael Boyer, MD, PhD (Sydney Cancer Centre, Faculty of Medicine, University of Australia)

    Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker tersering di negara Barat dan relatif lebih jarang di Asia walaupun insidennya semakin meningkat. Di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 18.000 pasien baru yang di- diagnosis kanker kolorektal tiap tahunnya. Dalam 20 tahun terakhir, angka survival mengalami peningkatan (50% - 65%) akibat peningkatan deteksi (darah samar feses dan/atau kolonoskopi), pengenalan terapi ajuvan, dan perkembangan terapi sistemik yang lebih efektif. Dibandingkan regiman 5-FU/LV, regimen FOLFOX4 mem- berikan peningkatan Progression Free Survival (PFS) (6 bulan - 8,2 bulan; p=0,0003), Overall Survival (OS) (14,7 bulan - 16,2 bulan; p=0,17), dan Response Rate (RR) (22% - 51%; p=0,0001). Regimen kemoterapi yang me- ngandung oxaliplatin atau irinotecan menurunkan risiko rekurensi sebesar 20%.

    Saat ini, berbagai penelitian menilai efektifitas penamba-han targeted therapy dengan target epidermal growth factor receptor atau pada proses angiogenesis. Cara memblok jalur penghantaran sinyal (signaling pathway) ada 2, yaitu dengan memblok reseptor (antibodi mono- klonal) atau dengan memblok tirosin kinase. Pada kanker kolorektal, kebanyakan studi umumnya menggunakan antibodi monoklonal. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa terapi molekular + kemoterapi memberikan sedikit manfaat dalam meningkatkan survival. Dengan terapi saat ini, median survival pasien kanker kolorektal lanjut sekitar 2 tahun.

    Targeted Therapy for Lung CancerOleh : Michael Millward, MD, PhD (Cancer Council Profes-sor of Clinical Cancer Research, Head of Departement Medical Oncology, University of Western Australia)

    Kanker paru jenis non-small cell merupakan jenis tersering dari seluruh kanker paru. Dibutuhkan terapi yang efektif, onset cepat, ditoleransi dengan baik, dan yang menggu-nakan pengetahuan tentang mekanisme molekular kanker paru. EGFR Signalling terlihat pada > 80% pasien kanker jenis ini. Terapi anti-angiogenesis, bevacizumab, hanya memperlihatkan sedikit peningkatan efektifitas (median OS : paclitaxel vs paclitaxel + bevacizumab : 10,2 bulan vs 12,5 bulan). Studi klinis dengan multi-targeted tyrosine kinase inhibitors sorafenib dan AZD2171 tidak menun-jukkan efektifitas dan terjadi toksisitas.

    Berdasarkan hasil studi hingga kini, penggunaan targeted therapy ataupun identifikasi sub-grup molekular, tidak memberikan manfaat pada kanker paru jenis small cell.

    SimposiumSimposiumFrontier of Cancer ResearchFrontier of Cancer Research

    Mochtar Riady Institute for Nanotechnology,Mochtar Riady Institute for Nanotechnology,10 - 11 Mei 200810 - 11 Mei 2008

    SimposiumFrontier of Cancer Research

    Mochtar Riady Institute for Nanotechnology,10 - 11 Mei 2008

    HASIL PENELITIAN

    Kriteria inklusi kelompok kontrol:1. Murid yang belajar di SD yang terletak jauh dengan jalan raya dengan rata-rata tingkat kebisingan kurang dari 50 dB.2. Telah belajar selama minimal 3 tahun di sekolah tersebut.3 Bersedia mengikuti penelitian.

    Kriteria eksklusi kelompok terpajan dan kontrol:1. Tempat tinggal di sekitar jalan raya.2. Terdapat infeksi telinga tengah kronik.

    D. Prosedur PenelitianPengukuran tingkat kebisingan lingkungan menggunakan Sound level meter yang diukur pada saat murid sedang mengerjakan tes konsentrasi. Alat ukur bising yang digunakan adalah preci-sion sound level meter (SLM) merek NTI minianalyzer dengan tingkat ketepatan sebesar 0,1 dB. Pengukuran dilakukan di tiap ruangan kelas 4 yang dipakai dalam penelitian ini, sedang-kan pengukuran konsentrasi belajar dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada awal tahun dan akhir tahun pelajaran.

    Gambar 8: Skema prosedur penelitian

    E. Variabel dan Batasan VariabelVariabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kebisingan lingkungan sekolah yang merupakan tempat subyek penelitian belajar, yaitu sekolah yang berada di sekitar jalan raya (jarak dari pinggir jalan sejauh kurang dari 150 meter) dan langsung berhadapan dengan jalan, sesuai dengan kriteria Sutherland dan Lubman (2001), dengan tingkat kebisingan ruangan kelas di atas 50 dB untuk sekolah dengan kategori bising dan di bawah 50 dB untuk kategori sekolah tidak bising.4,28 Yang dimaksud dengan jalan raya pada penelitian ini adalah jalan yang dapat dilalui oleh segala jenis kendaraan secara rutin, terutama kendaran umum seperti bis kota.

    Variabel tergantung adalah konsentrasi belajar yang diambil dari hasil tes konsentrasi awal tahun ajaran dan akhir tahun ajaran, selain dari pada itu diukur pula variabel bebas lain seperti jenis kelamin dan pendidikan orang tua karena mungkin dapat meng-ganggu hasil penelitian.

    F. Instrumen Pengumpulan DataMurid sekolah dasar yang telah memenuhi kriteria inklusi, dan orang tua murid setuju mengikuti penelitian dan telah menandatangani informed consent dibagi menjadi kelompok terpajan dan kelompok kontrol. Pengambilan data identi-tas, jenis kelamin, umur dan pendidikan orang tua, diambil melalui pengisian kuesioner.Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di ruangan kelas SD saat proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan precision sound level meter (SLM) merek NTI minianalyzer. Pengukuran tingkat konsentrasi murid diambil dari 2 kali hasil tes konsentrasi.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Karekteristik SubyekPemilihan subyek pada penelitian ini diupayakan secara kom- promis agar mendapatkan pasien atau subyek yang homogen tetapi cukup realistik, sehingga hasil dapat digeneralisasi untuk populasi yang lebih luas. Subyek penelitian ini dipilih dari murid sekolah dasar yang terletak di daerah pinggir jalan raya dan yang jauh dari pinggir jalan raya serta berada dalam wilayah Kota Yogyakarta.

    Dalam memilih subyek penelitian peneliti berusaha memenuhi syarat-syarat: (1) Spesifik dan jelas sehingga benar-benar membatasi subyek yang harus dikeluarkan karena tidak me- menuhi kriteria minimal; (2) Sensitif sehingga menghindari kesalahan subyek yang seharusnya masuk malah dikeluarkan; (3) Pasti (tidak mendua) sehingga bisa dilakukan secara seragam oleh segenap tim peneliti.

    Subyek pada penelitian ini sebanyak 212 orang, dibagi 2 kelompok, 106 orang dalam kelompok murid yang terpajan bising dan berasal dari 5 sekolah, dan 106 orang dalam kelompok murid yang tidak terpajan bising dan berasal dari 6 sekolah. Data demo-grafi dan karakteristik umum pasien dapat dilihat pada tabel 2.

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 193

    1.

    2.

    3.

    Tabel 2 Data karakteristik umum subyek penelitian

  • HASIL PENELITIAN

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008194

    Dalam tabel 2 dapat dilihat penyebaran karekteristik subyek pada kedua kelompok merata, semua variabel pada kedua kelompok, mempunyai nilai p > 0,05 (tabel 2). Dengan demikian subyek pada kedua kelompok penelitian ini adalah homogen.

    B. Pengukuran Tingkat Kebisingan Rerata hasil pengukuran intensitas bising pada sekolah dasar yang terpajan bising jalan raya sebesar 57,2 dB (SD 3,9), sedang-kan di sekolah dasar yang tidak terpajan bising jalan raya adalah sebesar 48,3 dB (SD 2,4). Kedua kelompok layak dibandingkan karena berdasarkan uji t, perbedaan rerata intensitas bising antara kedua kelompok tersebut adalah bermakna (p=0,001). (tabel 3).

    Tabel 3. Data intensitas bising ruang kelas (dB)

    Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas bising di sekolah dasar yang terletak jauh dari jalan raya sudah mendekati am- bang batas maksimum yang diperkenankan, sedangkan untuk sekolah dasar yang dekat dengan jalan raya nilainya melebihi ambang batas yang diperkenankan; hanya sebagian kecil (15%) sekolah dasar yang berada jauh dari jalan raya.13 Artinya bila dilakukan generalisasi hasil penelitian ini maka mungkin sekitar 85% sekolah dasar di Kota Yogyakarta mempunyai tingkat kebi-singan melebihi batas ambang kebisingan lingkungan yang diperkenankan. Hasil ini serupa dengan penelitian Croskey & Devens (1975) cit. Jonsdotir (2003) yang hanya menemukan 1 dari 9 sekolah yang memenuhi kriteria tingkat kebisingan 40-50 dB.49 Hal serupa diperoleh dari penelitian Sanders (1965) cit. Jonsdotir (2003) : 75% sekolah TK mempunyai tingkat kebisingan lebih dari 65 dB.49 Penelitian Modley (1989) di SD Austria menemukan rerata intensitas ruang kelas sebesar 65,3 (47,5 - 81,3) dB.50

    Idealnya pengukuran tingkat kebisingan sekolah dilakukan selama aktivitas belajar mengajar berlangsung. Pada penelitian ini pengukuran bising ruang kelas berlangsung sekitar 5-10 menit pada masing-masing ruangan kelas, pada jam yang hampir bersamaan di semua sekolah yaitu pada pukul 9-11 pagi. Asum-sinya pada jam-jam tersebut keadaan jalan raya sudah mulai stabil (tidak terjadi lonjakan akibat saat berangkat sekolah, berangkat kerja dan sebagainya, sebaliknya setelah jam tersebut sudah mulai terjadi arus pulang dari sekolah maupun kantor). Dengan asumsi tersebut diharapkan rerata bising minimal dapat ditentukan. Bising sekolah dapat lebih tinggi dari rerata bising yang diperoleh pada penelitian ini.

    C. Skor Tes KonsentrasiHasil tes konsentrasi dilakukan dua kali yaitu pada awal (tabel 4) dan akhir tahun ajaran (tabel 5). Pada awal tahun ajaran, diban-dingkan skor konsentrasi siswa pada kelompok sekolah yang terpajan bising dan yang tidak terpajan bising. Terdapat perbe-daan bermakna p = 0.047 (p tamoxifen atau tamoxifen -> AI vs AI sajaKelemahan terapi hormonal aromatase inhibitor adalah meningkatkan insiden hiperkolesterolemi, kehilangan massa tulang, meningkatkan risiko fraktur, meningkatkan kejadian artralgia dan arthritis dibandingkan pemberian tamoxifen.

    4) Taxotere as neoadjuvant treatment for primary breast cancer oleh Dr. Eddy H. TanggoMenjelaskan berbagai uji klinik Docetaxel sebagai terapi neoadjuvant pada kanker payudara

    Uji klinik oleh Hutcheon dkk (n=145) dilaporkan pada ASCO 2000, docetaxel tunggal tetap efektif pada pasien yang tidak respon dengan terapi berbasis antrasiklin dengan pCR: 44% dan cCR : 55%, dan pada kelompok pasien yang respon dengan terapi antrasiklin (CVAP) 4 siklus dan dilanjutkan dengan pemberian docetaxel tunggal secara sekuensial 4 siklus dicapai respon klinis hingga 94% dan secara bermakna meningkatkan respon patologis serta meningkatkan progression free survival.Uji klinik fase II (n: 25) oleh Hurley dkk. dilaporkan pada ASCO 2000, docetaxel (75 mg/m2) kombinasi dengan cisplatin (70 mg/m2) sebagai neoadjuvan pada kanker payudara stadium lokal lanjut 4 siklus dicapai ORR hingga 96 % dengan CR sebesar 52%Uji klinik fase II (n=16) lain oleh Hurley dkk dilaporkan pada ASCO 2001, menggabungkan docetaxel (70 mg/m2) kombinasi Cisplatin ( 70 mg/m2) dan herceptin dicapai ORR hingga 100 %3 uji klinik fase II kombinasi Doxorubicin (50 mg/m2) atau Epirubicin (100 mg/m2) kombinasi Docetaxel (75 mg/m2) interval 2 atau 3 minggu dengan tamoxifen dicapai ORR 68-93%

    Kesimpulan dari kumpulan uji klinik tersebut menunjukkan docetaxel sebagai kemoterapi neoajuvan aktif dan dapat ditoleransi dengan baik, uji klinik untuk menentukan regimen optimal masih berlangsung; uji klinik NSABP B-27 mem-bandingkan AC 4x _ operasi dengan AC 4x _ docetaxel 4 x _ operasi dengan AC 4x _ operasi _ docetaxel 4x. Kumpulan uji klinik tersebut juga menunjukkan docetaxel kombinasi antrasiklin paling menjanjikan sebagai ajuvan terapi. (ARI)

    III.

  • LAPORAN KHUSUS

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008234

    Telah diselenggarakan PKB PERABOI (Pendidikan Ke- dokteran Berkelanjutan Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) pada tanggal 24-26 April 2008 di hotel Grand Mahkota Pontianak dengan tema Peningkatan Peran Bedah Onkologi dalam Penanggulangan Kanker di Era Globalisasi dihadiri oleh sekitar 300 peserta dokter bedah onkologi dan bedah umum.

    Beberapa topik yang menarik di antaranya adalah :1) Taxanes, In the management of breast cancer oleh Dr. Kunta Setiaji, SpB(K)Onk menjelaskan peranan taxan pada kanker payudara stadium lanjut yang diteliti secara luas dalam 10 tahun terakhir, baik sebagai terapi tunggal atau kombinasi.

    Taxan sebagai terapi tunggalPada pasien yang belum terpapar dengan antrasiklin didapatkan Docetaxel lebih baik dibandingkan Antrasik-lin, Paclitaxel sebanding dengan Antrasiklin, Paclitaxel lebih baik dibandingkan regimen CMFP Sedangkan pada pasien yang telah gagal dengan terapi antrasiklin didapatkan Docetaxel lebih baik dibandingkan kombinasi mitomycin/vinorelbine, methotrexate/5-FU dan vinorelbine/5-FU

    Taxan sebagai terapi kombinasi Didapatkan kumpulan uji klinik sbb: D>AC, AD > FAC, DAC> FAC, ED > FEC, AP >> FAC, AP = AC dan EP = ECManfaat taxan juga dilaporkan berdasarkan beberapa hasil uji klinik dengan kesimpulan :

    Meningkatkan dosis paclitaxel 175, 210 dan 250 mg/m2 dalam interval 21 hari tidak memberikan manfaat; dosis optimal pada kanker payudara 175 mg/m2.Pemberian Paclitaxel secara mingguan dosis 80 mg/m2 lebih baik dalam meningkatkan respon dan TTP diband-ingkan pemberian secara 3 minggu dengan dosis 175 mg/m2 ; dan pemberian secara mingguan menurunkan efek samping netropeni dan neuropati.

    Peningkatan dosis Docetaxel hingga 100 mg/m2 akan meningkatkan efektivitas dinilai dari time to progression dan harapan hidup pasien meskipun berkorelasi dengan peningkatan efek samping demam netropeni dan neuropati.Pemberian docetaxel secara mingguan dengan dosis 40 mg/m2 juga lebih bermanfaat dibandingkan pembe-rian setiap 3 minggu dengan menurunkan efek samping terutama demam netropeni dan neuropati.Perbandingan docetaxel dengan paclitaxel sebagai terapi tunggal pada lini kedua kanker payudara didapatkan juga docetaxel lebih unggul dibandingkan paclitaxel meskipun disertai peningkatan efek samping terutama netropeni.

    Terakhir disampaikan tingkatan pilihan regimen yang lebih superior yang dapat digunakan sebagai terapi ajuvan pada kanker payudara adalah :- Regimen standar : CMF 6x, AC 4x- Regimen superior :

    CAF/CEF atau FAC/FEC atau AC-> CMF atau E-> CMFAC-> P, atau AC ->D atau TAC atau FEC -> AC dose danse -> P

    2) Anthracycline based chemotherapy in breast cancer oleh Dr. Fransiska Badudu SpB(K)Onk

    Antrasiklin yang telah dikembangkan di pertengahan tahun 1970 an tetap menjadi terapi dasar pada kanker payudara, sebagai terapi tunggal dicapai respon rata rata > 40 % dan sebagai kombinasi dapat dicapai hingga > 70 %.Efek samping utama yang diperhatikan adalah kardiotoksik. Skema terapi antrasiklin pada kanker payudara metas-tasis adalah :

    Pasien pertama mendapatkan antrasiklin kombinasi taxane dan dilanjutkan setelah mengalami rekurensi dengan pemberian capecitabine Pasien pertama mendapatkan antrasiklin kombinasi non taxane dilanjutkan setelah mengalami rekurensi dengan pemberian taxane tunggal atau kemoterapi kombinasi dengan berbasis taxane (capecitabine +

    PKB PERABOI 2008PKB PERABOI 2008PKB PERABOI 2008

    1.2.3.

    I.

    II.

    HASIL PENELITIAN

    CDK 163/vol.35 no.4/Juli - Agustus 2008 195

    E. Hubungan antara tingkat konsentrasi dengan beberapa variabel perancuVariabel perancu (confounding) adalah jenis variabel yang ber- hubungan (asosiasi) dengan variabel bebas dan berhubungan dengan variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel antara. Identifikasi variabel perancu ini amat penting karena akan bisa berakibat salah kesimpulan.

    Variabel perancu dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, lama studi, pendidikan ortu dan les privat. Pada tinjauan pustaka selain pajanan bising ternyata keempat variabel perancu ini dapat mempenga-ruhi tingkat konsentrasi siswa SD. Variabel perancu tersebut tidak dapat disingkirkan dengan desain penelitian sehingga dilakukan teknik statistik analisis multivariat. Dengan tehnik ini dapat dilihat peran masing masing variabel bebas, termasuk perancu, terhadap tingkat konsentrasi siswa SD yang dinilai dua kali dalam kurun waktu 2 semester, yakni pada awal tahun ajaran (tingkat konsen-trasi 1) dan akhir tahun ajaran (tingkat konsentrasi 2). (tabel 8).

    Tabel. 8. Hubungan antara tingkat konsentrasi dengan variabel perancu

    Pada tabel 8 terlihat pada tingkat konsentrasi 1 hanya lama studi yang mempunyai hubungan bermakna (p < 0,05). Sesuai dengan pendapat Wickens cit. Veenstra (1995), faktor usia ikut berpenga-ruh dalam kemampuan konsentrasi individu karena kemampuan konsentrasi tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia individu.42

    Untuk tingkat konsentrasi 2 hanya jenis kelamin yang memiliki hubungan yang bermakna. Hal tersebut sesuai pendapat Saminah (1997), perbedaan jenis kelamin anak seringkali menun-jukkan perbedaan karakteristik belajar anak. Anak perempuan akan lebih cepat memasuki tahap keremajaannya dibandingkan anak laki laki. Anak perempuan lebih cepat mengenal hidup teratur sehingga kesan umum anak perempuan lebih mudah diatur dan lebih mudah mandiri.51

    D. Hubungan antara lama pajanan bising disekolah dengan tingkat konsentrasiHubungan antara faktor risiko bising (variabel bebas) dengan tingkat konsentrasi (variabel tergantung) pada studi kohort dapat ditentukan dengan mencari nilai risiko relatif. Risiko relatif (RR) disebut pula rasio risiko dapat diketahui dengan mem-bandingkan tingkat konsentrasi subyek penelitian dengan faktor risiko bising dengan tingkat konsentrasi kelompok tanpa faktor risiko (tidak bising). Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi kohort. Pada awal tahun ajaran baru, didapatkan Risiko relatif 2,2 artinya kelompok sekolah yang terpajan bising mempunyai risiko akan mempunyai tingkat konsentrasi yang kurang, sebesar 2,2 kali dibandingkan dengan sekolah yang tidak terpajan bising (tabel 6).

    Tabel 6. Kategori tingkat konsentrasi berdasarkan hasil tes konsentrasi 1

    Pada akhir tahun ajaran, didapatkan Risiko relatif 18 artiny