catatan pertemuan i (16-18 oktober 2013) indonesian ... pertemuan i ina-nitf (hari kedua... · page...

13
Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF) Page 1 of 13 Hari/Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 09.10 Rapat dibuka Lanjutan Prinsip 1. Darmawan L (Co- Chair/FFI) Prinsip 1.3 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berkomitmen pada perilaku etis dalam seluruh transaksi dan operasi bisnis. Hal ini akan mengacu pada referensi P&C 2013 halaman terakhir: UN Convention Against Corruption – artikel 12 Perlu diperhatikan bahwa tidak semua konvensi international diratifikasi oleh Indonesia Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Khusus UN Convention Against Corruption telah diratifikasi melalui Undang – Undang No 7 tahun 2006 Feybe Lumuru (LINKS) Indikator untuk kriteria 1.3 dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Harus terdapat kebijakan tertulis yang berisi komitmen terhadap kode integritas dan perilaku etis dalam seluruh pelaksanaan operasi dan transaksi 2. Terdapat dokumentasi proses sosialisasi kebijakan ke seluruh level pekerja dan operasi. Darmawan L (Co- Chair/FFI) Panduan: dapat digunakan panduan dari P&C 2013 Darmawan L (Co- Chair/FFI) Sebaiknya dirubah redaksional dari ‘Pelarangan seluruh bentuk korupsi…’ menjadi upaya pencegahan. Feybe Lumuru (LINKS) Perusahaan dapat mengatur hal didalam ruang lingkup internalnya namun tidak bisa mengatur pihak luar seperti pemerintahan. Efdy Ruzaly (BSP) Disepakati mengganti ‘pelarangan’ dengan ‘usaha pencegahan’ Darmawan L (Co- Chair/FFI) Prinsip 2. Prinsip 2.1 menggunakan versi terjemahan sementara: Terdapat kepatuhan terhadap seluruh regulasi dan hukum lokal, nasional, dan internasional yang telah diratifikasi Darmawan L (Co- Chair/FFI) Seluruh peraturan nasional kemungkinan belum semua diratifikasi oleh Indonesia, perlu pendataan ratifikasi dari konvensi terutama dari referensi P&C RSPO halaman terakhir dalam dokumen. FORMISBI akan mendata keseluruhan daftar tersebut dan akan menyediakan hasilnya pada rapat INA NITF berikutnya. Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Untuk Indikator, diambil dari terjemahan sementara dan tuliskan: 1. Harus tersedia bukti kepatuhan terhadap persyaratan legal yang relevan. 2. Sistem yang terdokumentasi, meliputi informasi tertulis mengenai persyaratan-persyaratan legal, harus dipelihara. 3. Mekanisme untuk memastikan kepatuhan harus diimplementasikan 4. Sistem yang mencatat setiap perubahan dalam hukum harus diimplementasikan Dalam indicator pertama, kata harus diberikan karung (shall) – harus yang menjelaskan pentingnya hal tersebut. Peter Lim (BGA) Panduan : menggunakan kalimat dari terjemahan sementara. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Prinsip 2.2 menggunakan kalimat dari terjemahan sementara dengan sedikit perubahan menjadi : Hak untuk menggunakan tanah dapat diperlihatkan dengan jelas, dan tidak dituntut secara sah oleh masyarakat lokal yang dapat Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Upload: vutu

Post on 17-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 1 of 13

Hari/Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta

Jam Pembahasan Oleh

09.10 Rapat dibuka Lanjutan Prinsip 1.

Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Prinsip 1.3 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berkomitmen pada perilaku etis dalam seluruh transaksi dan operasi bisnis. Hal ini akan mengacu pada referensi P&C 2013 halaman terakhir: UN Convention Against Corruption – artikel 12

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua konvensi international diratifikasi oleh Indonesia

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Khusus UN Convention Against Corruption telah diratifikasi melalui Undang – Undang No 7 tahun 2006

Feybe Lumuru (LINKS)

Indikator untuk kriteria 1.3 dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Harus terdapat kebijakan tertulis yang berisi komitmen terhadap kode integritas dan perilaku etis dalam seluruh pelaksanaan operasi dan transaksi

2. Terdapat dokumentasi proses sosialisasi kebijakan ke seluruh level pekerja dan operasi.

Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Panduan: dapat digunakan panduan dari P&C 2013 Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Sebaiknya dirubah redaksional dari ‘Pelarangan seluruh bentuk korupsi…’ menjadi upaya pencegahan.

Feybe Lumuru (LINKS)

Perusahaan dapat mengatur hal didalam ruang lingkup internalnya namun tidak bisa mengatur pihak luar seperti pemerintahan.

Efdy Ruzaly (BSP)

Disepakati mengganti ‘pelarangan’ dengan ‘usaha pencegahan’ Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Prinsip 2. Prinsip 2.1 menggunakan versi terjemahan sementara: Terdapat kepatuhan terhadap seluruh regulasi dan hukum lokal, nasional, dan internasional yang telah diratifikasi

Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Seluruh peraturan nasional kemungkinan belum semua diratifikasi oleh Indonesia, perlu pendataan ratifikasi dari konvensi terutama dari referensi P&C RSPO halaman terakhir dalam dokumen.

FORMISBI akan mendata keseluruhan daftar tersebut dan akan menyediakan hasilnya pada rapat INA NITF berikutnya.

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Untuk Indikator, diambil dari terjemahan sementara dan tuliskan:

1. Harus tersedia bukti kepatuhan terhadap persyaratan legal yang relevan. 2. Sistem yang terdokumentasi, meliputi informasi tertulis mengenai

persyaratan-persyaratan legal, harus dipelihara. 3. Mekanisme untuk memastikan kepatuhan harus diimplementasikan 4. Sistem yang mencatat setiap perubahan dalam hukum harus

diimplementasikan

Dalam indicator pertama, kata harus diberikan karung (shall) – harus yang menjelaskan pentingnya hal tersebut.

Peter Lim (BGA)

Panduan : menggunakan kalimat dari terjemahan sementara. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Prinsip 2.2 menggunakan kalimat dari terjemahan sementara dengan sedikit perubahan menjadi : Hak untuk menggunakan tanah dapat diperlihatkan dengan jelas, dan tidak dituntut secara sah oleh masyarakat lokal yang dapat

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 2 of 13

menunjukkan bahwa mereka memiliki hak legal, hak adat atau hak guna. RSPO meminta hak atas tanah dibagi menjadi hak legal, hak adat dan hak guna Yohannes

(FORMISBI) Jika mengacu kepada peraturan nasional, Undang – Undang No 5 tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria, pasal 16 terdapat 7 hak dan pasal 53 terdapat 4 hak yang diakui oleh negara.

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Hak pengakuan untuk wilayah adat sudah banyak yang diakui secara local dan tertulis dalam peraturan daerah. Hal tersebut harus diakomodir terutama di INA NITF ini. Banyak persoalan tentang hak adat yang perlu dibaca terlebih dahulu oleh anggota INA NITF sebelum merumuskan hal tersebut. Jika terdapat hak maka harus tedapat negosiasi untuk pelepasan hak tersebut. Hal ini dapat mengacu ke UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Feybe Lumuru (LINKS)

Mengacu kepada pengalaman yang lalu, perusahaan sebenarnya sudah memenuhi indicator ini (2.2) dan kalimat pada NI 2008 sudah cukup mengakomodir

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Sebaiknya tetap kembali mengacu kepada peraturan nasional saja, dituliskan ke dalam panduannya.

Wilton Simanjuntak (AHL)

Perlu pemahaman lebih lanjut akan hak dalam peraturan. Dengan mengambil referensi dari Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No 2 tahun 1999 tentang Izin Lokasi, maka SK Bupati dan izin Lokasi bukanlah dokumen legal melainkan kebijakan. Hal ini akan berkaitan dengan kegiatan perusahaan yang membuka areal saat masih mendapatkan Izin Lokasi. Ijin lokasi merupakan dokumen legal, namun untuk melaksanakan operasional diperlukan ijin lanjutan yang lain, yaitu IUP

Darmawan L (Co-Chair/FFI) Bambang Dwi (Formisbi)

Diputuskan 2.2.1 akan diberikan catatan : Defenisi dokumen legal akan di diskusikan dengan meminta pendapat BPN Untuk redaksional digunakan NI 2008 : Dokumen yang menunjukkan penguasaan/ pengusahaan tanah yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

2.2.2 tetap digunakan redaksional NI 2008 yaitu: Bukti legal/tanda-tanda batas areal yang legal didemarkasikan secara jelas dan terpelihara.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

2.2.3 kembali menggunakan redaksional NI 2008 : Apabila terdapat, atau sudah terdapat perselisihan, maka harus tersedia bukti penyelesaian atau progress penyelesaian dengan proses penyelesaian konflik yang diterima oleh para pihak.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Perlu dijelaskan dengan apa yang dimaksud significant conflict Neny Indriyana (First Resources)

Yang dimaksud dengan significant conflict adalah: jika terdapat demo dan atau sudah masuk kedalam pengadilan

Hendi Hidayat (SMART)

Perlu dijelaskan bahwa barometer yang sering digunakan saat menghadapi konflik ada beberapa macam. Salah satunya membagi kelas konflik dalam: merah, kuning dan hijau. Merah: terjadi perusakana materiam dan terdapat korban jiwa, Kuning: terjadi perusakan material, terdapat demo namun tanpa korban jiwa. Berdasarkan pengalaman di lapangan juga harus dibedakan antara penyelesaian konflik yang melibatkan tanah individu dan tanah komunal. Diperlukan pemetaan partisipatif didalamnya.

Feybe Lumuru (LINKS)

Pada pengalaman menangani konflik, untuk menghindari salah persepsi maka pemetaan partisipatif harus dihindari. Seringkali masyarakat yang mengikuti proses pemetaan menganggap peta yang diberikannya adalah bukti kuat pengakuan perusahaan atas klaim mereka. Padahal pemetaan partisipatif

Wilton Simanjuntak (AHL)

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 3 of 13

adalah salah satu tahap menuju perhitungan apakah klaim tersebut akan diterima atau ditolak.

Proses pembuatan peta tersebut akan diakomodir sampai tahapan yang mana Asrini (AA) Untuk menghindari perdebatan lebih lanjut, akan diberikan catatan pada 2.2.3

yaitu: Redaksional masalah metode penyelesaian konflik tanah yang melibatkan tanah individu dan komunal akan didiskusikan pada pertemuan INA-NITF berikutnya.

Ismu Zulfikar (Smart)

Indikator untuk 2.2.4 menggunakan versi terjemahan : Tidak boleh terdapat konflik tanah yang signifikan, kecuali terdapat syarat-syarat untuk proses-proses resolusi konflik yang dapat diterima (lihat Kriteria 6.3 dan 6.4) telah diimplementasi dan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Sebaiknya tidak perlu dituliskan metode penyelesaian dengan peta, bisa juga dilakukan dengan dokumen penyelesaian konflik berupa berita acara.

Efdy Ruzaly (BSP)

2.2.5 diperlukan diskusi lebih lanjut akan hal ini. Akan diberkikan catatan pada panduan yaitu: Untuk draft indicator point 5 & 6 masih akan didikusikan kembali pada pertemuan INA-NITF berikutnya.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

2.2.6 terdapat panduan khusus mengenai pelarangan adanya tentara bayaran dan paramiliter.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Perkebunan umumnya menggunakan jasa polisi dalam kegiatannya untuk menjaga asset perusahaan yang berharga. Sering kali hal tersebut dianggap mengintimidasi masyarakat, padahal fungsi utama polisi hanya mencegah.

Neny Indriyana (First Resources)

Jika melihat lebih detail pada 2.2.6 maka hal pelarangan penggunaan jasa paramiliter hanya apabila terjadi konflik (menghindari eskalasi konflik).

Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Khusus 2.2.6 adalah indicator baru, diperlukan pemahaman lebih lanjut untuk merumuskannya. Untuk menghemat waktu akan dituliskan pada catatan: Untuk 2.2.6 : Perlu panduan yang lebih detail untuk proses pemenuhan prinsip ini dan akan didiskusikan pada pertemuan INA-NITF berikutnya.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

12.00 BREAK 13.22 Rapat dimulai Darmawan L (Co-

Chair/FFI) Untuk Kriteria 2.3 menggunakan versi terjemahan yaitu: Penggunaan lahan

untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak penggunaan, hak adat atau hak legal dari pengguna-pengguna lain tanpa persetujuan mereka (berdasarkan FPIC).

Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Untuk indicator, 2.3.1 digunakan kalimat dari terjemahan sementara. Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Kembali seperti 2.2 diatas, untuk menghindari pemetaan hanya satu-satunya solusi, sebaiknya kata tersebut bisa digantikan dengan bukti uraian penyelesaian konflik.

Efdy Ruzaly (BSP)

Dalam pedoman, 2.3.1 terdapat pengecualian kepada perkebunan tua, yang sudah lama didirikan. Harus terdapat penjelasan khusus untuk hal ini.

Asrini (AA)

Untuk menghemat waktu perlu dicatatkan pada panduan untuk rapat berikutnya : INA NITF akan menentukan defenisi ‘kebun tua’

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk indicator 2.3.2 kembali menggunakan versi terjemahan namun untuk poin indikatornya direvisi menjadi :

Salinan perjanjian-perjanjian yang telah dinegosiasikan lengkap dengan proses-proses persetujuannya, termasuk didalamnya:

a. Berita acara sosialisasi b. Bukti pernyataan pelepasan hak c. Bukti kompensasi

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Khusus 2.3.2 sama dengan 2.3.1 perlu dijelaskan adanya pengecualian untuk kebun tua. Maka dari pada itu dicatatkan pada panduan: Perlu definisi yang jelas tentang kebun lama dan kebun baru dalam panduan dan akan dibahas dalam pertemuan INA-NITF berikutnya

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Dikarenakan pada indicator vesi P&C 2013 memiliki salinan yang sesuai Ismu Zulfikar

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 4 of 13

dengan FPIC sebanyak 3 jenis bukti, sebaiknya hal tersebut masuk kedalam panduan.

(Chairperson/Smart)

Untuk 2.3.3 menggunakan versi terjemahan. Tersedianya bentuk dan bahasa yang tepat untuk informasi yang relevan termasuk analisis dampak, pembagian keuntungan yang diajukan, dan pengaturan secara hukum

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Sementara untuk 2.3.4, karena merupakan tambahan dalam P&C 2013 maka digunakan versi terjemahan yaitu: Harus tersedia bukti yang menunjukkan bahwa komunitas-komunitas telah diwakilkan melalui insititusi atau perwakilan sesuai dengan pilihan mereka, termasuk penasihat hukum

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Perlu penjelasan khusus siapa yang menjadi perwakilan masyarakat tersebut. Bagaimana jika kepala desa atau kepala adat tidak sejalan dengan beberapa aspek masyarakat, siapa yang dibenarkan mewakili masyarakat?

Neny Indriyana (FR)

Kasus seperti itu bisa saja muncul dan perlu pertimbangan lebih lanjut Feybe Lumuru (LINKS)

Dalam panduan perlu ditambahkan catatan : INA-NITF akan menentukan defenisi ‘Penunjukan perwakilan masyarakat’

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Panduan untuk seluruh kriteria 2.3 diambil dari versi terjemahan dengan ditambahkan poin – poin yang masuk dalam bukti FPIC di indicator 2.3.2.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Prinsip 3. Karena tidak terdapat perubahan maka tetap digunakan dari NI 2008 yaitu: Komitmen terhadap viabilitas keuangan dan ekonomis jangka panjang

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk kriteria 3.1 juga menggunakan bahasa yang sama : Terdapat rencana manajemen yang terimplementasi, yang bertujuan mencapai keamanan ekonomi dan finansial jangka panjang

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Terdapat penambahan kata pada versi Indikator 3.1.1 : Dokumen rencana kerja perusahaan untuk jangka waktu minimum 3 tahun, termasuk rencana pengembangan petani plasma (scheme smallholders), jika ada.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Karena RSPO untuk smallholders telah tersedia pada dokumen tersendiri, disarankan kata-kata smallholder dihapus saja.

Asrini (AA)

Dalam proses NI ini, isi yang ada di indikator tidak boleh dihapuskan. Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Jika tetap ditampilkan, auditor nantinya akan melakukan double checking ke kebun inti dan plasma. Hal ini akan berpengaruh ke biaya audit.

Asrini (AA)

Sebaiknya diberikan catatan pada panduan rapat berikutnya: Perlu didiskusikan lebih lanjut penggunaan kata smallholder didalamnya (pada indicator 1)

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk 3.2 terdapat tambahan : Rencana program replanting tahunan, untuk proyeksi minimum 5 tahun ke depan yang setiap tahun dilakukan kaji ulang. (namun apabila diperlukan, dapat berjalan lebih lama sesuai dengan tingkat manajemen tanah marjinal yang dibutuhkan, lihat Kriteria 4.3), dengan tinjauan tahunan, harus tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

3.2 sudah dilakukan oleh perusahaan Indonesia pada umumnya sehingga tidak masalah jika tambah kalimat tersebut.

Efdy (BSP)

Panduan dapat menggunakan versi terjemahan karena terdapat panduan lebih rinci dari RSPO.

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 5 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 6 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 7 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 8 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 9 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 10 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 11 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 12 of 13

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 13 of 13