catatan pertemuan periode i (16-18 oktober 2013) indonesian … pertemuan i ina-nitf (hari...

18
Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF) Page 1 of 18 Hari/Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 08.53 Pembukaan Rapat Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Prinsip 4 Prinsip 4 tidak mengalami perubahan, tetap digunakan kalimat yang NI 2008: Penggunaan praktik-praktik terbaik oleh pengusaha perkebunan dan pabrik minyak sawit Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Pada Kriteria 4.1 juga tidak terdapat perubahan dari RSPO maka digunakan versi NI 2008 yaitu: Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Indikator 4.1.1 akan dibagi menjadi dua bagian seperti NI 2008 yaitu: 4.1.1 SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen harus tersedia. 4.1.2 SOP Pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai dispatch CPO & PKO harus tersedia. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Menyarankan agar menggunakan satu indicator saja untuk 4.1.1 sesuai dengan versi terjemahan Faizal Amri (Genting) SOP sudah dimiliki oleh semua perkebunan sawit, jadi tidak masalah menggunakan NI 2008. Peter Lim (BGA) Untuk menghindari pemahaman yang bias antara perkebunan dan auditor, agar digunakan versi NI 2008 saja. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Indicator 4.1.2 terdapat perubahan penambahan kata harus didepan kalimat, maka redaksional kata harus cukup ditambahkan saja ke NI 2008 yang lalu menjadi kalimat: Harus terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Berdasarkan pengalaman lapangan, mekanisme yang diminta oleh auditor untuk indicator 4.1.2 versi terjemahan sudah tercakup dalam kegiatan pemeriksaan dan pemantauan. Efdy Ruzaly (BSP) Indikator 4.1.3 mendapat tambahan kata harus terpelihara dan tersedia dengan wajar. Berdasarkan pengalaman audit yang lalu maka cukup dituliskan sesuai NI yang lama: Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Sebaiknya ditambahkan kata ‘harus’ sesuai dengan P&C 2013 minta, maka redaksional menjadi Rekaman kegiatan operasional harus tersedia. Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Usulan diterima oleh Chairperson Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Terdapat tambahan indicator yaitu 4.1.4 PKS harus mencatat asal usul dari seluruh TBS yang bersumber dari pihak ketiga. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Hal tersebut perlu dilakukan untuk keamanan perusahaan sendiri Darmawan L (Co- chair/FFI) Hal tersebut sulit dilakukan karena tidak bisa mengatur diluar dari wilayah perusahaan Efdy Ruzaly (BSP) Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengelola didalam perusahaannya, namun tidak bisa mengatur pihak ketiga diluar dari perusahaan. Wilton Simanjuntak (AHL) Sejauh pengalaman dilapangan, perusahaan perlu melakukan tracking dari TBS yang diterima. Layer pertama dapat dilakukan di gerbang PKS, layer selanjutnya bisa dicek sampai kelapangan. Asrini (AA)

Upload: trinhduong

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 1 of 18

Hari/Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta

Jam Pembahasan Oleh

08.53 Pembukaan Rapat Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Prinsip 4 Prinsip 4 tidak mengalami perubahan, tetap digunakan kalimat yang NI 2008: Penggunaan praktik-praktik terbaik oleh pengusaha perkebunan dan pabrik minyak sawit

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada Kriteria 4.1 juga tidak terdapat perubahan dari RSPO maka digunakan versi NI 2008 yaitu: Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Indikator 4.1.1 akan dibagi menjadi dua bagian seperti NI 2008 yaitu: 4.1.1 SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen harus tersedia. 4.1.2 SOP Pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai dispatch CPO & PKO harus tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Menyarankan agar menggunakan satu indicator saja untuk 4.1.1 sesuai dengan versi terjemahan

Faizal Amri (Genting)

SOP sudah dimiliki oleh semua perkebunan sawit, jadi tidak masalah menggunakan NI 2008.

Peter Lim (BGA)

Untuk menghindari pemahaman yang bias antara perkebunan dan auditor, agar digunakan versi NI 2008 saja.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Indicator 4.1.2 terdapat perubahan penambahan kata harus didepan kalimat, maka redaksional kata harus cukup ditambahkan saja ke NI 2008 yang lalu menjadi kalimat: Harus terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Berdasarkan pengalaman lapangan, mekanisme yang diminta oleh auditor untuk indicator 4.1.2 versi terjemahan sudah tercakup dalam kegiatan pemeriksaan dan pemantauan.

Efdy Ruzaly (BSP)

Indikator 4.1.3 mendapat tambahan kata harus terpelihara dan tersedia dengan wajar. Berdasarkan pengalaman audit yang lalu maka cukup dituliskan sesuai NI yang lama: Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Sebaiknya ditambahkan kata ‘harus’ sesuai dengan P&C 2013 minta, maka redaksional menjadi Rekaman kegiatan operasional harus tersedia.

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Usulan diterima oleh Chairperson Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Terdapat tambahan indicator yaitu 4.1.4 PKS harus mencatat asal usul dari seluruh TBS yang bersumber dari pihak ketiga.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Hal tersebut perlu dilakukan untuk keamanan perusahaan sendiri Darmawan L (Co-chair/FFI)

Hal tersebut sulit dilakukan karena tidak bisa mengatur diluar dari wilayah perusahaan

Efdy Ruzaly (BSP)

Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengelola didalam perusahaannya, namun tidak bisa mengatur pihak ketiga diluar dari perusahaan.

Wilton Simanjuntak (AHL)

Sejauh pengalaman dilapangan, perusahaan perlu melakukan tracking dari TBS yang diterima. Layer pertama dapat dilakukan di gerbang PKS, layer selanjutnya bisa dicek sampai kelapangan.

Asrini (AA)

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 2 of 18

Sebaiknya indicator ini dimasukkan kedalam panduan saja Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Tidak bisa menghapus indicator yang sudah ditetapkan RSPO. Sebaiknya tetap dituliskan sesuai terjemahan.

Neny Indriyana (First Resources)

Pihak ketiga harus diidentifikasi yaitu pengumpul, penghantar, Koperasi, Asosasi Petani, mitra perusahaan/outgrower. Sebaiknya dituliskan Rekaman sumber TBS dari pihak ketiga (pengumpul, penghantar, Koperasi, Asosiasi Petani dan mitra perusahaan/ outgrower) Dengan demikian diperlukan self-declaration dari para pemasok TBS tersebut.

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Sebaiknya redaksionalnya hanya sampai ke gerbang PKS saja menjadi: Tersedia rekaman asal TBS dari pengumpul dan penghantar di gerbang PKS.

Peter Lim (BGA)

Self- Declaration tidak diperlukan dari pihak ketiga, siapa yang akan mengecek isi dari self-declaration tersebut. Jika mengacu kepada system ISCC, hal tersebut adalah keharusan tapi tidak perlu di RSPO

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Self-declaration tetap diperlukan, apabila isinya belum bisa dipastikan oleh perusahaan maka minimal dokumentasi yang menyatakan tidak terdapat TBS illegal telah dimiliki perusahaan.

Feybe Lumuru (LINKS)

Sebaiknya dipending dahulu 4.1.5 dengan menuliskan perlu pertimbangan redaksional untuk 4.1.5

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Panduan : digunakan versi terjemahan sementara dari RILO Panduan Khusus: Untuk 4.1.1 dan 4.1.4: SOP dan dokumentasi untuk pabrik minyak sawit sebaiknya mencakup syarat-syarat rantai pasok (supply chain) yang relevan (lihat RSPO Supply Chain Certification Standard, Nov 2011). Mekanisme-mekanisme untuk memeriksa pengimplementasian prosedur dapat mencakup sistem manajemen dokumentasi dan prosedur kontrol internal.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk Kriteria 4.2 tidak terdapat perubahan maka digunakan versi NI 2008 saja : Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau apabila memungkinkan meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Khusus indicator, 4.2.1 terdapat penambahan indicator yang dahulu terdapat di panduan, dapat digunakan redaksional yang lalu: Terdapat SOP yang terdokumentasi untuk praktek mempertahankan kesuburan tanah.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Sejalan dengan 4.2.2 hanya terdapat penambahan kata harus maka dapat digunakan NI 2008: Rekaman kegiatan analisa tanah, daun dan visual secara berkala

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk Indikator 4.2.3.dan 4.2.4 dapat digabungkan dalam satu indicator dengan bahasa: Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan, tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi) berdasarkan hasil analisa (2). (2) diatas menunjukkan mengacu pada hasil indicator 2 yaitu analisa daun

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Panduan menggunakan versi terjemahan yaitu: Kesuburan jangka panjang tergantung pada upaya mempertahankan struktur, kandungan senyawa organik, status nutrisi dan kesehatan mikrobiologis tanah. Pihak perkebunan perlu memastikan bahwa mereka mengikuti praktek-praktek terbaik. Efisiensi nutrisi harus mempertimbangkan usia tanaman dan kondisi tanah.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 3 of 18

Kriteria 4.3 tidak mendapatkan perubahan maka digunakan versi NI

2008: Praktek-Praktek meminimalisasi dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Indikator 4.3.1; 4.3.2 dan 4.3.3 hanya menambahkan kata harus, maka dapat digunakan NI 2008

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

4.3.4 mendapatkan tambahan kata harus dimonitor sehingga redaksionalnya : Program pengelolaan tinggi muka air pada lahan gambut untuk meminimalkan penurunan permukaan tanah gambut harus tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Tentang pengelolaan muka air gambut dapat mengacu pada dokumen resmi RSPO

Peter Lim (BGA)

Penambahan indicator 4.3.5 mengenai kemampuan pengaliran dapat ditambahkan pada indicator dengan menggunakan redaksional terjemahan dengan perbaikan kata menjadi: Penilaian kemampuan pengaliran (drainability assessment) pada lahan gambut sebelum penanaman ulang dilakukan guna menentukan viabilitas jangka panjang dari tingkat drainase yang dibutuhkan untuk penanaman kelapa sawit.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Dalam panduan terdapat kata rencana rehabilitasi atau alternative penggunaan pada lahan dalam dua siklus tanam (crop cycle). Hal tersebut terlalu lama bagi industry sawit

Peter Lim (BGA)

Perlu dicatatkan dalam panduan bahwa hal ini akan dibahas redaksinonalnya pada rapat INA NITF berikutnya

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Indikator 4.3.6 dapat menggunakanNI 2008 yaitu: Strategi pengelolaan tanah marjinal dan tanah kritis lainnya (tanah berpasir, tanah mengandung sulfat masam, kandungan bahan organik rendah) tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Perlu dijelaskan pada panduan tentang kemiringan akan mengacu kepada Panduan Teknis budidaya kelapa sawit Ditjenbun

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Dokumen tersebut harus tersedia di dalam referensi NI nantinya Peter Lim (BGA) Untuk panduan, dapat gunakan versi terjemahan yaitu: Teknik-teknik

yang dapat meminimalisir erosi tanah haruslah teknik-teknik yang sudah cukup dikenal dan harus diterapkan jika memungkinkan. Hal ini dapat meliputi praktek-praktek seperti pengelolaan tanaman penutup tanah, daur ulang biomassa, pembuatan teras dan regenrasi alami atau restorasi sebagai pengganti replanting. Untuk tanaman yang sudah ada di lahan gambut, tinggi muka air harus dipertahankan pada batas rata-rata 60 cm dari permukaan tanah (kisaran 50-75 cm) melalui suatu jaringan struktur pengendalian air seperti; tanggul air, kantong pasir, dll di lapangan dan pintu air untuk titik pembuangan dari saluran utama (lihat kriteria 4.4 dan 7.4)

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Kriteria 4.4 tidak mendapat perubahan dari RSPO sehingga dapat digunakan versi NI 2008 yaitu: Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk4.4.1 terdapat penambahan kata Harus dan dapat digunakan redaksional yang lama yaitu: Harus tersedia sebuah rencana manajemen air yang diimplementasikan.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Terdapat panduan khusus untuk 4.4.1 sehingga perlu penjelasan lebih lanjut mengenai rencana tata kelola air pada panduan.

Peter Lim (BGA)

4.4.2 mendapatkan perubahan redaksional mengacu pada praktik terbaik nasional dan pedoman nasional. Hal tersebut dapat ditambahkan pada panduan. Ditawarkan redaksional tetap menggunakan NI 2008 yaitu: Perlindungan aliran air dan lahan basah, termasuk menjaga dan memelihara daerah sempadan sungai pada saat

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 4 of 18

atau sebelum Replanting.

Setuju dengan usulan Chairperson karena hal tersebut sudah dilakukan pada saat audit yang lalu.

Efdy Ruzaly (BSP)

Terdapat penambahan indicator oleh P&C 2013 yang dulunya merupakan pedoman. Disarankan tetap menggunakan redaksi NI 2008 yaitu: Rekaman pemantauan BOD limbah cair Pabrik.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Tetap digunakan redaksi yang lama namun pada panduan harus dijelaskan akan mengacu pada nilai BOD regulasi nasional

Neny Indriyana (First Resources)

Pada tambahan indicator 4.4.4 yang dulunya terdapat di pedoman, dapat digunakan redaksional NI 2008 yaitu: Rekaman pemantauan penggunaan air untuk pabrik per ton TBS.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pedoman pada 4.4.1 dan 4.4.2 memiliki pedoman khusus sedangkan panduan umum tetap menggunakan panduan versi terjemahan: Pengusaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit sebaiknya memperhatikani dampak-dampak dari penggunan air serta aktivitas mereka terhadap sumber daya air lokal.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Kriteria 4.5 tidak mendapatkan penambahan dari RSPO sehingga dapat digunakan bahasa NI 2008: Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada Indikator 4.5.1 dapat digunakan redaksional NI 2008 karena hanya terdapat penambahan kata harus. Secara lengkap dituliskan Tersedia hasil pemantauan dari implementasi rencana Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk 4.5.2 tetap dapat digunakan redaksi lama Tersedia bukti rekaman pelatihan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pedoman dapat menggunakan versi NI 2008 karena masih relevan yaitu: Pihak perkebunan sebaiknya menerapkan tehnik PHT yang diakui, yang menggunakan teknik budidaya, biologis, mekanis atau fisik untuk meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia. Sedapat mungkin spesies asli digunakan dalam kontrol biologis.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

RSPO mengurangi penggunaan kata pada 4.6 sehingga dapat digunakan versi terjemahan yaitu: Penggunaan pestisida tidak mengancam kesehatan atau lingkungan.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada indicator 4.6.1 terdapat penambahan kata penggunaan produk spesifik untuk hama dengan dampak minim terhadap species di luar target. Berdasarkan pengalaman dimasa lalu maka hal tersebut secara redaksional dituliskan sebagai Bukti-bukti dokumentasi bahwa penggunaan pestisida sesuai peraturan berlaku dan sesuai dengan target spesies, dosis yang sesuai.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Perlu ditambah panduan untuk 4.6.1 tentang penggunaan dokumen yang diterbitkan oleh Komisi Pestisida

Neny Indriyana (First Resources)

Panduan tentang dokumen Komisi Pestisida dapat dimasukkan dalam referensi saja bersama dengan peraturan dan dokumen dRSPO lainnya

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

4.6.2 mendapatkan penambahan penggunaan LD50. Namun masih relevan dengan NI 2008 yang lalu yaitu: Rekaman penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan dan LD50 bahan aktif tersebut, jumlah penggunaan per ha dan jumlah berapa kali aplikasi) harus tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Hal tersebut sesuai dengan praktek dilapangan. Pengalaman pada saat Efdy Ruzaly (BSP)

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 5 of 18

audit, data PHT untuk penggunaan pestisida dapat memenuhi indicator 4.6.2

Terdapat tambahan indicator pada 4.6.3 yang dulunya merupakan kriteria. Terdapat dua pembahasan mendasar pada indicator ini yaitu meminimalkan penggunaan pestisida yang sejalan dengan 4.6.1 dan pelarangan penggunaan prophylactic.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Karena merupakan indicator baru, dapat langsung digunakan kalimat versi terjemahan.

Darmawan L (Co-chair/FFI)

Jika dibaca dengan teliti, hal pertama dalam 4.6.3 sudah termahtub pada 4.6.1 sehingga tidak perlu dituliskan lagi. Indicator 4.6.3 dapat langsung membahas tentang pencegahan prophylactic saja.

Donald Ginting (First Resources)

Terdapat panduan khusus untuk 4.6.3 dimana penggunaan pestisida termasuk dalam rangkuman public saat laporan public summary report.

Asrini (AA)

Sebaiknya dipending dahulu untuk perbaikan kalimat 4.6.3. Dicatatkan pada panduan untuk rapat berikut INA NITF : diperlukan perbaikan redaksional untuk bukti 4.6.3

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

4.6.4 merupakan hal yang pada NI 2008 termasuk kedalam panduan namun kali ini menjadi Kriteria. Pada tahun 2008 kalimat 4.6.4 sudah mencakup mekanisme penggunaan pestisida terbatas. Secara lengkap redaksional yang dimaksudkan adalah: Bukti-bukti dokumentasi yang menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia yang dikategorikan sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm dan Rotterdam, serta paraquat dikurangi atau dihilangkan penggunaannya kecuali dalam kondisi Spesifiktelah diidentifikasi dalam pedoman praktik terbaik nasional.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Penggunaan kalimat pestisida terbatas ‘tidak digunakan’ sebaiknya diganti dengan ‘dikurangi atau dihilangkan penggunaannya’.

Wilton Simanjuntak (AHL)

Saran tersebut diterima dan dapat dimasukkan kedalam 4.6.4 Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada indicator 4.6.5 tidak terdapat perbedaan dari NI 2008 yang lalu sehingga dapat langsung dituliskan redaksional: Bukti aplikasi pestisida oleh tenaga terlatih dan sesuai dengan petunjuk penggunaan pada label produk dan petunjuk penyimpanan.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Teknis penyimpanan pestisida merupakan focus dari 4.6.6 dan tidak ada penambahan atau pengurangan kata dari RSPO. Dalam hal ini dapat tetap digunakan redaksi dari NI 2008 yaitu: Pestisida disimpan dengan praktek terbaik.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada panduan khusus 4.6.6 penyimpanan harus mengikuti peraturan internasional (FAO) maupun peraturan nasional. FORMISBI akan menyediakan peraturan yang terkait.

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

4.6.7 juga merupakan metode pengaplikasian pestisida dan tidak mengalami perubahan dari P&C sebelumnya. Secara redaksional dapat tetap digunakan: Pengaplikasian pestisida harus melalui metode-metode yang sudah terbukti akan meminimalkan risiko dan dampak negatif.

Darmawan L (Co-chair/FFI)

4.6.8 mendapat penanambahan kalimat mengenai teknis pengaplikasian pestisda melalui udara. Pada NI sebelumnya hal ini masuk dalam panduan dan kali ini menjadi indicator. Redaksional dari 4.6.8 menjadi: Pestisida hanya boleh diaplikasikan dari udara apabila terdapat justifikasi yang terdokumentasi. Dalam rentang waktu yang layak sebelum pengaplikasian pestisida dari udara, komunitas-komunitas sekitar harus diinformasikan mengenai rencana pengaplikasian pestisida tersebut beserta dengan seluruh informasi yang relevan

Darmawan L (Co-chair/FFI)

Indonesia jarang melaksanakan praktek penyemprotan pestisida melaui udara.

Wilton Simanjuntak (AHL)

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 6 of 18

4.6.9 merupakan indicator terbaru tambahan dari RSPO. Secara garis besar merupakan pentingnya pelatihan bagi semua orang yang berhubungan dengan pestisida baik dari pekerja maupun petani plasma. Redaksional lengkapnya adalah: Bukti pelatihan penanganan pestisida terhadap pekerja dan petani plasma (jika ada) harus tersedia.

Darmawan L (Co-chair/FFI)

Kembali menyarankan untuk menghapus penggunaan kata petani plasma pada dokumen ini karena NI untuk petani plasma tersedia secara terpisah dan dapat mengakibatkan double checking saat audit.

Asrini (AA)

Setiap indicator dalam P&C ada dalam dokumen sebaiknya tidak dihapuskan namun tetap diberikan tempat baik di panduan atau indicator.

Desi Kusumadewi (RILO)

Redaksi 4.6.9 tetap mencantumkan petani plasma Darmawan L (Co-chair/FFI)

Limbah pestisida diatur pada 4.6.10 dimana tidak ada tambahan redaksi dari RSPO. Hal ini memungkinkan penggunaan NI 2008 yaitu: Limbah kemasan pestisida ditangani sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Kemasan pestisida masuk dalam limbah B3 sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada.

Bambang Dwi Laksono (FORMISBI)

Sejalan dengan 4.6.10, indicator 4.6.11 juga tidak mendapatkan tambahan kata dari RSPO sehingga dapat menggunakan NI 2008 yaitu: Rekaman hasil pemeriksaan kesehatan bagi operator dan bukti tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Darmawan L (Co-chair/FFI)

Pada 4.6.12 terdapat pengaturan pekerja khusus wanita dengan redaksi; Rekaman tidak ada tenaga penyemprot wanita yang sedang hamil atau menyusui.

Darmawan L (Co-chair/FFI)

Indikator tersebut telah dijalankan pada praktek di lapangan sehingga tidak sulit dilakukan

Efdy Ruzaly (BSP)

Untuk panduan pada seluruh kriteria 4.6 dapat diambil dari kalimat terjemahan yaitu: RSPO telah mengidentifikasi beberapa contoh alternatif penggunaan pestisida, antara lain yang tercantum dalam ‘Research project on Integrated Weed Management Strategies for Oil Palm; CABI, April 2011’. Akibat dari adanya masalah-masalah dalam ketepatan pengukuran, pemonitoran tingkat kadar racun (toxicity) tidak berlaku untuk pentani penggarap independen (mengacu pada ‘Guidelines for Independent Smallholders under Group Certification’, Juni 2010).

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Kriteria 4.7 tidak ada penambahan kata dari P&C yang baru sehingga redaksional dapat menggunakan NI 2008 yaitu: Rencana keselamatan dan kesehatan kerja didokumentasikan, dikomunikasikan secara efektif, dan diimplementasikan

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada indicator 4.7.1 terdapat penambahan kalimat rencana K3 diimplementasikan dan dimonitor. Ditawarkan kalimat kombinasi dari NI 2008 dengan masukan dari P&C yang baru menjadi: Bukti adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus terdokumentasi. Rencana keselamatan dan kesehatan yang mencakup seluruh kegiatan harus didokumentasikan dan diimplementasikan, serta tingkat efektivitasnya dimonitor.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Apa sebaiknya menggunakan kata Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peter Lim (BGA)

Penggunaan SMK3 khusus dilakukan untuk system pemerintah, tidak Ismu Zulfikar

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 7 of 18

perlu dituliskan pada P&K RSPO (Chairperson/Smart) Pada 4.7.2 perusahaan diminta harus memiliki penilaian resiko. Secara

singkat dapat dituliskan bukti untuk indicator tersebut adalah: Penilaian resiko harus tersedia, terdokumentasi dan terdapat catatan pelaksanaan.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada 4.7.3 tidak terdapat perubahan dari P&K sebelumnya. Secara umum yang diminta pada prinsip ini adalah pelatihan K3 dan APD yang sesuai. Bukti untuk indicator 4.7.3 ini adalah: Rekaman pelatihan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan tersedia Alat Pelindung Diri yang sesuai dan memadai

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Indikator4.7.4 mendapatkan tambahan kata harus dalam kalimatnya. Redaksional yang ditawarkan adalah sama seperti kalimat pada NI 2008 dengan penambahan kata harus. Yaitu : Orang yang bertanggung jawab dalam program kesehatan dan keselamatan kerja harus diidentifikasi dan tersedia rekaman pertemuan berkala untuk membicarakan masalah kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Sebagaimana indicator 4.7.4, indicator 4.7.5 juga mendapatkan penambahan kata harus tersedia dalam kalimatnya, sehingga secara lengkap menjadi: Tersedia prosedur kesiapsiagaan, tanggap darurat dan kecelakaan kerja.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Indikator terbaru pada 4.7 terdapat pada 4.7.6 yang menjelaskan tentang perawatan medis bagi seluruh pekerja. Karena merupakan indicator baru maka diadopsi dari terjemahan sementara yaitu: Bukti terdapat fasilitas kesehatan dan asuransi kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

4.7.7 Lost Time Accident adalah metode pencatatan yang diminta oleh RSPO untuk cedera kerja pada perkebunan. Panduan khusus menjelaskan harus terdapat perhitungan sejenis yang berasal dari peraturan Indonesia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

FORMISBI akan mencari metode perhitungan cedera kerja sejenis dan akan memberikan referensi kepada peserta rapat INA NITF berikutnya

Bambang Dwi Laksono (FORMIBSI)

Secara redaksional maka 4.7.7 adalah: Rekaman tentang kecelakaan kerja yang menggunakan Lost Time Accident (LTA).

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Untuk panduan hanya menggunakan panduan khusus untuk 4.7.7 dan selebihnya akan menggunakan panduan umum 4.7. Pedoman Konvensi ILO 184 akan dicarikan ratifikasinya dari peraturan Indonesia (data akan disediakan oleh FORMISBI dalam dokumen ratifikasi lampiran I)

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Kriteria 4.8 tidak mendapatkan perubahan dari P&C sebelumnya sehingga dapat dituliskan: Seluruh staf, pekerja, petani penggarap dan pekerja kontrak telah diberikan pelatihan yang layak.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Kriteria 4.8.1 meminta pelatihan formal juga mencakup Prinsip dan Kriteria RSPO

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Umumnya pelatihan di perkebunan dibagi per program kerja seperti: K3, praktek pemanenan, penyemprotan pestisida. Pelatihan khusus P&K RSPO jarang sekali dilakukan.

Neny Indriyana (First Recources)

Pelatihan yang dimaksud tidak perlu khusus P&K RSPO, namun mencakup aspek tersebut. Pelatihan seperti yang dicontohkan diatas sudah mencakup Prinsip dan Kriteria RSPO.

Darmawan L (Co-Chair/FFI)

Dapat ditawarkan redaksi 4.8.1 yaitu: Rekaman program pelatihan terkait aspek-aspek yang tercakup dalam Prinsip dan Kriteria RSPO harus tersedia.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada 4.8.2 terdapat penambahan kata harus terpelihara pada catatan Ismu Zulfikar

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 8 of 18

pelatihan pekerja. (Chairperson/Smart) Hal ini sudah sering dilakukan pada praktek dilapangan. Efdy Ruzaly (BSP) Ditawarkan penggunaan kalimat dari NI 2008 dengan penambahan kata

harus, yakni: Rekaman pelatihan untuk tiap pekerja harus dipelihara. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pada pedoman terdapat juga kata pelatihan bagi para petani plasma. Hal ini cukup dituliskan pada pedoman saja tidak perlu dituliskan pada indicator.

Asrini (AA)

Saran diterima. Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Pedoman mendapatkan perubahan kalimat yang signifikan. RSPO menjabarkan jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh pekerja dan jenis pekerja yang diutamankan untuk dilatih (pekerja muda dan wanita hamil)

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Khusus petani individu terdapat panduan untuk pelatihan pada pekerja pada ladang mereka. Hal ini tidak perlu dibahas pada dokumen ini, cukup pada NI smallholder.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Masukan dari peserta: perlu dibuat milis atau wadah electronic lainnya yang dapat digunakan untuk distribusi data dan diskusi nantinya.

Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart)

Akan dibuat milis dari email seluruh peserta untuk memudahkan distribusi data dan dokumen

Donald Ginting (FR)

Formisbi akan merapikan tata-bahasa dari draft I ini tanpa mengubah isinya End of Day 3

Bambang Dwi (Formisbi)

\

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 9 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 10 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 11 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 12 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 13 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 14 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 15 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 16 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 17 of 18

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013)

INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Page 18 of 18