draft i (hasil pertemuan i ina-nitf (16-18 oktober 2013 ... · bagian dari tanggung jawab...
TRANSCRIPT
1
Draft I – Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (16-18 Oktober 2013) Prinsip 1 s/d 4
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi
1.1
Pihak perkebunan dan
pabrik kelapa sawit
menyediakan informasi
yang memadai kepada
pemangku kepentingan
yang relevan mengenai
isu lingkungan, sosial
dan hukum yang terkait
dengan Kriteria RSPO,
dalam bahasa dan
bentuk yang sesuai guna
memungkinkan
partisipasi efektif dalam
pengambilan keputusan.
1. Tersedianya daftar informasi
yang terkait Kriteria RSPO 1.2
yang dapat diakses oleh
pemangku kepentingan yang
relevan.
2. Tersedianya rekaman
permintaan informasi.
3. Tersedianya rekaman tanggapan
terhadap permintaan informasi.
4. Tersedianya rekaman permintaan
dan tanggapan informasi
dengan masa simpan yang
ditentukan oleh Perusahaan
berdasarkan kepentingannya.
Panduan Khusus:
Untuk 1.1.1: Bukti bahwa informasi
diterima dalam bentuk dan bahasa yang
sesuai oleh para pemangku kepentingan
yang relevan sebaiknya disediakan.
Informasi yang dimaksud meliputi
informasi mengenai mekanisme RSPO
yang melibatkan pemangku
kepentingan, termasuk informasi
mengenai hak dan kewajiban mereka.
Panduan
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya memiliki suatu Standard
Operating Procedure (SOP) untuk
memberikan tanggapan konstruktif
kepada para pemangku kepentingan,
termasuk kerangka waktu spesifik dalam
menanggapi permintaan informasi. Pihak
perkebunan dan pabrik kelapa sawit
sebaiknya menanggapi permintaan
informasi dari para pemangku
kepentingan secara konstruktif dan tepat
1. INA NITF akan membuat definisi mengenai
‘relevant stakeholder/pemangku kepentingan
yang relevan’ setelah mendapatkan penjelasan
dari P&C Review Taskforce
2
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
terhadap pertanyaan dari para
pemangku kepentingan.
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya memastikan
ketersediaan bukti objektif yang cukup
untuk menunjukkan bahwa tanggapan
diberikan secara pantas dan tepat waktu.
Lihat Kriteria 1.2 untuk syarat-syarat
terkait dengan dokumentasi yang
tersedia secara umum.
Lihat Kriteria 6.2 mengenai konsultasi.
Lihat Kriteria 4.1 mengenai SOP.
1.2
Dokumen perusahaan
tersedia secara
umum, kecuali jika
dokumen tersebut
dilindungi oleh
kerahasiaan komersial
atau bilamana
pengungkapan informasi
tersebut akan
berdampak negatif
terhadap lingkungan
atau sosial.
1. Tersedianya dokumen yang
dibuka untuk public, meliputi,
tapi tidak terbatas kepada, hal-
hal berikut:
a. Sertifikat/hak penggunaan
tanah (Kriteria 2.2);
b. Rencana kesehatan dan
keselamatan kerja (Kriteria
4.7);
c. Rencana dan penilaian
dampak sosial dan
lingkungan (Kriteria 5.1, 6.1,
Panduan
Dokumen manajemen yang diperhatikan
ini masalah lingkungan, sosial dan
hukum yang relevan dengan kepatuhan
terhadap Kriteria RSPO.
Dokumen manajemen termasuk laporan-
laporan pemantauan.
Auditor akan mengomentari kecukupann
setiap dokumen yang tercantum dalam
rangkuman laporan penilaian untuk
umum
3
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
7.1 dan 7.8);
d. Dokumentasi NKT (Kriteria
5.2 and 7.3);
e. Rencana pengurangan dan
pencegahan polusi (Kriteria
5.6);
f. keluhan dan pengaduan
secara rinci (Kriteria 6.3);
g. Prosedur negosiasi (Kriteria
6.4);
h. Rencana perbaikan
berkelanjutan (Kriteria 8.1);
i. Rangkuman laporan
penilaian sertifikasi yang
disediakan untuk umum;
j. Kebijakan Hak Asasi Manusia
(Kriteria 6.13).
Indikator mengenai rangkuman laporan
penilaian sertifikasi yang disediakan
untuk umum hanya dipersyaratkan bagi
pabrik dan kebun yang sudah disertifikasi
Contoh informasi rahasia komersial
termasuk data finansial seperti biaya
dan pendapatan, serta hal-hal rinci
mengenai berhubungan dengan
pelanggan dan/atau pemasok. Data yang
terkait dengan privasi individu sebaiknya
juga dirahasiakan.
Sengketa yang sedang berlangsung (di
dalam ataupun diluar mekanisme
hukum) dapat dianggap sebagai
informasi rahasia apabila pembukaan
informasi tersebut berpotensi
mengakibatkan dampak negatif terhadap
seluruh pihak yang terlibat. Namun, para
pemangku kepentingan yang terkena
dampak dan pihak-pihak yang tengah
berupaya mencari resolusi sengketa
tersebut sebaiknya mendapatkan akses
terhadap informasi yang relevan.
Contoh-contoh kondisi pembukaan
informasi yang berpotensi menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan
4
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
atau sosial termasuk: informasi
mengenai lokasi spesies-spesies langka,
yang apabila dibuka akan meningkatkan
risiko perburuan atau penangkapan
spesies-spesies tersebut untuk
diperdagangkan; atau lokasi tempat-
tempat suci yang ingin dirahasiakan dan
dilindiungi keberadaannya oleh
masyarakat setempat.
PIhak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya memastikan
ketersediaan bukti objektif yang cukup
untuk menunjukkan bahwa tingkat
pengukuran dan pemantauan terhadap
rencana manajemen, dan informasi,
sudah tepat dan tersedia.
1.3
Pihak perkebunan dan
pabrik kelapa sawit
berkomitmen pada
perilaku etis dalam
seluruh transaksi dan
operasi bisnis.
1. Harus terdapat kebijakan
tertulis yang berisi komitmen
terhadap kode integritas dan
perilaku etis dalam seluruh
pelaksanaan operasi dan
transaksi
2. Terdapat dokumentasi proses
sosialisasi kebijakan ke seluruh
tingkat pekerja dan operasi.
Yang dimaksud dengan seluruh tingkat
operasi meliputi pihak ketiga dalam
kontrak (contoh:, pihak-pihak yang
terlibat dalam keamanan).
Kebijakan sebaiknya paling tidak
mengandung:
Kepatuhan terhadap praktik
bisnis yang wajar);
Pelarangan seluruh bentuk
korupsi, penyuapan dan
penipuan dalam penggunaan
5
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
dana dan sumber daya;
Pembukaan informasi sesuai
dengan hukum yang berlaku dan
praktik-praktik industry yang
sudah diterima.
Kebijakan sebaiknya dirancang dalam
kerangka Konvensi PBB Melawan Korupsi
(UN Convention Against Corruption),
khususnya Artikel 12 yang telah di
ratifikasi menjadi Undang -Undang No 7
tahun 2006.
6
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
Prinsip 2: Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang relevan
2.1
Adanya kepatuhan
terhadap semua hukum
dan peraturan yang
berlaku, baik lokal,
nasional, maupun
internasional yang telah
diratifikasi.
1. Harus tersedia bukti
kepatuhan terhadap hukum
yang relevan.
2. Sistem yang terdokumentasi,
yang meliputi informasi
tertulis mengenai persyaratan-
persyaratan hukum, harus
dipelihara.
3. Mekanisme untuk memastikan
kepatuhan harus
diimplementasikan
4. Sistem yang mencatat setiap
perubahan dalam hukum
harus diimplementasikan
Panduan Spesifik:
Untuk 2.1.4: Sistem yang digunakan
untuk mencatat setiap perubahan dalam
hukum dan regulasi sebaiknya
disesuaikan dengan skala organisasi.
Panduan:
Implementasi seluruh persyarataan
hukum adalah ketentuan mendasar yang
paling penting untuk seluruh pengusaha
perkebunan, terlepas dari lokasi atau
skala perkebunan. Legislasi yang relevan
meliputi, tapi tidak terbatas pada:
regulasi yang mengatur jangka waktu
dan hak penggunaan tanah, tenaga kerja,
praktik –praktik pertanian (misalnya
penggunaan bahan kimia), lingkungan
(contohnya hukum perlindungan
margasatwa, polusi, hukum kehutanan
dan manajemen lingkungan),
penyimpanan, praktik pengolahan dan
transportasi. Legislasi yang dimaksud
juga meliputi hukum-hukum yang harus
dipatuhi dalam negara tersebut sebagai
bagian dari tanggung jawab berdasarkan
hukum atau konvensi internasional yang
berlaku (contohnya Konvensi
1. Formisbi akan mendata peraturan – peraturan
international yang berhubungan dengan P&C
RSPO, yang sudah diratifikasi Indonesia.
7
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
Keanekaragaman Hayati (Convention on
Biological Diversity atau CBD), Konvensi-
konvensi inti ILO, dan UN Guiding
Principles on Business and Human
Rights). Selain itu, di negara-negara yang
memiliki ketentuan hukum adat, syarat-
syarat dalam hukum adat tersebut juga
akan dipatuhi.
Konvensi dan hukum-hukum
internasional utama dapat dilihat di
Lampiran 1.
Kontradiksi dan inkonsistensi sebaiknya
diidentifikasi, dan disarankan solusinya.
2.2
Hak untuk menggunakan
tanah dapat ditunjukkan
dengan jelas, dan tidak
dituntut secara sah oleh
masyarakat lokal yang
dapat menunjukkan
bahwa mereka memiliki
hak legal, hak adat atau
hak guna.
1. Tersedianya dokumen yang
menunjukkan penguasaan/
pengusahaan tanah yang sesuai
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Adanya bukti legal/tanda-tanda
batas areal yang
didemarkasikan secara jelas dan
dipelihara.
3. Apabila terdapat, atau sudah
terdapat perselisihan, maka
harus tersedia bukti
penyelesaian atau progress
Panduan Khusus
Untuk 2.2.2: Pihak perkebunan
sebaiknya menghentikan kegiatan
operasional di areal yang ditanam di luar
batas yg telah ditetapkan secara legal.
Dan sebaiknya tersedia rencana spesifik
untuk mengatasi isu-isu tersebut untuk
petani penggarap (smallholders) yang
terkait.
Untuk 2.2.6: Perusahaan sebaiknya
memiliki kebijakan yang melarang
penggunaan tentara bayaran dan
paramiliter dalam operasi perusahaan.
1. Definisi dokumen penguasaan/pengusahaan
yang legal akan di diskusikan dengan BPN.
2. Redaksional masalah metode penyelesaian
konflik tanah yang melibatkan tanah individu
dan komunal akan didiskusikan pada
pertemuan INA-NITF berikutnya.
3. Untuk 2.2.6 : Perlu panduan yang lebih detail
untuk proses pemenuhan prinsip ini dan akan
didiskusikan pada pertemuan INA-NITF
berikutnya
4. Untuk draft indicator point 5 & 6 masih akan
didikusikan kembali pada pertemuan INA-NITF
berikutnya.
8
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
penyelesaian dengan proses
penyelesaian konflik yang
diterima oleh para pihak. .
4. Tidak boleh terdapat konflik
tanah yang signifikan, kecuali
terdapat syarat-syarat untuk
proses-proses resolusi konflik
yang dapat diterima (lihat
Kriteria 6.3 dan 6.4) telah
diimplementasi dan diterima
oleh pihak-pihak yang terlibat.
5. Untuk setiap konflik atau
perselisihan terkait tanah, area
yang diperselisihkan harus
tersedia bukti hasil kesepakatan
untuk membuat peta atau hasil
penilaian terhadap areal/tanah
yang diperselisihkan
6. Untuk menghindari eskalasi
konflik, tidak boleh terdapat
bukti penggunaan kekerasan
oleh operasi perkebunan atau
pabrik minyak sawit dalam
menjaga kedamaian dan
ketertiban operasi-operasi yang
sedang dijalankan dan/atau
yang direncanakan.
Perusahaan juga sebaiknya melarang aksi
mengganggu dan intimidasi di luar
hukum (extra-judicial) oleh pasukan
keamanan yang telah dikontrak (lihat
Kriteria 6.13).
Panduan
Apabila terdapat konflik mengenai
kondisi penggunaan tanah berdasarkan
sertifikat tanah, pihak perkebunan
sebaiknya menunjukkan bukti bahwa
tindakan-tindakan diperlukan telah
diambil untuk menyelesaikan konflik
dengan pihak-pihak yang relevan.
Sebaiknya dibuat mekanisme untuk
menyelesaikan konflik yang mungkin
terjadi (Kriteria 6.3 dan 6.4).
Apabila operasi bersifat tumpang tindih
dengan pemilik hak lainnya, perusahaan
sebaiknya menyelesaikan isu tersebut
dengan pihak-pihak yang berwenang,
yang konsisten dengan Kriteria 6.3 dan
6.4.
9
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
2.3
Penggunaan lahan untuk
kelapa sawit tidak
mengurangi hak
penggunaan, hak adat
atau hak legal dari
pengguna-pengguna lain
tanpa persetujuan
mereka (berdasarkan
FPIC).
1. Peta-peta, dengan skala yang
sesuai, yang menunjukkan luas
hak penggunaan (user rights),
hak adat, atau hak legal para
pihak yang diakui (Kriteria 2.2,
7.5 dan 7.6) harus dibuat
melalui proses pemetaan yang
melibatkan seluruh pihak yang
terkena dampak (termasuk
komunitas-komunitas sekitar
apabila memungkinkan, dan
pihak berwenang yang
relevan).
2. Adanya salinan perjanjian-
perjanjian yang telah
dinegosiasikan lengkap dengan
proses-proses persetujuannya,
termasuk didalamnya:
a. Berita acara sosialisasi
b. Bukti pernyataan
pelepasan hak
c. Bukti kompensasi
3. Tersedianya materi informasi
yang relevan dalam bentuk dan
bahasa yang tepat, termasuk
Materi sosialisasi mencakup:
a. rencana pembangunan kebun
b. implikasi legal, ekonomi, lingkungan
dan sosial dari pengizinan operasi di
tanah masyarakat termasuk implikasi
terhadap status legal tanah
masyarakat dan waktu berakhirnya
hak, konsesi atau masa sewa tanah
yang dimiliki perusahaan.
Panduan Spesifik:
Untuk 2.3.4: Bukti-bukti sebaiknya
tersedia dari perusahaan, komunitas,
atau para pemangku kepentingan lainnya
yang terkait.
Panduan:
Seluruh indikator akan berlaku untuk
operasi yang sedang dijalankan, namun
terdapat pengecualian untuk
perkebunan yang telah lama didirikan
yang tidak memiliki catatan dari saat
pembuatan keputusan (secara khusus
1. INA NITF akan menentukan definisi ‘kebun tua’
2. INA-NITF akan menentukan defenisi
‘Penunjukan perwakilan masyarakat’
3. Perlu definisi yang jelas tentang kebun tua dan
kebun baru dalam panduan dan akan dibahas
dalam pertemuan INA-NITF berikutnya
10
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
analisis dampak, pembagian
keuntungan yang diajukan, dan
pengaturan secara hukum.
4. Harus tersedia bukti yang
menunjukkan bahwa
komunitas-komunitas telah
diwakilkan melalui insititusi
atau perwakilan sesuai dengan
pilihan mereka, termasuk
penasihat hukum.
berkaitan dengan indicator 2.3.1 dan
2.3.2).
Apabila terdapat hak legal atau hak adat
atas tanah, pengusaha perkebunan
sebaiknya menunjukkan bahwa hak-hak
tersebut telah dipahami dan tidak
diancam ataupun dikurangi. Kriteria ini
sebaiknya dipertimbangkan bersamaan
dengan Kriteria 6.4, 7.5, dan 7.6. Apabila
wilayah yang dilindungi oleh hak adat
tidak jelas, maka penentuan wilayah ini
sebaiknya ditentukan melalui kegiatan
pemetaan yang melibatkan seluruh pihak
yang terdampak (termasuk komunitas-
komunitas tetangga dan pihak-pihak
lokal yang berwenang).
Kriteria ini memperbolehkan
penggunaan penjualan dan perjanjian
yang telah dinegosiasikan sebagai
kompensasi untuk pengguna lain yang
telah kehilangan keuntungan dan/atau
telah menyerahkan hak mereka.
Perjanjian-perjanjian yang dinegosiasikan
sebaiknya bersifat non-koersif dan
disetujui secara sukarela, dan dilakukan
sebelum investasi atau operasi baru, dan
berdasarkan pembukaan seluruh
informasi yang relevan. Perwakilan
11
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
komunitas sebaiknya bersifat transparan
dan dikomunikasikan secara terbuka
dengan anggota komunitas lainnya.
Sebaiknya diberikan cukup waktu untuk
pembuatan keputusan berdasarkan
tradisi adat dan pelaksanaan negosiasi
berkali-kali, apabila hal tersebut diminta.
Perjanjian-perjanjian yang dinegosiasikan
sebaiknya bersifat mengikat untuk
seluruh pihak, dan dapat dijalankan di
pengadilan. Penentuan kepastian dalam
negosiasi tanah akan memberikan
keuntungan jangka panjang untuk
seluruh pihak yang terlibat.
Perusahaan-perusahaan sebaiknya
berhati-hati apabila ditawarkan tanah
yang diperoleh dari pemerintah dengan
alasan kepentingan nasional (yang juga
dikenal sebagai ‘domain eminen’).
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya mengacu kepada
pedoman FPIC yang telah diakui oleh
RSPO (‘FPIC and the RSPO: A Guide for
Companies’, Oktober 2008)
12
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
Prinsip 3: Komitmen terhadap viabilitas keuangan dan ekonomis
jangka panjang
3.1
Terdapat rencana
manajemen yang
terimplementasi, dan
bertujuan mencapai
keamanan ekonomi
maupun finansial jangka
panjang.
1. Tersedianya dokumen rencana
kerja perusahaan untuk jangka
waktu minimum 3 tahun,
termasuk rencana
pengembangan petani plasma
(scheme smallholders), jika ada.
2. Adanya rencana program
replanting tahunan, untuk
proyeksi minimum 5 tahun ke
depan yang setiap tahun
dilakukan kaji ulang. (namun
apabila diperlukan, dapat
berjalan lebih lama sesuai
dengan tingkat manajemen
tanah marjinal yang
dibutuhkan, lihat Kriteria 4.3),
dengan tinjauan tahunan,
harus tersedia.
Untuk 3.1.1: Rencana manajemen atau
bisnis yang dimaksud sebaiknya
mencakup:
Perhatian terhadap kualitas
bahan-bahan penanaman;
Proyeksi panen = tren hasil
Tandan Buah Segar (TBS);
Tingkat ekstraksi pabrik
minyak sawit = tren Tingkat
Ekstraksi Minyak atau Oil
Extraction Rate (OER);
Biaya Produksi = biaya per
ton dari tren Minyak Sawit
Mentah atau Crude Palm Oil
(CPO);
Perikraan harga (forecast
prices);
Indikator finansial.
Perhitungan yang disarankan:
kecenderungan rata-rata 3-tahun selama
dekade terakhir (kecenderungan FBB
perlu mengalokasikan hasil yang rendah
selama program penanaman ulang
1. Perlu didiskusikan lebih lanjut penggunaan kata
smallholder didalamnya (pada indicator 1)
13
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
besar).
Panduan:
Meskipun diakui bahwa profitabilitas
jangka panjang juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor di luar kontrol perusahaan,
manajemen puncak sebaiknya dapat
menunjukkan bahwa perhatian terhadap
viabilitas ekonomi dan finansial melalui
perencanaan manajemen jangka
panjang. Sebaiknya, terdapat juga
perencanaan dengan jangka lebih
panjang untuk perkebunan-perkebunan
di atas lahan gambut , terutama
berkaitan dengan masalah kebanjiran
dan penurunan muka tanah (subsidence)
(lihat Indikator 4.3.5).
Pertimbangan terhadap petani
penggarap (smallhoders) sebaiknya
melekat pada seluruh perencanaan
manajemen, apabila berlaku (lihat juga
Kriteria 6.10 dan 6.11). Untuk petani
penggarap skema (scheme smallholders),
isi perencanaan manajemen akan
bervariasi dari yang telah disarankan
(perusahaan dapat mengacu pada RSPO
Guidance On Scheme Smallholders, Juli
14
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
2009).
Pihak perkebunan sebaiknya memiliki
sistem untuk meningkatkan kualitas
praktik kerja sesuai dengan informasi
dan teknik terbaru. Untuk skema petani
penggarap, manajemen skema
diharapkan dapat memberikan
anggotanya informasi peningkatan-
peningkatan yang signifikan.
Kriteria ini tidak berlaku untuk petani
penggarap independen (lihat RSPO
Guidance for Independent Smallholders
under Group Certification, Juni 2010) .
15
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
Prinsip 4: Penggunaan praktik-praktik terbaik oleh pengusaha
perkebunan dan pabrik kelapa sawit
4.1 Prosedur operasi
didokumentasikan
secara tepat dan
diimplementasikan dan
dipantau secara
konsisten.
1. Tersedianya SOP Kebun mulai
dari LC (Land Clearing) sampai
dengan panen harus tersedia.
2. Tersedianya SOP Pabrik mulai
dari penerimaan TBS sampai
dispatch CPO & PKO harus
tersedia.
3. Harus terdapat kegiatan
pemeriksaan atau pemantauan
kegiatan operasional minimal
satu kali setahun.
4. Adanya rekaman hasil kegiatan
operasional harus tersedia.
5. Tersedianya rekaman sumber
TBS dari pihak ketiga
(pengumpul, penghantar,
Koperasi, Asosiasi Petani dan
mitra perusahaan/ outgrower).
Panduan Khusus:
Untuk 4.1.1 dan 4.1.4: SOP dan
dokumentasi untuk pabrik minyak sawit
sebaiknya mencakup syarat-syarat rantai
pasok yang relevan (lihat RSPO Supply
Chain Certification Standard, Nov 2011).
Mekanisme-mekanisme untuk
memeriksa pengimplementasian
prosedur dapat mencakup sistem
manajemen dokumentasi dan prosedur
kontrol internal.
4.2 Praktek-praktek
mempertahankan
kesuburan tanah, atau
apabila memungkinkan
meningkatkan kesuburan
tanah, sampai pada
tingkat yang memberikan
1. Tersedianya SOP yang
terdokumentasi untuk praktek
mempertahankan kesuburan
tanah.
2. Adanya rekaman kegiatan
analisis tanah, daun dan visual
secara berkala.
Kesuburan jangka panjang tergantung
pada upaya mempertahankan struktur,
kandungan senyawa organik, status
nutrisi dan kesehatan mikrobiologis
tanah. Pihak perkebunan perlu
memastikan bahwa mereka mengikuti
praktek-praktek terbaik. Efisiensi nutrisi
16
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
hasil optimal dan
berkelanjutan. 3. Adanya rekaman kegiatan
untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah
(melalui pemupukan, tanaman
kacangan, aplikasi janjang
kosong, land aplikasi)
berdasarkan hasil analisis (2).
harus mempertimbangkan usia tanaman
dan kondisi tanah.
4.3 Praktek-Praktek
meminimalisasi dan
mengendalikan erosi dan
degradasi tanah.
1. Peta tanah marjinal harus
tersedia.
2. Strategi pengelolaan untuk
penanaman pada areal dengan
kemiringan tertentu (dengan
mempertimbangkan kondisi
tanah dan iklim setempat) harus
tersedia.
3. Tersedianya program
pemeliharaan jalan.
4. Program pengelolaan tinggi
muka air pada lahan gambut
untuk meminimalkan
penurunan permukaan tanah
gambut harus tersedia.
5. Penilaian kemampuan
pengaliran (drainability
assessment) pada lahan gambut
sebelum penanaman ulang
dilakukan guna menentukan
Teknik-teknik yang dapat meminimalisir
erosi tanah haruslah teknik-teknik yang
sudah cukup dikenal dan harus
diterapkan jika memungkinkan.
Hal ini dapat meliputi praktek-praktek
seperti pengelolaan tanaman penutup
tanah, daur ulang biomassa, pembuatan
teras dan regenrasi alami atau restorasi
sebagai pengganti replanting.
Untuk tanaman yang sudah ada di lahan
gambut, tinggi muka air harus
dipertahankan pada batas rata-rata 60
cm dari permukaan tanah (kisaran 50-75
cm) melalui suatu jaringan struktur
pengendalian air seperti; tanggul air,
kantong pasir, dll di lapangan dan pintu
air untuk titik pembuangan dari saluran
utama (lihat kriteria 4.4 dan 7.4)
1. Pada panduan akan dijelaskan bahwa kemiringan
tertentu mengacu kepada Panduan teknis
pembangunan kebun kelapa sawit dari Ditjenbun.
2. Redaksional dari panduan ‘dua siklus tanam’ (crop
cycle), akan dipertimbangkan ulang.
17
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
viabilitas jangka panjang dari
tingkat drainase yang
dibutuhkan untuk penanaman
kelapa sawit.
6. Tersedianya strategi
pengelolaan tanah marjinal dan
tanah kritis lainnya (tanah
berpasir, tanah mengandung
sulfat masam, kandungan
bahan organik rendah).
Untuk 4.3.5: Apabila dalam laporan
penilaian kemampuan pengaliran
(drainability assessment) ditemukan area
yang tidak cocok untuk penanaman
ulang kelapa sawit, sebaiknya terdapat
rencana untuk rehabilitasi atau alternatif
penggunaan area tersebut. Apabila
penilaian menunjukkan adanya risiko
tinggi kebanjiran dan/atau intrusi air
garam dalam dua siklus tanam (crop
cycle), Pihak perkebunan dan pabrik
kelapa sawit perlu mempertimbangkan
penghentian proses penanaman ulang
dan mulai mengimplementasikan
program rehabilitasi.
Penanaman di atas lahan gambut
sebaiknya dikelola berdasarkan standar
minimal yang telah dipaparkan dalam
‘RSPO Manual on Best Management
Practices (BMPs) for existing oil palm
cultivation on peat’, Juni 2012 (terutama
terkait manajemen air, penghindaran
kebakaran, penggunaan pupuk,
penutupan vegetasi dan pengelolaan
muka tanah).
18
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
4.4 Praktek-praktek
mempertahankan
kualitas dan ketersediaan
air permukaan dan air
tanah.
1. Harus tersedia sebuah rencana
manajemen air yang
diimplementasikan.
2. Perlindungan aliran air dan
lahan basah, termasuk menjaga
dan memelihara daerah
sempadan sungai pada saat
atau sebelum Replanting.
3. Adanya rekaman pemantauan
BOD limbah cair Pabrik.
4. Adanya rekaman pemantauan
penggunaan air untuk pabrik
per ton TBS.
Untuk 4.4.1: Rencana tata kelola air
akan:
Memperhitungkan efisiensi
penggunaan dan tingkat pembaruan
sumber;
Menjamin bahwa penggunaan dan
manajemen air dalam operasi tidak
akan berdampak negatif pada
pengguna lain dalam area
penangkapan air (catchment area)
yang sama, termasuk komunitas lokal
dan pengguna air secara umum;
Bertujuan menjamin akses komunitas
lokal, pekerja dan keluarga mereka
terhadap air bersih dan cukup untuk
fungsi minuman, memasak, mandi,
dan membersihkan;
Menghindari kontaminasi air tanah
dan air permukaan dari tanah, nutrien
atau bahan kimia akibat pembuangan
limbah yang tidak layak, termasuk
limbah bekas pabrik minyak sawit atau
Palm Oil Mill Effluent (POME), sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Untuk 4.4.2: Mengacu pada ‘RSPO
Manual On Best Management Practices
(BMP) for management and
1. Formisbi akan mengidentifikasi peraturan
nasional yang berkaitan dengan sempadan
sungai dan akan diajukan ke petemuan INA NITF
berikutnya
19
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
rehabilitation of natural vegetation
associated with oil palm cultivation on
peat’, Juli 2012.
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya memperhatikan
dampak-dampak dari penggunaan air
dan dampak kegiatan operasional kebun
dan pabrik terhadap sumber daya air
lokal.
4.5
Hama, penyakit, gulma
dan spesies introduksi
yang berkembang cepat
(invasif) dikendalikan
secara efektif dengan
menerapkan teknik
Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) yang
memadai.
1. Tersedianya hasil pemantauan
dari implementasi rencana
Pengendalian Hama Terpadu
(PHT).
2. Adanya bukti rekaman
pelatihan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).
Pihak perkebunan sebaiknya
menerapkan tehnik PHT yang diakui,
yang menggunakan teknik budidaya,
biologis, mekanis atau fisik untuk
meminimalisir penggunaan bahan-bahan
kimia.
Sedapat mungkin spesies asli digunakan
dalam kontrol biologis.
20
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
4.6
Penggunaan pestisida
tidak mengancam
kesehatan atau
lingkungan.
1. Bukti-bukti dokumentasi bahwa
penggunaan pestisida sesuai
peraturan berlaku dan sesuai
dengan target spesies, dosis
yang sesuai.
2. Adanya rekaman penggunaan
pestisida (termasuk bahan aktif
yang digunakan dan LD50 bahan
aktif tersebut, jumlah
penggunaan per ha dan jumlah
berapa kali aplikasi) harus
tersedia.
3. Setiap penggunaan pestisida
harus diminiminalkan sebagai
bagian dari rencana, dan sesuai
dengan rencana Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Tidak
boleh terdapat penggunaan
pestisida secara preventif untuk
mencegah penyakit
(prophylactic use), kecuali
dalam situasi-situasi spesifik
seperti yang telah diidentifikasi
dalam pedoman Praktik-Praktik
Terbaik di Indonesia.
4. Tersedainya bukti-bukti
dokumentasi yang
Panduan Khusus:
Untuk 4.6.1: Langkah-langkah untuk
menghindari timbulnya kekebalan
(seperti penggiliran penggunaan
pestisida) sebaiknya diaplikasikan.
Kebijakan tersebut sebaiknya dijustifikasi
dengan mempertimbangkan alternatif-
alternatif yang relatif kurang berbahaya
dan IPM.
Panduan Khusus 4.6.3: Justifikasi
penggunaan pestisida tersebut harus
dimasukkan ke dalam laporan
rangkuman publik.
Panduan Spesifikuntuk 4.6.6: Praktik-
praktik terbaik yang diakui termasuk:
Penyimpanan seluruh pestisida
sebagaimana ditentukan dalam FAO
International Code of Conduct on the
distribution and use of pesticides dan
pedomannya, dan didukung dengan
pedoman-pedoman industri yang
relevan (lihat Lampiran 1).
Panduan:
RSPO telah mengidentifikasi beberapa
21
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
menunjukkan bahwa bahan-
bahan kimia yang dikategorikan
sebagai Tipe 1A atau 1B WHO
atau bahan-bahan yang
termasuk dalam daftar Konvensi
Stockholm dan Rotterdam, serta
paraquat dikurangi atau
dihilangkan penggunaannya
kecuali dalam kondisi Spesifik
telah diidentifikasi dalam
pedoman praktik terbaik
nasional.
5. Adanya bukti aplikasi pestisida
oleh tenaga terlatih dan sesuai
dengan petunjuk penggunaan
pada label produk dan petunjuk
penyimpanan.
6. Pestisida disimpan dengan
praktek terbaik.
7. Pengaplikasian pestisida harus
melalui metode-metode yang
sudah terbukti akan
meminimalkan risiko dan
dampak negatif.
8. Pestisida hanya boleh
diaplikasikan dari udara apabila
terdapat justifikasi yang
contoh alternatif penggunaan pestisida,
antara lain yang tercantum dalam
‘Research project on Integrated Weed
Management Strategies for Oil Palm;
CABI, April 2011’.
Akibat dari adanya masalah-masalah
dalam ketepatan pengukuran,
pemonitoran tingkat kadar racun
(toxicity) tidak berlaku untuk petani
penggarap independen (mengacu pada
‘Guidelines for Independent Smallholders
under Group Certification’, Juni 2010).
22
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
terdokumentasi. Dalam rentang
waktu yang layak sebelum
pengaplikasian pestisida dari
udara, komunitas-komunitas
sekitar harus diinformasikan
mengenai rencana
pengaplikasian pestisida
tersebut beserta dengan
seluruh informasi yang relevan.
9. Bukti pelatihan penanganan
pestisida terhadap pekerja dan
petani plasma (jika ada) harus
tersedia.
10. Limbah kemasan pestisida
ditangani sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
11. Adanya rekaman hasil
pemeriksaan kesehatan bagi
operator dan bukti tindak lanjut
hasil pemeriksaan.
12. Adanya rekaman bahwa tidak
ada tenaga penyemprot wanita
yang sedang hamil atau
menyusui.
4.7 Rencana keselamatan
dan kesehatan kerja 1. Adanya bukti kebijakan
keselamatan dan kesehatan
1. Perhitungan LTA berdasarkan peraturan di
Indonesia akan dibahas dalam pertemuan INA-
23
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
didokumentasikan,
dikomunikasikan secara
efektif, dan
diimplementasikan
kerja harus terdokumentasi.
Rencana keselamatan dan
kesehatan yang mencakup
seluruh kegiatan harus
didokumentasikan dan
diimplementasikan, serta
tingkat efektivitasnya
dimonitor.
2. Penilaian risiko harus tersedia,
terdokumentasi dan terdapat
catatan pelaksanaan.
3. Adanya rekaman pelatihan
program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan
tersedia Alat Pelindung Diri
yang sesuai dan memadai.
4. Orang yang bertanggung jawab
dalam program kesehatan dan
keselamatan kerja harus
diidentifikasi dan tersedia
rekaman pertemuan berkala
untuk membicarakan masalah
kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan pekerja.
5. Tersedia prosedur
kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan kecelakaan kerja.
Panduan Spesifik untuk 4.7.7:
Panduan:
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya menjamin bahwa
tempat kerja, mesin, peralatan,
transportasi dan proses-proses yang di
bawah kontrol mereka selalu aman dan
tidak membahayakan kesehatan secara
eksesif. Pengusaha perkebunan dan
pengusaha pabrik minyak sawit
sebaiknya menjamin bahwa substansi
kimiawi, fisik, dan biologis serta hal-hal
yang berada di bawah kontrol mereka
tidak membahayakan kesehatan secara
eksesif, dan mengambil tindakan apabila
diperlukan. Seluruh indikator ini berlaku
untuk seluruh pekerja, terlepas dari
status mereka.
Rencana keselamatan dan keamanan
sebaiknya juga mengacu pada pedoman
dalam Konvensi ILO 184 (
NITF berikutnya.
24
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
6. Bukti terdapat fasilitas
kesehatan dan asuransi
kecelakaan kerja bagi tenaga
kerja.
7. Adanya rekaman tentang
kecelakaan kerja yang
menggunakan Lost Time
Accident (LTA).
4.8
Seluruh staf, pekerja,
petani penggarap dan
pekerja kontrak telah
diberikan pelatihan yang
layak.
1. Adanya rekaman program
pelatihan terkait aspek-aspek
yang tercakup dalam Prinsip
dan Kriteria RSPO harus
tersedia.
2. Adanya rekaman pelatihan
untuk tiap pekerja yang harus
dipelihara.
Pekerja sebaiknya diberikan pelatihan
cukup mengenai: risiko kesehatan dan
lingkungan yang dapat dialami akibat
terpapar (exposure of) pestisida;
pengidentifikasian gejala-gejala yang
dialami akibat paparan jangka panjang
dan akut termasuk untuk kelompok-
kelompok yang paling rentan (misalnya
pekerja muda, wanita hamil); cara-cara
untuk meminimalkan paparan pestisida
ke pekerja dan keluarga mereka; dan
instrumen atau regulasi internasional
dan nasional yang melindungi kesehatan
pekerja.
Program pelatihan sebaiknya mencakup
pelatihan mengenai produktivitas dan
praktik manajemen terbaik, dan
dirancang sesuai dengan skala
organisasi.
1. Kualifikasi pelatihan kerja yang sesuai akan
didiskusikan pada pertemuan NITF berikutnya.
25
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya memberikan pelatihan
ke seluruh staf dan pekerja agar mereka
dapan melaksanakan pekerjaan dan
tanggung jawab secara efektif sesuai
dengan prosedur yang terdokumentasi,
dan dalam kepatuhan terhadap
persyaratan Prinsip, Kriteria, Indikator
and Pedoman yang ada.
Pekerja kontrak sebaiknya dipilih
berdasarkan kemampuannya untuk
memenuhi tuntutan pekerjaan dan
tanggung jawab sesuai dengan prosedur
yang terdokumentasi, dan dalam
kepatuhan terhadap persyaratan Prinsip,
Kriteria, Indikator and Pedoman ini.
Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
sawit sebaiknya mendemonstrasikan
kegiatan pelatihan untuk petani
penggarap skema yang menyediakan
Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan
kontrak.
Pekerja yang beroperasi di kavling petani
penggarap juga membutuhkan pelatihan
dan keahlian yang cukup, yang dapat
dicapai melalui kegiatan ekstensi pihak
perkebunan dan pabrik kelapa sawit
yang membeli buah dari mereka, melalui
26
NO PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR
(Tanpa Major/Minor)
PANDUAN CATATAN
organisasi petani penggarap, atau
melalui kolaborasi dengan institusi dan
organisasi lainnya (lihat ‘Guidelines for
Independent Smallholders under Group
Certification’, Juni 2010, dan ‘Guidelines
on Scheme Smallholders’, Juli 2009)
Untuk operasi petani penggarap
individu, catatan pelatihan tidak
disyaratkan untuk pekerja di lahan
mereka, tetapi siapapun yang bekerja di
perkebunan tersebut sebaiknya
diberikan pelatihan yang cukup untuk
pekerjaan yang mereka jalankan (lihat
‘Guidelines for Independent Smallholders
under Group Certification’, Juni 2010
dan, ‘Guidelines on Scheme
Smallholders’, Juli 2009).