sintesa hasil penelitian pengelolaan hutan alam … · riap diameter berkisar antara 0,35 – 0,99...
TRANSCRIPT
PERMASALAHAN
HUTAN ALAM TERFRAGMENTASI
HUTAN PRIMER LOA (KONDISI BAIK, SEDANG)
PENERAPANTEKNOLOGI PENGELOLAAN HUTAN
ALAM BELUM TEPAT
ADA KECENDERUNGAN
PENERAPAN SISTEM SILVIKULTUR KURANG
TEPAT
PERUBAHAN HAP SANGAT CEPAT SEHINGGA SULIT UTK
MENGETAHUI KONDISI HUTAN DAN SEBARANNYA
DENGAN CEPAT DAN AKURAT
ADA KECENDERUNGAN
PEMANFAATAN HUTAN ALAM
KURANG RASIONAL
LOA RUSAK
TEKNIK PENGKAYAAN DAN REHABILITASI HUTAN ALAM YANG
TELAH RUSAK BELUM LENGKAP TERSEDIA
OUTPUT RPI 2010-‐2014 SINTESA
OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3:
Output dapat dicapai melalui 44 Judul Penelitian pada 7 Satker/UPT Badan Litbang
Paket informasi teknik
pengklasifikasian tipologi hutan alam produksi
Paket IPTEK peningkatan produktivitas hutan alam produksi
Paket informasi perangkat pengaturan
hasil di hutan alam produksi
METODOLOGI Metode systematic review:
Identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan terkait permasalahan untuk menyajikan fakta yang lebih komprehensif dan berimbang melalui analisis deduktif dan induktif
HASIL SINTESA RPI A. Klasifikasi Tipologi dan Potensi Sebaran Hutan Produksi
Informasi teknik klasifikasi tipologi dan potensi tegakan hutan alam produksi dengan menggunakan citra satelit Lokasi Persamaan
Koefisien determinasi
PT. Sindo Lumber Kalimantan Tengah
V = 1240,229 + 6,135 B5 – 33,589 B4 + 11,808 B3 0,913
N = 1172,308 + 0,198 B5 – 30,714 B4 + 16,118 B3 0,432
PT. Segara Indochem Kalimantan Timur
V = 887,455 + 4,134 B5 – 15,647 B4 + 2,856 B3 0,958
N = 713,484 + 4,373 B5 + 3,147 B4 – 9,598 B3 0,319
1. TPTI - Rekomendasi penyederhanaan tahapan TPTI dari 13 menjadi 8 tahapan (PAK, PWH, ITSP, Penebangan, pengkayaan (t+2), pembinaan I (t+5), pembinaan II (t+15) dan pengamanan) dan telah diakomodir dalam pedoman teknis TPTI
- HA yang potensi tegakannya tinggi, perlu membatasi jumlah pohon yang ditebang dan/atau membatasi jumlah produksi kayu agar tidak melebihi riap tegakan (keterbukaan tajuk tidak boleh melebihi 40%) setara dg menebang 15 pohon/hektar.
- Jika dalam RKT ada spot-spot rumpang (areal terbuka), maka harus dilakukan pengkayaan.
- Informasi teknik silvikultur di areal tidak produktif (bekas jalan sarad, bekas TPn dan kiri-kanan jalan IUPHHK-HA)
B. Peningkatan Produktivitas Hutan Alam Produksi
Meranti yang ditanam di bekas jalan sarad pada umur 3 tahun: - Diameter antara 6–10 cm (MAI diameter 2,0–3,3 cm/tahun) - Tinggi 6–10 meter (MAI tinggi riap 2–3,3 m/tahun)
.
Kapur (Dryobalanops aromatica) Sungkai (Peronema canescens)
Hopea mangarawan Nyatoh (Palaquium sp.)
Ditanam di areal terbuka (Bekas TPn)
2. TR Kondisi LOA saat ini berupa rumpang-rumpang, teknik pengkayaan salah satunya bisa diterapkan seperti sistem permudaan di TR
TPTJ-‐Silin tidak tepat diterapkan di LOA yang potensinya baik dan sedang, tetapi lebih tepat diterapkan di LOA rusak (hutan rawang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kurva prediksi 3 4 5 7 10 12 15 19 22 25 27 29 31 32 33 34 34 34 35 35 35 35 35 35 35 Kurva harapan 3 4 6 8 10 13 15 18 21 25 28 31 33 36 39 41 43 45 47 49 50 52 53 54 55
0
10
20
30
40
50
60
Dia
met
er (
cm)
Umur (tahun)
3. TPTJ-Silin
- Model pendugaan volume pohon untuk areal Kalimantan dan Papua di hutan alam. Contoh beberapa persamaannya:
C. Perangkat pengaturan hasil di hutan alam produksi
Jenis Persamaan Lokasi Shorea laevis Vbc = 0,0015(D)2 ‒ 0,0254(D) + 0,0448 Samboja, Kab. Kutai
Kartanegara, Kaltim
Shorea smithiana log Vbc = ‒2,986511 + 2,08686 log (D) ‒5,217938 (1/D) Labanan, Kab.
Berau, Kaltim Vatica sp. log Vbc = ‒2,290659+1,738784 log (D) ‒12,09475 (1/D)
Hopea sp. log Vbc = 1,9388 log D + 0,9309 log T ‒ 4,0872 Labanan, Kab. Berau, Kaltim
Dipterocarpus sp. log Vbc = ‒4,2058 + 2,1295 log D + 0,6646 log T log Vbc = ‒4,0560 + 2,5478 log D
Tanjung, Kalsel
Dipterocarpaceae log Vbc = ‒3,4216 + 1,8989 log D + 0,9287 log T Segah, Kab. Berau, Kaltim
D i p t e r o c a r p u s acutangulus log Vbc = ‒3,6751 + 2,4022 log D Labanan, Kab.
Berau, Kaltim
Dipterocarpus sp. Vbc = 0,333 – 0,023(D) + 0,001(D2) PT. Ratah Timber, Kab. Kutai Barat
Matoa (Pometia sp.) Vbc = 0,00035 D 2,1104 Kuatisore-Nabire
Semua jenis komersial Vbc = 0,000427 D 2,15
PT. Manokwari Mandiri Lestari, Wasior-Manokwari
Pertumbuhan Tegakan di areal TPTI
No. Lokasi Parameter Riap Diameter
(cm/th) Riap Volume (m3/
ha/th) K NK S K NK S
1. PT Sumalindo Lestari Jaya II, Kaltim - 0,54 0,49 0,53 2,29 0,10 2,39
2. PT Diamond Raya Timber, Riau - 0,40 0,33 0,38 2,56 0,25 2,81
3. PT Intracawood Manufacturing, Kaltim - 0,62 0,54 0,60 3,58 0,56 4,14
4. PT Aya Yayang Indonesia, Kalsel - 0,66 0,39 0,67 2,55 0,33 2,88
5. KHDTK Labanan, Kaltim Kontrol 0,53 0,29 - - - - Pembebasan 0,84 0,36 - - - - Penjarangan 0,57 0,33 - - - -
6. Kalimantan Barat Anisoptera spp 0,18 ‒ 0,46 - Dryobalanops spp. 0,35 ‒ 0,70 - Hopea spp. 0,07 ‒ 0,46 - Shorea spp. 0,53 ‒ 0,66 -
7. Maluku Semua jenis komersial 0,99 cm/th 0,59 m3/ha/th
8. PT. Manokwari Lestari Mandiri, Papua Semua jenis komersial 0,69 cm/th -
9. PT. Mamberamo Alas Mandiri, Papua Semua jenis komersial 0,65 cm/th -
10. PT. Wapoga Mutiara Timber, Papua Semua jenis komersial 0,59 cm/th -
Riap diameter berkisar antara 0,35 – 0,99 cm/tahun di hutan tanah kering dan di hutan tanah basah antar 0,39 – 0,41 cm/tahun
KEMANFAATAN (OUTCOME)
• KTI (Jurnal, Prosiding dan Leaflet) • Hasil penelitian telah diakomodir dalam penyempurnaan
pedoman TPTI (Peraturan Perdirjen BUK tentang pedoman pelaksanaan TPTI)
• Bahan rekomendasi pemilihan jenis yang cocok untuk teknik rehabilitasi di lahan kosong (areal bekas TPn dan kiri-kanan jalan utama IUPHHK-HA). Hasilnya telah disampaikan untuk menjawab Surat Direktur Bina Usaha Hutan Alam nomor S.797/BUHA-3/2014 tentang informasi jenis-jenis pohon yang cocok untuk ditanam di lahan tidak produktif (bekas jalan sarad, bekas TPn dan kiri-kanan jalan utama IUPHHK-HA ).
• Bahan masukan dalam penyempurnaan penarapan sistem silvikultur di hutan alam produksi
REKOMENDASI UNTUK 2015-‐2019 � Mencari model penerapan sistem silvikultur alternatif yang sesuai dengan karakteristik hutan dan tapak
� Perlu menganalisis strategi penerapan MSS di Hutan produksi (HA dan HTI) dengan menerapkan multi bisnis sehingga dalam 1 izin usaha bisa lebih dari 1 unit usaha (bisa berupa kayu, HHBK dan jasa lingkungan)
� Perlu dikaji model kelola produksi, kelola sosial dan kelola lingkungan dengan menerapkan MSS
� Mengkaji efektivitas dan efisiensi penerapan teknik silvikultur intensif di LOA jelek (hutan rawang)