catatan kuliah aprindo (faal)
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
1/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
1
Fisiologi Sistem Kemih
Ginjal melakikan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian
besar membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan
internal.
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai,
terutama melalui regulasi keseimbangan H2O.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES,
termasuk natrium, klorida, kalium, kalsium, hydrogen,
bikarbonat, fosfat, sulfat, dan magnesium.
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat. Fungsi ini
dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam
keseimbangan garam dan H2O.5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh
yang tepat dengan menyesuaikan pengeluaran H+dan HCO3-
di urin.
6. Mengeluarkan produk-produk akhir metabolism tubuh.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing.
8. Menghasilkan eritropoietin, suatu hormon yang merangsang
produksi sel darah merah.
9. Menghasilkan rennin, suatu hormone enzim yang memicu
suatu reaksi berantai yang penting dalam penghematan
garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Unit fungsional terkecil dari ginjal adalah nefron. Susunan
nefron di dalam ginjal sehingga menghasilkan korteks ginjal dan
tampak granular dan regio dalam, medulla ginjal, yang tersusun
oleh segitiga-segititga, piramida ginjal. Setiap nefron terdiri dari
komponen vasculardan komponen tubular, dan keduanya berkaitan
erat secara structural dan fungsional.
Komponen vascular nefron
Bagian dominan komponen vascular nefron adalah
glomerulus. Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis bercabang-cabang
hingga akhirnya membentuk banyak pembulus halus yang dikenal
sebagai arteriol aferen. Setiap nefron mendapat satu arteriol aferen.
Arteriol aferen mengalirkan darah ke glomerulus. Kapiler-kepiler
glomerulus kembali menyatu untuk membentuk arteriol eferen,
mengalirkan darah yang tidak terfiltrasi menuju komponen tubular.
Arteriol eferen segera bercabang-cabang menjadi set kapiler kedua,
kapiler peritubulus, yang memasok darah ke jaringan ginjal dan
penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan penting dalam
pertukaran antara sistem tubulus dan darah sewaktu perubahan
cairan filtrasi menjadi urin. Kapiler-kapiler peritubulus menyatu
membentuk venula yang akhirnya mengalirkan isinya ke venarenalis.
Komponen tubular nefron
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga
berisi cairan yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel. Kompnen
tubulus berawal dari kapsul bowman, suatu invaginasi berdinding
rangkap yang melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan cairan
dari kapiler glomerulus. Dari kapsul bowman, cairan yang difiltrasi
mengalir kedalam tubulus proksimal (terletak di dalam korteks).Segmen berikutnya, ansa Henle/ lengkung Henle, membentuk
lengkung berbentuk U tajam atau hair pin yang masuk ke dalam
medulla ginjal (pars desendensdanpars asendens). Pars asendens
kembali ke regio glomerulus nefronya sendiri dan disebut apparatus
jukstagglomerulus (berperan penting dalam mengatur fungsi
ginjal). Setelah apparatus jukstagglomerulus, tubulus kembali
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
2/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
2
membentuk kumparan erat menjadi tubulus distal (korteks). Tubulus
distal mengalirkan isinya ke dalam duktusatau tubulus koligentes
(berjalan ke dalam medulla menuju pelvis ginjal).
Nefron Korteks dan Nefron Jukstamedula
Nefron terbagi kedalam dua jenis, yaitu nefron korteks dan
nefron jukstamedula. Berikut perbedaan dari kedua nefron tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Glomerulus dari nefron korteks terletak di lapisan luar korteks,
sedangkan glomerulus pada nefron jukstamedula terletak di
lapisan dalam korteks, samping medulla.
2. Lengkung tajam di nefron korteks hanya sedikit masuk ke
medulla, sedangkan lengkung tajam pada nefron
jukstamedula masuk ke seluruh kedalaman medulla.
3. Kapiler peritubulus nefron jukstamedula membentuk lengkung
vascular yang disebut vasa rekta, sedangkan Kapilerperitubulus nefron korteks melingkari lengkung pendek henle
nefron tersebut.
Sekitar 80% dari nefron pada manusia adalah tipe korteks.
Spesies dengan kemampuan memekatkan urin yang lebih besar
daripada menusia memiliki proporsi nefron justamedula yang lebih
banyak.
Arteriol aferen Membawa darah ke glomerulus
Glomerulus Menyaring plasma bebas protein kedalam komponen tubulusArteriol eferen Membawa dara dari glomerulus
Kapiler peritubulus Mendarahi jaringan ginjal; terlibatdalam pertukaran dengan cairan dilumen tubulus
Apparatusjukstaglomerulus
Menghasilkan bahan-bahan yangberperan dalam control fungsi ginjal
Kapsul bowman Mengumpulkan filtrate glomerulusTubulus proksimal Reabsorpsi dan sekresi tak terkontrol
bahan-bahan tertentu
Ansa henle Membentuk gradient osmotic dimedulla ginjal untuk menghasilkan urindengan konsentrasi beragam
Tubulus distal dan duktuskoligentes
Reabsorpsi terkontrol beragam NA+dan H2O serta sekresi K+ dan H+terjadi disini; cairan yangmeninggalkan duktus koligentesadalah urin, yang masuk ke pelvisginjal
Filtrasi Glomerulus, Reabsorpsi Tubulus, dan Sekresi Tubulus
Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: Filtrasi
Glomerulus, Reabsorpsi Tubulus, dan Sekresi Tubulus.
Filtrasi glomerulus
Seaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein
yang tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman.
Dalam keadaaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus
tersaring. Proses ini, dikeal sebagai filtrasi glomerulus (langkah
pertama dalam pembentukan urin).
Reabsorpsi tubulus
Sewaktu filtrate mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yangbermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.
Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus ke
dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus. Dari 180 liter plasma
yang disaring per hari, sekitar 178,5 liter direabsorpsi.
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
3/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
3
Sekresi tubulus
Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Sekresi tubulus
merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma
secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu dari 80%
plasma yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan
memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus sebagai hasilfiltrasi.
Ekskresi urin
Ekskresi urin adalah pengeluaran bahan-bahan dari tubuh ke
dalam urin.
FILTRASI GLOMERULUS
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul
bowman harus melewati tiga lapisan berikut yang membentuk
membrane glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2)
membrane basal, dan (3) lapisan dalam kapsul bowman.
Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel
gepeng. Lapisan ini memliki banyak pori besar yang
menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat
terlarut.
Membran basal adalah lapisan gelatinosa aseluler yang
terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip diantara
glomerulus dan kapsul bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan
structural dan glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang
kecil. Karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin
dan protein plasma lain yang juga bermuatan negatif. Oleh karena
itu, protein plasma hampir tidak terdapat di dalam filtrat, dengan
kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsul
bowman.
Lapisan dalam kapsul bowman terdiri dari podosit, sel mirip
gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak
foot processmemanjang yang saling menjalin dengan foot process
podosit sekitar. Celah sempit diantara foot process yangberdampingan dikenal sebagai celah filtrasi.
Gaya-gaya yang Berperan dalam Filtrasi Glomerulus
Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus: tekanan
darah kapiler glomerulus, tekanan osmotic koloid plasma, dan
tekanan hidrostatik kapsul bowman.
1. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan
yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus.
Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung
dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh
arteriol aferen dan eferen. Tekanan darah kapiler glomerulus,
dengan nilai rerata diperkirakan 55 mmHg, lebih tinggi dari
pada tekanan kapiler darah di tempat lain. Penyebab lebih
tingginya tekanan di kapiler glomerulus adalah garis tengah
arteriol aferen yang lebih besar dibandingkan dengan arteriol
eferen. Hal ini menyebabkan darah dapat lebih mudah masuk
ke glomerulus melalui arteriol aferen yang lebar daripada
keluar melalui arteriol eferen yang sempit. Tekanan darahglomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini cenderung
mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul bowman.
2. Tekanan osmotic koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi
tidak seimbang protein-protein plasma dikedua sisi membran
glomerulus. Konsentrasi H2O lebih tinggi di kapsul bowman
daripada di kapiler glomerulus. Hal ini menimbulkan
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
4/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
4
kecenderungan H2O untuk berpindah melalui osmosis
menuruni gradient konsentrasinya sendiri dari kapsul bowman
ke dalam glomerulus melawan filtrasi glomerulus (gaya
osmotic ini rata-rata 30 mmHg)
3. Tekanan hidrostatik kapsul bowman, tekanan yang
ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus ini,
diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung
mendorong cairan keluar kapsul bowman, melawan filtrasicairan dari glomerulus menuju kapsul bowman.
Laju Filtrasi Glomerulus
Gaya total yang mendorong filtrasi adalah tekanan darah
kapiler glomerulus yaitu 55 mmHg, jumlah dua gaya yang melawan
filtrasi adalah 45 mmHg. Perbedaan netto yang mendorong filtrasi,
10 mmHg, disebut tekanan filtrasi netto. Laju filtrasi glomerulus
(LFG), bergantung tidak hanya pada tekanan filtrasi netto saja, tetapi
juga pada seberapa luas permukaan glomerulus yang tersedia untukpenetrasi dan seberapa permeabel membrane glomerulus. Sifat-sifat
membrane glomerulus ini secara kolektif disebut sebagai koefisien
filtrasi(Kf). karena itu:
= Perubahan pada LGF terutama disebabkan oleh perubahan
tekanan darah kapiler glomerulus. Besar tekanan darah kapiler
glomerulus bergantung pada laju aliran darah di dalam masing-
masing glomerulus. Jumlah aliran darah yang mengalir ke dalamsebuah glomerulus per menit ditentukan terutama oleh besar
tekanan darah arteri sistemik rata-rata dan resistensi yang
ditimbulkan oleh oleh arteriol aferen. Jika resistensi di arteriol aferen
meningkat maka darah yang mengelir ke glomerulus lebih sedikit
sehingga LGF berkurang. Sebaliknya jika resistensi arteriol aferen
berkurang maka lebih banyak darah mengalir ke dalam glomerulus
dan LGF meningkat. Terdapat dua mekanisme kontrol yang
mengatur LGF, yaitu (1) otoregulasi, yang ditujukan untuk mencegah
perubahan spontan LGF; dan (2) kontrol simpatis ekstrinsik, yang
ditujukan untuk regulasi jangka panjang tekanan darah arteri.
Otoregulasi LFG
Karena tekanan darah arteri adalah gaya utama yang
mendorong darah masuk ke dalam glomerulus maka tekanan darah
kapiler glomerulus, dan LFG, akan meningkat berbanding lurus jika
tekanan arteri meningkat bila factor lain tidak berubah. Demikian
juga penurunan tekanan darah arteri akan menyebabkan penurunan
LFG. Perubahan spontan tak sengaja LFG seperti ini pada umumnya
dicegah oleh mekanisme regulasi intrinsic yang dilakukan oleh ginjal
sendiri, proses ini dikenal sebagai otoregulasi. Terdapat dua
mekanisme intrarenal yang berperan dalam otoregulasi, yaitu
sebagai berikut.
1. Mekanisme miogenik,yang berespons terhadap perubahan
tekanan di dalam komponen vascular nefron.
2. Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus
(tubuloglomerulus feedback mechanism, TGF), yang
mendeteksi perubahan kadar garam di cairan yang mengalir
melalui komponen tubular nefron.
Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus dan miogenik
bekerja sama untuk melakukan otoregulasi terhadap LFG dalam
kisaran tekanan darah arteri rerata 80-180 mmHg. Otoregulasipenting karena pergeseran LFG yang tidak diinginkan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan zat sisa.
Kontrol simpatis ekstrinsik
Kontrol ekstrinsik LFG, yang diperantarai oleh sinyal sistem
saraf simpatis ke arteriol aferen, ditujukan untuk mengetur tekanan
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
5/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
5
darah arteri. Sistem saraf parasimpatis tidak memiliki pengaruh
apapun pada ginjal. Jika volume plasma berkurang, sebagai contoh,
akibat perdarahan, maka penurunan tekanan darah arteri yang
terjadi dideteksi oleh baroreseptor arkus aorta dan sinus karotis,
yang memicu reflex saraf untuk meningkatkan tekanan darah kearah
normal. Respon reflex ini dikoordinasi oleh pusat kontrol KV di
batang otak dan terutama diperantarai oleh peningkatan aktivitas
simpatis ke jantung dan pembuluh darah.
LFG diturunkan oleh respon reflex baroreseptor terhadap
penurunan tekanan darah. Selama reflex ini, terjadi vasokonstriksi
akibat pengaruh simpatis di sebagian besar arteriol di seluruh tubuh
sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan resistensi
perifer total. Arteriol aferen disyarafi oleh serat vasokonstriktor
simpatis lebih jauh banyak dibandingkan dengan arteriol eferen.
Ketika arteriol aferen yang membawa darah ke glomerulus
berkonstriksi akubat peningkatan aktivitas simpatis, darah yang
mengalir ke dalam glomerulus akan lebih sedikit daripada normal
sehingga tekanan darah kapiler glomerulus menurun. Penurunan
LFG yang terjadi mengurangi volume urin, dengan cara ini sebagian
H2O dan garam yang seharusnya keluar melalui urin dapat
dipertahankan di dalam tubuh.
Sebaliknya, jika tekanan darah meningkat, respons
sebaliknya yang terjadi. Ketika baroreseptor mendeteksi peningkatan
tekanan darah makaaktivitas vasokonstriksi simpatis ke arteriol,
termasuk arteriol aferen ginjal, menurun secara reflex sehinggaterjadi vasodilatasi arteriol aferen. Karena darah yang masuk ke
glomerulus melalui arteriol aferen yang melebar meningkat maka
tekanan kapiler glomerulus bertambah sehingga LFG meningkat.
Koefisien Filtrasi Turut Memengaruhi LFG
LFG juga bergantung pada koefisien filtrasi (K f) selain
tekanan filtrasi netto. Riset-riset baru menunjukkan K f dapat
mengalami perubahan dibawah kontrol fisiologik. Dua factor yang
memengaruhi Kf adalah luas permukaan dan permeabilitas
membrane glomerulus.
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam
glomerulus diwakili oleh permukaan dalam kapiler glomerulus yang
berkontak dengan darah. Setiap kuntum kapiler glomerulus
disatukan oleh sel mesangium. Kontraksi sel-sel mesangium ini
menutup sebagian kapiler filtrasi, mengurangi luas permukaan yang
tersedia untuk filtrasi di dalam kuntum glomerulus. Ketika tekanan
filtrasi netto tidak berubah maka penurunan Kfini menurunkan LFG.
Stimulasi simpatis menyebabkan sel mesangium berkontraksi dan
merupakan mekanisme kedua yang digunakan oleh sistem saraf
simpatis untuk menurunkan LFG.
Podosit juga memiliki filament kontraktil mirik aktin, yang
kontraksi atau relaksasinya masing-masing dapat menurunkan atau
meningkatkan jumlah celah filtrasi yang terbuka di membrane dalam
kapsul bowman dengan mengubah bentuk dan kedekatan foot
process. Jumlah celah adalah penentu permeabilitas; semakin
banyak celah yang terbuka, semakin besar permeabilitas.
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
6/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
6
REABSORPSI TUBULUS
Bahan0bahan esensial yang terfiltrasi dikembalikan ke tubuh
melalui reabsorpsi tubulus, transfer diskret bahan-bahan dari lumen
tubulus ke dalam kapiler peritubulus. Reabsorpsi tubulus adalah
suatu prose yang sangat selektif. Dari 125 ml/menit cairan yang
terfiltrasi, biasanya 124 ml/menit yang direabsorpsi. Tubulus
biasanya mereabsorpsi 99% H2O, 100% glukosa, dan 99,5% garamyang terfiltrasi.
Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lima
sawar terpisah:
1. Tahap 1, bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan
melewati membrane luminal sel tubulus.
2. Tahap 2, bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel
tubulus ke sisi lainnya.
3. Tahap 3, bahan harus melewati membrane basolateral seltubulus untuk masuk ke cairan interstisium.
4. Tahap 4, bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.
5. Tahap 5, bahan harus menembus dinding kapiler untuk
masuk ke plasma darah.
Keseluruhan rangkaian langkah ini dikenal sebagai tranpor
transepitel.
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorsi aktif
dan reabsorpsi pasif. Pada reabsorpsi pasif, semua tahap dalamtransport transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma
bersifat pasif; yaitu tidak ada pengeluaran energy pada perpindahan
netto bahan, yang terjadi mengikuti penurunan gradient elektrokimia
atau osmotic. Sebaliknya, reabsorpsi aktif berlangsung jika salah
satu dari tahap-tahap dalam transport transepitel suatu bahan
memerlukan energy, bahkan jika keempat tahap lainnya bersifat
pasif. Pada reabsorpsi aktif, perpindahan netto bahan dari lumen
tubulus ke plasma terjadi melawan gradient elektrokimia. Bahan
yang secara aktif direabsorpsi bersifat penting bagi tubuh, misalnya
glukosa, asam amino, dan nutrient organic lainnya.
Pompa N+-K+ATPase
Na+ direabsorpsi hampir di sepanjang tubulus, tetapi dengan
derajat yang berbeda-beda di bagian yang berbeda. Dari Na+yang
difiltrasi, 99,5% secara normal direabsorpsi. Dari Na+ yang
direabsorpsi, sekitar 67% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di
ansa Henle, dan 8% di tubulus distal dan koligentes.
1. Reabsorpsi natrium di tubulus proksimal berperan penting
dalam reabsorpsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea.
2. Reabsorpsi natrium di pars asendens ansa Henle, bersama
dengan reabsorpsi Cl-, berperan sangat penting dalam
kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi danvolume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk
menghemat atau mengeluarkan H2O.
3. Reabsorpsi natrium di tublus distal dan koligentes bervariasi
dan berada di bawah kontrol hormone. Reabsorpsi ini
berperan kunci dalam mengatur volume CES, yang penting
dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan juga
sebagian berkaitan dengan sekresi K+ dan sekresi H+.
Natrium direabsorpsi di sepanjang tubulus kecuali di pars
desendes ansa henle. Di seluruh segmen tubulus yangmereabsorpsi Na+, tahap aktif dalam rebsorpsi Na+ melibatkan
pembawa Na+-K+ ATPase dependen energy yang terletak di
membrane basolateral sel tubulus.
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
7/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
7
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (SRAA)
Di tubulus proksimal dan ansa Henle, terjadi reabsorpsi Na+
yang terfiltrasi dengan persentase tetap berapapun Na+. di bagian
distal tubulus, reabsorpsi persentase kecil Na+ yang terfiltrasi
berada di bawah kontrol hormone. Beban/ jumlah Na+ di tubuh
tercermin dalam volume CES. Ketika beban Na+ di atas normal dan
karenanya aktivitas osmotic CES meningkat maka kelebihan Na+ iniakan menahan tambahan H2O, meningkatkan colume CES.
Sebaliknya, ketika beban Na+ di bawah normal sehingga aktivitas
osmotic CES berkurang, jumlah H2O yang dapat ditahan di CES
lebih rendah daripada normal sehingga volume CES berkurang.
Sistem hormone terpenting dan paling terkenal yang terlibat
dalam regulasi Na+ adalah sistem renin- angiotensin- aldosteron
(SRAA). Sel granular apparatus jukstaglomerulus mengeluarkan
suatu hormone enzimatik , renin, ke dalam darah sebagai rrespon
terhadap penurunan NaCl/ volume CES/ tekanan darah. Secaraspesifik, tiga masukan berikut ke sel granular meningkatkan sekresi
renin:
1. Sel granular itu sendiri berfungsi sebagai baroreseptor
intrarenal. Sel ini peka terhadap perubahan tekanan di dalam
arteriol aferen. Ketika mendeteksi penurunan tekanan darah
sel granular ini mengeluarkan lebih banyak renin.
2. Sel macula densa di bagian tubulus apparatus
jukstaglomerulus peka terhadap NaCl yang melewatinya
melalui lumen tubulus. Sebagai respin terhadap penurunan
NaCl, sel macula densa memicu sel granular untuk
mengeluarkan lebih banyak renin.
Sel granular disarafi oleh sistem simpatis. Ketika tekanan darah
turun di bawah normal, reflex baroreseptor meningkatkan aktivitas
simpatis. Sebagai bagian dari respons reflex ini, peningkatan
aktivitas simpatis merangsang sel granular mengeluarkan lebih
banyak renin.
Melalui serangkaian proses kompleks yang terlibat SRAA,
peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorpsi
Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Klorida selalu secara pasif
mengikuti Na+ menuruni gradien listrik yang terbentuk oleh
perpindahan aktif Na+. manfaat akhir dari retensi garam ini adalahbahwa retensi tersebut mendorong retensi H2O secara osmosis,
yang membantu memulihkan volume plasma sehingga penting
dalam kontrol jangka panjang tekanan darah.
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai
enzim untuk mengaktifkan angiotensinogenmenjadi angiotensin I.
angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang disintesis oleh
hati dan selalu terdapat di dalam plasma dalam konsentrasi tinggi.
Ketika melewati paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah
menjadi Angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme(ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru. Angiotensin II adalah
perangsang utama sekresi hotmon aldosteron dari korteks adrenal.
Beberapa fungsi dari SRAA, adalah sebagai berikut:
1. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal
dan koligentes dengan menyisipkan saluran Na+ tambahan
ke dalam membrane luminal dan penambahanpembawa Na+-
K+ ATPase ke dalam membrane basolateral sel tubulus distal
dan koligentes. Oleh karenanya, SRAA mendorong retensigaram yang mentebabkan retensi H2O dan peningkatan
tekanan darah arteri.
2. Angiotensin II adalah konstriktor poten arteriol sistemik,
secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan resistensi perifer perifer total. Selain itu
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
8/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
8
angiotensin II merangsang rasa haus dan merangsang
vasopressin
Situasi yang berlawanan terjadi jika beban Na+, volume CES,
dan tekanan darah arteri di atas normal. Pada keadaan-keadaan ini
produksi renin terhambat.
Sementara SRAA memiliki efek paling kuat pada pengaturan
Na+ oleh ginjal, sistem penahan Na+ dan penambahan tekanan
darah ini dilawan oleh sistem penmbuangan Na+ dan penurunan
tekanan darah yang melibatkan hormone peptide natriuterik atrium
(atrial natriuretic peptide, ANP). Kerja utama ANP adalah
menghambat secara langsung reabsorpsi Na+ di bagian distal
nefron sehingga ekskresi Na+ di urin meningkat. ANP juga
meningkatkan ekskresi Na+ di urin dengan menghambat dua tahap
SRAA. ANP menghambat sekresi renin oleh ginjal dan bekerja pada
korteks adrenal untuk menghambat sekresi aldosteron. ANP juga
mendorong natriuresis dan dieresis dengan meningkatkan LFGmelalui dilatasi arteriol aferen, meningkatkan tekanan darah kapiler
glomerulus, dan dengan melemaskan sel mesangium glomerulus
sehingga terjadi peningkatan Kf.
Glukosa dan asam amino direabsorpsi kembali dengan
transport aktif sekunder. Pada proses ini, pembawa kotranspor
khusus yang hanya terdapat di tubulus proksimal secara simultan
memindahkan Na+ dan molekul organic spesifik dari lumen ke dalam
sel. Pembawa kotranspor lumen ini adalad cara yang digunakan Na+
unuk secara pasif menyebrangi membrane lumen di tubulus
proksimal. Gradient konsentrasi Na+ lumensel yang dipertahankan
oleh pompa Na+-K+ basolateral menjalankan sistem kotranspor ini
dan menarik molekul-molekul organic melawan gradient
konsentrasinya tanpa pengeluaran energy secara langsung.
Transpor Maksimal/ Maksimum Tubulus
Transport maksimal/ Maksimum tubulus (tubular maximum,
Tm) merupakan laju reabsorpsi maksimal yang dicapai ketika semua
pembawa spesifik untuk ditempati suatu bahan atau jenuh sehingga
pembawa-pembawa tersebut tidak lagi dapat menangani
penumpang tambahan pada saat itu. Setiap bahan yang jumlahnya
melebihi Tm-nya tidak akan direabsorpsi dan lolos ke dalm urin. Halini tidak berlaku untuk Na+, karena aldosteran mendorong sintesis
pembawa Na+-K+ yang lebih aktif di sel-sel tubulus distal dan
koligentes.
Jumlah setiap bahan yang difiltrasi per menit, yang dikenal
sebagaijumlah terfiltrasi, dapat dihitung sebagai berikut:
=
Contoh:
= 100 125
=125
Maksimum tubulus untuk glukosa
Tm glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt, yaitu mekanisme
pengangkut glukosa mampu secara aktif mereabsorpsi hingga 375
mg glukosa per menit sebelum mencapai kemampuan transport
maksimalnya. Konsentrasi plasma dimana Tmsuatu bahan tercapaidan bahan mulai muncul di urin disebut ambang ginjal. Pada Tm
rerata 375 mg/mnt dan LFG 125 ml/ mnt, ambang ginjal untuk
glukosa adalah 300 mg/ ml.
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
9/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
9
Reabsorpsi fosfat secara aktif dan diatur ginjal
Tubulus dapat mereabsorpsi PO43- hingga jumlah setara
dengan konsentrasi PO43- plasma, maka kelebihan PO4
3- yang
masuk cepat dikeluarkan ke dalam urin, memulihkan konsentrasi
plasma ke normal. Tidak seperti reabsorpsi nutrient organic,
reabsorpsi PO43- dan Ca+ juga berada di bawah kontrol hormon.
Hormon paratiroid dapat mengubah ambang ginjal untuk PO43-
danCa+ sehingga jumlah elektrolit ini yang ditahan dapat disesuaikan,
bergantung pada kebutuhan tubuh saat itu.
Reabsorpsi Klorida
Ion klorida yang bermuatan negative direabsorpsi secara pasif
menuruni gradient listrik yang tercipta oleh reabsorpsi aktif ion
natrium yang bermuatan positif. Umumnya ion klorida mengalir
diantara, bukan menembus, sel tubulus. Jumlah Cl- yang
direabsorpsi ditentukan oleh laju reabsorpsi aktif Na+, dan tidakdikontrol lansung oleh ginjal.
Reabsorpsi air
Air direabsorpsi secara pasif di seluruh panjang tubulus
karena H2O secara osmotis mengikuti Na+ yang direabsorpsi secara
aktif. Selama reabsorpsi, H2O melewati akuaporin, atau saluran
air, yang terbentuk oleh protein-protein membran plasma spesifik di
sel tubulus. Saluran air di tubulus proksimal selalu terbuka sehingga
bagian ini sangat permeabel terhadap H2O. sebaliknya saluran didistal nefron diatur oleh hormone ADH sehingga reabsorpsi H2O di
bagian ini berubah-ubah.
Gaya utama yang mendorong reabsorpsi H2O di tubulus
proksimal adalah kompartemen hipertonisitas di ruang-ruang lateral
antara sel-sel tubulus yang tercipta oleh pompa basolateral yang
secara aktif mengeluarkan Na+. Akumulasi cairan di ruang lateral
menyebabkan meningkatnya tekanan hidrostatik (tekanan cairan),
yang mendorong H2O keluar ruang lateral menuju cairan interstitium
dan akhirnya ke dalam kapiler peritubulus.
Reabsorpsi urea
Urea adalah suatu produk sisa dari pemecahan protein.
Reabsorpsi H2O yang berlangsung secara osmosis di tubulus
proksimal sekunder terhadap reabsorpsi aktif Na+ menghasilkan
gradient konsentrasi untuk urea yang mendorong reabsorpsi pasif
bahan sisa ini.
SEKRESI TUBULUS
Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus
adalah ion hydrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation
organic, yang banyak diantaranya adalah senyawa yang asing bagitubuh.
Sekresi ion hydrogen
Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur
keseimbangan asam-basa di tubuh. Ion hidrogen yang disekresikan
ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion
hidrogen dapat disekresikan melalui tubulus proksimal, distal, atau
koligentes, dengan tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman
cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam maka sekresi H+meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di
cairan tubuh terlalu rendah.
Sekresi ion kaliumK+ secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif
disekresikan di tubulus distal dan koligentes. Karena K+ yang
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
10/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
10
difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi di tubulus proksimal maka
sebagian besar K+ di urin berasal dari sekresi terkontrol K+ di
bagian distal nefron dan bukan dari filtrasi.
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan koligentes
digabungkan dengan reabsorpsi Na+ oleh pompa Na+-K+
basolateral dependen energy. Pompa ini tidak hanya memindahkan
Na+ keluar menuju ruang lateral tetapi juga memindahkan K+ dariruang lateral ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang
meningkat mendorong perpindahan netto K+ dari sel ke dalam
lumen tubulus. Perpindahan menembus membrane luminal
berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran K+ di
membrane ini di tubulus distal dan koligentes. Dengan menjaga
konsentrasi K+ cairan interstisium rendah, pompa basolateral
mendorong perpindahan pasif K+ keluar plasma kapiler peritubulus
menuju ciran interstisium. Ion kalium yang meninggalkan plasma
dengan cara ini kemudian dipompa ke dalam sel, dari sini ion
tersebut secara pasif berpindah ke dalam lumen. Dengan cara ini,
pompa basolateral secara aktifmenginduksi sekresi netto K+ dari
plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian distal
nefron.
Beberapa factor dapat mengubah laju sekresi K+, dengan
yang terpenting adalah aldosteron. Hormone ini merangsang sekresi
K+ oleh sel tubulus diakhir nefron sekaligus meningkatkan
reabsorpsi Na+ oleh sel-sel ini. Terdapat dua mekanisme sekresi
aldosteron dalam memengaruhi sekresi K+.
1. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung
merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan
pengeluaran aldosteron.
2. Penurunan konsentrasi Na+ plasma merangsang sekresi
aldosteron melalui jalur komplek SRAA.
Factor lain yang juga terlibat dalam sekresi K+ adalah status
asam-basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat
mensekresikan H+ atau K+ untuk dipertukarkan dengan Na+ yang
direabsorpsi.
Sekresi kation dan anion organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa
sekretorik khusus, satu untuk sekresi anion organic dan satu sistem
terpisah untuk sekresi kation organic. Sistem sekresi ion organic
memiliki tiga fungsi penting.
1. Dengan menambahkan sejenis ion organic tertentu ke jumlah
yang sudah masuk ke cairan tubulus oleh filtrasi glomerulus,
jalur ekskresi organik ini mempermudah ekskresi bahan-
bahan ini.
2. Pada beberapa kasus penting, ion organic kurang larut dalam
air. Untuk dapat diangkut dalam darah, ion-ion tersebut terikatdalam jumlah besar tetapi ireversibel ke protein plasma.
Karena melekat ke protein plasma maka bahan-bahan ini
tidak dapat difiltrasi melalui glomerulus. Sekresi tubulus
mempermudah eliminasi ion-ion organic yang tidak dapat
difiltrasi ini melalui urin.
3. Sistem sekresi ion organik tubulus proksimal berperan kunci
dalam eliminasi banyak senyawa asing dari tubuh.
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
11/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
11
EKSKRESI URIN DAN BERSIHAN PLASMA
Dari 125 ml plasma yang difiltrasi per menit, biasanya 124 ml/
mnt direabsorpsi sehingga jumlah akhir urin yang dibentuk rerata
adalah 1 ml/ mnt. Dengan demikian, dari 180 liter yang difiltrasi per
hari, 1,5 liter menjadi urin untuk diekskresikan. Bersihan plasma
setiap bahan didefinisikan sebagai volume plasma yang dibersihkan
secara tuntas dari bahan bersangkutan oleh ginjal per menit.Bersihan plasma dapat dihitung untuk setiap konstituen plasma
sebagai berikut.
= (
)
( )
Laju bersihan plasma bervariasi untuk setiap bahan,bergantung pada bagaimana ginjal menangani masing-masing
bahan tersebut.
1. Jika suatu baha difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi atau
disekresi maka clearance rate plasmanya setara dengan LFG.
2. Jika suatu bahan difiltrasi dan direabsorpsi tetapi tidak
disekresi, maka bersihan rate plasmanya selalu lebih kecil
daripada LFG.
3. Jika suatu bahan difiltrasi dan disekresi tetapi tidak
direabsorpsi maka laju bersihan plasmanya selalu lebih besar
daripada LFG.
Ekskresi Urin
Osmolaritas CES bergantung pada jumlah relative H2O
dibandingkan dengan zat terlarut.
1. Pada keseimbangan cairan dan konsentrasi zat terlarut yang
normal, cairan tubuh bersifat isotonicpada osmolaritas 300
miliosmol/ liter.
2. Jika terlalu banyak terdapat H2O dibandingkan dengan zat
terlarut maka cairan tubuh menjadi hipotonik, yang berarti
cairan tubuh terlalu encer dengan osmolaritas kurang dari 300
mosm/ liter.
3. Jika terjadi deficit H2O relative terhadap zat terlarut makacairan tubuh menjadi terlalu pekat, atau hipertonik, dengan
osmolaritas lebih besar dari 300 mosm/ liter.
Terdapat suatu gradient osmotic vertical besar yang khas di
cairan interstisium medulla ginjal. Konsentrasi cairan interstisium
secara progresif meningkat dari batas korteks hingga ke kedalaman
medulla sampai konsentrasi itu pada manusia mencapai maksimal
1200 mosm/ liter di taut dengan pelvis.
Perbedaan fungsional antara pars desendens ansa Henle danpars asendens ansa Henle sangat penting untuk menciptakan
gradient osmotic vertical di cairan interstisium medulla.
Pars desendens
a) Sangat permeabel terhadapt H2O
b) Tidak secara aktif mengeluarkan Na+
Pars asnedens
a) Secara aktif memindahkan NaCl keluar dari lumen tubulus
untuk masuk ke dalam cairan interstisium sekitar
b) Selalu impermeabel terhadap H2O sehingga garam
meninggalkan cairan tubulus tanpa diikuti secara osmotic oleh
H2O.
-
8/12/2019 Catatan Kuliah Aprindo (Faal)
12/12
Catatan Kuliah Aprindo DonatusFakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
12
Agar H2O dapat direabsorpsi di suatu segmen tubulus maka
dua criteria harus dipenuhi: (1) harus terdapat gradient osmotic yang
melewati tubulus, dan (2) segmen tubulus harus permeabel terhadap
H2O. tubulus distal dan koligentes impermeabel terhadap H2O
kecuali jika terdapat vasopressin, yang juga dikenal sebagai
hormone antidiuretik, yang meningkatkan permeabilitasnya
terhadap air. Sekresi vasopressin dirangsang oleh deficit H2O ketika
CES terlalu pekat dan H2O harus dipertahankan dalam tubuh, dandihambat oleh kelebihan H2O ketika CES terlalu encer dan
kelebihan H2O harus dikeluarkan melalui urin.
Vasopressin mempengaruhi permeabilitas H2O hanya
dibagian distal nefron, khususnya duktus koligentes. Hormone ini
tidak memiliki pengaruh pada 80% H2O yang difiltrasi dan
direabsorpsi tanpa kontrol di tubulus proksimal dan ansa Henle. Pars
asendens ansa Henle selalu impermeabel terhadap H2O, bahkan
dengan keberadaan vasopressin.
~SELAMAT BELAJAR~
\\(^,^)//