case tinea kapitis

31
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit (biasanya berasal dari spesies microsporum dan trichophyton) yang terjadi pada kulit dan rambut kepala. 1 Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab. 2 1.2. Epidemiologi Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat dengan berkurangnya higiene sanitasi 1

Upload: okthapohan

Post on 02-Jan-2016

166 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Tinea Kapitis

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit

(biasanya berasal dari spesies microsporum dan trichophyton) yang terjadi pada kulit

dan rambut kepala.1 Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi

berskuama ringan sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi

kemerahan berskuama dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang

berat dengan pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan

pembentukan keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit

tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab.2

1.2. Epidemiologi

Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada

anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T.

tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat

dengan berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status

ekonomi rendah. 1,3,4,5

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996 -

1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 -1991)

dan Semarang 0,2%.6

Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya

dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan

Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak

pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33%, anak laki-laki lebih banyak (54,5%)

dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)

daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies

1

Page 2: Case Tinea Kapitis

penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik)

dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing,

anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera)4.

1.3. Etiologi

Spesies dermatofita umumnya dapat sebagai penyebab dermatofitosis.

Golongan jamur ini bersifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk fungi inperfecti

yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trickopyton, dan Epidermophyton.1

Tinea kapitis disebabkan oleh spesies Trichopytonicrosporum.6 Tiap negara dan

daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis3 , juga perubahan waktu

dapat ada spesies baru karena penduduk migrasi.3 Spesies antropofilik (yang hidup di

manusia) sebagai penyebab yang predominan.

1.4. Patogenesis

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum

perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula1

dari pertengahan sampai akhir anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk

menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah

keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi,

tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini

disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi

artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan

rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya

sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik

yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.4,6

Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak

terkena dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin

intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh

dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang

2

Page 3: Case Tinea Kapitis

meninggalkan titik hitam kecil (black dot). Infeksi endotrik juga lebih kronis karena

kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen. 2,4

1.5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis dapat dilihat dalam 3 bentuk yang jelas : 1

1.Grey patch ringworm.

Merupakan tinea kapitis yang biasanya sebabkan oleh genus microsporum dan sering

ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil disekitar

rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.

Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak

berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut

dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut didaerah itu terserang oleeh jamur,

sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.

Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang dilihat

didalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada

pemeriksaaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan

pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Pada kasus-kasus

tanpa keluhan, pemeriksaan lampu wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea

kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai tanda

peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradagan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan

yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya.

Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan

kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya Tricophyton violaceum.

Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap.

Jaringan parut yang menojol kadang dapat terbentuk.

3. Black dot ringwormBlack dot ringworm terutama disebakan leh Trichophyton

tonsurans dan trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinis

3

Page 4: Case Tinea Kapitis

menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang

terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung

rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam didalam folikel rambut ini

memberi gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh

kadang masuk kebawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit

untuk mendapat bahan biakan jamur.

1.6. Diagnosis Banding

Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan peradangan minimal:3

a. Dermatitis seboroik1,4,7

Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah

pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasea. Tampak

eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena

biasanya merata, simetris, rambut tidak patah. predileksi umumnya di kepala,

leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi dengan

penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu mata.

b. Psoriasis1,2,4,7

Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas tegas

dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambutrambut tidak

patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya

menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut. 10%

psoriasis terjadi pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala. Psoriasi

pada kulit kepala berambut biasanya disertai kelainan-kelainan ditempat lain.

c. Alopesia areata1,2,4,7

4

Page 5: Case Tinea Kapitis

Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi

dapat berubah kembali ke kulit normal. Tidak terdapat skuama dan rambut-

rambut pada tepinya mudah dicabut akan tetapi pangkal yang patah tidak tampak.

d. Trikotilomania1,4,7

Merupakan kelainan berupa rambut putus tidak tepat pada kulit kepala, daerah

kelainan tidak pernah botak seluruhnya, berbatas tidak tegas karena pencabutan

rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut berukuran berbeda-beda

pada daerah yang terkena. Tersering di kepala atas, daerah oksipital dan parietal

yang kontra lateral.

e. Pseudopelade1,4,9

Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah alopesia

sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma klinis sebagai

hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang berbeda (yang diketahui

maupun yang tidak diketahui).

f. Karbunkel 1

Karbunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Keluhannya nyeri,

kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat

fustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik,

lalu memecah membentuk fistel.

1.7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Lampu Wood 1,2

Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M. ferrugineum

memberikan fluoresen warna hijau kekuning-kuningan (hijau terang) oleh karena

adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan

fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu M. gypsium dan spesies

Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau

5

Page 6: Case Tinea Kapitis

gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang

terinfeksi. Sedangkan T.tonsurans dan T.violaseum tidak berfluoresensi.6

b. Pemeriksaan sediaan KOH1,8,12,13

Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa basah digunakan

untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal

rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan

ditutup kaca penutup. Potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut,

folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang

menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang

lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur.

c. Kultur8.12

Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas kepala

yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambut-

rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut

langsung ke media kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau

Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau

Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya.

Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol

di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.

1.8. Diagnosis

Diagnosis tinea kapitis ditegakkan berdasarkan anamnesa, manifestasi klinis,

pemeriksaan KOH, lampu wood serta kultur jamur.6

1.9 Penatalaksanaan

1.Terapi Umum 13,14,15,16

a. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah

infeksi pada anak-anak lain.

b. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur

6

Page 7: Case Tinea Kapitis

c. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,

sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.

d. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/

rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama.

Dapat diperiksa dengan lampu Wood.

e. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-

6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.

f. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan

pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebih

baik dibuang.

g. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien

dapat pergi ke sekolah.

h. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.

2. Terapi Khusus

Terapi sistemik1,6

a. Tablet Griseofulvin

Masih merupakan obat pilihan karena keamanannya dan dapat ditoleransi baik

oleh anak. 1,3, 4

Dosis : 14, 15, 16

Tablet microsize (125, 250, 500mg)

10-25 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari

Tablet ultramicrosize (330mg)

10-15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari

Diminum bersama makanan berlemak oleh karena absorbsinya dipercepat

dengan makanan berlemak14. Lama pengobatan bergantung keadaan klinis dan

mikologik, minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan. Pemberian pertama untuk 2

minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih

ada yang positif maka sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat

7

Page 8: Case Tinea Kapitis

diteruskan sampai 6-12 minggu. Bila hasil kultur negatif diteruskan 2 minggu agar

tidak residif.1,14

Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat disebabkan

karena5,15,16 :

Dosis tidak adekuat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat

sampai 25 mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.

Pasien tidak patuh

Gangguan absorbsi pencernaan

Interaksi obat, bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin

menyebabkan kegagalan terapi.

Jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin.

Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.

b. Kapsul Itrakonazol (tablet 100 mg)1,4,8,15,16

Dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu

Terapi denyut4 dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2

minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus.

Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik. Tidak boleh

diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena absorbsinya perlu suasana

asam. Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis akan meningkatkan kadar

kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazol akan lebih rendah bila diberikan

bersamaan rifampisin, isoniasid, phenytoin dan karbamazepin. Monitor laboratorium

fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih 4 minggu.

c. Tablet Terbinafin (tablet 250 mg) 4,8,15

Bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit.

Dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :

< 20 kg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari

20-40 kg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari

> 40 mg : 250 mg/ hari

8

Page 9: Case Tinea Kapitis

d. Ketokonazol

Terutama efektif pada tinea kapitis yang disebabkan spesies trichopyton. Dosis yang

berikan adalah 3,3-6,6 mg/KgBB selama 3 – 6 minggu. Ketokonazol bersifat

hepatotoksik, sehingga bukan merupakan obat pilihan utama untuk tinea kapitis.

Terapi khusus

a. Shampo8,15,16,17,18

Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

kekambuhan dan mencegah penularan, serta membuang skuama dan membasmi spora

viabel, diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis :

Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit

baru dicuci.

Shampo Ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit

baru dicuci.

Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit

Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair

Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal ini

untuk membuat rambut tidak kering.

Shampo ini juga dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat dengan

pasien, 2 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih

menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak dekat dengan

karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.

1.10. Komplikasi

1. Infeksi sekunder

2. Alopesia sikatrik permanen

3. Kambuh

BAB 3

9

Page 10: Case Tinea Kapitis

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. MZ

Umur : 13 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar MTS

Agama : Islam

Alamat : Talaok bayang, Pasar baru, Pesisir Selatan.

Seorang pasien laki-laki berumur 13 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP DR.M.Djamil Padang pada tanggal 19 Juni 2013 dengan :

Keluhan Utama : Bercak putih bersisik yang terasa gatal pada puncak kepala

sejak 2 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Bercak putih bersisik yang terasa gatal pada puncak kepala sejak 2 bulan yang

lalu, bercak putih bersisik pertama timbul pada puncak kepala sebesar biji

jagung semakin lama semakin meluas hingga seluas telapak tangan anak

dalam waktu 2 bulan. Bercak putih juga timbul diatas telinga kiri. Sekitar 1

bulan yang lalu bercak sedikit menonjol serta putih.

- Bengkak pada bercak tidak nyeri dan tidak disertai demam.

- Pasien menyangkal mencabut-cabut rambut sebelumnya.

- Pasien memlihara 4 ekor kucing, 2 ekor diantaranya memiliki bercak pada

kepala dan badan seperti bercak pada pasien. Anak sering bermain dengan

kucing dan tidur bersama dengan kucing tersebut.

- Pasien mandi 2 kali 1 hari, keramas 1 kali 2 hari.

- Handuk dan sisir yang digunakan sama dengan anggota keluarga lainnya.

- Pasien tinggal di rumah permanen, dengan ventilasi yang cukup dan cuaca di

luar rumah panas.

- Anak tinggal dengan 6 keluarga lainnya.

10

Page 11: Case Tinea Kapitis

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga:

- Pasien tinggal serumah bersama dengan kedua orang tuanya serta 4 orang

saudara, adik pasien juga menderita bercak putih yang terasa gatal sejak 1

bulan yang lalu.

Riwayat Pengobatan :

- 1 bulan yang lalu pasien berobat ke puskesmas dan amoxcisilin, namun

keluhan tidak berkurang. 1 minggu kemudian orang tua pasien membeli obat

salap dengan merek Nosip yang dioleskan pada bercak namun keluhan

dirasakan tidak berkurang, terakhir memakai obat 1 minggu yang lalu. Pasien

kemudian berobat ke RSUD Painan dan di rujuk ke RSUP.DR.M.Djamil

Padang.

Riwayat lingkungan ekonomi dan psikososial :

- Pasien anak ketiga dai lima bersaudara.

- Pasien tinggal di Painan.

- Adik pasien juga menderita penyakit seperti ini.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS:

Keadaan umum : tidak tampak sakit

Konjungtiva : tidak anemis

Kesadaran : Composmentis cooperatif

Nadi : 70x/menit

Nafas : 22x/menit

Berat badan : 45 kg

Tinggi badan : 150 cm

Status gizi : gizi baik

11

Page 12: Case Tinea Kapitis

Mata : konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik

Hidung : tidak ada deformitas

Jantung : tidak dilakukan. Diharapkan dalam batas normal

Paru-paru : tidak dilakukan. Diharapkan dalam batas normal

Abdomen : tidak dilakukan. Diharapkan dalam batas normal

Thoraks : tidak dilakukan. Diharapkan dalam batas normal

KGB regional : tidak ada pembesaran KGB.

Status Dermatologikus

Lokasi : verteks kanan bagian depan, verteks kanan bagian belakang,

temporal kiri.

Distribusi : terlokalisir

Bentuk : bulat

Susunan : Tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : Numuler dan Plakat

Efloresensi :

Tumor multiple ukuran 4x5x1 cm dengan warna kemerahan,

permukaan rata, terdapat skuama putih kasar, krusta merah kehitaman

dan krusta merah kekuningan diatasnya, rambut diatas lesi rontok dan

patah.

Tumor multiple ukuran 2,5x2,5x1 cm dengan warna kemerahan,

permukaan rata, terdapat skuama putih kasar, krusta merah kehitaman

dan krusta merah kekuningan diatasnya, rambut diatas lesi rontok dan

patah.

Tumor multiple ukuran 1x1x0,5 cm dengan warna kemerahan, permukaan

rata, terdapat krusta merah kehitaman.

12

Page 13: Case Tinea Kapitis

Status venereologikus : Tidak diperiksa

Kelainan selaput : Tidak ada kelainan

Kelainan kuku : Tidak ada kelainan

Kelainan rambut : rambut rontok dan patah pada lesi. Alopesia.

Kelainan kelenjar limfe : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe

DIAGNOSIS KERJA

Suspek Tinea kapitis tipe Grey patch ringworm.

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Karbunkel

PEMERIKSAAN RUTIN

- Wood’s lamp

- Kerokan kulit dengan KOH

13

Page 14: Case Tinea Kapitis

HASIL PEMERIKSAAN RUTIN

- Wood’s lamp : hijau kekuningan

- Kerokan kulit dengan KOH : spora dan hifa yang terletak secara

ecdotrik.

DIAGNOSIS

Suspek Tinea kapitis tipe Grey patch ringworm.

PEMERIKSAAN ANJURAN

Kultur kerokan kulit

PENATALAKSANAAN

Terapi Umum :

a. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah

infeksi pada anak-anak lain.

14

Page 15: Case Tinea Kapitis

b. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur.(dalam kasus ini

adik pasien)

c. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,

sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.

d. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6

bulan. Kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.

e. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, pakaian

pasien dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebih baik

dibuang.

f. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien

dapat pergi ke sekolah.

g. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.

Terapi Khusus :

Sistemik : Tablet Griseofulvin

10-25 mg/Kg BB/hari, 1 kali/hari selama 6-12 minggu

(dimakan bersama makanan yang mengandung lemak)

Khusus : Shampo selenium zulfit 1% dipakai 3 kali/ minggu didiamkan 5

menit baru dicuci.

PROGNOSIS

- Quo ad sanationam : bonam

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad kosmetikum : dubia at bonam

- Quo ad functionam : bonam

15

Page 16: Case Tinea Kapitis

BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berumur 13 tahun datang ke Poli Kulit Kelamin

RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan utama bercak putih yang terasa gatal

pada puncak kepala sejak 2 bulan yang lalu.

Dari hasil anamnesa dengan adanya kelainan (bercak) pada kulit dan rambut

kepala yang bersisik, kemerah-merahan serta rambut patah dan rontok terasa gatal.

Bercak putih bersisik pertama timbul pada puncak kepala sebesar biji jagung semakin

lama semakin meluas hingga seluas telapak tangan anak dalam waktu 2 bulan. Bercak

putih juga timbul diatas telinga kiri. Sekitar 1 bulan yang lalu bercak sedikit menonjol

serta putih mengarahkan kepada penyakit Tinea kapitis yang memenuhi kriteria tinea

kapitis yaitu kelainan pada kulit dan rambut kepala ditandai adanya lesi bersisik,

kemerah-merahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih

berat, yang disebut kerion. Pasien memelihara 4 ekor kucing, 2 ekor diantaranya

memiliki bercak pada kepala dan badan seperti bercak pada pasien. Anak sering

bermain dengan kucing dan tidur bersama dengan kucing tersebut. Kucing ini

dicurigai sebagai sumber penularan infeksi.

Pada pemeriksaan didapatkan Status Dermatologikus :

Lokasi : verteks kanan bagian depan, verteks kanan bagian belakang, temporal kiri.

Distribusi : terlokalisir

Bentuk : bulat

Susunan : Tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : Numuler dan Plakat

Efloresensi :

Tumor multiple ukuran 4x5x1 cm dengan warna kemerahan, permukaan rata,

terdapat skuama putih kasar, krusta merah kehitaman dan krusta merah

kekuningan diatasnya, rambut diatas lesi rontok dan patah.

16

Page 17: Case Tinea Kapitis

Tumor multiple ukuran 2,5x2,5x1 cm dengan warna kemerahan, permukaan

rata, terdapat skuama putih kasar, krusta merah kehitaman dan krusta merah

kekuningan diatasnya, rambut diatas lesi rontok dan patah.

Tumor multiple ukuran 1x1x0,5 cm dengan warna kemerahan, permukaan

rata, terdapat krusta merah kehitaman.

Hasil pemeriksaan tersebut mengarahkan kepada penyakit Tinea kapitis karena

ditemukannya skuama, alopesia dan kerion sebagaimana terdapat pada tinjauan

pustaka. Tinea kapitis pada pasien ini adalah tipe Grey patch ringworm karena

penyakit mulai dengan papul merah yang kecil disekitar rambut. Papul ini melebar

dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah

rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah

patah dan terlepas dari akarnya. Semua rambut didaerah tersebut terserang oleh jamur

sehingga terjadi alopesia setempat dan adanya kerion. Pada pemeriksaan wood’s lamp

dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit.

Tatalaksana pada pasien ini mencakup :

Terapi Umum :

h. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah

infeksi pada anak-anak lain.

i. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur.(dalam kasus ini

adik pasien)

j. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,

sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.

k. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6

bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.

l. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, pakaian

pasien dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebih baik

dibuang.

m. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien

dapat pergi ke sekolah.

17

Page 18: Case Tinea Kapitis

n. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.

Terapi Khusus :

Sistemik : Tablet Griseofulvin

10-26 mg/Kg BB/hari, 1 kali/hari selama 6-12 minggu

(dimakan bersama makanan yang mengandung lemak)

Khusus : Shampo selenium zulfit 1% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5

menit baru dicuci.

18

Page 19: Case Tinea Kapitis

RESEP

dr. Irnayana Oktariah

SIP. 0810311021

Praktek: Senin – Jum’at (kecuali hari libur)

Jam Praktek : 17.00 – 20.00

Alamat Praktek: Jl. Jati Padang. Telp. (0751) 123456

_________________________________________________________________

Padang, 19 Juni 2013

R/ griseovulvin tab 250 mg No. XXX

S 1dd tab I

__________________________________________________________

R/ Shampo selenium zulfit 1% No. I

Sue 3xseminggu

___________________________________________________________

Pro : MZ

Umur : 13 tahun

19

Page 20: Case Tinea Kapitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam : Djuanda A; Hamzah M. Aisah S. editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin cetakan ke 6. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,

2010 : h.89-109.

2. Rippon JW. Medical Mycology Champion RH, Burton JZ, Burns DA,

Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology,

6th ed Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1277-350.

3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection 3rd ed.

Philadelphia: WB Saunders Co, 1988

4. Hay RJ, Morre M. Mycology. Dalam : Dermatophytosis, Onychomycosis,

Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,

Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 6th

ed. New York Mc Graw Hill, 2003 : p 1989-2005.

5. Clayton YM, Moore MK. Superficial Fungal Infection. Dalam : Harper J;

Oranje A, Prose N. editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd ed.

Massachusetts. Blackwell Publishing, 2006 : p 542-56.

6. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Kapitis. Dalam : Budimulja U,

Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor.

Dermatomikosis Superfisialis cetakan ke 2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,

2004 : h.24-30.

7. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children.

Dermatol Ther 1997; 2 : 84-92.

8. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol

Ther 1997; 2 : 78-83

9. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam :

Champion RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors.

Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell

Science, 1998 : p 2869-973

10. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam :

Champion RH, Burton JZ, Burns DA, Breatnach SDM, editors.

20

Page 21: Case Tinea Kapitis

Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell

Science, 1998 : p 2437-575.

11. Black MM. Lichen planus and Lichenoid Disorders. Dalam : Champion RH,

Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling

Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1899-

1926.

12. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby,

2005.

13. Richardson MD, Warnock DW. Fungal Infection. 3rd ed Massachusetts :

Blackwell Publishing, 2003.

14. Weston WL, Lane AT, Morelli JG. Color Textbook of Pediatric Dermatology.

3rd ed. St. louis : Mosby, 2002.

15. Mercurio MG, Elewski B. Tinea capitis treatment. Dermatol Ther 1997; 3 :

79-83.

16. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini. Dalam :

Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini, 11 Mei

2002; Surabaya; Indonesia.

17. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan tinea kapitis. Berkala I. Penyakit

Kulit dan kelamin 2001; 13 : 30-5.

18. Paller AS, Mancini AJ, Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd

ed.Philadelphia : Elsivier Saunders, 2006

19. Lab. / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo.

Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press.

2007.

21