case rf

Upload: luvita-amallia-syadhatin

Post on 09-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hcgcghvcgh

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Scabies dan Infeksi Sekunder untuk tugas Kepaniteraan Klinik Stase Kulit RSUD Sekarwangi.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Endang Triwahyuni, SpKK, M.Kes selaku dosen pembimbing, yang telah mendukung dan membimbing saya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan. Terima kasih saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta angkatan 2009 yang selalu memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan kasus ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan dunia kedokteran islam. Amin ya robbal alamin.

Wassalamualaikum wr.wb.

Cibadak, September 2014

Penulis

SCABIES DAN INFEKSI SEKUNDERRiyan Faisal * Endang Triwahyuni ***. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta**. Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi

Abstrak

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau parasit Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis. Penularan terjadi melalui kontak personal langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui benda-benda). Tungau ini bersifat obligat pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam epidermis superficial. Biasanya di sertai dengan infeksi sekunder yaitu ifeksi yang awalnya bukan di akibatkan oleh mikroorganisme, namun akibat penanganan tidak esuai maka akhirnya mikroorganisme turut terlibat di dalamnya.Dilaporkan anak perempuan dengan usia 12 tahun dengan keluhan timbul bercak di kedua tangan disertai rasa gatal sejak 1 bulan dan semakin meluas terutama muncul pada malam hari pada kedua tangan dan kaki dan hampir di seluruh tubuh. Bercak dirasakan nyeri dan terasa panas. Dengan efloresensi Makula eritema, papul, vesikel,pustula, krusta, erosi. Diberikan terapi berupa permetrin cream 5%. Antibiotik : Gentamicyn cream O,1 % Cetirizine tab 10 mg 2 x 1. Efek obat belum dapat dievaluasi karena pasien tidak datang untuk control pada jadwal yang telah ditentukan. Pada umumnya pasien yang teratur dalam terapi akan membaik.Kata Kunci : Skabies, infeksi sekunder, Sarcoptes scabiei var. hominis, permetrin cream, Gentamicyn cream, CetirizineAbstractScabies is a skin disease caused by a parasitic mite infestation and penetration of Sarcoptes scabiei var. hominis into the epidermis. Transmission occurs through direct personal contact of skin to skin or through indirect contact (through objects). This mite is an obligate human, living in terowogan he made in the superficial epidermis. Usually accompanied by a secondary infection that is ifeksi initially not in result by microorganisms, but due to not handling esuai then finally microorganisms involved in it.

Reported girls age 12 years with complaints raised spots on hands itchy since 1 month and more widespread, especially at night appear on both hands and feet and almost all over the body. Spotting felt pain and felt hot. With Macula efloresensi erythema, papules, vesicles, pustules, crusting, erosion. Therapy is given in the form of 5% permethrin cream. Antibiotics: Gentamicyn cream O, 1% Cetirizine tabs 10mg 2 x 1. Drug effects can not be evaluated because the patient does not come to control on a predetermined schedule. In general, a regular patient in therapy will improve.

Keywords: Scabies, secondary infection, Sarcoptes scabiei var. hominis, permethrin cream, cream Gentamicyn, Cetirizine

BAB IPENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis. Penularan terjadi melalui kontak personal langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui benda-benda). Tungau ini bersifat obligat pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam epidermis superficial. Biasanya di sertai dengan infeksi sekunder yaitu infeksi yang awalnya bukan di akibatkan oleh mikroorganisme, namun akibat penanganan tidak sesuai maka akhirnya mikroorganisme turut terlibat di dalamnya.

Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita skabies.1 Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang seluruh ras dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan.1,3 Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi skabies meningkat di United Kingdom dan skabies lebih sering terjadi di daerah perkotaan pada anak-anak dan wanita dan pada musim dingin dibandingkan saat musim panas.

Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara-negara berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yangburuk, dapat meningkatkan penyebaran skabies. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.Pada makalah ini akan di bahas sebuah kasus seorang anak laki-laki usia sepuluh tahun dengan kecurigaan scabies dan infeksi sekunder, berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan dermatologis yang dilakukan. Pembahasan terbatas pada keadaan klinis yang ditemukan dan terapi yang diberikan serta prognosis pasien setelah mendapatkan terapi.

BAB IILAPORAN KASUS

Dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke poli kulit Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi dengan keluhan timbul bercak kemerahan di kedua tangan, kaki dan seluruh badan yang disertai rasa gatal terutama saat malam hari sejak 1 bulan sebelum dibawa ke rumah sakit. Bercak semakin meluas hingga ke sela-sela jari kedua tangan dan kaki. Bercak dirasakan nyeri dan terasa panas, sehingga pasien jadi merasa terganggu dengan keluhannya tersebut. Bagian jari-jari tangan kiri pasien terlihat membengkak. Selain bercak pasien juga mengeluh terdapat bruntus-bruntus pada kedua tangan, sela-sela jari tangan, kedua paha, badan, punggung, kelamin,dan kedua kaki. Bruntus yang ada berisi cairan dan nanah yang disertai rasa gatal dan sering menggaruknya hingga bruntus yang berisi cairan atau nanah menjadi pecah,sehingga nyeri dan rasa gatal yang semakin bertambah dirasakan oleh pasien. Orang tua pasien mengatakan 2 minggu sebelum datang ke poli kulit RS sekarwangi, pasien pernah berobat ke praktek dokter umum setempat, diberikan salep dan antibiotik, setelah diberikan obat keluhan membaik, kemudian dalam beberapa waktu keluhan tersebut timbul kembali dan semakin meluas, Sehingga orang tua pasien membawa pasien ke Poli kulit RSUD Sekarwangi. Orang tua pasien mengaku sejak 1 bulan yang lalu kakak pasien mengalami keluhan yang sama dengan pasien hingga saat ini. Orang tua pasien juga mengatakan rutin mengganti spray setiap satu minggu sekali.Dari pemeriksaan fisik pasien di dapatkan keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70mmHg, nadi 70 kali permenit ,pernapasan 20 kali permenit, suhu 36,5oC. Status generalisata dalam batas normal.Dari pemeriksaan Dermatologis ditemukan Makula eritema, papul, vesikel, pustula, krusta, erosi.

(Gambar 1. Makula eritema, papul, vesikel, pustula,krusta, erosi)

(Gambar 2. Makula eritema, papul, vesikel, pustula,krusta, erosi)

Diberikan terapi berupa permetrin cream 5%. Antibiotik : Pirotop cream 10g , Cetirizine tab 10 mg 1 x 1, Elox salp 5gr. Efek obat belum dapat dievaluasi karena belum memasuki jadwal kontrol yang telah ditentukan. Pada umumnya pasien yang teratur dalam terapi akan membaik.Prognosis Quo ad vitam pada pasien ad bonam, Qou ad Functionam : ad bonam, Quo ad sanationam : dubia ad bonam.BAB IIIDISKUSI DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan teori:Skabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var hominis pada kulit yang penularannya melalui kontak langsung maupun tidak langsung.2,7Skabies merupakan penyakit yang ditandai dengan rasa gatal yang mengganggu, timbulnya kemerahan dan mempunyai kemampuan menular. Skabies biasa disebut juga itch mite yang ditandai dengan pruritus berat. Pruritus tersebut sendiri disebabkan distress yang signifikan, kerusakan epitel, akibat tungau yang bersembunyi di bawah kulit dan kerusakan kulit yang terjadi berupa ekskoriasi dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri patogenik.8Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik serta ekologik.7

Sesuai dengan kasus:Pasien tinggal dalam sebuah keluarga dengan status sosial ekonomi menegah kebawah.Pasien juga memiliki riwayat higiene yang buruk: dimana menurut ibu pasien,Pasien mandi tidak teratur, pasien mengganti bajunya 1 hari sekali. Kebiasaan dirumah pasien tidur satu kamar dengan kakaknya yang mana terlebih dahulu sudah terkena keluhan serupa, pemakaian handuk pasien dengan kakaknya bersama sama. Penggantian sprei dirumah hanya dilakukan jika Sprei terlihat kotor yaitu satu kali seminggu. Bantal dan kasur jarang dijemur.Ada yang menularkan ke pasien yaitu kakaknya ,dimana berdasarkan anamnesa yang didapat . Kakak pasien mengalami keluhan bercak kemerahan dan bruntus-bruntus pada daerah tangan, badan dan kaki. Kejadian ini terjadi sebelum pasien mengalami keluhan.

Berdasarkan teori:Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Infestasi Sarcoptes scabiei pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Badan tungau skabies berbentuk oval dengan bagian dorsoventral yang datar. Betina dewasa berukuran panjang 0,4 mm dan lebar 0,3 mm. Jantan dewasa berukuran lebih kecil, dengan panjang 0,2 mm dan lebar 0,15 mm. Badan tungau berwarna putih suram dan terdapat gambaran gelombang transversal yang jelas. Pada bagian dorsal ditutupi rambut-rambut halus dan duri-duri, yang disebut dentikel. Tungau dewasa mempunyai empat pasang kaki, dua pasang kaki depan sebagai alat untuk melekat. Pada tungau betina, terdapat rambut-rambut halus yang disebut setae di ujung dua pasang kaki belakang, sedangkan pada tungau jantan terdapat rambut-rambut halus di ujung pasangan kaki ketiga dan alat perekat di ujung kaki keempat.4,6

Gambar 1. Siklus hidup Sarcoptes scabiei 2

Kopulasi antara tungau jantan dan betina dewasa terjadi di permukaan korneum. Setelah kopulasi, Sarcoptes betina yang sudah mengalami fertilisasi membuat terowongan pada malam hari sepanjang 2-3 mm per hari untuk meletakkan telurnya. Terowongan tidak terbatas pada stratum korneum saja tetapi masuk juga ke bawah dalam epidermis tetapi tidak lebih dalam dari stratum granulosum. Telur dan feses di deposit di belakang Sarcoptes betina di dalam terowongan. Setiap Sarcoptes betina dapat menghasilkan 1-4 telur per hari dan 40-50 telur selama hidupnya (4-6 pekan). Selama itu ia tidak keluar dari terowongannya. Dalam 2-3 hari telur menetas menjadi larva dan keluar dari terowongan. Larva kemudian menjadi nympha dalam 3-4 hari, kemudian menjadi Sarcoptes dewasa jantan dan betina dalam 4-7 hari. Terjadi kopulasi lagi dan Sarcoptes betina membuat terowongan lagi sedangkan yang jantan mati.2,3Jumlah tungau dewasa pada seorang penderita skabies biasanya kurang dari 20, kecuali pada crusted scabies (dulu dikenal sebagaiNorwegian scabies) yang dapat ditemukan lebih dari satu juta tungau.1Terjadi hipersensitivitas tipe cepat dan tipe lambat untuk terjadinya lesi. Untuk infestasi hanya memerlukan kurang lebih 10 tungau.Pada infestasi pertama, untuk tejadinya gatal harus ada sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei dulu.Sensitisasi terjadi dalam beberapa pekan.Pada reinfestasi gatal sudah dapat dirasakan dalam 24 jam.Terlibatnya hipersensitivitas tipe lambat pada terjadinya papul dan nodul yang meradang, berdasarkan pada perubahan histologis dan kelaziman ditemukannya limfosit T pada infiltrat kulit. Temuan imunologis lain yaitu adanya IgG dan IgM yang tinggi dan IgA rendah dalam serum dan kembali normal setelah terapi.2Kelainan kulit disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan.7

Sesuai TeoriDiagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut : Pruritus nokturma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga. Adanya terowongan ( kunikulus ) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.1,2,3,4

Sesuai dengan kasus:Berdasarkan anamnesa yang didapat. Gatal dirasakan setiap saat terutama pada malam hari sehingga penderita susah tidur. Hal ini dikarenakan aktifitas dari Sarcoptes betina yang sudah mengalami fertilisasi membuat terowongan pada malam hari sepanjang 2-3 mm per hari untuk meletakkan telurnya.Pada pemeriksaan fisik didapatkan papul dan vesikel yang muncul akibat adanya reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang terlibat pada terjadinya papul dan nodul yang meradang dengan tanda tanda terdapatnya infeksi sekunder berupa gambaran krusta dan erosi.Pada pemeriksaan penunjang bila positif akan ditemukannya Sarcopteis scabiei.1,2

Berdasarkan teoriUntuk mengobati skabies perlu diberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyakit skabies mudah sekali menular, sehingga semua individu yang berkontak /serumah harus diobati walaupun gejala belum ada. Obat topikal sebaiknya diberikan setelah mandi karena hidrasi kulit. Pakaian, sprey, handuk dan alat tidur lain hendaknya dicuci dengan air panas. Dapat juga dimasukkan dalam kantong plastik, dibiarkan maka tungau akan mati.1,2,3a. Pengobatan secara umum Edukasi pada pasien skabies :1. Mandi dengan teratur dan keringkan badan.2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. 3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.4. Ganti pakaian, handuk, sprey yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas.5. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.1,3,4b. Pengobatan secara khususTerapi topikal pada skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :1. Krim Permetrin : Suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun. Krim permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta dimetabolisasi dengan cepat. Penggunaan obat ini biasanya pada sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau daerah kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara sistemik. Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah dan dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian. Permetrin tidak dianjurkan pada bayi usia kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil.2. Lindane 1% : Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara sistemik pada penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak. Sediaan obat ini biasanya sebanyak 60 mg. Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan selama 8 jam. Sama seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1 minggu setelah terapi pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik terutama pada bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas. Lindane memiliki efek samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat dengan keluhan utama kejang. Lindane sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas, wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya.133. Sulfur : Biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum. Sulfur dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam terakhir. Kekurangannya adalah sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak, mengiritasi, membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui.12,134. Benzil benzoat 25% : Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif terhadap semua stadium namun tidak dijual bebas di Amerika Serikat. Penggunaannya diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Benzyl benzoate memiliki keefektifan yang sama dengan lindane.5. Krim Krotamiton : Dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies. Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan benzyl benzoat atau sulfur.

Sesuai pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan berupa:Umum:1. Mandi dengan teratur dan keringkan badan.2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur. 3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.4. Selalu menjaga kebersihan tangan dan kaki.5. Menyarankan agar ganti pakaian setiap mandi6. Handuk, Sprei,bantal yang digunakan,segera dicuci dan bila perlu direndam dengan air panas.7. Menghindari penggunaan handuk berbarengan8. Menyarankan agar sepupu yang berada dipesantren untuk berobat.9. Semua anggota keluarga serumah(adik,ayah,ibu)sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama .

Khusus: Topikal : Permetrin cream 5% Amoxicillin 500 gr 3x1/hari digunakan karena terdapat infeksi sekunder akibat garukan pasien yang menyebabkan ruam menjadi polimorf. Amoxicillin adalah antibiotik golongan penisilin yang bekerja secara broad spectrum dapat membunuh bakteri gram positif dan negatif. Obat ini bekerja membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Obat ini membunuh secara langsung tetapi dengan cara mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya yang berfungsi untuk melindungi bakteri dari perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak bercerai berai, bakteri tidak akan bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini.14 Obat ini dapat digunakkan pada infeksi telinga tengah, radang tonsil, radang tenggorokan, radang pada laring, bronchitis, penumonia, infeksi saluran kemih dan infeksi pada kulit. 14

Berdasarkan teori:Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.7

Sesuai dengan kasus

PROGNOSISQuo ad vitam : ad bonamKarena walaupun sudah terjadi infeksi sekunder pada pasien dengan menggunakan Permetrin cream 5% untuk scabies dan Amoxicillin 500 gr 3x1/hari untuk infeksi sekunder serta menjaga higenitas,pasien dapat sembuh.Quo ad functionam: ad bonamKarena mengganggu dari fungsi-fungsi organ Quo ad sanationam: dubia ad bonamKarena penyakit ini dapat kambuh kembali jika higienitas pasien kurang dan terdapat penularannya serta dengan status ekonomi pasien yang rendah.

BAB IVKESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Tungau Sarcoptes scabiei membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit dengan siklus hidup dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 9-14 hari. Tungau dapat menular melalui kontak langsung (seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual) dan kontak tidak langsung (misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk). Sarcoptes scabiei menyebabkan reaksi kulit berupa eritem, papul atau vesikel pada kulit. Gejala klinis skabies meliputi 4 tanda kardinal yaitu :1) Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari.2) Menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga.3) Adanya terowongan pada area yang terkena.4) Menemukan tungau (kutu) Diagnosis pasti ditegakan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskopis melalui beberapa cara seperti kerokan kulit, mengambil tungau dengan jarum, epidermal shave biopsy, kuretase terowongan, tes tinta Burowi, tetrasiklin topikal, apusan kulit dan biopsi plong (punch biopsy). Krim permetrin, sediaan krim 1% untuk terapi tungau pada kepala dan krim 5% untuk terapi tungau tubuh, dioleskan pada area tubuh dan dibilas setelah 8-14 jam. Terapi pilihan untuk scabies Terapi harus tuntas bagi penderita dan keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama.

BAB VDAFTAR PUSTAKA

1. Stone SP, Goldfarb JN, and Bacalieri RF. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In:Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, ed. FitzpatricksDermatology in General Medicine. 7th ed. New York: Mc-Graw Hill; 2008.p. 2029-32.2. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Palembang : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011 : 167-173.3. Meinking TL, Burkhart CN, Burkhart CG. and Elgart G. Infections, Infestations, andBites. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, and Rapini RP, ed. Dermatology. 2nd ed. New York: Elsevier; 2008.p. 1291-5.4. Weller R, Hunter J and Savin J. Infestations. In: Weller R, Hunter J, and Savin J, ed. Clinical Dermatology. 4th ed. Oxford: Blackwell; 2008.p.262-6.5. Handoko, R. Skabies. In : Djuanda, A. Hamzah, N. Aisah, S. IlmuPenyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009 : 119-122.6. Sungkar, S. Penyakit yang Disebabkan Artropoda. Dalam Srirasi G., H. Herry D., dan Wita Pribadi, ed. Parasitologi Kedokteran. Edisi III Fakultas Kedokteran UI Jakarta. 2003 :264-267.7. James WD, Berger TG and Elston DM. Parasitic Infestations, Stings, and Bites. In: James WD, Berger TG and Elston DM, ed. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 10th ed. Philadelphia: aunders; 2006.p.452-3.8. Fitzpatrick TB, Johnson RA and Wolff K.Insect Bites and Infestations. In: FitzpatrickTB, Johnson RA, and Wolff K, ed. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. NewYork: Mc-Graw Hill; 1997.p. 1646-60.9. Djuanda A.. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.10. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual: Skabies. Edisi 1. Surabaya:Airlangga University Press. 2005 : 202-208.Laporan Kasus Scabies dan Infeksi SekunderPage 3