case report dermatitis atopi (damai & aul)

37
LAPORAN KASUS DERMATITIS ATOPIK Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : dr. Sunaryo, Sp.KK Diajukan oleh : Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked J 500 100 059 Bentarisukma Damaiswari R, S.Ked J 500 100 074 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: has

Post on 04-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

case skin

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

LAPORAN KASUS

DERMATITIS ATOPIK

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :

dr. Sunaryo, Sp.KK

Diajukan oleh :

Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked J 500 100 059

Bentarisukma Damaiswari R, S.Ked J 500 100 074

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

LAPORAN KASUS

DERMATITIS ATOPIK

Diajukan Oleh :

Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked J500100059

Bentarisukma Damaiswari R, S.Ked J500100074

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada, Senin 15 September 2014

Pembimbing :

dr. Sunaryo, Sp.KK (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. D. Dewi Nirlawati (.................................)

Page 3: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis atopik masih merupakan masalah kesehatan, terutama pada bayi dan anak,

karena sifatnya yang kronik residif, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Dermatitis atopik paling sering pada bayi, namun dapat juga pada anak dan dewasa. Pada

sebagian besar pasien, dermatitis atopik merupakan manifestasi klinis atopi yang pertama,

dan banyak diantara mereka kemudian akan mengalami asma dan rinitis alergik. Walaupun

predisposisi genetik merupakan salah satu faktor risiko yang paling penting, tetapi

meningkatnya prevalensi dermatitis atopik di negara-negara industri menunjukkan bahwa

faktor lingkungan (pajanan mikroba dan nutrisi) juga mempunyai peran yang cukup penting.

Etiologi pasti dermatitis atopik ini belum diketahui, namun berbagai penelitian

menunjukkan bahwa dermatitis atopik ini disebabkan dari interaksi antara genetik,

lingkungan, defek sawar kulit dan sistem imun. Simptom utama dari dermatitis atopik ialah

gatal. Gatal merupakan masalah utama selama tidur, pada waktu kontrol kesadaran terhadap

garukan menjadi hilang. Untuk bayi, dermatitis atopik dapat menyebabkan keadaan yang

tidak menyenangkan dan mengganggu oleh karena iritasi di daerah kulit yang disertai rasa

gatal, garukan, sampai terjadinya infeksi. Kesemua ini dapat membuat bayi menjadi rewel,

proses pemberian makan menjadi terganggu, dan akhirnya akan mempengaruhi proses

tumbuh kembangnya.

Prevalensi dermatitis atopik pada anak cenderung meningkat pada beberapa dekade

terakhir. Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children, prevalensi

penderita dermatitis atopik pada anak bervariasi di berbagai negara. Prevalensi dermatitis

atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak 2%, di Australia, England dan

Scandinavia sebesar 20%. Prevalensi yang tinggi juga didapatkan di Negara Amerika Serikat

yaitu sebesar 17,2%. Data mengenai penderita dermatitis atopik di Indonesia belum diketahui

secara pasti. Berdasarkan data di Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit Anak RSU Dr. Soetomo

didapatkan jumlah pasien dermatitis atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah

pasien dermatitis atopik baru yang berkunjung pada tahun 2006 sebanyak 116 pasien (8,14%)

dan pada tahun 2007 sebanyak 148 pasien (11,05%), sedangkan tahun 2008 sebanyak 230

pasien (17,65%).

Page 4: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

Tidak ada penyembuhan yang total untuk dermatitis atopik, namun gejala yang timbul

cenderung berkurang seiring dengan perjalanan usia. Dari seluruh bayi yang menderita

dermatitis atopik, hanya sepertiga kasus yang masih terus mengalami kekambuhan penyakit

ini hingga masa kanak-kanak. Hal yang serupa juga didapatkan pada mereka masih menderita

dermatitis atopik pada masa kanak-kanak, hanya sekitar sepertiga kasus masih berlanjut

hingga masa remaja. Sebagian besar penderita mengalami periode remisi dan periode kambuh

penyakit ini selama bertahun-tahun.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis atopik yang persisten

antara lain, adanya riwayat anggota keluarga yang menderita dermatitis atopik, awitan

penyakit pada usia dini, gambaran penyakit yang semakin meluas pada awal kehidupan dan

adanya penyakit asma atau rinitis alergik yang timbul secara bersamaan.

Page 5: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. W

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Geneng 5/5 Kaling Ts. Madu

Agama : Islam

Suku : Jawa

Periksa ke poli kulit : 8 September 2014

No RM : 316496

B. KELUHAN UTAMA

Gatal-gatal diseluruh tubuh.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1 bulan sebelum periksa di poli

Pasien mengeluh gatal-gatal di daerah kaki kanan dan kiri, tidak panas, kemudian

menjalar ke pantat, perut, tangan, leher, dan wajah. Pasien sudah periksa ke 3 dokter

umum, akan tetapi belum membaik. Sudah diberi pil dan salep juga tidak membaik.

Hari periksa di poli kulit & kelamin

Pasien datang ke poli kulit & kelamin dengan keluhan gatal di seluruh tubuh. Nampak

kulit kering (serotik), bekas garukan, terdapat cairan pada luka yang digaruk.

Page 6: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat penyakit kulit yang sama : Disangkal

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit kulit yang sama : Disangkal

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat asma : Disangkal

F. RIWAYAT HIGIENE

1. Pasien mandi 2 kali sehari.

2. Pasien dapat ganti baju sendiri.

3. Pasien sering main diluar rumah.

G. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien merupakan anak seorang pegawai pabrik. Dinding rumah terbuat dari tembok,

lantai plester dan mata air dari sumur.

H. ANAMNESIS SITEMIK

Neuro : Sensasi nyeri baik, gemetaran (-), sulit tidur (-)

Kardio : Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)

Pulmo : Sesak napas (-), batuk lama(-)

Page 7: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

Abdomen : Diare (-), kembung (-), konstipasi (-)

Urologi : BAK dan BAB lancar, panas (-)

Muskulo : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-)

I. STATUS LOKALIS

Inspeksi (UKK)

Gambar A Gambar B

(A)Pada punggung kaki kanan terdapat eritem, krusta, ekskoriasi, plaque, erosi.

(B) Pada punggung kaki kanan terdapat krusta, serta ekskoriasi.

Page 8: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

Gambar C Gambar D

(C) Pada lutut kanan terdapat ekskoriasi.

(D)Pada lutut kiri terdapat krusta, ekskoriasi, erosi.

Gambar E Gambar F

(E) Pada belakang lutut kanan terdapat eritem, krusta, ekskoriasi, erosi.

(F) Pada pantat terdapat eritem, serta krusta.

Page 9: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

Gambar G Gambar H

(G)Pada punggung kiri terdapat eritem, krusta, ekskoriasi.

(H)Pada punggung terdapat eritem, krusta, ekskoriasi.

Gambar I Gambar J

(I) Pada perut terdapat eritem, ekskoriasi.

(J) Pada leher bagian belakang terdapat eritem, ekskoriasi, erosi.

Page 10: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

J. DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis Atopi

Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis Kontak Iritan

K. DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Atopi

L. TERAPI

R/ Nilacelin syr gtts

∫ 2 dd 2 CTH (pagi & siang)

R/ Lamodex cream tb No II

Fusycom cream tb No II

m.f.la cream

∫ 3 dd ue

R/ Tiriz drop gtts

∫ 0,5 cc (malam)

Page 11: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

M. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Sanam : dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad Cosmeticum : dubia ad bonam

Page 12: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang

umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering berhubungan dengan

peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.

B. SINONIM

Istilah lain adalah ekzema atopik, ekzema konstitusional, ekzema fleksural,

neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier.

C. ETIOPATOGENESIS

Penyakit ini dipengaruhi multifaktorial, seperti faktor genetik, imunologik,

lingkungan, sawar kulit dan farmakologik. Konsep dasar terjadinya DA adalah melalui

reaksi imunologik.

Faktor Genetik

DA adalah penyakit dalam keluarga dimana pengaruh maternal sangat besar.

Walaupun banyak gen yang nampaknya terkait dengan penyakit alergi, tetapi yang paling

menarik adalah peran Kromosom 5 q31 – 33 karena mengandung gen penyandi IL3, IL4,

IL13 dan GM – CSF (granulocyte macrophage colony stimulating factor) yang

diproduksi oleh sel Th2. Pada ekspresi DA, ekspresi gen IL-4 juga memainkan peranan

penting. Predisposisi DA dipengaruhi perbedaan genetik aktifitas transkripsi gen IL-4.

Dilaporkan adanya keterkaitan antara polimorfisme spesifik gen kimase sel mas dengan

DA tetapi tidak dengan asma bronchial ataupun rinitif alergik. Serine protease yang

diproduksi sel mas kulit mempunyai efek terhadap organ spesifik dan berkontribusi pada

resiko genetik DA.

Respons imun pada kulit

Salah satu faktor yang berperan pada DA adalah faktor imunologik. Di dalam

kompartemen dermo-epidermal dapat berlangsung respon imun yang melibatkan sel

Langerhans (SL) epidermis, limfosit, eosinofil dan sel mas.

Bila suatu antigen (bisa berupa alergen hirup, alergen makanan, autoantigen ataupun

super antigen) terpajan ke kulit individu dengan kecenderungan atopi, maka antigen

Page 13: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

tersebut akan mengalami proses : ditangkap IgE yang ada pada permukaan sel mas atau

IgE yang ada di membran SL epidermis.

Bila antigen ditangkap IgE sel mas (melalui reseptor FcεRI), IgE akan mengadakan

cross linking dengan FcεRI, menyebabkan degranulasi sel mas dan akan keluar histamin

dan faktor kemotaktik lainnya. Reaksi ini disebut reaksi hipersensitif tipe cepat

(immediate type hypersensitivity). Pada pemeriksaan histopatologi akan nampak sebukan

sel eosinofil.

Selanjutnya antigen juga ditangkap IgE, sel Langerhans (melalui reseptor FcεRI,

FcεRII dan IgE-binding protein), kemudian diproses untuk selanjutnya dengan

bekerjasama dengan MHC II akan dipresentasikan ke nodus limfa perifer (sel Tnaive)

yang mengakibatkan reaksi berkesinambungan terhadap sel T di kulit, akan terjadi

diferensiasi sel T pada tahap awal aktivasi yang menentukan perkembangan sel T ke arah

TH1 atau TH2. Sel TH1 akan mengeluarkan sitokin IFN-γ, TNF, IL-2 dan IL-17,

sedangkan sel TH2 memproduksi IL-4, IL-5 dan IL-13. Meskipun infiltrasi fase akut DA

didominasi oleh sel TH2 namun kemudian sel TH1 ikut berpartisipasi.

Jejas yang terjadi mirip dengan respons alergi tipe IV tetapi dengan perantara IgE

sehingga respons ini disebut IgE mediated-delayed type hypersensitivity. Pada

pemeriksaan histopatologi nampak sebukan sel netrofil.

Selain dengan SL dan sel mas, IgE juga berafinitas tinggi dengan FcεRI yang

terdapat pada sel basofil dan terjadi pengeluaran histamin secara spontan oleh sel basofil.

Garukan kronis dapat menginduksi terlepasnya TNF α dan sitokin pro inflamasi

epidermis lainnya yang akan mempercepat timbulnya peradangan kulit DA.

Kadang-kadang terjadi aktivasi penyakit tanpa rangsangan dari luar sehingga timbul

dugaan adanya autoimunitas pada DA.

Pada lesi kronik terjadi perubahan pola sitokin. IFN-γ yang merupakan sitokin Th1

akan diproduksi lebih banyak sedangkan kadar IL-5 dan IL-13 masih tetap tinggi. Lesi

kronik berhubungan dengan hiperplasia epidermis. IFN dan GM-CSF mampu

menginduksi sel basal untuk berproliferasi menghasilkan pertumbuhan keratinosit

epidermis. Perkembangan sel T menjadi sel TH2 dipacu oleh IL-10 dan prostaglandin

(P6) E2. IL-4 dan IL-13 akan menginduksi peningkatan kadar IgE yang diproduksi oleh

sel B.

Respons sistemik

Perubahan sistemik pada DA adalah sebagai berikut :

- Sintesis IgE meningkat.

Page 14: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

- IgE spesifik terhadap alergen ganda meningkat.

- Ekspresi CD23 pada sel B dan monosit meningkat.

- Respons hipersensitivitas lambat terganggu

- Eosinofilia

- Sekresi IL-4, IL-5 dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat

- Sekresi IFN-γ oleh sel TH1 menurun

- Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat.

-Kadar CAMP-Phosphodiesterase monosit meningkat disertai peningkatan IL-13 dan

PGE2

Page 15: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

D. FAKTOR PEMICU

Sawar kulit

Umumnya penderita DA mengalami kekeringan kulit. Hal ini diduga terjadi akibat

kadar lipid epidermis yang menurun, trans epidermal water loss meningkat, skin

capacitance (kemampuan stratum korneum meningkat air) menurun. Kekeringan kulit ini

mengakibatkan ambang rangsang gatal menjadi relatif rendah dan menimbulkan sensasi

untuk menggaruk. Garukan ini menyebabkan kerusakan sawar kulit sehingga

memudahkan mikroorganisme dan bahan iritan/alergen lain untuk melalui kulit dengan

segala akibat-akibatnya.

Faktor lingkungan

Peran lingkungan terhadap tercetusnya DA tidak dapat dianggap remeh. Alergi

makanan lebih sering terjadi pada anak usia <5 tahun. Jenis makanan yang menyebabkan

alergi pada bayi dan anak kecil umumnya susu dan telur, sedangkan pada dewasa sea

food dan kacang-kacangan.

Tungau debu rumah (TDR) serta serbuk sari merupakan alergen hirup yang

berkaitan erat dengan asma bronkiale pada atopi dapat menjadi faktor pencetus DA. 95%

penderita DA mempunyai IgE spesifik terhadap TDR. Derajat sensitisasi terhadap

aeroalergen berhubungan langsung dengan tingkat keparahan DA.

Suhu dan kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus DA, suhu udara yang

terlampau panas/dingin, keringat dan perubahan udara tiba-tiba dapat menjadi masalah

bagi penderita DA.

Hubungan psikis dan penyakit DA dapat timbal balik. Penyakit yang kronik residif

dapat mengakibatkan gangguan emosi. Sebaliknya stres akan merangsang pengeluaran

substansi tertentu melalui jalur imunoendokrinologi yang menimbulkan rasa gatal.

Kerusakan sawar kulit akan mengakibatkan lebih mudahnya mikroorganisme dan

bahan iritan (seperti sabun, detergen, antiseptik, pemutih, pengawet) memasuki kulit.

E. GAMBARAN KLINIS

Ada 3 fase klinis DA yaitu DA infantil (2 bulan – 2 tahun), DA anak (2 – 10 tahun)

dan DA pada remaja dan dewasa.

DA infantil (2 bulan – 2 tahun)

DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua.

Lesi mula-mula tampak didaerah muka (dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah

karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa

Page 16: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak,

lesi bisa ditemukan didaerah ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh

setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.

DA pada anak (2 – 10 tahun)

Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (de novo).

Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan

leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin

infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu

pertumbuhan.

DA pada remaja dan dewasa

Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar

mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan

pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,

bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di

daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar

cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati

ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi.

Pruritus adalah gejala subjektif yang paling dominan dan terutama dirasakan pada

malam hari. Bagaimana mekanisme timbulnya pruritus masih belum jelas. Histamin yang

keluar akibat degranulasi sel mas bukanlah satu-satunya penyebab pruritus. Disangkakan

sel peradangan, ambang rasa gatal yang rendah akibat kekeringan kulit, perubahan

kelembaban udara, keringat berlebihan, bahan iritan konsentrasi rendah serta stres juga

terkait dengan timbulnya pruritus.

Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik

setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.

F. DIAGNOSIS

Berbagai kriteria diagnosis DA disusun oleh berbagai ahli ; Hanifin dan Rajka telah

menyusun kriteria dan kemudian diperbaharui oleh kelompok kerja Inggris di koordinasi

oleh William (1994).

Diagnosis DA ditegakkan bila mempunyai minimal 3 kriteria mayor dan 3 kriteria

minor.

Kriteria Mayor

- Pruritus

Page 17: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

- Dermatitis di muka atau ekstensor bayi dan anak

-  Dermatitis di fleksura pada dewasa

- Dermatitis kronis atau residif

- Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria Minor

- Xerosis

- Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus dan virus H. simpleks)

- Dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki

- Iktiosis/hiperlinearis palmaris/keratosis pilaris

- Pitiriasis alba

- Dermatitis di papila mame

- White dermatografism dan delayed blanched response

- Keilitis

- Lipatan infra orbital Dennie – Morgan

- Konjungtivitis berulang

- Keratokonus

- Katarak subkapsular anterior

- Orbita menjadi gelap

- Muka pucat dan eritema

- Gatal bila berkeringat

- Intolerans perifolikular

- Hipersensitif terhadap makanan

- Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau emosi

- Tes alergi kulit tipe dadakan positif

- Kadar IgE dalam serum meningkat

- Awitan pada usia dini

G. DIAGNOSIS BANDING

DA didiagnosis banding dengan dermatitis seboroik, dermatitis kontak, dermatitis

numularis, skabies, iktiosis, psoriasis dematitis herpetiformis, sindrom Sezary dan

penyakit Letterer-Siwe. Pada bayi, DA dapat pula didiagnosis banding dengan sindrom

Wiskott-Aldrich dan sindrom hiper IgE.

Page 18: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

H. PENATALAKSANAAN UMUM

Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan tidak sama untuk setiap individu,

karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi berbagai faktor tersebut.

- Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen, pemutih,

dll)

- Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi.

- Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat.

- Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA.

- Melakukan hal-hal yang dapat mengurangi jumlah TDR/agen infeksi, seperti

menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu.

- Menghindarkan stres emosi.

- Mengobati rasa gatal.

I. PENGOBATAN

1. Pengobatan topikal

Hidrasi kulit

Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan

penderita tidak menggaruk dan lebih impermeabel terhadap mikroorganisme/bahan

iritan. Berbagai jenis pelembab dapat dipakai antara lain krim hidrofilik urea 10%,

pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.

Pemakaian pelembab beberapa kali sehari, setelah mandi.

Kortikosteroid topikal

Walau steroid topikal sering diberi pada pengobatan DA, tetapi harus berhati-hati

karena efek sampingnya yang cukup banyak. Kortikosteroid potensi rendah diberi

pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi

menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah

terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu.

Imunomodulator topikal

A. Takrolimus

Bekerja sebagai penghambat calcineurin, sediaan dalam bentuk salap 0,03%

untuk anak usia 2 – 15 tahun dan dewasa 0,03% dan 0,1%. Pada pengobatan jangka

panjang tidak ditemukan efek samping kecuali rasa terbakar setempat.

B. Pimekrolimus

Page 19: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

Yaitu suatu senyawa askomisin yaitu suatu imunomodulator golongan

makrolaktam. Kerjanya sangat mirip siklosporin dan takrolimus. Sediaan yang

dipakai adalah konsentrasi 1%, aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit sensitif

2 kali sehari.

Preparat ter

Mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam bentuk

salap hidrofilik misalnya mengandung liquor carbonat detergent 5% - 10% atau

crude coaltar 1% - 5%.

Antihistamin

Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat

menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka

pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada

area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

2. Pengobatan sistemik

Kortikosteroid

Hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam

waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering.

Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba

dihentikan akan timbul rebound phenomen.

Antihistamin

Diberi untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti histamin harus

diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit sistemik, aktifitas penderita dll.

Anti histamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya tidak diberikan pada

penderita dengan aktifitas disiang hari (seperti supir) . Pada kasus sulit dapat diberi

doxepin hidroklorid 10-75 mg/oral/2 x sehari yang mempunyai efek anti depresan

dan blokade reseptor histamin H1 dan H2.

Anti infeksi

Pemberian anti biotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.

aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau

kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10

hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.

Interferon

Page 20: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

IFN γ bekerja menekan respons IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel

TH1. Pengobatan IFN γ rekombinan menghasilkan perbaikan klinis karena dapat

menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi.

Siklosporin

Adalah suatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan terikat dengan

calcineurin menjadi suatu kompleks yang akan menghambat calcineurin sehingga

transkripsi sitokin ditekan. Dosis 5 mg/kg BB/oral, diberi dalam waktu singkat, bila

obat dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya adalah

peningkatan kreatinin dalam serum dan bisa terjadi penurunan fungsi ginjal dan

hipertensi.

Terapi sinar (phototherapy)

Dipakai untuk DA yang berat. Terapi menggunakan ultra violet β atau kombinasi

ultra violet A dan ultra violet B. Terpai kombinasi lebih baik daripada ultra violet B

saja. Ultra violet A bekerja pada SL dan eosinofil sedangkan ultra violet B

mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi SL dan mengubah

produksi sitoksin keratinosit.

Probiotik

Pemberian probiotik perinatal akan menurunkan resiko DA pada anak di usia 2

tahun pertama.

Chinese herbal medications

Chinese herbal medications mengurangi penyakit dan pruritus secara signifikan

tetapi hanya bersifat temporer.

J. KOMPLIKASI

1. Infeksi sekunder akibat bakteri

Merupakan komplikasi yang paling sering pada dermatitis atopik. Biasanya disebabkan oleh

bakteri kelompok Strptococci B-hemolytic, studi lain mengungkapkan Staphylococcus

merupakan 93% penyebab infeksi sekunder pada lesi dermatitis atopik. Infeksi tersebut

menyebabkan timbulnya folikulitis atau impetigo. Pioderma yang berhubungan dengan dermatitis

atopik biasanya ditemukan lesi eritema dengan eksudasi dan krusta, skuama berminyak dan

jerawat kecil pada ujungnya.

2. Infeksi jamur kulit

Adanya gangguan epidermal barrier function, kelembaban dan maserasi mempengaruhi

timbulnya kepekaan terhadap infeksi jamur. Faktor individu dan lingkungan sehari-hari juga

Page 21: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

berperanan penting pada timbulnya komplikasi ini, seperti kaus kaki serta olahragawan.

Pytiriosporum ovale akhir-akhir ini dianggap meningkat pada kulit pasien dermatitis atopik

3. Infeksi virus

Kutil karena virus dan moluscum kontagiosum ditemukan lebih sering pada dermatitis

atopik, sedangkan infeksi herpes simpleks dapat menimbulkan lesi yang menyebar luas. Erupsi

Varicelliform Kaposi’s adalah komplikasi lain dermatitis atopi, ini disebabkan oleh virus herpes

simpleks dan vaccinia. Kelainan dikenal sebagai Eksim herpetikum atau eksim vaksinatum.

Perkembangan erupsi vesicular yang meningkat pada orang yang atopik dapat menungkatkan

kemungkinan terjadinya erupsi Kaposi’s variceliform.

4. Eritroderma

Terjadi pada 4-14% kasus dermatitis atopik. Keadaan tersebut dapat terjadi akibat adanya

efek withdrawl pemakaian kortikosteroid sistemik pada kasus dermatitis atopik berat. Komplikasi

ini cenderung dapat mengancam hidup pasien bila terdapat kegagalan fungsi jantung, sepsis,

hipotermi dan hipoalbuminemia.

K. PROGNOSIS

Sulit meramalkannya karena adanya peran multifaktorial. Faktor yang berhubungan

dengan prognosis kurang baik, adalah :

- DA yang luas pada anak.

- Menderita rinitis alergika dan asma bronkiale.

- Riwayat DA pada orang tua atau saudaranya.

- Awitan (onset) DA pada usia muda.

- Anak tunggal.

- Kadar IgE serum sangat tinggi.

Diperkirakan 30 – 35% penderita DA infantil akan berkembang menjadi asma

bronkiale atau hay fever. Penderita DA mempunyai resiko tinggi untuk mendapat

dermatitis kontak iritan akibat kerja di tangan.

Page 22: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

BAB IV

PEMBAHASAN

An. W, perempuan berusia 9 tahun periksa ke poli kulit dan kelamin RSUD Karanganyar

tanggal 8 September 2014 dengan keluhan gatal-gatal di daerah kaki kanan dan kiri, tidak

panas, kemudian menjalar ke pantat, perut, tangan, leher, dan wajah sejak 1 bulan yang lalu.

Pasien sudah periksa ke 3 dokter umum, akan tetapi belum membaik. Sudah diberi pil dan

salep juga tidak membaik. Saat periksa ke poli nampak kulit kering (serotik), bekas garukan

(ekskoriasi), terdapat cairan pada luka yang digaruk (erosi). Berdasarkan hasil aloanamnesis

pasien mengeluhkan gatal (pruritus) bila berkeringat, kemudian dari hasil inspeksi terlihat

tempat predileksi UKK pada wajah serta lipatan lutut (ekstensor), pitiriasis alba (buras), dan

lipatan infra orbital Dennie-Morgan. Tetapi pasien tidak memiliki riwayat atopi dalam

keluarganya.

Berdasarkan hasil aloanamnesis serta inspeksi pasien didiagnosis dermatitis atopi. Hal

tersebut sesuai dengan gambaran klinis dermatitis atopi pada anak (usia 2 sampai 10 tahun)

lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher.

Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi

sekunder.Dalam menegakkan diagnosis dermatitis atopik setidaknya ditemukkan 3 kriteria

mayor dan minor. Pada kasus ini ditemukkan 2 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.

Evaluasi pengobatan dilakukan 3 hari setelah pasien berkunjung ke poli kulit dan

kelamin. Setelah 3 hari pasien sedikit mengalami perbaikan dengan UKK terlihat bekas

garukan (ekskoriasi), hipopigmentasi, krusta, meskipun masih ada beberapa yang eritem.

Page 23: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

BAB V

HASIL

Pemberian terapi nilacelin syr, salep lamodex,salep fusycom dan tiriz drop

memberikan perbaikan pada pasien setelah dievaluasi 3 hari. UKK terlihat bekas garukan

(ekskoriasi), hipopigmentasi, krusta, meskipun masih ada beberapa yang eritem.

SEBELUM TERAPI EVALUASI 3 HARI SETELAH TERAPI

Page 24: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)
Page 25: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)
Page 26: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)
Page 27: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)
Page 28: Case Report Dermatitis Atopi (Damai & Aul)

DAFTAR PUSTAKA

Bieber Thomas, Mechanisms of Disease Atopic Dermatitis. NEJM

European Review for Medical and Pharmacological Sciences, Pathogenesis of Atopic

Dermatitis (AD) and the role of allergic factors.

Mansjoer, Arif, dan Suprohaita: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga. FKUI. Jakarta,

2000, hal: 90-91

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI: Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta, 1985, hal:

234-236.

Sularsito, Sri Adi, dan Djuanda, Suria: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima.FKUI.

Jakarta, 2007, hal: 138-147

Williams Hywel C, Atopic Dermatitis.NEJM. 2009