case mi op selvi

24
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. R Umur : 17 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pelajar Alamat : Bayongbong Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2012 II. ANAMNESA Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh Anamnesa khusus : Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 1 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan kedua matanya kurang jelas saat melihat tulisan di papan tulis sekolah, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai dengan mata menjadi cepat lelah dan cepat berair. Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Keluhan pandangan tertutup kabut disangkal. Riwayat menderita seperti kencing manis disangkal. Riwayat trauma disangkal.

Upload: sel-via

Post on 16-Apr-2015

33 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Mi Op Selvi

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. R

Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Bayongbong

Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2012

II. ANAMNESA

Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh

Anamnesa khusus :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 1 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan kedua matanya kurang jelas saat melihat tulisan di papan tulis sekolah, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai dengan mata menjadi cepat lelah dan cepat berair. Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Keluhan pandangan tertutup kabut disangkal. Riwayat menderita seperti kencing manis disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat berobat ke dokter diakui. Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 4 tahun yang lalu dan rajin memakai kacamata setiap harinya sampai saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata disangkal. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien.

Anamnesa keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat kencing manis disangkal

Page 2: Case Mi Op Selvi

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat trauma pada mata disangkal

Riwayat Sos-Ek : Cukup

Riwayat gizi : Cukup

III. PEMERIKSAAN

1. Keadaan Umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda-tanda vital :

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg2. Nadi : 80X/menit3. Suhu : Afebris4. Pernapasan : 22X/menit

2. Status Oftalmologi

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 1/60 1/60CC 0,2 0,2STNKoreksi S -9.00 S -9.00AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pemeriksaan Eksternal

OD OSPalpebra superior T.a.k T.a.kPalpebra inferior T.a.k T.a.kSilia Tumbuh teratur Tumbuh teraturAp. Lakrimalis T.a.k T.a.kKonjungtiva tarsalis Superior Tenang TenangKonjungtiva tarsalis Inferior Tenang TenangKonjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)Kornea Jernih JernihBilik mata depan sedang SedangPupil Bulat, letak tengah Bulat, letak tengah

Page 3: Case Mi Op Selvi

Diameter pupil 3 mm 3 mmReflek cahaya

direct + + indirect + +

Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Shadow test - -Lensa Jernih Jernih

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri Normal per palpasi Normal per palpasi

FUNDUSKOPI

Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

IV. DIAGNOSIS KLINIS

Miopia Tinggi ODS

V. DIAGNOSIS BANDING

VI. RENCANA PEMERIKSAAN

Refraktometer

VII. TERAPI

Medikamentosa

Page 4: Case Mi Op Selvi

Eyevit 3dd1

Non Medikamentosa

o Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -9.00 ODS

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

RESUME

Seorang perempuan, 17 tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan kurang jelas saat melihat jauh, keluhan dirasakan sejak ± 1 bulan SMRS. Penglihatan menurun dirasakan apabila melihat tulisan, benda ataupun orang dari kejauhan sehingga penderita sering memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas. Pasien merasa lebih nyaman melihat sesuatu dari dekat. Pasien mengaku mata menjadi cepat lelah dan berair. Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 4 tahun sampai saat ini. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien. Keluhan pandangan berkabut disangkal. Riwayat penyakit sistemik disangkal. Riwayat trauma disangkal.

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 1/60 1/60CC 0,2 0,2STNKoreksi S -9.00 S -9.00AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentral

Page 5: Case Mi Op Selvi

Iris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri

FUNDUSKOPI

Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

MIOPIA

Page 6: Case Mi Op Selvi

1. Definisi

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.

2. Klasifikasi

1. Miopia aksial

Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang

dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola

mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

2. Miopia kurfatura

Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan

kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia

kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan

kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.

3. Miopia indeks refraksi

Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus

yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.

4. Perubahan posisi lensa

Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma

berhubungan dengan terjadinya miopia.

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:

1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri

2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri

3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri

4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri

5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri

Page 7: Case Mi Op Selvi

3. Etiologi

Etiologi dan patogenesis pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor

memegang peranan penting dari waktu kewaktu. Teori miopia menurut sudut pandang

biologi menyatakan bahwa miopia ditentukan secara genetik. Pengaruh faktor herediter

telah diteliti secara luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan

postnatal telah didapatkan untuk operasi penyebab miopia.

4. Patofisiologi

Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk

panjangnya bola mata akibat:

1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang

lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau

lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia

kurvatura/refraktif.

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.

Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks

4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya

pasca operasi glaukoma.

5. Gejala Klinis

Gejala subjektif miopia antara lain:

a. Kabur bila melihat jauh

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi )

d. Astenovergens

Page 8: Case Mi Op Selvi

Gejala objektif miopia antara lain:

1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif

lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada

1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia

2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Gambar 2. Myopic cresent

3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer

Page 9: Case Mi Op Selvi

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

Gambar 3. Fundus Tigroid

Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang

terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan

karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami

dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh

karena rusaknya membrana Bruch.

Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi

hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan

panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada

normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.

6. Diagnosis

Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada

mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:

Refraksi Subyektif

Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode

yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5

Page 10: Case Mi Op Selvi

meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata

diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam

penglihatan masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif,

bila dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau

20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis

negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif

memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.

Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati

refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against

movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer.

7. Penatalaksanaan

Koreksi Miopia Tinggi

a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata

Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun

banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan.

Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai

kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran

lensa yang kecil untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks

Page 11: Case Mi Op Selvi

material lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa,

semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya

melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang

lebih tinggi.

b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan Lensa Kontak

Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak.

Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang

telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.

Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak

keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak

lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer

sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).

Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya,

mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu.

Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak

maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang

awet serta perawatannya sulit.

Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang

baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi

astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama,

serta memberikan rasa yang kurang nyaman.

Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada

kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas

O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar

bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.

Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis

1. Lapang Pandangan

Page 12: Case Mi Op Selvi

Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak

memerlukan bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang

pandangan yang terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak

hanya sedikit menimbulkan distorsi pada bagian perifer.

2. Ukuran Bayangan di Retina

Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak

verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata,

dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih

besar di retina, sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi

lebih kecil.

3. Akomodasi

Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan

akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada

penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.

Pemilihan Lensa Kontak

Tabel 2.1 Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras

Lensa Kontak Lunak Lensa Kontak Keras

Pemakaian lensa kontak pertama kali Gagal dengan lensa kontak lunak

Pemakaian sementara Iregularitas kornea

Bayi dan anak-anak Alergi dengan bahan lensa kontak lunak

Orang tua Dry eye

Terapi terhadap kelainan kornea (sebagai

bandage)

Astigmatisme

Keratokonus

Pasien dengan overwearing problem

Page 13: Case Mi Op Selvi

c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan

teknologi laser dingin  (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi

kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi

dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen

menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder

(astigmatisme).

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak

b. Kelainan refraksi:

Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri

c. Usia minimal 18 tahun

d. Tidak sedang hamil atau menyusui

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun

f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak

6 (enam) bulan

g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,

glaukoma dan ambliopia

h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua)

minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:

a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b. Sedang hamil atau menyusui.

c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.

d. Riwayat penyakit glaukoma.

e. Penderita diabetes mellitus.

f. Mata kering

Page 14: Case Mi Op Selvi

g. Penyakit : autoimun, kolagen

h. Pasien Monokular

i. Kelainan retina atau katarak

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau

pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai

prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang

dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata,

kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan

peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui

apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.

Persiapan calon pasien LASIK

a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi

b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan

c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan

Custumize LASIK

d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK

menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua

prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur

atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:

a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah

pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini

dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement)

setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah

tindakan.

b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa

bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup

kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.

Page 15: Case Mi Op Selvi

c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu

setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin

diperlukan semacam lubrikan tetes mata.

d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata

yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang

seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan

sering membaik setelah 1-3 bulan.

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:

a. Anestesi topikal (tetes mata)

b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)

c. Tanpa rasa nyeri (Painless)

d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)

e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)

f. Komplikasi yang rendah

g. Prosedur dapat diulang  (Enhancement)

8. Komplikasi

Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa:

- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.

- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat

risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.

- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.

- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.

PEMBAHASAN

Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :

Page 16: Case Mi Op Selvi

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Tinggi ODS ?

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?

3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Tinggi ODS ?

Pada pasien ini ditemukan :

Gejala subjektif miopia antara lain:

o Kabur bila melihat jauh

o Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

o Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi )

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak

pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan

setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih

dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. kemudian

dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan tajam penglihatan yang

membaik.

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi

kacamata :

VOD : 1/60 S-9.00 = 0.2 Tinggi Dioptri = 9 Dioptri → Miopia Tinggi

VOS : 1/60 S-9.00 = 0.2

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?

Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak

dekat diakui pasien.

3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -9.00 ODS

Pemberian vitamin untuk kesehatan mata : Eyevit 3 x per hari

Page 17: Case Mi Op Selvi

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel..2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta.

Page 18: Case Mi Op Selvi

2. Ilyas, Sidarta.2010. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2 Sagung Seto. Jakarta.

3. Goss, et.all. 2010. Optometric Clinical Pactice Guideline: Care Of The Patient With Myopia. American Optometric Accosiation.. Dimuat dalam : http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf

4. Semarang Eye Centre. Tindakan Bedah LASIK. www. semarang - eye - centre.com / 5. Hartono, Yudono RH. 2007. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo, Hartono

(eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM,