case diare berdarah yuga
TRANSCRIPT
DIARE BERDARAH
Oleh:YUGA KHARISMAWAN
1102005302
Pembimbing :dr. Maria Ulfah A, Sp.A
BAB I
Tinjauan Pustaka
CAMPYLOBACTERIOSIS
Campylobacteriosis adalah bentuk parah dari diare yang terjadi di seluruh dunia.
CAMPYLOBACTERIOSIS
Zoonosis Penyebabnya adalah bakteri, biasanya
Campylobacter jejuni atau C. coli. Pada umumnya terdapat pada hewan, seperti
unggas, sapi, babi, domba, burung unta, kerang dan hewan peliharaan termasuk kucing dan anjing.
(Nelson Textbook of Pediatrics)
Penularan
Kontaminasi terjadi melalui makanan yang terkontaminasi, seperti: daging setengah matang, air yang terkontaminasi, atau susu mentah
(Nelson Textbook of Pediatrics)
Insidensi
Sekitar 5% -14% dari semua diare di seluruh dunia diperkirakan disebabkan oleh Campylobacter.
(Nelson Textbook of Pediatrics)
Diagnosis
Pemeriksaan darah Pemeriksaan tinja, atau Pemeriksaan cairan tubuh lainnya
(Nelson Textbook of Pediatrics)
Pengobatan
Infeksi berat : terapi rehidrasi + terapi antibiotik
Eritromisin 3 x 50 mg / hari, diberikan secara oral selama 5 hari
(FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)
Komplikasi
Kejang karena demam tinggi Gangguan neurologis seperti Guillain-
Barre syndrome atau Meningitis
(FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)
Pencegahan
Sanitasi Kebersihan pribadi dan makanan Pasokan air bersih
(Buku Saku Petugas Kesehatan Depkes)
E. COLI
E. Coli adalah nama sebuah kuman atau bakteri yang tinggal di tractus pencernaan manusia dan hewan
Bakteri E.coli yang menjadi penyebab diare berdarah adalah EHEC (Enterohemoragic E.Coli)
(Mikrobiologi kedokteran)
Sumber Kontaminasi
Kontak dengan kotoran manusia atau hewan.
Terjadi bila meminum air atau makan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran.
(Mikrobiologi kedokteran)
Gejala klinis
Bloody diare Keram perut, mual dan muntah-muntah. Hemoragik colitis (HC) dan sindroma hemolitik
uremik (HUS). Gejala HC sering dimulai dengan sakit perut dan
diare berair, diikuti dengan diare berdarah umumnya tanpa demam.
(Nelson Textbook of Pediatrics)
Diagnosis
Pemeriksaan tinja penderita untuk menentukan ada tidaknya infeksi akibat dari bakteri tersebut,
(Nelson Textbook of Pediatrics)
Terapi
Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari + sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
(Nelson Textbook of Pediatrics)
SHIGELOSIS
Spesies shigella merupakan bakteri fakultatif anaerob gram negatif yang hanya menginfeksi manusia
Ada 4 species Shigella yaitu S. dysentriae, flexneri, bondii dan sonnei. Spesies yang sering menyerang manusia antara lain: Shigella dysentriae, Shigella sonnei, Shigella flexneri.
(Mikrobiologi kedokteran)
Transmisinya secara fekal-oral > paling sering pada ileum terminal dan colon.
Patogenesis terjadinya diare oleh Shigella terutama disebabkan :
Shigella -> masuk saluran cerna (ileum terminal dan colon)
mengeluarkan toxin reaksi sitotoksik
(Mikrobiologi kedokteran)
Patogenesis
Gejala klinis
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Panas tinggi (39,50 - 400 C) Muntah-muntah. Anoreksia. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang,
sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
Diagnosis Diagnosis klinis: terlihat darah di dalam tinja. Tinja -> leukosit pmn yang terlihat dengan
mikroskop mengarahkan ke infeksi bakteri yang invasif
pemeriksaan sitologi (sigmoidoskopi) -> menemukan bentuk trofozoit
(Nelson Textbook of Pediatrics) & (parasitologi UI)
Komplikasi
Dehidrasi Protein loosing enteropathy Sepsis dan DIC Sindoma Hemolitik Uremik Malnutrisi/malabsorpsi Hipoglikemia Prolapsus rektum
Komplikasi
Artritis reaktif Sindroma Guillain-Barre Toksik megakolon Perforasi usus Peritonitis Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia Kejang (dengan atau tanpa hiperpireksia)
Terapi
Antibiotika pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari
dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk
mencegah malnutrisi. Sanitasi
AMEBIASISEtiologi
disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Protozoa ini termasuk dalam kelas rhizopoda.
Dalam daur hidupnya Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium yaitu :Bentuk histolitika Bentuk minutaBentuk kista (parasitologi UI)
Patofisiologi
Gejala KlinisKebanyakan infeksinya asimptomatik dan
sembuh sendiri.Secara klinis dibagi menjadi infeksi sedang dan
akut serta kronik. Gejala sedang dan akut : disentri, kolik abdomen,
tenesmus, mual muntah, tinja encer, mengandung lendir dan nanah serta frekuensinya 6 – 15 kali sehari.
infeksi kronis : diare hilang timbul, konstipasi, nyeri perut, anemia.
Diagnosis
Diagnosis Klinis : terdapat tinja berdarah Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja -> menemukan bentuk trofozoit & kista
Laboratorium hematologi, kimia klinikLaboratorium mikrobiologiUltrasonografiScanning hati -> abses hati
(parasitologi UI)
Komplikasi
Komplikasi Intestinal Perdarahan usus Perforasi usus Ameboma Intususepsi
Komplikasi Ektra Intestinal Amebiasis hati Amebiasis pleuropulmonal Abses otak, limpa, dan organ lain Amoebiasis kulit (nelson textbook of pediatrics)
Terapi
Untuk pembawa kista atau cyst carrier diberikan diloksanid furoat 10 mg/kg/hari selama 10 hari toksisitas jarang tapi sebaiknya tidak diberikan ke anak dibawah usia 2 tahun.
Untuk amubiasis invasif diberikan metronidazole 50 mg/kg/hari selama 10 hari.
(Nelson text book of pediatric)
Prognosis Prognosis amoebiasis adalah baik terutama
yang tanpa komplikasi. Pada abses hati amoeba kadang-kadang
diperlukan tindakan pungsi untuk mengeluarkan pus. Demikian pula pada amoebiasis yang disertai penyulit efusi pleura.
Prognosis yang kurang baik adalah abses otak amoeba
Pencegahan Makanan, minuman dan keadaan lingkungan
hidup yang memenuhi syarat kesehatan. Air minum sebaiknya dimasak dulu Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi
dan pengobatan carrier.
Cacing tambang
Etiologi :Ankilostoma Duodenale, Necator Americanus dan jarang oleh Ankilostoma Braziliensis
Insiden di Indonesia
Sutanto dkk (1976) mendapatkan 79% dari 383 anak sd di Sumatera Utara. Di Jakarta Timur dilaporkan 95,10% dari 2508 murid sd di Yogya/Sleman 23,08%; di Jawa Barat 95,57%. Didaerah kalimantan dilaporkan berkisar 56 – 65,08%
pada tahun 1988 di Indramayu dilaporkan 38,62%; di Sulawesi Utara 1,28%.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Ground itch Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa
terjadi akibat berpindahnya larva melalui paru-paru. nyeri di perut bagian atas. Anemia. Gangguan GIT : anoreksia, mual – muntah dan diare
berdarah.
Diagnosis
Pemeriksaan klinis : ditemukan telur cacing tambang di dalam tinja penderita
Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan, maka telur akan menetas menjadi larva.
Penatalaksanaan
Pirantel pamoat 10 mg/kgBB Mebendazol 2 X 100 mg/kgBB/hari,
diberikan selama 3 hari Albendazol : - < 2 th = 200 mg,single dose
- > 2 th = 400 mg,single dose
Trikuriasis
Trikuriasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura.
Penyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis
Patofisiologi
Manifestasi Klinis diare berdarah disertai dengan lendir dan tenesmus. nyeri epigastrium muntah, konstipasi, perut kembung, konstipasi berat badan menurun. anemia,
Diagnosis
Pada pemeriksaan tinja ditemukan telur parasit yang bebentuk seperti tong.
Anemia dapat terjadi akibat perdarahan kronis Eosinofilia terjadi pada infeksi yang baru
Pilihan Terapi
Mebendazole : 100 mg 2 kali selama 3 hari berturut – turut. Tidak perlu dipertimbangkan berat badan penderita karena obat ini praktis tidak diabsorbsi.
Albendazole 400 mg dosis tunggal Ditiazimin iodida dosis 10 mg/kgbb/hari pada hari
pertama, selanjutnya 20 mg/kgbb/hari selama 3 – 15 hari. Juga dapat diberikan dalam bentuk enema.
Tiobendazole (mintezol) : obat pilihan dengan dosis 25 – 30 mg/kgbb/hari selama 7 – 30 hari.
Pencegahan
Perbaikan sanitasi lingkungan Memperbaiki standar hidup masyarakat Pengobatan yang bersifat periodik dengan
mebendazole dalam masyarakat
Alergi susu sapi
Alergi susu sapi adalah suatu penyakit akibat reaksi imunologi, timbul setelah pemberian susu sapi atau makanan yang mengandung susu sapi. Reaksi ini terjadi melalui reaksi hipersensitivitas tipe 1 fase cepat atau fase lambat.
Reaksi hipersensitivitas tipe 1
Insidens
Angka kejadian pada bayi negara barat sekitar 2 % - 2,5 %.
Di Indonesia belum ada angka pasti tetapi menurut hasil penelitian dipoli klinik alergi imunologi, sekitar 2,4% mengalami alergi susu sapi.
Studi prospektif lain menunjukkan separuh dari anak yang menderita alergi susu sapi akan kehilangan gejala-gejalanya pada usia 1 tahun 70%, pada usia 2 tahun dan 85% saat mereka berusia 3 tahun
Gejala Klinis
Diagnosis
Anamnesis : jangka waktu timbulnya gejala setelah minum susu sapi atau makan makanan yang mengandung susu sapi, jumlah susu atau makanan yang mengandung susu yang diminum atau dimakan, riwayat atopi seperti asma, rinitis alergika, dermatitis atopik, urtikaria dan alergi makanan pada pasien atau keluarga pasien.
Gejala klinis yang ditemukan pada kulit (urtikaria, dermatitis atopik, saluran nafas ( asma, rinitis alergi), serta saluran cerna (muntah , diare berdarah, kolik, obstipasi)
Diagnosis Pemeriksaan fisik : Kulit kering urtikaria, dermatitis atopik, Alergi
schiner’s, nasal crease, geographic tongue, mukosa pucat dan mengi Pemeriksaan penunjang :
Darah tepi : hitung jenis eosinofil > 3%, eosinofil total >300/ml
Kadar IgE total Kadar IgE spesifik susu sapi Radioallergosorbent test (RAST) \ Pharmacia CAP system double blind placebo controlled
food challenge (DBPCFC). Uji Kulit :
Terapi
Pemberian ASI eksklusif dengan penghindaran susu sapi pada ibu
Jika tidak mungkin memberikan ASI, berikan susu formula yang bebas susu sapi.
Pemberian terapi medikamentosa sesuai dengan manifestasi klinis yang timbul
ASS Ringan / SedangASS Ringan / Sedang
*Bila ada masalah dana dan ketersediaan susu terhidrolisa esktensif dapat diberikan formula kedelai dan monitor reaksi alergi (pada anak berusia > 6 bulan)
TATA LAKSANA ALERGI SUSU SAPI PADA BAYI DENGAN ASI
TATA LAKSANA ALERGI SUSU SAPI PADA BAYI DENGAN ASI Curiga Alergi Susu SapiCuriga Alergi Susu Sapi
Pemeriksaan Klinis :-Temuan Klinis-Riwayat Keluarga (faktor resiko)
Pemeriksaan Klinis :-Temuan Klinis-Riwayat Keluarga (faktor resiko)
-Menyusui tetap dilanjutkan
- Maternal elimination diet : ibu menghindari makanan yang mengandung protein susu sapi selama 2 minggu (atau 4 minggu bila terdapat gejala atopik escema atau alergi kolitis)
-Menyusui tetap dilanjutkan
- Maternal elimination diet : ibu menghindari makanan yang mengandung protein susu sapi selama 2 minggu (atau 4 minggu bila terdapat gejala atopik escema atau alergi kolitis)
Perbaikan Perbaikan Tidak ada perbaikanTidak ada perbaikan
- Pengenalan kembali protein susu sapi
- Pengenalan kembali protein susu sapi
-ASI tetap diberikan-Ibu mengkonsumsi diet normal / seperti biasa-Pertimbangkan alergi makanan lain seperti telur, seafood, kacang dsb atau alergi susu sapi disertai alerg makanan lain-Pertimbangkan diagnosis lain
-ASI tetap diberikan-Ibu mengkonsumsi diet normal / seperti biasa-Pertimbangkan alergi makanan lain seperti telur, seafood, kacang dsb atau alergi susu sapi disertai alerg makanan lain-Pertimbangkan diagnosis lain
Gejala (-)Eliminasi susu sapi dari diet ibu (bila diperlukan
dapat diberikan suplementasi kalsium)
Gejala (-)Eliminasi susu sapi dari diet ibu (bila diperlukan
dapat diberikan suplementasi kalsium)
Gejala (+)Ibu tetap dapat meneruskan konsumsi protein susu sapi
Gejala (+)Ibu tetap dapat meneruskan konsumsi protein susu sapi
ULANGI UJI
PROVOKASI
ULANGI UJI
PROVOKASI
GEJALA (+)GEJALA (+)
Rujuk dokter spesialis anak konsultanDiet eliminasi protein susu sapi pada ibu
(bila diperlukan dapat diberikan suplementasi kalsium)
Rujuk dokter spesialis anak konsultanDiet eliminasi protein susu sapi pada ibu
(bila diperlukan dapat diberikan suplementasi kalsium)
ASS BeratASS Berat
UJI TUSUK KULIT IgE Spesifik
UJI TUSUK KULIT IgE Spesifik
GEJALA (-)GEJALA (-)
TOLERAN
TOLERAN
-ASI tetap dilanjutkan (eliminasi protein susu sapi dari diet ibu)-Jika dibutuhkan, pemberian susu formula terhidrolisa ekstensif dapat dilakukan-Makanan padat yg diberikan bebas produk susu (bayi diatas 9 – 12 bln atau minimal 6 bln
-ASI tetap dilanjutkan (eliminasi protein susu sapi dari diet ibu)-Jika dibutuhkan, pemberian susu formula terhidrolisa ekstensif dapat dilakukan-Makanan padat yg diberikan bebas produk susu (bayi diatas 9 – 12 bln atau minimal 6 bln
ASS Ringan / SedangASS Ringan / Sedang
# Bila ada masalah dana / ketersediaan susu formula asam amino, dapat dicoba susu terhidrolisa esktensif
* Bila ada masalah dana dan ketersediaan susu terhidrolisa esktensif dapat diberikan formula kedelai dan monitor reaksi alergi (pada anak berusia > 6 bulan)
TATA LAKSANA ALERGI SUSU SAPI PADA BAYI DENGAN SUSU FORMULA
TATA LAKSANA ALERGI SUSU SAPI PADA BAYI DENGAN SUSU FORMULA
Curiga Alergi Susu SapiCuriga Alergi Susu Sapi
Pemeriksaan Klinis :-Temuan Klinis-Riwayat Keluarga (faktor resiko)
Pemeriksaan Klinis :-Temuan Klinis-Riwayat Keluarga (faktor resiko)
Diet Eliminasi dengan formula susu terhidrolisa ekstensif minimal 2 – 4
minggu *
Diet Eliminasi dengan formula susu terhidrolisa ekstensif minimal 2 – 4
minggu *
Perbaikan Perbaikan Tidak ada perbaikanTidak ada perbaikan
- Uji provokasi terbuka- Berikan formula susu sapi dibawah pengawasan
- Uji provokasi terbuka- Berikan formula susu sapi dibawah pengawasan
-Diet eliminasi susu sapi dengan formula asam amino minimal 2 – 4 minggu *ATAU- Pertimbangkan diagnosis alergi makanan lain (telur, seafood, kacang dll) atau alergi susu sapi bersamaan dengan alergi makanan lain
-Diet eliminasi susu sapi dengan formula asam amino minimal 2 – 4 minggu *ATAU- Pertimbangkan diagnosis alergi makanan lain (telur, seafood, kacang dll) atau alergi susu sapi bersamaan dengan alergi makanan lain
Gejala (-)Diberikan protein
susu sapi dan dimonitor
Gejala (-)Diberikan protein
susu sapi dan dimonitor
Gejala (+)Eliminasi protein susu sapi pada makanan selama 9 – 12 bulan atau minimal selama 6 bulan
Gejala (+)Eliminasi protein susu sapi pada makanan selama 9 – 12 bulan atau minimal selama 6 bulan
ULANGI UJI PROVOKASIULANGI UJI PROVOKASI
GEJALA (+)GEJALA (+)
Rujuk dokter spesialis anak konsultanDiet eliminasi susu sapiFormula asam amino minimal 2 – 4 minggu #
Rujuk dokter spesialis anak konsultanDiet eliminasi susu sapiFormula asam amino minimal 2 – 4 minggu #
Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan
PerbaikanPerbaikan
Evaluasi diagnosisEvaluasi diagnosis
Uji provokasiUji provokasi
ASS BeratASS Berat
UJI TUSUK KULIT IgE Spesifik
UJI TUSUK KULIT IgE Spesifik
GEJALA (-)GEJALA (-) TOLERANTOLERAN
Pencegahan
Bayi yang memiliki resiko tinggi yaitu mempunyai riwayat atopi pada ibu dan ayah, sebaiknya dilakukan penghindaran terhadap paparan protein susu sapi sejak dini (minimal 6 bulan), dengan cara :
ASI eksklusif Diet penghindaran susu sapi pada ibu menyusui bayi
yang mempunyai risiko atopi Pemberian formula hipoalergenik, casein free, protein
hidrolisat Pemberian formula susu kedelai
Invaginasi
adalah suatu keadaan gawat darurat akut dimana suatu segmen usus masuk kedalam lumen usus bagian distalnya sehingga menimbulkan gejala obstruksi kemudian Strangulasi Usus.
Insiden
Perjalanan penyakit ini bersifat Progresi. Dapat terjadi pada semua umur.
70% terjadi pada usia < 1 th tersering usia 6 – 7 bulan, Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan wanita.
Etiologi
Etiologi tidak jelas 90 – 95 % INVAGINASI pada anak < 1 th tak di jumpai kelainan
Patofisiologi
Suatu segmen usus berikut mesenterium atau mesokolon masuk ke lumen usus bagian distal oleh suatu sebab
penampilan klinik obstruksi memerlukan waktu, umumnya setelah 10 – 12 jam sampai menjelang 24 jam
TRIAS gejala INVAGINASI
- Nyeri perut yang bersifat kolik
- Muntah
- Berak lendir darah
Pemeriksaan penunjang
RADIOLOGI
- Foto polos abdomen 3 posisi
- Tanda-tanda obstruksi dengan gambar “Airfluid levels”
- Distribusi udara dalam usus tidak merata
- Sonografi)terlihat gambaran “DONAT SIGN”
Tatalaksana
Pasang sonde lambung (NGT) dekompresi dan mencegah aspirasi Rehidrasi cairan elektrolit dan atasi
asidosis Antibiotik Obat sedativa/muscle relaxon/analgetika
Prognosis
Recurrent intussetion + 5% bilareduksi hidrostatik + 2% bila
pembedahan
Kolitis Ulserativa
Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, berlendir, bernanah, kram perut dan demam.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor keturunan dan respon sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus,
Patofisiologi
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus).
Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid.
Gejala Klinis
Mikroskopik ataupun makroskopik, Gejala yang sering timbul pada penyakit
colitis ulseratif ini adalah : Nyeri perut Diare berdarah,berlendir dan bernanah Anemia Turunnya berat badan
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik , periksalah kekakuan dari otot-otot abdominal
Pemeriksaan feses (berdarah, lendir dan nanah) Pada pemeriksaan laboratorium terlihat anemis
dan malnutrisi Sigmoidoskopi merupakan cara yang paling baik
yaitu dengan cara memasukkan kamera kedalam saluran cerna, dan tampaklah bagian mana yang telah menganai ulkus
Terapi Penderita sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang.
Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia Obat-obatan seperti :
loperamide atau difenoksilat, diberikan pada diare yang relatif ringan. Untuk diare berat, dibutuhkan dosis yang lebih besar dari difenoksilat
atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein. Pembedahan
BAB II
Laporan Kasus
ANAMNESIS (Alloanamnesa, 09 mei 2012)
Keterangan Umum Nama : An. Christ Binea Umur : 5 tahun 7 bulan Alamat : Jl. Utan Panjang Rt. 11/10 Jakarta Pusat Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Tanggal masuk RS : 02 mei 2012
Keluhan utama
BAB cair disertai darah sejak 3 hari yang lalu
AnamnesaKeluhan BAB cair disertai darah segar sejak 3 hari yang lalu, bab sudah lebih kurang 15 kali sehari, bab juga disertai lendir dan berbau,
Muntah sebanyak 5 kali sehari jumlahnya lebih kurang 10 cc berisi makanan. Selain itu pasien juga mengeluh sakit pada perutnya.
Demam yang terus menerus selama 3 hari belum turun. Pasien tampak kehausan, badannya lemas, dan juga pasien mengeluhkan mual dan muntah selama 4 hari sebanyak 5 kali sehari.
Anamnesa
Riwayat makan : Sebelum sakit pasien makan banyak 3 kali sehari atau lebih, porsi cukup dan bervariasi. Kadang-kadang pasien suka jajan makanan dan minuman di luar rumah, seperti burger dan chiki-chikian. Namun, saat sakit nafsu makan pasien berkurang.
Riwayat BAB : Sebelum sakit BAB pasien lancar, teratur 2x sehari, konsistensi lunak, warna coklat kekuningan, darah (-), lendir (-). Saat sakit pasien mengeluh BAB cair.
Riwayat BAK : Lancar, banyak, kuning, tidak nyeri sewaktu BAK.
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : rewel Kesadaran : compos mentis Tanda vital :
Frekuensi nadi : 124x / menit Frekuensi napas : 30x / menit Suhu tubuh : 38,9⁰C
DATA ANTROPOMETRI Berat badan : 18 kg Tinggi badan : 100 cm Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba, kelenjar
submandibula, supra-infra clavicula dan cervical tidak teraba
Pemeriksaan Fisik KEPALA Bentuk dan ukuran : normocephal Rambut dan kulit kepala : hitam terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut Mata : palpebra superior tidak edema,
mata tampak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+, air mata(+)
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA Bentuk dan ukuran : normocephal Rambut dan kulit kepala : hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut Mata : palpebra superior tidak edema, mata
tampak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+, air mata(+)
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret
Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung
PEMERIKSAAN FISIK
Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : bentuk normal, mukosa bibir tampak kering kering, tidak ada sianosis, tidak keluar darah dari mulut, ditemukan adanya stomatitis.
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1 tenang
Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba, kelenjar submandibula, supra-infra clavicula dan cervical tidak teraba
Jantung - Inspeksi : iktus kordis tidak tampak - Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V
midklavikula kiri - Perkusi : redup, batas jantung kiri : sela iga V
linea midclavicula sinistra kanan : parasternal atas : sela iga II linea parasternal sinistra - Auskultasi : BJ I dan II murni, murmur (-), Gallop (-)
Paru - Inspeksi : pergerakan dada simetris dalam keadaan
statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi intercostae dan suprasternal
- Palpasi : stem fremitus kanan-kiri dan depan-belakang sama kuat
- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru batas paru-hepar di ICS VI MCL dektra
- Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/-
ABDOMEN - Inspeksi : tampak datar - Palpasi : tidak ada hepatomegali, lien tidak teraba, defans muskular
(-) - Perkusi : timpani, shifting dullness (-). - Auskultasi : bising usus (+) cepat GENITALIA : ♀, bentuk normal ANUS REKTUM : tidak tampak kelainan dari luar EKSTREMITAS : akral hangat, tidak sianosis, tidak ada edema, tidak ada
deformitas KULIT : turgor kembali lambat, petechiae (-) KGB : submandibula, cervical, supra-infra clavicula, axilla,
inguinal tidak teraba membesar
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Refleks Fisiologis Tendon achilles : +/+, normal Lutut : +/+, normal Biceps : +/+, normal Triceps : +/+, normal
Refleks Patologis Babinski : -/-, normal Chaddock : -/-, normal Oppenheim : -/-, normal Gordon : -/-, normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tanggal 02 mei 2012
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi Hemoglobin 11,2 gr% 11,7-15,5 Hematokrit 37 vol% 35-47 Trombosit 311.000/μl 150.000-440.000 Leukosit 10.600/μl 3.600-11.000
RESUME Pasien datang dengan keluhan BAB cair disertai darah segar sejak 3 hari yang lalu, bab
sudah lebih kurang 15 kali sehari, bab juga disertai lendir dan berbau, pasien mengeluh muntah sebanyak 5 kali sehari jumlahnya lebih kurang 10 cc berisi makanan. Selain itu pasien juga mengeluh sakit pada perutnya. Pasien juga mengaku demam yang terus menerus selama 3 hari belum turun. Pasien tampak kehausan, badannya lemas
Pada pemerisaan fisik didapatkan keadaan umum rewel dengan kesadaran compos mentis.
Tanda vital : Frekuensi nadi : 124 x/menit, regular, isi cukup, teraba kuat Tekanan darah : 120/80 mm Hg Frekuensi napas : 24 x/menit Suhu tubuh : 38,9 ºC
Resume
Pada pemeriksaan sistematis didapatkan mata tampak cekung, mukosa bibir tampak kering kering, nyeri tekan pada perut, bising usus (+) cepat, turgor kulit kembali lambat Cor dan pulmo dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 02 mei 2012 didapatkan hasil hb 11,2 gr%, ht 37 vol%, trombosit 311.000/μl, leukosit 10.600/μl.
Diagnosa Banding
diare berdarah ec infeksi bakteri Diare berdarah ec infeksi parasit
Diagnosa Kerja
Susp. Diare Berdarah e.c bakteri dengan Dehidrasi Ringan sedang
Penatalaksanaan
Tirah baring selama ±2 minggu IVFD RL 26 T/M makro Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein, rendah serat. Causal
Metronidazol : 3 x 50 mg sehari
Simptomatis
Paracetamol Syrup : 3 x 1 cth (bila demam)
Lacto B : 1 X 1 cth
Zink : 1 x 1
Domperidon : 3 x 1 cth
Rencana Pemeriksaan
Kultur feces dan tes sensitivitas
Prognosa
Ad vitam : ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanationam: dubia ad bonam
Pencegahan
Penggunaan air bersih untuk memasak dan minum
Mencuci tangan Jangan jajan sembarangan
BAB III
Analisa Kasus
Analisa Kasus
Pada pasien ini diagnosis diare akut cair susp ec bakteri (dengan dehidrasi ringan-sedang) ditegakkan berdasarkan atas :
Anamnesa : pada anamnesa anak tampak rewel, haus ingin minum banyak, BAB cair disertai darah segar sejak 3 hari yang lalu, bab sudah lebih kurang 15 kali sehari, bab juga disertai lendir dan berbau pasien mengeluh muntah, demam Pasien tampak kehausan, badannya lemas, mual muntah, mengeluh sakit pada perutnya.
Analisa Kasus
Pemeriksaan fisik : mata tampak cekung, mukosa bibir tampak kering kering, nyeri tekan pada perut, bising usus (+) cepat, turgor kulit kembali lambat Cor dan pulmo dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium : Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 02 mei 2012 didapatkan hasil hb 11,2 gr%, ht 37 vol%, trombosit 311.000/μl, leukosit 10.600/μl.
ANALISA KASUS
Pendekatan diagnosis dehidrasi sudah sesuai dengan kriteria WHO dimana didapatkan kriteria pasien rewel, haus ingin minum banyak, turgor kembali lambat, kelopak mata cekung
Pemeriksaan Penunjang dilakukan pemeriksaan kultur tinja utk memastikan kuman penyebab
Analisa Kasus
Pada terapi di berikan : Cairan : Infus RL 26 tetes/menit makro Antiemetik : domperidon 3x5mg yang diberikan bila
muntah Zinkid : 1x20mg selama 10 hari diberikan
sebagai suplementasi pada anak diare karena dapat menurunkan lama sakit, parahnya penyakit dan mengurangi kemungkinan anak terkena diare kembali.
Metronidazol : 3 x 50 mg sehari selama 5 hari
TERIMA KASIH