case aids diare kronis ok

26
I. IDENTITAS Nama Pasien : Ny. K Umur : 60 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Paringan, Jenangan, Ponorogo Pekerjaan : Petani Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Tanggal Masuk RS : 26 November 2013 Tanggal Pemeriksaan: 28 November 2013 II. ANAMNESIS Dilakukan secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis, di bangsal Mawar tanggal 28 November 2013 A. Keluhan Utama BAB cair B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan BAB cairsejak 20 hari yang lalu, frekuensinya 8 kali sehari, berisi cairan berwarna kuning, lendir (+), darah (-). BAB cair disertai mual (+), muntah (+) sebanyak 7 kali, kira-kira 2,5 gelas belimbing, berwarna kuning tidak bercampur makanan.Nyeriperut(+) di seluruhlapangperut. 1

Upload: nimas-dwiastuti

Post on 31-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

diare kronis

TRANSCRIPT

Page 1: Case Aids Diare Kronis Ok

I. IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. K

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Paringan, Jenangan, Ponorogo

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal Masuk RS : 26 November 2013

Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2013

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis, di bangsal Mawar

tanggal 28 November 2013

A. Keluhan Utama

BAB cair

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan BAB cairsejak 20 hari yang lalu,

frekuensinya 8 kali sehari, berisi cairan berwarna kuning, lendir (+),

darah (-). BAB cair disertai mual (+), muntah (+) sebanyak 7 kali,

kira-kira 2,5 gelas belimbing, berwarna kuning tidak bercampur

makanan.Nyeriperut(+) di seluruhlapangperut. Pasien tidak

mengalami demam. Pasien merasa badannya lemas dan tidak

bertenaga. Nafsu makan pasien berkurang karena di mulut dan lidah

pasien terdapat luka seperti sariawan.BAK pasien normal,

tidakadanyeridantidakadadarah.

Pasien sudahmemeriksakandirikePuskesmas, kemudianpasien

mendapatsuratrujukankeklinik VCT dr. HardjonoPonorogo dengan

suspect HIV. Kemudianpasien melakukan pemeriksaan HIV dan

1

Page 2: Case Aids Diare Kronis Ok

dinyatakan positif. Pasien mengaku pernah bekerja di luar negeri

menjadi TKI di Malaysia selama 7 tahun. Pasien dirawat di bangsal

Mawar RSUD dr. Hardjono Ponorogo.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi :disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayatsakitjantung : disangkal

Riwayatsakitginjal : disangkal

Riwayatsakit liver : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

Riwayatasma : disangkal

Riwayatatopi : disangkal

Riwayatopname : disangkal

Riwayatpenyakitserupa : disangkal

D. Riwayat Pribadi

Riwayat merokok : diakui

Minum minuman beralkohol : diakui

Minum jamu : diakui

E. Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat asma dalam keluarga : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat diabetes melitus : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

F. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

Vital signs

TD : 100/60 mmHg (berbaring,lengan kanan)

Nadi : 62x/menit

Respirasi : 20 x/menit,

2

Page 3: Case Aids Diare Kronis Ok

Suhu : 35,60 C per aksiler

Pemeriksaan fisik

1. Kepala : bentuk mesosefal, rambut warna hitam bercampur putih,

konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem

palpebra(-/-), oedem wajah (-), sianosis (-). Pupil isokor (ukuran 3

mm). Kandidiasis oris (+)

2. Leher: leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-),

JVP R0, pembesaran kelenjar limfe (-).

3. Thorax :

a. Paru-paru

Inspeksi : gerakan pernafasan simetris kanan kiri,

retraksi intercostae (-),

Palpasi :

- Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

- Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

3

Page 4: Case Aids Diare Kronis Ok

Perkusi :

Depan Belakang

S S S S

S S S S

S S S S

S : sonor

Auskultasi :

- Suara dasar vesikuler

Depan

+ + + +

+ + + +

+ + + +

- Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

b. Jantung

Inspeksi : dinding dada pada daerah precordium tidak

cembung/cekung, IC cordis tak tampak.

Palpasi : ictus kordis teraba kuat angkat pada SIC V linea

midclavicula sinistra.

Perkusi : batas jantung.

Batas kiri jantung :

- Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis

sinistra.

- Bawah : SIC V linea midclavicula sinistra .

Batas kanan jantung

- Atas : SIC II linea parasternalis dextra

4

Page 5: Case Aids Diare Kronis Ok

- Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising(-)

4. Abdomen :

Inspeksi : simetris dinding abdomen, distended (-),

umbilikus tampak dan tidak ada inflamasi, kaput medusa (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal.

Perkusi : timpani, hepatomegali (-), splenomegali (-)

Palpasi : supel, nyeri tekan(+)seluruhlapangabdomen,

lien tidak teraba, hepar tidak teraba,ginjal tidak teraba, nyeri

ketok costovertebrae (-).

5. Ekstrimitas : clubbing finger tidak ditemukan, palmar

eritema(-),pitting oedem (-/-), akral hangat (+/+)

A. PemeriksaanPenunjang

a. PemeriksaanLaboratorium

Pemeriksaandarahlengkappadatanggal 26-11-2013

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit 6,9 103uL 5,0-10,0

Lymph 0,5 103uL 0,8-4,0

Mid 0,6 103 uL 0,1-0,9

Gran 5,0 103 uL 2,0-7,0

Lymph 7,5 % 20-40

Mid 8,4 % 3-15

Gran 84,1 % 50-70

HGB 11,3 Gr/dl 11,0-16,0

RBC 4,35 106 3,50-5,50

5

Page 6: Case Aids Diare Kronis Ok

HCT 33,3 % 37,0-54,0

MCV 81,4 FL 80-95

MCHC 31,8 Gr/dl 32-39

MCH 26,3 Pg 27-31

PLT 440 103/uL 150-450

RDW-CV 16,3 % 11-16

RDW-SD 44,9 fL 35-56

Pemeriksaankimiadarahpadatanggal 26-11-2013

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Glucos 91 Mg/dl 60-115

DBIL 0,31 Mg/dl 0-0,35

TBIL 0,94 Mg/dl 0,2-1,2

SGOT 38,2 UI 0-38

SGPT 28,4 UI 0-40

ALP 365 UI 98-279

GammaGT 41,2 Mg/dl 10-54

TP 6,1 g/dl 6,6-8,3

ALB 3 Gr/dl 3,5-5,5

Glob 3,1 g/dl 2-3,9

UREA 12,45 Mg/dl 10-50

6

Page 7: Case Aids Diare Kronis Ok

CREAT 0,97 Mg/dl 0,7-1,4

UA 6 Mg/dl 3,4-7

CHOL 202 Mg/dl 140-200

TG 153 Mg/dl 36-165

HDL 21 Mg/dl 35-150

GDA 150 Mg/dl <140

b. PemeriksaanHIV

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

R.1 Oncoprobe 1 dan 2

R.2 Intec One Step 1 dan 2

R.3 Vikia 1/2

Reaktif

Reaktif

Reaktif

Non Reaktif

Non Reaktif

Non Reaktif

c. Pemeriksaan HBs AG : negatif

7

Page 8: Case Aids Diare Kronis Ok

B. POMR

DaftarMasalah Problem Asses. Planning

Diagnosa Terapi Monitor

BAB cair warna kuning 8 kali per hari selama 20 hari

Nyeri perut seluruh lapang perut

muntah Kandidiasis

orofaringeal Px HIV (+)

ALP HBs Ag (-)

TP ALB HDL

GDA

Diare kronis

Kandidiasis

orofaringeal

Gangguan fungsi hepar

Hipoalbuminemia

hiperglikemia

HIV

Penyakit hati krn alkoholik

Intake protein yang kurang

DM

-Uji

serologi

-FL

-Kultur

bakteri

USG Abdomen

GDA ulang

-tirah baring

-InfusNaCl 0,9% 20

tpm

-InjRanitidin 2x1 amp

-Injondancentron 3x1

amp

-Diatab 3x1 tab

-Loperamid 3x1 tab

-Kandastatin oral 2 gtt 1

-ZDV + DDC

Diet tinggi protein

Drip albumin

Diet rendah gula

OAD, insulin

-klinis

-vital sign

Klinis

Vital sign

Lab

lengkap

Klinis

Vital sign

Lab lengkap

Klinis GDA ulang

8

Page 9: Case Aids Diare Kronis Ok

TTGO

GD 2 jam pp

Date Subject Object Assesment Planning

26/11/13 - BAB cair (+)

- Nyeri perut

(+)

- Muntah (+)

- Sariawan di

mulut dan

lidah (+)

KU: lemah KS: CM

T: 100/60 N: 62

RR:20 S: 35,6

K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-),

edema palpebrae (-)

Kandidiasisoris (+)

Thorak: dbn.

Abdomen:

nyeritekandiseluruhregio

Ekstremitas: dbn

Lab: Hb 11,3 gr/dl

WBC : 6,9x103

PLT : 440x103

ALB : 3

ALP : 365

HDL : 21

TG : 306

Px HBs Ag : negatif

Px HIV : Positif

AIDS - Inf RL 20 tpm

- Inj cefotaxime 2x1g

vial

- Inj ranitidin 2x1 amp

- Flukonazol

1x500mg

- Lansoprazole 0-0-1

- Kandastatin oral

2xgtt1

- Duviral 2x1 tab

- Neural 1x1 tab

27/11/13 - BAB cair (-)

- Nyeri perut (-)

- Muntah (-)

- Sariawan di

mulut dan

lidah (+)

KU: baik KS: CM

T: 90/60 N: 72

RR: 22 S: 35,6

K/L: CA (-/-), SI (-/-), IK (-/-),

PKGB (-/-).

Kandidiasisoris (+)

AIDS - Inf RL 20 tpm

- Inj cefotaxime 2x1g

vial

- Inj ranitidin 2x1 amp

- Flukonazol

1x500mg

9

Page 10: Case Aids Diare Kronis Ok

Thorak: dbn

Abdomen: dbn

Ekstremitas: dbn

- Lansoprazole 0-0-1

- Kandastatin oral

2xgtt1

- Duviral 2x1 tab

- Neural 1x1 tab

28/11/13 - BAB cair (-)

- Nyeri perut (-)

- Muntah (-)

- Sariawan di

mulut dan

lidah (+)

KU: baik KS: CM

T: 110/60 N: 80

RR: 24 S: 35,8

K/L: CA (-/-), SI (-/-), IK (-/-),

PKGB (-/-).

Kandidiasisoris (+)

Thorak: dbn

Abdomen: dbn

Ekstremitas: dbn

AIDS - Inf RL 20 tpm

- Inj cefotaxime 2x1g

vial

- Inj ranitidin 2x1 amp

- Flukonazol

1x500mg

- Lansoprazole 0-0-1

- Kandastatin oral

2xgtt1

- Duviral 2x1 tab

- Neural 1x1 tab

29/11/13 Tidakadakeluhan KU: baik KS: CM

T: 110/60 N: 80

RR: 24 S: 36,0

K/L: CA (-/-), SI (-/-), IK (-/-),

PKGB (-/-).

Kandidiasisoris (+)

Thorak: dbn

Abdomen: dbn

Ekstremitas: dbn

AIDS - Inf RL 20 tpm

- Inj cefotaxime 2x1g

vial

- Inj ranitidin 2x1 amp

- Flukonazol

1x500mg

- Lansoprazole 0-0-1

- Kandastatin oral

2xgtt1

- Duviral 2x1 tab

- Neural 1x1 tab

30/11/13 Tidakadakeluhan KU: baik KS: CM

T: 100/60 N: 78

RR: 22 S: 36,3

K/L: CA (-/-), SI (-/-), IK (-/-),

AIDS - Inf RL 20 tpm

- Inj cefotaxime 2x1g

vial

- Inj ranitidin 2x1 amp

10

Page 11: Case Aids Diare Kronis Ok

PKGB (-/-).

Kandidiasisoris (+)

Thorak: dbn

Abdomen: dbn

Ekstremitas: dbn

- Flukonazol

1x500mg

- Lansoprazole 0-0-1

- Kandastatin oral

2xgtt1

- Duviral 2x1 tab

- Neural 1x1 tab

11

Page 12: Case Aids Diare Kronis Ok

PEMBAHASAN

AIDS/HIV

HIV (human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan AIDS (Acqured Immunodeficiency

Syndrome). AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang

disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. AIDS

merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

HIV yang telah berada di dalam limfosit T tersebut juga teraktifasi oleh pengaruh

rCD43, TCR-CD3 dan bersama-sama CD28 mempengaruhi HIV menjadi lebih

aktif. Akibatnya terjadi peningkatan aktivitas transkripsi, translasi protein dan

replikasi HIV lebih lanjut. Jumlah HIV dalam limfosit T yang terus meningkat

tersebut berusaha menembus membran limfosit untuk menyerang limfosit T

berikutnya. Demikian proses ini akan berjalan terus, bila tanpa diimbangi upaya

intervensi terapi ARV maupun nutrisi yang memadai, maka dari waktu ke waktu

jumlah limfosit T-CD4 akan semakin turun baik kualitas maupun kuantitasnya.

Penurunan kadar limfosit T-CD4 yang progresif mencerminkan adanya defisiensi

imun. Pada infeksi akut penurunan tersebut berlangsung dramatis sehingga kurang

dari 1000 CD$/ml, kemudian naik lagi pada saat serokonversi dan dalam fase

kronik turun terus dengan laju penurunan 70 sel/ml setiap tahunnya. Demikian

proses ini akan berjalan berkesinambungan.

Gangguan kualitas dan kuantitas limfosit T-CD4 tersebut meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan mendorong ke derajat yang lebih

berat, serta munculnya manifestasi klinik dari AIDS.

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER,

2008), gejala klinik HIV/AIDS dapat dibagi menjadi fase awal, fase lanjut dan

12

Page 13: Case Aids Diare Kronis Ok

fase akhir. Dalam kasus ini pasien sudah masuk dalam fase lanjut. Pada fase

lanjut, penderita tetap bebas dari gejala infeksi selama 8-9 tahun atau lebih. Tetapi

seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita

HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti diare kronis dan

kandidiasis orofaringeal.

Penyebab utama morbiditas dan mortalitas diantara pasien dengan stadium lanjut

infeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi oleh

agen yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang

imunokompeten. Infeksi oportunistik biasanya tidak terjadi pada pasien yang

terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000

sel/µl menjadi kurang dari 200 sel/ µl. Ketika pengobatan terhadap beberapa

patogen oportunistik umum terbentuk dan penatalaksanaan pasien AIDS

memungkinkan ketahanan yang lebih lama, spektrum infeksi oportunistik

mengalami perubahan.

Sel limfosit CD4 merupakan target utama pada infeksi HIV. Sel ini berfungsi

sentral dalam system imun. Pada mulanya system imun dapat mengendalikan

infeksi HIV, namun dengan perjalanan waktu ke waktu HIV akan menimbulkan

penurunan jumlah sel limfosit CD4, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel

lainnya dalam system imun tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan berbagai

gejala penyakit dengan spektrum yang luas. Gejala penyakit tersebut terutama

merupakan akibat terganggunya fungsi imunitas seluler, disamping imunitas

humoral karena gangguan sel T helper (TH) untuk mengativasi sel limfosit B.

HIV menimbulkan patologi penyakit melalui beberapa mekanisme, antara lain:

terjadinya defisiensi imun yang menimbulkan infeksi oportunistik, terjadinya

reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas dan kecenderungan terjadinya malignansi

atau keganasan pada stadium lanjut.

Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama, yaitu transmisi melalui

glukosa genital, transmisi langsung ke peredaran darah melalui jarum suntik, dan

transmisi vertical dari ibu kejanin. Untuk bias menginfeksi sel, HIV memerlukan

13

Page 14: Case Aids Diare Kronis Ok

reseptor dan reseptor utama untuk HIV adalah molekul CD4 pada permukaan sel

penjamu. Namun reseptor CD4 saja ternyata tidak cukup. Ada beberapa sel yang

tidak mempunyai reseptor CD 4, tapi dapat diinfeksi oleh HIV.

Sel yang merupakan target utama HIV adalah sel yang mempunyai reseptor CD4,

yaitu limfosit CD4+ (Sel T helper atau Th) dan monosit/makrofag. Beberapa sel

lain yang dapat terinfeksi yang ditemukan secara in vivo atau in vitro adalah

megakariosit, epidermal langerhans, peripheral dendritik, folikular dendritik,

mukosa rektal, mukosa saluran cerna, sel serviks, mikroglia, astrosit, sel

trofoblast, limfosit CD8, sel retina dan epitel ginjal

14

Page 15: Case Aids Diare Kronis Ok

15

Page 16: Case Aids Diare Kronis Ok

Penatalaksanaan penderita AIDS terdiri dari penatalaksanaan umum dan

penatalaksanaan khusus. Penatalaksanaan umum meliputi istirahat, dukungan

nutrisi yang memadai berbasis makronutrien dan mikronutrien untuk penderita

HIV&AIDS, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial,

membiasakan gaya hidup sehat, misal berolahraga secara teratur. Penatalaksanaan

khusus dengan cara pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi, terapi

16

Page 17: Case Aids Diare Kronis Ok

infeksi sekunder sesuai jenis infeksi yang ditemukan. Terapi Antiretroviral dengan

pemberian ARV tidak serta merta segera diberikan begitu saja pada penderita

yang dicurigai, tetapi perlu menempuh langkah- langkah yang arif dan bijaksana,

serta mempertimbangkan berbagai faktor; dokter telah memberikan penjelasan

tentang manfaat, efek samping, resistensi dan tata cara penggunaan ARV;

kesanggupan dan kepatuhan penderita mengkonsumsi obat dalam waktu yang

tidak terbatas; serta saat yang tepat untuk memulai terapi ARV.

Rekomendasi memulai terapi antiretroviral penderita dewasa menurut WHO

(2006).

Stadium Pemeriksaan CD4 tidak Pemeriksaan CD4 dapatKlinis WHO dapat dilakukan dilakukan     I ARV belum Terapi bila CD4 <200 sel/  direkomendasikan mm3II ARV belum Mulai terapi bila CD4  direkomendasikan <200 sel/mm3III Mulai terapi ARV Pertimbangkan terapi bila    CD4 <350 sel/mm3 dan    mulai ARV sebelum CD4    turun <200 sel/mm3IV Mulai terapi ARV Terapi tanpa    Mempertimbangkan CD4

Pada pasien ini sudah masuk dalam stadium klinis III sehingga perlu diberikan

terapi ARV. Terapi ARV yang diberikan adalah ZDV dan DDC. Zidovudin

(ZDV) adalah analog nukleosida yang bekerja pada enzim reverse transcriptase.

Dosis : 500-600 mg/hr, pemberian setiap 4 jam @ 100 mg. Sedangkan

Dideoxycytidine (DDC) diberikan sebagai kombinasi. Dosis: 0,03 mg/kgBB

diberikan setiap 4 jam.

17

Page 18: Case Aids Diare Kronis Ok

Penatalaksanaa diare kronis difokuskan pada penyakit yang mendasarinya.

Penatalaksanaan diare kronis meliputi rehidrasi enteral/parenteral, terapi nutrisi

dan medikamentosa. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda dehidrasi menurut

skor Daldiyono. Jadi pada pasien ini hanya diberikan cairan rehidrasi intravena.

Untuk terapi nutrisi harus lengkap, berkualitas tinggi dan mudah dicerna, karena

ada malabsobsi yang dialami penderita. Makanan yang diberikan sedikit-sedikit

tapi sering. Sedangkan terapi medikamentosa, tidak diberikan antibiotik karena

dapat mengubah atau menimbulkan overgrowth flora usus sehingga diare

bertambah berat. Jika diperlukan, berikan sesuai dengan hasil biakan.obat

antidiare yang diberikan adalah adsorben (kaolin, attapulgite), obat ini untuk

pengobatan diare atas dasar kemampuannya untuk mengikat dan menginaktifasi

tiksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare, dan dapat melindungi

mukosa usus. Sedangkan antimotilitas (loperamide) dapat mengurangi frekuensi

diare pada orang dewas tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak-anak.

18

Page 19: Case Aids Diare Kronis Ok

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. HIV/AIDS Ancamaan Serius

Bagi Indonesia. Pusat komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen

Kesehatan.

Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam:

Sudoyo, Aru. W, dkk., ed. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV Jilid II.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 1803-

1807

Fauci, Anthony S., dan Lane, H. Clifford, 2005. Human Immunodeficiency Virus

Disease: AIDS and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed.

Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th edition. United States of

America: Mc Graw Hill; 1076,2372-2390

Nasronudin, Eddy Soewandojo, Suharto, Usman Hadi. 2007. Infeksi Human Immunodeficiency Virus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: FK UNAIR. Hal 323-332

Parwati, Tutik, Samsuridjal, Djauzi. 2007. Respon Imun Infeksi HIV. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Hal 272-276

19