case 2 pseudofakia od ksi os
DESCRIPTION
pseudofakia OD, KSI OSTRANSCRIPT
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 4 Mei s/d 6 Juni 2015
RS Family Medical Center (FMC), Sentul
Laporan Kasus
Pseudofakia OD Post Operasi Katarak dan Katarak Senilis
Imature OS
Oleh:
Gita Puspitasari
112014147
Pembimbing :
dr Michael I L, Sp.M
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-
56942061
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk –Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : April 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama : Gita Puspitasari
NIM : 11-2014-147 .............................
Dr. Pembimbing : dr. Michael I L, Sp.M .............................
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 88 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun ABRI
Alamat : Ciluar
Tanggal Pemeriksaan : 18 Mei 2015
II. ANAMNESIS
Auto anamnesis : 18 Mei 2015
Keluhan Utama :
Pengelihatan mata kiri buram sejak 1 tahun sebelum datang ke Poliklinik RS FMC
Keluhan tambahan :
Rasa silau saat melihat cahaya
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan penglihatan mata kiri kabur sejak 1 tahun sebelum datang
ke Poliklinik mata RS FMC. Keluhan kabur pada mata kiri terjadi perlahan-lahan, dan
pasien mengatakan penglihatannya seperti tertutup asap. Keliuhan kabur di rasakan
pasien saat melihat jauh dan dekat. Pasien juga mengatakan merasa silau jika melihat
cahaya. Rasa gatal, berair dan perih pada mata disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Delapan bulan yang lalu pasien telah menjalani operasi katarak pada mata
kananya. Pasien mengatakan setelah operasi merasa seperti matanya ada yang
mengganjal, penglihatan yang masih buram dan berair. Setengah bulan yang lalu
pasien melakukan lasik pada mata kanannya dan keluhan mata mengganjal, mata
berair tidak ada. Pasien mengatakan sebelumnya mengunakan kaca mata. Pasien
memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Riwayat diabetes dan alergi di sangkal oleh
pasien.
a. Umum
1. Asthma : tidak ada
2. Alergi : tidak ada
3. DM : tidak ada
4. Hipertensi : ada
5. Dislipidemia : tidak ada
b. Mata
1. Riwayat sakit mata sebelumnya : Tidak ada
2. Riwayat penggunaan kaca mata : ada
3. Riwayat operasi mata : ada, pada mata kanan
4. Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Penyakit mata serupa : ada, istri pasien menderita katarak
Penyakit mata lainnya : tidak ada
Asthma : tidak ada
Alergi : tidak ada
Riwayat Kebiasaan:
Tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.7oC
B. STATUS OPTHALMOLOGIS
Visus:
OD OS
0,16 ph 0,5 Visus 0,16 ph 0,5 F-2
- Koreksi -
- Addisi -
- Kacamata
sebelumnya
-
Pupil distance : 66/64
Kedudukan bola mata: orthoforia
OD OS
Tidak ada Eksoftalmos Tidak ada
Tidak ada Enoftalmos Tidak ada
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Tidak ada Strabismus Tidak ada
Tidak ada Nistagmus Tidak ada
Segmen anterior mata:
OD OS
Tenang Palpebra superior /
inferior
Tenang
Tenang Konjungtiva tarsal
superior / inferior
Tenang
Tenang Konjungtiva bulbi Tenang
Putih, Tenang Sklera Putih, tenang
Jernih, Arkus senilis (+) Kornea Jernih, Arkus senilis (+)
Dalam COA Dangkal
Isokor,ukuran 3 mm,
bulat, letak di tengah,
refleks cahaya langsung-
tidak langsusng (+/+),
RAPD (-)
Pupil
Isokor,ukuran 3 mm,
bulat, letak di tengah,
refleks cahaya langsung-
tidak langsusng (+/+),
RAPD (-)
Coklat, sinekia (-) Iris Coklat, sinekia (-)
Jernih, shadow test (-), IOL Lensa Keruh, shadow test (+)
Segmen posterior mata:
OD OS
+ Refleks fundus +
Jingga, bulat, batas tegas Papil Sulit di nilai
0,4 C/D Ratio Sulit di nilai
2:3 Rasio Arteri : Vena Sulit di nilai
+ Refleks Makula Sulit di nilai
Eksudat (-), pendarahan (-) Retina Sulit di nilai
Gerakan bola mata:
OD OS
Tonometri digital : N/palpasi
Lapang pandang:
OD OS
+ + + +
+ + + +
IV. RESUME
Anamnesis
Pasien mengatakan penglihatan mata kiri kabur sejak 1 tahun sebelum datang
ke Poliklinik mata RS FMC. Keluhan kabur pada mata kiri terjadi perlahan-lahan, dan
pasien mengatakan penglihatannya seperti tertutup asap. Keluhan kabur di rasakan
pasien saat melihat jauh dan dekat. Pasien juga mengatakan merasa silau jika melihat
cahaya. Delapan bulan yang lalu pasien telah menjalani operasi katarak pada mata
kanannya. Pasien mengatakan setelah operasi merasa seperti matanya ada yang
mengganjal, penglihatan yang masih buram dan berair. Setengah bulan yang lalu
pasien melakukan lasik pada mata kanannya dan keluhan mata mengganjal, mata
berair tidak ada. Pasien mengatakan sebelumnya mengunakan kaca mata,. Pasien
memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Dari status oftalmologis yang di dapatkan :
OD PEMERIKSAAN OS
0,16 ph 0,5 Visus 0,16 ph 0,5 f-2
Dalam COA Dangkal
Jernih, shadow test (-)
IOL (+)
Lensa Keruh, Shadow test (+)
RF (+), Papil bulat, Batas
Tegas, CDR 0,4 , A/V 2:3,
eksudat (-), perdarahan (-)
Fundus
RF (+), sulit di nilai
V. DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia OD Post Operasi Katarak dan Katarak Senilis Imature OS
VI. DIAGNOSIS BANDING
Katarak senilis matur os
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Darah lengkap
Fungsi ginjal
EKG
Rontgen thoraks
Echokardiografi
Biometri
IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa : rujuk ke dokter spesialis mata dan spesialis ilmu penyakit
dalam
Medikamentosa :
R/ amlodipin tab 5 mg no X
S 1 dd tab 1
------------------------------------ paraf
Edukasi:
1. Memberitahu kepada pasien dan keluarga bahwa gangguan penglihatan
pada katarak dapat di perbaiki
2. Memberitahu kepada pasien dan keluarga untuk kontrol secara teratur
supaya mencegah terjadinya komplikasi
3. Memberitahui kepada pasien dan keluarga untuk mengubah pola
makan
VIII. PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Dubia add Bonam Dubia add Bonam
Ad Sanationam : Dubia add Bonam Dubia add Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Pseudofakia adalaha suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak . Lensa ini akan memberikan penglihatan yang lebih baik. Lensa intraokular
ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tisak
akan menggangu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan di tolak oleh tubuh. Gejala
pada pseduofakia : 1
Penglihatan kabur
Visus jauh dengan optotype snellen
Dapat merupakan myopia atau hipermetropia tergantung ukuran lensa yang ditanam
(IOL )
Terdapat bekas insisi atau jahitan
Letak di lensa di dalam bola mata dapat bermacam-macam1
Pada bilik mata depan, yang ditempatkan di depan iris dengan kaki penyokokngnya
bersandar pada sudut bilik mata
Pada daerah pupil, dimana bagian ini meliuti lenda pada pupil dengan fiksasi pupil
Pada bilik maa belakang, yang terletak pada kedudukan lensa normal di belakamg iris.
Lensa di keluarkan dengan ekstraksi lensa kapsular.
Pada kapsul lensa
Gambar 1. Pseudofakia (sumber: npradesia.blogspot.com)
Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat keduanya. Katarak
memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif. 2
Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang
tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Penelitian-penelitian
mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan
prevalensi ini meningkat sampai dengan sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65
dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya
penglihatan.2
Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab katarak samapai saat ini masih tidak diketahui secara pasti. Tetapi penyebab
tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras
dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti Penyakit lokal pada
mata misal uveitis, glaukoma, cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas
yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti
katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau
penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan
metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.3
Katarak umumnya merupakan peyakit pada usia lanjut, akan tetapi katarak dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun misalnya seperti glaukoma,
uveitis, retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat disebabkan bahan toksis khusus atau
mungkin obat-obatan seperti kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase topikal. Kelainan
sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetus mellitus,
galaktosemia.3
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan (1) morfologi,
(2) maturitas atau yang dikenal dengan stadium katarak, dan berdasarkan (3) onsetnya.
Berdasarkan morfologinya, katarak dibagi menjadi:4
- Katarak Kapsular
- Katarak Subkapsular Posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian
sentral. Gejala-gejala yang umum, antara lain “glare” dan penurunan penglihatan
pada kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa disini dapat timbul akibat
trauma, penggunaan kortikosteroid, peradangan, atau pajanan radiasi pengion.
- Katarak Kortikal, merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat
lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di sekeliling daerah
ekuator.
- Katarak Supranuklear
- Katarak Nuklear, proses kondensasi normal dalam nukleus lensa menyebabkan
terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan.
- Katarak Polar.
Berdasarkan maturitasnya, katarak dibagi menjadi: 4
- Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut, kekeruhan mulai
dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak
kortikal). Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Gambar 2. Katarak isipien (sumber: sumber: sweetspearls.com)
- Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma.
- Katarak imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
Gambar 3. Katarak imatur (sumber: sumber: sweetspearls.com)
- Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
Gambar 4. Katarak matur (sumber: sumber: sweetspearls.com)
- Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
- Katarak morgagni . Bila proses katarak berlanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Gambar 5. Katarak morgagni (sumber: sumber: xianide.blogspot.com)
Berdasarkan onsetnya katarak dapat dikalsifikasikan berdasarkan usia : 2,4
- Katarak kongenital : katarak yang sudah terlihat dibawah usia 1 tahun
- Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
- Katarak senilis : katarak setelah usia 50 tahun
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Pada
katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan
secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu penyebab kebutaan di dunia saat ini.
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,diduga multifaktorial,
diantaranya antara lain.5
a) Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
b) Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
c) Faktor imunologik
d) Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,
gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
e) Gangguan metabolisme umum (DM, Galaktosemia).
Patofisiologi katarak dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya
akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan
penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada
katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.5
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang
dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang
hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan
transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan
permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air,
nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting
pada proses pembentukan katarak.5
Katarak senile umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu (a) stadium insipien, (b)
stadium imatur, (c) stadium matur, dan (d) stadium hipermatur.2,5
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis1
Insipien Immatur Matur Hipermatur
KekeruhanRingan Sebagian Seluruh Masif
Besar lensa Normal Lebih Besar Normal Kecil
Cairan Lensa Normal Bertambah
( Air masuk)
Normal Berkurang
(Air + massa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit - Glukoma - Uveitis,glaucoma
Visus (+) < << <<<
Bayangan Iris- (++) - (+/-)
Tatalaksana
Ada dua teknik pembedahan katarak, menurut Vaughan yaitu: 6
1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
dengan menyisakan vitreus dan membrana Hyaloidea. Seluruh lensa dibekukan di
dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. 6
2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior yang
utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zein. Teknik ini selain
menyediakan lokasi untuk menempatkan intra ocular lens (IOL), juga dapat
dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan sebagai pembatas antara segmen anteror
dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik ECCE dapat menurunkan kemungkinan
timbulnya komplikasi seperti vitreusloss, edema kornea. 6
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak
yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat. 6
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6 mm. Insisi dibuat 3
tahap seperti terowongan (tunnel incision). Keuntungannya adalah konstruksi irisan
pada sclera kedap air sehingga membuat sistem katup dan isi bola mata tidak mudah
prolaps keluar. Dan karena insisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih ke
posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah. 6
Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang menyebabkan
hipermetropia tinggi, astigmatisma, hilangnya daya akomodasi dan berkurangnya persepsi
warna. Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca operasi, dengan menggunakan
beberapa alat bantu, yaitu :6
1. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat ini aman,
tidak mahal fdan memiliki kualitas optik yang baik. Implantasi IOL dapat dilakukan
setelah pengangkatan lensa pada saat operasi. Meskipun memiliki banyak
keuntungan, IOL tidak dapat mengatasi masalah hilangnya daya akomodasi yang
terjadi pasca operasi, dan pasien tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat
dekat atau membaca. 6
2. Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan sebesar +10D .
Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi fisik dan optik. Dan
masalahnya akan semakin berat bila mata yang afakia unilateral (mata yang lain
normal). 6
3. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi masalah afakia
unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk pasien berusia lanjut kurang
efektif. 6
Daftar Pustaka
1. Olver J, Cassidy L. Basic optics and refraction. In : Olver J, Cassidy L. Ophtalmology at
a Glance. New York: Blackwell Science; 2005.p. 22-3.
2. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit FKUI; 2010.h. 200-10.
3. Resnikoff S, Pascolimi D, Moriatti P. Global magnitude of visual impatment cause by
uncorrected refractive eror in 2004. Volume 86. Number 1. USA: Bulletin of World
Health Organization; 2008.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi 14. Widya medika: Jakarta;
2000.h. 211-14.
6. Lang GK. Lens. In: Ophthalmology-A Pocket Textbook Atlas. 2nd edition. New york:
Appl Aprinta Druck; 2007.p. 172-85.