cara penetasan telur tradisional

11
CARA PENETASAN TELUR TRADISIONAL ( Tugas Artikel Teknologi Penetasan) Disusun oleh : Fitria Maghfiroh 1114141034 Komalasari 1114141042 Nia Yuliyanti 1114141054 JURUSAN PETERNAKAN

Upload: nia-yuliyanti

Post on 30-Nov-2015

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Penetasan Telur Tradisional

CARA PENETASAN TELUR TRADISIONAL

( Tugas Artikel Teknologi Penetasan)

Disusun oleh :

Fitria Maghfiroh 1114141034

Komalasari 1114141042

Nia Yuliyanti 1114141054

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

Page 2: Cara Penetasan Telur Tradisional

PENETASAN TELUR TRADISIONAL

1. Alat Tetas dengan Menggunakan Panas Matahari dan Gabah

Alat ini sebenarnya sudah lama diterapkan oleh masyarakat Bali untuk

menetaskan telur itik. Matahari merupakan sumber panas yang murah dan di

Indonesia hampir selalu tersedia setiap saat. Penetasan telur dengan sumber panas

matahari biasanya menggunakan bahan penahan panas atau penyimpan panas

berupa gabah, sekam padi ataupun serbuk gergaji.

Jumlah telur tetas yang mampu ditetaskan selama periode penetasan bisa lebih

dari 1000 butir, tergantung besarnya alat yang dipakai. Persentase penetasan

memang boleh dikatakan kecil, hanya berkisar antara 60-70%. Hal ini dipengaruhi

faktor tidak terkontrolnya suhu dan kelembaban udara sehingga kemungkinan

besar terserang infeksi jamur atau bakteri dan hanya tergantung pada sinar

matahari. Ruangan tempat penetasan diusahakan berventilasi dan bercahaya

cukup. Pada prinsipnya pengoperasian alat ini sepenuhnya menggunakan tenaga

matahari. Sekam hanya dipakai menyimpan dan menyebarkan panas secara

merata pada telur tetas.

Adapun cara kerjanya adalah seperti berikut.

a. Membersihkan telur yang lulus seleksi untuk ditetaskan satu persatu dengan

lap basah.

b. Menjemur telur tersebut di panas matahari selama 1-2 jam dengan suhu

maksimum pada telur mencapai 39° C.

c. Secara paralel jemur juga gabah yang akan dipakai selama 3 jam.

Penjemuran sebaiknya dilakukan pada jam 08.00-11.00. Pemanasan gabah

pada hari pertama dilaksanakan satu kali saja, sedang untuk hari kedua dan

Page 3: Cara Penetasan Telur Tradisional

seterusnya dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00 dengan

lama pemanasan 1-2 jam. Penjemuran gabah menggunakan karung agar

mudah diangkat kembali. Agar diperoleh panas merata, tiap karung diisi 2

kg gabah dan harus dibolak-balik.Untuk 170 telur perlu 1,5-2 kg gabah.

d. Jika pemanasan sudah cukup, telur dan gabah dimasukkan dan disusun

dengan rapi dalam keranjang. Lapisan bawah keranjang diletakkan gabah

dengan ketebalan kira-kira melebihi tinggi telur dan telur disusun tegak

diatas gabah. Diatas telur diletakkan kain atau karung lalu ditutup kembali

dengan gabah setebal peletakan gabah dibagian dasar. Kegiatan peletakan

gabah telur diulang ulang hingga keranjang penuh.

e. Keranjang pengeraman ditutup dengan tutup keranjang. Letakkan keranjang

ini dalam kotak pemeraman yang dasarnya telah diisi gabah.

f. Isi sela-sela keranjang dengan gabah sampai penuh setinggi keranjang.

g. Pada hari kedua, semua telur diperiksa dan gabah dipanaskan. Susun gabah

pada keranjang dan masukkan dalam kotak pemeraman.

h. Pada hari ketiga sampai keenam telur tidak perlu diperiksa, tetapi telur

tersebut dibalik balik 3 kali sehari dengan keranjang dan gabah baru,

kegiatan ini dilakukan sampai hari keenam belas.

i. Setelah kematangan dalam keranjang tercapai telur dipindahkan pada rak

penetasan.

j. Pada rak telur ditaruh pada gabah dan ditutupi kain atau karung dan lakukan

juga pembalikan sampai telur menetas.

2. Mesin Tetas Tradisonal Lampu Minyak

Mesin tetas lampu minyak lebih baik dibanding alat tetas konvensional yang

hanya menggunakan tenaga sinar matahari. Presentase telur tetas yang dapat

menetas lebih besar, yaitu  mencapai 70-80%. Jumlah telur tetas yang dapat

ditetaskan oleh mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin dan ukuran telur

tetasnya. Semakin besar ukuran mesin dan semakin kecil ukuran telur tetas maka

Page 4: Cara Penetasan Telur Tradisional

akan semakin banyak telur yang dapat ditetaskan. Mesin tetas lampu minyak ini

dapat digunakan untuk menetaskan telur ayam, itik dan puyuh (Paimin, 2006).

Mesin tetas lampu minyak merupakan salah satu alat penetasan buatan yang

dirancang menggunakan lampu minyak sebagai sumber panas untuk ruangan

didalam mesin tetas. Presentase telur tetas yang dapat menetas lebih besar, yaitu 

mencapai 70-80%.  Jumlah telur tetas yang dapat ditetaskan oleh mesin tetas ini

tergantung dari ukuran mesin dan ukuran telur tetasnya. Jadi untuk mesin tetas ini

dapat dirancang sendiri sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dalam

menetaskan telur yang dikehendaki.

Page 5: Cara Penetasan Telur Tradisional

Mesin tetas lampu minyak dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe lampu bawah

dan lampu samping. Mesin tetas dengan pemanas lampu minyak tanah samping

dilengkapi dengan pipa penyalur udara panas ke dalam mesin tetas sehingga ruang

penetasan menjadi panas. Sementara yang menggunakan lampu bawah, pipa

penyalur tidak diperlukan karena panas langsung menyebar ke mesin tetas.

a. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan mesin tetas lampu minyak

ini diantaranya ialah papan tripleks, kayu reng, kayu kaso, kawat, kaca,

paku, termoregulator, seng datar, engsel pintu kecil, grendel dan lem. Kayu

reng dan kaayu kaso untuk pembuatan kerangka mesin tetas. Kawat

digunakan untuk pembuatan rak tempat telur tetas dan rak penampungan

anak tetas yang baru menetas.

Termerogulator sebagai pengontrol suhu dalam ruang mesin tetas dan seng

datar untuk pembuatan pipa pemanas.

Pada pengoperasian mesin tetas ini nantinya diperlukan lampu minyak.

Lampu minyak yang dipilih sebaiknya menggunakan semprong karena

nyala apinya bagus, apinya mudah dibesarkan atau dikecilkan, mudah

dibersihkan dan mudah dilakukan penambahan bahan bakar.

b. Cara Pembuatan Mesin Tetas

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mesin tetas ini adalah pada

kotak atau peti mesin jangan sampai terdapat kebocoran atau bagian yang

tidak tertutup rapat. Mesin yang bocor dapat berakibat suhu didalam kotak

atau peti tidak dapat dipertahankan pada kondisi yang dibutuhkan telur tetas

saat pengoperasiannnya. Hal ini terjadi akibat panas yang ada didalam ruang

mesin tetas akan menerobos ke luar melalui bagian yang bocor. Secara

umum mesin tetas ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu pipa seng,

termoregulator, peti atau kotak, pintu mesin tetas, rak tempat telur, rak

penampungan anak tetas dan bak air.

c. Cara Kerja Mesin Tetas

Page 6: Cara Penetasan Telur Tradisional

Cara kerja mesin tetas ini diawali dengan pemanasan mesin dari lampu

minyak. Perlu diperhatikan, semprong lampu minyak harus hampir

seluruhnya masuk ke dalam pipa seng sehingga panas akan menyebar ke

mesin. Panas tersebut akan menaikkan suhu udara dalam mesin tetas. Pada

saat itu pipa seng tempat lampu minyak tersebut dan pintu mesin tetas harus

dalam keadaan tertutup. Setelah yakin suhu ruang dalam mesin tetas sudah

naik akibat pemanasan tersebut dan suhu sudah sesuai dengan yang

ditentukan, maka termoregulator bisa langsung diatur. Setelah naik turunnya

suhu berjalan dengan baik dan termoregulator sudah berfungsi dengan baik,

selanjutnya pemasukan telur tetas diatur pada rak telur.

Bersamaan dengan  pemasukan rak telur tersebut dapat dimasukkan bak air

dan rak penampungan anak tetas. Rak telur maupun rak penampungan

diusahakan dapat keluar masuk dengan mudah sehingga pembalikkan telur

dapat dilakukan dengan mudah. Mengingat incubator ini sangat sederhana,

maka sebelum telur-telur disusun dalam egg tray (rak telur) sebaiknya telur

diberi tanda agar memudahkan mengingatnya . Misalnya bagian bawah

diberi tanda "A" dan bagian atasnya diberi tanda "B".

Langkah pelaksanaan penetasan telur :

a. Telur yang sudah bersih diletakan pada rak telur dengan sudut 60 derajat,

dengan bagian yang tumpul (rongga udara) di bagian atas, kemudian rak

telur dimasukan ke dalam incubator dan pintu incubator ditutup.

b. Pertahankan suhu agar konstan (90-103 ° F), dengan kelembaban 55-80%,

dan incubator harus diamati minimal tiga kali sehari dan selama tiga hari

pertama dan tiga hari terakhir incubator tidak boleh dibuka, karena periode

ini merupakan periode kritis . Periode kritis pertama (tiga hari pertama)

disebabkan karena perkembangan embrio yang cepat dan besar, disamping

konsentrasi bahan padat dan perubahan material kimiawi juga puncak

produksi asam laktat dicapai pada hari keempat. Sedangkan periode kritis

kedua disebabkan oleh karena embrio telah sempurna dan pergerakan dari

embrio untuk mendapatkan posisi yang normal dalam pemecahan krabang

telur.

Page 7: Cara Penetasan Telur Tradisional

c. Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 s/d hari ke-17 dan pada itik pada

hari ke-3 s/d hari ke-25 minimal 2-3 kali sehari, lebih sering lebih baik, dan

selania pemutaran telur ini adalah untuk menyeragamkan suhu pada

pemutaran telur dan mencegah agar embrio yang berkembang tidak

menempel pada membran sel . Untuk memudahkan pengontrolan suhu dan

kelembaban, termometer dan hygrometer agar diletakan persis dibelakang

kaca pintu mesin tetas . Setelah memasuki masa kritis ke-2 (tiga hari

terakhir) telur tidak perlu/jangan dibalik, dan alat pembalik agar dikeluarkan

dari rak telur, namun telur tetap dalam posisi miring ( 60 ° ) dengan bagian

yang tumpul/rongga udara ada dibagian atas.

d. Ventilasi diatur agar udara dalam incubator dapat selalu berganti dengan

udara yang segar.

e. Peneropongan telur (candling) selama penetasan biasanya dilakukan

sebanyak 3 kali. Kegunaan peneropongan ini adalah untuk mengeluarkan

telur yang infertile dan embrio yang mati dalam penetasan setelah dilakukan

peneropongan . Telur yang infertil dan embrio yang mati akan menghasilan

gas berbau dan merugikan dalam mesin tetas.

Page 8: Cara Penetasan Telur Tradisional

DAFTAR PUSTAKA

Ferry B. Paimin, 1997 Membuat dan Mengelola Mesin Tetas Penebar swadaya Dalam:http://www.iptek.net.id/ind/pd_alat_olah_pangan/?mnu=2&ch=alatolah&id=323&hal=3

Sumantri, 2000. Teknis Penetasan Telur Semi Intensif. Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000. Balai Penelitian Ternak. Bogor.Dalam: http://sang-rusa.blogspot.com/2012/11/mesin-tetas-tradisonal-lampu-minyak.html