cara menghitung pph
DESCRIPTION
PPhTRANSCRIPT
II. Penghasilan dan Cara Menghitung Penghasilan
Yang dimaksud penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi maupun untuk menambah kekayaan yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun (lihat rincian)Adapun contoh cara menghitung penghasilan dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut :Perusahaan DagangPenjualan Bruto ……………………………………………… Rp -/- Retur ……………………………………………………….. RP (-) Penjualan Netto ………..….……………………………….. Rp Harga Pokok PenjualanPersediaan awal tahun ..… Rp Pembelian ……………………. Rp (+) Tersedia untuk dijual ……. Rp _ Persediaan akhir tahun … Rp (-)_Harga Pokok Penjualan ……………………………………. Rp (-)_ Laba Bruto Usaha …………………………………………… Rp
Biaya administrsi dan Umum …………………………… Rp (-) Penghasilan Netto Usaha ………………………………… Rp
Penghasilan Luar Usaha ………… Rp…………………..Biaya luar usaha …………………… Rp………………….. Penghasilan netto luar usaha ………………………….. Rp ………………………….. Jumlah Penghasilan Neto (Komersial).………………… Rp ==============Dari jumlah penghasilan neto komersial tersebut, kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian (adjust-ment), yang didasarkan pada aturan-aturan perpajakan untuk memperoleh penghasilan neto fiskal, yakni penghasilan neto yang didasarkan pada perhitungan yang diakui secara fiskal. Penyesuaian-penyesuaian tersebut disebut koreksi fiskal. Koreksi fiskal ada dua macam, yakni koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif.
a. Koreksi Fiskal Positif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang menghasilkan Laba Fiskal lebih besar dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih kecil dari pada Rugi Komersial). Contoh:Uraian Komersial Fiskal KeteranganPemberian sembako untuk pegawai diakui Tidak diakui Harus
dikoreksiPemberian fasilitas rekreasi u/ pegawai diakui Tidak diakui Harus
dikoreksiPemberian fasilitas tempat tinggal u/pegawai
diakui Tidak diakui Harus dikoreksi
Akibat dari adanya koreksi ini maka biaya yang dihitung secara fiskal menjadi lebih kecil dari pada biaya yang dihitung secara komersial. Akibat selanjutnya laba yang dihitung secara fiskal menjadi lebih besar dari pada laba yang dihitung secara komersial. Karena laba yang dihitung secara fiskal menjadi lebih besar maka disebut koreksi fiskal positif.
b. Koreksi Fiskal Negatif: koreksi yang dilakukan atas Laba Rugi Komersial yang menghasilkan Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba Komersial (atau Rugi Fiskal lebih besar dari pada Rugi Komersial).Contoh:
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 9
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi menggunakan Metode Garis Lurus untuk jangka waktu lima tahun untuk aset senilai Rp100.000.000. Perhitungan penyusutan Komersial-nya adalah sbb:Harga perolehan Rp100.000.000Penyusutan tahun pertama 20%
Rp20.000.000
Penyusutan dalam perhitungan Laba Rugi Fiskal menggunakan Metode Sado Menurun dengan tarif 25% dari Nilai Sisa Buku. Perhitungan penyusutan Fiskalnya adalah sbb:
Harga perolehan Rp100.000.000Penyusutan tahun pertama 25%
Rp25.000.000
Penyusutan tahun pertama adalah 25% dari nilai perolehan, karena pada tahun pertama nilai bukunya sama dengan nilai perolehan.Jika diperbandingkan antara penyusutan komersial dengan penyusutan komersial akan tampak sebagai berikut:Uraian Komersial Fiskal KeteranganPenyusutan
Rp20.000.000
Rp25.000.000
Harus dikoreksi sebesar Rp5.000.000
Penyusutan fiskal pada contoh tersebut diatas lebih besar Rp5.000.000 dari pada penyusutan komer-sial. Karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih besar maka akibatnya penghasilan secara fiskal menjadi lebih kecil. Karena laba secara fiskal menjadi lebih kecil (atau rugi secara fiskal menjadi lebih besar), maka disebut koreksi fiskal negatif.
Selanjutnya dari dari bagan perhitungan Laba Rugi dengan hasil akhir Jumlah penghasilan Neto Komersial tersebut dimuka, dapat diteruskan sebagai berikut:Penghasilan Neto Komersial …………………. Rp………………….Koreksi Positif …………… Rp…………………..Koreksi Negatif …………. Rp…………………..Saldo Koreksi ……………………………………… Rp………………….. + (-)Laba/Rugi Fiskal …………………………………. Rp…………………..
Untuk memperoleh angka-angka dalam menghitung koreksi fiskal tersebut, harus dipahami pengelua-ran-pengeluaran/beban yang diakui secara fiskal dan pengeluaran-pengeluaran/beban yang didak diakui secara fiskal. Pengeluaran-pengeluaran yang diakui/dapat dikurangkan secara fiskal diatur pada pasal 6 UU Pajak Penghasilan, sedangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diakui/tidak dapat dikurangkan, diatur pada pasal 9 UU PPh sebagai diuraikan berikut.
1. Pengeluaran Yang dapat Dikurangkan (Pasal 6 UU-PPh)Besarnya Penghasilan Kena Pajak WP DN dan BUT ditentukan berdasarkan Penghasilan Bruto dikurangi : a Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya
pembelian bahan, termasuk :1 Biaya Pembelian Bahan2 Biaya berkenaan pekerjaan atau jasa termasuk :
Upah Misalnya: upah borongan, upah harian dst untuk menye-lesaikan suatu pekerjaan
Gaji Imbalan atas pekerjaan yang berhubungan dengan perburuhan( lihat juga psl 9 huruf f dan j )
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 10
Honorarium Imbalan atas pekerjaan namun tidak ada hubungan perburuhan, misalnya: honorarium akuntan, honorarium konsultan, imbalan jasa audit, dan jasa-jasa ahli lainnya.
Bonus Misalnya imbalan atas prestasi kerjaGratifikasi Pemberian kepada pegawai karena perusahaan
memperoleh laba yang besar.Tunjangan dalam bentuk uang Contoh: tunjangan isteri, anak, kemahalan,
tunjangan kesehatan, tunjangan transport, THR dsb.
3 Bunga, Sewa dan RoyaltyBunga Harus digunakan dalam rangka menjalankan
usaha. Bunga atas pinjaman yang tertanam dalam deposito tidak dapat dikurangkan.(SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)
Sewa Misalnya sewa gudang, sewa tempat usaha, sewa alat-alat berat dsb.Tidak termasuk:sewa sewa rumah untuk pegawai.
Royalty Contoh: imbalan atas pemakaian merk dsb4 Biaya perjalanan Dalam rangka menjalankan tugas perusahaan
misalnya: tiket pesawat, biaya hotel dsb.5 Biaya pengelolaan limbah Misalnya biaya untuk mengelola limbah mercuri
untuk bidang usaha pertambangan emas, agar mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
6 Premi assuransi Untuk asuransi yang berkaitan dengan usaha. contoh : asuransi kebakaran, asuransi kerugian, asuransi kenda-raan perusahaan dsb.Lihat psl 9 huruf d
7 Biaya Promosi dan Penjualan Diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.
8 Biaya administrasi Contoh: alat tulis, kantor dsbRincian tersebut diatas merupakan contoh, karena disebutkan termasuk, berarti ada pengurangkan lain yang diakui secara fiskal, misalnya:Biaya representasi/intertainment, jamuan tamu
Dapat dikurangkan asal dalam rangka menjalankan usaha dengan syarat dibuatkan daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT PPh.(SE-27/PJ.22/1986)
Telepon Biaya langganan telepon biasa sepenuhnya dapat dikurangkan;
Biaya langganan telepon seluler atau biaya pulsa telepon seluler untuk pegawai karena jabatannya dapat dikurangkan sebesar 50%.
(Kep-220/PJ/2002)Biaya pemeliharaan kendaraan Biaya pemeliharaan kendaraan, perbaikan
rutin untuk kendaraan operasional perusahaan seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya, termasuk untuk kendaraan antar jemput karyawan;
Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil sedan untuk pegawai tertentu perusahaan dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%
(Kep-220/PJ/2002)
Listrik dan air untuk perusahaan
9 Pajak selain PPh Contoh : PBB, PKB dan pajak-pajak daerah
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 11
b Penyusutan dan Amortisasi Diatur lebih lanjut pada psl 11c Iuran kepada Dana Pensiun,
yang pendiriannya disyahkan oleh Menkeu
Maksudnya untuk dana pensiun karyawannya.
d Kerugian karena Pengalihan Harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
Contoh : perusahan menjual sebagian alat produksinya, dalam hal harga jual lebih rendah dari nilai sisa buku fiskalnya.
E Rugi Selisih Kurs Misalnya perusahaan telah meminjam dana dari LN, yang pada saat mengembalikan kurs valasnya telah mengalami kenaikan terhadap rupiah.
f Biaya Penelitian dan pengembang-an yg dilakukan di Indonesia
G Bea siswa, magang, pelatihanh Piutang yang nyata tidak
dapat ditagih dengan syarata. Telah dibebankan sebagai
biaya dalam perhitungan L/R Komer-sial;
b. Harus disertai Daftar Nominatif yang diserahkan kepada DJP.
c. Penagihannya telah diserakan kpd Pengadilan negeri atau
instansi pemerintah yang mena-ngani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis ten-tang penghapusan piutang
i Sumbangan dalam rangka penang-gulangan Bencana Nasional sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
Syarat-syarat: WP mempunyai penghasilan neto
fiskal/tidag rugi Pemberian sumbangan tidak
mengakibatkan kerugian Didukung dengan bukti yang syah Lembaga yang menerima sumbangan
memiliki NPWP(Permenkeu no 76/PMK-03/2011)
j Sumbangan dalam rangka peneli-tian dan pengembangan yang dila-kukan di Indonesia, sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Peme-rintah;
sda
k Biaya pembangunan infrastruktur sosial sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
Sda. Ditambah syarat bahwa besarnya nilai sumbangan maksimum 5% dari penghasilan neto fiskal.
l Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatue dengan Peraturan Pemerintah.
Sama dengan huruf i
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 12
M Sumbangan dalam rangka pembi-naan olah raga, sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
Sama dengan huruf i
2. Pengeluanan Yang Tidak Dapat Dikurangkan (psl 9 UU PPh)Uraian Uraian, contoh dan pengaturan lebih lanjut
a Pembagian Laba Contoh : dividen, SHU Koperasib Biaya untuk kepentingan
pribadi pemegang sahamContoh: biaya service mobil pribadi pemegang saham
c Pembentukan/pemupukan dana cadangan
Contoh: pencadangan untuk piutang tak tertagih misalnya dalam hal terjadi penjualan kredit
Kecuali untuk: Cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank, Badan Usaha lain yang usahanya menyalurkan kredit, SGU dng hak opsi, peru-sahaan pembiayaan konsumen, perusahaan anjak piutang.
a. Untuk bank umum besarnya cadangan yang dapat dikurangkan sebagai biaya adalah: 50% dari kredit yang digolongkan
diragukan, setelah dikurangi anggunan; 100% dari kredit yang digolongkan
macet, setelah dikurangi nilai anggunan.
Cadangan untuk usaha asuransi, termasuk cadangan untuk ban-tuan sosial yang dibentuk Jam-sostek.
Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan untuk biaya penana-man kembali usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuang-an limbah industri.
Dengan syarat-syarat yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
b. Untuk bank perkreditan rakyat, besarnya cadangan yang dapat dikurangkan sebagai biaya adalah: 0.5% dari kredit yang digolongkan
lancar; 3% dari kredit yang digolongkan
kurang lancar, setelah dikurangi dengan nilai anggunan yang dikuasai;
50% dari kredit yang digolongkan diragukan, setelah dikurangi dengan nilai anggunan yang dikuarai;
100% dari nilai kredit yang digolongkan macet, yang masih tercatat dalam pembukuan, setelah dikurangi dengan nilai anggunan yang dikuasai.
c. Untuk SGU sebesar 2,5% dari rata-2 saldo piutang ;
d. Besarnya cadangan cadangan premi untuk menutup klaim yang jatuh tempo ditentukan oleh perhitungan aktuaria dan mendapatkan pengesahan oleh Badan Pengawasan Modal dan Lambaga Keuangan.
(Kep MK-80/95, jo Kep MK-68/1999, jo Kep MK-204/2000, jo. Per Men-03/2006)
d Premi assuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.Orang Pribadi.
Bandingkan dengan asuransi pada uraian pasal 6.
Kecuali dibayar oleh pemberi kerja dan dihitung sebagai penghasilan bagi pegawai ybs.
Bila asuransi dibayar oleh pemberi kerja maka premi tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya.
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 13
e Penggantian sehubungan dengan pekerjaan/jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan
Contoh: Pengobatan cuma-cuma untuk untuk
pegawai, dimana perusahaan langsung membayar kepada RS/ klinik
Pemberian beras, gula dsb. Fasilitas perumahan;
Kecuali : makan/minum bagi
semua kar-yawan/pegawai; antar jemput karyawab; imbalan dalam bentuk
natura di daerah tertentu; berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.Yang diatur lebih lanjut berdasar-kan Peraturan Menteri Keuangan.
Daerah tertentu dimaksud adalah daerah terpencil yang layak dikembangkan
Contoh: pakaian kerja yang berkaitan dengan keselamatan kerja, seragam satpam, seragam pabrik, pakaian proyek dsb.
f Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayar kpd pemegang saham, dan yg mempunyai hubungan istimewa
g Hibah, bantuan, sumbangan dan warisanKecuali: Zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disyah-kan oleh pemerintah atau
Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah,
Yang ketentuannya diatur berdasar-kan Peraturan Pemerintah.
h Pajak Penghasilani Biaya untuk kepentingan
pribadi WP dan keluarganyaContoh: biaya bahan bakar dan servis mobil pribadi WP.OP
j Gaji yang dibayarkan kpd anggota persekutuan, firma, CV yang modalnya tidak terbagi atas saham
Dalam hal WP berbentuk firma atau CV tidak atas saham-saham, maka pemberian imbalan kepada anggota persekutuan tidak boleh dikurangkan.
k Sanksi bunga, denda, kenaikan serta sanksi pidana pajak
Contoh: sanksi bunga atas keterlambatan menyetor PPh, sanksi denda dsb
3. Rincian Koreksi Fiskal dan Rekonsiliasi antara Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan FiskalTelah disebutkan dimuka bahwa untuk tujuan menghitung Penghasilan Kena Pajak, laporan keuangan perlu dilakukan penyesuaian/koreksi fiskal. Bagan tersebut dibawah ini
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 14
menyajikan ikhtisar koreksi fiskal tersebut, yang didasarkan pada pasal 6, pasal 9 dan pasal 11 Undang Undang Pajak Penghasilan.
UraianAkuntansi Komersial
Koreksi PPh/ FiskalBeda
TetapBeda
WaktuI Penjualan x - - xII Harga Pokok Penjualan
Metode FIFO x - - xMetode Rata-rata x - - xMetode LIFO x - k -
III Laba Bruto Usaha ( I – II ) x xIV Beban Usaha
1 Gaji x - - x2 Tunjangan PPh 21 x - - x3 PPh 21 dibayar perusahaan x k - -4 Tunjangan dalam bentuk uang,
misalnya : tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kesehatan, THR dsb asal diberikan dalam bentuk uang.
x - - x
5 Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan atau fasilitas, misalnya: Pengobatan cuma-cuma untuk
untuk pegawai, dimana perusahaan langsung membayar kepada RS/ klinik
Pemberian beras, gula dsb. Fasilitas perumahan; Rekreasi.
x k - -
7 Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan atau fasilitas yang merupakan pengecualian yang disebut diatas makan/minum bagi semua
karyawan; antar jemput pegawai
perusahaan; imbalan dalam bentuk natura
di daerah tertentu; berkaitan dengan pelaksanaan
peker-jaan misalnya : seragam pabrik, sera-gam proyek.
x - - x
8 Bunga, dengan syarat : digunakan dalam rangka menjalankan usaha.
x - - x
9 Bunga atas pinjaman yang tertanam dalam deposito tidak dapat dikurangkan.(SE-46/PJ.04/95; tgl 5-10-1995)
x k - -
10 Sewa : misalnya sewa gudang, sewa tem-pat usaha dsb.
x - - x
11 Sewa rumah untuk ditempati pegawai x k12 Royalty, misalnya imbalan atas
pemakaian merek.x - - x
13 Biaya perjalanan dalam rangka x - - x
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 15
menjalan-kan tugas perusahaan.14 Biaya pengelolaan limbah, misalnya
biaya untuk mencegah pencemaran lingkungan
x - - x
15 Premi asuransi yakni asuransi yang berkaitan dengan usaha wajib pajak misalnya : asuransi kebakaran, asuransi kerugian, asuransi kendaraan perusahaan dsb
x - - x
16 Premi asuransi kesehatan, asuransi kece-lakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
- - - -
17 Biaya representasi/ intertainment, jamuan tamu.Dapat dikurangkan asal dalam rangka menjalankan usaha dengan syarat dibuat-kan daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT PPh. (SE-27/PJ.22/1986)
x - - x
18 Biaya langganan telepon biasa untuk per-usahaan, sepenuhnya dapat dikurangkan;
x - - x
19 Biaya langganan telepon seluler atau biaya pulsa telepon seluler untuk pegawai karena jabatannya dapat dikurangkan sebesar 50%. (Kep-220/PJ/2002)
x k x
20 Biaya pemeliharaan kendaraan, perbaikan rutin untuk kendaraan operasional perusahaan seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya, termasuk untuk kendaraan antar jemput karyawan;
x - - x
21 Biaya pemeliharaan, perbaikan mobil sedan untuk pegawai tertentu perusahaan dapat dibebankan sebagai biaya sebesar 50%(Kep-220/PJ/2002)
x k - x
22 Listrik dan air untuk kepentingan perusa-haan
x - - x
23 Iuran kepada Dana Pensiun, yang pendiriannya disyahkan oleh Menkeu
x - - x
24 Biaya penelitian dan pengembangan yang jumlahnya wajar untuk untuk menemukan teknologi atau sistem baru asal dilakukan di Indonesia, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
x - - x
25 Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan bea siswa, magang dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
x - - x
26 Kerugian karena piutang yang tidak dapat ditagih (bukan bank/SGU hak
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 16
opsi) a. Penyisihanb. Metode Langsung dengan
syarat dibuat-kan daftar nominatif, penagihannya telah dilimpahkan kepada BUPLN, Pengadilan;
c. Telah dipublikasikan
xx
--
k-
-x
27 Pembagian laba dengan nama atau dalam bentuk apapun
- - - -
28 Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham
- - - -
29 Pajak pajak, termasuk : PBB, PKB, dan pajak-pajak lainnya
x - - x
30 Pajak Penghasilan - - - -31 Sanksi administratif perpajakan,
berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda dan kenaikan
x x - -
32 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham dan yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan atas jasa yang diberikan.
- - - -
33 Sumbangan pada umumnya x k - -34 Sumbangan dalam rangka
penanggulangan Bencana Nasional sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
x x
35 Biaya pembangunan infrastruktur sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
x - - X
36 Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
x
X
37 Sumbangan untuk Fasilitas Pendidikan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
x X
38 Sumbangan dalam rangka pembinaan oleh raga sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah;
x x
39 Penyusutan Harta (diuraikan tersendiri)
x - x x
40 Amortisasi (diuraikan tersendiri) x - x xV Laba Usaha ( III – IV) x - - xVI Penghasilan Diluar Usaha1 Dividen sebagai hasil dari penyertaan
modal kepada perusahaan di Dalam Negeri.
x - - x
2 Dividen sbg hasil dari penyertaan modal kepada perusahaan di DN, dimana penyer-taannya sebesar 25% atau lebih dari modal perusahaan tempat investasi dilakukan.
x x - -
3 Bunga atas deposito, tabungan x k - -
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 17
lainnya pada bank-bank di Indonesia 4 Keuntungan atas penjualan saham
perusa haan lain, yang dilakukan di luar bursa efek
x - - x
5 Keuntungan atas penjualan saham, dan sekuritas lainnya, transaksi derifatif, yang dilakukan di bursa efek, dan penjualan saham pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
x k - -
6 Keuntungan pengalihan harta perusahaan
x - - x
7 Penghasilan royalty x - - x8 Penghasilan dari persewaan atas
tanah dan atau bangunan, dikenakan PPh Final 10%
x k - -
9 Penghasilan karena pengoperan harta berupa tanah dan atau bangunan x k - -
10 Keuntungan selisih kurs x - - x11 Hadiah, penghargaan x k - -12 Penerimaan hibah dari pihak yang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, misalnya hibah dari induk perusahaan
- - - -
VII Penghasilan Neto dari Usaha dan dari Luar Usaha ( V + VI )
x k k x
Keterangan :x = Terdapat kesamaan dalam perlakuan atau terdapat nilai yang sama-sama
diakui walaupun jumlahnya mungkin berbeda;- = Tidak terdapat angka atau jumlah yang perlu dicatat atau dibukukan atau
tiidak dilakukan koreksi fiskalk = Terdapat koreksi antara Laba Rugi Komersial dengan Laba Rugi Fiskal
(Penghasilan Kena Pajak)
4. Rangkuman Hubungan antara Perhitungan L/R Komersial dengan Perhitungan L/R Rugi FiskalSebenarnya perhitungan Laba Rugi Fiskal itu didasarkan pada perhitungan Laba Rugi Komersial sesuai dengan standar Akuntansi Keuangan, namun terdapat penyesuaian-penyesuaian terbatas untuk hal-hal tertentu. Kesamaan maupun perbedaan diantara keduanya yang dapat dikelompokkan/diklasifikasi sebagai berikut:
No Kalsifikasi Penjelasan atau Contoh1 Kesamaan
PengaturanPengaturan dalam Menghitung Laba Rugi Fiskal sama/mengikuti keten-tuan/ pengaturan umum dalam menghitung Laba Rugi Komersial. Untuk menghitung Laba Fiskal, Dapat Dikurangkan: beban gaji, upah, biaya promosi, sewa ruangan, biaya listrik, air, telepon, alat tulis/kantor, perjalanan dinas, jasa-jasa yang terkait dengan usaha, pemeliharaan mobil, pemeliharaan mesin, dsb. Tidak Dapat Dikurangkan: pengeluaran untuk kepentingan pribadi bagi WP perorangan, pengeluaran-pengeluran yang tidak ada hubungannya dengan usaha WP.
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:19 AM 18
2 Perbedaan Pengaturan
a Perbedaan Prinsip Pengaturan dalam Menghitung Laba Rugi Fiskal berbeda dengan ketentuan/pengaturan dalam menghitung Laba Rugi Komersial.Untuk menghitung Laba Fiskal, Tidak dapat dikurangkan beban-beban untuk pegawai: yang diberikan dalam bentuk natura misalnya: pemberian
sembako, bingkisan lebaran. imbalan dalam bentuk fasilitas-fasilitas, misalnya
fasilitas: kesehatan, perumahan, pajak, yang ditanggung perusahaan.
Sumbangan.Catatan : terdapat pengecualian, misalnya seragam satpam/kerja, makan untuk semua pegawai ditempat kerja, sumbangan-sumbangan tertentu misalnya: sumbangan dalam rangka penanggualangan bencana nasional, sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, dapat dikurangkan.
b Keterbatasan pilihan dalam menentukan metode Pembukuan/ Akuntansi
Dalam hal penyusutan, Fiskal hanya mengenal metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun. Fiskal tidak mengenal penyusutan lainnya misalnya: Metode Penyusutan berdasarkan jam Jasa, Metode Penyusutan berdasarkan Hasil Produksi. Demikian juga tidak dikenal adanya nilai residu dalam hal penyusutan fiskal.Dalam hal penilaian persediaaan/harga pokok, Fiskal hanya mengenal metode FIFO dan Metode Rata-rata. Fiskal tidak mengenal metode lainnya misalnya: metode LIFO, Lower Cost or Market dsb.Dalam hal terdapat kerugian karena adanya piutang tak tertagih, fiskal hanya mengenal pembebanan secara langsung dengan syarat-syarat tertentu. Pada dasarnya Fiskal tidak mengenal metode pencadangan untuk hal tersebut.
c Diakui sebagai biaya dengan syarat
Pengeluaran tertentu dapat diakui sebagai biaya apabila dipenuhi sya-ratnya. Misalnya biaya entertaintment dapat dikurangkan sebagai biaya apabila disertai dengan daftar nominatif.
d Tidak sepenuhnya diakui sebagai beban usaha
Penyusutan mobil sedan dan pemeliharaannya, pulsa telepon seluler, hanya diakui sebagai beban sebesar 50% dalam perhitungan Laba Fiskal.
e Terdapat penghasilan tertentu yang dipisahkan.
Penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenakan PPh Final, baik peng-hasilan maupun biayanya dipisahkan dari penghasilan lainnya. Misalnya penghasilan dari bunga deposito, hasil dari sewa ruko.
Dengan demikian sebenarnya yang harus diperhatikan adalah pada hal-hal yang berbeda saja, sehingga tidaklah sulit untuk menghitung Laba Fiskal apabila sudah terdapat perhitungan Laba Komersial.Karena adanya perbedaan tersebut maka dalam menghitung Laba Fiskal setelah diketahui adanya Laba Komersial perlu dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal dapat merupakan Koreksi Positif atau Koreksi Negatif. Koreksi Positif adalah koreksi fiskal atas Laba Komersial untuk mandapatkan Laba Fiskal dimana hasilnya Laba Fiskal lebih besar dari pada Laba Komersial. Koreksi Negatif adalah koreksi fiskal atas Laba Komersiel untuk mendapatkan Laba Fiskal dimana hasilnya Laba Fiskal lebih kecil dari pada Laba Komersial. Untuk keperluan koreksi fiskal tersebut dapat disusun suatu Daftar Rekonsiliasi antara Laba Komersial dengan Laba Fiskal.
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:20 AM 19
Setelah didapat jumlah penghasilan neto, untuk mendapatkan penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dikurangkan terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Jumlah PTKP ini ditentukan dengan jumlah tanggungan keluarga wajib pajak secara relatif. Hal ini diatur pada pasal 7 Undang Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
2006 s.d 2008 2009 sd 2012 Mulai th 2013a Diri wajib pajak Rp13.200.000 Rp15.840.000 Rp24.300.000b Tambahan untuk wajib pajak
yang kawinRp1.200.000 Rp1.320.000 Rp2.025.000
c Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
Rp13.200.000 Rp15.840.000 Rp24.300.000
d Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhya, paling banyak 3 orang
Rp1.200.000 Rp1.320.000 Rp2.025.000
Penetapan jumlah PTKP ini dilakukan pada keadaan awal tahun, sehingga tambahan tanggungan keluarga pada tahun berjalan, misalnya terdapat kelahiran anak, maka untuk tahun tersebut belum mempengaruhi jumlah PTKP. PTKP baru disesuaikan pada tahun berikutnya. Hal yang sebaliknya juga demikian, misalnya berkurangnya tanggungan keluarga karena adanya kematian, maka PTKP baru disesuaikan pada tahun berikutnya.Dimaksud sebagai keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah anak, cucu, ayah dan ibu dari wajib pajak. Sedangkan dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus adalah ayah mertua dan ibu mertua. Mereka dapat menjadi bagian dari PTKP dengan syarat menjadi tanggungan sepenuhnya bagi wajib pajak serta jumlahnya maksimum tiga orang.
6. Kompensasi KerugianSebagaimana disebutkan dimuka setelah diperoleh jumlah penghasilan neto, untuk mendapatkan penghasilan kena pajak dikurangi terlebih dahulu dengan kerugian tahun-tahun sebelumnya apabila ada, yang lazim disebut kompensasi kerugian. Untuk lebih memudahkan memahaminya dibawah ini disajikan sebuah contoh sebagai berikut :PT ABC pada tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000.Dalam lima tahun berikutnya diperoleh laba fiskal sebagai berikut :Tahun 2010 laba fiskal Rp200.000.000,00Tahun 2011 rugi fiskal Rp300.000.000,00Tahun 2012 laba fiskal NihilTahun 2013 Laba fiskal Rp100.000.000,00Tahun 2014 Laba fiskal Rp800.000.000,00
Kompensasi kerugian dihitung sebagai berikut :2009 Rugi Fsikal (Rp1.200.000.000,00)2010 Laba Fiskal Rp200.000.000,00
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)2011 Rugi Fiskal (Rp300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)2012 Laba Fiskal Nihil
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)2013 Laba fiskal Rp100.000.000,00
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp900.000.000,00)
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:20 AM 20
2014 Laba fiskal Rp800.000.000,00Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp100.000.000,00)
Sisa rugi fiskal 2009 sebesar Rp100.000.000,00 yang masih tersisa tersebut pada akhir tahun 2014 tidak dapat dikompensasikan lagi untuk tahun 2015 dan tahun-tahun selanjutnya. Sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 hanya dapat dikompensasikan dengan laba fiskal untuk tahun 2015 dan 2016 saja, karena jangka waktu kompensasi dibatasi untuk waktu lima tahun.
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:20 AM 21
7. Menghitung Pajak Penghasilan/Penerapan Tarif PPh
Setelah diketahui jumlah penghasilan kena pajak, proses selanjutnya dalam menghitung pajak penghasilan adalah menerapkan tarif pajaknya. Tarif pajak penghasilan diatur pada pasal 17 Undang Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Sampai dengan tahun 2008a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak1 Sampai dengan Rp25.000.000,00 5%2 Diatas Rp25.000.000,00 sampai dengan
Rp50.000.000,0010%
3 Diatas Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000,00
15%
4 Diatas Rp100.000.000,00 sampai dengan Rp200.000.000,00
25%
5 Diatas Rp200.000.000,00 35%
b. Untuk Wajib Pajak BadanLapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan Rp50.000.000,00 10%2 Diatas 50.000.000,00 sampai dengan
Rp100.000.000,0015%
3 Diatas Rp100.000.000,00 30%
Mulai tahun 2009a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak1 Sampai dengan Rp50.000.000 5%2 Diatas Rp50.000.000 sampai dengan
Rp250.000.00015%
3 Diatas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000
25%
4 Diatas Rp500.000.000 30%
Contoh penerapan tarif untuk wajib pajak orang pribadiJumlah Penghasilan Kena Pajak Rp600.000.000
5% Rp50.000.000 Rp2.500.00015% Rp200.000.000 Rp30.000.00025% Rp250.000.000 Rp62.500.00030% Rp100.000.000 Rp30.000.000Jumlah Rp125.000.000
Tarif tertinggi untuk wajib pajak orang pribadi dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. Untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap dikenakan tarif tunggal sebesar 28%.Contoh penerapan tarif untuk wajib pajak badanJumlah Penghasilan Kena Pajak Rp1.250.000.000. Peredaran Bruto sebesar Rp51.000.000.000. PPh terutang 28% x Rp1.250.000.000 = RpRp350.000.000.
Tarif tersebut menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun 2010.
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:20 AM 22
c. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang diseor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari pada tarif biasa.
d. Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) mendapatkan fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif biasa yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian Penghasilan Bruto sampai dengan Rp4.800.000.000 (empat milyar rupiah).
Contoh Penerapan TarifPeredaran Bruto Penghasilan Kena
PajakTarif PPh Terutang
1 4.500.000.000 562.500.000 14% 78.750.0002 25.000.000.000 3.125.000.0002a
4.800.000.000 600.000.000 14% 84.000.000
2b
20.200.000.000 2.525.000.000 28% 707.000.000
791.000.000
9. Norma PenghitunganPada prinsipnya wajib pajak baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan. Berdasarkan pembukuan tersebut penghasilan kena pajak dapat dihitung. Pada kenyataannya tidak semua wajib pajak mampu menyelenggarakan pembukuan. Untuk itu Undang Undang Pajak memberikan kemungkinan bahwa wajib pajak boleh tidak menye-lenggarakan pembukuan, namun cukup menyelenggarakan pencatan saja, dengan syarat : WP dimaksud adalah WP Orang Pribadi; Peredaran brutonya dalam satu tahun tidak lebih dari Rp4.800.000.000. WP memberitahukan sebelumnya kepada Kantor Pelayanan Pajak.
Pencatatan sebagai dimaksudkan dimuka terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran bruto dan atau penerimaan penghasilan, yang nantinya digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang. [psl 28 (9) KUP]. Penghitungan pajak terutang yang didasarkan pada catatan tersebut dilakukan dengan Norma Penghitungan.Norma penghitungan adalah pedoman untuk memghitunga besarnya penghasilan netto yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sebagaimana disebutkan dimuka, Norma Penghitungan digunakan untuk menghitung pajak terhadap wajib pajak yang diijinkan untuk hanya mengelenggarakan pencatatan. Akan tetapi disamping diperuntukkan bagi wajib pajak yang diijinkan hanya menyelenggarakan pencatan, Norma Penghitungan diterapkan juga terhadap WP yang seharusnya menyelenggarakan pembukuan namun ternyata tidak tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan, tidak bersedia menunjukkan pembu-kuan, bukti-bukti pembukuan pada saat dilakukan pemeriksaan pajak. Penerapan Norma Penghitungan yang terakhir ini disertai dengan pemberian sanksi administrasi. [psl 14 (5) PPh].
Contoh Penerapan Norma Penghitungan untuk menghitung Pajak Penghasilan bagi WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan namun hanya menyelenggarakan pencatatan, dan telah mendapatkan ijin dari Dirjen Pajak.Tahun 2010Peredaran usaha WP Orang Pribadi pedagang Teksil …….. Rp4.000.000.000.Penghasilan Netto 30%……………………………………………….. Rp1.200.000.000.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Kawin dengan 3 anak Diri WP ……………………… Rp.15.840.000 Tambahan karena kawin Rp 1.320.000 Tambahan 3 anak ……… Rp 3.960.000
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:20 AM 23
Jumlah……………………………………………………………..…………..Rp 21.120.000 Penghasilan Kena Pajak ……………………………………………… Rp1.178.880.000Pajak Penghasilan terutang:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp200.000.000 = Rp 30.000.000 25% x Rp250.000.000 = Rp 62.500.000 30% x Rp678.880.000 = Rp203.664.000
Jumlah ………………………………… Rp298.664.000 [ pasal 14 PPh jo Kep-536/PJ/2000 ]
Kedudukan Wanita Kawin dalam Perpajakan
Pada umumnya dalam hal wanita kawin, maka seluruh penghasilannya ataupun kerugiannya diga-bungkan sebagai suatu kesatuan dan kepala keluarga dalam hal ini adalah suami, yang dikenakan pajak untuk keseluruhan penghasilan dari keluarga tersebut. Termasuk juga penghasilan anak yang belum dewasa maka penghasilan anak tersebut digabungkan dalam penghasilan keluarga sebagai satu kesa-tuan. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa kemungkinan terhadap seorang wanita yang telah kawin sebagai berikut.a. Wanita dalam kedudukannya sebagai isteri yang kawin tidak dengan pisah harta.
Sebagaimana disebutkan dimuka, dalam hal demikian penghasilan maupun kerugian isteri diga-bungkan dengan penghasilan dan kerugian suami. Penggabungan tersebut dilihat pada keadaan per 1 Januari tahun kalender. Sebagai contoh misalnya wanita yang menikah per 1 Maret 2010, maka penggabungan penghasilannya baru dimulai pada awal tahun berikutnya, yakni tahun 2011.
b. Wanita sebagai isteri yang hidup berpisah berdasarkan keputusan pengadilan;Dalam hal demikian masing-masing pihak memenuhi kewajiban pajaknya sendiri-sendiri sesuai dengan penghasilan dan tanggungan keluarga masing-masing.
c. Wanita sebagai isteri yang menghendaki kawin dengan perjanjian pemisahan harta yang dilakukan secara tertulis.Dalam hal demikian pengenaan pajaknya didasarkan pada penggabungan penghasilan neto suami isteri, dan besarnya pajak masing-masing dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto masing-masing.
d. Wanita sebagai isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban pajaknya tersendiri.Sama seperti disebutkan dalam butir c. yakni pengenaan pajaknya didasarkan pada penggabungan penghasilan neto suami isteri, dan besarnya pajak masing-masing dihitung sesuai dengan perban-dingan penghasilan neto masing-masing.
e. Wanita sebagai Isteri bekerja pada satu pemberi kerja;Dalam hal ini penghasilan isteri tidak digabung dengan penghasilan suami, dan pajaknya dianggap telah selesai ditunaikan di tempat kerjanya, dan dikelompokkan sebagai penghasilan yang dikenakan PPh secara final.
f. Wanita sebagai Isteri bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, atau isteri mempunyai penghasilan lain selain dari satu pemberi kerja.Dalam hal demikan penghasilan isteri digabungkan dengan penghasilan suami dan pengenaan pajaknya hanya atas nama suami saja.
(Pasal 8 UU Pajak Penghasilan).
Perpajakan menurut UU PPh Baru – di-up date tgl 4 September 2012. Jm : 7:27:20 AM 24