c08inw

94
KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077 SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: gigass78

Post on 28-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdbvdsb

TRANSCRIPT

Page 1: C08inw

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES

IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,

JAWA BARAT

Oleh :

IRWAN NUR WIDIYANTO

C24104077

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: C08inw

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES

IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI,

JAWA BARAT

Oleh :

IRWAN NUR WIDIYANTO

C24104077

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 3: C08inw

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa

Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu,

Sukabumi, Jawa Barat”

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar

pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Agustus 2008

Irwan Nur Widiyanto

C24104077

Page 4: C08inw

Irwan Nur Widiyanto. C24104077. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan Nurlisa A. Butet dan M. Mukhlis Kamal).

RINGKASAN

Ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) merupakan salah satu sumberdaya ikan demersal yang memiliki arti ekonomis penting bagi masyarakat Palabuhanratu. Pemanfaatan ikan layur di Teluk Palabuhanratu menggunakan alat tangkap berupa pancing. Namun sering juga tertangkap dengan menggunakan bagan angkat, purse seinne, gill net, dan payang. Semakin tingginya permintaan konsumen akan sumberdaya ini, membuat upaya tangkap juga cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya total produksi yang dihasilkan oleh perairan Palabuhanratu. Jika hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya populasi ikan layur. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi dasar biologi. Untuk itu, diperlukan penelitian yang terkait dengan sumberdaya ikan layur seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan karakter morfometrik-meristik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang berat, dan mendeskripsikan ciri morfometrik-meristik beberapa spesies ikan layur yang diharapkan bermanfaat bagi keperluan pengelolaan sumberdaya ikan layur di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Pengambilan ikan contoh dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Analisis data meliputi sebaran frekuensi panjang, analisis karakter morfometrik-meristik dan perbandingan karakter morfometrik, serta hubungan panjang-berat.

Hasil analisis sebaran frekuensi panjang menunjukkan bahwa selama penelitian terdapat 2 kelompok ukuran untuk masing-masing spesies layur. Dari hasil analisis karakter meristik didapat rumus sirip dorsal DIII-IV, 102-136 dengan modus DIII, 125 untuk T. lepturus. L. savala memiliki rumus sirip dorsal DIII-IV, 97-136, dengan modus DIII, 125. Sedangkan rumus sirip dorsal untuk G. serpens adalah D1 XXVII-XXIX, dengan modus D1 XXVIII dan D2 IV-V, 7-9, dengan modus D2 IV, 8. Berdasarkan hasil analisis karakter morfometrik, karakter PRA (panjang rahang atas) dan PRB (panjang rahang bawah) merupakan dua karakter yang memiliki hubungan sangat erat pada masing-masing spesies. Hubungan panjang-berat T. lepturus bersifat allometrik negatif dengan mengikuti persamaan W = 2x10-6 L2,793. L. savala memiliki pola hubungan panjang-berat yang bersifat allometrik positif dengan persamaan W = 8x10-5 L3,4452. Sedangkan pola hubungan panjang-berat pada G. serpens bersifat isometrik dengan mengikuti persamaan W = 7x10-6 L3,1106.

Page 5: C08inw

Judul Skripsi : KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (SUPERFAMILI TRICHIUROIDEA) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Nama Mahasiswa : Irwan Nur Widiyanto Nomor Pokok : C24104077 Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui : Pembimbing I Pembimbing II Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc NIP 131 925 898 NIP 132 084 932

Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP 131 578 799

Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008

Page 6: C08inw

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Pola

Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur

(Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa

Barat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Semakin tingginya permintaan konsumen akan komoditas ikan layur

menjadi peluang bagi nelayan dan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi.

Namun disadari atau tidak, hal ini dapat berdampak pada menurunnya populasi

ikan layur.

Penelitian yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini, selain diharapkan

menjadi informasi dasar biologi perikanan, juga diharapkan dapat menjadi

informasi yang berguna bagi keperluan pengelolaan perikanan layur di masa yang

akan datang.

Bogor, 9 September 2008

Penulis

Page 7: C08inw

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc

selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, arahan, dan masukan

yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu atas masukan

dan arahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku dosen penguji dari program studi

yang memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama

penulis menempuh pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan.

5. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan yang memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti proyek penelitian dosen

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 2007.

6. Keluargaku (Bapak, Ibu, kakak, dan adikku) yang selalu memberikan

kasih sayang, doa, dan dukungan.

7. Tim ikan layur (Devi dan Fitri) atas kerjasamanya selama penelitian dan

penyusunan skripsi, teman-teman C4 (Wahyu, Fajlur, Supriyadi, dan

Rifian) atas kebersamaannya selama dua tahun terakhir ini, serta teman-

teman MSP 40, MSP 41 (khususnya Shelly, Ridwan, Weni, Nafta, Inna,

Githa, Dita, Dhillah, Mira, Wilda, dan Friska), MSP 42 (khususnya Silfia,

Fitria, Avie, Glasnosta, Agus, Wira, Adnan, Japet, Andra, dan Tia), dan

MSP 43 (khususnya Chikarista Irfangi) atas doa, dukungan, dan

persahabatannya selama ini.

Bogor, 09 September 2008

Irwan Nur Widiyanto

Page 8: C08inw

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar belakang ........................................................................ 1 1.2. Rumusan masalah .................................................................. 2 1.3. Tujuan penelitian .................................................................... 3 1.4. Manfaat penelitian .................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4 2.1. Deskripsi spesies .................................................................... 4

2.1.1. Klasifikasi dan tata nama ............................................. 4 2.1.2. Karakter morfologis ................................................... 5

2.2. Habitat, biologi, dan perikanan .............................................. 6 2.3. Distribusi ................................................................................ 8 2.4. Karakter morfometrik dan meristik ........................................ 9 2.5. Hubungan kekerabatan ........................................................... 10 2.6. Sebaran frekuensi panjang ..................................................... 11

2.7. Hubungan panjang-berat ........................................................ 11 2.8. Kondisi umum daerah penelitian ........................................... 11

III. METODE PENELITIAN ............................................................. 13 3.1. Waktu dan lokasi penelitian ................................................... 13 3.2. Alat dan bahan ....................................................................... 14 3.3. Metode kerja .......................................................................... 14 3.4. Analisi data ............................................................................ 18

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang ......................................... 18 3.4.2. Analisis karakter meristik .......................................... 18 3.4.3. Analisis karakter morfometrik ................................... 18

3.4.4. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies ..................... 19 3.4.5. Hubungan panjang-berat ............................................ 20

Page 9: C08inw

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22 4.1 Komposisi tangkapan dan sebaran panjang ........................... 22 4.2 Analisis karakter meristik ...................................................... 30 4.3 Analisis karakter morfometrik ............................................... 31 4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies ............................................... 33

4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies ................................................................ 36

4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies ................... 36

4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies ................................ 37

4.4 Identifikasi karakter morfologi sederhana ............................. 38 4.5 Hubungan kekerabatan ........................................................... 39 4.6 Hubungan panjang-berat ........................................................ 40 4.7 Pengelolaan ikan layur ........................................................... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50 5.1 Kesimpulan ............................................................................ 50 5.2 Saran ...................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 51

LAMPIRAN ............................................................................................ 54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. 82

Page 10: C08inw

DAFTAR TABEL Halaman

1. Alat dan bahan .......................................................................... 14 2. Karakter meristik yang dihitung ............................................... 15 3. Karakter morfometrik yang diukur .......................................... 16 4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur ............ 19 5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian .................................................................................... 22 6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur ......................... 30 7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur ............ 32 8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies layur ................................................................... 33 9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur ........................................................................... 36 10. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur ..................................................... 38

Page 11: C08inw

DAFTAR GAMBAR Halaman

1. Ikan layur (famili Trichiuridae) ................................................ 5 2. Ikan layur (famili Gempylidae) ................................................. 5 3. Peta penyebaran ikan layur ....................................................... 8 4. Peta lokasi penelitian ................................................................ 13 5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur

dan dihitung pada ikan layur ..................................................... 17 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur ................ 24 7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus ................. 26 8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala ................... 27 9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens ................. 28 10. Sagittal crest pada T. lepturus .................................................... 39 11. Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies ikan layur ................................................................................... 40 12. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina ................... 44 13. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan ................... 44 14. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan ............................................................................... 44 15. Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina ..................... 45 16. Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan ...................... 45 17. Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan ............................................................................... 45 18. Grafik hubungan panjang-berat G serpens betina ..................... 46 19. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan .................... 46 20. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens secara keseluruhan ................................................................................ 46

Page 12: C08inw

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

1. Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus ............... 55 2. Matriks korelasi karakter morfometrik pada L. savala .................. 56 3. Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens ................ 57 4. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada T. lepturus .............................................................................. 58 5. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada L. savala ................................................................................ 58 6. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada G. serpens .............................................................................. 59 7. Anova T. lepturus secara keseluruhan ........................................... 60 8. Anova L. savala secara keseluruhan .............................................. 61 9. Anova G. serpens secara keseluruhan ............................................ 62 10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama

penelitian ........................................................................................ 63 11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama

penelitian ........................................................................................ 64 12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama

penelitian ........................................................................................ 65 13. Data meristik T. lepturus selama penelitian ................................... 66 14. Data meristik L. savala selama penelitian ..................................... 67 15. Data meristik G. serpens selama penelitian ................................... 69 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian ........................... 70 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian .............................. 73 18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian ............................ 77 19. Ikan layur yang diteliti ................................................................... 78 20. Perahu kincang yang digunakan nelayan Pabuhanratu untuk melaut ............................................................. 79 21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan

Palabuhanratu untuk menangkap ikan layur .................................. 80 22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI)

Palabuhanratu ................................................................................. 81

Page 13: C08inw

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan

Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Secara geografis,

Palabuhanratu terletak pada 060 57’ – 070 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT

dengan luas wilayah mencapai ± 27.210,130 Ha dan masuk dalam wilayah

administratif Kabupaten Sukabumi. Perairan ini memiliki potensi perikanan

tangkap yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis ikan dan crustacea yang

tertangkap di perairan Palabuhanratu yang mencapai 49 jenis dengan nilai

produksi rata-rata mencapai 123,6 ton per tahun (PPN Palabuhanratu, 2007).

Ikan layur merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting

yang tertangkap di Palabuhanratu dan selalu tersedia tanpa mengenal musim. Ikan

ini termasuk ke dalam kelompok ikan komersial kedua di bawah ikan komersial

utama seperti kerapu (Serranidae), bawal putih (Pampus spp.), dan manyung

(Ariidae) (Dwiponggo dkk., 1991 dalam Prayitno, 2006). Berdasarkan data tahun

2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan

tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai

Rp. 1.153.400.038 per tahun. Dalam kurun waktu 6 tahun tersebut, tercatat hanya

di tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi. Sedangkan selebihnya

memperlihatkan peningkatan total produksi.

Penelitian mengenai sumberdaya hayati ikan layur di Indonesia masih sangat

sedikit terlebih lagi penelitian tentang sebaran frekuensi panjang, hubungan

panjang-berat, dan deskripsi ciri morfometrik-meristik ikan layur. Penelitian yang

telah dilakukan terhadap ikan ini diantaranya adalah pendugaan parameter biologi

Trichiurus lepturus di Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur (Herianti dkk., 1992);

perbedaaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan layur di Prigi, Kabupaten

Trenggalek (Rochmawati, 2004); pengaruh penggunaan alat bantu cahaya (Stick

Light) pada rawai vertikal terhadap hasil tangkapan di Palabuhanratu, Sukabumi,

Jawa Barat (Yudistira, 2007).

Page 14: C08inw

Minimnya informasi tentang sumberdaya ikan layur menjadi penghambat

dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Berdasarkan kenyataan tersebut

maka penelitian tentang informasi dasar biologi perikanan seperti sebaran

frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi karakter morfometrik-

meristik perlu dilakukan.

1.2. Rumusan masalah

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor

perikanan karena didukung oleh perairan yang luas dan sumberdaya hayati yang

beragam. Sumberdaya perikanan Indonesia terdiri dari lima kelompok yaitu ikan

pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias, dan ikan demersal

(Dahuri, 2003). Dari lima kelompok sumberdaya tersebut, ikan demersal memiliki

potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu jenis ikan demersal

yang memiliki penyebaran luas dan potensi pemanfatan yang cukup tinggi adalah

ikan layur.

Salah satu daerah penyebaran ikan layur adalah perairan Palabuhanratu.

Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya

Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai

produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Total produksinya juga

terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2002-2007, tercatat hanya tahun 2003

yang mengalami penurunan total produksi. Mengingat potensi ekonomi dan

ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap

sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum

tetap memperhatikan kelestariannya.

Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi terkait dengan

sumberdaya ikan layur. Sayangnya informasi tentang ikan layur masih sangat

minim terlebih tentang informasi dasar biologi perikanan. Beberapa informasi

yang masih minim diantaranya mengenai sebaran frekuensi panjang, hubungan

panjang-berat, dan ciri morfometrik-meristik. Sebaran frekuensi panjang dapat

digunakan untuk melihat kelompok ukuran dan kisaran panjang ikan layur yang

tertangkap. Hubungan panjang-berat dapat digunakan untuk mengetahui pola

pertumbuhan dari ikan layur. Sedangkan ciri morfometrik-meristik dapat

Page 15: C08inw

dijadikan acuan dalam proses identifikasi genus maupun spesies. Informasi yang

didapat diharapkan dapat menjadi dasar dalam penentuan pengelolaan

sumberdaya ikan layur khususnya di daerah Palabuhanratu.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan beberapa

spesies ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) berdasarkan ciri morfometrik-

meristiknya dan mengetahui pola pertumbuhannya.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar biologi

berupa kisaran ukuran panjang ikan layur yang tertangkap, hubungan panjang

berat, membantu dalam proses identifikasi genus maupun spesies, dan sebagai

bahan acuan dalam upaya pengelolaan baik tingkat individu maupun populasi ikan

layur terutama di wilayah perairan Palabuhanratu.

Page 16: C08inw

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi spesies

2.1.1. Klasifikasi dan tata nama

Klasifikasi ikan layur menurut Nakamura dan Parin (1993) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Pisces

Kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Subordo : Scombroidae

Superfamili : Trichiuroidea

Famili : Trichiuridae

Genus : Trichiurus

Spesies : Trichiurus lepturus

Genus : Lepturacanthus

Spesies : Lepturacanthus savala

Famili : Gempylidae

Genus : Gempylus

Spesies : Gempylus serpens

Nama Indonesia : Layur

Nama International : Hairtails, ribbon fish

Nama Lokal : Layur (PPN Pemangkat, PPN Brondong, PPN

Kejawanan, PPN Ambon, PPN Prigi, PPN Pekalongan, PPP Karangantu,

PPP Pengambengan, PPP Teluk Batang, PPP Tegalsari, PPS Nizam

Zachman Jakarta, PPS Belawan, PPS Kendari, PPS Cilacap), Layur golok

(Lepturacanthus savala), Layur meleu (Trichiurus lepturus), Layur gelang

luyung (Gempylus serpens) (PPN Palabuhanratu), Baledang (PPN Sibolga,

PPS Bungus).

Page 17: C08inw

Secara umum bentuk ikan layur dari famili Trichiuridae dan Gempylidae

masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Ikan layur (famili Trichiuridae) (Dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Ikan layur (famili Gempylidae) (www.fao.org)

2.1.2. Karakter morfologis

Superfamili Trichiuroidea terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan

Gempylidae. Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki ciri-ciri tubuh memanjang,

pipih, dan semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih panjang dari

rahang atas. Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip

dorsalnya tumbuh sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan

sirip ventralnya kecil atau tidak ada. Ruas tulang punggung berjumlah 32-170

(Nakamura dan Parin, 1993).

Famili Trichiuridae memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih

menyerupai pita terutama pada bagian ujung belakang ekor. Mulutnya lebar, tidak

dapat disembulkan dan dilengkapi dengan gigi-gigi tangkap yang kuat dan tajam.

Memiliki satu lubang hidung pada kedua sisi kepala. Rahang bawah lebih panjang

dari rahang atas. Tidak bersisik. Tidak terdapat keel pada batang ekor dan garis

rusuknya (LL) tunggal (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993). Tubuhnya dapat

mencapai panjang 150 cm, tetapi pada umumnya berkisar antara 70-80 cm (Parin,

Page 18: C08inw

1986; Ayodhya dan Diniah, 1989; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005).

Memiliki sirip punggung yang panjang mulai dari atas kepala sampai akhir badan

dan berjari-jari lemah antara 105-134 buah. Sirip anal tumbuh tidak sempurna dan

berjari-jari lemah antara 72-80 buah. Sirip ini berupa deretan duri-duri kecil.

Tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk (LL) terlihat jauh dibagian bawah badan

(Nontji, 2005).

Ikan-ikan dari famili Trichiuridae berwarna keperak-perakan jika dalam

keadaan hidup dan akan berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan jika mati.

Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap sedangkan sirip-siripnya sedikit

kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Saanin, 1968).

Famili Gempylidae memiliki tubuh yang memanjang dan agak pipih atau

semifusiform. Bagian punggung biasanya berwarna cokelat atau cokelat gelap dan

bagian bawah dan perut berwarna keperakan. Memiliki dua lubang hidung pada

kedua sisi kepala. Ukuran mulut besar, tidak dapat disembulkan dan dilengkapi

dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya. Rahang bawah lebih panjang dari

rahang atas. Memiliki dua sirip dorsal yang terpisah dengan jelas. Sirip dorsal

kedua (termasuk finlet) lebih pendek dari sirip dorsal yang pertama. Sirip anal

sama dengan sirip dorsal kedua dari segi ukuran dan bentuk, atau terkadang lebih

kecil. Pada bagian belakang sirip dorsal dan anal biasanya terdapat finlet. Ukuran

sirip caudal sedang dan selalu berbentuk cagak. Sirip ventral biasanya kecil,

sering tereduksi menjadi satu duri tunggal dengan hanya sedikit atau tidak ada

jari-jari lemah. Garis rusuk (LL) tunggal atau ganda, berakhir pada dasar sirip

caudal (Nakamura dan Parin, 1993).

2.2. Habitat, biologi, dan perikanan

Ikan layur tergolong ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat

dengan dasar perairan (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Kelompok ikan ini

pada umumnya memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh

dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar sehingga sebarannya relatif

lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan pelagis. Kondisi ini

mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan relatif

Page 19: C08inw

rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya

penangkapannya (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004).

Ikan layur umumnya hidup pada perairan yang dalam dengan dasar

berlumpur. Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan muncul kepermukaan

menjelang senja untuk mencari makan (Parin, 1986; Nakamura dan Parin, 1993).

Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa ikan layur dari famili Gempylidae

biasanya ditemukan pada kedalaman lebih dari 150 m dan ikan layur dari famili

Trichiuridae dapat ditemukan sampai kedalaman 2000 m. Sedangkan Bal dan Rao

(1984) menyatakan bahwa habitat utama ikan layur adalah laut dan terkadang

memasuki estuari.

Ikan layur termasuk jenis ikan karnivor yang dilengkapi dengan gigi yang

kuat dan tajam pada kedua rahangnya. Makanannya berupa udang-udangan, cumi-

cumi, dan ikan kecil seperti teri, sardin, dan yuwana ikan layur (Bal dan Rao,

1984; Nakamura dan Parin, 1993; Nontji, 2005). Masa pemijahan ikan layur

belum banyak diketahui, hanya saja untuk ikan layur yang ada di selatan Jepang

dari jenis T. lepturus memijah dan telurnya menetas pada musim semi yaitu

sekitar bulan April - Mei ketika suhu mulai menghangat. Prabhu (1955) dalam Bal

dan Rao (1984) menyatakan bahwa pemijahan T. lepturus hanya berlangsung

sekali dalam setahun yaitu pada bulan Juni namun penelitian-penelitian lain

mengindikasikan pemijahan terjadi pada Mei - Juni dan November - Desember

(Tampi dkk.,1971; Narasimham 1976 dalam Bal dan Rao (1984). Parin (1986)

menyatakan hal yang berbeda. Menurutnya T. lepturus yang hidup di daerah

Mediterranean memijah pada bulan Juli - Agustus. Sedangkan Nakamura dan

Parin (1993) menyebutkan bahwa ikan layur dari famili Trichiuridae memijah

sepanjang tahun pada perairan hangat. Untuk jenis L. savala, diketahui bahwa

ikan layur jenis ini memijah dua kali dalam setahun namun periode pemijahan

mereka belum dipastikan. Sebagian besar petunjuk cenderung menunjukkan

bahwa ikan layur memijah dua kali dalam setahun (Tampi dkk., 1971;

Narasimham, 1976 dalam Bal dan Rao, 1984). Ikan layur biasanya ditangkap

dengan menggunakan trawl, cantrang, pancing, jaring insang, dan macam-macam

perangkap seperti bubu dan jermal (Ayodhya dan Diniah, 1989).

Page 20: C08inw

2.3. Distribusi

Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis (Nakamura

dan Parin, 1993). Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan

pantai Indonesia seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng,

Ujung genteng, dan Sukawayana. Selain di perairan Indonesia, ikan layur juga

terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang

Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan

dangkal di Afrika Selatan (www.pipp.dkp). Distribusi ikan layur di dunia dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta penyebaran ikan layur Sumber : http://www.fao.org, 2007

Keterangan :

: Konsentrasi daerah penyebaran ikan layur

2.4. Karakter morfometrik dan meristik

Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau

bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan

sebagainya sedangkan meristik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah

bagian tertentu pada tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah

jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi dkk.,

1992). Afrianto dkk., (1996) menyatakan bahwa morfometrik adalah ukuran

dalam satuan panjang atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh luar

Page 21: C08inw

organisme, sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan jumlah

bagian-bagian tubuh luar seperti jumlah jari-jari sirip yang digunakan untuk

penentuan klasifikasi.

Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian

lainnya, misalnya jarak antara ujung kepala sampai dengan pelipatan batang ekor

(panjang baku). Ukuran ini disebut dengan ukuran mutlak yang biasanya

dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter (Affandi dkk., 1992).

Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor

lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi

dkk., 1992). Yokogawa dan Tajima (1996) dalam Dewantoro (2001) menyatakan

bahwa perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada

tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan

salinitas, atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan

mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian,

walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda.

Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti

jarak antara panjang baku (PB) dibandingkan dengan panjang total (PT) (Affandi

dkk., 1992).

Pengukuran ciri morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metoda yaitu metoda pengukuran baku dan metoda “truss morfometrik”. Namun

metoda baku mengandung kelemahan misalnya pengukuran lebar badan tidak

mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten dari suatu bentuk ke bentuk

yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih terlalu umum dalam

menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda “truss morfometrik” digunakan

untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan memilih titik-titik

homologus tertentu disepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik

tersebut. Dengan cara ini pengukuran lebih konsisten, memberikan informasi yang

terinci dengan menggambarkan bentuk ikan dan memperkecil kesalahan

pengukuran (Bzeski dan Doyle, 1988 dalam Nugroho dkk., 1991 dalam Brojo,

1999).

Page 22: C08inw

2.5. Hubungan kekerabatan

Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu,

membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman

morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga

hubungan filogenik (Strauss dan Bond, 1990 dalam Imron 1998). Karakter

morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan

dengan jenis ikan lainnya (Yokogawa dan Tajima, 1996; Yokogawa, Taniguchi

dan Seki, 1997; Madang, 1999), antara jenis ikan yang sama dari geografis atau

tempat yang berbeda (Yamazaki dan Goto, 1997; Wanatabe, 1998) dan antar

varietas ikan (Sumantadinata dan Taniguchi, 1990 dalam Dewantoro, 2001).

Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan

sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis

tertentu. Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup

memadai, tetapi seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut

secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan

menyatakan statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukura-

ukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri

yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara

ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama

masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan

karakter morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Strauss

dan Bond, 1990 dalam Imron, 1998).

2.6. Sebaran frekuensi panjang

Data sebaran frekuensi panjang digunakan untuk mengetahui frekuensi

persebaran ikan di perairan berdasarkan ukuran panjangnya. Sebaran frekuensi

panjang yang dibuat selanjutnya digunakan untuk pendugaan kelompok ukuran

ikan sebagai pendugaan kelompok umur (kohort). Ada hubungan antara umur

dengan panjang ikan dimana sejumlah data komposisi panjang dapat dikonversi

untuk mendapatkan data komposisi umur. Selanjutnya data komposisi umur yang

kompleks digunakan dalam pendugaan parameter pertumbuhan ikan (Sparre dan

Venema, 1999).

Page 23: C08inw

2.7. Hubungan panjang-berat

Analisa hubungan panjang-berat bertujuan untuk mengetahui pola

pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat

dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan

panjang dengan berat dapat digunakan sebagai pendugaan berat dari panjang.

Selain itu, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan

lingkungan terhadap ikan dapat diketahui (Effendie, 1997).

Hasil analisis hubungan panjang-berat akan menghasilkan suatu nilai

konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan.

Effendie (1997) menyebutkan bahwa pada ikan yang memiliki pola pertumbuhan

isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan berat.

Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan

panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan

sebagai pertumbuhan allometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa

pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang.

Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik negatif

apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat

dibandingkan pertambahan berat (Ricker, 1970 dalam Effendie, 1997).

2.8. Kondisi umum daerah penelitian

Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan

Pulau Jawa dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Secara

administratif Teluk Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten

Sukabumi dengan luas ± 27.210,130 Ha yang terletak pada posisi geografis 6057’

– 70 07’ LS dan 1060 22’ – 1060 33’ BT (Pariwono dkk., 1988).

Berdasarkan topografi dasar perairannya, perairan dangkal di Teluk

Palabuhanratu dapat dijumpai sampai jarak 300 meter dari garis pantai dengan

kedalaman kurang dari 200 meter. Semakin jauh dari pantai akan dijumpai lereng

kontinen dengan kedalaman lebih dari 600 meter (Pariwono dkk., 1988). Perairan

Palabuhanratu memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30

– 33 0/00. Tingginya kadar salinitas tersebut dipengaruhi oleh curah hujan

(presipitasi) dan penguapan (evaporasi). Selain itu, adanya hubungan yang

Page 24: C08inw

terbuka dengan Samudera Hindia dapat meningkatkan kadar salinitas di

Palabuhanratu.

Terdapat dua pola musim di perairan Palabuhanratu yang berpengaruh

terhadap aktivitas penangkapan ikan, yaitu musim timur yang berlangsung dari

bulan Juni hingga September dan musim barat yang berlangsung dari bulan

Desember hingga Februari. Kondisi perairan pada musim timur relatif tenang,

angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan

cukup tinggi pada musim ini. Periode ini berlangsung pada musim kemarau. Hal

yang sebaliknya terjadi pada musim barat. Pada musim ini, angin dan gelombang

laut cukup tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Pada musim barat

umumnya aktivitas penangkapan ikan akan menurun. Diantara kedua musim

tersebut terdapat musim peralihan pertama yaitu antara bulan Maret sampai Mei

dan musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan Oktober sampai

November.

Penduduk sekitar Palabuhanratu sebagian besar berprofesi sebagai nelayan

tradisional yang menggunakan pancing, jaring apus, dan payang sebagai alat

tangkap utama. Hasil tangkapan utamanya antara lain ikan layur (Trichiurus sp.),

ikan tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan tongkol (Euthynnus sp.).

Page 25: C08inw

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Juli 2007 hingga

bulan November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan

nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Koordinat lokasi penangkapan

ikan layur tidak tersedia, sehingga gambaran lokasi masih bersifat umum.

Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan

contoh acak. Ikan contoh kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk

penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, dan karakter morfometrik-

meristiknya. Berikut ini disajikan peta lokasi penelitian (Gambar 4).

Gambar 4. Peta lokasi penelitian

Lokasi Penelitian

Page 26: C08inw

3.2. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1 Neraca Ohaus

berketelitian 0,01

gram

Mengukur berat ikan

2 Tisu Membersihkan sampel ikan

3 Penggaris dengan

ketelitian 1 mm

Mengukur ukuran tubuh sampel ikan

4 Meteran kain

dengan ketelitian 1

cm

Mengukur panjang total sampel ikan

5 Alat bedah Alat bantu membedah ikan serta menghitung

karakter meristik ikan

6 Kertas label dan

alat tulis

Menandai/menomori ikan

7 Baki Sebagai alas sampel ikan

8 Botol sampel

berukuran 30, 100,

dan 300 ml.

Sebagai wadah mengawetkan kepala ikan

serta organ dalam

9 Formalin 4% Mengawetkan kepala ikan dan organ dalam

10 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan layur

(famili Trichiuridae dan Gempylidae)

3.3. Metode kerja

Penentuan stasiun pengambilan contoh ikan didasarkan pada lokasi

penangkapan ikan oleh nelayan Palabuhanratu yang meliputi empat daerah

penangkapan yaitu Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Cimaja, dan Ujung Genteng.

Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan.

Ikan kemudian disimpan dalam kotak pendingin (ice box) dan dibawa ke

Page 27: C08inw

laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, serta

karakter morfometrik-meristiknya.

Sebelum dianalisa panjang, berat, serta karakter morfometrik-meristiknya,

sampel ikan diidentifikasi terlebih dahulu. Proses identifikasi didasarkan pada

buku identifikasi yang ditulis oleh Nakamura dan Parin (1993). Beberapa karakter

yang menjadi pembeda utama antara ketiga spesies ikan layur adalah warna tubuh,

warna sirip dorsal, dan ukuran diameter mata.

Penentuan karakter morfometrik-meristik dilakukan berdasarkan morfologi

ikan. Galman (1987) dalam Brojo (1999) menentukan 12 karakter morfometrik

pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie (2006) menentukan 34

karakter morfometrik dan 13 karakter meristik pada ikan kurisi (Pristipomoides

filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar tetap dalam penentuan

jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur maupun dihitung pada

tiap spesies ikan melainkan disesuaikan dengan morfologi ikan. Pada penelitian

ini ditentukan 18 karakter morfometrik dan 5 karakter meristik yang didasarkan

pada morfologi ikan. Karakter meristik yang dihitung dan morfometrik yang

diukur tertera pada tabel berikut ini (Tabel 2 dan Tabel 3). Sedangkan skema

penghitungan karakter meristik dan pengukuran karakter morfometrik dapat

dilihat pada gambar 5.

Tabel 2. Karakter meristik yang dihitung

No Karakter Meristik

1

Jumlah jari-jari sirip

dorsal

Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah

pada sirip dorsal

2 Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah

pada sirip anal

3 Jumlah piloric caeca Jumlah juntaian-juntaian pada lambung

4 Jumlah gigi canine Jumlah seluruh gigi canine pada kedua rahang

5 Finlet Jumlah sirip tambahan di belakang sirip dorsal dan

sirip anal

Page 28: C08inw

Tabel 3. Karakter morfometrik yang diukur

No Karakter Morfometrik

1 Panjang total Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung

sirip caudal yang paling belakang

2 Panjang kepala Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung

terbelakang dari keping tutup insang (operculum)

3 Tinggi kepala Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas

dengan pangkal kepala bagian bawah

4 Lebar kepala Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang

pada kedua sisi kepala

5 Panjang predorsal Jarak antara ujung terdepan mulut bagian atas dengan

ujung terdepan dari sirip dorsal

6 Panjang prepectoral Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan

ujung terdepan dari sirip pectoral

7 Panjang hidung Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang

hidung

8 Jarak interorbital Jarak lurus antara kedua mata

9 Panjang operculum Jarak antara tulang operculum terdepan dengan ujung

terbelakang dari keping tutup insang (operculum)

10 Panjang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung

terbelakang tulang rahang atas

11 Panjang rahang bawah Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan

ujung terbelakang tulang rahang bawah

12 Tinggi badan Jarak tertinggi antara dorsal dengan ventral

13 Tinggi canine Jarak tertinggi antara ujung canine dengan pangkal

canine

14 Tinggi dorsal Jarak tertinggi antara ujung sirip dorsal dengan dasar

sirip dorsal

15 Lebar bukaan mulut Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka

selebar-lebarnya

16 Diameter mata Panjang garis tengah rongga mata

17 Panjang usus Jarak antara ujung usus terdepan dengan ujung usus

paling belakang

18 Sudut rahang Sudut yang terbentuk ketika mulut ikan dibuka

Page 29: C08inw

Gambar 5. Skema karakter morfometrik-meristik yang diukur dan dihitung pada ikan layur

Keterangan (Karakter morfometrik yang diukur) : A) Panjang total; B) Panjang kepala; C) Panjang prepectoral; D) Panjang predorsal; E)

Panjang rahang atas; F) Panjang hidung; G) Panjang rahang bawah; H) Panjang operculum; I) Lebar diameter mata; J)Lebar bukaan mulut; K) Lebar kepala; L) Tinggi dorsal; M) Tinggi badan.

(Karakter meristik yang dihitung) : N) Jumlah jari-jari sirip dorsal pertama; O) Jumlah jari-jari sirip dorsal kedua; P) Jumlah

jari-jari sirip anal; Q) Jumlah finlet

Page 30: C08inw

3.4. Analisis data

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang

Data yang digunakan dalam metode ini adalah data panjang total dari ikan

layur jenis T. lepturus, L. savala, dan G. serpens. Pengukuran dilakukan pada

setiap individu ikan menggunakan meteran kain yang mempunyai ketelitian satu

cm.

Tahap-tahap untuk menganalisis data frekuensi ukuran panjang adalah

sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan;

2. Menentukan lebar selang kelas; dan

3. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing

kelas dengan memasukkan panjang masing-masing contoh ikan pada

selang kelas yang telah ditentukan.

Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang

sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Dari grafik tersebut dapat dilihat

pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulan pengamatan. Pergeseran sebaran

frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada.

Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang, berarti terdapat lebih

dari satu kohort.

3.4.2. Analisis karakter meristik

Karakter meristik yang dihitung kemudian dianalisa untuk mengetahui

kisaran dari masing-masing karakter. Karakter meristik ikan layur yang dihitung

dapat dilihat pada Tabel 2.

3.4.3. Analisis karakter morfometrik

Dari 14 karakter morfometrik yang diukur, dibuat 1 perbandingan ukuran.

Panjang total diperbandingkan dengan 2 karakter morfometrik. Panjang kepala

diperbandingkan terhadap 6 karakter morfometrik. Tinggi badan, panjang rahang

bawah, dan panjang prepectoral diperbandingkan dengan 1 karakter morfometrik

(Brojo, 1999; Priyanie, 2006). Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan

layur dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 4).

Page 31: C08inw

Tabel 4. Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur No Perbandingan ukuran

1 Panjang total : Panjang kepala

2 Panjang total : Tinggi badan

3 Panjang kepala : Tinggi kepala

4 Panjang kepala : Lebar kepala

5 Panjang kepala : Diameter mata

6 Panjang kepala : Panjang hidung

7 Panjang kepala : Panjang rahang atas

8 Panjang kepala : Panjang rahang bawah

9 Panjang rahang bawah : Panjang rahang atas

10 Tinggi badan : Tinggi kepala

11 Panjang prepectoral : Panjang predorsal

3.4.3. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies

Analisis karakter meristik dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai masing-

masing karakter meristik. Dari kisaran nilai ini kemudian ditentukan modusnya.

Nilai kisaran dan modus inilah yang menjadi dasar dalam penulisan rumus suatu

karakter meristik.

Analisis karakter morfometrik dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

adalah menganalisis masing-masing karakter morfometrik yang diukur. Tahap

kedua adalah menganalisis perbandingan karakter morfometrik yang telah

ditentukan (misal perbandingan antara panjang total dengan panjang hidung).

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakter morfometrik dan

perbandingan karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan dengan karakter

lainnya.

Seluruh karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik

dianalisis menggunakan program PCA (Principal Components Analysis). Dari

hasil analisis akan didapat suatu matriks data yang nilai-nilainya menunjukkan

Page 32: C08inw

seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya.

Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau positif antar

parameter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang

berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan

diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai negatif

yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar

karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan

satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter

akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi, 2005).

3.4.5. Hubungan panjang-berat

Untuk menganalisis hubungan panjang-berat masing-masing spesies ikan

layur digunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) :

W = a L b

Keterangan :

W = Berat L = Panjang

a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y)

b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat

Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan

sebagai berikut :

Log W = Log a + b Log L

Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan

log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan

regresi :

y = a + bx

Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan

hipotesis (Steel and Torie, 1993 dalam Effendie, 1997) :

H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik.

H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu :

Page 33: C08inw

• Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat

daripada pertambahan panjang) dan,

• Allometrik negatif, jika b<3 (Pertambahan panjang lebih

cepat daripada pertambahan berat).

thitung = 1

01

Sbbb −

Keterangan :

b1 = Nilai b (dari hubungan panjang berat) b0 = 3 Sb1 = Simpangan koefisien b

Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.

Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan

yang diambil adalah :

thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0)

thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol

Page 34: C08inw

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi tangkapan dan sebaran panjang

Ikan layur (superfamili Trichiuroidea) yang diteliti selama bulan Juli-

November berjumlah 198 ekor terdiri dari 71 ekor jenis T. lepturus, 105 ekor L.

savala, dan 22 ekor G. serpens. Komposisi dan frekuensi jumlah ikan yang

tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian

Berdasarkan Tabel 5, terlihat adanya perbedaaan komposisi dan jumlah ikan

yang tertangkap pada masing-masing bulan pengamatan. Pada bulan Juli terlihat

hanya ada dua spesies ikan layur yang tertangkap yaitu T. lepturus dan L. savala

sedangkan dari jenis G. serpens tidak tertangkap. Ketiga spesies ikan layur

tertangkap pada bulan September dan November namun dengan jumlah yang

berbeda-beda. Berdasarkan jumlah ikan yang tertangkap selama 3 bulan

pengamatan, terlihat bahwa G. serpens yang memiliki frekuensi terendah dengan

jumlah 22 ekor. Sedangkan frekuensi tertinggi terdapat pada jenis L. savala

dengan jumlah 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup dari

masing-masing spesies. Menurut Nakamura dan Parin (1993), ikan layur jenis G.

serpens jika telah mencapai ukuran dewasa akan cenderung hidup sendiri atau

soliter. Nakamura dan Parin (1993) juga mengatakan bahwa belum ada perikanan

Jenis

Waktu

Juli September November

F Panjang (mm)

Berat (gram) F Panjang

(mm) Berat

(gram) F Panjang (mm)

Berat (gram)

T. lepturus 34

643,41± 100,37

172,92± 59,11

31

719,23± 217,03

296,43± 196,91

6

768,33± 94,50

383,52± 157,90

L. savala 23

666,87± 73,68

214,46± 57,15

50

606,60± 133,31

228,46± 143,08

32

666,66± 52,86

269,62± 78,92

G. serpens - - - 12

725,17± 44,20

486,52± 101,75

10

731,70± 89,87

496,44± 227,87

Page 35: C08inw

khusus terhadap G. serpens. Layur jenis ini biasanya tidak sengaja tertangkap

dengan menggunakan rawai tuna. Keadaan ini membuat kemungkinannya untuk

tertangkap juga semakin kecil. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab

sedikitnya jumlah G. serpens yang tertangkap selama penelitian.

Berbeda dengan G. serpens, jumlah T. lepturus dan L. savala yang

tertangkap selama penelitian lebih banyak yaitu 71 dan 105 ekor. Hal ini diduga

terkait dengan kebiasaan hidup kedua jenis ikan layur ini. Menurut Parin (1986),

T. lepturus dan L. savala merupakan ikan yang hidup secara bergerombol

(schooling). Keadaan ini membuat kemungkinan kedua jenis ikan ini untuk

tertangkap semakin besar. Selain itu, perairan pantai Pulau Jawa dan perairan

Palabuhanratu diduga menjadi daerah penyebaran utama kedua jenis layur ini. Hal

ini didasarkan pada pernyataan Nontji (2005) yang mengatakan bahwa jenis layur

yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah T. lepturus. Sedangkan

Anita (2003) menyatakan bahwa ikan layur yang banyak tertangkap di Teluk

Palabuhanratu adalah dari jenis L. savala.

Berdasarkan bulan pengamatan, terlihat adanya perbedaan hasil tangkapan.

Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada bulan September dengan jumlah

tangkapan sebanyak 93 ekor. Pada bulan Juli, ikan yang tertangkap berjumlah 57

ekor. Sedangkan pada bulan November, ikan yang tertangkap berjumlah 48 ekor.

Perbedaan jumlah hasil tangkapan diduga terkait dengan musim penangkapan

yang dapat mempengaruhi aktivitas penangkapan. Penangkapan ikan pada

penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, September, dan November. Antara bulan

Juli – September, perairan Palabuhanratu sedang mengalami musim timur yang

merupakan musim banyak ikan. Pada saat musim timur, kondisi perairan relatif

tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan

ikan cukup tinggi pada musim ini (Pariwono dkk., 1988). Meningkatnya aktivitas

penangkapan diduga meningkatkan jumlah ikan yang tertangkap di Palabuhanratu.

Adapun pada bulan November termasuk pada musim peralihan antara musim

timur ke musim barat dan merupakan musim sedang ikan sehingga hasil

tangkapan tidak sebanyak hasil tangkapan pada saat musim timur.

Kisaran panjang total dan berat pada ketiga spesies layur juga berbeda-beda.

Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki kisaran panjang total

Page 36: C08inw

yang lebih luas dari L. savala dan G. serpens. Hal ini dikarenakan T. lepturus

memiliki kemampuan untuk mencapai panjang total yang lebih tinggi dari kedua

spesies layur lainnya. Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa T. lepturus

dapat tumbuh hingga mencapai panjang 120 cm. Bahkan Parin (1986) dan Nontji

(2005) menyatakan bahwa panjang total yang dapat dicapai oleh T. lepturus

mencapai 150 cm. Sedangkan panjang maksimum yang dapat dicapai olah L.

savala dan G. serpens hanya 100 cm. Kisaran panjang total dan kisaran berat

ketiga spesies layur yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Panjang G. serp

ens

Panj

ang

(mm

) / B

erat

(gra

m)

0

2 0 0

4 0 0

6 0 0

8 0 0

1 0 0 0

1 2 0 0

Panjang T. leptu

rus

Panjang L. savala

Berat T. le

pturu

s

Berat L. s

avala

Berat G

. serp

ens

Gambar 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur

Ukuran panjang total ikan layur jenis T. lepturus berkisar antara 270–991

mm dan terbagi menjadi dua belas selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi

terdapat pada bulan Juli dengan jumlah 10 ekor. Modus ini berada pada selang

514-574 mm dan 575-635 mm. Kisaran panjang L. savala antara 310–951 mm

dan terbagi menjadi 12 selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi berada pada

selang 634-687 mm dengan jumlah 14 ekor. Modus ini terjadi pada bulan

November. Sedangkan G. serpens panjang totalnya antara 624–905 mm dan

terbagi menjadi 8 selang kelas panjang. Frekuensi tertingginya berada pada selang

696-731 mm dan 732-767 mm dengan jumlah 4 ekor. Modus ini terjadi pada

Page 37: C08inw

bulan September. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang untuk masing-masing

spesies ikan layur dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9 berikut ini.

Berdasarkan Gambar 7, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas

ukuran panjang pada T. lepturus. Selama bulan Juli sampai November terlihat

adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan

Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke

kelas ukuran yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai

November terdapat minimal dua kelompok ukuran.

Pada bulan Juli modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang

514-574 mm dan 575-635 mm. Sedangkan pada bulan September, modus

frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 758-818 mm dan 819-879 mm.

Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran pertama

yaitu dari bulan Juli sampai September. Pada bulan November, modus frekuensi

kelas ukuran panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada

pada selang 636-696 mm. Hal ini menunjukkan adanya recruitment baru ke dalam

stok ikan T. lepturus.

Berdasarkan Gambar 8, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas

ukuran panjang pada L. savala. Selama bulan Juli sampai November terlihat

adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan

Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke

kelas ukuran yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai

November terdapat minimal dua kelompok ukuran.

Pada bulan Juli modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang berada pada

selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada bulan September modus sebaran

frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 580-633 mm, namun puncak

kurva cenderung bergeser ke kiri dikarenakan pada bulan Juli terdapat dua modus

kelas ukuran panjang yaitu pada selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada

bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas

ukuran yang lebih tinggi yaitu berada pada selang 634-687 mm. Hal ini

menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran kedua yaitu

dari bulan September sampai November.

Page 38: C08inw

0

2

4

6

8

10

12

Juli

n = 34Fr

ekue

nsi (

indi

vidu

)

0

2

4

6

8

10

12

September n = 31

Selang kelas (mm)

270-3

30

331-3

91

392-4

52

453-5

13

514-5

74

575-6

35

636-6

96

697-7

57

758-8

18

819-8

79

880-9

40

941-1

001

0

2

4

6

8

10

12

November

n = 6

Gambar 7. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus

Page 39: C08inw

0

2

4

6

8

10

12

14

Juli

Frek

uens

i (in

divi

du)

0

2

4

6

8

10

12

14

September

Selang kelas (mm)31

0-363

364-4

17

418-4

71

472-5

25

526-5

79

580-6

33

634-6

87

688-7

41

742-7

95

796-8

49

850-9

03

904-9

570

2

4

6

8

10

12

14

November

n = 23

n = 50

n = 32

Gambar 8. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala

Page 40: C08inw

Selang kelas (mm)

Frek

uens

i (in

divi

du)

0

1

2

3

4

5

September

624-6

59

660-6

95

696-7

31

732-7

67

768-8

03

804-8

39

840-8

75

876-9

110

1

2

3

4

5

November

n = 12

n = 10

Gambar 9. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens

Berdasarkan Gambar 9, hanya terlihat satu pergeseran modus sebaran

frekuensi kelas ukuran panjang pada G. serpens. Hal ini dikarenakan pada bulan

Juli tidak terdapat sampel G. Serpens. Modus sebaran frekuensi kelas ukuran

panjang pada bulan September berada pada selang 696-731 mm dan 732-767 mm.

Pada bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke

Page 41: C08inw

kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 660-695 mm. Hal ini

menunjukkan antara bulan September sampai November terjadi recruitment baru

ke dalam stok ikan G. serpens. Namun hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut karena

jumlah sampel G. serpens yang diamati selama penelitian hanya berjumlah 22

ekor dan dikhawatirkan tidak dapat menjelaskan keadaan sebenarnya.

Berdasarkan Gambar 7, 8, dan 9 terlihat sebaran panjang untuk semua

spesies mengelompok pada ukuran 514-879 (mm). Hal ini terjadi karena nelayan

Palabuhanratu menggunakan pancing (longline dan handline) sebagai alat tangkap

utama yang memiliki tingkat selektivitas cukup tinggi. Alat tangkap jenis pancing

hanya dapat menangkap ikan-ikan yang memiliki ukuran mulut lebih besar atau

minimal sama dengan ukuran mata pancing. Pada umumnya nelayan

Palabuhanratu menggunakan ukuran mata pancing nomor 8 (komunikasi pribadi,

2008) namun ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing nomor 7-9

(Prayitno, 2006). Faktor lain yang menjadi penyebab seragamnya ukuran ikan

layur adalah ikan layur yang tertangkap di Palabuhanratu umumnya untuk tujuan

ekspor. Menurut Anita (2003), ikan layur yang diekspor memiliki kisaran berat

antara 200-700 gram/ekor. Kisaran ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu 200-300

gram/ekor, 300-500 gram/ekor, dan 500-700 gram/ekor. Masing-masing kategori

memiliki harga yang sedikit berbeda. Dengan adanya ketentuan ini, diduga

nelayan berupaya menangkap ikan layur yang masuk dalam kategori ekspor dan

memiliki harga tertinggi.

Penelitian tentang T. lepturus yang dilakukan oleh Herianti dkk. (1992) di

Utara Tuban-Lamongan mendapatkan kisaran panjang antara 200-800 mm dengan

panjang rata-rata 484 mm. Nilai ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di

Palabuhanratu yang mendapatkan kisaran panjang total lebih luas yaitu 270-991

mm. Herianti dkk. (1992) menyatakan bahwa T. lepturus yang diteliti merupakan

ikan hasil tangkapan cantrang. Cantrang merupakan alat tangkap yang berupa

pukat dasar. Alat tangkap ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan dasar

seperti bawal hitam. Namun dalam pengoperasiannya tidak jarang menangkap

ikan lain seperti layur. Berbeda dengan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan

di daerah Utara Tuban-Lamongan, nelayan Palabuhanratu umumnya menangkap

T. lepturus menggunakan pancing bernomor 7-9 (Prayitno, 2006). Adanya

Page 42: C08inw

perbedaan penggunaan alat tangkap yang juga memiliki perbedaan selektivitas

diduga menjadi penyebab berbedanya ukuran ikan antara kedua lokasi.

4.2. Analisis karakter meristik

Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari-jari lemah mengeras dan

jari-jari lemah pada sirip dorsal menunjukkan selang 3-4 jari-jari lemah mengeras

dan 102-136 jari-jari lemah pada T. lepturus. Pada L. savala terdapat 3-4 jari-jari

lemah mengeras dan 97-136 jari-jari lemah. Sedangkan pada G. serpens terdapat

dua sirip dorsal yang terpisah. Dorsal pertama hanya memiliki jari-jari lemah

mengeras dengan jumlah 27-29 sedangkan dorsal kedua memiliki 4-5 jari-jari

lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. G. serpens juga memiliki sirip anal

dengan 4-5 jari-jari lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah serta finlet sebanyak 6

buah dibelakang sirip dorsal dan anal. Berikut ini disajikan tabel karakter meristik

ikan layur yang dihitung selama penelitian (Tabel 6).

Tabel 6. Kisaran ciri meristik pada ketiga spesies layur

T. lepturus memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah

sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa T. lepturus mempunyai rumus sirip

dorsal DIII-IV, 102-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini lebih besar

kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIII,

Karakter Meristik

Spesies

T. lepturus L. savala G. serpens

Jumlah Gigi Canine 26 – 57 25 – 53 50 - 71

Jumlah Piloric Caeca 6 – 32 10 – 36 6 - 16

Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Punggung (D1) 3 – 4 3 – 4 27 - 29

Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Punggung (D1) 102 – 136 97 – 136 -

Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Punggung (D2) - - 4 - 5

Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Punggung (D2) - - 7 - 9

Jumlah Jari-jari Lemah Mengeras Sirip Anal (A) - - 4 - 5

Jumlah Jari-jari Lemah Sirip Anal (A) - - 7 - 9

Jumlah Finlet - - 6

Page 43: C08inw

131-136. L. savala memiliki modus 3 jari-jari lemah mengeras dan 125 jari lemah

sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa L. savala mempunyai rumus sirip

dorsal DIII-IV, 97-136 dengan modus DIII, 125. Rumus ini juga lebih besar

kisarannya dari rumus sirip dorsal yang diberikan oleh Parin (1986) yaitu DIV,

108-123. Pada sirip dorsal pertama, G. serpens memiliki modus 28 jari-jari lemah

mengeras sedangkan dorsal keduanya memiliki modus 5 jari-jari lemah mengeras

dan 8 jari-jari lemah. Secara umum dapat dikatakan bahwa G. serpens mempunyai

rumus D1 XXVII-XXIX, dengan modus DXXVIII dan D2 IV-V, 7-9 dengan

modus D2 IV, 8. Rumus ini lebih kecil kisarannya dari rumus sirip dorsal yang

diberikan oleh Parin (1986) yaitu DXXVI-XXXII.

Sirip anal memiliki rumus AIV-V, 7-9 yang berarti mempunyai 4-5 jari-jari

lemah mengeras dan 7-9 jari-jari lemah. Namun hanya G. serpens yang memiliki

sirip anal sedangkan T. lepturus dan L. savala tidak memiliki sirip anal karena

telah tereduksi menjadi duri-duri kecil.

4.3. Analisis karakter morfometrik

Hasil pengukuran karakter morfometrik merupakan salah satu yang dapat

digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Setiap spesies ikan

memiliki ukuran mutlak berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis

kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud di sini

seperti makanan, suhu, pH, dan salinitas (Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran

karakter morfometrik pada tiga spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 7.

Hasil pengukuran menunjukan adanya perbedaan kisaran ukuran

morfometrik. Pada umumnya, T. lepturus memiliki kisaran ukuran morfometrik

yang lebih luas dibandingkan dengan dua spesies layur lainnya.

Faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan.

Walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda.

Olah karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya, seperti

jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT)

(Affandi dkk., 1992). Hasil pengukuran perbandingan karakter morfometrik pada

masing-masing spesies ikan layur dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 44: C08inw

Tabel 7. Kisaran ukuran morfometrik pada ketiga spesies layur.

Karakter Morfometrik

Spesies

T. lepturus

N = 71 ekor

L. savala

N = 105 ekor

G. serpens

N = 22 ekor

Panjang Total (cm) 27,0 – 99,1 31,0 – 95,1 62,4 - 90,5

Panjang Kepala (cm) 3,9 - 14,4 4,8 – 13,7 11,3 - 16,3

Panjang Hidung (cm) 0,9 - 4,3 1,1 - 4,6 3,7 – 5,6

Tinggi Kepala (cm) 1,6 - 6,8 1,7 - 6,4 3,4 – 4,9

Lebar Kepala (cm) 0,6 - 2,8 0,7 - 2,7 2,1 – 3,5

Tinggi Badan (cm) 1,6 - 8,1 2,1 - 7,9 3,7 – 5,5

Panjang Predorsal (cm) 2,6 - 9,6 2,7 – 10,4 8,9 – 13,4

Panjang Prepectoral (cm) 3,4 – 13,3 4,0 – 11,7 11,5 - 16,6

Diameter Mata (cm) 0,6 - 2,5 0,6 - 2,0 1,6 – 2,3

Panjang Rahang Atas (cm) 1,2 - 6,1 1,6 - 5,7 5,3 – 7,9

Panjang Rahang Bawah (cm) 1,3 - 6,8 1,9 - 6,2 5,8 – 9,5

Sudut Rahang ( ˚ ) 26 – 61 25 – 60 33 – 55

Lebar Bukaan Mulut (cm) 0,6 - 5,3 0,7 - 3,0 1,8 – 3,4

Jarak Interorbital (cm) 0,4 - 2,2 0,6 - 1,8 1,4 – 2,4

Panjang operculum (cm) 1,1 - 4,4 1,0 - 4,0 2,2 – 3,2

Tinggi canine(cm) 0,15 - 1,5 0,15 – 1,1 0,3 – 0,6

Tinggi Dorsal (cm) 0,5 - 4,4 0,7 - 3,8 1,3 – 3,8

Panjang usus (cm) 4,1 - 26,1 4,9 – 20,0 16,0 - 34,0

Berdasarkan Tabel 8, terlihat adanya perbedaan kisaran nilai perbandingan

ciri morfometrik pada masing-masing spesies. Umumnya jenis L. savala memiliki

kisaran perbandingan ciri morfometrik yang lebih luas dibandingkan T. lepturus

dan G. serpens. Namun pada perbandingan Panjang kepala : Panjang rahang

bawah (PK : PRB), Panjang kepala : Panjang rahang atas (PK : PRA), dan

Panjang kepala : Tinggi kepala (PK : TK), jenis T. lepturus memiliki kisaran yang

lebih luas dibandingkan dua spesies lainnya. Perbedaan kisaran perbandingan

karakter morfometrik pada ketiga spesies tersebut selain disebabkan oleh

perbedaan spesies juga disebabkan adanya perbedaan umur dan jenis kelamin

Page 45: C08inw

(Affandi dkk., 1992). Sedangkan faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan pH

diduga tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap perbedaan ukuran

perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies tersebut karena ketiganya

dianggap berasal dari satu habitat yang memiliki faktor lingkungan sama yaitu

perairan Palabuhanratu.

Tabel 8. Kisaran ukuran perbandingan ciri morfometrik pada ketiga spesies

layur.

Perbandingan

Morfometrik

Spesies

T. lepturus L. savala G. serpens

PT : PK 5,86 – 8,07 4,97 - 8,66 5,25 – 5,76

PT : TB 10,90 – 17,24 8,65 - 17,85 15,11 - 16,88

PK : TK 1,83 – 3,06 1,85 - 2,88 2,76 – 3,50

PK : LK 4,31 – 7,54 3,48 - 7,85 4,30 – 6,33

PK : DM 4,78 – 8,44 5,83 - 12,33 5,78 – 8,06

PK : PH 2,58 – 4,33 2,49 - 5,00 2,74 – 3,20

PK : PRA 1,87 – 3,43 2,02 - 3,25 1,87 – 2,40

PK : PRB 1,72 – 3,00 1,90 - 3,03 1,63 – 2,19

PRB : PRA 0,93 – 1,31 0,80 - 1,26 1,09 – 1,20

TB : TK 0,90 – 1,44 0,92 - 1,64 0,93 – 1,18

P prepectoral :

P predorsal 0,80 – 1,49 0,70 – 1,64 1,19 – 1,34

4.3.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies

Analisis korelasi karakter morfometrik digunakan untuk melihat karakter-

karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan antara satu karakter dengan

karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau

positif antar karakter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan

yang berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter

akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai

negatif yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding

Page 46: C08inw

terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti

oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan

suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi,

2005).

Berdasarkan analisis korelasi data morfometrik T. lepturus, terlihat bahwa

korelasi antar karakter memiliki kisaran yang cukup lebar yaitu antara 0,19

sampai 0,98. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter Panjang

rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah (PRB) dengan nilai korelasi sebesar

0,98 sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter Sudut rahang

(SR) dan Tinggi dorsal (TD) dengan nilai korelasi 0,19. Nilai korelasi karakter

morfometrik pada T. lepturus dapat dilihat pada Lampiran 1.

Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH),

Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral,

Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang

rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), Jarak interorbital (JI), Tinggi

dorsal (TD), dan Panjang usus (PU) adalah karakter-karakter yang mempunyai

hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi yang erat menunjukkan ukuran

tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya,

karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), dan Tinggi canine (TC)

tidak mencirikan ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-

masing karakter tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,19-

0,46, 0,39-0,66 dan 0,28-0,60.

Hasil analisis korelasi data morfometrik L. savala juga memiliki kisaran

yang cukup lebar yaitu antara 0,12 sampai 0,97. Hubungan yang sangat erat

ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah

(PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,97 sedangkan untuk korelasi terendah

ditunjukkan oleh karakter Panjang hidung (PH) dan Sudut rahang (SR) dengan

nilai korelasi 0,12. Nilai korelasi karakter morfometrik pada L. savala dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Karakter Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH),

Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang Prepectoral,

Panjang Predorsal, Diameter mata (DM), Panjang rahang atas (PRA), Panjang

Page 47: C08inw

rahang bawah (PRB), Panjang operculum (PO), dan Jarak interorbital (JI) adalah

karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain. Korelasi

yang erat menunjukan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh salah satu

dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut

(LBM), Tinggi canine (TC), dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan ukuran dari

karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter tersebut

rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu 0,12-0,56, 0,38-0,67, 0,16-0,63

dan 0,21-0,58.

Hasil analisis korelasi pada data morfometrik G. serpens memiliki kisaran

yang cukup lebar yaitu antara -0,39 sampai 0,99. Hubungan yang sangat erat

ditunjukkan oleh karakter Panjang rahang atas (PRA) dan Panjang rahang bawah

(PRB) dengan nilai korelasi sebesar 0,99 sedangkan untuk korelasi terendah

ditunjukkan oleh karakter Jarak interorbital (JI) dan Tinggi dorsal (TD) dengan

nilai korelasi -0,39. Nilai korelasi karakter morfometrik pada G. serpens dapat

dilihat pada lampiran 3.

Karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain

adalah Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH), Tinggi

kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral, Panjang

predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan Panjang

operculum (PO). Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain

dapat diwakili oleh salah satu dari karakter ini. Sebaliknya, karakter Diameter

mata (DM), Sudut rahang (SR), Lebar bukaan mulut (LBM), Jarak interobital (JI),

Tinggi canine (TC), Tinggi dorsal (TD) dan Panjang usus (PU) tidak mencirikan

ukuran dari karakter-karakter lain. Kisaran nilai korelasi masing-masing karakter

tersebut rendah dibandingkan dengan karakter lain yaitu -0,17-0,64, -0,27-0,38, -

0,39-0,58, -0,17-0,61, -0,39-0,61, dan 0,01-0,53.

Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing spesies

memperlihatkan adanya beberapa karakter yang berpengaruh terhadap karakter

lainnya seperti Panjang total (PT), Panjang kepala (PK), Panjang hidung (PH),

Tinggi kepala (TK), Lebar kepala (LK), Tinggi badan (TB), Panjang prepectoral,

Panjang predorsal, Panjang rahang atas (PRA), Panjang rahang bawah (PRB), dan

Panjang operculum (PO). Namun nilai-nilai dari masing-masing karakter ini

Page 48: C08inw

belum bisa dijadikan standar dalam mengidentifikasi ikan layur. Analisis korelasi

karakter morfometrik ini hanya menunjukkan karakter-karakter yang memiliki

hubungan saling terkait dengan karakter lainnya. Seperti dikatakan oleh Affandi

dkk. (1992) bahwa ukuran mutlak masing-masing individu dapat berbeda-beda

meskipun memiliki umur dan spesies yang sama. Hal ini terkait dengan adanya

faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan.

Oleh karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya seperti

jarak antara panjang kepala (PK) dibandingkan dengan panjang total (PT).

4.3.2. Analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies

Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga spesies

memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih tinggi

yaitu sebesar 0,9996 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens dan

L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,9897 dan 0,9890. Hal ini

menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan

dalam hal hubungan antar karakter morfometrik dibandingkan dengan hubungan

antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G. serpens dan L. savala-G. serpens.

Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks korelasi karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur

T. lepturus L. savala G. serpens

T. lepturus 1 L. savala 0,9996 1

G. serpens 0,9897 0,9890 1

4.3.3. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies

Affandi dkk. (1992) menyatakan bahwa yang dijadikan standar dalam

mengidentifikasi suatu jenis ikan adalah ukuran perbandingan seperti panjang

total : panjang kepala. Untuk mengetahui keterkaitan antar karakter perbandingan

Page 49: C08inw

morfometrik pada masing-masing spesies digunakan Analisis Komponen Utama

(AKU) atau Principal Components Analysis (PCA). Dari hasil yang didapat akan

terlihat karakter perbandingan yang memiliki keterkaitan dengan karakter

perbandingan lainnya.

Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik untuk ketiga

spesies sangat bervariasi dengan nilai kisaran masing-masing 0,0006-0,9209

untuk T. lepturus, 0,0019-0,9063 untuk L. savala, dan 0,0015-0,9634 untuk G.

serpens. Sedangkan korelasi negatif tertinggi untuk masing-masing spesies adalah

-0,29 untuk T. lepturus, -0,52 untuk L. savala, dan -0,57 untuk G. serpens.

Matriks korelasi perbandingan morfometrik pada ketiga spesies dapat dilihat pada

Lampiran 4, 5, dan 6.

Perbandingan karakter antara Panjang kepala : Panjang rahang atas dengan

(PK : PRA), Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK : PRB) memiliki

korelasi positif tertinggi pada ketiga spesies dengan nilai 0,92 untuk T. lepturus,

0,91 untuk L. savala, dan 0,96 untuk G. serpens. Sedangkan kesamaan nilai

korelasi negatif tertinggi hanya dimiliki oleh T. lepturus dan L. savala yaitu pada

perbandingan karakter Panjang total : Tinggi badan (PT : TB) dengan Tinggi

badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai -0,29 untuk T. lepturus dan -0,52

untuk L. savala. Pada G. serpens, yang memiliki nilai korelasi negatif tertinggi

yaitu karakter perbandingan antara Panjang kepala : Panjang rahang bawah (PK :

PRB) dengan Tinggi badan : Tinggi kepala (TB : TK) dengan nilai korelasi -0,57.

Korelasi yang rendah tingkat keeratannya dapat diartikan pengukuran karakter

tersebut tidak dapat diwakili oleh karakter lain karena tingkat keeratannya

mendekati nol (antara -0,5 hingga 0,5).

4.3.4. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga

spesies Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada ketiga

spesies memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara T. lepturus-L. savala lebih

tinggi yaitu sebesar 0,99 dibandingkan nilai korelasi antara T. lepturus-G. serpens

dan L. savala-G. serpens yang masing-masing sebesar 0,98 dan 0,97. Hal ini

menunjukkan bahwa T. lepturus dan L. savala memiliki lebih banyak persamaan

dalam hal hubungan perbandingan antar karakter morfometrik dibandingkan

Page 50: C08inw

dengan hubungan perbandingan antar karakter morfometrik pada T. lepturus-G.

serpens dan L. savala-G. serpens. Hasil analisis korelasi perbandingan karakter

morfometrik pada ketiga jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik antara ketiga jenis ikan layur

T. lepturus L. savala G. serpens

T. lepturus 1 L. savala 0,99 1

G. serpens 0,98 0,97 1

4.4. Identifikasi karakter morfologi sederhana

Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik dan perbandingan

karakter morfometrik dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU)

atau Principal Components Analysis (PCA), T. lepturus, L. savala, dan G. serpens

memperlihatkan kecenderungan perbedaan karakter morfologi. Hal ini sangat

mungkin terjadi mengingat pada kenyataannya ketiga ikan layur tersebut terlihat

berbeda. Selain metoda di atas, untuk membedakan spesies secara cepat dapat

dilakukan identifikasi karakter morfologi secara sederhana dengan mengamati

warna, bentuk tubuh, diameter mata, dan ada tidaknya tonjolan pada bagian atas

kepala (sagittal crest).

Jenis T. lepturus yang dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan nama layur

meleu memiliki badan berbentuk pipih dan panjang tubuh umumnya 60-80 cm,

tubuh berwarna putih mengkilat sedangkan sirip dorsalnya berwarna putih,

berekor rambut, dan memiliki mata yang besar. Jenis L. savala lebih dikenal

masyarakat Palabuhanratu dengan nama layur golok, memiliki badan berbentuk

pipih dan panjang tubuh umumnya 50-70 cm, tubuh dan sirip dorsalnya berwarna

putih kekuningan, berekor rambut, dan ukuran matanya lebih kecil dari T.

lepturus. Selain dari warna tubuh dan ukuran diameter mata, T. lepturus dan L.

savala juga dapat dibedakan dari ada tidaknya tonjolan pada bagian atas kepala

(sagittal crest). Pada T. lepturus terdapat sagittal crest sedangkan pada L. savala

Page 51: C08inw

tidak terdapat sagittal crest. Bentuk dari sagittal crest dapat dilihat pada gambar

berikut ini (Gambar 10).

Gambar 10. Sagittal crest pada T. Lepturus (Nakamura dan Parin, 1993)

Jenis G. serpens lebih mudah dibedakan dari jenis T. lepturus dan L. savala.

Hal ini dikarenakan G. serpens memiliki perbedaan yang mencolok dari kedua

jenis layur lainnya. G. serpens yang dikenal masyarakat Palabuhanratu dengan

nama gelang luyung memiliki badan agak membulat, panjang tubuh umumnya 60-

80 cm, tubuh dan sirip dorsal berwarna hitam, memiliki dua sirip dorsal dan satu

sirip anal, serta berekor cagak.

4.5. Hubungan kekerabatan

Penentuan hubungan kekerabatan dilakukan dengan cara menganalisis data

perbandingan ciri morfometrik menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU)

atau Principal Components Analysis (PCA). Seperti yang dikemukakan oleh

Bengen (2000) bahwa Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal

Components Analysis (PCA) dapat digunakan untuk mempelajari matriks data

dari sudut pandang kemiripan antar individu. Semakin mirip suatu individu maka

semakin dekat hubungan kekerabatannya.

Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik dan analisis korelasi

perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies (Tabel 9 dan 10) terlihat

bahwa korelasi antara T. lepturus-L. savala memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar

0,9996 dan 0,9946. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa T. lepturus dan L.

savala memiliki lebih banyak kesamanan karakter morfometrik dibandingkan

dengan G. serpens. Dari hasil analisis karakter morfometrik ini disimpulkan

Page 52: C08inw

bahwa T. lepturus lebih berkerabat dekat dengan L. savala dibandingkan dengan

G. serpens. Berikut ini disajikan dendrogram yang menunjukkan kedekatan

kekerabatan pada ketiga spesies ikan layur (Gambar 11).

Gambar 11. Dendrogram hubungan kekerabatan ketiga spesies ikan layur

4.6. Hubungan panjang–berat

Persamaan hubungan panjang-berat ikan layur jenis T. lepturus betina adalah

W = 0,000002L2,5136 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,85 dan

koefisien korelasi (r) sebesar 0,92. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan

mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 85% dan terdapat hubungan yang

erat antara panjang dengan berat pada T. lepturus betina (Walpole, 1992). Pada T.

lepturus jantan didapatkan persamaan hubungan panjang-berat W =

0,000002L2,8325 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95 dan koefisien

korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan dapat

menjelaskan model sebenarnya sebesar 95% dan terdapat hubungan yang erat

antara panjang dengan berat pada T. lepturus jantan (Walpole, 1992). Sedangkan

persamaan hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan adalah W =

0,000002L2,793 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,94 dan koefisien

korelasi (r) sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan dapat

Page 53: C08inw

menjelaskan model sebenarnya sebesar 94% dan terdapat hubungan yang erat

antara panjang dengan berat pada T. lepturus (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang

digunakan dalam penentuan hubungan panjang berat T. lepturus adalah 69 ekor.

Nilai ini lebih kecil dari total T. lepturus yang diteliti yaitu 71 ekor. Pengurangan

ini dilakukan karena terdapat dua data ikan yang outlier. Pengurangan ini boleh

dilakukan karena nilai R2 untuk jumlah ikan 71 ekor lebih kecil yaitu hanya

sebesar 0,92 bila dibandingkan dengan nilai R2 untuk jumlah ikan 69 ekor yaitu

sebesar 0,94. Artinya, model dugaan untuk T. lepturus lebih terwakili oleh 69

sampel dibandingkan 71 sampel. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus pada

ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 12, 13,

14.

Nilai b pada T. lepturus betina, T. lepturus jantan, dan T. lepturus secara

keseluruhan berturut-turut adalah 2,51, 2,83, dan 2,79 yang menandakan bahwa

pola hubungan antara panjang dan berat adalah allometrik negatif. Artinya

pertambahan panjangnya lebih cepat dibandingkan pertambahan beratnya. Hal ini

diperkuat juga dengan hasil uji-t yang mendapatkan nilai thitung > ttabel yang berarti

tolak Ho (Lampiran 7). Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Herianti dkk., (1992) di daerah Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur. Herianti

dkk., (1992) mendapatkan nilai b = 2,83 untuk spesies yang sama.

Persamaan hubungan panjang-berat ikan L. savala betina adalah W =

0,0000008L3,3627 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,87 dan

koefisien korelasi (r) sebesar 0,93. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan

mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 87% dan terdapat hubungan yang

erat antara panjang dengan berat pada L. savala betina (Walpole, 1992). Pada L.

savala jantan didapatkan persamaan hubungan panjang-berat W = 0,008L3,525

dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,95 dan koefisien korelasi (r)

sebesar 0,97. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan

model sebenarnya sebesar 95% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang

dengan berat pada L. savala jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan

hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan adalah W = 0,00008L3,4452

dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,92 dan koefisien korelasi (r)

sebesar 0,96. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan

Page 54: C08inw

model sebenarnya sebesar 92% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang

dengan berat pada L. savala (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam

penentuan hubungan panjang-berat L. savala adalah 97 ekor. Nilai ini lebih kecil

dari total L. savala yang diteliti yaitu 105 ekor. Pengurangan ini dilakukan karena

terdapat empat data ikan yang outlier dan empat data ikan yang tidak dapat

ditentukan jenis kelaminnya. Pengurangan ini boleh dilakukan karena nilai R2

untuk jumlah ikan 105 ekor lebih kecil yaitu hanya sebesar 0,85 bila dibandingkan

dengan nilai R2 untuk jumlah ikan 97 ekor yaitu sebesar 0,92. Artinya, model

dugaan untuk L. savala lebih terwakili oleh 97 sampel dibandingkan 105 sampel.

Grafik hubungan panjang-berat L. savala pada ikan betina, ikan jantan, dan secara

keseluruhan dapat dilihat pada pada gambar 15, 16, dan 17.

Nilai b pada L. savala betina, L. savala jantan, dan L. savala secara

keseluruhan adalah 3,36, 3,52, dan 3,45 yang menandakan bahwa pola hubungan

antara panjang dan berat adalah allometrik positif. Artinya pertambahan beratnya

lebih cepat dibandingkan pertambahan panjangnya. Hal ini diperkuat juga dengan

hasil uji-t yang mendapatkan nilai thitung > ttabel yang berarti tolak Ho (Lampiran

8).

Persamaan hubungan panjang-berat ikan layur jenis G. serpens betina adalah

W = 0,00000005L2,3749 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,71 dan

koefisien korelasi (r) sebesar 0,84. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan

mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 71% dan terdapat hubungan yang

erat antara panjang dengan berat pada G. serpens betina (Walpole, 1992). Pada G.

serpens jantan didapatkan p9ersamaan hubungan panjang-berat W = 0,7L3,3538

dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9 dan koefisien korelasi sebesar

0,95. Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model

sebenarnya sebesar 90% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan

berat pada G. serpens jantan (Walpole, 1992). Sedangkan persamaan hubungan

panjang-berat G. serpens secara keseluruhan adalah W = 0,000007L3,1106 dengan

nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,85 dan koefisien korelasi sebesar 0,92.

Hal ini menjelaskan bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya

sebesar 85% dan terdapat hubungan yang erat antara panjang dengan berat pada

G. serpens (Walpole, 1992). Jumlah ikan yang digunakan dalam penentuan

Page 55: C08inw

hubungan panjang-berat G. serpens adalah 22 ekor. Grafik hubungan panjang-

berat G. serpens pada ikan betina, ikan jantan, dan secara keseluruhan dapat

dilihat pada pada gambar 18, 19, dan 20.

Berdasarkan nilai b pada ketiga spesies, terlihat adanya perbedaan pola

hubungan panjang-berat baik pada ikan betina maupun pada ikan jantan. Antara T.

lepturus betina dan L. savala betina terdapat perbedaan pola hubungan panjang-

berat meskipun keduanya sama-sama memiliki bentuk tubuh pita. T. lepturus

betina memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik negatif sedangkan L.

savala betina memiliki pola hubungan allometrik positif. Perbedaan ini diduga

karena adanya perbedaan perbandingan ukuran tubuh. Walaupun secara umum

kedua jenis layur ini memiliki bentuk tubuh seperti pita, namun perbandingan

antara panjang total dengan tinggi badan pada keduanya berbeda. Berdasarkan

Tabel 9, terlihat bahwa nilai perbandingan antara panjang total dengan tinggi

badan pada L. savala lebih rendah dibandingkan pada T. lepturus. Hal ini

memperlihatkan bahwa untuk ukuran panjang total yang sama, L. savala memiliki

tinggi tubuh yang lebih besar dibandingkan T. lepturus. Hal ini akan berdampak

pada meningkatnya berat tubuh ikan. Gambar 6 juga memperkuat panjelasan di

atas. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki panjang rata-rata

yang lebih tinggi dari L. savala. Namun nilai berat rata-rata pada T. lepturus lebih

rendah dibandingkan berat rata-rata pada L. savala. Hal ini menandakan bahwa L.

savala lebih montok sehingga nilai b-nya juga lebih besar.

Perbedaan pola hubungan panjang-berat juga terjadi antara G. serpens betina

dengan L. savala betina. Perbedaan bentuk tubuh diduga menjadi faktor penyebab

berbedanya pola hubungan panjang-berat antara kedua spesies ini. Menurut

Nakamura dan Parin (1993), L. savala memiliki bentuk tubuh pipih sedangkan G.

serpens memiliki bentuk tubuh semifusiform. Jumlah sampel yang diamati diduga

juga berpengaruh terhadap hasil regresi. G. serpens betina yang diamati selama

penelitian hanya berjumlah 8 ekor. Minimnya jumlah sampel dikhawatirkan tidak

mampu menjelaskan keadaan sebenarnya.

Page 56: C08inw

y = 2E-05x2,5136

r = 0,92N = 26 ekor

0

100

200

300

400

500

600

0 200 400 600 800 1000 1200

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 12. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus betina

y = 2E-06x2,8325

r = 0,97N = 43 ekor

0

100

200

300

400

500

600

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 13. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus jantan

y = 2E-06x2,793

r = 0,97N = 69 ekor

0

100

200

300

400

500

600

0 200 400 600 800 1000 1200

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 14. Grafik hubungan panjang-berat T. lepturus secara keseluruhan

Page 57: C08inw

y = 7E-08x3.3627

r = 0,93N = 42 ekor

0

100

200

300

400

500

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 15. Grafik hubungan panjang-berat L. savala betina

y = 3E-08x3.525

r = 0,97N = 55 ekor

0

100

200

300

400

500

600

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 16. Grafik hubungan panjang-berat L. savala jantan

y = 5E-08x3.4452

r = 0,96N = 97 ekor

0

100

200

300

400

500

600

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 17. Grafik hubungan panjang-berat L. savala secara keseluruhan

Page 58: C08inw

y = 8E-05x2,3749

r = 0,84N = 8 ekor

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 18. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens betina

y = 1E-07x3,3538

r = 0,95N = 14 ekor

0

200

400

600

800

1000

1200

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 19. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens jantan

y = 6E-07x3,1106

r = 0,92N = 22 ekor

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0 200 400 600 800 1000

Panjang (mm)

Bera

t (gr

am)

Gambar 20. Grafik hubungan panjang-berat G. serpens secara keseluruhan

Page 59: C08inw

Pada ikan jantan juga terdapat perbedaan pola hubungan panjang-berat. T.

lepturus memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik negatif. L. savala

memiliki pola hubungan panjang-berat allometrik positif. Sedangkan G. serpens

memiliki pola hubungan panjang-berat yang bersifat isometrik. Perbedaan pola

hubungan panjang-berat antara T. lepturus dan L. savala diduga karena adanya

perbedaan kematangan gonad. Sebanyak 25% dari total sampel L. savala

mengalami matang gonad sedangkan sampel T. lepturus yang mengalami matang

gonad hanya 16%. Pertumbuhan gonad ikut meningkatkan berat total ikan

sehingga dapat mempengaruhi nilai faktor kondisi dan juga nilai b. Hal ini seperti

yang dinyatakan oleh Effendie (1997) bahwa nilai faktor kondisi akan meningkat

pada saat ikan mengalami matang gonad dan mencapai puncaknya sebelum terjadi

pemijahan. Hal yang sama juga diduga terjadi pada G. serpens. Hal ini

dikarenakan sebanyak 33,33% dari total sampel G. serpens jantan mengalami

matang gonad. Diduga nilai b G. serpens jantan juga meningkat dikarenakan

sedang berada pada fase pematangan gonad.

4.7. Pengelolaan ikan layur

Ikan layur dikonsumsi masyarakat sekitar Palabuhanratu dalam bentuk ikan

segar dan ikan asin. Selain diminati oleh konsumen dalam negeri, ikan layur juga

diminati oleh konsumen luar negeri. Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN

Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari

185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038

per tahun. Semakin tingginya permintaan konsumen dikhawatirkan akan

berdampak pada meningkatnya upaya tangkap oleh nelayan. Padahal layur

termasuk ikan demersal yang daya tahan terhadap tekanan penangkapan relatif

rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya

penangkapannya (Aoyama, 1973 dalam Ridho, 2004). Artinya, semakin tinggi

upaya tangkap maka tingkat mortalitasnya juga akan semakin meningkat. Jika hal

ini terus terjadi dikhawatirkan populasinya akan menurun.

Selama ini, aspek pengelolaan ikan layur masih dilakukan secara umum.

Data yang ada di PPN Palabuhanratu dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)

masih mengategorikan ikan layur dalam satu jenis, padahal ikan layur tersebut

Page 60: C08inw

terdiri atas beberapa jenis yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap

pengelolaan jenisnya. Pengelolaan pada masing-masing spesies layur tidak bisa

disamakan karena setiap jenis memiliki karakter yang unik dan berbeda satu sama

lain, misalnya dalam hal musim reproduksi. Jika pengelolaan ikan layur masih

bersifat umum, tanpa melihat jenis-jenisnya, maka dikhawatirkan ada jenis-jenis

tertentu dikelola dengan cara yang sama padahal seharusnya memiliki pola

pengelolaan yang berbeda.

Berdasarkan data dan informasi yang didapat dari penelitian ini, dapat dibuat

beberapa upaya pengelolaan terkait sumberdaya ikan layur di wilayah perairan

Palabuhanratu. Berdasarkan data sebaran frekuensi panjang, sebagian besar ikan

yang tertangkap memiliki panjang antara 543-906 mm dan telah tergolong ikan

remaja dan dewasa. Menurut Ambarwati (komunikasi pribadi, 2008), T. lepturus

jantan pertama kali matang gonad pada ukuran 725 mm dan betinanya matang

gonad pada ukuran 630 mm, L. savala jantan pertama kali matang gonad pada

ukuran 552 mm dan betinanya matang gonad pada ukuran 592 mm, dan G.

serpens jantan matang gonad pertama kali pada ukuran 668 mm. Penggunaan alat

tangkap yang berupa handline dan longline dengan mata pancing nomor 8

sebaiknya dipertahankan. Alat tangkap ini memiliki selektifitas cukup tinggi yang

terlihat dari seragamnya ikan hasil tangkapan. Dengan menggunakan alat tangkap

yang selektif diharapkan ikan-ikan yang masih muda mendapatkan kesempatan

untuk tumbuh dan bereproduksi.

Selama penelitian yaitu antara bulan Juli-November hanya ditemukan 27%

T. lepturus yang sedang berada dalam fase matang gonad. Pada L. savala hanya

ditemukan 22% sampel yang matang gonad. Sedangkan jumlah sampel yang

matang gonad pada G. serpens nilainya lebih rendah lagi yaitu hanya sekitar 18%

dari total sampel. Hal ini menunjukkan bahwa puncak pemijahan telah terjadi

sebelum bulan Juli sehingga penangkapan disarankan dilakukan setidaknya antara

bulan Juli - November karena dalam 5 bulan tersebut persentase ikan-ikan yang

matang gonad cukup rendah.

Penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti tidak diketahuinya

koordinat sampling dan sedikitnya jumlah sampel terutama dari jenis G. serpens.

Hal ini dikarenakan penulis tidak mengikuti operasi penangkapan nelayan

Page 61: C08inw

sehingga tidak dapat mencatat titik koordinat sampling. Sabagai akibatnya,

populasi asal dari ikan layur yang diteliti tidak diketahui. Minimnya jumlah

sampel G. serpens lebih disebabkan oleh rendahnya hasil tangkapan nelayan. Hal

ini tidak terlepas dari kebiasaan G. serpens yang biasa hidup soliter.

Page 62: C08inw

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis karakter meristik, analisis korelasi karakter dan

perbandingan karakter morfometrik pada ketiga spesies, disimpulkan bahwa T.

lepturus lebih berkerabat dekat dengan L. savala dibandingkan dengan G.

serpens.

Hubungan panjang-berat pada T. lepturus betina, jantan, dan secara

keseluruhan bersifat allometrik negatif. Pada L. savala, didapat hubungan

panjang-berat yang bersifat allometrik positif pada betina, jantan, maupun secara

keseluruhan. Sedangkan pada G. serpens didapat hubungan panjang-berat yang

bersifat allometrik negatif pada betina, allometrik positif pada jantan, dan

isometrik secara keseluruhan.

5.2. Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama dan

jumlah sampel yang lebih banyak agar didapat data yang benar-benar

mewakili keadaan sebenarnya.

2. Perlu adanya penelitian mengenai genetika ketiga spesies ini untuk

mengetahui jarak genetik sebagai dasar penentuan hubungan

kekerabatan antara ketiganya.

3. Pada penelitian selanjutnya hendaknya mencatat lokasi penangkapan

sehingga dapat diketahui daerah asal sampel. Hal ini dapat dijadikan

dasar dalam penentuan pengelolaan suatu kawasan.

4. Pada penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan alat tangkap yang

tingkat selektivitasnya lebih rendah agar ukuran ikan yang tertangkap

lebih bervariasi.

Page 63: C08inw

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D. S. Safei, M. F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Afrianto, E., S. A. Rifai, E. Liviawaty, dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Istilah

Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 148 hal. Anita. 2005. Pengendalian Mutu Produksi Layur (Trichiurus sp.) di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Pelabuhanratu untuk Tujuan Ekpor. Skripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Ayodhya, H. A. U. dan Diniah. 1989. Handbook Perikanan Indonesia. Fakultas

Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badrudin. 2006. Strategi Pengelolaan Perikanan Demersal : Kasus Armada Trawl

di Jambi. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Bal, D. V. dan K. V. Rao. 1984. The Ribbon-Fishes. Marine Fisheries : 243-256.

Tata McGraw-hill Publishing Company Limited. New Delhi. 250 hal. Bengen, D. G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik

Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hal.

Brojo, M. 1999. “Ciri-Ciri Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Strain

Chitralada dan Strain Gift”. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, VI (2) : 21-38.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan

Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 hal. Dewantoro, E. 2001. Rasio RNA/DNA, Karakter Morfometrik, dan Komposisi

Daging Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Strain Sinyonya, Karper Kaca, dan Hibridanya. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dewi, L. 2005. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton Penghasil Geosmin dan

MIB (2-Metilisoborneol) Penebab Citarasa Lumpur Pada Ikan di Waduk Cirata. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 64: C08inw

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

Herianti, I., M. D. M. Pawarti dan T. Suhendrata. 1992. “Pendugaan Parameter

Biologi Ikan Layur (Trichiurus lepturus) di Perairan Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no 75 Th. 1992. Hal 11-19. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta

Imron. 1998. Keragaman Morfologis dan Biokimiawi Beberapa Stok Keturunan

Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Asal Laut yang Dibudidayakan di Tambak. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kementrian Negara Riset dan Teknologi. 2000. Kajian Potensi dan Pemanfaatan

Sumberdaya Kelautan untuk Pembangunan Ekonomi Guna Mengantisipasi Pemberlakuan Otonomi Daerah. Laporan Akhir. Kerjasama Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat ITB. Bandung.

Nakamura, I. dan N. V. Parin. 1993. Snake Mackerels and Cutlassfishes of The

World. FAO Species Catalogue No. 125 Vol. 15. FAO. Rome. Nikolsky, G. V. 1965. The Ecology of Fishes. Academic Press. London and New

York. 352 hal. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara, Cetakan ke empat (edisi revisi). Djambatan.

Jakarta. 368 hal. Parin, N. V. 1986. Trichiuridae. Fishes of the North-eastern Atlantic and the

Mediterranean Vol. II : 976-980. UNESCO. United Kingdom. Pariwono J. I., S. Raharjo, M. Purba, Widodo, U. Djuriah dan J.H Hutapea. 1988.

Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2007. Statistik Perikanan Tahun

2007 PPN Palabuhanratu. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Prayitno, M. R. E. 2006. Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7, 8, dan 9

Pada Rawai Layur Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur Di Teluk Palabuhanratu. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 65: C08inw

Priyanie, M. M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) di Perairan Laut Dalam Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ridho, M. R. 2004. Distribusi, Kepadatan Biomassa dan Struktur Komunitas Ikan

Demersal di Perairan Laut Cina Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rochmawati. 2004. Perbedaaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur di

Prigi, Kabupaten Trenggalek. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan I. Bandung : Binatjipta. Sparre, P. dan S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku-

I Manual. Kerjasama Organisasi Pangan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelititan dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 482 hal.

Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika, Edisi ke-3. Penerbit Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. 521 hal. Yudistira, Y. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (Stick Light) Pada

Rawai Vertikal Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

www. fao.org (5 Agustus 2007) www. pipp. dkp (5 Agustus 2007)

Page 66: C08inw

LAMPIRAN

Page 67: C08inw

Lampiran 1. Matriks korelasi karakter morfometrik pada T. lepturus

PT PK PH TK LK TB P. Predorsal

P. Prepectoral DM RA RB SR LBM Jrk

InterorbitalP.

OperculumT.

Canine T.

Dorsal P.usus

PT 1

PK 0,976547 1

PH 0,899917 0,934913 1

TK 0,892705 0,924337 0,910779 1

LK 0,895221 0,914682 0,881936 0,850790 1

TB 0,913738 0,932847 0,922012 0,928124 0,896564 1

P. Predorsal 0,947886 0,957348 0,925943 0,901852 0,914497 0,946310 1

P. Prepectoral 0,939958 0,964715 0,925580 0,899235 0,926446 0,921489 0,945186 1

DM 0,913468 0,933282 0,894784 0,888179 0,879925 0,893564 0,922467 0,914783 1

RA 0,832593 0,849557 0,824650 0,825548 0,879725 0,862239 0,849513 0,866558 0,807904 1

RB 0,835118 0,853976 0,832879 0,822158 0,886865 0,869870 0,852905 0,880818 0,791805 0,978293 1

SR 0,356491 0,376407 0,330956 0,354445 0,350148 0,328030 0,290187 0,398979 0,298590 0,339579 0,342224 1

LBM 0,452472 0,473788 0,448799 0,462312 0,519940 0,400746 0,479299 0,523367 0,471150 0,529918 0,545197 0,462756 1

Jrk Interorbital 0,906957 0,905607 0,864573 0,803770 0,863341 0,842325 0,893448 0,893464 0,887996 0,818136 0,801566 0,322136 0,474994 1

P.Operculum 0,915308 0,931762 0,836302 0,855308 0,876730 0,854297 0,886666 0,893122 0,866957 0,800860 0,805143 0,422211 0,474339 0,853133 1

T. Canine 0,437687 0,507625 0,515850 0,547009 0,555264 0,604867 0,515873 0,542800 0,454138 0,595176 0,597568 0,284834 0,395276 0,440812 0,500115 1

T. Dorsal 0,722417 0,735400 0,704124 0,718234 0,748062 0,757020 0,762882 0,743922 0,776812 0,738115 0,701504 0,186050 0,513242 0,719810 0,698731 0,530179 1

P.usus 0,778765 0,788768 0,739662 0,797271 0,759510 0,743248 0,753059 0,798138 0,721870 0,724829 0,719869 0,426109 0,660691 0,667622 0,773833 0,547066 0,765939 1

Page 68: C08inw

Lampiran 2. Matriks korelasi karater morfometrik pada L. savala

PT PK PH TK LK TB P. Predorsal

P. Prepectoral DM RA RB SR LBM Jrk

InterorbitalP.

Operculum T. Canine T. Dorsal P.usus

PT 1

PK 0,904498 1

PH 0,835787 0,891965 1

TK 0,843076 0,930537 0,839668 1

LK 0,685554 0,810214 0,655408 0,797174 1

TB 0,818122 0,905358 0,773375 0,885895 0,759143 1

P. Predorsal 0,886872 0,895341 0,835581 0,825686 0,669774 0,831141 1

P. Prepectoral 0,828963 0,952498 0,842306 0,889088 0,800484 0,868192 0,791684 1

DM 0,826603 0,877655 0,803905 0,825731 0,696318 0,810733 0,847487 0,844156 1

RA 0,766098 0,836602 0,719614 0,783020 0,755585 0,749451 0,800319 0,830930 0,770762 1

RB 0,764737 0,844115 0,710421 0,794269 0,776884 0,760972 0,797726 0,836916 0,762928 0,971542 1

SR 0,230289 0,234564 0,119805 0,188069 0,276706 0,171324 0,215339 0,206088 0,156418 0,229425 0,273680 1

LBM 0,426216 0,507028 0,378930 0,403227 0,525542 0,420730 0,442579 0,548190 0,405817 0,657968 0,665337 0,560551 1

Jrk Interorbital 0,793267 0,836410 0,783352 0,776366 0,688639 0,780612 0,801279 0,815572 0,813580 0,790878 0,778600 0,188572 0,431599 1

P.Operculum 0,830995 0,889142 0,752450 0,844121 0,807431 0,798262 0,794210 0,837800 0,812769 0,827450 0,832947 0,313889 0,559581 0,788062 1

T. Canine 0,595835 0,631150 0,594246 0,587506 0,508267 0,586588 0,623671 0,557604 0,554357 0,631388 0,611728 0,157904 0,397455 0,518348 0,575077 1

T. Dorsal 0,704548 0,683044 0,660053 0,644150 0,502202 0,631305 0,711112 0,667534 0,669824 0,654428 0,625579 0,228380 0,488798 0,619674 0,613568 0,606288 1

P.usus 0,554925 0,552377 0,427979 0,462582 0,438390 0,581875 0,556313 0,543235 0,485123 0,551917 0,551579 0,207582 0,508503 0,444190 0,479596 0,455373 0,476428 1

Page 69: C08inw

Lampiran 3. Matriks korelasi karakter morfometrik pada G. serpens

PT PK PH TK LK TB P. Predorsal

P. Prepectoral DM RA RB SR LBM Jrk

InterorbitalP.

Operculum T. Canine T. Dorsal P.usus

PT 1

PK 0,959294 1

PH 0,952682 0,940871 1

TK 0,883969 0,856328 0,880221 1

LK 0,814938 0,758515 0,759202 0,663701 1

TB 0,951702 0,942697 0,919602 0,837108 0,861717 1

P. Predorsal 0,955901 0,947645 0,956549 0,846606 0,865104 0,961330 1

P. Prepectoral 0,943949 0,983331 0,914983 0,828217 0,792176 0,946034 0,942087 1

DM 0,603038 0,612326 0,606627 0,638336 0,430866 0,558521 0,595150 0,550231 1

RA 0,793160 0,814401 0,780079 0,626586 0,898510 0,865242 0,876048 0,861028 0,308349 1

RB 0,790336 0,821864 0,760385 0,611752 0,906581 0,863383 0,867909 0,868448 0,347669 0,988010 1

SR 0,051394 -0,108371 -0,003933 0,174594 0,021080 -0,012956 -0,052512 -0,169576 0,068886 -0,23847 -0,27315 1

LBM 0,215084 0,053908 0,119682 0,237744 0,130988 0,195221 0,099077 0,078603 -0,16793 0,056053 0,031292 0,412883 1

Jrk Interorbital 0,447458 0,368133 0,447748 0,448355 0,553226 0,461718 0,502885 0,346891 0,584772 0,358195 0,337045 0,390670 -0,204343 1

P.Operculum 0,882649 0,909189 0,821888 0,777491 0,756549 0,875579 0,866542 0,913343 0,520140 0,806710 0,822876 -0,162026 0,125030 0,287113 1

T. Canine 0,305790 0,287057 0,391894 0,451317 -0,127681 0,181815 0,221567 0,214407 0,389263 -0,14556 -0,17207 0,317180 0,359058 -0,081079 0,147600 1

T. Dorsal 0,431233 0,462832 0,434801 0,426874 0,085876 0,373511 0,321616 0,459686 0,286172 0,148411 0,187084 -0,247337 0,376530 -0,388586 0,388521 0,610215 1

P.usus 0,507669 0,476638 0,528611 0,403450 0,356945 0,467251 0,498406 0,438873 0,205266 0,411125 0,353252 0,013013 0,234221 0,242895 0,527488 0,270298 0,198602 1

Page 70: C08inw

Lampiran 4. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada T. lepturus

PT:PK PT:TB PK:TK PK:LK PK:DM PK:PH PK:PRA PK:PRB PRB:PRA TB:TK P.Prepec: P.Predor

PT:PK 1

PT:TB 0,483043 1

PK:TK 0,005137 0,416575 1

PK:LK -0,056695 0,198307 0,047951 1

PK:DM -0,218508 0,010187 0,153881 0,231136 1

PK:PH 0,111178 0,395676 0,340269 0,177942 0,110673 1

PK:PRA -0,080023 0,199171 0,209874 0,326334 -0,077301 0,279275 1

PK:PRB -0,091759 0,222725 0,227735 0,384250 -0,107104 0,342597 0,920998 1

PRB:PRA 0,030787 -0,060769 -0,055119 -0,128615 0,092315 -0,144352 0,158146 -0,235148 1

TB:TK 0,108743 -0,295557 0,610829 -0,204493 0,000646 0,012466 -0,033201 -0,044045 0,019241 1

P.Prepec: P.Predor -0,178726 0,094398 0,084719 -0,050147 0,133691 0,063379 -0,070915 -0,140099 0,161430 -0,146510 1

Lampiran 5. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada L. savala

PT:PK PT:TB PK:TK PK:LK PK:DM PK:PH PK:PRA PK:PRB PRB:PRA TB:TK Prepec: Predor

PT:PK 1

PT:TB 0,668090 1

PK:TK 0,010246 0,293495 1

PK:LK 0,147652 0,212676 0,299944 1

PK:DM -0,219489 -0,106528 0,056733 -0,049597 1

PK:PH -0,070401 0,002573 0,089295 -0,126215 0,084815 1

PK:PRA -0,086210 0,011666 0,142714 0,238268 0,144019 0,045837 1

PK:PRB -0,063667 0,017766 0,145553 0,265807 0,104963 -0,053586 0,906292 1

PRB:PRA -0,068687 -0,019418 0,001919 -0,044047 0,087101 0,233368 0,307720 -0,119505 1

TB:TK -0,065883 -0,524831 0,438882 0,101817 -0,012336 0,036666 0,062383 0,069999 -0,014259 1

Prepec: Predor -0,270286 -0,062169 0,052579 -0,187973 0,126550 0,203773 0,086672 0,055333 0,079433 -0,098665 1

Page 71: C08inw

Lampiran 6. Matriks korelasi perbandingan ciri morfometrik pada G. serpens

PT:PK PT:TB PK:TK PK:LK PK:DM PK:PH PK:PRA PK:PRB PRB:PRA TB:TK Prepec: Predor

PT:PK 1

PT:TB 0,298526 1

PK:TK -0,446133 -0,177332 1

PK:LK -0,403962 0,409472 0,023959 1

PK:DM -0,236396 -0,200585 0,342938 -0,072086 1

PK:PH -0,465092 -0,063449 0,417779 0,153894 0,081123 1

PK:PRA -0,081572 0,437053 -0,250754 0,749372 -0,291663 0,001540 1

PK:PRB 0,016835 0,487057 -0,340869 0,775558 -0,273638 -0,116367 0,963377 1

PRB:PRA -0,298175 -0,335989 0,382946 -0,376425 0,051889 0,419626 -0,220142 -0,472993 1

TB:TK -0,096235 -0,585578 0,790326 -0,397662 0,307112 0,189997 -0,507259 -0,570253 0,392846 1

Prepec: Predor -0,466695 0,121971 0,278080 0,416575 0,254024 0,661602 0,207849 0,138533 0,174093 -0,037140 1

Page 72: C08inw

Lampiran 7. Anova T. lepturus secara keseluruhan SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,96948 R Square 0,939891 Adjusted R Square 0,938994 Standard Error 0,088392 Observations 69 ANOVA

df SS MS F Significance

F Regression 1 8,185393 8,185393 1047,641 1,24E-42 Residual 67 0,523482 0,007813 Total 68 8,708875

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept -5,61529 0,243442 -23,0662 1,38E-33 -6,10121 -5,12938 -6,10121 -5,12938X Variable 1 2,79296 0,08629 32,36729 1,24E-42 2,620725 2,965195 2,620725 2,965195 t hitung 2,399362 t tabel 2,292891

Page 73: C08inw

Lampiran 8. Anova L. savala secara keseluruhan SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,95902 R Square 0,919718 Adjusted R Square 0,918873 Standard Error 0,071999 Observations 97 ANOVA

df SS MS F Significance

F Regression 1 5,641747419 5,641747 1088,336 7,92E-54 Residual 95 0,492463945 0,005184 Total 96 6,134211364

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept -7,3325 0,292633598 -25,0569 1,2E-43 -7,91345 -6,75155 -7,91345 -6,75155X Variable 1 3,445155 0,104430493 32,98993 7,92E-54 3,237834 3,652475 3,237834 3,652475 t hitung 4,262689 t tabel 2,277483

Page 74: C08inw

Lampiran 9. Anova G. serpens secara keseluruhan SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,924407 R Square 0,854528 Adjusted R Square 0,847255 Standard Error 0,051514 Observations 22 ANOVA

df SS MS F Significance

F Regression 1 0,311768 0,3117684 117,4839 8,03E-10 Residual 20 0,053074 0,0026537 Total 21 0,364843

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept -6,2269 0,820978-

7,5847345 2,63E-07 -7,93943 -4,51437 -7,93943 -4,51437X Variable 1 3,110566 0,286979 10,839001 8,03E-10 2,511938 3,709194 2,511938 3,709194 t hitung 0,385276 t tabel 2,423117

Page 75: C08inw

Lampiran 10. Data ukuran panjang dan berat T. lepturus selama penelitian

No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) 1 545 103,80 27 555 122,21 53 320 35,60 2 573 143,65 28 597 175,50 54 649 242,70 3 576 135,45 29 565 112,64 55 619 166,30 4 603 148,98 30 580 130,10 56 635 136,60 5 607 170,13 31 603 150,78 57 272 12,40 6 630 203,57 32 527 116,80 58 465 44,50 7 633 188,46 33 737 208,16 59 796 305,65 8 652 228,84 34 562 134,59 60 857 393,20 9 660 140,46 35 556 120,40 61 815 361,00

10 677 211,02 36 559 105,82 62 911 478,30 11 680 215,30 37 572 122,59 63 795 325,80 12 780 200,10 38 510 97,50 64 833 362,50 13 783 258,05 39 685 148,65 65 685 270,60 14 801 311,20 40 552 113,33 66 925 493,80 15 803 306,80 41 616 166,00 67 725 351,30 16 812 237,75 42 577 128,27 68 830 289,60 17 823 251,00 43 814 264,75 69 682 245,90 18 825 304,40 44 860 200,00 19 850 287,20 45 785 334,00 20 856 397,60 46 772 211,00 21 870 415,00 47 293 14,20 22 870 505,95 48 790 340,01 23 878 439,90 49 850 340,43 24 882 412,20 50 565 86,80 25 902 545,20 51 270 12,80 26 991 554,30 52 351 30,05

Page 76: C08inw

Lampiran 11. Data ukuran panjang dan berat L. savala selama penelitian

No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) No L (mm) W (gram) 1 641 207,60 27 668 242,60 53 464 49,30 79 766 434,50 2 661 190,69 28 795 456,20 54 314 20,95 80 642 218,00 3 592 155,68 29 608 186,55 55 381 33,28 81 744 429,35 4 712 254,70 30 750 375,20 56 535 130,10 82 681 292,00 5 710 268,44 31 675 242,20 57 667 292,25 83 752 422,90 6 647 245,31 32 757 351,00 58 600 202,11 84 701 394,90 7 650 188,75 33 662 238,75 59 459 102,81 85 705 329,10 8 672 242,50 34 649 230,85 60 617 188,97 86 770 396,559 598 132,50 35 618 172,55 61 733 348,35 87 627 229,50 10 620 151,00 36 608 173,70 62 595 174,10 88 760 417,20 11 682 242,50 37 628 193,95 63 587 157,60 89 710 316,10 12 597 177,80 38 654 215,95 64 575 135,00 90 657 244,50 13 745 292,75 39 657 248,10 65 555 150,00 91 627 236,20 14 690 290,80 40 625 219,60 66 513 104,50 92 672 248,45 15 647 126,20 41 571 166,10 67 350 26,60 93 643 213,70 16 691 260,15 42 645 255,60 68 606 195,70 94 665 256,75 17 391 40,55 43 602 135,85 69 697 289,50 95 640 219,75 18 566 131,64 44 649 180,61 70 722 332,50 96 636 277,85 19 573 89,30 45 610 185,00 71 581 192,40 97 594 215,00 20 692 306,10 46 598 126,95 72 787 501,00 21 580 180,80 47 622 166,00 73 798 540,80 22 650 253,80 48 751 304,00 74 675 396,55 23 590 189,80 49 672 227,53 75 748 525,50 24 720 296,70 50 690 270,50 76 628 171,55 25 760 368,40 51 532 127,20 77 610 193,85 26 767 431,70 52 545 132,00 78 643 235,40

Page 77: C08inw

Lampiran 12. Data ukuran panjang dan berat G. serpens selama penelitian

No L (mm) W (gram) 1 750 538,20 2 739 516,30 3 763 621,60 4 743 413,90 5 804 545,60 6 643 346,95 7 830 717,85 8 695 498,25 9 780 519,52 10 698 331,90 11 705 423,40 12 638 312,20 13 775 590,70 14 724 493,80 15 702 500,20 16 760 598,80 17 668 391,60 18 726 405,60 19 677 361,50 20 670 351,00 21 624 284,80 22 905 1038,95

Page 78: C08inw

Lampiran 13. Data meristik T. lepturus selama penelitian

No Gigi Canine (n)

Jari-jari Lemah

(n)

Jari-jari lemah

mengeras (n)

Piloric Caeca

(n) No Gigi

canine (n)

Jari-jari lemah

(n)

Jari-jari lemah

mengeras (n)

Piloric caeca

(n) No Gigi

canine (n)

Jari-jari lemah

(n)

Jari-jari lemah

mengeras (n)

Piloric caeca(n)

1 35 - - 11 26 40 125 3 13 51 49 129 3 19 2 41 - - 15 27 54 125 3 18 52 41 131 3 21 3 42 - - 12 28 48 130 3 14 53 45 128 3 20 4 46 - - 19 29 42 101 3 28 54 43 118 3 21 5 46 - - 18 30 44 128 3 18 55 43 125 3 14 6 34 - - 11 31 38 126 3 20 56 52 125 3 22 7 35 - - 13 32 30 112 3 22 57 52 133 3 24 8 39 - - 12 33 36 116 3 24 58 47 133 3 15 9 38 - - 16 34 43 121 3 15 59 41 133 3 23

10 38 - - 17 35 54 121 3 16 60 49 134 3 25 11 47 - - 17 36 44 134 3 25 61 54 131 3 20 12 34 119 3 32 37 53 136 3 8 62 57 131 3 15 13 38 124 4 24 38 48 134 3 19 63 44 130 3 20 14 44 116 3 22 39 42 119 3 10 64 50 102 3 25 15 39 115 3 10 40 47 127 3 17 65 44 128 3 26 16 43 125 3 26 41 33 126 3 19 66 48 131 3 20 17 48 134 3 6 42 27 92 3 20 67 42 128 4 19 18 40 130 4 22 43 31 113 3 22 68 50 127 3 24 19 45 127 3 26 44 31 120 3 19 69 45 128 4 15 20 46 130 3 16 45 39 126 3 15 21 56 122 3 16 46 45 122 3 27 22 42 120 4 10 47 40 121 3 15 23 36 124 3 14 48 32 111 3 17 24 42 130 3 22 49 26 124 3 13 25 40 113 3 18 50 48 126 3

Page 79: C08inw

Lampiran 14. Data meristik L. savala selama penelitian

No Gigi canine (n)

Jari2 lemah (n)

Jari2 lemah mengeras (n)

Piloric caeca (n) No gigi canine

(n) Jari2 lemah

(n) Jari2 lemah

mengeras (n) Piloric

caeca (n) No gigi canine (n)

Jari2 lemah (n)

Jari2 lemah mengeras (n)

Piloric caeca (n)

1 38 131 2 36 27 27 126 3 26 53 37 121 3 17 2 32 126 3 10 28 34 116 3 18 54 45 123 3 16 3 44 137 3 22 29 29 129 3 23 55 48 133 3 17 4 42 133 3 32 30 44 128 4 19 56 48 124 3 28 5 37 130 4 22 31 36 122 3 20 57 45 127 3 16 6 47 106 3 22 32 25 103 3 26 58 46 125 3 15 7 2,5 119 3 15 33 34 133 4 21 59 46 124 3 14 8 34 121 3 32 34 37 133 4 19 60 40 123 3 5 9 46 130 3 22 35 32 129 3 15 61 36 124 3 22

10 44 130 3 16 36 28 109 3 17 62 50 115 3 23 11 42 116 3 26 37 30 125 4 24 63 44 125 4 17 12 43 127 3 8 38 36 120 3 23 64 46 123 3 23 13 42 100 3 13 39 36 124 3 18 65 35 129 4 27 14 41 122 3 24 40 45 128 3 17 66 47 126 3 14 15 40 131 3 28 41 36 118 3 22 67 46 124 3 25 16 37 121 3 14 42 34 120 3 22 68 42 122 3 20 17 38 129 3 17 43 33 120 3 22 69 53 130 3 22 18 30 98 3 35 44 31 115 3 15 70 47 118 3 21 19 36 109 4 28 45 28 123 3 12 71 45 124 3 20 20 34 122 3 22 46 27 100 3 15 72 43 136 4 14 21 41 110 4 26 47 46 125 3 26 73 45 140 3 20 22 41 111 3 14 48 44 121 3 15 74 38 124 4 20 23 31 123 3 9 49 38 118 3 6 75 39 132 3 22 24 31 123 3 18 50 44 125 3 11 76 34 129 3 8 25 40 125 3 10 51 36 120 3 14 77 38 128 3 18 26 34 121 3 24 52 31 112 4 20 78 38 125 3 21

Page 80: C08inw

Lampiran 14. Data meristik L. savala selama penelitian (lanjutan)

No gigi canine (n)

Jari2 lemah (n)

Jari2 lemah mengeras (n) Piloric caeca (n)

79 34 126 3 11 80 39 128 3 20 81 42 122 3 25 82 39 125 3 18 83 45 128 3 16 84 44 129 3 24 85 42 130 3 24 86 44 133 3 19 87 40 126 3 20 88 45 126 3 24 89 43 125 3 23 90 46 132 3 31 91 43 132 3 24 92 42 129 3 25 93 44 123 3 22 94 39 129 3 23 95 42 126 3 22 96 43 125 3 23 97 31 124 3 24

Page 81: C08inw

Lampiran 15. Data meristik G. serpens selama penelitian

No

Gigi canine (n)

Piloric caeca (n)

Dorsal 1 Dorsal 2 Anal Fin let (n) Jari2 lemah

mengeras (n) Jari2 lemah

mengeras (n) Jari2

lemah (n) Jari2 lemah

mengeras (n) Jari2

lemah (n) 1 71 7 29 4 9 4 8 6 2 55 7 27 4 9 4 8 6 3 56 7 28 4 9 4 9 6 4 50 9 28 4 7 4 7 6 5 55 10 29 4 7 5 7 6 6 66 8 29 4 8 4 7 6 7 62 8 28 5 7 4 7 6 8 54 6 28 5 9 4 8 6 9 60 8 29 5 7 4 8 6

10 54 10 28 5 8 4 9 6 11 55 6 28 5 7 4 7 6 12 52 8 28 5 8 4 8 6 13 56 10 29 5 7 4 7 6 14 62 14 29 5 8 4 9 6 15 60 11 27 5 8 4 7 6 16 69 16 29 5 9 4 9 6 17 56 15 28 5 7 4 9 6 18 68 10 28 5 7 4 8 6 19 57 14 28 5 7 4 7 6 20 60 10 28 5 8 4 8 6 21 69 9 29 5 8 4 9 6 22 54 8 29 5 7 4 8 6

Page 82: C08inw

Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor (cm)

P.Prepec(cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

1 55,5 8,9 2,5 3,7 1,0 4,3 5,0 6,9 1,6 3,5 3,6 53 4,3 10,3 2,1 0,3 - 10,5 2 63,3 10,8 2,9 4,3 1,6 4,6 6,1 8,3 1,1 4,0 4,3 50 2,1 1,1 2,2 0,2 - 11,3 3 67,7 9,4 2,7 3,9 1,7 4,7 7,1 8,8 1,3 4,4 4,5 77 4,8 1,4 2,2 0,5 - 15,0 4 57,3 8,5 2,9 3,7 1,5 4,2 5,9 8,0 1,3 3,7 4,3 45 2,1 1,1 2,1 0,4 - 10,5 5 59,7 9,2 3,3 4,0 1,6 4,2 6,4 8,2 1,3 4,1 4,6 48 2,5 0,8 2,5 0,4 - 15,0 6 56,5 7,8 2,3 3,9 1,4 4,0 5,2 7,2 1,2 3,3 4,0 33 2,6 1,3 2,1 0,4 - 8,6 7 63,0 9,5 2,8 4,8 1,8 5,2 6,4 8,3 1,3 3,9 4,6 26 1,9 1,4 2,6 0,5 - 11,0 8 65,2 10,4 3,4 5,2 2,1 5,3 7,2 9,4 1,4 4,5 5,4 34 2,9 1,4 2,9 0,5 - 13,3 9 58,0 8,1 2,2 3,7 1,5 4,2 5,3 7,4 1,2 3,6 3,7 20 1,1 1,0 2,3 0,3 - 12,6

10 68,0 10,5 3,3 4,4 1,9 5,2 6,8 9,2 1,4 4,3 4,8 45 3,1 0,8 3,3 0,8 - 14,8 11 78,3 11,0 3,4 4,6 1,5 5,2 8,1 9,6 1,6 4,7 5,0 50 5,1 1,4 3,5 0,5 - 15,0 12 60,3 8,6 2,6 3,9 1,6 4,6 5,9 7,9 1,4 3,6 4,3 32 1,6 1,4 2,2 0,4 2,4 11,7 13 60,7 9,2 2,5 4,4 1,4 4,4 5,5 8,2 1,4 4,1 4,7 34 2,1 1,2 2,6 0,5 2,6 9,2 14 54,5 7,8 2,3 3,3 1,8 3,7 5,2 7,4 1,2 3,6 3,9 32 1,5 1,2 2,2 0,4 2,8 8,9 15 52,7 7,7 2,6 3,4 1,3 4,1 4,7 6,9 1,2 3,5 3,7 42 1,6 0,9 2,0 0,3 2,1 13,6 16 82,5 12,4 3,3 4,9 2,3 5,2 8,1 11,0 2,0 5,3 5,8 47 3,1 1,9 4,0 0,5 3,3 15,8 17 73,7 10,2 3,3 4,2 2,2 4,9 7,4 9,3 1,8 4,8 5,1 48 2,7 1,7 3,1 0,6 4,1 14,6 18 60,3 8,6 2,6 4,5 1,5 4,2 6,1 7,8 1,8 3,9 4,0 40 4,0 1,7 2,0 0,3 3,3 11,5 19 56,2 8,8 2,7 4,6 1,9 5,1 6,0 7,6 1,6 4,1 4,6 30 1,2 1,1 2,8 0,8 2,4 11,6 20 66,0 9,1 3,0 4,0 1,5 4,2 6,4 8,1 1,3 4,1 4,6 42 2,1 1,3 2,4 0,4 2,5 15,0 21 82,3 11,1 3,3 4,8 2,0 4,8 8,0 10,0 1,7 4,0 4,7 45 5,3 1,6 3,4 0,5 2,2 19,5 22 55,6 8,3 2,8 3,9 1,4 3,7 5,8 7,4 1,3 4,4 4,8 43 1,7 1,1 2,0 0,4 1,7 12,7 23 55,9 7,6 2,1 3,4 1,1 3,6 5,4 7,2 0,9 3,5 3,7 33 1,4 0,8 1,8 0,4 2,6 10,7 24 57,2 7,9 2,2 3,7 1,3 3,9 5,8 7,2 1,1 3,6 3,9 34 1,6 0,8 1,9 0,3 1,9 10,2 25 51,0 7,6 2,3 3,4 1,4 3,7 5,5 7,0 1,3 3,5 3,5 40 1,9 1,0 2,0 0,5 2,5 9,6 26 78,0 11,0 3,0 5,0 1,5 4,8 6,8 7,2 1,8 4,3 4,0 50 2,0 1,5 3,4 0,4 3,0 15,0 27 81,2 11,3 2,8 4,3 1,9 5,1 7,2 10,1 1,8 4,1 4,9 60 2,4 1,5 3,5 0,4 3,0 14,9

Page 83: C08inw

Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian (lanjutan)

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor (cm)

P.Prepec(cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

28 85,0 12,0 3,5 5,4 2,4 5,6 7,7 10,2 2,0 4,6 5,0 36 2,6 1,6 4,0 0,3 4,1 22,0 29 68,5 9,8 3,0 4,0 1,3 4,5 6,6 9,0 1,6 4,0 4,3 38 2,0 1,8 3,0 0,6 2,5 14,0 30 55,2 7,8 2,3 3,5 1,4 4,2 5,4 7,1 1,2 3,6 4,4 43 2,9 0,9 2,2 0,4 2,2 12,1 31 61,6 9,4 2,8 4,2 1,4 4,3 6,7 8,9 1,7 3,6 4,4 44 3,2 1,3 3,2 0,4 3,4 15,9 32 57,7 8,8 2,7 4,8 1,2 4,7 6,3 8,1 1,3 3,9 4,2 17 1,3 1,2 2,7 0,5 2,4 13,3 33 57,6 8,5 2,4 3,4 1,5 3,9 5,4 7,4 1,1 3,8 4,2 43 2,0 1,1 2,4 0,4 2,0 14,2 34 81,4 10,9 2,9 4,2 2,0 5,4 7,2 9,6 1,8 4,6 5,0 58 2,1 1,7 3,3 0,4 2,9 11,3 35 86,0 11,5 3,0 4,8 2,0 5,4 8,5 10,3 1,8 4,0 4,5 30 2,0 1,7 3,5 0,5 3,5 16,0 36 77,2 11,3 3,5 4,2 1,9 5,9 8,4 10,2 2,3 4,6 4,9 27 1,8 1,9 3,1 0,5 4,2 12,0 37 85,6 12,0 3,2 5,9 1,8 6,9 8,2 10,4 2,2 4,5 4,7 21 1,4 1,7 3,5 0,5 4,0 17,2 38 80,1 10,7 3,1 4,6 1,7 5,5 7,3 9,7 1,7 3,8 4,3 22 0,6 1,6 3,1 0,5 2,4 11,8 39 79,0 11,0 3,5 5,0 2,0 5,7 7,8 9,6 2,0 5,0 5,2 35 1,5 1,8 3,0 0,5 2,5 12,0 40 85,0 11,2 3,3 5,5 1,8 5,8 7,4 9,2 1,7 4,5 5,0 35 1,3 1,6 3,0 0,4 2,6 11,5 41 56,5 7,0 2,3 3,8 1,1 3,3 4,5 6,2 1,1 2,8 3,3 25 1,3 1,0 2,2 0,3 1,7 10,0 42 27,0 3,9 0,9 1,6 0,6 1,7 2,7 3,4 0,6 1,2 1,3 45 1,2 0,4 1,2 0,2 0,5 4,1 43 35,1 4,9 1,4 1,6 0,8 2,3 3,3 4,4 0,7 2,0 2,2 30 1,1 0,7 1,4 0,3 0,9 5,4 44 32,0 5,1 1,4 2,2 0,7 2,3 3,4 4,6 0,7 1,6 1,8 40 0,8 0,6 1,5 0,3 1,0 5,6 45 64,9 10,1 2,8 3,9 1,8 4,5 6,7 8,8 1,4 4,4 5,0 45 1,6 1,4 2,7 0,4 1,6 6,5 46 61,9 9,1 2,5 3,4 1,5 4,2 5,9 8,7 1,3 3,8 4,2 55 2,0 1,3 2,6 0,3 1,1 10,2 47 63,5 8,7 2,5 3,4 1,5 4,2 5,8 7,8 1,3 3,6 0,1 40 1,8 1,3 2,6 0,3 1,2 6,9 48 27,2 3,9 1,1 1,7 0,7 1,6 2,6 3,7 0,6 1,6 1,8 30 0,7 0,6 1,1 0,2 0,8 4,4 49 46,5 6,2 2,0 3,2 1,0 3,3 4,5 6,0 0,9 3,0 3,5 22 1,0 0,8 1,6 0,3 1,7 8,0 50 80,3 11,2 3,1 4,8 2,1 5,0 7,7 10,1 1,8 4,8 5,2 40 1,9 1,9 3,6 0,4 2,7 13,8 51 79,6 11,7 3,7 5,5 2,3 5,9 8,4 10,5 2,1 3,8 4,3 45 1,2 1,6 3,4 0,4 1,8 11,4 52 85,7 12,7 4,0 5,8 1,9 5,9 8,6 11,2 2,4 3,7 4,3 35 1,3 1,3 3,3 0,4 2,1 12,8 53 81,5 11,8 3,4 4,9 2,0 5,8 8,0 10,4 1,8 5,1 5,6 35 1,8 1,8 3,7 0,4 2,4 11,3 54 87,0 11,4 3,3 4,8 2,2 5,4 8,1 10,5 1,8 4,8 5,3 40 1,8 2,0 3,8 0,5 2,5 15,4

Page 84: C08inw

Lampiran 16. Data morfometrik T. lepturus selama penelitian (lanjutan)

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor (cm)

P.Prepec(cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

55 91,1 12,1 3,4 5,1 2,2 6,2 8,3 11,1 1,8 5,2 5,6 50 2,4 2,0 3,7 0,3 2,0 14,9 56 87,8 12,5 3,4 5,3 2,3 6,0 8,4 11,2 2,0 5,0 5,6 40 2,3 1,5 4,1 0,5 3,9 21,0 57 79,5 11,2 3,2 4,6 2,2 5,6 7,6 10,1 1,8 4,7 5,3 55 2,7 1,6 3,3 0,5 2,8 16,1 58 94,0 14,2 4,2 6,6 2,8 8,1 9,6 13,3 2,1 6,1 6,8 70 3,9 1,9 4,4 1,5 4,4 26,1 59 87,0 12,9 3,5 5,1 2,3 5,7 8,6 11,7 2,0 4,2 4,6 40 1,9 2,1 3,8 0,5 4,0 17,2 60 99,1 13,8 4,2 5,4 2,3 6,3 9,0 12,4 2,1 4,4 4,9 40 2,0 2,1 3,4 0,4 3,5 19,1 61 88,2 12,3 4,0 4,6 2,0 6,0 8,5 10,8 1,9 4,0 4,5 50 2,1 1,9 3,6 0,4 3,5 14,0 62 83,3 11,9 3,7 5,7 2,2 6,2 7,8 10,1 1,9 4,3 5,0 50 2,0 1,8 3,3 0,4 3,2 16,5 63 90,2 14,4 4,3 6,8 2,3 6,1 8,8 12,7 2,2 4,5 5,0 70 3,6 2,1 4,0 0,6 3,0 21,2 64 76,3 14,2 4,1 5,9 2,6 7,0 9,4 12,7 2,1 6,0 6,5 50 3,5 1,8 4,4 0,6 4,3 18,0 65 68,5 10,3 4,0 4,5 1,8 5,5 7,2 8,7 1,5 4,0 4,7 35 1,7 1,5 2,5 0,5 2,5 11,5 66 92,5 13,0 3,5 5,0 2,5 6,0 8,9 11,5 2,5 5,3 5,7 40 3,0 2,2 3,5 0,5 3,9 15,5 67 72,5 11,6 3,2 4,8 1,9 6,0 7,5 9,7 1,6 4,5 5,2 35 1,6 1,5 2,8 0,5 2,7 12,5 68 83,0 10,8 2,8 4,6 1,8 5,2 7,5 10,0 1,8 4,3 4,8 40 2,5 1,5 2,2 0,4 3,1 19,5 69 68,2 9,4 2,7 4,2 1,7 5,6 8,7 7,0 1,4 3,5 4,0 30 1,6 1,4 2,7 0,4 2,8 10,0

Page 85: C08inw

Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor(cm)

P.Prepec(cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

1 60,2 8,4 2,8 3,6 1,4 4,1 6,0 7,8 1,2 4,0 4,3 36 2,0 1,1 2,7 0,5 3,0 11,2 2 64,1 9,5 3,2 3,9 1,2 5,2 7,5 8,2 1,6 4,5 4,8 39 2,2 1,3 3,0 0,6 2,7 14,3 3 66,1 9,5 2,9 3,6 1,6 4,6 6,2 8,7 1,4 4,4 4,5 28 1,6 1,3 2,6 0,4 2,4 13,6 4 64,9 9,4 2,9 3,9 2,7 4,3 6,5 8,2 1,4 4,3 4,5 30 1,9 1,2 2,6 0,4 2,1 14,3 5 59,2 8,6 2,4 4,1 1,6 4,6 5,8 7,9 1,4 3,9 4,4 42 3,1 1,2 2,3 0,5 2,7 7,6 6 71,2 10,7 3,6 4,8 1,8 4,9 8,4 9,7 1,6 5,0 5,6 47 2,2 1,4 2,8 0,5 3,6 12,5 7 71,0 11,1 3,0 5,0 1,9 5,3 7,1 9,4 0,9 4,8 5,2 40 2,4 1,5 3,1 0,5 2,5 13,6 8 64,7 9,8 3,4 5,3 1,8 5,6 6,4 9,1 1,4 4,7 5,1 34 1,4 1,4 2,8 0,5 2,7 9,7 9 65,0 9,8 3,4 4,1 1,7 4,7 6,9 8,9 1,3 4,3 4,8 44 2,0 1,3 2,8 0,4 3,0 11,1 10 61,0 9,4 3,2 4,5 1,8 4,7 6,6 8,7 1,3 4,3 4,8 45 1,9 1,3 2,7 0,4 2,5 14,5 11 67,2 10,2 3,7 4,7 1,8 4,9 7,3 9,2 1,4 4,7 5,2 38 1,9 1,7 2,5 0,4 2,0 9,9 12 59,8 8,8 2,5 3,8 1,5 4,0 6,0 7,8 1,1 3,7 4,0 50 1,2 1,0 2,1 0,5 2,8 12,0 13 59,8 9,0 3,6 3,5 1,2 4,2 6,5 8,7 1,3 3,6 3,5 25 1,5 1,8 2,5 0,5 3,4 10,7 14 62,0 9,0 2,5 3,8 1,6 4,2 6,2 8,2 1,3 4,0 4,4 54 2,1 1,3 2,6 0,4 1,9 11,7 15 68,2 10,6 3,0 5,6 2,7 6,2 7,1 9,4 1,4 4,2 5,1 30 1,0 1,4 3,1 0,5 2,8 13,3 16 59,7 9,5 2,9 5,1 1,5 5,6 6,3 8,5 1,3 4,3 4,7 40 1,8 1,1 2,4 0,4 2,3 13,0 17 74,5 11,4 3,9 5,5 1,8 5,7 8,0 10,2 1,4 5,0 5,2 40 2,0 1,5 3,4 0,6 2,0 16,0 18 62,2 9,3 3,0 3,5 1,5 4,0 7,0 8,5 1,1 4,0 4,8 37 2,3 1,1 2,0 0,6 2,7 11,0 19 75,1 11,3 3,4 5,1 2,2 6,2 7,4 9,6 1,5 5,6 5,8 22 1,9 1,7 3,4 1,1 3,3 17,8 20 67,2 10,1 2,8 4,2 1,8 5,1 6,9 8,9 1,4 4,4 4,9 60 2,1 1,5 2,9 0,4 2,6 11,1 21 69,0 10,0 3,2 4,5 1,7 5,5 7,0 9,0 1,6 4,5 3,6 32 2,0 1,5 2,9 0,4 3,2 14,5 22 69,0 11,5 3,5 5,5 1,7 5,7 8,2 11,0 1,5 4,5 4,5 30 1,5 1,3 3,5 0,4 3,2 11,0 23 53,2 7,4 2,1 3,5 1,3 3,9 5,7 6,7 1,1 3,3 3,7 28 1,0 1,3 2,2 0,3 1,1 8,5 24 54,5 7,6 2,3 3,4 1,4 4,0 5,3 6,6 1,0 3,4 3,7 35 1,3 1,2 2,2 0,3 1,3 8,2 25 64,7 9,1 2,3 4,1 1,7 4,6 6,7 8,8 1,2 4,2 4,6 40 1,8 1,3 2,7 0,3 2,6 12,4 26 46,4 5,7 1,6 2,4 1,0 2,6 4,1 5,3 0,9 2,0 2,2 35 1,1 0,8 1,9 0,2 1,6 7,3

Page 86: C08inw

Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan)

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK cm)

LK cm)

TB (cm)

P.Predor (cm)

P.Prepec(cm) DM (cm) RA

(cm) RB

(cm) SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

27 31,4 4,8 1,3 1,9 0,8 2,1 2,9 4,1 0,6 1,8 2,1 35 1,0 0,6 1,1 0,3 0,9 4,9 28 38,1 5,2 1,5 2,1 1,0 2,4 3,2 4,6 0,8 2,1 2,2 35 0,9 0,8 1,5 0,3 1,1 5,8 29 53,5 8,2 2,2 3,4 1,3 4,0 5,2 6,7 1,0 2,7 3,0 45 1,1 1,0 2,1 0,3 1,1 10,1 30 66,7 10,5 2,8 5,2 1,8 5,6 6,6 9,6 1,6 4,5 5,0 30 1,6 1,5 2,6 0,5 3,0 7,9 31 60,0 9,2 2,2 4,3 1,8 5,1 6,2 7,7 1,2 3,6 3,7 45 1,3 1,1 2,7 0,5 2,0 14,6 32 45,9 7,0 2,1 2,9 1,3 3,7 4,9 6,4 1,0 2,3 2,5 37 1,4 0,9 1,9 0,3 1,6 7,1 33 61,7 9,3 3,0 3,8 1,5 4,6 6,0 7,9 1,2 2,9 3,3 4 1,1 1,1 2,4 0,5 1,9 11,7 34 73,3 11,1 3,7 4,6 1,8 5,6 7,3 10,1 1,4 3,6 4,3 60 2,3 1,4 2,8 0,6 2,1 11,3 35 69,1 9,0 2,6 4,1 1,6 4,2 6,2 8,2 1,2 3,8 4,1 30 1,0 1,2 2,5 0,3 1,5 11,8 36 39,1 5,5 1,1 2,6 0,8 2,4 3,6 4,9 0,8 1,9 2,3 40 0,9 0,7 1,1 0,2 0,8 6,0 37 56,6 7,8 2,3 3,3 1,3 3,7 5,1 6,8 1,0 2,6 2,8 33 0,8 1,1 2,1 0,3 1,3 9,8 38 57,3 7,4 1,9 2,9 1,3 3,3 4,9 6,8 1,1 3,1 3,4 45 1,4 1,2 2,4 0,2 1,5 9,0 39 59,5 8,5 2,6 3,7 1,8 4,4 5,9 7,8 1,1 3,7 4,2 50 1,5 1,4 2,4 0,3 1,8 6,8 40 69,2 9,5 2,8 4,4 1,9 5,4 7,0 8,5 1,4 4,5 5,0 40 1,4 1,4 2,8 0,3 1,9 11,5 41 58,7 8,7 2,5 3,8 1,5 4,1 5,7 7,9 1,3 3,9 4,2 40 1,5 1,3 2,1 0,3 1,6 8,6 42 57,5 7,7 2,5 3,5 1,2 4,5 5,3 6,7 1,0 3,5 3,8 25 1,0 0,9 2,3 0,4 1,8 9,0 43 55,5 7,7 2,2 3,0 1,2 4,5 5,5 7,0 1,0 3,5 3,9 40 2,0 1,1 1,6 0,3 2,0 14,0 44 58,0 8,8 2,5 4,3 1,3 4,7 5,5 9,0 1,3 4,0 4,5 30 1,8 1,1 2,4 0,3 2,2 14,5 45 51,3 7,3 2,0 3,0 1,1 3,8 4,6 6,5 1,0 3,2 3,5 25 1,0 1,2 1,8 0,3 1,5 10,0 46 35,0 4,8 1,8 2,0 0,7 2,3 3,5 4,4 0,8 2,2 2,5 25 1,0 0,7 1,2 0,2 1,0 7,5 47 60,6 8,6 2,6 3,9 1,7 4,6 6,2 7,9 1,2 3,8 4,5 45 2,0 1,6 2,6 0,2 1,9 12,1 48 69,7 10,1 3,0 4,4 1,8 5,2 6,8 9,2 1,4 4,5 5,0 40 1,8 1,5 2,9 0,4 2,4 10,6 49 65,0 9,2 2,8 4,3 1,7 5,0 6,7 8,2 1,3 4,3 4,5 35 1,8 1,4 2,8 0,4 1,2 12,5 50 72,2 10,3 3,0 4,4 1,9 5,8 6,9 9,2 1,3 4,6 4,9 50 2,4 1,8 3,0 0,3 3,2 11,8 51 59,0 9,1 3,1 4,3 1,9 5,2 6,4 8,4 1,1 2,8 3,0 50 1,5 1,1 2,2 0,4 2,9 10,3 52 72,0 10,7 3,6 4,9 1,8 6,3 6,9 9,3 1,3 3,6 4,2 35 1,2 1,3 2,7 0,3 1,9 9,7

Page 87: C08inw

Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan)

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor(cm)

P.Prepec(cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

53 58,1 8,7 2,5 3,9 1,8 4,8 5,9 7,7 1,1 3,9 4,3 40 1,6 1,3 2,5 0,3 2,6 7,6 54 78,7 12,2 3,7 5,6 2,4 6,2 8,4 10,8 1,8 5,7 6,1 45 2,0 1,8 3,8 0,4 2,2 11,2 55 79,8 12,0 3,5 5,0 2,2 6,0 8,2 10,4 1,6 5,2 5,8 55 3,0 1,6 3,5 0,5 2,5 20,0 56 76,0 11,2 3,3 4,7 1,8 6,0 7,5 10,2 1,4 5,1 5,6 40 2,0 1,5 3,2 0,5 2,5 20,0 57 67,5 11,6 3,3 4,9 2,3 6,0 7,5 10,0 1,6 5,1 5,5 40 2,3 1,5 3,5 0,5 2,3 15,0 58 74,8 12,3 3,6 5,2 2,6 7,0 8,5 11,1 1,5 5,5 6,2 40 2,5 1,6 3,6 0,6 2,7 15,5 59 62,8 8,9 2,5 3,8 1,5 4,4 5,9 7,8 1,1 3,7 4,2 40 2,0 1,1 2,1 0,4 2,1 15,0 60 61,0 9,4 2,6 4,0 1,8 4,5 6,1 8,4 1,2 4,0 4,4 50 2,5 1,2 2,9 0,4 2,0 17,0 61 64,3 9,2 3,2 4,2 1,7 5,6 6,6 8,1 1,3 3,1 3,6 35 1,2 1,3 2,5 0,4 2,3 10,1 62 76,7 11,6 3,7 5,1 1,9 6,5 7,2 9,9 1,5 3,8 4,3 50 2,1 1,4 3,0 0,5 2,5 15,6 63 76,6 12,4 3,4 6,4 2,4 7,9 7,7 10,6 1,6 4,0 4,6 45 1,6 1,6 3,5 0,5 2,4 12,3 64 66,8 9,7 3,9 5,0 1,6 4,8 6,2 8,2 1,3 3,6 3,9 30 1,1 1,4 2,4 0,4 2,4 10,2 65 79,5 12,1 4,6 5,5 2,0 6,0 8,0 10,4 1,6 4,0 4,6 35 1,5 1,6 3,1 0,5 2,6 14,1 66 64,2 9,0 2,6 4,1 2,3 4,9 5,8 8,6 1,2 4,1 4,5 43 2,2 1,2 2,5 0,4 2,2 12,2 67 74,4 11,1 3,3 5,0 2,0 6,3 7,8 10,0 1,5 5,0 5,4 42 2,8 1,5 3,3 0,5 2,8 12,0 68 68,1 10,1 2,8 4,4 1,8 5,4 6,9 9,0 1,3 4,4 5,0 40 2,4 1,3 2,9 0,4 2,5 11,2 69 75,2 11,3 3,3 5,1 2,3 6,0 7,8 10,1 1,6 5,2 5,5 42 2,6 1,5 3,4 0,6 2,6 9,1 70 70,1 11,6 3,3 4,9 2,2 5,9 7,8 103,0 1,6 5,0 5,5 48 2,9 1,6 3,6 0,5 2,5 9,7 71 60,8 8,2 2,4 4,3 1,8 4,4 5,7 7,6 1,1 3,6 4,1 60 3,0 1,1 2,3 0,4 2,0 16,5 72 75,0 10,5 3,2 4,7 1,8 6,1 7,6 9,8 1,5 4,8 5,4 30 1,6 1,5 2,5 0,4 2,5 19,0 73 70,5 10,8 3,0 4,7 2,0 5,9 7,8 9,3 1,5 4,8 5,5 30 1,8 1,5 2,8 0,4 2,3 15,0 74 77,0 11,0 3,2 4,7 1,8 7,7 7,8 10,0 1,6 4,3 4,7 40 1,5 1,6 2,7 0,5 2,7 17,0 75 67,5 9,0 2,5 3,8 1,5 5,0 6,2 8,7 1,2 4,0 4,5 50 2,5 1,3 2,6 0,4 2,9 16,5 76 62,7 9,3 2,7 3,8 1,4 5,6 6,6 8,8 1,3 3,5 3,8 35 1,3 1,3 2,6 0,4 2,5 16,5 77 76,0 10,7 3,2 4,8 1,8 6,7 7,7 10,0 1,6 4,2 4,7 40 1,5 1,5 2,7 0,5 3,0 18,0 78 71,0 10,0 2,7 4,7 1,8 6,0 7,0 9,2 1,6 3,5 4,0 30 1,4 1,7 2,8 0,5 3,0 17,0

Page 88: C08inw

Lampiran 17. Data morfometrik L. savala selama penelitian (lanjutan)

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor(cm)

P.Prepec(cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

79 65,7 9,0 2,6 4,0 1,4 5,3 8,5 6,4 1,3 3,6 4,0 30 1,3 1,2 2,4 0,5 2,5 15,5 80 75,7 10,0 3,0 4,5 1,6 5,8 9,7 7,2 1,3 4,5 4,8 40 2,0 1,4 2,3 0,5 3,0 18,0 81 66,2 9,2 2,7 4,2 1,7 5,1 6,4 8,1 1,2 4,3 4,6 35 1,9 1,2 2,8 0,3 2,9 14,3 82 64,9 9,4 2,7 4,4 1,6 5,0 6,3 8,4 1,1 4,0 4,4 36 2,1 1,2 2,8 0,4 2,6 14,6 83 61,8 8,6 2,5 3,8 1,7 4,3 5,9 7,8 1,3 3,8 4,2 35 2,0 1,1 2,6 0,4 2,3 10,7 84 62,7 9,2 2,7 4,0 1,8 5,0 6,3 8,1 1,2 4,1 4,5 35 2,1 1,2 2,7 0,4 2,4 16,6 85 60,8 8,2 2,5 3,7 1,6 4,5 5,6 8,0 1,2 3,7 4,1 50 2,0 1,2 2,5 0,4 2,0 12,5 86 67,2 9,3 2,7 4,2 1,7 5,2 6,3 8,2 1,2 4,2 4,5 47 2,2 1,2 2,8 0,4 2,8 12,5 87 62,8 8,6 2,4 3,7 1,6 4,4 5,8 8,2 1,2 3,8 4,2 50 2,2 1,2 2,5 0,4 2,3 15,5 88 65,4 9,2 2,7 3,9 1,7 4,7 6,1 8,2 1,2 4,0 4,4 45 2,3 1,2 2,7 0,4 2,4 14,5 89 64,3 8,9 2,6 4,3 1,6 4,8 6,1 8,6 1,2 4,1 4,4 37 2,1 1,2 2,4 0,4 2,6 13,0 90 66,5 9,3 2,7 3,9 1,8 4,9 6,1 8,3 1,2 4,1 4,5 55 2,4 1,2 2,6 0,4 2,9 16,5 91 65,7 9,2 2,7 4,0 1,7 5,1 6,2 8,3 1,2 4,1 4,5 37 2,3 1,3 2,7 0,4 2,5 11,8 92 62,5 9,2 2,7 4,0 1,7 4,9 5,9 9,0 1,2 4,0 4,5 50 2,4 1,3 2,1 0,4 2,4 16,3 93 57,1 8,2 2,2 3,6 1,4 4,4 5,5 7,2 1,2 3,1 3,9 42 1,8 1,1 2,3 0,3 2,0 12,2 94 64,0 10,0 2,7 4,3 2,0 4,9 6,8 9,0 1,5 4,2 4,7 40 2,4 1,4 3,1 0,4 2,6 16,5 95 64,5 9,3 2,6 4,2 1,7 5,3 6,3 8,3 1,3 4,1 4,6 35 2,2 1,3 3,0 0,4 2,4 15,6 96 63,6 10,3 3,0 5,0 2,0 5,6 7,0 9,0 1,4 4,5 5,0 55 2,6 1,4 3,4 0,5 3,3 9,1 97 59,4 9,0 2,7 4,2 1,7 4,7 6,1 7,3 1,2 4,1 4,6 50 2,1 1,3 2,8 0,4 2,4 10,2

Page 89: C08inw

Lampiran 18. Data morfometrik G. serpens selama penelitian

No PT (cm)

PK (cm)

PH (cm)

TK (cm)

LK (cm)

TB (cm)

P.Predor (cm)

P.Prepec (cm)

DM (cm)

RA (cm)

RB (cm)

SR ( ˚ )

LBM (cm)

JI (cm)

PO (cm)

TC (cm)

TD (cm)

PU (cm)

1 72,6 12,7 6,4 4,6 2,1 4,3 10,1 12,8 1,8 5,3 5,8 55 3,4 1,8 2,3 0,6 3,5 21,2 2 74,3 13,6 4,7 4,0 2,5 4,7 10,7 14,0 1,7 6,8 7,9 35 2,5 1,7 2,6 0,3 3,3 20,2 3 80,4 14,7 5,0 4,5 3,0 5,0 11,7 15,7 1,9 7,5 8,6 35 2,8 1,9 2,8 0,4 3,6 23,6 4 90,5 16,3 5,6 4,9 3,5 5,5 13,4 16,6 2,1 7,9 9,5 40 2,8 2,0 3,2 0,5 3,8 27,3 5 64,3 12,1 4,0 3,7 2,3 4,0 9,4 12,5 1,6 5,9 6,8 40 2,5 1,5 2,5 0,4 2,8 20,4 6 83,0 15,2 5,2 4,8 2,9 5,1 12,2 15,5 2,1 7,6 8,8 40 3,0 1,8 3,1 0,5 3,6 25,0 7 69,5 12,9 4,4 3,9 2,5 4,6 10,4 13,3 1,8 6,5 7,5 36 3,0 1,5 2,6 0,4 3,0 21,5 8 67,7 12,5 4,2 3,8 2,3 4,1 10,0 12,8 1,7 6,3 7,3 33 2,7 1,5 2,4 0,4 2,8 22,9 9 67,0 12,2 4,1 3,5 2,1 4,1 10,0 12,6 1,6 6,2 6,9 33 2,6 1,5 2,3 0,4 2,4 23,7 10 62,4 11,4 3,8 3,4 2,1 3,7 9,2 11,9 1,6 5,8 6,6 37 2,7 1,4 2,3 0,4 2,8 20,5 11 70,5 12,9 4,4 4,0 2,4 4,2 10,1 13,1 1,6 6,5 7,2 45 2,4 1,8 2,6 0,4 1,3 27,8 12 63,8 11,3 3,7 3,5 2,3 3,8 8,9 11,5 1,8 5,7 6,6 50 2,8 1,9 2,2 0,3 1,4 16,0 13 77,5 14,7 4,6 4,3 2,8 5,0 11,6 15,3 2,0 7,1 8,4 40 2,3 2,3 2,9 0,3 2,0 22,0 14 72,4 13,8 4,7 4,2 2,7 4,7 11,2 13,9 1,8 7,1 8,1 45 2,4 1,9 2,4 0,4 2,3 21,0 15 70,2 12,9 4,7 4,0 2,7 4,4 11,1 13,5 1,8 6,9 7,9 40 2,4 2,1 2,4 0,4 1,7 19,0 16 73,9 13,2 4,7 4,0 2,8 4,5 11,0 13,4 1,8 6,8 7,7 40 2,4 2,3 2,5 0,3 1,6 25,0 17 76,0 13,2 4,8 4,4 2,9 4,8 11,5 13,7 1,9 7,0 7,9 50 3,0 2,4 2,7 0,4 1,8 27,3 18 76,3 13,8 4,7 4,4 2,9 4,8 11,6 14,0 1,9 7,0 8,0 40 2,5 2,1 2,8 0,3 1,7 22,2 19 66,8 11,6 4,0 3,7 2,7 4,2 9,8 12,0 1,9 6,1 7,0 45 2,5 2,1 2,2 0,3 1,9 19,0 20 78,0 14,0 6,3 4,0 2,5 4,7 11,2 14,0 2,0 6,2 7,0 50 5,0 2,0 2,6 0,6 3,0 25,5 21 75,0 13,6 4,7 4,1 2,8 4,8 11,2 13,9 1,8 7,0 8,0 43 3,2 2,0 2,7 0,4 2,9 29,0 22 69,8 13,3 4,6 4,2 2,1 4,2 10,4 13,2 2,3 5,7 6,5 35 1,8 2,1 2,5 0,5 2,9 24,5

Page 90: C08inw

Lampiran 19. Ikan layur yang diteliti

a) Trichiurus lepturus (layur meleu)

b) Leptracanthus savala (layur golok)

c) Gempylus serpens (layur gelang luyung)

Page 91: C08inw

Lampiran 20. Perahu kincang yang digunakan nelayan Pabuhanratu untuk melaut

Page 92: C08inw

Lampiran 21. Alat tangkap (pancing) yang digunakan nelayan Palabuhanratu untuk menangkap ikan layur

a) Pancing ulur b) Rawai layur

c) Mata pancing nomor 8

Pancing ulur

Rawai layur

Mata pancing no. 8

Page 93: C08inw

Lampiran 22. Aktivitas pedagang di tempat pelelangan ikan (TPI) Palabuhanratu

Page 94: C08inw

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 20 Juli

1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan

Bapak Marsumiyanto dan Ibu Jumiati.

Pendidikan penulis diawali dari SD Negeri 1 Ganjar

Agung, Lampung (1992 – 1998), SLTP Negeri 1 Metro,

Lampung (1998 – 2001), SMU Negeri 1 Metro, Lampung

(2001 – 2004). Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan

melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa

Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) sebagai kepala divisi protokoler

periode tahun 2006/2007. Selain itu, penulis juga menjadi asisten pada mata

kuliah Ekologi Perairan periode 2006/2007, Fisiologi Hewan Air periode

2006/2007 dan 2007/2008, serta Ikhtiologi Fungsional periode 2007/2008.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “ Kajian Pola Pertumbuhan dan

Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili

Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat”.