c. matriks rencana tindak...miskin melalui peningkatan skil, modal, teknologi, informasi, dan legal...

51
C. MATRIKS RENCANA TINDAK No. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004 Rencana Tindak Indikator Kinerja 1. Penyediaan Kebutuhan Pokok untuk Keluarga Miskin 1. Penyediaan dan pencadangan bahan pokok secara terus menerus 2. Pengendalian harga bahan pokok 3. Penyediaan dan perbaikan pelayanan dasar terutama kesehatan dan pendidikan serta prasarana dan sarana dasar lainnya 4. Perluasan jaringan pelayanan dalam penyediaan kebutuhan pokok dengan melibatkan swasta dan dunia usaha 5. Penyediaan dan perbaikan lingkungan perumahan termasuk air bersih 1. Terpenuhinya penyediaan dan pencadangan bahan pokok secara terus menerus 2. Terkendalinya harga bahan pokok 3. Terpenuhinya pelayanan dasar terutama kesehatan dan pendidikan serta prasarana dan sarana dasar lainnya 4. Terpenuhinya penyediaan dan perbaikan lingkungan perumahan termasuk air bersih Depdiknas, Depkes, Depsos, Depkimpraswil, BULOG, dan Deptan 1. Pendidikan Dasar dan Prasekolah 2. Pendidikan Luar Sekolah 3. Upaya Kesehaan 4. Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat, dan Pemberdayaan Masyarakat 2. Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin 1. Meningkatkan kapasitas usaha masyarakat miskin melalui peningkatan skil, modal, teknologi, informasi, dan legal 2. Mengembangkan pendidikan dan latihan keterampilan usaha, organisasi, jaringan produksi – pasar, dan mengakses lembaga permodalan 3. Pendampingan usaha kebiasaan hidup produktif, dan jaringan melalui bimbingan dan konsultasi; 4. Penciptaan jaringan kerjasama dan kemitraan usaha yang didukung oleh organisasi masyarakat setempat, pemerintah daerah, swasta dan perguruan tinggi; 5. Penyediaan kemudahan akses terhadap sumberdaya produktif yang difasilitasi oleh pemerintah, sektor swasta, dan organisasi kemasyarakatan; 6. Penyediaan prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif; 7. Pembukaan permukiman dan pengembangan masyarakat transmigrasi untuk petani dan buruh tani serta pengungsi yang tidak memiliki lahan pertanian atau lahan produksi 1. Meningkatnya kapasitas usaha masyarakat miskin melalui peningkatan skil, modal, teknologi, informasi, dan legal 2. Meningkatnya pendidikan dan latihan keterampilan usaha, organisasi, jaringan produksi – pasar, dan mengakses lembaga permodalan 3. Terjalinnya pendampingan usaha, kebiasaan hidup produktif, dan jaringan melalui bimbingan dan konsultasi; 4. Terciptanya jaringan kerjasama dan kemitraan usaha yang didukung oleh organisasi masyarakat setempat, pemerintah daerah, swasta dan perguruan tinggi; 5. Tersedianya kemudahan akses terhadap sumberdaya produktif yang difasilitasi oleh pemerintah, sektor swasta, dan organisasi kemasyarakatan; 6. Tersedianya prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif; 7. Terpenuhinya permukiman dan pengembangan masyarakat transmigrasi untuk petani dan buruh tani serta pengungsi yang tidak memiliki lahan pertanian atau lahan produksi. Deptan, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Depperindag, Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan, Depnakertrans, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg LH Bappedal, Depdagri 1. Pengembangan Agribisnis 2. Pengembangan Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan dan Kompetitif 3. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha PKMK 4. Pengembangan Usaha Pertambangan Rakyat Terpadu 5. Transmigrasi 6. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan 7. Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengembangan SDA dan LH 3. Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja 1. Penyusunan dan pemasyarakatan Perencanaan Tenaga Kerja 2. Pengembangan dan penyebarluasan Informasi ketenagakerjaan di dalam dan di luar negeri 1. Tersedianya acuan dalam penyusunan kebijakan dan program ketenagakerjaan 2. Tersedianya informasi kebutuhan dan persediaan TK di dalam dan luar negeri 3.a. Terselenggaranya pelayanan bagi pencari kerja Depnakertrans Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja IV – 56

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • C. MATRIKS RENCANA TINDAK

    No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 1. Penyediaan Kebutuhan Pokok

    untuk Keluarga Miskin

    1. Penyediaan dan pencadangan bahan pokok secara terus menerus

    2. Pengendalian harga bahan pokok 3. Penyediaan dan perbaikan pelayanan dasar

    terutama kesehatan dan pendidikan serta prasarana dan sarana dasar lainnya

    4. Perluasan jaringan pelayanan dalam penyediaan kebutuhan pokok dengan melibatkan swasta dan dunia usaha

    5. Penyediaan dan perbaikan lingkungan perumahan termasuk air bersih

    1. Terpenuhinya penyediaan dan pencadangan bahan pokok secara terus menerus

    2. Terkendalinya harga bahan pokok 3. Terpenuhinya pelayanan dasar terutama

    kesehatan dan pendidikan serta prasarana dan sarana dasar lainnya

    4. Terpenuhinya penyediaan dan perbaikan lingkungan perumahan termasuk air bersih

    Depdiknas, Depkes, Depsos, Depkimpraswil, BULOG, dan Deptan

    1. Pendidikan Dasar dan Prasekolah

    2. Pendidikan Luar Sekolah 3. Upaya Kesehaan 4. Lingkungan Sehat,

    Perilaku Sehat, dan Pemberdayaan Masyarakat

    2. Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin

    1. Meningkatkan kapasitas usaha masyarakat miskin melalui peningkatan skil, modal, teknologi, informasi, dan legal

    2. Mengembangkan pendidikan dan latihan keterampilan usaha, organisasi, jaringan produksi – pasar, dan mengakses lembaga permodalan

    3. Pendampingan usaha kebiasaan hidup produktif, dan jaringan melalui bimbingan dan konsultasi;

    4. Penciptaan jaringan kerjasama dan kemitraan usaha yang didukung oleh organisasi masyarakat setempat, pemerintah daerah, swasta dan perguruan tinggi;

    5. Penyediaan kemudahan akses terhadap sumberdaya produktif yang difasilitasi oleh pemerintah, sektor swasta, dan organisasi kemasyarakatan;

    6. Penyediaan prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif;

    7. Pembukaan permukiman dan pengembangan masyarakat transmigrasi untuk petani dan buruh tani serta pengungsi yang tidak memiliki lahan pertanian atau lahan produksi

    1. Meningkatnya kapasitas usaha masyarakat miskin melalui peningkatan skil, modal, teknologi, informasi, dan legal

    2. Meningkatnya pendidikan dan latihan keterampilan usaha, organisasi, jaringan produksi – pasar, dan mengakses lembaga permodalan

    3. Terjalinnya pendampingan usaha, kebiasaan

    hidup produktif, dan jaringan melalui bimbingan dan konsultasi;

    4. Terciptanya jaringan kerjasama dan kemitraan usaha yang didukung oleh organisasi masyarakat setempat, pemerintah daerah, swasta dan perguruan tinggi;

    5. Tersedianya kemudahan akses terhadap sumberdaya produktif yang difasilitasi oleh pemerintah, sektor swasta, dan organisasi kemasyarakatan;

    6. Tersedianya prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif;

    7. Terpenuhinya permukiman dan pengembangan masyarakat transmigrasi untuk petani dan buruh tani serta pengungsi yang tidak memiliki lahan pertanian atau lahan produksi.

    Deptan, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Depperindag, Depkimpraswil, Dept. Kelautan dan Perikanan, Depnakertrans, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg LH Bappedal, Depdagri

    1. Pengembangan Agribisnis 2. Pengembangan

    Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan dan Kompetitif

    3. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha PKMK

    4. Pengembangan Usaha Pertambangan Rakyat Terpadu

    5. Transmigrasi 6. Pengembangan dan

    Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan

    7. Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengembangan SDA dan LH

    3.

    Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja

    1. Penyusunan dan pemasyarakatan Perencanaan Tenaga Kerja

    2. Pengembangan dan penyebarluasan Informasi ketenagakerjaan di dalam dan di luar negeri

    1. Tersedianya acuan dalam penyusunan kebijakan dan program ketenagakerjaan

    2. Tersedianya informasi kebutuhan dan persediaan TK di dalam dan luar negeri

    3.a. Terselenggaranya pelayanan bagi pencari kerja

    Depnakertrans Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja

    IV – 56

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 3. Pengembangan kelembagaan penempatan

    tenaga kerja, dan peningkatan pelayanan tenaga kerja dalam dan luar negeri

    4. Pengembangan pola kesempatan kerja dan usaha mandiri/ kewirausahaan

    5. Pengkajian, pengembangan dan penerapan teknologi padat karya dan pen dayagunaan penganggur dan setengah penganggur

    6. Pembinaan dan penempatan te naga kerja pada unit ekonomi produktif

    7. Sosialisasi/diseminasi pekerjaan yang layak dan uji coba beberapa propinsi

    dan pengguna tenaga kerja b. Terselenggaranya mekanisme pengiriman TK ke

    luar negeri secara cepat dan tepat waktu c. Terciptanya lembaga penempatan tenaga kerja

    ke luar negeri d. Terselenggaraya sistem pelayanan penempatan

    tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri 4. Terciptanya pola pengem bangan kesempatan

    kerja dan pengembangan usaha 5. Tersedianya peluang kerja dan usaha bagi

    penganggur dan setengah penganggur 6. Pemberdayaan kesempatan kerja bagi penganggur

    terdidik 7. Tersedianya peluang pekerjaan yang layak

    4. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

    1. Pengembangan kelembagaan/badan standardisasi dan sertifikasi kompetensi tenaga

    2. Pengembangan sistem dan penyelenggaraan pelatihan keterampilan/keahlian, pemagangan informasi dan penempatan tenaga kerja;

    3. Penyusunan masterplan program pelatihan kerja nasional, pro gram standar, materi uji kom tensi tenaga kerja, dan modul pelatihan

    4. Pembinaan dan pemberdayaanlembaga pelatihan kerja, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, maupun perusahaan

    5. Pembinaan, pemberdayaan, dan pengembangan kelembagaan produktivitas;

    6. Pengembangan sarana dan prasarana pelatihan kerja untuk peningkatan relevansi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

    1. Terbentuk dan efektifnya lembaga standardisasi dan kompetensi tenaga kerja.

    2. Terbentuknya system dalam penyelenggaraan pelatihan, pemagangan, informasi dan penempatan tenaga kerja

    3. Meningkatnya jumlah tena ga kerja terampil dan kom peten serta bersertifikat;

    4. Meningkatnya relevansi, kualitas dan pro duktivitas tenaga kerja;

    5. Meningkatnya jumlah dan kualitas lembaga pelayanan peningkatan produktivitas

    6. Meningkatnya pendayaguna an lembaga yang didukung sarana dan prasarana, tenaga pelatih profesional serta lulusannya diterima pasar kerja.

    Depnakertrans Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

    5. Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja

    1. Peningkatan kualitas kelembagaaan penyelesaian perselisihan perburuhan

    2. Peningkatan pemahaman prinsip prinsip hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja

    3. Peningkatan kualitas syarat-syarat kerja 4. Perbaikan tingkat pendapatan dan

    kesejahteraan pekerja 5. Peningkatan pengawasan kecelakaan kerja

    dan penyakit akibat kerja 6. Peningkatan pengawasan tenaga kerja

    perempuan dan anak yang terpaksa bekerja

    1. Meningkatnya kualitas ke lembagaan ketenagakerjaan

    2. Semakin baiknya hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha

    3. Terbentuknya sisitim detek si dini masalah perburuhan dan pemberdayaan arbitrase di 30 wilayah

    4. Terlaksananya pengkajian dan penetapan kebutuhan hidup pekerja

    5. Berkurangnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

    6. Terciptanya kondisi kerja yang memadai bagi

    Depnakertrans Program Pembinaan Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja

    IV – 57

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 7. Sosialisasi Rencana Aksi Nasional

    penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak

    8. Peningkatan pengawasan penempatan TKI ke Luar Negeri sejak penempatan sampai purna penempatan

    9. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan implementasi konvensi ILO

    10. Peningkatan kualitas lingkungan kerja dan lembaga keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

    pekerja perempuan dan perlindungan bagi pekerja anak

    7. a. Terbentuknya Komite Aksi Nasional di tingkat propinsi, dan kabupaten/kota

    b. Tersedianya pemetaan pekerja anak 8. Meningkatnya kualitas perusahaan yang

    menempatkan tenaga kerja ke luar negeri 9. Meningkatnya pemahaman terhadap

    pelaksanaan konvensi ILO di 30 wilayah. 10. a. Tercapainya kondisi dan lingkungan kerja

    yang memadai b. Terlaksananya pelatihan dasar, media, dan

    akhli di bidang K3 dan hiperkes.

    6. Pengembangan SistemJaminan Sosial

    1. Mengembangkan kerangka kebijakan sistem jaminan sosial yang meliputi aspek kelembagaan, cakupan pelayanan, pendanaan, dan hukum;

    2. Menyerasikan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan sistem jaminan social di berbagai sektor pembangunan;

    3. Mengembangkan bentuk-bentuk jaminan sosial yang berbasis masyarakat/nilai-nilai kearifan lokal;

    4. Melakukan sosialisasi konsep sistem jaminan sosial di tingkat nasional dan daerah sebagai perlindungan bagi masyarakat miskin dan rentan.

    1. Kebijakan sistem jaminan sosial yang terpadu 2. Bentuk-bentuk jaminan sosial yang berbasis

    masyarakat 3. Tersosialisasinya konsep sistem jaminan sosial

    di tingkat nasional dan daerah

    Depsos, Depdagri, Dept. Kehakiman dan HAM, Depkeu, Depnakertrans, Depdiknas, Depkes, dan Kantor Meneg PPN/Bappenas

    Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial; Upaya Kesehatan; Pendidikan Dasar dan Pra-Sekolah; Pendidikan Menengah; Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja

    7. Asuransi Sosial 1. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang melindungi pengguna jasa asuransi sosial;

    2. Melakukan langkah-langkah restrukturisasi guna meningkatkan kesehatan dan kinerja perusahaan asuransi sosial;

    3. Mengembangkan konsep sistem asuransi sosial yang terpadu dan efisien guna memberikan manfaat yang maksimal bagi peserta asuransi sosial.

    1. Disempurnakannya peraturan perundang-undangan di bidang asuransi sosial;

    2. Meningkatnya kinerja dan kesehatan perusahaan

    asuransi sosial; 3. Terbentuknya konsep sistem asuransi sosial

    yang terpadu.

    Depkeu, Depsos, Dept. Kehakiman dan HAM, Depnakertrans, Dephan, Ksntor Meneg BUMN, dan Mabes Polri

    Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial; Upaya Kesehatan; Pendidikan Dasar dan Pra Sekolah; Pendidikan Menengah; Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja

    8. Pengembangan Agribisnis 1. Mengembangkan usaha agribisnis berbasis komoditas unggulan melalui : • Pengembangan kawasan agribisnis

    komoditas komersial.

    1. Terbangunnya kawasan agribisnis komoditi komersial pertanian yang utuh.

    2. Berkembangnya usaha agribisnis berbasis teknologi terpadu di daerah.

    Deptan; Dept. Kelautan dan Perikanan; Depnakertrans;

    Pengembangan Agribisnis; dan Pengembangan Sumberdaya Perikanan;

    IV – 58

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja

    • Peningkatan fasilitasi berkembangnya usaha agribisnis berbasis teknologi terpadu.

    • Penguatan kelembagaan petani dan kemampuan kewirausahaannya.

    2. Mendukung peningkatan kapasitas produksi

    pangan termasuk ternak melalui optimalisasi pendayagunaan lahan tidur/terlantar dan lahan kering, optimalisasi pemanfaatan irigasi, dan peningkatan produktivitas ternak.

    3. Mengembangkan industri dan

    menyempurnakan sistem perbenihan/perbibitan nasional.

    4. Meningkatkan akses pelaku agribisnis

    terhadap permodalan, sarana dan prasarana agribisnis, serta informasi pasar.

    5. Meningkatkan desentralisasi penyuluhan

    melalui: • Peningkatan fungsi, kelembagaan dan

    kemampuan SDM penyuluhan pertanian; • Penguatan lembaga penyuluh di daerah

    6. Meningkatkan penyediaan teknologi

    strategis, spesifik lokasi dan ramah lingkungan.

    7. Mengembangkan lembaga usaha dan

    kemitraan agribisnis, termasuk di bidang kelautan dan perikanan.

    8. Memacu pengembangan usaha perikanan

    tangkap skala kecil, budidaya laut, air payau dan air tawar di pedesaan.

    3. Menguatnya kelembagaan petani dan jumlah pelatihan kewirausahaan.

    4. Meningkatnya produktivitas dan produksi hasil

    pertanian, termasuk hasil ternak. 5. Berkembangnya industri perbenihan/perbibitan

    yang menjamin ketersediaan benih/bibit berkualitas.

    6. Meningkatnya jumlah dan layanan lembaga

    penyedia input pertanian, lembaga permodalan, lembaga jasa alat dan mesin pertanian (alsintan).

    7. Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pendukung agribisnis.

    8. Meningkatnya jumlah lembaga penyuluh

    pertanian, kemampuan SDM penyuluhan di daerah dan pelayanan teknologi pertanian bagi petani-nelayan.

    9. Menguatnya lembaga penyuluh pertanian di daerah.

    10. Tersedianya teknologi strategis, spesifik lokasi

    dan ramah lingkungan yang dapat diterapkan oleh petani-nelayan.

    11. Terwujudnya peningkatan usaha ekonomi

    produktif di 30 propinsi, 200 kab/kota pesisir. 12. Berkembangnya lembaga usaha dan kemitraan

    agribisnis, termasuk di bidang kelautan dan perikanan.

    13. Berkembangnya usaha perikanan tangkap skala

    kecil di 30 propinsi, 30 kab/kota

    Depperindag; Kantor Meneg Koperasi dan UKM; Dephub; Depkimpraswil; Depkeu; dan Pemda

    IV – 59

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 9. Mengembangkan dan merehabilitasi sarana

    dan prasarana penangkapan ikan

    10. Mengembangkan balai/loka budidaya dan pembenihan serta Laboratorium Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan

    11. Meningkatkan pembinaan investasi dan

    pengembangan kelembagaan pemasaran hasil pertanian dan perikanan.

    12. Memfasilitasi usaha agribisnis/

    agroindustri berbasis gender. 13. Meningkatkan perlindungan dan

    pengawasan komoditi pertanian melalui: a) penyusunan kebijakan perlindungan untuk sektor pertanian dan perikanan, b) penyempurnaan standar mutu komoditas pertanian dan perikanan, c) penguatan kelembagaan karantina dalam pengawasan, dan (d) penguatan pengelolaan plasma nutfah pertanian

    14. Memfasilitasi berkembangnya industri

    pengolahan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk pertanian.

    15. Memfasilitasi penyelesaian konflik di

    wilayah perkebunan. 16. Meningkatkan optimalisasi perkebunan

    rakyat, memfasilitasi pengembangan areal kebun baru, dan mendukung upaya-upaya rehabilitasi lahan kritis dengan komoditas perkebunan

    17. Meningkatkan pemberdayaan petani yang

    berada di bawah garis kemiskinan. 18. Meningkatkan koordinasi kebijakan dan

    pelaksanaan program pembangunan agribisnis di tingkat pusat, pusat-daerah, dan di daerah.

    14. Berkembangnya kelompok peserta Intensifikasi Budidaya di 30 propinsi, 90 kab/kota

    15. Berkembangnya sentra – sentra industri

    perikanan 16. Berkembangnya unit-unit pemasaran hasil

    pertanian dan perikanan 17. Meningkatnya peran perempuan dalam

    mengembangkan agribisnis/agroindustri. 18. Tersusunnya konsep kebijakan perlindungan

    untuk sektor pertanian dan perikanan. 19. Jumlah standar mutu komoditas yang

    disempurnakan. 20. Meningkatnya fasilitas lembaga karantina untuk

    pengawasan lalu lintas produk pertanian, tercegahnya OPT masuk ke Indonesia dan terlindunginya plasma nutfah domestik.

    21. Berkembangnya industri pengolahan di sentra-

    sentra pengembangan agribisnis. 22. Berkurangnya jumlah konflik di wilayah

    perkebunan yang diselesaikan. 23. Meningkatnya optimalisasi perkebunan rakyat

    dan terdukungnya upaya rehabilitasi lahan kritis 24. Meningkatnya partisipasi petani yang miskin

    dalam kegiatan produktif di bidang pertanian dan perikanan.

    25. Meningkatnya koordinasi kebijakan dan

    pelaksanaan pembangunan agribisnis di tingkat pusat, pusat-daerah, dan di daerah.

    IV – 60

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 9. Peningkatan Ketahanan

    Pangan 1. Mengamankan ketersediaan pangan

    terutama dari dalam negeri melalui : a) Peningkatan produksi pangan pokok

    (padi dan palawija) melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, dan produksi hasil ternak dengan lebih melibatkan peran daerah;

    b) Peningkatan upaya pengamanan gejolak harga bahan pangan;

    c) Penyempurnaan peraturan di bidang pangan, termasuk pemberian subsidi secara selektif dan tepat sasaran, sistem distribusi dan pemasaran serta pengawasan terhadap impor bahan pangan yang dapat merugikan petani, agar pendapatan petani terus meningkat.

    2. Meningkatkan penyediaan air irigasi bagi

    produksi bahan pangan dengan lebih melibatkan peran daerah.

    3. Meningkatkan diversifikasi pangan

    melalui: a) peningkatan produksi pangan non beras, primer dan olahan, b) sosialisasi norma pola pangan harapan (PPH), dan c) fasilitasi pengembangan kelembagaan bisnis pangan berbasis sumberdaya lokal dengan makin melibatkan peran dunia usaha.

    4. Meningkatkan efisiensi sistem dan jaringan

    distribusi pangan nasional yang menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan sampai di tingkat rumah tangga.

    5. Peningkatan sarana dan teknologi

    pemuliaan untuk menghasilkan benih/bibit yang unggul dan bermutu.

    6. Mengembangkan kemandirian pangan

    masyarakat melalui : a) peningkatan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan terutama di wilayahnya, b) memfasilitasi berfungsinya kembali lembaga cadangan pangan

    1. Meningkatnya produksi pangan pokok (padi dan palawija) dan hasil ternak.

    2. Terciptanya pengamanan terhadap gejolak harga bahan pangan.

    3. Adanya sistem subsidi yang dapat menjamin ketersediaan pangan dari dalam negeri dan meningkatnya pendapatan petani.

    4. Tersusunnya aturan dan pengawasan terhadap impor bahan pangan terutama pada saat panen raya.

    5. Tersedianya air irigasi untuk produksi bahan

    pangan. 6. Meningkatnya produksi pangan non beras dan

    bahan pangan olahan lainnya. 7. Tersosialisasinya dan terpahaminya norma pola

    pangan harapan (PPH). 8. Berkembangnya lembaga bisnis pangan

    berbasis sumberdaya lokal oleh dunia usaha. 9. Terwujudnya sistem dan jaringan distribusi

    pangan nasional yang dapat menyediakan dan menjangkau sampai di tingkat rumah tangga.

    10. Meningkatnya pemanfaatan teknologi

    pemuliaan yang dapat menghasilkan benih/bibit unggul dan bermutu.

    11. Meningkatnya peran pemerintah daerah dalam

    mewujudkan ketahanan pangan di wilayah masing-masing,

    12. Meningkatnya jumlah lumbung pangan desa, 13. Terbentuknya sistem pengamanan harga pangan

    dan cadangan pangan lokal.

    Deptan; Dept. Kelautan dan Perikanan; BULOG; Depkimpraswil;Depnakertrans; Depperindag; dan Kantor Meneg Koperasi dan UKM; Depkes; Badan POM; Depsos; Depdagri; Pemda; Depkeu

    Peningkatan Ketahanan Pangan; Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan lainnya; Transmigrasi.

    IV – 61

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja masyarakat, seperti lumbung pangan desa, dan c) memfasilitasi sistem pengamanan harga dan cadangan pangan lokal.

    7. Meningkatkan kemampuan sistem

    antisipasi dini, mitigasi, dan penanggulangan kerawanan pangan, termasuk dampak akibat bencana alam dan masalah sosial.

    8. Mendorong pengarusutamaan gender

    dalam meningkatkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat.

    9. Menyusun dan mensosialisasikan peraturan

    pendukung Undang-Undang Pangan dan penerapan PP Ketahanan Pangan.

    10. Meningkatkan mutu dan pengembangan

    produk serta nilai tambah hasil perikanan. 11. Mengembangkan intensifikasi dan

    ekstensifikasi budidaya yang meliputi budidaya laut, air payau dan air tawar.

    12. Menyediakan bantuan pendanaan dari

    Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang memperoleh subsidi bunga dari pemerintah.

    13. Meningkatkan koordinasi kebijakan dan

    pelaksanaan pembangunan pangan di tingkat pusat, antara pusat-daerah, dan di daerah.

    14. Terbangunnya sistem antisipasi dini mitigasi

    dan penanggulangan rawan pangan masyarakat. 15. Jumlah keluarga miskin/rawan pangan yang

    dijangkau bantuan pangan dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

    16. Meningkatnya peran perempuan dan kelompok

    PKK dalam peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat.

    17. Tersusun dan tersosialisasikannya peraturan

    pendukung UU Pangan dan PP Ketahanan Pangan.

    18. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDB. 19. Penyediaan ikan untuk konsumsi sebesar 5,76

    juta ton. 20. Tersedianya bantuan pendanaan dari Kredit

    Ketahanan Pangan bagi petani. 21. Meningkatnya koordinasi yang harmonis

    dalam kebijakan dan pelaksanaan pembangunan pangan.

    10. Pengembangan dan Pengelolaan Pengairan

    1. Melanjutkan pengaturan kembali tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi, dan kabupaten/kota untuk mendorong kemandirian pengelolaan irigasi oleh organisasi petani pengelola irigasi;

    2. Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan organisasi petani pengelola irigasi;

    3. Menyerahkan kewenangan pengelolaan jaringan irigasi secara demokratis kepada organisasi petani pengelola irigasi;

    1. Meningkatnya efektifitas tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi, dan kabupaten/kota untuk mendorong kemandirian pengelolaan irigasi oleh organisasi petani pengelola irigasi;

    2. Meningkatnya jumlah organisasi petani pengelola irigasi yang lebih mampu dalam pengelolaan irigasi;

    3. Meningkatnya jumlah organisasi petani pengelola irigasi yang demokratis, serta meningkatnya tanggung jawab, kewenangan dan peran

    Depkimpraswil, Deptan, Depdagri, dan Pemda

    1. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan lainnya

    2. Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

    IV – 62

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja

    4. Menerapkan pola pembiayaan pengelolaan

    irigasi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2001 tentang Irigasi untuk mendukung kesinambungan terselenggaranya kegiatan operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi guna memantapkan fungsi layanan prasarana irigasi secara berkelanjutan;

    5. Mendorong terselenggaranya kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang dilaksanakan secara mandiri oleh organisasi petani pengelola irigasi;

    6. Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam koordinasi dan penyediaan dana pengelolaan irigasi;

    7. Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi/rawa pada lahan-lahan pertanian produktif terutama daerah-daerah lumbung pangan dan tambak rakyat untuk mendukung ketahanan pangan;

    8. Mempercepat penyelesaian pembangunan jaringan irigasi baru dan membangun prasarana irigasi baru secara selektif terutama pada daerah-daerah yang lahannya telah siap ditanami;

    9. Membuka lahan sawah baru untuk mengoptimalkan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun;

    10. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi

    pemanfaatan jaringan irigasi/rawa untuk pengembangan pertanian, pertambakan, dan perdesaan dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani;

    11. Meningkatkan upaya perlindungan lahan pertanian beririgasi terhadap kecenderungan terjadinya konversi (alih fungsi) lahan; dan

    12. Melaksanakan rehabilitasi, peningkatan, dan pembangunan prasarana air baku untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan air baku perkotaan, perdesaan, industri, dan non

    organisasi petani pengelola irigasi dalam pengelolaan irigasi;

    4. Diterapkannya pola pembiayaan pengelolaan irigasi kabupaten/kota sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2001 tentang Irigasi dalam pengelolaan irigasi untuk mendukung kesinambungan terselenggaranya kegiatan operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi, dan peningkatan jaringan irigasi;

    5. Meningkatnya jumlah daerah irigasi yang operasi

    dan pemeliharaan jaringannya dilaksanakan secara mandiri oleh organisasi petani pengelola irigasi;

    6. Berjalannya koordinasi dan disediakannya dana

    pengelolaan irigasi yang memadai oleh pemerintah daerah;

    7. Meningkatnya keandalan fisik jaringan dan kemantapan fungsi layanan prasarana irigasi dalam rangka menjamin tersedianya air irigasi secara berkelanjutan terutama pada daerah-daerah lumbung pangan dan tambak rakyat;

    8. Tersedianya prasarana irigasi baru yang mampu meningkatkan luas lahan beririgasi serta meningkatnya luas areal tanam dan Indeks Pertanaman (IP);

    9. Meningkatnya luas areal sawah baru pada daerah

    yang jaringan irigasinya telah dibangun serta meningkatnya luas areal tanam dan Indeks Pertanaman (IP);

    10. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi layanan dan pemanfaatan jaringan irigasi/rawa untuk pengembangan pertanian, pertambakan, dan pemenuhan kebutuhan pengembangan pedesaan dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani;

    11. Terjaganya lahan-lahan irigasi produktif dari konversi (alih fungsi) dan tertatanya lahan pertanian beririgasi sesuai RUTR dan;

    12. Tersedianya prasarana air baku dan meningkatnya jumlah dan kualitas air baku untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan air baku perkotaan, perdesaan, industri dan non pertanian lainnya.

    IV – 63

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja pertanian lainnya.

    11. Penciptaan Iklim Usaha yang

    Kondusif 1. Penyelesaian RUU tentang usaha mikro,

    kecil dan menengah, UU tentang Koperasi, UU/peraturan/ketentuan tentang koperasi simpan pinjam, subkontrak, waralaba, dan kemitraan.

    2. Penyempurnaan peraturan nasional dan daerah, termasuk yang terkait dengan retribusi barang dan jasa; hambatan terhadap arus barang, jasa, dan sumber daya lain antar daerah; izin usaha dan izin lokasi.

    3. Fasilitasi pengembangan Perizinan Satu Atap di daerah (One Stop Service—OSS)

    4. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah di daerah dalam pelayanan publik dan evaluasi iklim usaha setempat yang berkaitan dengan pengembangan UKMK.

    5. Pemantauan dan evaluasi berkala peraturan yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah; investasi; kemitraan, persaingan usaha, sistem dan prosedur perpajakan; dan praktek-praktek yang menghambat peranserta gender.

    6. Pemantauan dampak kebijakan makro ekonomi dan kebijakan sektoral; pelaksanaan otonomi/desentralisasi; serta pelaksanaan pengarusutamaan gender dan penyusunan langkah-langkah perbaikannya.

    7. Peningkatan kualitas dan kelengkapan data dan informasi UKMK, serta pengembangan portal UKM.

    8. Pengembangan alternatif kebijakan sistem insentif dan kemudahan untuk mengembangkan sistem dan jaringan pendukung UKMK yang lebih meluas di daerah.

    9. Pengembangan konsep sistem penanganan pengaduan dan advokasi terkait dengan iklim usaha.

    10. Mendorong asosiasi UKM dan sejenisnya untuk merumuskan etika bisnis (role of conduct) dalam bidangnya masing-masing

    11. Peningkatan kapasitas lintas pelaku (stakeholders) dalam pengembangan UKMK di tingkat nasional dan daerah dalam hal

    1. Penyusunan dan pelaksanaaan kebijakan/peraturan yang partisipatif, makin konsisten, dan berwawasan gender;

    2. Tersusunnya landasan legalitas yang kuat bagi UKMK;

    3. Terselenggaranya prosedur perijinan yang sederhana, murah dan transparan;

    4. Meningkatnya jumlah OSS; 5. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas

    informasi UKMK; 6. Terbentuknya portal UKM; 7. Tersedianya alternatif sistem insentif

    pengembangan usaha; 8. Tersedianya unit penanganan pengaduan bagi

    UKMK dan jasa advokasi/mediasi 9. Terselenggaranya partisipasi stakeholders

    dalam kebijakan dan program; 10. Biaya transaksi UKMK menurun; 11. Meningkatnya nilai volume usaha PKMK;

    Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Depperindag, Depdagri

    1. Pencipataan Iklim Usaha bagi UKMK

    IV – 64

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja koordinasi kebijakan dan program pembangunan, termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian melalui (i) pengembangan kelembagaan dan mekanisme partisipasi, (ii) pengembangan mekanisme advokasi, dan (iii) pengembangan sistem monitoring dan evaluasi.

    12. Identifikasi potensi, kebijakan dan pola kerjasama investasi UKMK dan perusahaan besar/investor.

    12. Peningkatan Akses kepada

    Sumberdaya Produktif A. Pengembangan Sistem Pendanaan 1. Perkuatan infrastruktur kelembagaan

    perbankan dalam penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk menyangkut peraturan perundangan serta ketentuan lainnya, pelatihan kepada staf bank umum dan BPR dalam pembiayaan UMKM.

    2. Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan dan lembaga non-bank kepada UKMK melalui penyaluran pinjaman yang bersumber dari Surat Utang No. SU-005/MK/1999 serta peningkatan efektivitas penyaluran kredit bank umum dan BPR sesuai dengan business plan masing-masing.

    3. Pengembangan Sistem Informasi Kredit , termasuk Biro Kredit (Credit Bureau) yang mampu menghimpun dan menyajikan informasi calon debitur dari kredit bank dan non bank, dan teknik perhitungan kinerja kredit (credit scoring techniques).

    4. Perluasan sumber permodalan UKMK melalui perkuatan lembaga keuangan mikro (LKM); perluasan peran modal ventura; penyediaan kredit ekspor; kredit investasi; pasar modal; dan perluasan peran lembaga keuangan syariah.

    5. Penyiapan RUU tentang LKM. 6. Perkuatan lembaga keuangan yang

    mendukung pengembangan sentra UKM melalui penyediaan modal awal (seed capital) dan/atau modal padanan (matching fund);

    7. Pemantauan dan evaluasi terhadap

    1. Berkembangnya lembaga pendanaan dan

    penjaminan; 2. Berkembangnya penyedia/fasilitator layanan

    pengembangan usaha bagi UKMK yang professional dan bermutu;

    3. Terbentuknya sistem informasi kredit, termasuk biro kredit;

    4. Meningkatnya penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi;

    5. Meningkatnya jumlah PKMK yang memanfaatkan lembaga pendanaan dan lembaga layanan usaha;

    6. Terselenggaranya penyelesaian pinjaman/kredit bermasalah UKMK secara efektif;

    7. Terbentuknya jaringan kerjama antar BDS dan antara BDS dengan lembaga pendukungnya;

    8. Meningkatnya nilai volume usaha PKMK;

    Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Depperindag, Depkeu, BI

    1. Pengembangan sistem

    pendukung usaha PKMK 2. Pengembangan Industri

    Kecil dan Menengah (IKM)

    IV – 65

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja partisipasi bank dalam memberikan kredit kepada UKMK dan penyusunan rekomendasi bagi perbaikan ketentuan dan prosedur penyaluran kredit perbankan dalam rangka meningkatkan akses pengusaha mikro, kecil, dan menengah kepada kredit.

    8. Fasilitasi Pemerintah Daerah dan dunia usaha di daerah dalam pengembangan skim penjaminan kredit bagi UKMK, termasuk penjaminan pra-ekspor dan lembaga penjaminan lokal (LPL), yang didukung penerapan sistem pengawasan, pemantauan dan evaluasi yang terukur.

    9. Fasilitasi pengembangan jaringan informasi termasuk penyediaan informasi sektor unggulan dan komoditi yang layak dibiayai oleh bank (lending model); pemantauan dan pengawasan serta kerjasama usaha antar lembaga pembiayaan bagi UKMK, termasuk LKM dan KSP/USP; dan antara lembaga pembiayaan bagi UKMK dengan perbankan.

    10. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan restrukturisasi hutang UKMK.

    B. Pengembangan Penyedia Jasa

    Pengembangan Usaha/Layanan Teknis (BDS) dalam bidang teknologi, pelatihan, informasi dan jasa konsultasi usaha

    11. Reoreintasi dan/atau restrukturisasi institusi litbang dan diklat milik pemerintah untuk memberikan layanan publik secara profesional dan terjangkau (secara fisik dan ekonomis).

    12. Peningkatan kapasitas dan kualitas layanan BDS, termasuk BDS fasilitator terutama yang mendukung sentra UKM, yang disertai dengan pengawasan, pemantauan dan evaluasi atas kinerja BDS dan efektivitas sistem insentif yang disediakan bagi BDS.

    13. Pengembangan sistem akreditasi dan sertifikasi BDS, termasuk BDS fasilitator, koperasi, auditor koperasi, dan LKM, serta penerapannya di daerah.

    14. Perluasan dan peningkatan kapasitas BDS untuk membangun jaringan pendukung usaha dalam pengembangan sistem

    IV – 66

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja pelayanan informasi usaha, pelatihan, konsultasi teknologi, promosi, pemasaran, disain dan manajemen mutu, serta pengembangan UKM melalui pendekatan klaster

    15. Peningkatan profesionalitas dan reposisi para tenaga penyuluh/pendamping pada instansi pemerintah menjadi konsultan profesional mandiri.

    13. Pengembangan

    Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan Kompetitif

    A. Pengembangan Kewirausahaan 1. Pengembangan sistem insentif untuk

    mendorong tumbuhnya wirausaha baru berupa insentif pajak, modal awal/modal padanan (seed capital/matching fund) serta kemudahan perijinan.

    2. Promosi kewirausahaan melalui percontohan usaha dengan pemanfaatan potensi lokal; sosialisasi budaya kerja dan wirausaha; serta peningkatan kapasitas dan kualitas materi pendidikan kewirausahaan.

    3. Peningkatan kualitas pendidikan anggota dan pengelola koperasi, serta peningkatan motivasi dan ketrampilan teknis/manajemen bagi PKM

    4. Peningkatan peran dan perkuatan kemampuan wanita PKM dalam penguasaan teknologi, informasi, manajemen dan pasar

    5. Fasilitasi pengembangan lembaga diklat PKMK, terutama yang dikelola oleh dunia usaha/masyarakat, melalui dukungan insentif berupa peningkatan kemampuan pengelolaan dan pelatih/instruktur, perbaikan dan penyempurnaan materi dan metoda pelatihan, akreditasi diklat PKM dan sertifikasi pelatih, serta perkuatan jaringan antar diklat.

    6. Perluasan dan peningkatan kapasitas inkubator bisnis dan teknologi dengan dukungan insentif dalam bentuk seed capital/matching fund bergulir.

    B. Pengembangan PKMK Berkeunggulan

    Kompetitif 7. Penyediaan sistem insentif bagi

    pengembangan dan pemanfaatan inovasi/

    1. Tersedianya sistem insentif bagi tumbuhnya

    PKM baru; 2. Tersedianya dukungan prasarana diklat PKM dan

    anggota koperasi; 3. Meningkatnya peran usaha yang dikelola wanita

    PKM; 4. Meningkatnya produktivitas UKMK; 5. Tersedianya sistem insentif pengembangan

    UKMK berorientasi ekspor dan/atau berbasis teknologi;

    6. Meningkatnya jangkauan, jenis dan nilai pemasaran produk unggulan UKMK, termasuk ekspor;

    7. Meningkatnya nilai transaksi UKMK dari kemitraan;

    8. Meningkatnya jumlah anggota yang memanfaatkan koperasi;

    Kantor Meneg Koperasi dan UKM, Depperindag, Kantor Meneg Ristek, BPPT, LIPI,

    1. Pengembangan

    kewirausahaan dan daya saing PKMK

    2. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)

    3. Pengembangan ekspor 4. Peningkatan Iptek Dunia

    Usaha dan Masyarakat

    IV – 67

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja teknologi lokal misalnya melalui komersialisasi hasil inovasi/modifikasi teknologi lokal dan kerjasama pengembangan teknologi antara litbang teknologi milik pemerintah/swasta/ lembaga layanan usaha dan UKM.

    8. Pengembangan UKMK berorientasi ekspor dan/atau berbasis padat teknologi, yang didukung penyediaan seed capital/matching fund bergulir, penyederhanaan prosedur ekspor, penyediaan bimbingan teknis, dan fasilitasi pendampingan hukum.

    9. Pengembangan sistem kerjasama usaha, inovasi, informasi, alih teknologi, serta ekspor antar kelompok-kelompok usaha (clusters), antara PKM nasional dan internasional, serta antara PKM nasional dengan usaha besar nasional, terutama industri kecil/menengah, subkontrak, yang didasarkan atas kebutuhan bersama dan prinsip saling menguntungkan.

    10. Pengembangan sistem insentif bagi peningkatan efisiensi dan nilai tambah pemasaran melalui modernisasi sistem distribusi dan pemasaran produk-produk UKMK.

    11. Revitalisasi kelembagaan koperasi melalui peningkatan pengelolaan, akuntabilitas dan partisipasi anggota, serta perkuatan auditor koperasi.

    12. Pengembangan fasilitas usaha bersama dalam bentuk koperasi, baik dalam usaha agribisnis, industri maupun jasa

    14. Peningkatan Koordinasi

    Pemeliharaan Stabilitas Ekonomi

    1. Melakukan koordinasi secara rutin antar instansi yang terkait dengan upaya pemeliharaan stabilitas ekonomi.

    2. Menyusun kebijakan ekonomi makro

    dengan lembaga-lembaga terkait untuk memelihara stabilitas ekonomi serta mendorong pemulihan kegiatan investasi.

    3. Mendorong instansi terkait dalam

    memperlancar penyediaan dan distribusi

    1. Tercapainya koordinasi yang lebih baik antara lembaga yang terkait dengan penciptaan stabilitas ekonomi.

    2. Tercapainya sasaran laju inflasi sebesar 6,5-8,5

    persen pada tahun 2004. 3. Stabilnya nilai tukar rupiah pada kisaran Rp

    8.500 – Rp 9.500 per dolar AS.

    4. Tercapainya pertumbuhan ekonomi sekitar 4,0 – 5,0 persen pada tahun 2004.

    Kantor Menko Perekonomian, Depkeu, BI, Kantor Meneg PPN/Bappenas

    IV – 68

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja barang dan jasa terutama barang-barang kebutuhan pokok rakyat banyak.

    15. Peningkatan Penerimaan Negara

    1. Melanjutkan reformasi dibidang perpajakan dengan melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berlaku dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan pajak sejalan dengan perkembangan dunia usaha. Diantaranya, peningkatan Nilai Jual Objek Pajak PBB dan pembatasan Jasa Tidak Kena Pajak PPN.

    2. Melanjutkan upaya untuk membangun integritas administrasi perpajakan melalui langkah-langkah program sosialisasi, dialog perpajakan dan membangun kerjasama dengan berbagai kalangan dan instansi pemerintah, mengembangkan kode etik pegawai dan kerjasama dengan Komisi Ombudsman Nasional.

    3. Melaksanakan reformasi di bidang pelayanan kepada wajib pajak dengan memberikan pelayanan yang lebih baik dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (e-payment, e-registration, e-filing) dan percepatan layanan restitusi.

    4. Melanjutkan upaya penegakan hukum yang telah dilaksanakan dalam repeta lalu melalui langkah-langkah : Ekstensifikasi dan Intensifikasi, pembentukan Bank Data, Perjanjian Kerja Sama dengan sumber-sumber data kecil, Pengembangan Smart Mapping dengan memanfaatkan digitalisasi data Objek Pajak PBB, Melaksanakan Pencegahan dan Penyanderaan (Gizjling) dan penyidikan tindak pidana di

    1. Terwujudnya peningkatan penerimaan pajak dan pengenaan pajak yang sesuai dengan kondisi perekonomian.

    2. Terwujudnya adminsitrasi pajak yang berintegritas, masyarakat yang sadar dan peduli pajak, dan kerjasama dengan instansi lain untuk mendukung tercapainya penerimaan pajak.

    3. Terwujudnya citra pajak dan pelayanan yang baik, tersedianya teknologi dan perangkat keras yang mendukung pelayanan secara elektronik.

    4. Terwujudnya kepatuhan sukarela (voluntary compliance), pembayaran pajak yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tersedianya data untuk pengawasan kepatuhan wajib pajak, tersedianya smart mapping (peta yang berbicara), tersedianya perangkat hukum yang menjamin terlaksananya tindakan pencegahan, penyaderaan (gizjling) dan penyidikan untuk menciptakan keadilan bagi wajib pajak patuh.

    5. Terlaksananya reorganisasi untuk mendukung pelaksanaan fungsi penerimaan pajak, tersedianya

    Depkeu Peningkatan Penerimaan Negara. Perwujudan masyarakat sadar dan peduli pajak. Peningkatan Kapasitas dan Integritas Sumber Daya Manusia. Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan. Peningkatan Sarana dan Prasarana operasional administrasi perpajakan

    IV – 69

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja bidang perpajakan.

    5. Pengembangan kelembagaan dan daya dukung organisasi melalui reorganisasi menyeluruh DJP, meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan dan operasional, modernisasi teknologi informasi dengan pengembangan jaringan komunikasi data sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System), Pusat Pemulihan Data dalam Bencana (Disaster Recovery Center), Re-Engineering System Informasi Perpajakan.

    6. Melanjutkan reformasi kebijakan kepabeanan dalam rangka memfasilitasi perdagangan melalui pengembangan sistem informasi kepabeanan dengan tahap-tahap perluasan dan pengembangan Online Transaction Processing (OLTP), Online Analitical Processing (OLAP), dan Executive Information System (EIS), serta penyempurnaan situs Ditjen Bea dan Cukai.

    7. Melanjutkan reformasi kepabeanan dalam rangka pemberantasan penyeludupan dan under valuation melalui peningkatan kualitas penerapan manajemen resiko dan pengembangan program penagihan tunggakan bea masuk dan pungutan dalam rangka impor bersama DJP.

    8. Melanjutkan reformasi kepabeanan dalam rangka peningkatan integritas pegawai

    9. Penerapan Exices Service

    System (ESS).

    sarana pendukung operasional seperti kantor, peralatan dan teknologi yang memadai, terwujudnya keamanan data dan pusat pemulihan data, tersedianya sistem informasi bagi pengambilan keputusan dan kebijakan.

    (6.a) Terwujudnya penyempurnaan dan pengembangan pilot-run aplikasi impor, ekspor dan manifest di pelabuhan-pelabuhan utama, aplikasi pelayanan Kawasan Berikat.

    6.b) Terwujudnya situs DJBC dalam penyediaan data perdagangan dan tariff serta layanan konsultasi di bidang kepabeanan.

    7. Meningkatnya kualitas penerapan manajemen resiko melalui peningkatan akurasi informasi intelijen (NI/NHI) dengan penyempurnaan profile database, peningkatan kepatuhan pengguna jasa kepabeanan, tersedianya database harga yang mutakhir dan akurat serta berkurangnya tunggakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

    8. Meningkatnya integritas pegawai.

    9. Terwujudnya ESS dalam pelayanan cukai.

    10. Terwujudnya strata tarif HJE yang mengacu pada pencapaian target penerimaan cukai.

    (11.a) Tersedianya sarana dan

    IV – 70

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 10. Penyempurnaan strata tarif

    dan Harga Jual Eceran (HJE) Barang Kena Cukai.

    11. Peningkatan sistem

    pengawasan dalam rangka penegakan hukum kepabeanan dan cukai serta perlindungan masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana pengawasan, serta peningkatan pengetahuan dan keahlian SDM di bidang pengawasan.

    12. Peningkatan pelaksanaan

    verifikasi dan audit melalui penetapan kriteria dokumen impor, ekspor dan cukai yang memperoleh prioritas utama, pelaksanaan audit secara reguler maupun insidentil serta audit bersama Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Pajak dan BPKP, pemantauan pelaksanaan tindak lanjut temuan hasil audit serta pengkajian dan penyempurnaan sistem dan prosedur kegiatan verifikasi dan audit.

    13. Meningkatkan penerimaan

    sumber daya alam (SDA), terutama SDA perikanan dan pertambangan umum dengan memperhatikan kelestarian SDA tersebut beserta lingkungan hidup sekitarnya.

    14. Meningkatkan efektivitas penyetoran penjualan migas bagian pemerintah ke Departemen Keuangan melalui perencanaan penerimaan migas, monitoring pelaksanaan penyetoran, tindaklanjut penagihan kekurangan setoran, monitoring harga minyak mentah, gas, dan lifting serta perhitungan penerimaan negara.

    prasarana pengawasan (11.b) Meningkatnya pengetahuan dan

    keahlian untuk melaksanakan/ menjalankan sarana pengawasan

    (12.a) Meningkatnya pelaksanaan verifikasi dan tindak lanjut hasil temuannya.

    (12.b) Terselenggaranya kegiatan audit sesuai DROA dan selaras DROA, audit bersama DJBC, DJP dan BPKP.

    (12.c) Terlaksananya monitoring tindak lanjut hasil audit.

    (12.d) Adanya hasil pengkajian dan penyempurnaan sistem dan prosedur kegiatan verifikasi dan audit.

    13. Meningkatnya rasio penerimaan negara bukan pajak sebagai rasio terhadap PDB yang berasal dari sumber daya alam perikanan, dan pertambangan umum.

    14. Tercapainya penerimaan migas dalam APBN.

    15. Meningkatnya penerimaan APBN yang bersumber dari PNBP Departemen/ Lembaga.

    16. Tercapainya target

    penerimaan negara yang berasal dari pajak ekspor.

    IV – 71

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 15. Melakukan inventarisasi dan

    Penetapan tarif PNBP Departemen/Lembaga serta melakukan evaluasi atas penetapan tarif yang berlaku.

    16. Meningkatnya penagihan dan post audit bersama BPKP terhadap eksportir yang belum melaksanakan pembayaran pajak ekspor.

    17. Mengoptimalkan penerimaan negara dari penerimaan bukan pajak termasuk penerimaan dari pengembalian pinjaman serta mengintegrasikan Rekening Dana Investasi (RDI) ke dalam rekening BUN secara bertahap.

    18. Melanjutkan perbaikan dan pengelolaan RDI, RPD dan SLA, khususnya mengenai pengadministrasian pinjaman

    19. Melanjutkan komputerisasi penatausahaan pinjaman RDI, RDP dan SLA untuk memberikan kemudahan, kecepatan dan ketepatan administrasi pinjamand an proyeksi penerimaan negara dari pengembalian pinjaman.

    20. Mengefektifkan koordinasi antara DJBC, DJP dan Itjen Depkeu dalam peningkatan penerimaan negara, sekaligus pelayanan pada wajib pajak besar (LTO) dan pemeriksaan spot check atas pengeluaran barang impor di pelabuhan.

    21. Membangun dan mengembangkan sistem informasi penerimaan negara yang terpadu untuk mendukung pelaksanaan operasional, dan formulasi kebijakan serta pengambilan keputusaan.

    17. Meningkatnya penerimaan kembali RDI ke rekening BUN.

    18. Tertibnya pengelolaan RDI, RPD dan SLA

    19. Tersedianya sistem

    komputerisasi penatausahaan pinjaman RDI, RDP dan SLA.

    20. Meningkatnya penerimaan APBN

    21. Tersedianya sistem, prosedur dan prasarana untuk menunjang pengelolaan penerimaan negara yang terpadu.

    16. Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara

    1. Menyelesaikan RUU Pengelolaan Kekayaan Negara.

    2. Menyusun Rancangan Peraturan

    1. Tersedianya UU Pengelolaan Kekayaan Negara.

    2. Tersedianya PP tentang petunjuk

    Depkeu, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Dept. Energi dan SD

    Penataan Kelembagaan dan etatalaksanaan Pengembangan Tenaga Migas, Batubara dan

    IV – 72

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja Pemerintah sebagai petunjuk pelaksanaan UU Keuangan Negara, Perbendaharaan Negara, Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Negara dan Pengelolaan Kekayaan Negara.

    3. Melakukan koordinasi dan

    sinkronisasi dengan pemerintah daerah dalam rangka penyempurnaan pengelolaan keuangan daerah.

    4. Menghapuskan subsidi secara

    bertahap, terutama subsidi yang kurang tepat sasaran (untargeted subsidy).

    5. Memperbaiki kesejahteraan

    pegawai negeri dengan tetap mempertimbangkan kemampuan keuangan negara dalam batas-batas anggaran negara yang terjaga kesinambungannya;

    6. Mempertajam prioritas dan

    mengoptimalkan alokasi anggaran pembangunan, baik yang dikelola pemerintah pusat maupun daerah melalui upaya pemberian pelayanan dan pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing tingkatan pemerintahan, baik yang ada di pusat maupun di daerah.

    7. Menyediakan harga satuan (unit

    cost) untuk pengadaan barang dan jasa yang menjadi beban APBN.

    8. Menyusun standar akuntansi

    pemerintah berbasis akrual dan menyempurnakan sistem akuntansi pemerintah.

    pelaksanaan UU Keuangan Negara, Perbendaharaan Negara, Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pengelolaan Kekayaan Negara.

    3. Tersedianya mekanisme penyaluran

    dana perimbangan yang sudah disempurnakan.

    4. Menurunnya beban subsidi dalam

    APBN secara bertahap. 5. Meningkatnya penghasilan pegawai

    yang mendekati kewajaran. 6. Menurunnya secara bertahap

    defisit anggaran. 7. Tersedianya buku pedoman harga

    satuan umum dan harga satuan pokok kegiatan.

    8a. Tersusunnya 7 (tujuh) draft

    publikasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual dan tersosialisasikannya standar akuntansi pemerintah yang sudah diterbitkan;

    8b. Diselesaikannya penyempurnaan Sistem Akuntansi Pemerintah;

    8c. Disetujuinya pembentukan jabatan fungsional akuntan pemerintah.

    9a. Diselesaikannya RUU PAN tahun

    2003 kurang dari 12 (dua belas) bulan setelah tahun anggaran

    Energi dan SD Mineral

    Energi lainnya. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara

    IV – 73

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 9. mempercepat penyelesaian dan

    meningkatkan laporan keuangan pemerintah pusat.

    10. Meningkatkan sarana dan

    prasarana aparatur negara dalam rangka meningkatkan profesionalisme pengelolaan keuangan negara dan mendukung pelaksanaan regorganisasi Departemen Keuangan.

    11. Membangun dan

    mengembangkan sistem informasi pengeluaran negara yang terpadu untuk mendukung pelaksanaan operasional, dan formulasi kebijakan serta pengambilan keputusan.

    12. Meningkatkan efektivitas dan optimalisasi pengeluaran negara dengan biaya yang lebih efisien

    berakhir; 9b. Tersusunnya neraca dan laporan

    arus kas pemerintah tahun anggaran 2003.

    10. Tersedianya sarana dan prasarana

    pendukung pada kantor pusat dan 15 kantor daerah.

    11. Tersedianya system informasi

    untuk menunjang pengelolaan pengeluaran negara yang terpadu.

    12. Menurunnya defisit anggaran secara bertahap

    17. Pengelolaan Utang Pemerintah

    1a. Meningkatkan kinerja pemanfaatan utang luar negeri pemerintah, termasuk upaya percepatan pencairan pinjaman proyek dan program luar negeri.

    1b. Meningkatkan transparansi penggunaan pinjaman luar negeri dengan memperbaiki sistem pengadaan barang dan jasa dengan sistem fiduciary control yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

    1c. Menyusun sistem penetapan skala prioritas terhadap proyek-proyek yang layak dan pantas dibiayai dengan pinjaman luar negeri.

    2. Menetapkan RUU Pinjaman dan Hibah Luar Negeri dan menyusun rancangan peraturan pelaksanaannya;

    3. Menyusun rancangan Peraturan Pemerintah tentang tata cara

    i j l i

    1a. Meningkatkan optimalisasi dan efisiensi dalam pemanfaatan utang luar negeri pemerintah karena menurunnya masalah sistematik dan kebocoran.

    1b. Tersusunnya sistem fiduciary control yang baku.

    1c. Tersusunnya daftar prioritas

    proyek-proyek yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri.

    2. Tersusunnya RUU Pinjaman dan

    Hibah Luar Negeri pemerintah dan peraturan pelaksananya (PP).

    3. Tersusunnya PP pelaksananaan

    penerusan pinjaman luar negeri pemerintah kepada daerah.

    Depkeu, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Kantor Meneg BUMN, BI, Setneg Deplu.

    IV – 74

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja penerusan pinjaman luar negeri kepada Pemda dan mengembangkan kerangka hukum dan kelembagaan yang dibutuhkan bagi berkembangnya pasar surat utang negara yang likuid, efisien, dan transparan untuk memfasilitasi pembiayaan kembali sebagian surat utang negara yang jatuh tempo;

    4. Melakukan upaya-upaya pengurangan beban utang luar negeri antara lain dengan melakukan negosiasi secara bilateral dan/atau melalui forum CGI misalnya dan memanfaatkan mekanisme konversi utang (debt conversion) seperti melalui Debt for Nature Swaps (DNS) dan untuk pendidikan;

    5. Mengembangkan berbagai langkah terobosan alternatif pendanaan pembangunan dari dalam negeri, melalui upaya peningkatan pemanfaatan sumber daya alam nasional seoptimal mungkin.

    6. Meningkatkan kemampuan manajemen utang dalam negeri dan luar negeri.

    7. Melanjutkan penegakan hokum terhadap debitur dan eks pemegang saham bank yang tidak kooperatuf dalam rangka peningkatan tingkat pengembalian utang negera

    8. Meningkatkan infrastruktur dan kelembagaan yang dibutuhkan dalam pengelolaan surat utang negara;

    9. Membangun sistem informasi pengelolaan utang pemerintah secara terpadu.

    4. Menurunnya beban pembayaran

    cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah.

    5. Tersedianya alternatif pendanaan pembangunan dari dalam negeri

    6. DSR pemerintah diperkirakan mencapai sekitar 10 persen dan menurunnya rasio utang pemerintah, baik luar negeri maupun dalam negeri, terhadap PDB menjadi sekitar 59 persen.

    7. Tertibnya pengembalian utang negara 8. Tersedianya sistem, prosedur dan

    prasarana untuk menunjang pengelolaan utang pemerintah yang terpadu.

    9. Tersedianya sistem informasi pengelolaan utang

    pemerintah

    IV – 75

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 18. Pengembangan Lembaga

    Keuangan 1. Melanjutkan langkah penyelesaian dan

    penyempurnaan peraturan perundangan yang sejalan dengan konsep Indonesia Financial Safety Net (IFSN) yang mengkoordinasikan otoritas kebijakan moneter, otoritas pengawasan lembaga keuangan dan pasar modal, otoritas lembaga penjaminan simpanan dan otoritas kebijakan fiskal.

    1. Terbentuknya peraturan perundangan yang sejalan dengan Indonesia Financial Safety Net (IFSN).

    2. Melanjutkan penyempurnaan ketentuan dan peningkatan pengawasan perbankan yang mengacu kepada standar internasional.

    2. Penerapan CAMEL, NPL 5%, dan CAR yang memperhitungkan faktor resiko

    Depkeu (Ditjen Lembaga Keuangan), BI BI (Dit. Penelitian & Pengawasan Perbankan, dan Dit. Pengawasan BPR), Kantor Menko Perekonomian, dan Depkeu.

    3. Membentuk sumber dana murah bagi BPR

    dengan cara mengadakan program kemitraan antara bank umum dengan BPR untuk terlaksananya channeling/re-lending penyaluran kredit dari bank umum kepada BPR.

    3. Peningkatan kredit BPR.

    4. Mendorong terlaksananya

    prinsip-prinsip perbankan syariah berdasarkan kepada Cetak Biru Perbankan Syariah tahun 2002.

    4. Peningkatan jumlah perbankan

    syariah

    5. Meyusun peraturan perundang-undangan Lembaga Penjamin Simpanan.

    5. Tersusunnya LPS.

    BI, Depkeu, Kantor Menko Perekonomian, BPPN.

    Pengembangan Kelembagaan Keuangan

    6. Mempersiapkan langkah-langkah pengalihan tugas-tugas penjaminan kepada LPS.

    6. Tersusunnya KepMenKeu tetang pengurangan penjaminan dari blanket guarentee ke penjaminan terbatas.

    7. Melanjutkan upaya-upaya dalam rangka

    pengesahan RUU OJK dan mempersiapkan peraturan pelaksanaan OJK.

    7. Terbentuknya UU OJK, dan peraturan pelaksanaannya

    Depkeu. (Dit. Asuransi, Dit. Dana Pensiun, Bapepam); BI (Dit. Penelitian dan Pengawasan Perbankan).

    Pengembangan Kelembagaan Keuangan

    IV – 76

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 8. Mempersiapkan cetak biru

    infrastruktur OJK (struktur, SDM dan teknologi informasi).

    8. Tersusunnya cetak biru infrastruktur OJK.

    9. Menerapkan bagian utama cetak biru infrastruktur OJK.

    9. Terbentuknya dewan komisioner OJK.

    10. Harmonisasi UU Pasar Modal, UU Dana Pensiun, UU Usaha Persuransian, UU Perbankan dengan RUU OJK.

    10. Revisi UU Pasar Modal, UU Dana Pensiun, UU Asuransi dan UU. Perbankan.

    11. Mempersiapkan transisi pengalihan tugas OJK.

    11. Terbentuknya rencana pengalihan tugas kepada OJK.

    Depkeu, Dept. Kehakiman dan HAM.

    Pengembangan Kelembagaan Keuangan

    12. Melengkapi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan di bidang Asuransi.

    12. Tersusunnya peraturan pelaksana di bidang asuransi, dan meningkatnya transparansi dan akuntabilitas industri asuransi.

    Depkeu. (Dit. Dana Pensiun), Dept. Kehakiman dan HAM.

    Pengembangan Kelembagaan Keuangan

    13. Melengkapi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan di bidang Dana Pensiun.

    13. Tersusunnya peraturan pelaksana di bidang asuransi, dan meningkatnya transparansi dan akuntabilitas dana pensiun.

    Depkeu (Dit. Dana Pensiun)

    Pengembangan Kelembagaan Penunjang Lembaga Keuangan; dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

    14. Menyusun RUU Akuntan Publik dan melengkapi peraturan perundang-undangan di bidang profesi penilai publik

    14. Draft RUU Akuntan Publik telah disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR, tersusunnya revisi peraturan di bidang profesi penilai publik

    Depkeu (Dit. Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai)

    15. Mengembangkan metoda pengawasan secara risk based capital (RBC) untuk industri usaha perasuransian.

    15. Penetapan RBC.

    Depkeu (Dit. Asuransi )

    Pengembangan Kelembagaan Keuangan

    19. Restrukturisasi Perbankan 1. Pemantapan sistem pengawasan perbankan berdasarkan Master Plan yang dirinci dalam Rencana Kegiatan (Detailed Action Plan) oleh Bank Indonesia, sebagaimana diisyaratkan standar internasional yang meliputi: persyaratan/ketentuan dalam pendirian dan pemberian ijin sektor perbankan, koordinasi antar otoritas pengawas,

    1. Tidak adanya bank yang direkapitalisasi dengan dana pemerintah

    BI, Kantor Menko Perekonomian, Depkeu, Kantor Meneg BUMN

    IV – 77

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja manajemen resiko bagi perbankan, pengawasan berbasis resiko pasar, pengukuran CAMEL yang memasukan unsur sensitivitas terhadap resiko pasar dan peningkatan upaya penerapan pengawasan berdasarkan konsolidasi perusahaan afiliasi

    2. Melanjutkan upaya membentuk struktur perbankan yang sehat dan memiliki daya saing yang tinggi

    3. Adanya kepastian dalam pengaturan permodalan bank yang disesuaikan dengan resiko yang dihadapi.

    4. Mempersiapkan penanganan asset hasil program restrukturisasi perbankan yang belum terselesaikan oleh BPPN.

    2. Tercapainya CAR perbankan

    serendah-rendahnya 8% 3. Diperhitungkannya unsur market

    risk perhitungan CAR 4. Dilaksanakannya penanganan asset

    hasil program restrukturisasi perbankan paska BPPN.

    20. Penyelesaian dan Pemantauan Utang Perusahaan

    1. Pengalihan dan penanganan aset-aset tersisa yang dikelola oleh BPPN kepada lembaga lain yang dimiliki pemerintah seperti perusahaan induk (holding company) dan perusahaan patungan;

    2. Melakukan tindakan hukum terhadap obligor / debitur non kooperatif yang berhutang kepada negara;

    3. Melanjutkan upaya peningkatan kapasitas pengadilan niaga yang efisien dan transparan ;

    4. Memperkuat kemampuan pemantauan pinjaman luar negeri swasta;

    5. Meningkatkan pengawasan dan pembenahan terhadap manajemen perusahaan yang sebelumnya dikelola BPPN dalam rangka mengoptimalkan pengembalian uang negara dari debitur termasuk pemegang saham Bank-bank;

    6. Melanjutkan penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang pengurusan piutang negara dan lelang;

    7. Melanjutkan penyempurnaan sistem informasi di bidang

    1. Selesainya proses pengalihan aset-aset BPPN

    2. Terlaksananya tindakan hukum kepada obligor / debitur non kooperatif

    3. Meningkatnya kinerja peradilan niaga

    4. Tersedianya data utang swasta yang lengkap, akurat dan tepat waktu

    5. Terwujudnya sistem, prosedur dan prasarana untuk menunjang pengelolaan piutang dan lelang negara dalam kerrangka sistem penglolaan keuangan negara yang terpadu.

    Kantor Meneg BUMN, Depkeu, BI, Dept. Kehakiman dan HAM, Kejakung, Mabes Polri, dan Instansi terkait lainnya

    Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

    IV – 78

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja pengurusan piutang negara dan lelang dan menyiapkan sistem informasi komputerisasi di bidang pengelolaan barang pinjaman.

    8. Mengurus piutang negara secara efektif, efisien dan transparan

    9. Memberikan pelayanan lelang yang efektif, efisien dan transparan

    10. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sistem informasi monitoring piutang dan lelang negara.

    21. Implementasi Perimbangan

    Keuangan Pusat dan Daerah 1. Pembahasan penyempurnaan Undang-

    undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

    2. Pembahasan penyempurnaan Undang-

    undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

    3. Melakukan pengawasan dan evaluasi

    terhadap perda-perda mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta menyampaikan rekomendasi atas pembatalan perda-perda yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dan bertentangan dengan kepentingan umum

    4. Pembahasan penyempurnaan data dasar

    formula dan perhitungan DAU serta mengupayakan penurunan proporsi faktor penyeimbang dalam perhitungan alokasi DAU

    5. Menyiapkan arah kebijakan pengalokasian

    DAK Non DR dan pembahasan penyempurnaan pedoman umum DAK (Dana Reboisasi dan Non Dana Reboisasi) serta melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK

    1. Tersusunnya draft sementara penyempurnaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

    2. Tersusunnya draft sementara penyempurnaan

    Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

    3. Terlaksananya perda-perda mengenai Pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kepentingan umum

    4. a. Tersusunnya formula DAU yang optimal

    b. Digunakannya DAU untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah serta pemerataan horizontal (antar daerah)

    5. a. Tersusunnya pedoman umum DAK sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku b. Teralokasinya DAK secara transparan

    Departemen/LPND yang menjadi anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD), Depkeu, Depdagri, Dephut, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg PPN/Bappenas, BPKP, dan Pemda/BUMD

    IV – 79

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 6. Melakukan pemantauan dan evaluasi

    pelaksanaan bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak

    7. Pembahasan penyusunan petunjuk

    pelaksanaan Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah

    8. Pembahasan penyusunan Standar Pelayanan

    Minimum (SPM) dan Standar Analisa Biaya (SAB) oleh Departemen/LPND terkait

    9. Mengembangkan sistem informasi keuangan

    daerah

    6. Terlaksananya penetapan alokasi penyaluran Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak secara transparan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    7. a. Tersedianya peta kapasitas fiskal, peta jenis

    proyek, dan peta kinerja pinjaman daerah b. Tersedianya prosedur dan mekanisme

    penyaluran pinjaman luar negeri Pemerintah kepada Daerah

    8. Tersedianya SPM dan SAB yang dapat

    digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan daerah

    9. Berkembangnya sistem informasi keuangan

    daerah

    22. Pengembangan Ekspor 1. Memperluas akses dan peningkatan pangsa pasar, baik untuk negara-negara tujuan ekspor yang sudah ada, maupun untuk negara-negara tujuan ekspor baru (terutama pasar negara-negara non-kuota dan/atau pasar negara-negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah), melalui: (a) penguatan kemampuan delegasi perdagangan (b) pelibatan dunia usaha dalam misi perdagangan (c) peningkatan kualitas pameran dagang dan (d) perluasan upaya diseminasi dan sosialisasi hasil kesepakatan diplomasi perdagangan;

    2. Melakukan penataan kelembagaan ekspor dalam negeri dan pembukaan kantor promosi dan/atau trading house di beberapa negara/kawasan tujuan ekspor utama;

    3. Menyelaraskan dan menyederhanakan prosedur dan fasilitasi ekspor dan impor guna: (a) mempercepat pelayanan ekspor produk barang jadi; dan (b) menjaga kesinambungan kesediaan komoditi impor untuk kebutuhan pokok impor bahan baku/penolong bagi dunia usaha.

    4. Menyelenggarakan kegiatan pembentukan kantor perwakilan pengembangan ekspor di beberapa daerah potensial dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

    1. Meningkatnya nilai, volume, keragaman produk, dan negara tujuan ekspor, terutama ekspor non-migas

    2. Meningkatnya kualitas pelayanan publik di bidang pengembangan ekspor di tingkat pusat dan daerah

    3. Makin efektifnya upaya promosi ekspor 4. Terwujudnya berbagai kemudahan di dalam

    pelaksanaan dan prosedur ekspor dan impor. 5. Tersosialisasinya berbagai hasil kesepakatan

    perjanjian perdagangan internasional kepada dunia usaha, instansi pemerintah dan lembaga masyarakat lainnya.

    Depperindag, BSN, Kantor Meneg Koperasi dan UKM

    1. Pengembangan Ekspor 2. Peningkatan Kerjasama

    Ekonomi Luar Negeri 3. Pengembangan Usaha dan

    Lembaga Perdagangan 4. Pengembangan Distribusi

    Nasional 5. Pengembangan

    Kewirausahaan dan Daya Saing PKMK

    6. Diseminasi Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

    IV – 80

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja 5. Melakukan penjajagan berbagai alternatif

    fasilitasi perdagangan luar negeri baru, bilateral maupun multilateral;

    6. Menerapkan secara bertahap dan konsisten hasil perjanjian perdagangan internasional baik bilateral maupun multilateral (AFTA, WTO, APEC) dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;

    7. Meningkatkan kinerja sistem informasi manajemen promosi ekspor dan perdagangan internasional yang mandiri, professional, dan mudah diakses oleh dunia usaha terutama oleh pelaku usaha kecil dan menengah;

    8. Sosialisasi dan implementasi berbagai skim kerjasama usaha perdagangan antara lain, counter trade (imbal dagang) dengan negara mitra dagang potensial.

    23. Penataan dan Penguatan Basis

    Produksi dan Distribusi 1. Revitalisasi dan pengembangan industri yang

    mendorong pemulihan perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja, meliputi: (a) Pemulihan kinerja sektor produksi andalan ekspor nonmigas, (b) Pengembangan industri berdaya saing tinggi yang memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia lokal, (c) Pengkajian kelayakan dan rintisan fasilitasi pembiayaan alternatif untuk menunjang investasi di sektor industri manufaktur;

    2. Peningkatan peran industri kecil dalam mendukung revitalisasi dan pengembangan industri, melalui: (a) Pengembangan industri pendukung (supporting industry) dan penataan jaringan kemitraannya dalam mendorong kemandirian dan persaingan yang sehat, (b) Perluasan aplikasi teknologi informasi dalam kegiatan usaha, (c) Peningkatan diversifikasi dan disain produk dalam meraih kembali segmen pasar dalam negeri yang hilang akibat krisis, (d) Perluasan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan;

    3. Peningkatan sumberdaya dan sarana pendukung kegiatan sektor produksi, melalui: (a) Reorientasi layanan teknologi lembaga litbang publik sesuai kebutuhan industri dan dalam mendorong percepatan alih teknologi

    1. Meningkatnya volume produksi dan nilai tambah sektor produksi nasional.

    2. Meningkatnya efisiensi distribusi untuk produk barang dan jasa.

    3. Meningkatnya produktivitas dan kemampuan usaha industri kecil di daerah.

    4. Meningkatnya kualitas barang dan jasa sesuai standar nasional dan internasional.

    5. Meningkatnya ketersediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan dunia industri.

    6. Meningkatnya upaya penyelarasan SNI yang mengacu pada standar internasional

    7. Terlaksananya peningkatan kapasitas jaringan kalibrasi nasional

    Depperindag, Kantor Meneg Koperasi dan UKM, BSN, BPPT, Dept. Energi dan SD Mineral

    1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

    2. Pengembangan Kemampuan Teknologi Industri

    3. Penataan Struktur Industri 4. Pengembangan Distribusi

    Nasional 5. Pengembangan Ekspor 6. Pengembangan Tenaga

    Migas, Batubara dan Energi lainnya

    IV – 81

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja (proses dan produk), (b) Pengembangan dan perluasan jaringan informasi usaha, (c) Penguatan lembaga penyedia jasa pendidikan dan pelatihan terapan untuk kebutuhan industri, (d) Pengembangan pola pelatihan keterampilan ekonomi produktif;

    6. Penerapan sistem mutu dan standardisasi (nasional dan internasional) produk barang dan jasa, melalui: penataan sistem kelembagaan (pedoman, peralatan dan SDM) standardisasi dan kemetrologian agar secara aktif mendukung akreditasi dan sertifikasi barang dan jasa;

    7. Penataan sistem dan penguatan kelembagaan standardisasi dan kemetrologian dalam mendukung akreditasi dan sertifikasi barang dan jasa;

    8. Perkuatan infrastruktur sistem distribusi antara lain melalui: (a) kegiatan percontohan pengembangan pusat distribusi regional; (b) perluasan kegiatan percontohan sistem tanda resi gudang (warehouse receipt system = WRS) di beberapa daerah produksi potensial;

    9. Kampanye pemberdayaan dan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri.

    24. Penguatan Pranata Iklim

    Kompetitif dan Non-Diskriminatif

    1. Penyusunan naskah rancangan akademik perundangan-undangan tentang imbal dagang;

    2. Penyempurnaan materi akademik sistem distribusi nasional guna meningkatkan efisiensi dan kelancaran distribusi barang dan jasa;

    3. Penyempurnaan undang-undang metrologi legal dan peraturan pelaksanaannya;

    4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai peraturan dan prosedur penyelenggaraan kegiatan industri dan perdagangan, baik di pusat maupun di daerah, terutama dalam rangka pembagian tugas dan kewenangan antara pusat dan daerah dan sekaligus menyiapkan rancangan teknis petunjuk pelaksanaannya guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah;

    5. Mengembangkan jaringan kerjasama internasional dalam rangka saling pengakuan

    1. Meningkatnya jumlah dan peran forum lintas pelaku untuk koordinasi penyelarasan kebijakan

    2. Terlaksananya deregulasi berbagai prosedur usaha produksi dan distribusi baik di pusat maupun di daerah

    3. Tersusunnya Rancangan Undang-undang tentang imbal dagang

    4. Tersedianya Rancangan Undang-undang Sistem Distribusi Nasional

    5. Meningkatnya upaya penyelarasan SNI yang mengacu pada standar internasional

    6. Meningkatnya kemampuan lembaga pengawas persaingan usaha

    7. Terlaksananya penyempurnaan dasar-dasar pelaksanaan sistem dan prosedur pengawasan persaingan usaha (UU No. 5 Tahun 1999 Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

    8. Terlaksananya penyempurnaan dasar-dasar sistem dan prosedur perlindungan konsumen (dalam

    Depperindag, KPPU, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Depdagri, BSN

    1. Penataan Struktur Industri 2. Penyusunan dan

    Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

    3. Persaingan Usaha dan Perlindungan Konsumen

    4. Peningkatan Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri

    5. Pengembangan Ekspor 6. Pengembangan Usaha dan

    Lembaga Perdagangan 7. Pengembangan Distribusi

    Nasional

    IV – 82

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja standar antar negara;

    6. Melakukan penataan mekanisme penetapan tarif dan hambatan non-tarif dalam rangka pelaksanaan perjanjian internasional (bilateral, multilateral, dan regional);

    7. Melakukan penguatan mekanisme pelaksanaan persaingan usaha dan perlindungan konsumen;

    8. Penyempurnaan dan pemasyarakatan berbagai perangkat peraturan di bidang Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Perdagangan Berjangka Komoditi melalui pengkajian penyempurnaan UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dalam rangka merespon kebutuhan dunia usaha antara lain untuk menentukan komoditi yang akan diperdagangkan di bursa komoditi;

    9. Melakukan upaya pengendalian impor barang dalam rangka perlindungan konsumen melalui pelaksanaan berbagai regulasi teknis di bidang standardisasi dan kemetrologian yang antara lain mencakup: a. Penataan kebijakan kinerja importir secara

    periodik; b. Peningkatan kinerja forum lintas pelaku

    antara lain melalui: Pusat Solusi Bisnis untuk koordinasi penanggulang-an iklim usaha di bidang industri dan perdagangan.

    rangka penegakkan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen)

    9. Meningkatnya kemampuan pelayanan Lembaga Kliring dan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

    25. Penguatan Institusi Pasar 1. Melakukan penguatan kemampuan kelembagaan persaingan usaha, perlindungan konsumen, pengawas berjangka komoditi, dan pengelolaan penanaman modal yang mencakup peningkatan kemampuan sumber daya manusia, serta penyusunan sistem dan prosedur pengawasan barang beredar;

    2. Melakukan penguatan sistem informasi manajemen pasar barang dan jasa dalam rangka menyediakan dan memperluas akses masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa dari dalam negeri dasn luar negeri;

    3. Meningkatkan penyelenggaraan perlindungan konsumen melalui: (a) pengembangan kelembagaan perlindungan konsumen, (b)

    1. Terlaksananya dasar-dasar pelaksanaan sistem pengelolaan penanaman modal dan bursa komoditi berjangka

    2. Tersedianya sistem informasi pasar barang dan jasa dalam negeri dan luar negeri

    3. Tersedianya Rancangan Undang-undang Lalu Lintas Perdagangan Barang dan Jasa di Dalam Negeri

    4. Terwujudnya implementasi undang-undang persaingan usaha, perlindungan konsumen, dan bursa komoditi berjangka

    5. Terjaminnya persediaan, harga, dan kualitas barang beredar di dalam negeri

    Depperindag BPS, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BPPBK), KPPU, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)

    1. Pengembangan Distribusi Nasional

    2. Pengembangan Usaha dan Lembaga Perdagangan

    3. Persaingan Usaha dan Perlindungan Konsumen

    4. Pengembangan Ekspor 5. Diseminasi Informasi Iptek 6. Penyempurnaan dan

    Pengembangan Statistik

    IV – 83

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja pemasyarakatan kebijakan perlindungan konsumen, dan (c) peningkatan sumber daya manusia (SDM) aparat pembina perlindungan konsumen;

    4. Melakukan pengawasan barang beredar yang mencakup pengawasan terhadap persediaan, harga, dan kualitas barang beredar di dalam negeri;

    5. Mempersiapkan materi rancangan undang-undang e-commerce dan skim-skim usaha perdagangan.

    6. Mempercepat RUU sistem tanda resi gudang (WRS) yang merupakan instrumen untuk mengatasi resiko harga dan mempermudah akses pembiayaan (modal kerja) bagi dunia usaha di sektor produksi.

    26. Pengembangan Pariwisata

    1. Memantapkan kebijakan dan strategi

    pembangunan pariwisata nasional yang berwawasan lingkungan dan berbasis kerakyatan.

    2. Menyusun grand strategi pengembangan produk pariwisata nasional.

    3. Memperluas diversifikasi dan meningkatkan daya saing daerah tujuan wisata dan produk pariwisata melalui: a. Mengembangkan wisata nusantara b. Revitalisasi program nasional sadar

    wisata; c. Mengembangkan wisata bahari; d. Pengelolaan industri pariwisata yang

    bertanggungjawab; 4. Memantapkan strategi pemasaran pariwisata,

    termasuk pengembangan riset serta analisis pasar pariwisata;

    5. Mengembangkan dan memantapkan promosi pariwisata di dalam maupun di luar negeri, melalui berbagai media seperti website, media cetak, media elektronik, dan melalui kemitraan dengan lembaga dalam maupun luar negeri;

    6. Mengembangkan dan memperkuat data base dan jaringan sistem informasi kepariwisataan;

    7. Mengembangkan sekaligus memantapkan koordinasi dan jaringan kerja antar sektor,

    1. Tersusunnya strategi dan kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional.

    2. Tersusunnya grand strategy pengembangan produk pariwisata Nasional

    3. Keaneragaman daerah tujuan dan produk pariwisata yang berdaya saing tinggi

    4. Jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara yang melakukan kegiatan wisata di Indonesia

    5. Jumlah intensitas promosi kepariwistaan melalui berbagai media, seperti website, media cetak, media elektornik dls.

    6. Tersedianya data statistik dan informasi kepariwistaan yang lebih memadai dan akurat.

    7. Tertata dan terciptanya jaringan kerjasama yang lebih efisien dan efektif antar lembaga, dan antar wilayah, dan antar pelaku pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri

    8. Daya saing global SDM pariwisata Indonesia melalui peningkatan kompetensi

    9. Terwujudnya sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundangan pengembangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

    10. Terwujudnya peran serta masyarakat dan UKM yang lebih besar dalam pembangunan pariwisata

    11. Terbit dan tersosialisasinya UU Kepariwisataan pengganti UU No. 9/1990.

    Kantor Meneg Budpar; BP Budpar serta Instansi terkait. Pemda daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota Masyarakat dan asosiasi profesi pariwisata

    Program Pemasaran Pariwisata Program Pengembangan Produk Pariwisata

    IV – 84

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja antarlembaga, antarwilayah, antar negara dan antar pelaku pariwisata;

    8. Meningkatkan profesionalisme dan daya saing sumber daya manusia pariwisata yang bertaraf internasional melalui : a. Fasilitasi pengembangan lembaga

    pendidikan dan pelatihan kepariwisataan b. Pengembangan dan pematapan

    standarisasi,akreditasi dan sertifikasi kompetensi SDM Pariwisata;

    9. Mengembangkan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundangan di bidang pariwisata antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

    10. Meningkatkan peran serta masyarakat dan UKM dalam pembangunan industri pariwisata;

    11. Menyelesaikan dan mensosialisasikan UU kepariwisataan pengganti UU No 9/1990 tentang Kepariwisataan.

    27. Peningkatan Iptek Dunia

    Usaha

    1. Memperkuat interaksi antara lemlitbang dengan dunia usaha dan sistem pendukung lainnya melalui: a. Kerjasama penelitian antara lembaga

    dengan industri b. Mendorong peningkatan jumlah

    perusahaan yang berbasis teknologi dengan menerapkan program entrepreneurship, program spin-off dan membuat mekanismenya

    c. Mengembangkan sistem komunikasi antara lembaga Iptek dan dunia usaha/industri

    2. Mendorong tumbuhnya kegiatan litbang di

    dunia usaha melalui a. Menumbuhkan kesadaran dunia usaha

    akan pentingnya iptek sebagai sumber daya saing

    b. perumusan kebijakan intervensi selektif pemerintah didasarkan produk perundang-undangan yang ada

    c. pengembangan pola insentif dalam bentuk kemitraan lemnbaga litbang dan industri, sosialisasi standar mutu terhadap IKM, asuransi teknologi, korporasi usaha

    1. Terbangunnya interaksi antara lembaga litbang dengan dunia usaha serta sistem pendukung, dalam bentuk: a. Adanya kerjasama litbang antara lembaga

    litbang dengan industri b. Terbangunnya perusahaan yang berbasis

    teknologi dalam bentuk SME berbasis teknologi, Inkubator teknologi, unit pelayanan jasa mandiri, dan adanya mekanisme entrepreneurial

    c. Terbangunnnya system komunikasi antara lembaga Iptek dan dunia usaha/industri

    2. Tumbuhnya kegiatan litbang di dunia usaha dan

    industri yang dicirikan dalam bentuk: a. Terbentuknya kesadaran dunia usaha akan

    pentingnya iptek sebagai sumber daya saing b. Adanya peraturan bidang fiskal, legal dan

    finansial terkait dengan kegiatan iptek

    c. Adanya rumusan pola insentif kemitraan lembaga litbang dan industri, pola insentif dalam rangka standardisasi mutu produk IKM, pola insentif dalam bidang asuransi teknologi,

    KRT, LIPI, BPPT, BAKOSURTANAL, LAPAN, BATAN, BAPETEN, BSN, Depnakertrans, Deptan, BPS

    1. Peningkatan Iptek Dunia Usaha

    2. Diseminasi Informasi Teknologi

    IV – 85

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja berbasis produk litbang, dll

    d. Mempromosikan kegiatan riset di dunia

    usaha/industri 3. Meningkatkan jenis dan kualitas pelayanan

    jasa teknologi sesuai kompetensi unit kerja dan kebutuhan dunia usaha, industri dan masyarakat luas melalui: a. Penyediaan jasa konsultasi dan asistensi

    teknis b. Penyediaan jasa pengukuran, standardisasi,

    pengujian dan mutu c. Penyediaan jasa pelatihan teknologi tepat

    guna d. Perbaikan mekanisme pelayanan jasa

    teknologi e. Penyediaan paket teknologi yang dapat

    meningkatkan efisiensi produksi secara optimal

    f. Sosialisasi tentang pentingnya aspek QCD (Quality Cost & Delivery)

    g. Penyediaan data dan informasi statistik sebagai bahan perencanaan pembangunan, antara lain melalui kegiatan: Sensus Pertanian (ST) 2003 (lanjutan; subsektor dan analisis), Survei Angkatan Kerja Nasional 2004, serta persiapan Survei Penduduk Antar Sensus 2005 dan persiapan Sensus Ekonomi 2006.

    pola insentif korporasi usaha berbasis produk litbang

    d. Tumbuhnya unit riset di industri 3. Meningkatnya jenis dan kualitas pelayanan jasa

    teknologi sesua kompetensi unit kerja dan kebutuhan dunia usaha, indutsri dan masyarakat dalam bentuk: a. Tersedinya jasa konsultasi & asistensi teknis b. Tersedianya jasa pengukuran, standardisasi,

    testing, dan mutu c. Tersedianya jasa pelatihan teknologi tepat guna d. Tersusunnya mekanisme pelayanan jasa

    teknologi yang baku e. Tersdianya paket teknologi yang dapat

    meningkatkan efisiensi produksi secara optimal f. Tersosialisasikannya aspek QCD (Quality Cost

    & Delivery) g. Termanfaatkannya data dan informasi statistik

    bagi proses perencanaan pembangunan, antara lain pelaksanaan Sensus Pertanian (ST) 2003 (lanjutan; subsektor dan analisis), Survei Angkatan Kerja Nasional 2004, Survei Penduduk Antar Sensus 2005 (pilot study) dan Sensus Ekonomi 2006 (pilot study).

    28. Diseminasi Informasi Teknologi

    1. Menyediakan informasi teknologi kepada dunia usaha dan masyarakat: a. Mendorong pemanfaatan jaringan

    informasi teknologi sebagai infrastruktur pelayanan iptek;

    b. Penyediaan informasi paket teknologi siap pakai dalam berbagai bentuk media informasi

    c. Menyediakan informasi peluang usaha berbasis pemanfaatan iptek

    d. Perbaikan jaringan kerja kelembagaan dalam penyebaran informasi iptek

    e. Promosi kegiatan lembaga litbang dalam bentuk temu bisnis, dll

    f. Menyediakan sistem informasi HKI

    1. Tersedianya informasi teknologi yang mudah diakses oleh dunia usaha dan masyarakat:

    a. Terintegrasinya sistem jaringan informasi teknologi;

    b. Tersedianya sejumlah informasi paket

    teknologi dalam berbagai bentuk dan media informasi;

    c. Tersedianya informasi peluang usaha berbasis pemanfaatan hasil litbang.

    d. Meningkatnya keterlibatan instansi teknis dalam pengembangan Iptek

    e. Meningkatnya peluang kerjasama bisnis berbasis produk litbang

    f. Tersedianya sarana dan prasarana informasi

    KRT, LIPI, BPPT, LAPAN, BAKOSURTA NAL, BATAN, BSN, BAPETEN,BPS

    Diseminasi Informasi Iptek

    IV – 86

  • No.

    Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) REPETA 2004 Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

    Rencana Tindak Indikator Kinerja

    2. Meningkatkan aliran informasi iptek antar masyarakat ilmiah dan dunia usaha, serta masyarakat luas: a. Mengembangkan unit pelayanan iptek

    masyarakat sebagai simpul aliran pemanfaatan iptek;

    b. Meningkatkan jurnal ilmiah yang terakreditasi

    c. Penyelenggaraan forum komunikasi ilmiah;

    d. Membuat dan menyebarluaskan basis data keahlian SDM peneliti dan sarana prasarana iptek.

    e. Meningkatkan pameran teknologi untuk meningkatkan transaksi layanan teknologi antara lemlitbang dengan dunia usaha

    f. Melembagakan sistem komunikasi antara masyarakat ilmiah dan dunia usaha.

    3. Melakukan perencanaan, persiapan,

    pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis dan penyebarluasan data statistik dasar, sektoral dan khusus, antara lain melalui : a) Sensus Pertanian (ST) 2004 – Subsektor, (b) Survei Angakatan Kerja Nasional 2004, (c) Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004, (d) Sensus Ekonomi 2006 – Pilot Study, (e) Survei Penduduk Antar Sensus – Pilot Study.

    HKI

    2. Meningkatnya akses dan ketersediaan informasi iptek bagi masyarakat ilmiah dan dunia usaha:

    a. Terbangunnya unit pelayanan iptek dalam

    berbagai bentuk;

    b. Meningkatnya jumlah jurnal ilmiah yang terakreditasi;

    c. Terselenggaranya forum komunikasi ilmiah, d. Tersedianya dan tersebarluaskannya basis

    data keahlian SDM dan sarana-prasarana iptek.

    e. Frekuensi pameran dan bursa teknologi dan jumlah transaksi layanan teknologi;

    f. Adanya kelembagaan sistem komunikasi

    antara masyarakat ilmiah dan dunia usaha 3. Tersedianya data statistik dasar, sektoral, dan

    khusus antara lain pelaksanaan Sensus Pertanian (ST) 2004, Survei Angkatan Kerja Nasional 2004, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004, Sensus Ekonom