c. etika dokter terhadap pasien

3
C. Etika Dokter terhadap Pasien Ada 4 pasal KODEKI yang menjelaskan tentang “etika dokter terhadap pasien”, yaitu: 1. pasal 10 Setiap dokter wajib bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persutujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI pada pasal 10, yaitu : Sikap tulus, ikhlas yang dilandasi sikap profesional seorang dokter dalam melakukan tugasnya sangat diperlukan karena sikap ini akan menegakkan wibawa seorang dokter, memberikan kepercayaan dan ketenangan bagi pasien, sehingga pasien bersikap kooperatif yang memudahkan dokter dalam membuat diagnosis, dokter perlu pula bersikap ramah-tamah dan sopan santun terhadap pasien. Dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dokter perlu didampingi oleh orang ketiga untuk mencegah tuduhan terjadinya kasus pemerasan terhadap dokter atau pelecehan seksual. 2. pasal 11 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat atau dalam masalah lainnya. Penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI pada pasal 11, yaitu : Dokter yang bijaksana selalu mendalami latar belakang kehidapan pasiennya, termasuk aspek sosial, ekonomi, mental, intelektual, dan spritualnya. Dokter berkewajiban menghormati agama dan

Upload: voosky-gzero

Post on 13-Aug-2015

146 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

etika

TRANSCRIPT

Page 1: C. Etika Dokter Terhadap Pasien

C. Etika Dokter terhadap Pasien

Ada 4 pasal KODEKI yang menjelaskan tentang “etika dokter terhadap pasien”, yaitu:

1. pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persutujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI pada pasal 10, yaitu :Sikap tulus, ikhlas yang dilandasi sikap profesional seorang dokter dalam melakukan tugasnya sangat diperlukan karena sikap ini akan menegakkan wibawa seorang dokter, memberikan kepercayaan dan ketenangan bagi pasien, sehingga pasien bersikap kooperatif yang memudahkan dokter dalam membuat diagnosis, dokter perlu pula bersikap ramah-tamah dan sopan santun terhadap pasien. Dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dokter perlu didampingi oleh orang ketiga untuk mencegah tuduhan terjadinya kasus pemerasan terhadap dokter atau pelecehan seksual.

2. pasal 11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat atau dalam masalah lainnya.

Penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI pada pasal 11, yaitu :Dokter yang bijaksana selalu mendalami latar belakang kehidapan pasiennya, termasuk aspek sosial, ekonomi, mental, intelektual, dan spritualnya. Dokter berkewajiban menghormati agama dan keyakinan pasiennya, termasuk adat-istiadat dan tradisi masyarakat setempat asal saja tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu kedokteran. Dokter perlu memberi kesempatan bagi pasien untuk bertemu dengan orang-orang yang dikehendakinya dalam hal bertamu di rumah sakit.

3. pasal 12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI pada pasal 12, yaitu :

Page 2: C. Etika Dokter Terhadap Pasien

Hubungan dokter dengan pasien adalah bersifat konfidensial, percaya-mempercayai dan hormat-menghormati, karena itu dokter berkewajiban memelihara suasana yang ideal tersebut, dengan antara lain memegang teguh rahasia jabatan dan pekerjaannya sebagai dokter.

4. pasal 13Setiap dokter wajib memberikan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI pada pasal 13, yaitu :Setiap orang wajib melakukan pertolongan pertama kepada siapa pun yang mengalami kecelakaan atau sakit mendadak, apalagi seorang dokter. Pertolongan yang diberikan tentulah sesuai kemampuan masing-masing dan sesuai dengan sarana yang tersedia. Di negara-negara maju, banyak dokter yang enggan memberikan pertolongan pertama, karena sering terjadi bahwa dokter dituntut mengganti kerugian pertolongan yang diberikan dianggap tidak tepat, menyebabkan cacat atau menimbulkan komplikasi, sehingga memperlambat penyembuhan. Di negra kita,tuntutan seperti itu diharapkan tidak terjadi, namun perlu di perhitungkan.