buta warna

4
A. Pendahuluan BUTA WARNA Buta warna adalah mutasi genetic yang menjadikan penglihatan subjek penderita berkurang kepekaannya terhadap panjang gelombang warna tertentu, yang terjadi secara alami dalam sebuah populasi. 1 Dengan penyakit semacam ini, penderita akan mengalami kesulitan dalm mengenali warna yang banyak digunakan sebagai penanda dalam kehidupan modern, seperti warna lampu lalu lintas, atau dalam lingkup yang lebih khusus, warna zat kimia, warna penanda dalam komponen elektronik, dan lain sebagainya. Sistem penglihatan manusia di dalam mata memiliki dua jenis reseptor, yakni sel-sel batang (rods) dan sel-sel kerucut (cones). 1 Sel-sel batang merupakan reseptor yang peka terhadap rangsangan cahaya dengan intensitas rendah, dan tidak dapat membedakan warna. Sel-sel kerucut merupakan sel-sel yang sensitif terhadap intensistas cahaya yang terang dan memiliki kemampuan membedakam warna. Panjang gelombang berkaitan dengan tiga warna utama, yakni wrna merah, hijau dan biru. Dengan kemampuan reseptor menerima tiga warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda tersebut, sistem penglihatan ini disebut sebagai trikromasi (trichromatic vision). Buta warna dapat dikategorikan menjadi dua macam, buta warna total dan buta warna parsial. Buta warna total disebut sebagai monokromasi. Penyakit ini termasuk kasus langka. Monokromasi menyebabkan penderita tidak dapat mengenali warna, sehingga penglihatannta terbatas pada warna monokrom (hitam dan putih) saja. Monokromasi disebebkan

Upload: raynaldo-pinem

Post on 18-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fweew

TRANSCRIPT

A. Pendahuluan

BUTA WARNAButa warna adalah mutasi genetic yang menjadikan penglihatan subjek penderita berkurang kepekaannya terhadap panjang gelombang warna tertentu, yang terjadi secara alami dalam sebuah populasi.1 Dengan penyakit semacam ini, penderita akan mengalami kesulitan dalm mengenali warna yang banyak digunakan sebagai penanda dalam kehidupan modern, seperti warna lampu lalu lintas, atau dalam lingkup yang lebih khusus, warna zat kimia, warna penanda dalam komponen elektronik, dan lain sebagainya. Sistem penglihatan manusia di dalam mata memiliki dua jenis reseptor, yakni sel-sel batang (rods) dan sel-sel kerucut (cones).1 Sel-sel batang merupakan reseptor yang peka terhadap rangsangan cahaya dengan intensitas rendah, dan tidak dapat membedakan warna. Sel-sel kerucut merupakan sel-sel yang sensitif terhadap intensistas cahaya yang terang dan memiliki kemampuan membedakam warna. Panjang gelombang berkaitan dengan tiga warna utama, yakni wrna merah, hijau dan biru. Dengan kemampuan reseptor menerima tiga warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda tersebut, sistem penglihatan ini disebut sebagai trikromasi (trichromatic vision). Buta warna dapat dikategorikan menjadi dua macam, buta warna total dan buta warna parsial.Buta warna total disebut sebagai monokromasi. Penyakit ini termasuk kasus langka. Monokromasi menyebabkan penderita tidak dapat mengenali warna, sehingga penglihatannta terbatas pada warna monokrom (hitam dan putih) saja. Monokromasi disebebkan karena tidak berfungsinya sel-sel kerucut dalam sistem penglihatan. Selain buta warna total, terdapat pula buta warna parsial. Salah satu bentuk dari buta warna parsial ini disebut sebagai dikromasi (dichromachy). Dikromasi disebebkan karena ketiadaan salah satu dari tiga sel kerucut yang seharusnya dimilki, yang pada akhirnya menyebabkan kepekaan terhadap salah satu panjang gelombang tersebut. Bentuk lain dari buta warna parsial disebut anomalous tricromachy, dengan ketidaksempurnaan dalam sel-sel kerucut yang ada. kelainan ini merupakan kasus yang paling sering ditemukan.1Dalam dunia medis, kelemahan mengenali warna merah disebut sebagai protanomali (protanomaly), kelemahan warna hijau disebut sebagai deutranomali (deutranomaly), sedangkan kelemahan sel kerucut yang peka terhadap warna biru disebut sebagai tritanomali (tritanomaly). Untuk mengetahui jenis buat warna yang diderita, salah satu metode yang popular adalah menggunakan tes warna Ishihara.1B. Tujuan Praktikum

Tujuan Instruksional Umum Memahami buta warna organik dan fungsional Tujuan Khusus A. Menentukan ada tidaknya buta warna organik pada seseorang dan jenis kelainan buta warna seseorang (jika ada) berdasarkan buku pseudoisokromatik Ishihara

B. Mendemonstrasikan cara menimbulkan buta warna fungsional pada seseorang dan menerangkan mekanisme terjadinya C. Alat dan bahan

A. Buku pseudoisokromatik Ishihara

B. Plastik mika warna merah dan hijauD. Cara Kerja

BUTA WARNA ORGANIK 1. Instruksikan OP untuk mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku pseudoisokromatik Ishihara.

2. Catat hasil pemeriksaan saudara.

BUTA WARNA FUNGSIONAL 1. Instruksikan OP untuk melihat melalui plastik mika warna merah atau hijau selama minimal 10 menit ke arah suatu bidang yang terang (awan putih).

2. Segera setelah itu, periksa keadaan buta warna yang terjadi dengan menggunakan buku pseudoisokromatik Ishihara.

3. Catat hasil pemeriksaan saudara. E. HasilNomor PlateJawaban NormalJawaban OP 1Jawaban OP 2

1121212

2888

3555

4292929

5747474

6777

7454545

8222

9XXX

10161616

11Dapat mengikuti garisDapat mengikuti garisDapat mengikuti garis

12353535

13969696

14Dapat mengikuti 2 garisDapat mengikuti 2 garisDapat mengikuti 2 garis

Hasil pada praktikum buta warna yang dilakukan pada OP bernama Lodi mendapatkan hasil yang normal dari awal percobaan buta warna organic dan pada saat setelah dilakukan tes buta warna fungsional dengan melihat warna plastik mika berwarna hijau tidak ada mengalami perubahan apa-apa sehingga hasilnya tetap sama. Pertanyaan 30. Bagaimana mekanisme terjadinya buta warna fungsional? Jelaskan!Jawab : Buta warna fungsional terjadi ketika terjadinya kelelahan pada sel kerucut warna, sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan sensitivitas dalam pemancaran sinyal pada sel kerucut yang diakibatkan karena stimulus yang berlebihan sehingga terjadi kelelahan dan pemancaran sinyal yang seakan-akan sinyal tersebut tidak dipancarkan dan akan memancarkan sinyal komplementernya, yaitu merah dengan warna komplementernya hijau.Daftar Pustaka :

1. Poret, S., Jony, R. D., & Gregori, S. (2009). Image Processing for Colour Blindness Correction. Sciende and Technology for Humanity, 2009 IEEEToronto International Conference. Toronto, Canada, 26-27 September 2009.