bupati wonosobo

280
BUPATI WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, memerlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha diperlukan pengaturan penataan ruang; c. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu disusun rencana tata ruang wilayah kabupaten; d. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025; dan e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

Upload: lytruc

Post on 03-Jan-2017

264 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUPATI WONOSOBO

BUPATI WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

NOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011-2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO,

Menimbang : a. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat

yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, memerlukan

penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan

partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan

berkelanjutan;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar

sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah

merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan

pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha diperlukan

pengaturan penataan ruang;

c. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26

Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka

perlu disusun rencana tata ruang wilayah kabupaten;

d. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten

Wonosobo Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJPD) Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025;

dan

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo

Tahun 2011-2031.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah

(Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 2043);

Page 2: BUPATI WONOSOBO

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4833);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5103);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan

Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); dan

10. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD)

Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

dan

BUPATI WONOSOBO

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

(RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011-2031.

Page 3: BUPATI WONOSOBO

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Wonosobo.

2. Bupati adalah Bupati Wonosobo.

3. Kecamatan adalah kecamatan di Kabupaten Wonosobo.

4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara

termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu pertamaan wilayah tempat manusia dan

makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

11. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

12. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan

pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

13. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang

sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program

beserta pembiayaannya.

14. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang

sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

15. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

16. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo yang selanjutnya disingkat

RTRW Kabupaten Wonosobo adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah

Kabupaten Wonosobo.

17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif

dan/atau aspek fungsional.

18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan

pelayanan pada tingkat wilayah.

19. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten.

20. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

21. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah pusat

pelayanan kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai

PKL.

Page 4: BUPATI WONOSOBO

22. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa

desa.

23. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

24. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori, dan jalan kabel.

25. Sistem jaringan jalan adalah satu pertamaan ruas jalan yang saling

menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang

berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.

26. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

27. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan.

28. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan.

29. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,

dan kegiatan ekonomi.

30. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat

kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan

fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

31. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

32. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) adalah wilayah yang memiliki potensi

sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan

peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh

tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum,

eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan

maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budi

daya maupun kawasan lindung.

33. Kawasan Suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan

maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi

sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

34. Cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang

berupa pertamaan atau kelompok,atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang

berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang

khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta

dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,

serta benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.

Page 5: BUPATI WONOSOBO

35. Ruang Terbuka Hijau perkotaan yang selanjutnya disebut RTH perkotaan adalah

bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi

oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung

manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota

tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah

perkotaan tersebut.

36. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disebut KSP adalah wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.

37. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

lingkungan.

38. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

39. Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

40. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat

hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam

penyelenggaraan penataan ruang.

41. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

42. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD

adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mempunyai fungsi

membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

43. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara

struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun

nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang

Pasal 2

Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Daerah berbasis agroindustri dan

pariwisata yang didukung oleh pertanian berkelanjutan.

Bagian Kedua

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Daerah

Paragraf 1

Kebijakan Penataan Ruang Daerah

Pasal 3

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ditetapkan kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah;

Page 6: BUPATI WONOSOBO

(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal;

b. pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;

c. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;

d. percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki;

e. pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif;

f. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;

g. pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;

dan

h. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Paragraf 2

Strategi Penataan Ruang Wilayah Daerah

Pasal 4

(1) Pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2) huruf a dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan berbasis

potensi bahan baku lokal;

b. meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan kehutanan;

c. mengembangkan kawasan agropolitan;

d. mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi;

e. mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas Daerah pada kawasan

perkotaan dan objek wisata; dan

f. mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan.

(2) Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ayat (2) huruf b dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan kawasan objek wisata unggulan;

b. mengembangkan agrowisata;

c. meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan

budaya;

d. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah lingkungan;

dan

e. meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.

(3) Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan;

b. mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur

pendukung;

c. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;

d. mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya air;

dan

e. mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan lingkungan

berkelanjutan.

(4) Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 pada ayat (2) huruf d dengan strategi

meliputi:

a. mengembangkan pusat kegiatan yang mampu menjadi simpul distribusi dan

pemasaran produk pertanian dan pariwisata;

b. meningkatkan peran fungsi kawasan perkotaan;

Page 7: BUPATI WONOSOBO

c. mengembangkan kawasan perdesaan sesuai dengan potensi masing-masing

kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan

perdesaan; dan

d. meningkatkan sinergitas keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan

dengan wilayah perdesaan.

(5) Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e dengan strategi meliputi:

a. menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

b. mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan tidak dan/atau

kurang produktif.

(6) Peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2) huruf f meliputi:

a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;

b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami

penurunan fungsi; dan

c. meningkatkan potensi sumberdaya alam dan buatan di kawasan lindung

dengan pengembangan agrowisata dan ekowisata.

(7) Peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g dengan strategi meliputi:

a. meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan; dan

b. melestarikan upacara tradisional seni dan budaya.

(8) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf h dengan strategi meliputi:

a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun

di sekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan

keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut

dengan kawasan budidaya terbangun;

c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar

kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan

untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan

d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian.

BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

(1) Rencana struktur ruang wilayah Daerah meliputi :

a. rencana sistem pusat kegiatan; dan

b. rencana sistem jaringan prasarana wilayah.

(2) Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Page 8: BUPATI WONOSOBO

Bagian Kedua

Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 6

(1) Rencana sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

huruf a terdiri atas:

a. sistem perkotaan; dan

b. sistem perdesaan.

(2) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. PKW;

b. PKLp; dan

c. PPK.

(3) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mempunyai fungsi utama

pengembangan kawasan meliputi:

a. pusat pemerintahan;

b. pusat perdagangan dan jasa;

c. pusat pendidikan; dan

d. pusat kesehatan.

(4) PKW berada di Kecamatan Wonosobo;

(5) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mempunyai fungsi utama

pengembangan kawasan meliputi:

a. pemerintahan kecamatan;

b. perdagangan dan jasa;

c. pendidikan menengah;

d. jasa pariwisata;

e. pertanian;

f. pelayanan sosial dan ekonomi skala regional;

g. pengembangan permukiman; dan

h. peruntukan industri.

(6) PKLp meliputi:

a. Kecamatan Kertek; dan

b. Kecamatan Selomerto.

(7) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c mempunyai fungsi utama

pengembangan kawasan meliputi:

a. pemerintahan kecamatan;

b. pertanian;

c. pendidikan;

d. peternakan;

e. pariwisata;

f. perkebunan; dan

g. jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan atau beberapa desa.

(8) PPK meliputi:

a. Kecamatan Mojotengah;

b. Kecamatan Kejajar; dan

c. Kecamatan Sapuran.

(9) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa PPL.

(10) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (9) mempunyai fungsi utama

pengembangan kawasan meliputi:

a. pemerintahan kecamatan;

b. pusat pemerintahan desa;

Page 9: BUPATI WONOSOBO

c. pusat permukiman desa;

d. pertanian;

e. agropolitan;

f. jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala antar desa; dan

g. pendukung aktivitas wisata.

(11) PPL meliputi:

a. Kecamatan Kepil;

b. Kecamatan Kaliwiro;

c. Kecamatan Wadaslintang;

d. Kecamatan Leksono;

e. Kecamatan Kalikajar;

f. Kecamatan Garung;

g. Kecamatan Watumalang;

h. Kecamatan Sukoharjo; dan

i. Kecamatan Kalibawang.

Pasal 7

(1) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Wonosobo disusun Rencana Rinci Tata

Ruang berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

(2) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Daerah meliputi:

1. Kecamatan Wonosobo;

2. Kecamatan Kertek;

3. Kecamatan Selomerto;

4. Kecamatan Mojotengah;

5. Kecamatan Kejajar;

6. Kecamatan Sapuran;

7. Ibukota Kecamatan Kepil;

8. Ibukota Kecamatan Kaliwiro;

9. Ibukota Kecamatan Wadaslintang;

10. Ibukota Kecamatan Leksono;

11. Ibukota Kecamatan Kalikajar;

12. Ibukota Kecamatan Garung;

13. Ibukota Kecamatan Watumalang;

14. Ibukota Kecamatan Sukoharjo; dan

15. Ibukota Kecamatan Kalibawang.

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 8

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) huruf b terdiri atas:

a. sistem jaringan prasarana utama; dan

b. sistem jaringan prasarana lainnya.

Page 10: BUPATI WONOSOBO

Paragraf 1

Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 9

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a terdiri

atas:

a. sistem jaringan transportasi darat; dan

b. sistem jaringan perkeretaapian.

Pasal 10

Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a

meliputi:

a. sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ); dan

b. sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP).

Pasal 11

(1) Sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 huruf a terdiri atas:

a. jaringan jalan;

b. jaringan prasarana sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ); dan

c. jaringan pelayanan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ).

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelompokkan

berdasarkan:

a. status jalan;

b. fungsi jalan; dan

c. sistem jaringan jalan.

(3) Pengelompokan jalan berdasarkan status jalan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a terdiri atas:

a. jalan nasional;

b. jalan provinsi; dan

c. jalan kabupaten.

(4) Pengelompokan jalan menurut fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b terdiri atas:

a. jalan kolektor;

b. jalan lokal; dan

c. jalan lingkungan.

(5) Pengelompokan jalan menurut sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. primer; dan

b. sekunder.

(6) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdapat pada sistem jaringan

primer dan sekunder.

(7) Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dinyatakan sebagai:

a. kolektor primer;

b. lokal primer;

c. lingkungan primer;

d. kolektor sekunder;

e. lokal sekunder; dan

f. lingkungan sekunder.

Page 11: BUPATI WONOSOBO

(8) Pengembangan jaringan jalan meliputi:

a. jaringan jalan yang ada; dan

b. jaringan jalan yang direncanakan.

Pasal 12

(1) Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a berupa jalan

kolektor primer (K1) yang ada di Daerah meliputi:

a. ruas jalan Batas Kabupaten Banjarnegara (KDU) – Selokromo;

b. ruas jalan Selokromo - Batas Kota Wonosobo;

c. ruas jalan Jogo Negoro;

d. ruas jalan A. Yani;

e. ruas jalan Batas Kota Wonosobo – Kertek;

f. ruas jalan S. Parman;

g. ruas jalan Mayor Bambang Sugeng; dan

h. ruas jalan Kertek - Batas Kabupaten Temanggung (KDU).

(2) Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a berupa jalan

strategis nasional yang ada di Daerah berupa ruas jalan Batur di Kabupaten

Banjarnegara – Dieng di Daerah.

(3) Jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b berupa jalan

kolektor primer (K3) yang ada di Daerah meliputi:

a. ruas jalan Selokromo – Wadaslintang;

b. ruas jalan Bruno (Batas Kab.Wonosobo) – Kepil;

c. ruas jalan Sapuran – Kaliangkrik;

d. ruas jalan Kertek – Kepil;

e. ruas jalan Kejajar – Dieng;

f. ruas jalan Wonosobo – Kejajar;

g. ruas jalan Kyai Sabuk Alu; dan

h. ruas jalan Ronggolawe.

(4) Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf c yang ada

di Daerah meliputi:

a. ruas jalan antar kecamatan;

b. ruas jalan poros desa;

c. ruas jalan penghubung antar kabupaten; dan

d. ruas jalan lingkar.

(5) Daftar ruas jalan kabupaten tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(6) Ruas jalan lingkar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d meliputi:

a. optimalisasi jalan lingkar yang ada meliputi:

1. jalan lingkar utara perkotaan Wonosobo;

2. jalan lingkar selatan perkotaan Wonosobo;

b. pengembangan jalan lingkar utara perkotaan Kertek;

c. pembangunan jalan yang direncanakan meliputi:

1. peningkatan jalan lingkar selatan perkotaan Kertek; dan

2. peningkatan jalan lingkar Garung.

(7) Jaringan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf c

berupa rencana peningkatan dan pengembangan sistem jalan lingkungan di Daerah

yang diatur dalam rencana rinci tata ruang.

(8) Rencana pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (8) diusulkan ke Gubernur paling lambat 1 (satu) tahun setelah Peraturan

Daerah ini ditetapkan.

Page 12: BUPATI WONOSOBO

Pasal 13

(1) Jaringan prasarana sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b berupa terminal.

(2) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. terminal penumpang; dan

b. terminal barang.

(3) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. revitalisasi terminal penumpang tipe A berupa Terminal Mendolo berada di

Kecamatan Wonosobo;

b. pengembangan terminal penumpang tipe B berupa Terminal Sawangan berada di

Kecamatan Leksono; dan

c. pengembangan terminal penumpang tipe C meliputi:

1. Terminal Kalibeber berada di Kecamatan Mojotengah;

2. Terminal Kejajar berada di Kecamatan Kejajar;

3. Terminal Kertek berada di Kecamatan Kertek;

4. Terminal Sapuran berada di Kecamatan Sapuran;

5. Terminal Leksono berada di Kecamatan Leksono;

6. Terminal Garung berada di Kecamatan Garung;

7. Terminal Kaliwiro berada di Kecamatan Kaliwiro;

8. Terminal Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan

9. Terminal Dieng berada di Kecamatan Kejajar.

(4) Terminal barang sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b berada di Kecamatan

Wonosobo.

Pasal 14

(1) Jaringan pelayanan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. jaringan trayek angkutan penumpang; dan

b. jaringan lintas angkutan barang.

(2) Jaringan trayek angkutan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a berada di seluruh kecamatan meliputi:

a. peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota antar provinsi (AKAP);

b. peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP);

c. peningkatan jaringan trayek angkutan perkotaan;

d. peningkatan jaringan trayek angkutan perdesaan; dan

e. pengembangan jaringan trayek angkutan perintis.

(3) Peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota antar provinsi (AKAP)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. Wonosobo-Jakarta;

b. Wonosobo-Jakarta-Bogor; dan

c. Wonosobo-Tasikmalaya-Bandung.

(4) Peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. Wonosobo-Temanggung-Magelang;

b. Wonosobo-Maron-Purworejo;

c. Wonosobo-Dieng-Batur;

d. Wonosobo-Prembun-Kebumen;

e. Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto;

f. Wonosobo-Prembun-Purworejo; dan

g. Wonosobo-Purwokerto-Semarang.

Page 13: BUPATI WONOSOBO

(5) Peningkatan jaringan trayek angkutan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf c meliputi:

a. Wonosobo-Kertek;

b. Wonosobo-Sawangan;

c. Wonosobo-Leksono;

d. Wonosobo-Garung;

e. Wonosobo-Limbangan;

f. Wonosobo-Gondang;

g. Wonosobo-Mojotengah;

h. Wonosobo-TMP-Wonolelo;

i. Wonosobo-Andongsili-Keseneng;

j. Wonosobo-Madukoro-Keseneng;

k. Wonosobo-Jetis-Timbang-Wonokasihan; dan

l. Wonosobo-Pacarmulyo-Gondang.

(6) Peningkatan jaringan trayek angkutan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf d meliputi:

a. Wonosobo-Dieng;

b. Wonosobo-Watumalang;

c. Wonosobo-Kaliwiro-Wadaslintang;

d. Kertek-Balekambang-Selomerto;

e. Garung-Mlandi-Kejajar;

f. Sawangan-Kaliwiro-Lamuk-Sapuran;

g. Sawangan-Sempol;

h. Sawangan-Tlogo;

i. Kaliwiro-Wadaslintang;

j. Wonosobo-Mojotengah-Dero;

k. Sapuran-Kalibawang-Kaliwiro;

l. Leksono-Manggis-Watumalang;

m. Kertek-Maduretno-Kembaran-Kwadungan;

n. Sapuran-Cawangan-Tegalsari; dan

o. Wonosobo-Sojopuro.

(7) Pengembangan jaringan trayek angkutan perintis sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf e berada di seluruh kecamatan.

(8) Jaringan lintas angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

berada di seluruh kecamatan.

Pasal 15

(1) Sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b berupa pengembangan

transportasi danau dan penyeberangan.

(2) Pengembangan transportasi danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri atas:

a. angkutan wisata meliputi:

1. Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang: dan

2. Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung.

b. angkutan penyeberangan Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan

Wadaslintang.

Page 14: BUPATI WONOSOBO

Pasal 16

Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi:

a. pengembangan jalur kereta api komuter Wonosobo – Banjarnegara – Purwokerto;

dan

b. revitalisasi stasiun lama untuk rencana pengoperasian kereta komuter di Stasiun

Wonosobo.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 17

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b

meliputi:

a. sistem jaringan prasarana energi;

b. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;

c. sistem jaringan prasarana sumber daya air; dan

d. sistem jaringan prasarana lainnya.

Pasal 18

(1) Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a

terdiri atas:

a. pengembangan tenaga listrik;

b. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik;

c. pengembangan jaringan energi bahan bakar minyak dan gas; dan

d. pengembangan jaringan energi alternatif.

(2) Pengembangan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. pengembangan pembangkit tenaga listrik dan/atau gardu induk distribusi meliputi:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung berada di Kecamatan Garung;

2. pengembangan Gardu Induk (GI) Wonosobo berada di Kecamatan Wonosobo;

dan

3. pengembangan Gardu Induk (GI) Dieng berada di Desa Sikunang Kecamatan

Kejajar.

b. pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi berupa Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng di Kecamatan Kejajar.

(3) Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b meliputi:

a. peningkatan kapasitas dan pelayanan distribusi melalui sistem interkoneksi Jawa

– Bali;

b. pengembangan Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) 150 (seratus lima puluh) kilovolt

melalui Kecamatan Watumalang – Mojotengah – Garung – Kejajar – Wonosobo –

Selomerto – Sapuran;

c. pengembangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 (dua puluh) kilovolt

berada di seluruh kecamatan; dan

d. pengembangan jaringan listrik perdesaan distribusi tegangan 220 (dua ratus dua

puluh) volt untuk menjangkau seluruh wilayah dusun.

(4) Pengembangan jaringan energi bahan bakar minyak (BBM) dan gas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. pembangunan stasiun pengisian bahan bakar baik Stasiun Pengisian Bahan

Bakar Untuk Umum (SPBU) berada di seluruh kecamatan; dan

b. Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) berada di seluruh kecamatan.

Page 15: BUPATI WONOSOBO

(5) Pengembangan jaringan energi alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d meliputi:

a. pengembangan sumber energi alternatif; dan

b. pengembangan Desa Mandiri Energi.

(6) Pengembangan sumber energi alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf

a terdiri atas:

a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS);

b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH); dan

c. pengembangan energi biogas.

(7) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagaimana dimaksud

pada ayat (6) huruf a berada di seluruh kecamatan;

(8) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf b meliputi:

a. Kecamatan Garung;

b. Kecamatan Mojotengah;

c. Kecamatan Wonosobo;

d. Kecamatan Leksono;

e. Kecamatan Selomerto;

f. Kecamatan Kertek;

g. Kecamatan Kalikajar; dan

h. Kecamatan Watumalang.

(9) Pengembangan Desa Mandiri Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b

berada di seluruh kecamatan.

Pasal 19

(1) Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 huruf b meliputi:

a. pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi; dan

b. pengembangan jaringan teknologi informatika.

(2) Pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. pengembangan jaringan telepon kabel; dan

b. pengembangan jaringan telepon nirkabel.

(3) Pengembangan jaringan telepon kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

a berada di seluruh kecamatan.

(4) Pengembangan jaringan telepon nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b dilakukan dengan pembangunan menara telekomunikasi.

(5) Pembangunan menara telekomunikasi dan/atau Base Transceiver Station (BTS)

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa penggunaan menara telekomunikasi

bersama berada di seluruh kecamatan.

(6) Penataan dan pengaturan lokasi pembangunan menara telekomunikasi bersama

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Bupati.

(7) Pengembangan jaringan teknologi informatika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b meliputi:

a. pengembangan sistem jaringan teknologi informasi pendukung kinerja

pemerintahan; dan

b. optimalisasi Pusat Data sebagai media informasi publik.

Page 16: BUPATI WONOSOBO

Pasal 20

(1) Sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

huruf c terdiri atas:

a. sistem wilayah sungai (WS);

b. sistem telaga, waduk, dan embung;

c. sistem jaringan irigasi;

d. sistem pengelolaan air baku untuk air minum;

e. sistem jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan

f. sistem pengendalian banjir.

(2) Sistem wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa

pengelolaan WS strategis nasional – kewenangan Pemerintah meliputi:

a. WS Serayu-Bogowonto; dan

b. WS Progo-Opak-Serayu.

(3) Sistem telaga, waduk, dan embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

a. Telaga meliputi:

1. Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung; dan

2. Telogo Warno/Telogo Pengilon, dan Telaga Cebong berada di Kecamatan

Kejajar.

b. Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang;

c. Embung meliputi:

1. embung berada di Kecamatan Garung;

2. embung berada di Kecamatan Kaliwiro;

3. embung berada di Kecamatan Leksono;

4. embung berada di Kecamatan Kertek;

5. embung berada di Kecamatan Kepil; dan

6. embung berada di Kecamatan Selomerto.

(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. sistem jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi berupa daerah irigasi

(DI) Watujagir seluas 65 (enam puluh lima) hektar berada di Kecamatan Kepil;

b. sistem jaringan irigasi kewenangan Daerah meliputi 705 (tujuh ratus lima) DI

dengan luas kurang lebih 20.150 (dua puluh ribu seratus lima puluh) hektar

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(5) Sistem pengelolaan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d meliputi pemanfaatan sumber-sumber air baku permukaan dan air tanah

mencakup pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan

prasarana pengelolaan air baku untuk air minum melalui:

a. pelestarian mata air berada di seluruh kecamatan; dan

b. pemanfaatan airtanah secara terkendali.

(6) Sistem jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf e terdiri atas:

a. peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum perpipaan; dan

b. peningkatan pelayanan air minum berbasis masyarakat.

(7) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum perpipaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf a berupa peningkatan kapasitas sambungan

langganan di seluruh kecamatan.

(8) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum berbasis masyarakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b berupa peningkatan pelayanan dan

pengelolaan air minum berbasis masyarakat di seluruh kecamatan.

Page 17: BUPATI WONOSOBO

(9) Pengembangan sistem pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf f meliputi:

a. pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan

pengendali banjir; dan

b. pengembangan sistem peringatan dini banjir.

(10) Pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan

pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (9) meliputi:

a. Bendung Sungai Serayu meliputi:

1. Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;

2. Gintung berada di Kecamatan Watumalang;

3. Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan

4. Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.

b. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;

c. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;

d. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;

e. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan

Sapuran;

f. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro;

g. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek;

h. Cek Dam Pesodongan berada di Kecamatan Kaliwiro;

i. Cek Dam Boderan berada di Kecamatan Kaliwiro; dan

j. Cek Dam Tirip berada di Kecamatan Wadaslintang.

Pasal 21

Sistem prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d

berupa sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Pasal 22

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

meliputi:

a. prasarana pengelolaan sampah;

b. prasarana pengelolaan limbah;

c. prasarana jaringan drainase; dan

d. sistem jalur dan ruang evakuasi.

(2) Prasarana pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi:

a. sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan prinsip mengurangi (re-duce),

menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi:

1. rencana lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA);

2. rencana lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS); dan

3. rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga.

b. rencana peningkatan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah

sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 1 berupa optimalisasi Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA) Wonorejo dengan pengelolaan sistem sanitary landfill

berada di Kecamatan Selomerto;

c. rencana lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebagaimana dimaksud

pada huruf a butir 2 selanjutnya akan diatur dalam rencana rinci tata ruang;

d. mengurangi timbulan sampah di lokasi-lokasi TPS melalui pengembangan tempat

pengolahan sampah terpadu (TPST);

e. mengembangkan pemilahan awal sampah pada masing-masing PPL; dan

Page 18: BUPATI WONOSOBO

f. rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga sebagaimana dimaksud pada

huruf a butir 3 berupa peningkatan partisipasi setiap rumah tangga.

(3) Prasarana pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

a. pengelolaan limbah rumah tangga; dan

b. pengelolaan limbah industri.

(4) Pengelolaan limbah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

meliputi:

a. penanganan limbah secara on site dengan pembangunan jamban keluarga,

jamban komunal dan Mandi Cuci Kakus umum;

b. penanganan limbah secara off site dengan sistem perpipaan dengan

membangun Instalasi Pengolah Air limbah (IPAL) Komunal;

c. penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan Instalasi

Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); dan

d. menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah.

(5) Pengelolaan limbah industri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b berupa

pengembangan instalasi pemrosesan limbah di setiap lokasi industri.

(6) Prasarana jaringan pengelolaan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdiri atas:

a. peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan Kabupaten pada kawasan

permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional;

b. pengembangan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun; dan

c. pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan

nasional, provinsi, dan kabupaten.

(7) Sistem jalur dan ruang evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri

atas:

a. jalur evakuasi bencana; dan

b. ruang evakuasi bencana.

(8) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a terdiri atas:

a. jalur evakuasi bencana longsor;

b. jalur evakuasi bencana gas beracun;

c. jalur evakuasi bencana letusan gunung api; dan

d. jalur evakuasi bencana angin topan.

(9) Jalur evakuasi bencana longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a

meliputi:

a. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kejajar

menuju ruang evakuasi terdekat;

b. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Watumalang menuju ruang evakuasi terdekat;

c. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kepil

menuju ruang evakuasi terdekat;

d. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kaliwiro

menuju ruang evakuasi terdekat;

e. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Sukoharjo menuju ruang evakuasi terdekat;

f. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Wadaslintang menuju ruang evakuasi terdekat; dan

g. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Kalibawang menuju ruang evakuasi terdekat.

Page 19: BUPATI WONOSOBO

(10) Jalur evakuasi bencana gas beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b

berupa jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Kejajar menuju ruang evakuasi terdekat.

(11) Jalur evakuasi bencana letusan gunungapi sebagaimana dimaksud pada ayat (8)

huruf c berupa jalan desa – jalan lingkungan – jalan lokal – jalan kolektor yang

menuju ruang evakuasi terdekat.

(12) Jalur evakuasi bencana angin topan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf d

meliputi:

a. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Wonosobo menuju ruang evakuasi terdekat;

b. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Mojotengah menuju ruang evakuasi terdekat;

c. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Watumalang menuju ruang evakuasi terdekat;

d. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kertek

menuju ruang evakuasi terdekat;

e. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Kalikajar menuju ruang evakuasi terdekat; dan

f. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan

Sapuran.

(13) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b berupa

ruang dan/atau bangunan tempat pengungsian bencana meliputi:

a. lapangan;

b. taman publik;

c. bangunan kantor Pemerintah Desa meliputi:

1. Balai Desa Pesodongan, Balai Desa Kaligua, Balai Desa Ngasinan, Balai

Desa Lamuk, Balai Desa Pucungkerep, Balai Desa Gambaran, Balai Desa

Purwosari, Balai Desa Lebak, Balai Desa Selomanik berada di Kecamatan

Kalibawang;

2. Balai Desa Depok, Balai Desa Kalialang, Balai Desa Dempel, Balai Desa

Karangsambung, Balai Desa Pengarengan, Balai Desa Kalikarung berada di

Kecamatan Kalibawang;

3. Balai Desa Gondowulan, Balai Desa Jangkrikan, Balai Desa Tegeswetan

berada di Kecamatan Kepil;

4. Balai Desa Kalidadap berada di Kecamatan Wadaslintang;

5. Balai Desa di Desa Tieng, Balai Desa Igirmranak, Balai Desa Jojogan, Balai

Desa Surengede, Balai Desa Parikesit berada di Kecamatan Kejajar;

6. Balai Desa Wonosroyo, Balai Desa Watumalang, Balai Desa Pasuruhan,

Balai Desa Banyukembar berada di Kecamatan Watumalang;

7. Balai Desa Gumiwang, Balai Desa Suroyudan, Balai Desa Jebengplampitan,

Balai Desa Kalibening, Balai Desa Garunglor berada di Kecamatan

Sukoharjo.

d. bangunan kantor Pemerintah Daerah;

e. bangunan fasilitas sosial; dan

f. bangunan fasilitas umum.

Page 20: BUPATI WONOSOBO

BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH DAERAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 23

(1) Rencana pola ruang wilayah Daerah terdiri atas:

a. rencana kawasan lindung; dan

b. rencana kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000

sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Rencana Kawasan Lindung

Pasal 24

Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a

meliputi:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi; dan

g. kawasan lindung lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Hutan Lindung

Pasal 25

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a seluas kurang

lebih 4.019 (empat ribu sembilan belas) hektar meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Watumalang;

c. Kecamatan Garung;

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Kertek;

f. Kecamatan Kalikajar;

g. Kecamatan Sapuran; dan

h. Kecamatan Kepil.

Paragraf 2

Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 26

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b terdiri atas:

a. kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan

Page 21: BUPATI WONOSOBO

b. kawasan resapan air.

(2) Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 13.059 (tiga belas ribu lima puluh sembilan)

hektar meliputi:

a. Kecamatan Garung;

b. Kecamatan Kalikajar;

c. Kecamatan Kejajar;

d. Kecamatan Kepil;

e. Kecamatan Mojotengah;

f. Kecamatan Sapuran;

g. Kecamatan Sukoharjo; dan

h. Kecamatan Watumalang.

(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Mojotengah;

c. Kecamatan Watumalang;

d. Kecamatan Wonosobo;

e. Kecamatan Garung;

f. Kecamatan Kertek;

g. Kecamatan Kalikajar;

h. Kecamatan Sapuran; dan

i. Kecamatan Kepil.

Paragraf 3

Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 27

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c

meliputi:

a. kawasan sempadan sungai;

b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan

c. kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.

(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di

seluruh kecamatan yang dilewati sungai meliputi:

a. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulis;

b. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Preng;

c. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Sanggaluwang;

d. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Beber;

e. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Putih;

f. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Begaluh;

g. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Bogowonto;

h. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Kodil;

i. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Jurang;

j. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Wawar;

k. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Medono; dan

l. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Luk Ulo.

(3) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

a. kawasan sekitar Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang;

b. kawasan sekitar Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung;

Page 22: BUPATI WONOSOBO

c. kawasan sekitar Telogo Warno/Telogo Pengilon, dan Telaga Cebong berada di

Kecamatan Kejajar; dan

d. kawasan sekitar Bendung meliputi:

1. Bendung Sungai Serayu meliputi:

a) Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;

b) Gintung berada di Kecamatan Watumalang;

c) Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan

d) Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.

2. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;

3. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;

4. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;

5. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan

Sapuran;

6. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro; dan

7. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek.

(4) Kawasan RTH perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas

kurang lebih 1.698 (seribu enam ratus sembilan puluh delapan) hektar atau 31 %

(tiga puluh satu persen) dari luas wilayah perkotaan Daerah terdiri atas:

a. RTH perkotaan Alun-alun dan sekitar pendopo berada di Kecamatan Wonosobo;

b. RTH perkotaan Taman Plasa berada di Kecamatan Wonosobo;

c. RTH perkotaan Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo;

d. RTH perkotaan Ngasinan berada di Kecamatan Wonosobo;

e. RTH perkotaan Makam Muntang berada di Kecamatan Wonosobo;

f. RTH perkotaan Makam Mainan berada di Kecamatan Wonosobo;

g. RTH perkotaan Makam Jlegong berada di Kecamatan Wonosobo;

h. RTH perkotaan Makam Honggoderpo berada di Kecamatan Wonosobo;

i. RTH perkotaan Taman Makam Pahlawan Wirayudha berada di Kecamatan

Wonosobo;

j. RTH perkotaan Jalur Jalan A.Yani berada di Kecamatan Wonosobo;

k. RTH perkotaan Jalur jalan Bambang Sugeng berada di Kecamatan Wonosobo;

l. RTH perkotaan jalur jalan Batas Kota Wonosobo-Kertek berada di Kecamatan

Wonosobo;

m. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Wonosobo;

n. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Kertek;

o. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Selomerto;

p. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Mojotengah;

q. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Kejajar; dan

r. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Sapuran.

Paragraf 4

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Pasal 28

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 24 huruf d meliputi:

a. Cagar Alam (CA);

b. Taman Wisata Alam (TWA); dan

c. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

(2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang

lebih 4 (empat) hektar berada di Cagar Alam Pantodomas Kecamatan Sapuran.

Page 23: BUPATI WONOSOBO

(3) Kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas

kurang lebih 40 (empat puluh) hektar berada di Kompleks Taman Wisata Alam

(TWA) Telogo Warno/Telogo Pengilon Kecamatan Kejajar.

(4) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c meliputi:

a. Situs Tuk Bimalukar berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

b. Situs Watu Kelir berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

c. Situs Ondho Budho berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;

d. Situs Candi Bogang berada di Kecamatan Selomerto; dan

e. Situs Bongkotan berada di Kecamatan Kertek;

f. Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati;

g. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

h. Gedung Komando Distrik Militer (Kodim) 0707;

i. Kantor Pos dan Giro;

j. Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Wonosobo;

k. Gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Wonosobo;

l. Gedung Samsat;

m. Alun-alun Wonosobo dan Paseban;

n. Masjid Al Manshur; dan

o. Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara.

Paragraf 5

Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 29

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e

meliputi:

a. kawasan rawan tanah longsor;

b. kawasan rawan angin topan;

c. kawasan rawan kebakaran hutan;

d. kawasan rawan bencana gas beracun;dan

e. kawasan rawan bencana letusan gunung api.

(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Kecamatan Kepil;

b. Kecamatan Kejajar;

c. Kecamatan Watumalang;

d. Kecamatan Sukoharjo;

e. Kecamatan Kaliwiro;

f. Kecamatan Wadaslintang; dan

g. Kecamatan Kalibawang.

(3) Kawasan rawan angin topan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Kecamatan Wonosobo;

b. Kecamatan Mojotengah;

c. Kecamatan Kertek;

d. Kecamatan Sapuran;

e. Kecamatan Kalikajar; dan

f. Kecamatan Watumalang.

(4) Kawasan rawan kebakaran hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

Page 24: BUPATI WONOSOBO

b. Kecamatan Watumalang;

c. Kecamatan Wonosobo;

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Kertek;

f. Kecamatan Kalikajar

g. Kecamatan Sapuran;dan

h. Kecamatan Kepil.

(5) Kawasan rawan bencana gas beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

berada di Kecamatan Kejajar meliputi:

a. Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;

b. Desa Sembungan Kecamatan Kejajar;

c. Desa Jojogan Kecamatan Kejajar;

d. Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar;

e. Desa Dieng Kecamatan Kejajar; dan

f. Desa Parikesit Kecamatan Kejajar.

(6) Kawasan rawan bencana letusan gunung api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Garung;

c. Kecamatan Watumalang;

d. Kecamatan Wonosobo;

e. Kecamatan Mojotengah;

f. Kecamatan Kertek;

g. Kecamatan Kalikajar

h. Kecamatan Sapuran;dan

i. Kecamatan Kepil.

Paragraf 6

Kawasan Lindung Geologi

Pasal 30

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f terdiri

atas:

a. kawasan sekitar mata air; dan

b. kawasan imbuhan air tanah.

(2) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan

radius sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter meliputi 970 (sembilan ratus tujuh

puluh) mata air di seluruh kecamatan.

(3) Daftar mata air tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(4) Kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa

cekungan air tanah (CAT) Wonosobo.

(5) Kawasan cekungan air tanah (CAT) Wonosobo sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Watumalang;

c. Kecamatan Garung;

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Wonosobo;

f. Kecamatan Kertek;

Page 25: BUPATI WONOSOBO

g. Kecamatan Kalikajar;

h. Kecamatan Sapuran; dan

i. Kecamatan Kepil.

Paragraf 7

Kawasan Lindung Lainnya

Pasal 31

Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g berupa

kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi:

a. Tanaman Pinus meliputi:

a. Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

b. Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar; dan

c. Desa Sikunang Kecamatan Kejajar.

b. Purwaceng berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;

c. Carica berada di Kecamatan Kejajar;

d. Burung Belibis berada di kawasan Telogo Warno/Telogo Pengilon Kecamatan

Kejajar; dan

e. Dombos Texel berada di Dusun Klowoh Desa Kwadungan Kecamatan Kalikajar.

Bagian Ketiga

Rencana Kawasan Budidaya

Pasal 32

Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b terdiri atas:

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan hutan rakyat;

c. kawasan peruntukan pertanian;

d. kawasan peruntukan perkebunan;

e. kawasan peruntukan peternakan;

f. kawasan peruntukan perikanan;

g. kawasan peruntukan pertambangan;

h. kawasan peruntukan industri;

i. kawasan peruntukan pariwisata;

j. kawasan peruntukan permukiman; dan

k. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 33

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat

(1) terdiri atas:

a. hutan produksi terbatas; dan

b. hutan produksi tetap.

(2) Hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas

kurang lebih 10.159 (sepuluh ribu seratus lima puluh sembilan) hektar meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Watumalang;

c. Kecamatan Garung;

Page 26: BUPATI WONOSOBO

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Kertek;

f. Kecamatan Sukoharjo;

g. Kecamatan Leksono;

h. Kecamatan Kalikajar;

i. Kecamatan Sapuran;

j. Kecamatan Kepil;

k. Kecamatan Kaliwiro;

l. Kecamatan Kalibawang; dan

m. Kecamatan Wadaslintang.

(3) Hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang

lebih 6.134 (enam ribu seratus tiga puluh empat) hektar meliputi:

a. Kecamatan Mojotengah;

b. Kecamatan Kertek;

c. Kecamatan Wonosobo;

d. Kecamatan Leksono;

e. Kecamatan Kalikajar;

f. Kecamatan Selomerto;

g. Kecamatan Sapuran;

h. Kecamatan Kepil;

i. Kecamatan Kaliwiro;

j. Kecamatan Kalibawang; dan

k. Kecamatan Wadaslintang.

Paragraf 2

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Pasal 34

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b

seluas kurang lebih 19.185 (sembilan belas ribu seratus delapan puluh lima) hektar

meliputi:

a. Kecamatan Kalibawang;

b. Kecamatan Kalikajar;

c. Kecamatan Kaliwiro;

d. Kecamatan Kepil;

e. Kecamatan Leksono;

f. Kecamatan Mojotengah;

g. Kecamatan Sapuran;

h. Kecamatan Selomerto;

i. Kecamatan Sukoharjo;

j. Kecamatan Wadaslintang;

k. Kecamatan Watumalang;

l. Kecamatan Garung;

m. Kecamatan Kejajar;

n. Kecamatan Kertek; dan

o. Kecamatan Wonosobo.

Page 27: BUPATI WONOSOBO

Paragraf 3

Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 35

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c

meliputi:

a. kawasan tanaman pangan; dan

b. kawasan hortikultura;

(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri

atas:

a. pertanian lahan basah; dan

b. pertanian lahan kering;

(3) Kawasan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

seluas kurang lebih 17.288 (tujuh belas ribu dua ratus delapan puluh delapan)

hektar meliputi:

a. Kecamatan Wadaslintang;

b. Kecamatan Kepil;

c. Kecamatan Sapuran;

d. Kecamatan Kalibawang;

e. Kecamatan Kaliwiro;

f. Kecamatan Leksono;

g. Kecamatan Sukoharjo;

h. Kecamatan Selomerto;

i. Kecamatan Kalikajar;

j. Kecamatan Kertek;

k. Kecamatan Wonosobo;

l. Kecamatan Watumalang;

m. Kecamatan Mojotengah; dan

n. Kecamatan Garung.

(4) Kawasan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

seluas kurang lebih 47.152 (empat puluh tujuh ribu seratus lima puluh dua) hektar

meliputi:

a. Kecamatan Wadaslintang;

b. Kecamatan Kepil;

c. Kecamatan Sapuran;

d. Kecamatan Kalibawang;

e. Kecamatan Kaliwiro;

f. Kecamatan Leksono;

g. Kecamatan Sukoharjo;

h. Kecamatan Selomerto;

i. Kecamatan Kalikajar;

j. Kecamatan Kertek;

k. Kecamatan Wonosobo;

l. Kecamatan Watumalang;

m. Kecamatan Mojotengah;

n. Kecamatan Garung; dan

o. Kecamatan Kejajar.

(5) Kawasan tanaman pangan diarahkan dan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai

kawasan lahan pangan pertanian berkelanjutan seluas 16.358 (enam belas ribu tiga

ratus lima puluh delapan) hektar.

Page 28: BUPATI WONOSOBO

(6) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

seluas kurang lebih 7.610 (tujuh ribu enam ratus sepuluh) hektar terdiri atas:

a. sentra bawang putih meliputi:

1. Kecamatan Sapuran; dan

2. Kecamatan Kalikajar;

b. sentra kentang meliputi:

1. Kecamatan Garung; dan

2. Kecamatan Kejajar.

c. sentra kubis meliputi:

1. Kecamatan Kejajar

2. Kecamatan Garung; dan

3. Kecamatan Mojotengah.

d. sentra cabai meliputi:

1. Kecamatan Leksono; dan

2. Kecamatan Mojotengah.

e. sentra tomat meliputi:

1. Kecamatan Garung; dan

2. Kecamatan Mojotengah.

f. sentra buah salak meliputi:

1. Kecamatan Sukoharjo;

2. Kecamatan Leksono; dan

3. Kecamatan Watumalang.

g. sentra buah duku meliputi:

1. Kecamatan Kepil;

2. Kecamatan Leksono;

3. Kecamatan Selomerto; dan

4. Kecamatan Kaliwiro.

h. sentra buah manggis meliputi:

1. Kecamatan Leksono;

2. Kecamatan Selomerto; dan

3. Kecamatan Kaliwiro.

i. sentra buah durian meliputi:

1. Kecamatan Selomerto; dan

2. Kecamatan Kepil.

j. sentra buah pisang meliputi:

1. Kecamatan Kaliwiro;

2. Kecamatan Wadaslintang; dan

3. Kecamatan Sapuran.

k. sentra bunga anthurium potong meliputi:

1. Kecamatan Wonosobo; dan

2. Kecamatan Mojotengah.

l. sentra bunga krisan berada di Kecamatan Garung.

Paragraf 4

Kawasan Peruntukan Perkebunan

Pasal 36

(1) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 huruf d

seluas kurang lebih 1.756 (seribu tujuh ratus lima puluh enam) hektar terdiri atas:

a. sentra tanaman kelapa sayur;

Page 29: BUPATI WONOSOBO

b. sentra tanaman kelapa aren;

c. sentra tanaman kopi arabika;

d. sentra tanaman kopi robusta;

e. sentra tanaman kakao;

f. sentra tanaman tembakau;

g. sentra tanaman teh;

h. sentra tanaman kapulogo; dan

i. sentra tanaman cengkeh.

(2) Sentra tanaman kelapa sayur sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a

dibudidayakan meliputi:

a. Kecamatan Selomerto;

b. Kecamatan Kepil;

c. Kecamatan Wadaslintang;

d. Kecamatan Kaliwiro; dan

e. Kecamatan Leksono.

(3) sentra tanaman kelapa aren sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dibudidayakan

meliputi:

a. Kecamatan Kaliwiro;

b. Kecamatan Kalibawang;

c. Kecamatan Kepil; dan

d. Kecamatan Wadaslintang.

(4) sentra tanaman kopi arabika sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dibudidayakan

meliputi:

a. Kecamatan Kalikajar;

b. Kecamatan Watumalang;

c. Kecamatan Mojotengah;

d. Kecamatan Garung; dan

e. Kecamatan Kertek.

(5) sentra tanaman kopi robusta sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d dibudidayakan

meliputi:

a. Kecamatan Sapuran;

b. Kecamatan Leksono; dan

c. Kecamatan Kalibawang.

(6) sentra tanaman kakao sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e dibudidayakan

meliputi:

a. Kecamatan Leksono;

b. Kecamatan Wadasintang; dan

c. Kecamatan Kaliwiro.

(7) sentra tanaman tembakau sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f dibudidayakan

meliputi:

a. Kecamatan Garung;

b. Kecamatan Watumalang;

c. Kecamatan Kertek;

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Kalikajar; dan

f. Kecamatan Kejajar.

(8) sentra tanaman teh sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf g dibudidayakan meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Kertek;

c. Kecamatan Sapuran; dan

Page 30: BUPATI WONOSOBO

d. Kecamatan Garung.

(9) sentra tanaman kapulogo sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf h dibudidayakan

meliputi:

a. Kecamatan Kalibawang;

b. Kecamatan Kalikajar;

c. Kecamatan Kaliwiro;

d. Kecamatan Kepil;

e. Kecamatan Kertek;

f. Kecamatan Leksono;

g. Kecamatan Mojotengah;

h. Kecamatan Sapuran;

i. Kecamatan Selomerto;

j. Kecamatan Sukoharjo;

k. Kecamatan Wadaslintang;

l. Kecamatan Watumalang; dan

m. Kecamatan Wonosobo.

(10) Sentra tanaman cengkeh sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf i berada di

Kecamatan Sapuran.

Paragraf 5

Kawasan Peruntukan Peternakan

Pasal 37

(1) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf e

terdiri atas:

a. ternak besar

b. ternak kecil

c. unggas

(2) Ternak besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. ternak sapi potong;

b. ternak sapi perah;

c. ternak kerbau; dan

d. ternak kuda.

(3) Ternak sapi potong sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. Kecamatan Kertek;

b. Kecamatan Kalikajar;

c. Kecamatan Watumalang;

d. Kecamatan Wonosobo; dan

e. Kecamatan Sapuran.

(4) Ternak sapi perah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. Kecamatan Wonosobo;

b. Kecamatan Kertek;

c. Kecamatan Mojotengah;

d. Kecamatan Selomerto;

e. Kecamatan Kalikajar

f. Kecamatan Garung; dan

g. Kecamatan Kaliwiro.

(5) Ternak kerbau sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:

a. Kecamatan Garung;

b. Kecamatan Kalibawang;

Page 31: BUPATI WONOSOBO

c. Kecamatan Kalikajar;

d. Kecamatan Kaliwiro;

e. Kecamatan Kepil;

f. Kecamatan Kertek;

g. Kecamatan Leksono;

h. Kecamatan Mojotengah;

i. Kecamatan Sapuran;

j. Kecamatan Selomerto;

k. Kecamatan Sukoharjo;

l. Kecamatan Wadaslintang;

m. Kecamatan Watumalang; dan

n. Kecamatan Wonosobo.

(6) Ternak kuda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi:

a. Kecamatan Kalikajar;

b. Kecamatan Kertek;

c. Kecamatan Mojotengah;

d. Kecamatan Sapuran;

e. Kecamatan Watumalang; dan

f. Kecamatan Wonosobo.

(7) Ternak kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. ternak kambing;

b. ternak domba;

c. ternak kelinci; dan

d. ternak babi.

(8) Ternak kambing sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a meliputi:

a. Kecamatan Kalibawang;

b. Kecamatan Kaliwiro;

c. Kecamatan Kepil;

d. Kecamatan Leksono;

e. Kecamatan Mojotengah;

f. Kecamatan Sapuran;

g. Kecamatan Selomerto;

h. Kecamatan Sukoharjo;

i. Kecamatan Wadaslintang; dan

j. Kecamatan Watumalang.

(9) Ternak domba sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Garung;

c. Kecamatan Kalikajar;

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Watumalang;

f. Kecamatan Kertek;

g. Kecamatan Sapuran; dan

h. Kecamatan Kepil.

(10) Ternak kelinci sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf c meliputi:

a. Kecamatan Kalikajar;

b. Kecamatan Kaliwiro;

c. Kecamatan Kejajar;

d. Kecamatan Kepil;

e. Kecamatan Kertek;

Page 32: BUPATI WONOSOBO

f. Kecamatan Leksono;

g. Kecamatan Mojotengah;

h. Kecamatan Sapuran;

i. Kecamatan Selomerto;

j. Kecamatan Sukoharjo;

k. Kecamatan Wadaslintang;

l. Kecamatan Watumalang; dan

m. Kecamatan Wonosobo.

(11) Ternak babi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf d berada di Kecamatan

Kertek.

(12) Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. ternak itik;

b. ternak ayam buras;

c. ternak ayam ras petelur;

d. ternak ayam pedaging; dan

e. ternak burung puyuh.

(13) Ternak itik sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf a berada di seluruh kecamatan.

(14) Ternak ayam buras sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf b berada di seluruh

kecamatan.

(15) Ternak ayam ras petelur sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf c meliputi:

a. Kecamatan Leksono;

b. Kecamatan Mojotengah;

c. Kecamatan Selomerto;

d. Kecamatan Sukoharjo;

e. Kecamatan Wadaslintang; dan

f. Kecamatan Wonosobo.

(16) Ternak ayam ras pedaging sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf d meliputi:

a. Kecamatan Kepil;

b. Kecamatan Kertek;

c. Kecamatan Leksono;

d. Kecamatan Mojotengah;

e. Kecamatan Sapuran;

f. Kecamatan Selomerto;

g. Kecamatan Sukoharjo;

h. Kecamatan Wadaslintang;

i. Kecamatan Watumalang; dan

j. Kecamatan Wonosobo.

(17) Ternak burung puyuh sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf e meliputi:

a. Kecamatan Garung;

b. Kecamatan Kaliwiro;

c. Kecamatan Kejajar;

d. Kecamatan Kertek;

e. Kecamatan Leksono;

f. Kecamatan Mojotengah;

g. Kecamatan Sapuran;

h. Kecamatan Sukoharjo;

i. Kecamatan Wadaslintang; dan

j. Kecamatan Watumalang.

(18) Pengembangan kegiatan ternak besar, ternak lecil, dan unggas diarahkan pada

lahan pertanian nonproduktif.

Page 33: BUPATI WONOSOBO

Paragraf 6

Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 38

Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf f berupa

budidaya perikanan perairan tawar seluas kurang lebih 1.525 (seribu lima ratus dua

puluh lima) hektar meliputi:

a. kawasan budidaya kolam air tawar berada di seluruh kecamatan;

b. kawasan peruntukan perikanan keramba meliputi:

a. Kecamatan Wonosobo;

b. Kecamatan Wadaslintang; dan

c. Kecamatan Garung.

c. kawasan peruntukan perikanan waduk dan/atau telaga meliputi:

a. Kecamatan Wadaslintang; dan

b. Kecamatan Garung.

d. pengembangan perikanan waduk dan/atau telaga berupa pengembangan ikan

Keramba Jaring Apung.

e. kawasan budidaya mina padi berada di pertanian sawah baik irigasi teknis maupun

setengah teknis meliputi:

a. Kecamatan Wonosobo;

b. Kecamatan Kertek;

c. Kecamatan Selomerto;

d. Kecamatan Leksono;

e. Kecamatan Mojotengah;

f. Kecamatan Sapuran; dan

g. Kecamatan Kepil.

f. pengembangan kawasan pengolahan hasil perikanan berada di Kecamatan

Wadaslintang.

Paragraf 7

Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 39

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf g

terdiri atas:

a. kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan; dan

b. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi.

(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 194 (seratus sembilan puluh

empat) hektar terdiri atas:

a. Andesit meliputi:

1. Kecamatan Watumalang;

2. Kecamatan Mojotengah; dan

3. Kecamatan Garung.

b. Batu belah meliputi:

1. Kecamatan Sukoharjo; dan

2. Kecamatan Watumalang;

c. Bentonit berada di Kecamatan Kalibawang

d. Sirtu meliputi:

1. Kecamatan Kertek;

Page 34: BUPATI WONOSOBO

2. Kecamatan Kalikajar;

3. Kecamatan Kaliwiro; dan

4. Kecamatan Wadaslintang.

e. Tanah liat/ lempung berada di Kecamatan Kaliwiro; dan

f. Tras meliputi:

1. Kecamatan Watumalang;

2. Kecamatan Mojotengah;

3. Kecamatan Selomerto;

4. Kecamatan Kaliwiro;

5. Kecamatan Wadaslintang;

6. Kecamatan Leksono; dan

7. Kecamatan Kalibawang.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b seluas kurang lebih 21.000 (dua puluh satu ribu) hektar berada di wilayah

kerja panas bumi Dieng meliputi:

a. Kecamatan Kejajar;

b. Kecamatan Mojotengah; dan

c. Kecamatan Watumalang.

(4) Penataan dan pengaturan lokasi wilayah pertambangan (WP) akan diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Bupati, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 8

Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 40

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf h seluas

kurang lebih 1.194 (seribu seratus sembilan puluh empat) hektar terdiri atas:

a. peruntukan industri besar;

b. peruntukan industri sedang; dan

c. peruntukan industri kecil atau mikro.

(2) Peruntukan industri besar dan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dan b yang dikembangkan meliputi:

a. jalur regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara meliputi:

1. Kecamatan Kertek;

2. Kecamatan Wonosobo;

3. Kecamatan Selomerto; dan

4. Kecamatan Leksono.

b. jalur Kertek – Kalikajar -- Sapuran – Kepil meliputi:

1. Kecamatan Kalikajar;

2. Kecamatan Sapuran; dan

3. Kecamatan Kepil.

(3) Peruntukan industri kecil atau mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

berada di seluruh kecamatan.

Paragraf 9

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 41

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf i

terdiri atas:

Page 35: BUPATI WONOSOBO

a. kawasan wisata alam;

b. kawasan wisata budaya;

c. kawasan wisata religi;

d. kawasan wisata buatan; dan

e. kawasan wisata minat khusus.

(2) Kawasan wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Dataran Tinggi Dieng meliputi Telogo Warno/Telogo Pengilon, Goa Sumur, Goa

Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar berada di Kecamatan

Kejajar.

b. Lembah Dieng meliputi:

1. Telaga Cebong, Agrowisata Tambi dan Bukit Sikunir berada di Kecamatan

Kejajar;

2. Air Terjun Sikarim dan Seloka berada di Kecamatan Garung

3. Lereng Pegunungan Sindoro meliputi:

a) Kecamatan Kejajar; dan

b) Kecamatan Garung.

c. Telaga Menjer di Kecamatan Garung;

d. Gunung Kembang di Kecamatan Garung;

e. Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo; dan

f. Lembah Sindoro-Sumbing berada di Kecamatan Kertek.

(3) Kawasan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. Situs Budaya meliputi:

1. Situs Tuk Bimalukar berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

2. Situs Watu Kelir berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

3. Situs Ondho Budho berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;

4. Situs Candi Bogang berada di Kecamatan Selomerto; dan

5. Situs Bongkotan berada di Kecamatan Kertek;

b. Desa Wisata meliputi:

1. Desa Sendangsari Kecamatan Garung;

2. Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto;

3. Desa Talunombo Kecamatan Sapuran; dan

4. Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo.

c. Upacara Tradisi meliputi:

1. Tradisi Ruwat Rambut Gembel berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

2. Tradisi Tenongan putri berada di Dusun Giyanti, Desa Kadipaten

Kecamatan Selomerto;

3. Tradisi Tenongan putra berada di Desa Pagerejo Kecamatan Kertek;

4. Tradisi Undhuh-undhuhan berada di Desa Sendangsari Kecamatan Garung;

5. Tradisi Hak-hakan berada di Dusun Kaliyoso Desa Tegalombo Kecamatan

Kalikajar;

6. Tradisi Baritan berada di Desa Simbang Kecamatan Kalikajar; dan

7. Tradisi Larung Sukerta berada di Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari

Kecamatan Wonosobo.

d. Wisata Sejarah meliputi:

1. Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati;

2. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

3. Gedung yang semula digunakan Komando Distrik Militer (Kodim) 0707;

4. Kantor Pos dan Giro;

5. Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Wonosobo;

6. Gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Wonosobo;

Page 36: BUPATI WONOSOBO

7. Gedung Samsat;

8. Alun-alun Wonosobo dan Paseban;

9. Masjid Al Manshur;

10. Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara; dan

11. Makam Kiai Walik.

(4) Kawasan wisata religi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. Makam Selomanik berada di Kecamatan Kejajar;

b. Makam KH. Muntaha Al-Khafidz berada di Kecamatan Mojotengah;

c. Makam Syeh Chotbudin berada di Kecamatan Mojotengah;

d. Makam pendiri Wonosobo Kyai Karim berada di Kecamatan Selomerto;

e. Makam pendiri Wonosobo Kyai Walik berada di Kecamatan Wonosobo;

f. Makam Asmorosuffi berada di Kecamatan Sapuran;

g. Makam Jogonegoro berada di Kecamatan Selomerto;

h. Makam Selomanik berada di Kecamatan Kaliwiro;

i. Makam Raden Abdul Fatah berada di Kecamatan Kepil;

j. Makam Sunan Bayat berada di Kecamatan Mojotengah;

k. Makam KH. Natsir Dalhar berada di Kecamatan Kejajar;

l. Makam KH. Ibrohim berada di Kecamatan Mojotengah;

m. Makam KH. Zaenudin berada di Kecamatan Kalikajar; dan

n. Makam KH. Dimyati berada di Kecamatan Mojotengah.

(5) Kawasan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. Dieng Plateau Theater berada di Kecamatan Kejajar;

b. Gardu Pandang Tieng berada di Kecamatan Kejajar;

c. Gelanggang Renang Mangli berada di Kecamatan Wonosobo

d. Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo

e. Gerbang Mandala Wisata berada di Kecamatan Wonosobo;

f. Waduk Wadaslintang berada di di Kecamatan Wadaslintang; dan

g. Pemandian Air Panas Somogede berada di di Kecamatan Wadaslintang.

(6) Kawasan wisata minat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

meliputi:

a. Arung Jeram Sungai Serayu berada di Kecamatan Selomerto;

b. Agrowisata Tambi meliputi Wisata kebun teh, paralayang dan wisata alam

berada di Kecamatan Kejajar;

c. Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan

d. Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.

(7) Kawasan peruntukan pariwisata didukung oleh usaha jasa pariwisata dan/atau

industri pariwisata meliputi:

a. Kecamatan Wonosobo;

b. Kecamatan Garung;

c. Kecamatan Kertek; dan

d. Kecamatan Sapuran.

Paragraf 10

Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 42

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf j

meliputi:

a. permukiman perkotaan; dan

b. permukiman perdesaan.

Page 37: BUPATI WONOSOBO

(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

seluas kurang lebih 1.600 (seribu enam ratus) hektar meliputi:

a. perkotaan Wonosobo;

b. perkotaan Kertek;

c. perkotaan Selomerto;

d. perkotaan Mojotengah;

e. perkotaan Kejajar;

f. perkotaan Sapuran;

(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

seluas kurang lebih 6.570 (enam ribu lima ratus tujuh puluh) hektar meliputi:

a. Kecamatan Kepil;

b. Kecamatan Kaliwiro;

c. Kecamatan Wadaslintang;

d. Kecamatan Leksono;

e. Kecamatan Kalikajar;

f. Kecamatan Garung;

g. Kecamatan Watumalang;

h. Kecamatan Sukoharjo; dan

i. Kecamatan Kalibawang.

Paragraf 11

Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 43

(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf k terdiri

atas:

a. kawasan pertahanan dan keamanan;

b. kawasan perdagangan dan jasa; dan

c. kawasan pemerintahan.

(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdiri atas:

a. area latihan militer;

b. perkantoran militer; dan

c. perkantoran kepolisian.

(3) Area latihan militer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada di

Kecamatan Kalibawang

(4) Perkantoran Militer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. Komando Distrik Militer (Kodim) 707 berada di perkotaan Wonosobo; dan

b. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh kecamatan.

(5) Perkantoran kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:

a. Kepolisian Resor (Polres) berada di perkotaan Wonosobo; dan

b. Kepolisian Sektor (Polsek) berada di seluruh kecamatan.

(6) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

a. kawasan perkotaan PKW;

b. kawasan perkotaan PKLp;

c. kawasan perkotaan PPK.

d. koridor Selomerto – Wonosobo; dan

e. koridor Wonosobo – Kertek.

(7) Kawasan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

Page 38: BUPATI WONOSOBO

a. pengembangan kawasan pemerintahan kabupaten meliputi:

1. Kecamatan Wonosobo;

2. Kecamatan Selomerto;

3. Kecamatan Mojotengah; dan

4. Kecamatan Kertek.

b. pengembangan kawasan pemerintahan kecamatan berada di seluruh

kecamatan; dan

c. pengembangan kawasan pemerintahan kecamatan akan diatur dalam rencana

detail tata ruang.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 44

(1) Penetapan KSK dilakukan dengan memperhatikan KSP.

(2) KSP yang ada di wilayah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan sudut kepentingan fungsi dan daya

dukung lingkungan;

b. kawasan Sindoro Sumbing dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan;

c. kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya dengan sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi; dan

d. kawasan panas bumi dieng dengan sudut kepentingan pendayagunaan

sumberdaya alam dan teknologi tinggi.

(3) Penentuan KSK berdasarkan sudut kepentingan:

a. kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi;

b. kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan

teknologi tinggi;

c. kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya; dan

d. kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.

(4) Rencana KSK digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000

sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Kawasan Strategis untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Pasal 45

(1) Rencana pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf a terdiri atas:

a. kawasan perkotaan PKLp meliputi:

1. Kecamatan Kertek; dan

2. Kecamatan Selomerto.

b. pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek;

c. kawasan koridor jalan kolektor meliputi:

1. ruas jalan Selokromo – Batas kota Wonosobo;

Page 39: BUPATI WONOSOBO

2. koridor Wonosobo – Kertek meliputi ruas jalan Batas kota Wonosobo –

Kertek;

3. koridor Kertek – Kledung meliputi ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten

Temanggung; dan

4. koridor Kertek – Sapuran meliputi ruas jalan Kertek – Kepil.

d. pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan;

e. pengembangan sentra pasar hasil bumi di Kecamatan Garung;

f. kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto);

g. kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen;

h. kawasan Dataran Tinggi Dieng berada di Kecamatan Kejajar sebagai kawasan

pariwisata berkelanjutan;

i. kawasan Agrowisata Tambi berada di Kecamatan Kejajar;

j. kawasan Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan

k. kawasan Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.

Bagian Ketiga

Kawasan Strategis untuk Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi

Pasal 46

Rencana pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam

dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf b meliputi:

a. kawasan Panas Bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng

berada di Kecamatan Kejajar; dan

b. PLTA Garung di Kecamatan Garung.

Bagian Keempat

Kawasan Strategis Sosial Budaya

Pasal 47

(1) Rencana pengembangan kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 44 ayat (3) huruf c berupa kawasan pariwisata.

(2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kawasan prioritas

pengembangan pariwisata meliputi:

a. kawasan objek wisata alam meliputi:

1. Kecamatan Kejajar meliputi: kompleks Telogo Warno/Telogo Pengilon,

Lembah Dieng, Lembah Sindoro Sumbing.

2. Kecamatan Garung meliputi: Telaga Menjer dan Gunung Kembang.

b. kawasan wisata budaya meliputi:

1. Kecamatan Kejajar meliputi: situs Tuk Bimalukar, situs Watu Kelir dan Situs

Ondho Budho, Upacara Ruwat Rambut Gimbal;

2. Desa Wisata meliputi: Desa Sendangsari, Dusun Giyanti Desa Kadipaten

dan Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari, Desa Talunombo.

c. kawasan wisata religi, meliputi:

1. kawasan Makam Selomanik berada di Kecamatan Kejajar;

2. kawasan Makam KH. Muntaha Al-Khafidz berada di Kecamatan

Mojotengah;

3. kawasan Makam Syeh Chotbudin berada di Kecamatan Mojotengah;

4. kawasan Makam pendiri Wonosobo Kyai Karim berada di Kecamatan

Selomerto;

Page 40: BUPATI WONOSOBO

5. kawasan Makam pendiri Wonosobo Kyai Walik berada di Kecamatan

Wonosobo;

6. kawasan Makam Asmorosuffi berada di Kecamatan Sapuran;

7. kawasan Makam Jogonegoro berada di Kecamatan Selomerto;

8. kawasan Makam Selomanik berada di Kecamatan Kaliwiro;

9. kawasan Makam Raden Abdul Fatah berada di Kecamatan Kepil;

10. kawasan Makam Sunan Bayat berada di Kecamatan Mojotengah;

11. kawasan Makam KH. Natsir Dalhar berada di Kecamatan Kejajar;

12. kawasan Makam KH. Ibrohim berada di Kecamatan Mojotengah;

13. kawasan Makam KH. Zaenudin berada di Kecamatan Kalikajar; dan

14. kawasan Makam KH. Dimyati berada di Kecamatan Mojotengah.

d. kawasan wisata buatan meliputi:

1. Dieng Plateau Theater berada di Kecamatan Kejajar;

2. Gardu Pandang Tieng berada di Kecamatan Kejajar;

3. Gelanggang Renang Mangli berada di Kecamatan Wonosobo

4. Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo

5. Gerbang Mandala Wisata berada di Kecamatan Wonosobo;

6. Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan

7. Pemandian Air Panas Somogede berada di di Kecamatan Wadaslintang.

e. kawasan wisata sejarah berupa Benda Cagar Budaya tidak bergerak berada di

seluruh kecamatan;

f. kawasan wisata minat khusus meliputi:

1. Arung Jeram Sungai Serayu berada di Kecamatan Selomerto;

2. Agrowisata Tambi berada di di Kecamatan Kejajar;

3. Agrowisata Tanjungsari berada di di Kecamatan Sapuran; dan

4. Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.

Bagian Kelima

Kawasan Strategis untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

Pasal 48

Rencana pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf d meliputi:

a. kawasan Dataran Tinggi Dieng meliputi:

1. Kecamatan Kejajar;

2. Kecamatan Garung;

3. Kecamatan Watumalang; dan

4. Kecamatan Mojotengah;

b. kawasan Sindoro Sumbing meliputi:

1. Kecamatan Kejajar;

2. Kecamatan Garung;

3. Kecamatan Mojotengah;

4. Kecamatan Wonosobo;

5. Kecamatan Kertek;

6. Kecamatan Kalikajar;

7. Kecamatan Kalikajar;

8. Kecamatan Sapuran; dan

9. Kecamatan Kepil.

c. kawasan hutan lindung meliputi:

1. Kecamatan Kejajar;

Page 41: BUPATI WONOSOBO

2. Kecamatan Watumalang;

3. Kecamatan Garung;

4. Kecamatan Mojotengah;

5. Kecamatan Kertek;

6. Kecamatan Kalikajar;

7. Kecamatan Sapuran; dan

8. Kecamatan Kepil.

d. kawasan resapan air meliputi:

1. Kecamatan Kejajar;

2. Kecamatan Mojotengah;

3. Kecamatan Watumalang;

4. Kecamatan Wonosobo;

5. Kecamatan Garung;

6. Kecamatan Kertek;

7. Kecamatan Kalikajar;

8. Kecamatan Sapuran; dan

9. Kecamatan Kepil.

a. kawasan sekitar mata air yang ada di Daerah;

b. kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi:

1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;

2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Wawar Medono;

3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jali Cokroyasan;

4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto;dan

5. Daerah Aliran Sungai (DAS) Luk Ulo

b. kawasan Taman Wisata Alam (TWA) berupa Kompleks Telogo Warno/Telogo

Pengilon berada di Kecamatan Kejajar;

c. kawasan Cagar Alam Pantodomas di Desa Pacekelan;

d. wilayah perbatasan dengan kabupaten lain yang diarahkan sebagai kawasan

lindung meliputi:

1. hutan lindung; dan

2. kawasan resapan air.

Pasal 49

Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Wonosobo disusun Rencana Rinci Tata

Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 50

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Daerah berpedoman pada rencana struktur ruang dan

pola ruang;

(2) Pemanfaatan ruang wilayah Daerah dilaksanakan melalui penyusunan dan

pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya; dan

(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 42: BUPATI WONOSOBO

Bagian Kedua

Perwujudan Pemanfaatan Ruang Wilayah

Pasal 51

Perwujudan pemanfaatan ruang wilayah terdiri atas:

a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah;

b. perwujudan rencana pola ruang wilayah; dan

c. perwujudan rencana kawasan strategis.

Paragraf 1

Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah

Pasal 52

(1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51

huruf a terdiri atas:

a. perwujudan pusat kegiatan; dan

b. perwujudan sistem jaringan wilayah.

(2) Perwujudan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. penyusunan rencana detail tata ruang kota di seluruh perkotaan Kabupaten;

b. penyusunan peraturan zonasi di seluruh perkotaan Kabupaten;

c. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan meliputi:

1. PKL;

2. PKLp; dan

3. PPK.

d. penataan pusat PKLp, PPK dan PPL

e. peningkatan pelayanan kegiatan komersial/perdagangan, mencakup pertokoan,

pusat belanja, dan sejenisnya di seluruh perkotaan Kabupaten.

(3) Perwujudan sistem jaringan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri atas:

a. perwujudan sistem jaringan utama; dan

b. perwujudan sistem jaringan lainnya.

(4) Perwujudan sistem jaringan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

terdiri atas:

a. pengembangan jalan kolektor primer;

b. pengembangan jalan kolektor sekunder;

c. pengembangan jalan lokal primer;

d. penataan simpang dengan penambahan Alat Pengendali Lalu Lintas (APILL) dan

sistem Automatic Traffic Control System (ATCS);

e. revitalisasi jalur kereta api;

f. pengaktifan kembali jalur kereta api berupa jalur komuter Wonosobo-

Banjarnegara-Purwokerto;

g. revitalisasi stasiun kereta api Wonosobo;

h. revitalisasi Terminal Mendolo yang merupakan terminal penumpang tipe A

berada di Kecamatan Wonosobo;

i. peningkatan terminal penumpang tipe B berupa Terminal Sawangan di

Kecamatan Leksono

j. peningkatan terminal penumpang tipe C meliputi:

1. Terminal Kalibeber berada di Kecamatan Mojotengah;

2. Terminal Kejajar berada di Kecamatan Kejajar;

3. Terminal Kertek berada di Kecamatan Kertek;

Page 43: BUPATI WONOSOBO

4. Terminal Sapuran berada di Kecamatan Sapuran;

5. Terminal Leksono berada di Kecamatan Leksono;

6. Terminal Garung berada di Kecamatan Garung;

7. Terminal Kaliwiro berada di Kecamatan Kaliwiro;

8. Terminal Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan

9. Terminal Dieng berada di Kecamatan Kejajar.

k. pengembangan angkutan wisata berupa perahu wisata meliputi:

1. Waduk Wadaslintang; dan

2. Telaga Menjer.

l. pengembangan angkutan penyeberangan danau berada di Waduk Wadaslintang.

(5) Perwujudan sistem jaringan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

terdiri atas:

a. pengembangan jaringan energi;

b. pengembangan telekomunikasi;

c. pengembangan sumber daya air; dan

d. pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan.

(6) Perwujudan pengembangan jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf a terdiri atas:

a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);

b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng;

c. peningkatan Gardu Induk;

d. pengembangan Desa Mandiri Energi;

e. pengembangan jaringan dan kapasitas listrik;

f. pengembangan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH);

g. Pengembangan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU) dan

Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE); dan

h. pengembangan energi alternatif lainnya.

(7) Perwujudan pengembangan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf b terdiri atas:

a. peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan;

b. pengelolaan infrastruktur telekomunikasi dan informasi;

c. pengembangan menara telekomunikasi bersama; dan

d. pengembangan sistem jaringan teknologi informasi pendukung pelaksanaan e-

government; dan

e. Optimalisasi Pusat Data.

(8) Perwujudan pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf c terdiri atas:

a. peningkatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS);

b. pengembangan biopori pada kawasan permukiman padat

c. pembangunan embung;

d. peningkatan kapasitas tampung waduk;

e. peningkatan pelayanan distribusi air minum;

f. fasilitasi bantuan program pelayanan air minum berbasis masyarakat;

g. rehabilitasi jaringan irigasi;

h. pelaksanaan operasional dan pemeliharaan pengairan secara terus menerus;

dan

i. peningkatan jaringan irigasi teknis.

(9) Perwujudan pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) huruf d terdiri atas:

Page 44: BUPATI WONOSOBO

a. optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wonorejo dengan sistem sanitary

landfill;

b. penambahan fasilitas persampahan yang merata di seluruh kecamatan;

c. pengembangan kinerja pengelolaan persampahan;

d. peningkatan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha

dalam pengelolaan persampahan;

e. pembuatan saluran drainase kota yang baik dan memadai;

f. pengolahan air limbah sebelum dibuang ke saluran umum;

g. pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal;

h. peningkatan pemanfaatan jaringan drainase yang sudah ada;

i. pembangunan jaringan drainase baru untuk menampung aliran air; dan

j. pemeliharaan jaringan drainase secara berkala.

Paragraf 2

Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah

Pasal 53

(1) Perwujudan rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51

huruf b terdiri atas:

a. perwujudan kawasan lindung; dan

b. perwujudan kawasan budidaya.

(2) Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri

atas:

a. perwujudan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan

bawahannya;

b. perwujudan kawasan perlindungan setempat;

c. perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; dan

d. perwujudan kawasan rawan bencana alam.

(3) Perwujudan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. pemantapan batas dan pematokan kawasan lindung di luar kawasan lindung;

b. pembatasan pendirian bangunan baru (koordinasi);

c. pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan

kebakaran hutan;

d. pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan

terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah; dan

e. pembatasan pendirian bangunan yang menutup tanah.

(4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b terdiri atas:

a. perlindungan sekitar sungai terhadap alih fungsi lindung;

b. perlindungan kualitas air dan kondisi fisik di daerah sekitar mata air;

c. perlindungan sekitar waduk terhadap kegiatan alih fungsi dan kegiatan yang

menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah

untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; dan

e. membatasi penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak

berhubungan dengan konservasi waduk.

(5) Perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. pelarangan kegiatan budidaya yang berpotensi mengurangi tutupan vegetasi;

Page 45: BUPATI WONOSOBO

b. pengendalian penebangan hutan dan mengurangi aktivitas yang dapat merusak

ekosistem lingkungan; dan

c. pelarangan kegiatan yang mengganggu kelestarian situs purbakala dan

lingkungannya.

(6) Perwujudan kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d terdiri atas:

a. penanaman tanaman lindung;

b. penataan drainase;

c. peningkatan kawasan konservasi;

d. pembangunan barak–barak pengungsi dan tempat penampungan sementara;

e. perbaikan dan pembangunan jalur-jalur evakuasi;

f. penanaman vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi;

g. mengadakan perlindungan dengan mengoptimalisasikan saluran aliran lahar;

h. menjadikan daerah rawan letusan gunung api sebagai kawasan konservasi;

i. pemantauan hutan secara berkala;

j. pengaturan bangunan dan daerah hijau; dan

k. peningkatan distribusi air utama yang berasal dari sumber-sumber air terdekat.

(7) Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri

atas:

a. perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi;

b. perwujudan kawasan peruntukan pertanian;

c. perwujudan kawasan peruntukan perikanan;

d. perwujudan kawasan peruntukan pertambangan;

e. perwujudan kawasan peruntukan industri;

f. perwujudan kawasan peruntukan pariwisata;

g. perwujudan kawasan peruntukan permukiman; dan

h. perwujudan kawasan peruntukan lainnya.

(8) Perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(7) huruf a terdiri atas:

a. mempertahankan dan meningkatkan upaya konservasi tanah dan air;

b. peningkatan pola tanam dan pola tata tanam serta pemilihan jenis yang

menguntungkan; dan

c. pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan

kebakaran hutan.

(9) Perwujudan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

huruf b terdiri atas:

a. pengembangan dan penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;

b. pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan ekspor;

c. pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan

industri pengolahan pertanian;

d. pengembangan pertanian terpadu ramah lingkungan;

e. pengembangan pertanian tanaman pangan dengan dukungan irigasi;

f. pengembangan hortikultura sesuai dengan komoditas unggulannya;

g. pengembangan perkebunan besar dengan pelibatan masyarakat/sebagai inti

dalam pola inti rakyat (PIR);

h. pengembangan kegiatan peternakan;

i. pembangunan pasar hewan;

j. pengembangan pusat pakan ternak; dan

k. optimalisasi budidaya peternakan.

Page 46: BUPATI WONOSOBO

(10) Perwujudan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

huruf c terdiri atas:

a. pengembangan budidaya perikanan;

b. pengembangan perikanan tangkap di waduk/danau dan sungai;

c. peningkatan infrastruktur sebagai penghubung dari lokasi perikanan ke pasar;

d. pengembangan pasar ikan higienis; dan

e. pengembangan kawasan pengolahan hasil perikanan.

(11) Perwujudan kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (7) huruf d terdiri atas:

a. pendataan ulang izin pertambangan;

b. reklamasi kawasan bekas tambang;

c. penataan dan penelitian potensi zona pertambangan; dan

d. pengendalian terhadap penambangan liar;

(12) Perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

huruf e terdiri atas:

a. pengembangan kegiatan agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang

berkelanjutan;

b. pengembangan aneka produk olahan;

c. pengembangan klaster-klaster industri kecil dan menengah;

d. pengembangan kawasan yang didukung oleh adanya jalur hijau sebagai

penyangga antar fungsi bawahan;

e. pengembangan kawasan peruntukan industri yang didukung oleh sarana dan

prasarana industri; dan

f. Pengembangan sistem pengolahan limbah industri yang ramah lingkungan.

(13) Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

huruf f terdiri atas:

a. penetapan kawasan unggulan, andalan, dan potensial pengembangan

pariwisata;

b. perlindungan situs peninggalan kebudayaan masa lampau;

c. optimalisasi dan pengembangan taman rekreasi Kalianget;

d. pengembangan infrastruktur pendukung obyek wisata;

e. peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata,

dan daya jual/saing;

f. penyusunan kalender wisata kabupaten; dan

g. pengadaan kegiatan festival gelar seni budaya.

(14) Perwujudan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat

(7) huruf g meliputi:

a. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan;

b. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan; dan

c. peningkatan sarana atau fasilitas permukiman.

(15) Perwujudan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

huruf h terdiri atas:

a. pengembangan kegiatan budidaya secara selektif di sekitar kawasan

pertahanan dan keamanan;

b. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa; dan

c. pengembangan kantor pemerintahan.

Page 47: BUPATI WONOSOBO

Paragraf 3

Perwujudan Kawasan Strategis

Pasal 54

(1) Perwujudan rencana kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51

huruf c terdiri atas:

a. perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi;

b. perwujudan kawasan strategis sosial budaya;

c. perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan; dan

d. perwujudan kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi

tinggi.

(2) Perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. penyediaan sarana dan prasana penunjang; dan

b. pengembangan kegiatan ekonomi skala besar.

(3) Perwujudan kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b terdiri atas:

a. pelestarian kawasan strategis sosial budidaya; dan

b. peningkatan pemanfaatan kawasan untuk penelitian dan pendidikan.

(4) Perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. pelarangan alih fungsi pada kawasan; dan

b. pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan hidup.

Bagian Ketiga

Prioritas dan Tahapan Pembangunan

Pasal 55

(1) Prioritas pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan atas kemampuan

pembiayaan dan kegiatan yang mempunyai efek mengganda sesuai arahan umum

pembangunan daerah.

(2) Program pembiayaan terdiri atas:

a. program utama;

b. sumber pembiayaan meliputi:

1. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN);

2. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi;

3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wonosobo;

4. swadaya masyarakat; dan

5. pihak swasta.

c. instansi pelaksana.

(3) Waktu pelaksanaan dalam 4 (empat) tahap pelaksanaan 5 (lima) tahunan meliputi:

a. Tahap I (Tahun 2011 - 2015);

b. Tahap II (Tahun 2016 - 2020);

c. Tahap III (Tahun 2021 - 2025); dan

d. Tahap IV (Tahun 2026 – 2031).

(4) Prioritas dan tahapan pembangunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII

Indikasi Program Pembangunan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Page 48: BUPATI WONOSOBO

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 56

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:

a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan pemberian insentif-disinsentif; dan

d. arahan pengenaan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 57

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf a

disusun sebagai arahan dalam penyusunan peraturan zonasi.

(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagai pedoman

pengendalian pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk

setiap zonasi pemanfaatan ruang.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas:

a. ketentuan peraturan zonasi struktur ruang;

b. ketentuan peraturan zonasi pola ruang; dan

c. ketentuan peraturan zonasi kawasan strategis.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf a terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf b terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya.

Paragraf 1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pusat Pelayanan

Pasal 58

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) huruf a terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan sebaimana disebut pada

ayat (1) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk

mendukung berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana;

b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perkotaan dengan didukung fasilitas dan

infrastruktur;

Page 49: BUPATI WONOSOBO

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar

tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan

d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk

mendukung berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;

b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas dan

infrastruktur;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar

tidak mengganggu fungsi sistem perdesaan dan jaringan prasarana; dan

d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.

Paragraf 2

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 59

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) huruf b terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi;

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air; dan

e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengelola lingkungan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan:

a. pemanfaatan ruang di sepanjang jalan kolektor disusun dengan ketentuan:

1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan pada skala

provinsi;

2. diperbolehkan pergerakan lokal dengan syarat tidak mengurangi fungsi

pergerakan;

3. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan

kolektor;

4. diperbolehkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan garis

sempadan bangunan minimal 5 (lima) meter dari jalan kolektor sekunder dan

10 (sepuluh) meter dari jalan kolektor primer;

5. diperbolehkan secara terbatas alih fungsi lahan budidaya di sepanjang jalan

kolektor dengan syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat-pusat

dalam wilayah; dan

6. setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan pada

kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas.

b. pemanfaatan ruang di sepanjang jalan lokal disusun dengan ketentuan:

1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan skala

kabupaten;

2. diperbolehkan pergerakan lokal dengan syarat tidak mengurangi fungsi

pergerakan;

3. tidak diperbolehkan alih fungsi kawasan lindung di sepanjang jalan lokal;

Page 50: BUPATI WONOSOBO

4. diperbolehkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan garis

sempadan bangunan minimal 3 (tiga) meter dari jalan lokal sekunder dan 7

(tujuh) meter dari jalan lokal primer;

5. diperbolehkan secara terbatas alih fungsi lahan berfungsi budidaya dengan

syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan; dan

6. setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan pada

kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak

dan gas.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama

pada pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan

sistem jaringan bawah tanah;

b. diperbolehkan dengan syarat penempatan gardu pembangkit diarahkan di luar

kawasan perumahan dan terbebas dari resiko keselamatan umum;

c. diperbolehkan dengan syarat penempatan tiang Jaringan Tegangan Tinggi (JTT),

Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

mengikuti ketentuan terdiri atas:

1. jarak antara tiang dengan tiang pada jaringan umum tidak melebihi 40 (empat

puluh) meter;

2. jarak antara tiang jaringan umum dengan tiang atap atau bagian bangunan

tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter;

3. jarak antara tiang atap dengan tiang atap bangunan lainnva (sebanyak-

banyaknya 5 bangunan berderet) tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter;

4. jarak bebas antara penghantar udara dengan benda lain yang terdekat

misalnya dahan atau daun, bagian bangunan dan lainnya sekurang--

kurangnya berjarak 0,5 (nol koma lima) meter dari penghantar udara tersebut;

dan

5. Areal konservasi di sekitar lokasi Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) yaitu

sekitar 20 (dua puluh) meter pada setiap sisi tiang listrik.

d. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kegiatan di sekitar lokasi Jaringan

Tegangan Tinggi (JTT).

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak dan

gas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan bahan bakar

minyak;

b. diperbolehkan dengan syarat pembangunan jaringan Bahan Bakar Minyak

(BBM) harus mengacu pada rencana pola ruang dan arah pembangunan;

c. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung prasarana tersebut; dan

d. diperbolehkan peningkatan kualitas jaringan transmisi dan distribusi minyak dan

gas bumi secara optimal dengan pembangunan Depo Bahan Bakar Minyak

(BBM) yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan:

a. diperbolehkan menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu

menara Base Transceiver Station (BTS) untuk beberapa operator telepon

Page 51: BUPATI WONOSOBO

seluler dengan pengelolaan secara bersama sesuai peraturan perundang-

undangan;

b. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama

pada pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan

dengan sistem jaringan bawah tanah atau jaringan tanpa kabel;

c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan jaringan telekomunikasi harus

mengacu pada rencana pola ruang dan arah perkembangan pembangunan;

d. diperbolehkan dengan syarat penempatan menara telekomunikasi/menara

memperhatikan keamanan, keselamatan, dan estetika lingkungan serta

diarahkan memanfaatkan menara secara terpadu pada lokasi-lokasi yang telah

ditentukan;

e. diperbolehkan dengan syarat jarak antar tiang telepon pada jaringan umum

tidak melebihi 40 (empat puluh) meter; dan

f. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar menara

telekomunikasi/menara dalam radius bahaya keamanan dan keselamatan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber air

minum;

b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air

minum wajib memperhatikan kelestarian lingkungan;

c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan dan pemasangan jaringan primer,

sekunder dan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan

wajib dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;

d. diperbolehkan pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang

diizinkan meliputi kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, menara air,

bak pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen)

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 0,6 (nol koma enam)

3. Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau

sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur dan/atau Surat Keputusan

(SK) Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu. Pembangunan dan pemasangan

jaringan primer, sekunder dan sambungan rumah (SR) yang memanfaatkan

bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang; dan

e. tidak diizinkan pembangunan instalasi pengolahan air minum dibangun

langsung pada sumber air baku;

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan irigasi;

b. diperbolehkan mempertegas sistem jaringan yang berfungsi sebagai jaringan

primer, sekunder, tersier, dan kuarter;

c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang di

dalamnya terdapat jaringan irigasi wajib dipertahankan secara fisik maupun

Page 52: BUPATI WONOSOBO

fungsional dengan ketentuan menyediakan sempadan jaringan irigasi sekurang-

kurangnya 2 (dua) meter di kiri dan kanan saluran; dan

d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana pendukung irigasi seperti

pos pantau, pintu air, bangunan bagi dan bangunan air lainnya.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengelolaan lingkungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana

dimaksud pada ayat (10) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan drainase;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang

didalamnya terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun

fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak

menutup sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada

c. diperbolehkan dengan syarat setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan

drainase lingkungan dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem

drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;

d. tidak diizinkan memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah, air

limbah atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi

saluran; dan

e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan persampahan;

b. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang diperbolehkan berupa kantor

pengelola, gudang/garasi kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos

keamanan, bangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan tempat

mesin pengolah sampah seperti genset dan incenerator;

c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah wajib

memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan sesuai

dengan ketentuan teknis yang berlaku;

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingainya 30% (tiga puluh

persen);

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 0,6 (nol koma enam);

3. lebar jalan menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) sekurang-

kurangnya 8 (delapan) meter;

4. tempat parkir truk sampah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen);

dan

5. sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau

sesuai dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan

tertentu; dan

6. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar wilayah pengelolaan

persampahan.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah

sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf c dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pengolahan

limbah;

b. diperbolehkan sistem pengelolaan air limbah terdiri atas:

Page 53: BUPATI WONOSOBO

1. pengelolaan primer berupa pengelolaan dengan menggunakan pasir dan

benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan untuk

menghilangkan minyak dan lemak;

2. pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui

oksidasi;

3. pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.

c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan usaha yang memproduksi air

limbah diwajibkan untuk menyediakan instalasi pengolahan limbah individu

dan/atau komunal sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku meliputi:

1. pengembangan perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;

2. akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;

3. restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima

puluh) unit;

4. kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari

10.000 (sepuluh ribu) meter persegi;

5. industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah;

6. bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan;

7. usaha konveksi/ garmen yang dalam produksinya menggunakan zat-zat

kimia dan pewarna; dan

8. usaha petemakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.

d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan sistem pengelolaan air limbah

yang dimaksud huruf a di atas wajib mengikuti ketentuan teknis terdiri atas:

1. tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air

dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;

2. tidak mengotori permukaan tanah;

3. menghindari tersebarnva cacing tambang pada permukaan tanah;

4. mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain;

5. tidak menimbulkan bau yang mengganggu;

6. konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah

didapat dan murah; dan

7. jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 (sepuluh) meter.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung

Pasal 60

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 57 ayat (5) huruf a terdiri atas:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian

alam dan cagar budaya; dan

e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. diperbolehkan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan hutan

lindung;

Page 54: BUPATI WONOSOBO

b. tidak diperbolehkan melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali

berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak

mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem

alam;

c. diperbolehkan pengembalian fungsi kawasan hutan lindung yang terjadinya

alih akibat fungsi;

d. diperbolehkan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem;

e. diperbolehkan pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat

mempertahankan fungsi lindung di kawasan hutan lindung;

f. diperbolehkan pemanfaatan kawasan untuk jasa lingkungan dan hasil hutan

non kayu.

g. diperbolehkan pencegahan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang

mengganggu fungsi lindung di kawasan hutan lindung;

h. diperbolehkan percepatan rehabilitasi hutan hutan lindung dengan tanaman

yang sesuai dengan fungsi lindung;

i. tidak diperbolehkan penggunaan lahan baru bila tidak menjamin fungsi lindung

terhadap hidrologis, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak bisa

dialihkan;

j. diperbolehkan penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi

lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan

berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan kawasan hutan

lindung untuk kepentingan hidrologis; dan

k. diperbolehkan melakukan program pembinaan, penyuluhan kepada

masyarakat dalam upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan

bencana.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh

masyarakat; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dengan ketentuan:

a. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diperbolehkan

dengan syarat bagi penduduk lokal dengan luasan tetap, tidak mengurangi

fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;

b. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang

alam;

c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan yang dilakukan di dalam

kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah

perlindungan dan kaidah-kaidah konservasi;

d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang

dikelola oleh masyarkat hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

ekowisata sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;

e. tidak diperbolehkan kegiatan-kegiatan budidaya dalam pemanfaatan kawasan

hutan lindung;

f. diperbolehkan dengan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan

lindung yang dikelola oleh masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan

Page 55: BUPATI WONOSOBO

dan tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan

ekosistem alami; dan

g. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan

perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan

terbangun yang sudah ada;

b. diperbolehkan dengan syarat untuk kegiatan hutan rakyat;

c. diperbolehkan dengan syarat terbatas untuk kegiatan budidaya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air

hujan;

d. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang

alam;

e. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak

mengubah bentang alam;

f. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang secara terbatas untuk

kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam

menahan limpasan air hujan; dan

g. tidak diperbolehkan untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi

resapan air.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau

kawasan perkotaan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk

menunjang fungsi taman rekreasi;

c. tidak diperbolehkan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan

untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

d. diperbolehkan dengan syarat penetapan lebar sempadan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki

tanggul;

f. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki

tanggul;

g. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di luar kawasan

perkotaan terdiri atas:

1. pada sungai besar berupa sungai yang mempunyai daerah pengaliran

sungai seluas 500 (lima ratus) kilometer persegi atau lebih dilakukan ruas

per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada

ruas yang bersangkutan;

Page 56: BUPATI WONOSOBO

2. pada sungai besar meliputi Sungai Serayu dan anak sungainya, Sungai

Bogowonto dan anak sungainya ditetapkan sekurang-kurangnya 100

(seratus) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

3. pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter

dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

h. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di dalam kawasan

perkotaan terdiri atas:

1. pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter,

garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter

dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

2. pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai

dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-

kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

dan

3. pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua

puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga

puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

i. diperbolehkan dengan syarat garis sempadan sungai tidak bertanggul yang

berbatasan dengan jalan adalah mengikuti ketentuan garis sempadan

bangunan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus

menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai;

j. diperbolehkan dengan syarat kepemilikan lahan yang berbatasan dengan

sungai diwajibkan menyediakan ruang terbuka publik minimal 3 (tiga) meter

sepanjang sungai untuk jalan inspeksi dan/atau taman;

k. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan

sungai; dan

l. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam

kerusakan dan menurunkan kualitas sungai.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat kegiatan preservasi dan konservasi seperti

reboisasi lahan;

b. diperbolehkan untuk kegiatan pariwisata dan budidaya lain dengan syarat tidak

menyebabkan kerusakan kualitas air;

c. radius mata air adalah 200 (dua ratus) meter di luar kawasan permukiman dan

minimum 25 (dua puluh lima) meter di dalam kawasan permukiman;

d. diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air;

e. tidak diperbolehkan seluruh jenis kegiatan yang menyebabkan pencemaran

kualitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air;

f. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang mengganggu bentang alam,

kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna

serta fungsi lingkungan hidup; dan

g. tidak diperbolehkan pemanfaatan hasil tegakan.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) huruf c dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. diperbolehkan dengan syarat radius waduk terhadap bangunan berjarak

minimal 50-100 (lima puluh sampai dengan seratus) meter dari titik pasang

tertinggi ke arah darat;

Page 57: BUPATI WONOSOBO

c. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman

tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk; dan

d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang

dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan

sempadannya termasuk daerah pasang surutnya.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau untuk

kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

b. diperbolehkan penerapan konsep taman kota pada lokasi yang potensial di

seluruh kabupaten untuk menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;

c. diperbolehkan dengan syarat seluruh kegiatan untuk menambah RTH

perkotaan agar mencapai 30% (tiga puluh persen);

d. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk

bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;

e. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan RTH perkotaan sepanjang

perbatasan wilayah kabupaten adalah minimum 50 (lima puluh) meter dari kiri

kanan garis batas wilayah, kecuali pada kawasan perbatasan yang sudah

padat bangunan-bangunan mengacu pada rencana pola ruang;

f. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan ruang terbuka/ruang bebas

sepanjang jalur instalasi listrik tegangan tinggi mengacu pada ketentuan yang

berlaku; dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau diprioritaskan pada fungsi

utama kawasan dan kelestarian lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai

tempat evakuasi bencana;

g. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH perkotaan;

dan

h. diperbolehkan pengawasan ketat dari pemerintah terkait kegiatan budidaya

yang mempengaruhi fungsi RTH perkotaan atau menyebabkan alih fungsi RTH

perkotaan.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam

dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Taman Wisata; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Taman Wisata sebagaimana dimaksud

pada ayat (11) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengelolaan taman wisata alam disesuaikan dengan tujuan

perlindungan kawasan suaka alam untuk melindungi flora dan fauna yang

khas, bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pengembangan

obyek dan daya tarik wisata;

b. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak

mengubah bentang alam;

c. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya lainnya yang dapat mengganggu fungsi

lindung dari kawasan tersebut; dan

d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan

perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengamanan dan menjaga pelestarian dari berbagai bentuk

ancaman baik oleh kegiatan manusia maupun alam;

Page 58: BUPATI WONOSOBO

b. diperbolehkan pemerintah daerah mengumumkan kepada seluruh pelaku

pembangunan tentang lokasi dan luas kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan;

c. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak

merusak ekosistem; dan

d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan

perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai tempat

evakuasi;

b. diperbolehkan menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam;

c. diperbolehkan pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam;

d. diperbolehkan dengan syarat pengendalian kegiatan budidaya yang berada

pada kawasan rawan bencana alam;

e. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan

karakteristik, jenis dan ancaman bencana;

f. diperbolehkan dengan syarat membatasi pengembangan kawasan terbangun

pada kawasan rawan bencana alam;

g. diperbolehkan aktivitas budidaya dengan syarat teknis rekayasa teknologi

yang sesuai dengan karakteristik bencananya selain di kawasan perlindungan

mutlak; dan

h. tidak diperbolehkan aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama

di kawasan rawan bencana di zona perlindungan mutlak.

Paragraf 4

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Budidaya

Pasal 61

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 57 ayat (5) huruf b terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan rakyat;

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertanian;

d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan

perikanan;

e. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri;

f. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pariwisata;

g. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan

pertambangan;

h. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan permukiman;

dan

i. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang

memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk pengembangan hutan produksi

secara optimal dengan tetap mempertahankan azaz kelestarian sumberdaya

lahan;

Page 59: BUPATI WONOSOBO

b. diperbolehkan peningkatan produktivitas hutan produksi dengan prioritas

arahan pengembangan per jenis komoditi berdasarkan produktivitas lahan,

akumulasi produksi, dan kondisi penggunaan lahan;

c. diperbolehkan menampung kegiatan nonkehutanan dengan cara pinjam pakai;

d. diperbolehkan pemanfaatan untuk wisata alam dan hasil hutan kayu dan

nonkayu;

e. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pengembangan hutan secara lestari;

f. diperbolehkan dengan syarat aktivitas reboisasi atau penghijauan dan

rehabilitasi hutan;

g. diperbolehkan dengan syarat terbatas pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga

kestabilan neraca sumber daya kehutanan;

h. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk

menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan

i. tidak diperbolehkan aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang

mengurangi luas hutan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan hutan rakyat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:

a. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan pengembangan fungsi budidaya

yang mendukung kegiatan di kawasan hutan rakyat dan pengembangan

kegiatan budidaya yang mendukung fungsi lindung;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat berupa kegiatan pengembangan

dan pengelolaan kawasan dengan sistem tebang pilih atau terbatas.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hortikultura;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkebunan; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan;

b. diperbolehkan pengembangan pertanian tanaman pangan yang berbentuk

kelompok tani;

c. diperbolehkan pengembangan kegiatan agropolitan;

d. diperbolehkan pemeliharaan dan peningkatan prasarana pengairan pada

lahan-lahan sawah;

e. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan;

f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak

mengganggu fungsi pertanian dengan intensitas bangunan berkepadatan

rendah;

g. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan untuk

kegiatan budidaya lainnya;

h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah

beririgasi; dan

i. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang

terkena saluran irigasi.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian

hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkanpengembangan agroindustri dan agrowisata serta penyiapan

sarana-prasarana pendukung;

Page 60: BUPATI WONOSOBO

b. diperbolehkan peningkatan produktivitas pertanian hortikultura;

c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas unggulan Kabupaten;

d. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan;

dan

e. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan hortikultura yang

mempunyai tingkat sangat sesuai.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian perkebunan;

b. diperbolehkan pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki

potensi/ kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan;

c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;

d. diperbolehkan peningkatan produktivitas perkebunan;

e. diperbolehkan diversifikasi komoditas perkebunan;

f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan perumahan dengan syarat tidak

mengganggu fungsi perkebunan;

g. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan perkebunan

yang mempunyai tingkat sangat sesuai; dan

h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi

lahan dan kualitas tanah untuk perkebunan.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan

peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung sarana peternakan;

b. diperbolehkan pengembangan peternakan secara individual maupun

peternakan bebas;

c. diperbolehkan penyediaan suplai bahan makanan ternak;

d. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif

lain di luar zona penyangga peruntukan peternakan;

e. diperbolehkan pengendalian limbah ternak melalui sistem pengelolaan limbah

terpadu; dan

f. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru

sekitar kawasan peruntukan peternakan.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan perikanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dengan ketentuan:

a. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualitas

air sungai dan waduk untuk perikanan darat;

b. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana yang bersifat

mendukung kegiatan perikanan;

c. tidak diperbolehkan boleh pemanfaatan sumberdaya perikanan melebihi

potensi lestari;

d. tidak boleh pada kawasan peruntukan perikanan yang juga dibebani fungsi

pariwisata, pengembangan perikanannya merusak dan/atau mematikan fungsi

pariwisata; dan

e. pemanfaatan kawasan peruntukan perikanan tidak boleh mengakibatkan

pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai

dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;

Page 61: BUPATI WONOSOBO

b. diperbolehkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau

dan RTH perkotaan;

c. diperbolehkan penyelenggaraan perumahan karyawan, fasilitas umum skala

lokal sebagai pendukung kegiatan industri;

d. diperbolehkan penyelenggaraan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);

e. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan

industri;

f. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil

di luar zona penyangga peruntukan industri dengan intensitas bangunan

berkepadatan menengah;

g. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru

sekitar kawasan peruntukan industri; dan

h. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pengembangan industri yang

mengkonsumsi air dalam jumlah banyak.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan

kelestarian ekosistem lingkungan;

b. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan

kelestarian fungsi lindung;

c. diperbolehkan peningkatan kualitas pariwisata;

d. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata didukung oleh

pengembangan kawasan penunjang pariwisata serta obyek dan daya tarik

wisata;

e. diperbolehkan dengan syarat pengembangan obyek dan daya tarik wisata

dengan tetap memperhatikan fungsi konservasi kawasan;

f. diperbolehkan pengembangan kawasan agrowisata untuk memberikan

keberagaman obyek wisata di daerah, dengan fasilitas pendukung dan

akomodasi seluas-luasnya 2,5% (dua koma lima persen) dari total pengelolaan

lahan agrowisata;

g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara

tidak diusahakan;

h. diperbolehkan perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan massa

lampau;

i. diperbolehkan dengan syarat pengembangan aktivitas komersial sesuai

dengan skala daya tarik pariwisatanya;

j. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pengembangan aktivitas

perumahan dan permukiman dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan

tidak mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;

k. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk

menunjang pariwisata; dan

l. diperbolehkan mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan

pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengawasan secara ketat terhadap kegiatan pertambangan dan

pengeboran air bawah tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan;

b. diperbolehkan wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan dan pengendalian terhadap

pemanfaatan dan pengambilan air tanah;

Page 62: BUPATI WONOSOBO

d. diwajibkan melengkapi perizinan sesuai ketentuan yang berlaku; dan

e. dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan

berkelanjutan.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai

dengan skalanya;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas

sosial sesuai dengan skalanya;

c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan pada lahan yang sesuai dengan

kriteria fisik meliputi:

1. kemiringan lereng;

2. ketersediaan dan mutu sumber air bersih; dan

3. bebas dari potensi banjir/ genangan.

d. diperbolehkan prioritas pengembangan pada permukiman hirarki rendah

dengan peningkatan pelayanan fasilitas permukiman;

e. diperbolehkan pengembangan permukiman ditunjang dengan pengembangan

fasilitas pendukung unit permukiman seperti: fasilitas perdagangan dan jasa,

hiburan, pemerintahan, pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan

peribadatan);

f. diperbolehkan pengembangan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM)

pada kawasan peruntukan permukiman dengan syarat tidak menimbulkan

polusi;

g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara

tidak diusahakan; dan

h. diperbolehkan pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada

atau berbatasan dengan kawasan lindung.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan.

(15) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (14) huruf a dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan aktivitas pertahanan dan keamanan;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas

sosial sebagai pendukung kegiatan pertahanan keamanan;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk

menunjang pertahanan kemanan; dan

d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas

pertahanan keamanan.

(16) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (14) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa;

b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif

lainnya sebagai pendukung aktivitas perdagangan dan jasa;

c. diperbolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak

mengganggu aktivitas perdagangan dan jasa; dan

d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas

perdagangan dan jasa.

Page 63: BUPATI WONOSOBO

(17) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (14) huruf c dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat pemindahan kantor pemerintahan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif

lainnya sebagai pendukung aktivitas pemerintahan;

c. diperbolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak

mengganggu aktivitas pemerintahan; dan

d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas

pemerintahan.

Paragraf 5

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Strategis

Pasal 62

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) huruf c terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

pertumbuhan ekonomi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

sosial budaya;

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan

daya dukung lingkungan; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis pendayagunaan

sumber daya alam dan teknologi tinggi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan kawasan penunjang ekonomi ditunjang sarana dan prasarana

yang memadai;

b. diperbolehkan dengan syarat pada setiap bagian dari kawasan strategis

ekonomi harus diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang;

c. diperbolehkan dialokasikan ruang atau zona secara khusus dan harus

dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan kesegaran ditengah

kegiatan yang intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap

dipertahankan;

d. diperbolehkan dengan syarat perubahan atau penambahan fungsi ruang

tertentu pada ruang terbuka boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas

ambang penyediaan ruang terbuka;

e. diperbolehkan zona yang dinilai penting untuk mendukung aktivitas kawasan

strategis pertumbuhan ekonomi tidak boleh dilakukan perubahan fungsi.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat pada radius tertentu harus dilindungi dari

perubahan fungsi yang tidak mendukung kawasan strategis sosial budaya;

b. diperbolehkan ditambahkan fungsi penunjang tanpa menghilangkan identitas

dan karakter kawasan;

c. diperbolehkan dengan syarat dibatasi pengembangan kegiatan budidaya di

sekitar kawasan strategis sosial budaya;

Page 64: BUPATI WONOSOBO

d. tidak diperbolehkan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau

perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi

dasarnya; dan

e. tidak diperbolehkan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan pada

suatu zona ini.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan daya

dukung lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan

dan terdapat kerusakan harus dilakukan pengembalian ke rona awal;

b. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada kawasan yang didalamnya

terdapat zona peresapan air; dan

c. diperbolehkan percepatan rehabilitasi untuk menunjang kelestarian dan

mencegah kerusakan dalam jangka panjang.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis pendayagunaan

sumber daya alam dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

d dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pendirian bangunan ramah lingkungan yang mendukung

pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi;

b. tidak diperbolehkan pendirian bangunan yang digunakan untuk kegiatan yang

bertentangan dengan kegiatan pendayagunaan sumber daya alam dan

teknologi tinggi; dan

c. tidak diperbolehkan pengembangan kegiatan yang mengganggu fungsi

lingkungan.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan

Pasal 63

Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b berupa perizinan

yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Pasal 64

(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam rangka

penanaman modal wajib memperoleh izin pemanfaatan ruang dari Bupati.

(2) Ketentuan perizinan terdiri atas:

a. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);

b. izin lokasi;

c. izin mendirikan bangunan gedung; dan

d. izin lainnya.

(3) Ketentuan izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT) sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a merupakan:

a. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT) merupakan izin yang diberikan

kepada orang dan/atau badan hukum untuk kegiatan pemanfaatan ruang

dengan batasan luasan tanah kurang dari 1 (satu) hektar; dan

b. ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin penggunaan pemanfaatan tanah

akan ditetapkan dengan peraturan bupati.

(4) Ketentuan izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan:

Page 65: BUPATI WONOSOBO

a. izin lokasi merupakan izin yang diberikan kepada perusahaan untuk

memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang

berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah

tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya;

b. ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin lokasi akan ditetapkan dengan

peraturan bupati.

(5) Ketentuan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf c merupakan:

a. izin mendirikan bangunan merupakan izin yang diberikan kepada pemilik

bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas,

mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan

administratif dan persyaratan teknis; dan

b. ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan gedung ditetapkan

dengan peraturan bupati.

(6) Ketentuan izin lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri atas:

a. izin lainnya terkait pemanfaatan ruang merupakan ketentuan izin usaha

pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan dan

pengembangan sektoral lainnya, yang disyaratkan sesuai peraturan

perundang-undangan; dan

b. ketentuan lebih lanjut mengenai izin penggunaan pemanfaatan tanah

ditetapkan dengan peraturan bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Paragraf 1

Umum

Pasal 65

Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56

huruf c terdiri atas:

a. insentif yang diberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan

dengan rencana tata ruang; dan

b. disinsentif yang diberikan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau

mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

Paragraf 2

Ketentuan Insentif

Pasal 66

(1) Insentif yang diberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan

dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a meliputi:

a. insentif yang diberikan kepada masyarakat yang lahannya dijadikan lahan

pertanian berkelanjutan;

b. insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan

kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan

(2) Insentif yang diberikan kepada masyarakat yang mau lahannya dijadikan lahan

pertanian berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kemudahan memperoleh pinjaman dengan bunga rendah, pupuk dan

pemasaran;

Page 66: BUPATI WONOSOBO

b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

c. kemudahan prosedur perizinan; dan

d. pemberian penghargaan kepada masyarakat.

(3) Insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegiatan

yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimakud pada ayat (1) huruf

b terdiri atas:

a. kemudahan prosedur perizinan;

b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan

c. pemberian penghargaan kepada pengusaha dan swasta.

Paragraf 3

Ketentuan Disinsentif

Pasal 67

(1) Disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan

yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

65 huruf b terdiri atas:

a. disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam

pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; dan

b. disinsentif yang diberikan kepada pemerintah daerah lainnya dalam

pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

(2) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam

pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. pembatasan penyediaan infrastruktur;

b. pengenaan kompensasi;

c. izin tidak diperpanjang; dan

d. pinalti.

(3) Disinsentif yang diberikan kepada pemerintah daerah lainnya dalam pelaksanaan

kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa teguran tertulis.

(4) Aparatur pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan penataan ruang wilayah

kabupaten sesuai dengan kewenangannya wajib berlaku tertib dalam

keikutsertaannya dalam proses penataan ruang, sesuai dengan perundangan-

undangan.

(5) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Bupati.

Bagian Kelima

Arahan Sanksi

Pasal 68

(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang dikenakan

sanksi administratif.

(2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diberikan oleh pejabat berwenang;

Page 67: BUPATI WONOSOBO

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan

oleh pejabat yang berwenang;dan/atau

d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang

dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. denda administratif.

Pasal 69

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf a

dilakukan terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan

RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Pemberian surat peringatan tertulis dengan penerbitan surat peringatan tertulis

sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali;

(3) Penerbitan surat peringatan tertulis dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu

tertentu.

Pasal 70

(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3)

huruf b dilakukan terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo; dan

e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Page 68: BUPATI WONOSOBO

(2) Penghentian sementara kegiatan dilakukan sampai terpenuhinya kewajiban

pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW kabupaten

dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.

Pasal 71

(1) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68

ayat (3) huruf c dilakukan terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo; dan

e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

(2) Penghentian sementara pelayanan umum dirinci jenis-jenis pelayanan umum yang

akan dihentikan;

(3) Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan sampai terpenuhinya kewajiban

pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten

Wonosobo dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.

Pasal 72

(1) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf d dilakukan

terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan

RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Penutupan lokasi akan dilakukan secara paksa apabila pelanggar mengabaikan

surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang;

(3) Lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi

kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten

Wonosobo dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.

Pasal 73

(1) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf e dilakukan

terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

Page 69: BUPATI WONOSOBO

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Pencabutan izin akan dilakukan apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk

menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen.

Pasal 74

(1) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf f dilakukan

terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Pembatalan izin diterbitkan berdasarkan lembar evaluasi yang berisikan arahan pola

pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten.

Pasal 75

(1) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf g

dilakukan terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan

RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Pembongkaran bangunan akan dilakukan secara paksa apabila pelanggar

mengabaikan surat perintah pembongkaran bangunan.

Pasal 76

(1) Pemulihan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf h dilakukan

terhadap:

Page 70: BUPATI WONOSOBO

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan

RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan Kabupaten Wonosobo;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Pemulihan fungsi dilakukan oleh pelanggar dengan jangka waktu tertentu;

(3) Pemulihan fungsi dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara paksa apabila

pelanggar dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pemulihan fungsi.

Pasal 77

(1) Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf i

dilakukan terhadap:

a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara

keseluruhan;

b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan

RTRW Kabupaten Wonosobo;

d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

(2) Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan

pengenaan sanksi administratif.

Pasal 78

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan dan jangka waktu sanksi diatur dengan

Peraturan Bupati.

BAB VIII

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 79

(1) Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

Page 71: BUPATI WONOSOBO

a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang;

b. mengetahui secara terbuka RTRW Kabupaten Wonosobo, rencana tata ruang

kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan, termasuk tata letak dan tata

bangunan;

c. menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari

penataan ruang; dan

d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

(2) Agar masyarakat mengetahui RTRW Kabupaten Wonosobo dan rencana rinci

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang telah ditetapkan, Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang berwenang wajib menyebarluaskan melalui media

massa, audio visual, papan pengumuman dan selebaran serta sosialisasi secara

langsung kepada seluruh aparat Daerah dan komunitas masyarakat di Daerah.

(3) Pelaksanaan hak masyarakat untuk menikmati pertambahan nilai ruang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Hak memperoleh penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d Pasal

ini diselenggarakan dengan cara musyawarah di antara pihak yang berkepentingan

atau sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 80

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;

d. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;

dan

e. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Bagian Ketiga

Peran Masyarakat

Pasal 81

(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

melibatkan masyarakat.

(2) Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilakukan melalui:

a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

(3) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a berupa:

a. masukan mengenai:

1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

Page 72: BUPATI WONOSOBO

3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau

kawasan;

4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau

5. penetapan rencana tata ruang.

b. kerjasama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur

masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

(4) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran masyarakat dalam perencanaan

tata ruang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b berupa:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

b. kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama unsur

masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana

tata ruang yang telah ditetapkan;

d. peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang

darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan

kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan

meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan

f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian ruang sebagimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c berupa:

a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian

insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata

ruang yang telah ditetapkan;

c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal

menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan

ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan

d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap

pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 82

(1) Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang di wilayah kabupaten dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.

BAB IX

KELEMBAGAAN

Pasal 83

(1) Dalam rangka mengoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama

antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk BKPRD.

(2) Tugas dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Bupati.

Page 73: BUPATI WONOSOBO

(3) Susunan organisasi BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Keputusan Bupati.

BAB X

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 84

(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama diupayakan

berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa

melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 85

Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 80 huruf a dan huruf b, yang

mengakibatkan perubahan fungsi ruang, kerugian terhadap harta benda dan/atau

kematian orang, dipidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang

penataan ruang.

Pasal 86

Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 80 huruf b, yang memanfaatkan ruang

tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.

Pasal 87

Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 80 huruf c dan huruf d, yang tidak

mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang dan

tidak memberikan akses terhadap kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum,

dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan

ruang.

Pasal 88

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, Pasal 86 dan

Pasal 87, dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap

pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana

denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi

pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; dan/atau

b. pencabutan status badan hukum.

Page 74: BUPATI WONOSOBO

Pasal 89

(1) Setiap pejabat Pemerintah Daerah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak

sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b,

dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan

ruang.

(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai

pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari

jabatannya.

Pasal 90

(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 83, Pasal 84 dan Pasal 85, dapat menuntut ganti kerugian secara

perdata kepada pelaku tindak pidana.

(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 91

(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Wonosobo adalah 20 (dua puluh) tahun sejak

tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam

skala besar, perubahan batas teritorial negara, dan/atau perubahan batas wilayah

yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW Kabupaten Wonosobo dapat

ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 92

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan

dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan penyesuaian

dengan masa transisi paling lambat 3 (tiga) tahun berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan

untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan

Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan

terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut

dapat diberikan penggantian yang layak.

Page 75: BUPATI WONOSOBO

c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan

bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan diterbitkan dan

disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan

d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, agar

dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

(2) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai yang izinnya diterbitkan sebelum

ditetapkannya Peraturan Daerah ini harus menyesuaikan dalam jangka waktu 3

(tiga) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 93

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Tingkat II Wonosobo Nomor

1 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II

Wonosobo (Lembaran Daerah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonosobo

Nomor 6 Tahun 1997 Seri D Nomor 4) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 94

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis

pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 95

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo.

Ditetapkan di Wonosobo pada tanggal 6 Agustus 2011 BUPATI WONOSOBO,

H. A. KHOLIQ ARIF Diundangkan di Wonosobo pada tanggal 8 Agustus 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO,

EKO SUTRISNO WIBOWO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011 NOMOR 2

Page 76: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

i

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-Nya kami

dapat menyelesaikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo Tahun

2011-2031.

Laporan Rencana ini berisikan tentang latar belakang penyusunan, tujuan, kebijakan, dan

strategi pengembangan wilayah, rencana struktur tata ruang wilayah Kabupaten Wonosobo,

rencana pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang

wilayah, arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, serta peran serta masyarakat

dalam penataan ruang.

Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah ini Tim Penyusun telah banyak

mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang berkompeten demi kesempurnaan buku

laporan ini, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Wonosobo, 2011

Bupati Wonosobo

H.A. KHOLIQ ARIF

Page 77: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

ii

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR PETA ix

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 LATAR BELAKANG I-1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN I-2

1.2.1 Tujuan I-2

1.2.2 Sasaran I-3

1.3 RUANG LINGKUP I-3

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah I-3

1.3.2 Ruang Lingkup Waktu I-4

1.3.3 Ruang Lingkup Materi I-4

1.4 PENGERTIAN DAN PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RENCANA

TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN I-4

1.4.1 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten I-4

1.4.2 Asas Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten I-7

1.4.3 Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten I-9

1.5 DASAR HUKUM I-10

1.6 PROFIL WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO I-16

1.6.1 Letak Geografis dan Administrasi I-16 I-

1.6.2 Kependudukan I-17

1.6.2.1 Rencana Proyeksi dan Kepadatan Penduduk I-17

1.6.2.2 Arahan Distribusi Penduduk I-18

1.6.3 Keadaani Bencana Alam I-19

1.6.4 Kondisi Sumber Daya Alam I-20

Page 78: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

iii

1.6.4.1 Kehutanan I-20 I-

1.6.4.2 Pertambangan I-22

1.6.5 Kondisi Ekonomi Potensial I-26

1.6.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan I-27

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN I-33

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG II-1

2.1.1. Aspek Fisik II-4

2.1.2. Aspek Sosial II-6

2.1.3. Aspek Ekonomi II-8

2.1.5.1 Pertanian II-8

2.1.5.2 Perindustrian dan Perdagangan II-9

2.1.5.3 Perbankan dan Penanaman Modal II-9

2.1.5.4 Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah II-9

2.1.5.5 Pertambangan dan Energi II-10

2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH

2.2.1 Kebijakan Penataan Ruang II-12

2.2.2 Strategi Penataan Ruang II-12

2.2.2.1 Strategi pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal

II-12

2.2.2.2 Strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan

II-12

2.2.2.3 Strategi Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah

II-13

2.2.2.4 Strategi Strategi percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki

II-13

2.2.2.5 Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif

II-13

2.2.2.6 Strategi peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung

II-13

2.2.2.7 Strategi peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah

II-13

2.2.2.8 Strategi melaksanakan kebijakan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara

II-14

BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH

3.1 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN III-1

Page 79: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

iv

3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan III-1

3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan III-3

3.1.3 Rencana Fungsi Pusat Pelayanan dan Kawasan

Pengembangan III-5

3.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA

WILAYAH III-9

3.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama III-9

3.2.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Darat III-9

3.2.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Perkeretaapian III-15

3.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya III-15

3.2.2.1 Jaringan Energi III-16

3.2.2.2 Jaringan Telekomunikasi III-18

3.2.2.3 Jaringan Sumber Daya Air III-19

3.2.2.4 Jaringan Prasarana Lainnya III-26

3.3 RENCANA PENGEMBANGAN SARANA WILAYAH III-29

3.3.1. Rencana Pengembangan Sarana Perumahan III-29

3.3.2. Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan III-31

3.3.3. Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan III-34

3.3.4. Rencana Pengembangan Sarana Peribadatan III-35

3.3.5. Rencana Pengembangan Sarana Perekonomian III-38

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH

4.1 KAWASAN LINDUNG IV-1

4.1.1 Kawasan Hutan Lindung IV-4

4.1.2 Kawasan yang Melindungi Kawasan Bawahannya IV-4

4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat IV-6

4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestraian Alam, dan Cagar Budaya IV-8

4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam

4.1.6 Kawasan Lindung Geologi IV-10

4.1.7 Kawasan Lindung Lainnya IV-12

4.2 KAWASAN BUDIDAYA IV-13

4.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi IV-14

4.2.2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat IV-15

IV-9

Page 80: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

v

4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian IV-15

4.2.4 Kawasan Peruntukan Perikanan IV-20

4.2.5 Kawasan Peruntukan Pertambangan IV-21

4.2.6 Kawasan Peruntukan Industri IV-23

4.2.7 Kawasan Peruntukan Pariwisata IV-23

4.2.8 Kawasan Peruntukan Permukiman IV-26

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS V-1

5.1 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN PERTUMBUHAN

EKONOMI V-1

5.2 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM DAN TEKNOLOGI

TINGGI V-4

5.3 KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA V-4

5.4 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN FUNGSI DAN

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN V-5

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH VI-1

6.1 USULAN PROGRAM UTAMA VI-1

6.2 SUMBER PENDANAAN VI-1

6.3 INSTANSI PELAKSANA VI-2

6.4 WAKTU PELAKSANAAN VI-2

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

7.1 ARAHAN ZONASI VII-1

7.2 PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII-29

7.2.1 Pengawasan Pemanfaatan Ruang VII-19

7.2.2 Arahan Pokok Pengendalian Ruang Kawasan Lindung,

Kawasan Budidaya dan Kawasan Tertentu VII-30

7.3 PENGEMBANGAN PERANGKAT INSENTIF DAN DIS-INSENTIF

DALAM PENATAAN RUANG VII-34

7.4 KETENTUAN PERIJINAN DALAM PENATAAN RUANG VII-35

7.5 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG VII-36

Page 81: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

vi

7.6 KETENTUAN PERIZINAN BERDASARKAN KEWENANGAN

PEMERINTAH PROVINSI DAN DAERAH VII-27

BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIIII-1

8.1 PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT VIII-1

8.2 BENTUK PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN

RUANG WILAYAH KABUPATEN VIII-1

8.3 TATA CATA PERAN SERTA MASYARAKAT VIII-2

8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT VIII-3

Page 82: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

vii

TABEL 1.1 PEMBAGIAN KECAMATAN DI KABUPATEN WONOSOBO I-12

TABEL 1.2 JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KABUPATEN

WONOSOBO SAMPAI AKHIR TAHUN PERENCANAAN 2029 I-13

TABEL 1.3 KEJADIAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2006 I-15

TABEL 1.4 JUMLAH TEGAKKAN DAN PENEBANGAN HUTAN RAKYAT

KABUPATEN WONOSOBO 2006 I-16

TABEL 1.5 KEGIATAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN WONOSOBO I-18

TABEL 3.1 HIRARKI KOTA DAN FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM

RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN

WONOSOBO III-5

TABEL 3.2 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN TAHUN

2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI

KABUPATEN WONOSOBO III-32

TABEL 3.3 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN TAHUN

2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI

KABUPATEN WONOSOBO III-34

TABEL 3.4 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN TAHUN

2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI

KABUPATEN WONOSOBO III-36

TABEL 3.5 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PEREKONOMIAN TAHUN

2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2029 DI KABUPATEN

WONOSOBO III-38

TABEL 4.1 PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN WONOSOBO IV-27

TABEL 4.2 PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO

DIPERINCI PER KECAMATAN IV-37

TABEL 6.1 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN VI-3

TABEL 7.1 ARAHAN ZONASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN

WONOSOBO VII-21

TABEL 7.2 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG VII-36

Page 83: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

viii

GAMBAR 3.1. TREND TRANSPORTASI WILAYAH III-10

GAMBAR 3.2. PELAYANAN ANGKUTAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO III-13

GAMBAR 3.3. NERACA AIR III-25

GAMBAR 7.1 DIAGRAM MEKANISME PERIZINAN TERKAIT

PENGENDALIAN POLA RUANG VII-35

Page 84: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

ix

PETA P - 1. PETA ORIENTASI KABUPATEN WONOSOBO TERHADAP PROVINSI

JAWA TENGAH

PETA P - 2. PETA BATAS ADMINISTRASI KABUPATEN WONOSOBO

PETA P - 3. PETA PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO

PETA P - 4. PETA RAWAN BENCANA LONGSOR KABUPATEN WONOSOBO

PETA P - 5. PETA RAWAN BENCANA ANGIN TOPAN DAN GAS BERACUN

KABUPATEN WONOSOBO

PETA P - 6. PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN WONOSOBO

PETA P - 7. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN

WONOSOBO

PETA P - 8. PETA RENCANA JARINGAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN

WONOSOBO

PETA P - 9. PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO

PETA P - 10. PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KAWASAN KABUPATEN

WONOSOBO

PETA P - 11. PETA JARINGAN JALAN EKSISTING

PETA P - 12. PETA JARINGAN PRASARANA EKSISTING

PETA P - 13. PETA JENIS TANAH

PETA P - 14. PETA GEOLOGI

PETA P - 15. PETA CURAH HUJAN

PETA P - 16. PETA KEMIRINGAN LERENG

PETA P - 17. PETA KAWASAN HUTAN

Page 85: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-1

1.1 LATAR BELAKANG

Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten berisikan rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang, baik yang bersifat internal maupun eksternal wilayah dalam

mewujudkan tujuan pembangunan di suatu wilayah kabupaten. Faktor-faktor tersebut

menjadi sangat fundamental ketika berhadapan dengan sistem peradaban baru yang

berlaku dalam masyarakat, sehingga membutuhkan pendekatan baru pula dalam pola

pembangunannya.

Kondisi pemanfaatan dan pengelolaan dari rencana tersebut, bisa mengalami

berbagai kemungkinan perubahan kondisi-kondisi yang menyangkut faktor internal dan

eksternal wilayah, serta kekurangsesuaian dalam pemanfaatan rencana dan pengendalian

sehingga terjadi penyimpangan. Kondisi ini memerlukan tindak lanjut dari kegiatan evaluasi

pemanfaatan RTRW.

Kinerja penataan ruang tidak hanya dipengaruhi faktor internal wilayah dan kualitas

rencana dan ketepatan tata cara pemanfaatan, tetapi juga faktor eksternal seperti adanya

paradigma baru dalam pembangunan atau penataan ruang nasional, perubahan peraturan

dan rujukan baru. Oleh karena itu, penyempurnaan tata ruang dilakukan dengan tetap

memperhatikan faktor eksternal wilayah.

Kabupaten Wonosobo secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah

dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang sangat baik untuk pertanian. Dalam sejarah

perkembangan kawasan, sejak lama kawasan ini diproyeksikan sebagai kawasan produksi

pertanian. Wajar jika kemudian sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga

kerja paling dominan. Namun dalam perkembangannya kegiatan pertanian terutama di

daerah atas mengakibatkan ancaman erosi yang cukup besar. Selain itu, perkembangan

pusat Kota Wonosobo yang sudah mulai jenuh dan menyebar ke arah luar kota

membutuhkan antisipasi dalam kegiatan pembangunannya, karena akan mengakibatkan

perubahan penggunaan lahan di wilayah penyebaran pusat kota tersebut. Selain itu terdapat

beberapa perkembangan lain yaitu pemekaran wilayah Kabupaten Wonosobo dari 13

kecamatan menjadi 15 kecamatan dengan penambahan yaitu Kecamatan Sukoharjo dan

BAB I

Page 86: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-2

Kecamatan Kalibawang. Selain itu, terdapat pula perkembangan-perkembangan lain yang

membutuhkan perhatian dalam kegiatan penataan ruang.

Faktor eksternal yang melatarbelakangi revisi Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Wonosobo ini yaitu perubahan ketentuan hukum penataan ruang dari Undang-

Undang No 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang menjadi Undang-Undang No 26

Tahun 2007. Perubahan undang-undang ini mencakup perubahan subtansi materi yang

harus diwadahi dalam suatu rencana tata ruang. Mengingat penyusunan RTRW Kabupaten

Wonosobo disusun jauh sebelum dikeluarkan UU No 26 Tahun 2007 tersebut, maka

terdapat beberapa materi yang belum sesuai dengan materi yang terdapat dalam undang-

undang tersebut.

Untuk produk RUTRD Kabupaten Wonosobo sendiri disusun tahun 1991 dengan

tahun perencanaan 1991-2001 yang kemudian ditegaskan fungsi hukumnya dengan Perda

No 11 Tahun 1996 tentang RUTRD Kabupaten Wonosobo. Setelah itu, disusun produk

rencana yang baru yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo tahun 2003.

Tetapi rencana ini tidak memiliki dasar hukum yang kuat karena belum diperdakan,

sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam kegiatan penataan ruang di

Kabupaten Wonosobo.

Jangka waktu perencanaan RUTRD Kabupaten Wonosobo telah lewat, maka perlu

dilakukan proses evaluasi dan revisi terhadap RUTRD Kabupaten Wonosobo Tahun 1991-

2001. Dasar pelaksanaan evaluasi dan revisi menggunakan RUTRD Kabupaten Wonosobo

Tahun 1991-2001, karena RUTRD ini merupakan RUTRD yang telah diperdakan.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo pada Tahun Anggaran

2007 ini mengadakan Review Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) Kabupaten

Wonosobo. Dengan review RUTRD Kabupaten Wonosobo ini diharapkan dapat disusun

suatu produk rencana yang dapat menanggapi dan mengantisipasi perkembangan

pembangunan wilayah Kabupaten Wonosobo, sehingga diharapkan bisa lebih tepat dan

lebih sesuai untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan di

Kabupaten Wonosobo.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Wonosobo mewujudkan

ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa

berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan

acuan dalam program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Page 87: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-3

1.2.2 Sasaran

Sasaran dari dilakukannya Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan yang merupakan upaya

pemanfaatan ruang secara optimal.

b. Mengarahkan pembangunan yang lebih tegas dalam rangka upaya

pengendalian pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik secara teratur baik

kualitas maupun kuantitasnya.

c. Memberikan kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang. Rasa kepastian

hukum merupakan salah satu faktor penting dalam merangsang partisipasi

masyarakat.

d. Terkendalinya pembangunan wilayah kabupaten dengan baik yang dilakukan

oleh pemerintah maupun oleh masyarakat..

e. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan budaya.

f. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program pembangunan.

g. Terdorongnya minat investasi masyarakat dunia usaha.

h. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup penyusunan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Wonosobo ini

yaitu seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo dibagi dalam 15 wilayah kecamatan yang

terdiri dari 265 desa/ kelurahan dengan luas total wilayah keseluruhan 98.468 ha.

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

1 Wadaslintang : 12 716 ha

2 Kepil : 9 387 ha

3 Sapuran : 7 772 ha

4 Kalibawang : 4 782 ha

5 Kaliwiro : 10 008 ha

6 Leksono : 4 407 ha

7 Sukoharjo : 5 429 ha

8 Selomerto : 3 971 ha

9 Kalikajar : 8 330 ha

10 Kertek : 6 214 ha

11 Wonosobo : 3 238 ha

12 Watumalang : 6 823 ha

13 Mojotengah : 4 507 ha

Page 88: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-4

14 Garung : 5 122 ha 15 Kejajar : 5 762 ha

Adapun batas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang

Sebelah timur : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang

Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen

Sebelah barat : Kabupaten Banjamegara dan Kabupaten Kebumen

1.3.2 Ruang Lingkup Waktu

Dimensi waktu perencanaan mencakup 20 tahun yang akan datang dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2031.

1.3.3 Ruang Lingkup Materi

RTRW Kabupaten Wonosobo ini merupakan produk rencana tata ruang yang

berisikan rumusan tentang arahan pengembangan dan pemanfaatan ruang dalam jangka

waktu 20 (dua puluh) tahun. Ruang lingkup materi penyusunan RTRW Kabupaten

Wonosobo ini meliputi:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di

wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan

prasarana wilayah kabupaten;

c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung

kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten;

d. Penetapan kawasan strategis kabupaten;

e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program

utama jangka menengah lima tahunan; dan

f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi

peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta

arahan sanksi

1.4 PENGERTIAN, ASAS DAN PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RENCANA TATA

RUANG WILAYAH KABUPATEN

1.4.1 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan produk perencanaan tata ruang pada

tingkat yang paling tinggi, yang disusun dengan kriteria perencanaan sebagai berikut :

Page 89: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-5

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara

termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan

makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem Prasarana dan

sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang

secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia

yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola

ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

9. Pemanfaatan ruang adalah upaya mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai

dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta

pembiayaannya.

10. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya mewujudkan tertib tata ruang sesuai

dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

11. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo yang selanjutnya disingkat RTRW

Kabupaten Wonosobo adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten

Wonosobo.

13. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ atau

aspek fungsional.

14. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan

pelayanan pada tingkat wilayah.

Page 90: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-6

15. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten.

16. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

17. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah pusat pelayanan

kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL.

18. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

19. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

20. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

kabel.

21. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan.

23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan.

24. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

25. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan

pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber

daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki

keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

26. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan

dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Page 91: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-7

27. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) adalah wilayah yang memiliki potensi

sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan

peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi

produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta

tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budi daya maupun kawasan

lindung.

28. Kawasan Suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan

maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai

wilayah sistem penyangga kehidupan.

29. Cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa

kesatuan atau kelompok,atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan

mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap

mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta benda

alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan.

30. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang

digunakan untuk kepentingan pertahanan.

31. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan

negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/ atau

lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

32. Kawasan strategis provinsi yang selanjutnya disebut KSP adalah wilayah yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.

33. Kawasan strategis kabupaten yang selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup kabupaten/ kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.

34. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan

ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

35. Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

Page 92: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-8

36. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang

penataan ruang.

37. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum

adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam

penyelenggaraan penataan ruang.

38. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

39. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah

badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mempunyai fungsi membantu tugas

Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

1.4.2 Asas Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penyusunan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Keterpaduan

b. Keserasian, keselerasan dan keseimbangan

c. Keberlanjutan

d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan

e. Keterbukaan

f. Kebersamaan dan kemitraan

g. Perlindungan kepentingan umum

h. Kepastian hukum dan keadilan

i. Akuntabilitas

Dalam masing-masing asas tersebut terdapat arti dan makna yang berbeda.

Penjelasan arti dari masing-masing asas adalah sebagai berikut:

Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas

wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara lain,

adalah Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola

ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,

Page 93: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-9

keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung

lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.

Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang

terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang

berkualitas.

Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan

memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.

Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan

dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Pelindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.

Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan

perundangundangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan

mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan

kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.

Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat

dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.

1.4.3 Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

a. Penyusunan RTRW Kabupaten diawali dengan kegiatan evaluasi, mengingat

RUTRD Kabupaten tahun sebelumnya yang telah habis masa perencanaannya

sehingga perlu dievaluasi dan disempurnakan. Kegiatan evaluasi dan

penyempurnaan ini merupakan satu kesatuan langkah yang tidak dapat

dipisahkan.

b. Evaluasi RUTRD Kabupaten akan merekomendasikan tiga kemungkinan sebagai

berikut:

1. Tidak perlu dilakukan perubahan karena masih valid untuk digunakan

sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

Page 94: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-10

2. Perlu penyepurnaan sebagian karena beberapa bagian kawasan telah

mengalami perubahan fungsi.

3. Perlu penyusunan total atau disusun ulang, karena RTRW yang ada tidak

dapat lagi digunakan sebagai pedoman pembangunan khususnya dalam hal

pengendalian pemanfaatan ruang kota.

c. Dalam kegiatan penyempurnaan ini harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Kegiatan penyempurnaan yang dilakukan berusaha memperhatikan

fleksibilitas dan kedinamisan RTRW, sehingga dapat mengantisipasi berbagai

permasalahan pengembangan yang akan muncul, serta dapat

mengendalikan tingkat devisiasi (penyimpangan) sehingga tidak terpisahkan

dari tipe kemampuan tumbuh dan berkembangnya wilayah kabupaten serta

pola wilayah kabupaten itu sendiri.

2. Fleksibilitas dan kedinamisan yang dimaksud harus memperhatikan asas

manfaat, pemerataan antar wilayah di kabupaten atau antara wilayah

kabupaten dengan wilayah kabupaten sekitar serta dengan wilayah yang

lebih besar yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah.

3. Kegiatan penyempurnaan berusaha untuk dapat memfungsikan RTRW agar

dapat menampung perkembangan dan dinamika kegiatan ekonomi

masyarakat kota yang relatif sangat cepat.

1.5 DASAR HUKUM

Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo ini

didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 perubahan kedua;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Diundangkan

pada tanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Page 95: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-11

2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara

Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5160);

8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Nomor 28).

1.6 PROFIL WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO

1.6.1 Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/

kota di Propinsi Jawa Tengah. Terletak antara 7°.43'.13" dan 7°.04'.40" garis lintang

selatan (LS) serta 109°.43'.19" dan 110°.04'.40" garis bujur timur (BT), pada ketinggian 250 -

2.250 dari permukaan laut. Wonosobo berada di tengah wilayah Jawa Tengah, pada jalur

utama yang menghubungkan Cilacap - Banjarnegara - Temanggung - Semarang dari

Purwokerto - Yogyakarta lewat Secang Magelang. Karena letaknya di persimpangan jalur

tersebut, Wonosobo merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata di Jawa Tengah-DIY.

Selain itu, karena berada diantara pusat-pusat pengembangan industri, yaitu Wonosobo,

Surakarta dan Cilacap, Wonosobo merupakan hinterland, yang akan diterjemahkan

sebagai potensi ekonomi yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi daerah dan

kesejahteraan masyarakat.

Batas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

Page 96: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-12

Sebelah utara : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Batang

Sebelah timur : Kabupaten Temanggung dari Kabupaten Magelang

Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen

Sebelah barat : Kabupaten Banjamegara dan Kabupaten Kebumen

Setelah adanya pemekaran wilayah kecamatan, saat ini Kabupaten Wonosobo terdiri

dari 15 kecamatan, dengan jumlah desa/ kelurahan yang semula 264 menjadi 265 pada

tahun 2005 yang terdiri dari 236 wilayah desa dan 29 wilayah kelurahan. Untuk lebih jelasnya

pembagian kecamatan di kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 1.1 PEMBAGIAN KECAMATAN DI KABUPATEN WONOSOBO

No Kecamatan Luas (ha)

Persentase Desa Kelurahan Jumlah desa

dan kelurahan

1 Wadaslintang 12 716 12,91 16 1 17

2 Kepil 9 387 9,53 20 1 21

3 Sapuran 7 772 7,89 16 1 17

4 Kalibawang 4 782 4,86 8 - 8

5 Kaliwiro 10 008 10,16 20 1 21

6 Leksono 4 407 4,48 13 1 14

7 Sukoharjo 5 429 5,51 17 - 17

8 Selomerto 3 971 4,03 22 2 24

9 Kalikajar 8 330 8,46 18 1 19

10 Kertek 6 214 6,31 19 2 21

11 Wonosobo 3 238 3,29 7 13 19

12 Watumalang 6 823 6,93 15 1 16

13 Mojotengah 4 507 4,58 16 3 19

14 Garung 5 122 5,20 14 1 15

15 Kejajar 5 762 5,85 15 1 16

Jumlah 2005 98 468 100,00 236 29 265

Sumber: Kabupaten Wonosobo Dalam Angka Tahun 2006

1.6.2 Kependudukan

1.6.2.1 Rencana Proyeksi dan Kepadatan Penduduk

Pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031 proyeksi penduduk Kabupaten

Wonosobo diproyeksikan sebesar 930.628 jiwa. Jumlah penduduk yang direncanakan paling

banyak berada di Kecamatan Kertek yaitu sejumlah 87.464 jiwa dan Kecamatan Wonosobo

dengan jumlah penduduk sebanyak 78.039 jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk

terendah direncanakan di Kecamatan Kalibawang dengan jumlah penduduk 40.751 jiwa.

Kepadatan penduduk sampai akhir tahun perencanaan dengan kepadatan tinggi berada di

Page 97: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-13

Kecamatan Wonosobo dengan kepadatan penduduknya sebanyak 2.410 jiwa/km2 dan

kepadatan terendah direncanakan di Kecamatan Wadaslintang dengan kepadatan

penduduk 479 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk sampai

akhir tahun perencanaan tahun 2031 secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut :

TABEL 1.2 JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KABUPATEN WONOSOBO SAMPAI

AKHIR TAHUN PERENCANAAN 2031

No

Kecamatan

Rencana Jumlah Penduduk

(jiwa)

Rencana Kepadatan Penduduk

(jiwa/Km2)

1 Wadaslintang 60.961 479

2 Kepil 73.912 787

3 Sapuran 58.541 753

4 Kalibawang 40.751 852

5 Kaliwiro 55.601 556

6 Leksono 47.838 1086

7 Sukoharjo 36.008 663

8 Selomerto 53.252 1341

9 Kalikajar 75.021 901

10 Kertek 87..464 1408

11 Wonosobo 78.039 2410

12 Watumalang 66.428 974

13 Mojotengah 76.220 1691

14 Garung 65.124 1271

15 Kejajar 55.468 963

Jumlah 930.628 945

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2008

1.6.2.2 Arahan Distribusi Penduduk

Arahan distribusi penduduk dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :

Arahan pemanfaatan ruang

Arahan pemanfaatan ruang akan banyak mempengaruhi arahan distribusi

penduduk, peruntukan ruang sebagai pusat kegiatan pelayanan akan diarahkan

kepadatan penduduknya secara maksimal sesuai hasil proyeksi, namun pada

wilayah yang peruntukannya seperti untuk kegiatan budidaya diharapkan

distribusi penduduknya didapat sesuai dengan hasil proyeksi penduduk tahun

perencanaan namun untuk kawasan yang diarahkan untuk kawasan lindung

akan justru dikendalikan walaupun kondisi saat ini sudah mengarah menuju

kepadatan tinggi.

Arahan pengembangan wilayah

Page 98: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-14

Arahan pengembangan wilayah menjadi salah satu hal yang perlu

dipertimbangkan dalam arahan distribusi penduduk karena arahan

pengembangan wilayah secara otomatis akan mendorong penyediaan fasilitas

pelayanan dan infrastruktur yang akan menarik perkembangan permukiman.

Kondisi lahan

Kondisi lahan ini antara lain adalah kondisi wilayah termasuk rawan bencana,

rawan longsor, rawan banjir, dan lainnya. Pada kondisi lahan yang demikian ini

tidak diarahkan untuk kepadatan tinggi bahkan perlu untuk dikendalikan meski

berdasarkan kondisi saat ini dan hasil proyeksi menunjukkan kepadatan tinggi.

Kondisi topografi wilayah

Arahan distribusi dan kepadatan penduduk dalam hal ini juga harus

mempertimbangkan kondisi topografi wilayah.

Berdasarkan pertimbangan beberapa faktor di atas arahan distribusi penduduk di

wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :

Arahan distribusi dan kepadatan penduduk tinggi diarahkan di wilayah

Kecamatan Kertek, Wonosobo, Mojotengah, Kalikajar, Kepil, dan Watumalang.

Arahan kebijakan pengendalian jumlah penduduk direncanakan terutama di

kawasan Dieng terutama di Kecamatan Garung dimana kawasan tersebut secara

fisik merupakan daerah rawan bencana sebagai akibat pemanfaatan lahan yang

berlebihan sebagai budidaya.

Wilayah di luar arahan kepadatan tinggi dan wilayah yang termasuk dikendalikan

kepadatannya diarahkan sebagai wilayah dengan kepadatan sedang

(Kecamatan Sukoharjo, Leksono, dan Kaliwiro).

1.6.3 Keadaan Bencana Alam

Bencana alam merupakan fenomena alam yang sering terjadi di suatu daerah.

Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor alam maupun non alam. Beberapa kejadian

bencana yang sering terjadi di Kabupaten Wonosobo antara lain banjir, angin ribut, longsor,

kekeringan dan kebakaran. Kejadian bencana yang cukup sering terjadi di Kabupaten

Wonosobo yaitu longsor yang meliputi 27 kejadian pada tahun 2006. Untuk lebih jelasnya

kejadian bencana alam di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 99: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-15

TABEL 1.3 KEJADIAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2006

NO. KECAMATAN BANJIR ANGIN RIBUT

LONGSOR KEKERINGAN HAMA

TANAMAN KEBAKARAN

1. Wadaslintang - - 8 2 - -

2. Kepil - - - - - 1

3. Sapuran - 1 1 - - -

4. Kalibawang - - 2 2 - -

5. Kaliwiro - - 5 2 - 2

6. Leksono - - - 2 - 2

7. Sukoharjo - - - - - 1

8. Selomerto - - - - - 3

9. Kalikajar - 5 1 2 - -

10. Kertek - 1 - 2 - 1

11. Wonosobo - - 6 - - 1

12. Watumalang - - 3 - - -

13. Mojotengah 1 - - - - 5

14. Garung - - 1 1 - -

15. Kejajar - - - - - -

Jumlah 2006 1 7 27 13 - 16

2005 3 57 5 - - 31

2004 5 12 46 - - 27

2003 9 14 59 - - 27

Sumber: Kabupaten Wonosobo dalam Angka, 2006

1.6.4 Kondisi Sumber Daya Alam

1.6.4.1 Kehutanan

Pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Wonosobo

mempunyai peran dalam menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup,

mendukung penyediaan lapangan kerja, penyediaan bahan baku industri dan penyediaan

bahan ekspor non migas sehingga diharapkan dapat mewujudkan peningkatan

kesejahteraan bagi masyarakat. Secara umum kawasan hutan di Kabupaten Wonosobo

dibedakan menjadi hutan negara dan hutan rakyat.

1. Hutan Negara adalah hutan yang kepemilikan dan pengelolaannya dilakukan oleh

negara/ pemerintah dalam hal ini Perum Perhutani. Hutan negara yang terdapat di

Kabupaten Wonosobo memiliki luas 18888,12 ha yang dikelola oleh KPH Kedu Utara

yang terdiri dari hutan hutan lindung 3.981 Ha, hutan suaka alam wisata 42,00, hutan

produksi tetap 6.095 Ha, dan hutan produksi terbatas 9.610 Ha.

2. Hutan Rakyat merupakan hutan yang pemilikan dan pengelolaannya oleh rakyat. Luas

areal potensial pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Wonosobo yaitu berjumlah

19.185 Ha. Berikut adalah tabel jumlah tegakkan dan penebangan hutan rakyat

Kabupeten Wonosobo tahun 2008.

Page 100: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-16

TABEL 1.4 JUMLAH TEGAKKAN DAN PENEBANGAN HUTAN RAKYAT

KABUPATEN WONOSOBO

NO KECAMATAN

LUAS HUTAN

RAKYAT (HA)

JUMLAH PEMILIK

JUMLAH TEGAKAN (BATANG) JUMLAH PENEBANGAN TEGAKAN (M3)

albasia mahoni suren jemitri akasia jati Lain2 albasia mahoni suren jemitri akasia jati lain2

1 Kaliwiro 1.729 13.311 1.634.900 640.000 202.850 86.550 - - 213.550 205.927 14.045 1.577 757 - - 2.388

2 Mojotengah 790 3.958 321.066 2.090 36.502 8.172 9.114 - 62.478 7.415,7 - 1.010,4 77 49 - 185

3 Leksono 2.083,00 7081 872.797 40.942 48.758 699 - 870 72.736 1.508 1.516 44 - 60

4 Watumalang 1409 6054 378.720 - 12957 - 3.625 302.400 1720 - 22,5 - 200 30

5 Sukoharjo 2061 5747 808.200 98.780 143.710 - - 1055630 114910 40.406 2910 4035 - - 0 5740

6 Kejajar 106,000 750 - - 8.450 - 41430 - 620250 - - - - - - 11265

7 Selomerto 281 3178 3.393 - 795 - - 870 1660 999 - 209 - - - 296

8 Wonosobo 314 516 34.570 3.129 3.340 1868 - - 3215 - - - - - - -

9 Sapuran 2572 8513 1.528.202 203.930 110.260 15666 - - - 152.821 20394 11027 1567 - - -

10 Kalikajar 692 1811 206.627 24.307 4.839 7289 - - - 4.063 25 - - - - -

11 Garung 169 3023 139.565 3.865 120.360 1626 72500 - 30954 420 - 24,2 2 - - 36

12 Kalibawang 1802 5125 427.946 92.292 98.192 - - - - 1.791 1172 - - - - -

13 Kertek 105 694 17.000 - 35.000 - 21500 - 102250 - - - - - - -

14 Wadaslintang 2570 13730 539.789 184.554 6.361 50797 66155 171670 28805 12.921 - 7171 - 837 - 15094

15 Kepil 2402 13956 2.588.880 475.950 68.825 1850 1500 - 315855 258.434 6675 3702 - - - 5406

Jumlah 19.085 87.447 9.501.655 1.769.839 901.199 174.517 215824 1228170 1.797.197 759.654 46.729 30.294 2.447 1086 0 40.500

Sumber: Kabupaten Wonosobo dalam Angka, 2008

Page 101: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-17

Berdasarkan data distribusi hasil hutan (kayu) dari hutan rakyat tahun 2008, dapat

diketahui hasilnya berupa albasia, mahoni, jati, pinus, dan lain-lain. Pada periode Januari-

Desember tahun 2008 jumlah pendistribusian kayu bulat paling besar adalah albasia dengan

jumlah 20.145,094 m3 sedangkan kayu olahan juga albasia dengan jumlah 92.586,539 m3.

Jumlah ekspor kayu olahan albasia juga paling besar yaitu 65.894,0714 m3 sedangkan

pinus dengan jumlah 1.943,7066 m3. Kayu olahan albasia dan pinus diekspor ke negara

Japan, Hongkong, Taiwan, China, Germany, Spain, Inggris, USA, Netherlands, Korea,

Australia, Singapore.

1.6.4.2 Pertambangan

Kegiatan pertambangan di Kabupaten Wonosobo hanya ada pada beberapa

kecamatan, yaitu di Wadaslintang, Sapuran, Kaliwiro, Leksono, Selomerto, Kertek,

Watumalang, Garung dan Kejajar dengan jenis tambang trass, batu belah, lempung, kaolin,

batu gamping, bentonit, andesit, asbes muda, sirtu, kwarsa, zaolit dan tanah urug. Kegiatan

ini dilakukan oleh individu dengan status kepemilikan tanah pertambangan berupa milik

sendiri, sewa dan termasuk wilayah sungai. Penambangan dengan status individu ini

(berizin/ tidak berizin) dilakukan di satu tempat sehingga menyebabkan kerusakan

lingkungan pada satu daerah terlihat luas. Berikut merupakan data kegiatan pertambangan

di Kabupaten Wonosobo:

Page 102: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-18

TABEL 1.5 KEGIATAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN WONOSOBO

KECAMATAN Nama Bahan

Galian Lokasi

Tebal Lapisan Penutup

Potensi Kawasan Cara Penambangan Jarak

Volum Tenaga Perhutani Lindung Milik

Wadaslintang Tras Ds. Gumelar - 30,000 8 x 104 - - x

tambang terbuka (pit type sistem)

13 Km kearah utara

Batu Belah Ds. Besuki - 90,000 2,3 x 105 - - x pemecahan

langsung 10 Km kearah

utara

Batu Belah Ds. Somagede - 160,000 4 x 105 - - x pemecahan

langsung 6 Km

Batu Belah Ds . Besuki 1m 3 x 104 8 x 104 - - x (sit hill type system) ± 10 Km kearah

laut

Lempung Ds. Sumberrejo - - - - - x pit type system 8 Km

Kaolin Ds. Kalicadap 2 m 6.4 x

105 1.5 x 106 - - x pit type system 15 Km kearah

barat laut

Batu gamping Ds. Karanganyar - 1.25 x

103 3 x 103 - - x Top / side hilltype

system 5 Km kearah

utara

Batu gamping Ds. Erorejo - 9 x 102 2.3 x 103 - - x Top / side hilltype

system 8 Km Kearah

selatan

Bentonit Ds. Kalidadap - - - - - - pit type system

13 Km kearah barat laut

Kepil -

Sapuran

Andesit Ds. Dempel 7 m 50,000 1.3 x 105 - - x

tambang terbuka (site hill type

system) 8 Km

Batu Belah ( Batu Kali) Ds. Sindupaten

Bentonit Ds. Karang sembung - 4.5x 104 1.2x 105 - - x Pit type system

7.5 km ke selatan

Bentonit Ds. Karang sembung - 1 x104 2.6 x 104 - - x Pit type system 7 Km ke arah

selatan

Bentonit 1 meter sedikit - - - x 10 Km kearah barat

Page 103: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-19

KECAMATAN Nama Bahan

Galian Lokasi

Tebal Lapisan Penutup

Potensi Kawasan Cara Penambangan Jarak

Volum Tenaga Perhutani Lindung Milik

Kalibawang -

Kaliwiro Pasir (Tras) Ds. Pesodongan - 30,000 8 x 104 - - x

tambang terbuka (pit type sistem)

17 Km kearah barat

Sirtu Sungai Ds.Pesodongan - - - - - x pemecahan

langsung 12 Km kearah

utara

Tras Ds. Pesodongan 2 - 3 m 3 x 104 7 x 104 - - x (site hill type

system) ± 17 Km kearah

laut

Tanah Urug Ds. Ngadisono - 2 x 105 3.6 x 105 - - x

tambang terbuka (side hill type

system) ± 4 Km kearah

selatan

Tanah Urug Ds. Kaliwiro - 3 x 105 5.5 x 105 - - x

tambang terbuka (side hill type

system) ± 5 Km kearah

selatan

Lempung Ds. Kaliwiro - 45 x 103 1.1 x 105 - - x pit type system 2 Km keselatan

Lempung Ds. Gumelan - - - - - x pit type system 11.5 Km ke

arah Timur Laut

Kaolin Ds. Lebak - sedikit - - - x pit type system ± 10 Km ke barat daya

Batu gamping Ds. Purwosari - 3 x 105 7.8 x 105 - - x Top / side hilltype

system 13 Km kearah

barat laut

Batu gamping Ds. Kaliguwo - 5 x 104 1.3 x105 - - x Top / side hilltype

system 8 Km kerah

selatan

Bentonit Ds. Lebak 2 m 4 x 104 1.5 x 105 x - x Top / side hilltype

system 8 Km kearah

barat

Asbes muda Ds. Pesodongan - 3 x 105 - - - x pit type system 14 Km kearah

barat laut

Tanah Urug Ds. Ngaliyan - 8 x 105 1.4 x 105 - - x

tambang terbuka (side hill type

system) ± 10 Km ke

selatan

Leksono Sirtu Ds. Sojokerto

10.5 x 104 1.9 x 105 - x

tambang terbuka (side hill type

± 1.5 Km kearah timur

Page 104: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-20

KECAMATAN Nama Bahan

Galian Lokasi

Tebal Lapisan Penutup

Potensi Kawasan Cara Penambangan Jarak

Volum Tenaga Perhutani Lindung Milik

system)

Lempung gerabah Ds . Bawangan - 9 x 104 2.2 x 105 - - x pit type system

5 Km ke arah selatan

Lempung gerabah Ds. Leksono - 3 x 105 7.5 x 105 - - x pit type system

300 Km kearah timur

Sukoharjo -

Selomerto

Batu Belah ( Batu S. Made) Ds. Karang rejo -

4.9 x 105 1.3 x 106 - - x

Pemecahan langsung

5 Km kearah timur

Kalikajar -

Kertek Batu Kali (Sirtu S. Begaluh) Ds. Maduretna - 350,000 6.3 x 105 - - x

Pemecahan Langsung 1 Km

Sirtu Vulkanik Kp. Gondang Ds. Candimulya 1 - 2 m 3 x 106 5.4 x 106 - - x

tambang terbuka(side hill

type system) ± 6 Km kearah

utara

Wonosobo -

Watumalang Tras

Kp. Pagelangan Ds. Bimangun - 750,000 1.7 x 106 - - x

tambang terbuka (pit type sistem)

10 km kearah timur

Kwarsa Kp. Lamuk jurang Ds. Kaliguwo - - - - - x pit type system

tufaoadat ( Zaolit)

Kp. Tripis Ds. Watumalang - - - - - x pit type system

12 Km kearah timur

Mojotengah -

Garung Tras

Kp. Kesemeng Ds. Kesemeng 1 - 3 m

12 x 104 2.8 x 105 - - x

( Side Hill Type System) ± 8 Km

Kejajar

Andesit Kp. Wadasputih Ds. Wadasputih Tipis 7 x 106 1,8 x 107 - - x

tambang terbuka(side hill

type system) 3 Km kearah

utara

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Page 105: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-21

Berdasarkan peta potensi penyebaran bahan mineral logam, bukan logam, batuan

dan batubara di Kabupaten Wonosobo beberapa potensi bahan tambang yang terdapat di

Kabupaten Wonosobo antara lain Andesit (Kejajar, Watumalang, Mojotengah, Garung), batu

belah, batu gamping (Sukoharjo dan Watumalang), bentonit (Kalibawang), Sirtu (Kertek,

Kalikajar, Kaliwiro dan Wadaslintang), Tanah liat/ lempung (Kaliwiro) dan tras (Watumalang,

Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kalibawang). Selain itu juga terdapat

pertambangan panas bumi di Dieng.

1.6.5 Kondisi Ekonomi Potensial

(1) Sektor Pertanian

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Produksi unggulan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang

menjadi unggulan Kabupaten Wonosobo antara lain berupa kentang, salak

pondoh, carica, bunga potong, dan labu siam.

Perkebunan

Produksi unggulan sub sektor perkebunan dengan bidang usaha

pengembangan tanaman yaitu nilam, kopi arabika, kakao, kelapa, panili,

empon-empon.

Kehutanan

Memanfaatkan kawasan hutan produksi yang cukup luas untuk mendukung

fungsi kawasan lindung, dengan mengarahkan sistem pengambilan hasil hutan

yang tetap menjaga ekosistem dan ekologi wilayah serta tidak merusak

lingkungan yang ada.

Peternakan

Produksi unggulan dari sub sektor peternakan berupa domba texel (Kecamatan

Kalikajar, Kejajar, Garung, dan Kertek), kambing PE (Kecamatan Kaliwiro,

Sukoharjo, Watumalang, dan Leksono), dan sapi potong (Kecamatan Kertek,

Watumalang, Sukoharjo, dan Leksono).

Perikanan

Produksi unggulan dari sub sektor perikanan dengan kegiatan budidaya

terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Jenis ikan yang

dibudidayakan berupa nila, lele, ikan mas, gurame, tawes, nilem, bawal,

grasscrap. Pada umumnya komoditas ikan yang dibudidayakan adalah nila,

mas, tawes, bawal, grasscrap, gurame dan lele. Selain itu ikan nila dapat

dijadikan komoditas ekspor. Jenis ikan lain yang sedang dalam pengembangan

Page 106: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-22

nelayan yaitu ikan betutu, karena ikan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi,

biasanya ikan ini banyak dihasilkan dari tangkapan waduk.

(2) Sektor Industri dan Perdagangan

Produksi unggulan dari sektor industri dan perdagangan berupa pande besi, gula

kelapa, minyak nilam, benang sutra, kayu olahan, dan teh hitam.

(3) Sektor Pariwisata

Melakukan promosi ke luar daerah guna menarik jumlah pengunjung yang

banyak dengan menerangkan tentang kondisi obyek wisata yang indah dan

aman.

Peningkatan jumlah usaha penunjang pariwisata meliputi usaha perhotelan,

penginapan, rumah makan, dan biro perjalanan/ traveling.

Peningkatan hubungan kerjasama wisata baik antar pemerintah maupun

swasta dan masyarakat serta memfasilitasi pengembangan pelaku kegiatan

usaha pariwisata sehingga pengembangan sektor pariwisata ke depan tidak

hanya tertuju pada obyek wisata namun faktor pendukung pariwisata lainnya

dapat sebagai wahana daya tarik lainnya bagi wisatawan.

1.6.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Wilayah

Potensi dan permasalahan di Kabupaten Wonosobo ini perlu dirumuskan untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan Kabupaten Wonosobo dalam mendukung

pengembangan wilayah secara luas. Potensi dan permasalahan akan ditinjau menurut

sektor kajian.

A. Sektor Fisik dan Sumber Daya Alam

Potensi

Terjadinya konversi lahan yang memungkinkan pengembangan potensi lahan

sebagai lahan terbangun dan berdaya jual tinggi, karena adanya peningkatan

aktivitas di dalamnya.

Sumber daya hutan yang menghasilkan kayu maupun non kayu memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah.

Sumber daya alam berupa galian mineral logam, bukan logam, batuan dan

batubara merupakan sumber pendapatan masyarakat setempat seperti

Andesit, Batu Belah, Batu Gamping, Bentonit, Sirtu, Tanah Liat/ Lempung dan

Trass.

Masih lestarinya sumber daya air tanah yang belum terkena degradasi

lingkungan dan masih dalam jumlah yang cukup yaitu 159 titik mata air.

Page 107: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-23

Jumlah kawasan hutan yang sudah memenuhi standar kebutuhan hutan yaitu

48,29 % dari keseluruhan luas DAS.

Permasalahan

Konversi lahan pertanian untuk kegiatan lain seperti permukiman, industri

maupun untuk kegiatan terbangun lainnya. Identifikasi perubahan penggunaan

lahan ini terutama terjadi di sepanjang jalur-jalur utama.

Pemanfaatan kawasan lindung untuk kawasan budidaya yang terutama terjadi

di kawasan atas. Kondisi ini apabila terus berlanjut akan mengakibatkan

berbagai bencana alam seperti tanah longsor dan banjir serta menurunnya

fungsi kawasan lindung sebagai media tata air.

Semakin berkembangnya usaha pertambangan yang selalu merubah bentang

alam dan mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya.

Belum pulihnya kondisi hutan di Kabupaten Wonosobo akibat penjarahan dan

pembakaran.

Tingkat pencemaran air permukaan cukup tinggi khususnya di daerah sungai.

Hal tersebut perlu diperhatikan karena penyebab pencemaran tertinggi bukan

dari sektor industri tetapi juga dari sektor rumah tangga.

B. Sektor Tata Ruang

Potensi

Lahan yang luas memungkinkan pengembangan-pengembangan kawasan

budidaya yang memberi kontribusi bagi penerimaan daerah. Masih luasnya lahan

dapat dikembangkan untuk sektor pertanian maupun untuk kegiatan-kegiatan non

pertanian. Berbeda dengan lahan di wilayah perkotaan, lahan di wilayah kabupaten

umumnya masih didominasi pada aktivitas perdesaan sehingga ketersediaan lahan

pengembangan di wilayah Kabupaten Wonosobo lebih mudah.

Permasalahan

Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga

mempersulit dalam pemerataan pembangunan.

Rendahnya pemanfaatan lahan bagi industri yang berbanding terbalik dengan

kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan perekonomian di wilayah

Kabupaten Wonosobo.

Disparitas/ kesenjangan wilayah yang terutama terlihat dari penyebaran

sarana dan prasarana wilayah.

Page 108: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-24

C. Kependudukan

Potensi

Jumlah penduduk yang terus tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata

selama periode 2007-2030 sebesar 0,8 % atau 0,008 merupakan potensi

sumber daya manusia yang akan dapat mengembangkan Kabupaten

Wonosobo, mengingat penduduk merupakan pelaku pembangunan yang

berperan sebagai obyek dan subyek pembangunan.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonosobo baik kepadatan bersih maupun

kepadatan kotor, merupakan tingkat kepadatan rendah dan sedang. Dengan

demikian masyarakat/ penduduk tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari

tempat tinggal dan tempat beraktifitas lainnya, karena tingkat kepadatan

penduduk yang rendah memiliki tingkat harga lahan yang relatif tidak tinggi.

Dari sisi struktur penduduk menurut usia, di Kabupaten Wonosobo sebagian

penduduknya berusia kerja (produktif). Kondisi ini memungkinkan

pengembangan Kabupaten Wonosobo oleh penduduk setempat.

Permasalahan

Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat

memberikan konsekuensi pada pemenuhan sarana dan prasarana wilayah.

Mayoritas penduduk Kabupaten Wonosobo masih terkonsentrasi di beberapa

kecamatan yang telah lebih dahulu berkembang, seperti Kecamatan

Selomerto, Kertek, Wonosobo, dan Mojotengah. Kondisi ini bila tidak segera

ditanggapi akan dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan perkembangan

antar kecamatan di Kabupaten Wonosobo.

Kualitas Sumber Daya Manusia yang masih rendah yang dapat dilihat dari

jumlah penduduk menurut pendidikan yang masih didominasi penduduk

lulusan SD (318.223 jiwa), tidak sekolah (59.887 jiwa) dan penduduk tidak

lulus SD (83.727 jiwa) atau 60,55% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten

Wonosobo.

Penyebaran penduduk yang tidak merata yang cenderung mengarah pada

kawasan perkotaan.

D. Sektor Ekonomi

Potensi

Page 109: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-25

Adanya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan nilai PDRB. Sektor/ sub sektor yang secara

kontinyu mengalami kenaikan nilai nominal produksi meskipun pada masa

krisis (atas dasar harga konstan) antara lain sub sektor perikanan, sub sektor

industri kecil, sub sektor industri rumah tangga, sektor listrik, gas dan air

minum, sub sektor pos dan telekomunikasi, sub sektor sewa bangunan, dan

sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga.

Nilai PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2006 adalah sebesar Rp

1.621.132,33 atas dasar harga konstan dengan pertumbuhan sebesar 3,23 %.

Adapun sektor-sektor yang memberikan kontribusi paling besar yaitu sektor

pertanian 49,09 %, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 11,74 %

dan sektor industri pengolahan sebesar 11,08 %. Sedangkan sektor-sektor

yang memiliki kontribusi relatif kecil terhadap nilai PDRB secara agregat

adalah sektor pertambangan dan penggali (0,72 %), sektor listrik, gas dan air

minum (0,70 %), sektor bangunan (4,04 %), sektor pengangkutan dan

komunikasi (5,86 %) serta sektor bank dan lembaga keuangan (6,12 %)

Sub sektor yang mampu memberikan kontribusi bagi pembentukan PDRB

pada tahun 2006 atas dasar harga konstan adalah sub sektor tanaman bahan

makanan (35,27 %), sub sektor perdagangan (10,57 %), sub sektor

pemerintahan (9,72 %). Sedangkan sub sektor yang memberikan kontribusi

terendah adalah sub sektor jasa penunjang angkutan (0,00 %), sub sektor jasa

penunjang telekomunikasi (0,00 %), sub sektor persewaan dan jasa

perusahaan (0,00 %).

Kemungkinan pengembangan sektor-sektor yang menunjukkan peningkatan

secara konsisten, yaitu :

Sektor pertambangan dan penggalian

Sektor perdagangan (sub sektor perdagangan besar/ eceran)

Sektor jasa

Pengembangan sektor unggulan yang memungkinkan tindakan investasi,

yaitu:

a. Sektor industri pengolahan dengan penekanan prioritas pada industri

rumah tangga, industri besar/ sedang dan industri kecil.

b. Sektor pertanian dengan penekanan pada pertanian bahan pangan dan

aspek peternakan dan perikanan serta ditekankan pada sistem pertanian

modern yang menghemat tenaga kerja.

Page 110: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-26

c. Sektor jasa-jasa dengan penekanan pada sub sektor pemerintahan dan

hankam serta sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga.

d. Sektor perdagangan dengan penekanan pada perdagangan besaran dan

eceran.

e. Sektor pengangkutan dan komunikasi dengan penekanan pada sub sektor

pos dan telekomunikasi dan sub sektor angkutan jalan raya.

f. Sektor listrik, gas dan air minum dengan penekanan pada pengembangan

sub sektor listrik dan air minum sebagai penunjang pengembangan wilayah

Kabupaten Wonosobo.

Permasalahan

Kebutuhan investasi yang cukup besar

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja sektor-sektor ekonomi yang

ada di wilayah Kabupaten Wonosobo diperlukan investasi hampir 200 milyar

rupiah. Bahkan mulai tahun 2006 kebutuhan investasi tersebut terus

meningkat.

Faktor keamanan yang kurang kondusif mengakibatkan rendahnya minat

investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Wonosobo.

E. Kelembagaan dan Keuangan

1. Kelembagaan

Potensi

Dengan dijiwai semangat otonomi daerah seperti telah ditetapkan dalam

UU No. 32 Tahun 2004, maka secara kelembagaan Kabupaten

Wonosobo memiliki potensi untuk lebih mandiri, lebih mampu

mengembangkan diri karena aparat pemerintah lokal lebih mengenali

potensi daerahnya.

Melalui lembaga kerja sama antar daerah dalam wilayah perbatasan

memungkinkan koordinasi dalam upaya pengoptimalan pengembangan

potensi wilayah perbatasan.

Persinggungan antar wilayah sebagai akibat dari terjadinya titik temu

aktivitas di wilayah-wilayah perbatasan memerlukan kerja sama antar

daerah. Selengkapnya bentuk dari kelembagaan antar daerah ini

disesuaikan dengan kesepakatan bersama antar wilayah yang

berbatasan, dengan tujuan kemajuan bersama. Kabupaten Wonosobo

Page 111: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-27

berbatasan dengan Batang, Kendal, Temanggung, Purworejo, Kebumen

dan Banjarnegara.

Adanya lembaga perencanaan yang sudah melakukan tugas dan

peranannya dengan baik meliputi Badan Perencanaan Daerah (Bappeda)

Kabupaten Wonosobo dan dinas teknis yang ada, untuk perencanaan

yang bersifat teknis (bukan spasial).

Permasalahan

Belum mengarahnya orientasi pada paradigma otonomi daerah yang

lebih menekankan pada optimalisasi pemanfaatan ruang secara efektif

dan efisien. Kegiatan pemanfaatan ruang meliputi penyusunan program

teknis, pelaksanaan teknis yang telah berjalan selama ini secara baik.

Pada tahap selanjutnya arah orientasi dapat mengikuti pada

kecenderungan paradigma otonomi daerah yang lebih menekankan pada

optimalisasi pemanfaatan ruang secara efektif dan efisien. Hal ini dalam

rangka mendukung kinerja sumber daya yang tesedia agar benar-benar

terarah pada tujuan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan wilayah.

Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak

terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang.

2. Keuangan

Potensi

Adanya sumber-sumber penerimaan keuangan yang bersifat

konvensional dan sumber-sumber yang bersifat non konvensional (non

tradisional), berpotensi tinggi untuk dikembangkan, seperti misalnya

betterment levies, development impact fees, ecsess condemnation,

obligasi, konsesi dan sebagainya

Adanya sumber modal bagi pembiayaan pembangunan

Dalam kaitan dengan sumber pembiayaan konvensional dan non

konvensional itu, maka haruslah dikenali terlebih dahulu tipologi

instrumen keuangannya. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan

pembangunan dapat diperoleh dari tiga sumber dasar :

1. Pemerintah /publik

2. Swasta/ private

3. Gabungan pemerintah dengan swasta

Page 112: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-28

Permasalahan

Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Wonosobo di masa mendatang

dalam kerangka otonomi daerah adalah bagaimana mengurangi dan

mengatasi kesenjangan antara kebutuhan investasi prasarana dan

pelayanan publik dengan relatif terbatasnya kemampuan keuangan

negara maupun daerah untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa

peluang dan potensi yang dimiliki oleh pemerintah daerah, khususnya

berkaitan dengan mobilisasi sumber penerimaan yang sudah

dimanfaatkan oleh pemerintah daerah umumnya masih bersifat

konvensional (tradisional), seperti misalnya pajak, retribusi dan pinjaman.

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN

Sistematika Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo ini

diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Pengertian

dan Prinsip Dasar, Ruang Lingkup, Profil Wilayah Kabupaten

Wonosobo, Dasar Hukum serta Sistematika Laporan.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

WILAYAH

Berisikan tentang tujuan penataan ruang Kabupaten Wonosobo yang

terdiri dari aspek fisik, sosial, ekonomi, sarana dan prasarana serta

sistem transportasi serta kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah

kabupaten

BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH

Berisikan tentang Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah yang meliputi

Rencana Pusat Pelayanan, Rencana Pengembangan Sistem Prasarana

Wilayah, dan Rencana Pengembangan Sarana Wilayah.

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Berisikan tentang pengelolaan dari Kawasan Lindung dan Kawasan

Budidaya si Kabupaten Wonosobo.

Page 113: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

I-29

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Berisikan penetapan kawasan strategis di Kabupaten Wonosobo yang

terdiri dari kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan

keamanan, kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan

ekonomi, kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam

dan teknologi tinggi, kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya

serta kawasan strategis untuk kepentingan daya dukung lingkungan.

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Berisikan usulan program utama, sumber pendanaan, instansi

pelaksana, dan waktu pelaksanaan yang terangkum dalam tabel

indikasi program pembangunan daerah.

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Berisikan arahan zonasi, pengendalian pemanfaatan ruang,

pengembangan perangkat insentif dan disinsentif dalam penataan

ruang, ketentuan perizinan dalam penataan ruang dan ketentuan sanksi

dalam penataan ruang.

BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Berisikan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,

bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang wilayah

kabupaten, tata cara peran serta masyarakat serta pembinaan peran

serta masyarakat.

Page 114: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 1 II-1

2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG

Tujuan penataan ruang yang akan dicapai dalam penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Wonosobo pada prinsipnya sama dengan tujuan pembangunan pada

umumnya dalam pola kebijaksanaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten

Wonosobo yaitu peningkatan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat secara merata.

Sedangkan sasaran pengembangan yang nantinya akan dicapai adalah penggunaan

segala sumber daya yang tersedia secara optimal dengan tetap mempertimbangkan

kelestarian alam dan lingkungan hidup baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Oleh

karena itu, dalam merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan Kabupaten Wonosobo

perlu memperhatikan:

1. Arah dan kebijaksanaan baik tingkat pusat, tingkat provinsi maupun tingkat

kabupaten.

2. Arah dan kebijaksanaan sektoral.

3. Prinsip-prinsip pembangunan yang tidak merusak lingkungan hidup bahkan

menjaga kelestariannya.

4. Pengembangan yang dihadapi sesuai dengan kondisi daerah untuk nantinya

diperoleh alternatif pemecahan masalahnya.

5. Strategi pengembangan, dengan berdasarkan pada potensi dan permasalahan

yang dihadapi dan dijabarkan dalam indikasi program.

Berdasarkan kondisi yang ada sekarang dan perkiraan kondisi tersebut dalam

beberapa waktu yang akan datang maka beberapa pengaruh yang mungkin terjadi dalam

rencana pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo dapat dirumuskan sebagai berikut:

- Rentang waktu rencana yang akan dilakukan adalah 20 (dua puluh) tahun yang

akan datang.

- Perkiraan kondisi sosial budaya masyarakat pada masa yang akan datang adalah

lebih terbukanya sikap sosial masyarakat sehingga semakin terbukanya

pertentangan sosial yang cukup tajam antar masyarakat.

BAB II

Page 115: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 2 II-2

- Tumbuhnya demokratisasi yang lebih baik, sehingga semakin terbuka pula

kesadaran akan hak-hak publik dan hak-hak individu dalam masyarakat, yang

berdampak pada tututan masyarakat pada pemerintah akan semakin besar

terutama pada pemenuhan hak-hak publik dan individu masyarakat tersebut.

- Besarnya pengaruh informasi yang terus menerus diberikan oleh media baik audio

cetak maupun audio visual pada masyarakat, sehingga peran media akan semakin

besar dalam menentukan kebijakan-kebijakan publik.

Visi Pembangunan Kabupaten Wonosobo sebagaimana tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo tahun 2005–2025 ditetapkan sebagai

berikut:

“WONOSOBO ASRI DAN BERMARTABAT”

Secara harfiah visi tersebut, mengandung pengertian bahwa Kabupaten Wonosobo

adalah wilayah yang ASRI (Aman, Sehat, Rapi dan Indah) di sisi lain masyarakatnya

BERMARTABAT (bersama rakyat, maju, adil, rahayu, tentram, agamis, berbudaya, amal

dan terpuji).

ASRI, merupakan akronim ungkapan aman, sehat, rapi dan indah. AMAN, berarti

dalam setiap warga masyarakat dapat terhindar maupun menghindari aspek kriminalitas,

dan terjaminnya ketertiban dalam kehidupam masyarakat maupun kepemerintahan. Hal ini

memiliki arti penting karena akan menjadi pendukung perkembangan sosial ekonomi dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. SEHAT, berarti membangun masyarakat

yang sehat jasmani dan rohani, untuk mewujudkan masyarakat yang profesional, produktif

dan berpikiran positif. RAPI, berarti segala sesuatu berlangsung secara teratur tertata

dengan baik, sesuai peraturan perundang-undangan maupun norma-norma yang ada.

INDAH, berarti membangun lingkungan yang ada agar mempesona, serasi dan seimbang.

BERMARTABAT, merupakan akronim dari ungkapan bersama rakyat, maju, adil,

rahayu, tentram, agamis, berbudaya, amal dan terpuji. BERSAMA RAKYAT, berarti,

mengupayakan terselenggaranya pemerintahan yang partisipatif dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. MAJU, berarti masyarakat Kabupaten Wonosobo selalu

menginginkan peningkatan, perkembangan dan pertumbuhan, ada dorongan mencari hal

baru yang lebih baik dan terbuka terhadap hal-hal baru serta nilai-nilai baru. ADIL berarti,

masyarakat dan pemerintah mampu menjalankan kewajibannya masing-masing serta

memperoleh hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RAHAYU, berarti apa

yang direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah dapat terhindar dari

Page 116: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 3 II-3

musibah dan berhasil sesuai dengan tujuan. TENTRAM, berarti terjaganya stabilitas baik

ekonomi, sosial dan politik. AGAMIS, berarti masyarakat mampu menjalankan perintah

agama dan menghindari larangannya, serta mampu membangun toleransi antara satu

agama dengan agama lainnya. BERBUDAYA, berarti mampu menyatukan cita, rasa dan

karsa dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. AMAL, berarti suka memberi

sebagian apa yang dimiliki untuk kepentingan orang atau kelompok lain. TERPUJI, berarti

apa yang dilakukan masyarakat bertujuan baik dan berhasil dengan baik.

Dalam mewujudkan Visi Pembangunan sebagaimana tersebut di atas, maka

dirumuskan Misi Pembangunan Kabupaten Wonosobo Tahun 2005–2025 sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumberdaya manusia Kabupaten Wonosobo yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan yang Maha Esa, sehat lahir batin, berpendidikan, berbudaya, kreatif dan

inovatif.

2. Mewujudkan perekonomian daerah Kabupaten Wonosobo yang tangguh dan berbasis

pada potensi unggulan daerah dengan memanfaatkan teknologi inovatif yang ramah

lingkungan disertai penguatan kelembagaan usaha mikro dan kecil serta penguatan

lembaga koperasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat.

3. Mewujudkan kehidupan politik dan tata pemerintahan yang demokratis, bersih,

bertanggung jawab yang didukung oleh aparatur pemerintahan yang profesional, dan

terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) disertai partisipasi rakyat secara

penuh.

4. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Kabupaten

Wonosobo yang optimal dengan tetap menjaga keseimbangan dan pelestarian fungsi

dan keberadaannya dalam upaya menopang kehidupan dan penghidupan di masa yang

akan datang.

5. Mewujudkan tersedianya prasarana dan sarana publik baik secara kuantitatif maupun

kualitatif dengan perawatan yang memadai.

6. Mewujudkan kehidupan masyarakat Kabupaten Wonosobo yang sejahtera lahir dan

batin, mandiri dan bermartabat, dengan menghormati hukum dan Hak Asasi Manusia

(HAM) serta keadilan dan kesetaraan gender.

Page 117: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 4 II-4

Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dirumuskan bahwa tujuan penataan ruang di

Kabupaten Wonosobo adalah:

“Penataan ruang Kabupaten bertujuan mewujudkan kabupaten berbasis agroindustri

dan pariwisata yang didukung oleh pertanian.

Perwujudan tujuan ini merupakan upaya mewujudkan wilayah pembangunan yang

berkembang dengan mempertimbangkan potensi daerah dan memperhatikan kelestarian

alam. Terdapat 4 (empat) kata kunci dalam tujuan di atas, yaitu :

1. Pengembangan agroindustri; sektor industri merupakan faktor potensial investasi

pembangunan di Kabupaten Wonosobo dalam rangka mempercepat pertumbuhan

ekonomi, menyerap tenaga kerja dan menumbuhkembangkan wirasausaha di wilayah

Kabupaten. Industri yang dikembangkan ditujukan yang mengolah hasil pertanian

(agroindsutri) lokal.

2. Pengembangan pariwisata; potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo sangat

beragam dan potensial dikembangkan sebagai ikon daerah.

3. Berkelanjutan; percepatan pembangunan tetap dilaksanakan dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan dan kelestarian

lingkungan hidup.

4. pertanian; sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar menunjang

perekonomian wilaya Kabupaten Wonosobo, sektor pertanian masih merupakan

sektor dominan Kabupaten dan pengembangan sektor ini harus dioptimalkan agar

dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Tujuan-tujuan tersebut kemudian dijabarkan secara lebih lanjut berdasarkan aspek

fisik, sosial, dan ekonomi.

2.1.1 Aspek Fisik

A. Tujuan

1. Memberikan alternatif dan kemungkinan pengembangan fisik wilayah secara

menyeluruh, terpadu, dan terencana.

2. Memberikan batasan-batasan terhadap pengembangan wilayah yang

terencana.

3. Alokasi penggunaan ruang wilayah disesuaikan dengan fungsi masing-

masing kawasan.

Page 118: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 5 II-5

4. Pengembangan fungsi-fungsi kawasan strategis seperti perdagangan dan

jasa, industri, dan pertanian.

5. Pembangunan yang terpadu antar sektoral maupun dengan daerah

hinterland-nya.

6. Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan SDA yang berkesinambungan

dan berwawasan lingkungan.

7. Terwujudnya penyediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi sesuai

dengan penyebaran penduduk dan kebutuhannya.

8. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui upaya pengendalian

pencemaran lingkungan, konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan yang

rusak.

B. Sasaran

1. Pada kawasan lindung agar terjaga dan dipertahankan untuk menghindari

bahaya banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah baik dalam

kawasan hutan maupun kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya.

2. Agar kawasan penyangga selalu terjaga sebagai pengendali perkembangan

kawasan lindung tetap terjamin.

3. Terwujudnya relokasi permukiman pada kawasan rawan bencana dan

kawasan lindung.

4. Mempertahankan lahan pertanian produktif dan mencari kompensasi

pengganti untuk perubahan fungsi lahan pertanian menjadi fungsi lain

sehingga minimum 20% luas lahan pertanian dari keseluruhan lahan dapat

terpenuhi.

5. Pengembangan kawasan industri pengolahan untuk meningkatkan

pendapatan daerah pada kawasan strategis.

6. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di pusat-pusat wilayah yang

mampu menghidupkan perekonomian wilayah.

7. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang mampu melayani

penduduk di seluruh kabupaten.

8. Tercapainya kualitas lingkungan yang bersih, sehat dan sesuai dengan baku

mutu lingkungan yang ditetapkan.

9. Tersedianya perangkat perundang-undangan dan meningkatkan upaya

penegakan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA dan lingkungan

hidup.

Page 119: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 6 II-6

2.1.2 Aspek Sosial

A. Tujuan

1. Memantapkan dan meningkatkan penyelenggaraan penataan ruang yang

efektif dan efisien, transparan, partisipatif, tertib dan terbuka berdasarkan

rencana tata ruang yang berkelanjutan dan disepakati semua pihak.

2. Pemerataan pembangunan daerah dan membuka daerah-daerah yang masih

dianggap terisolasi.

3. Menghubungkan dan mendukung penyebaran (distribusi) produk-produk

unggulan yang dimiliki oleh suatu daerah ke daerah yang lainnya.

4. Meningkatkan pelayanan dari prasarana jalan yang ada dengan melalui

pemanfaatan dan pemeliharaan secara optimal.

5. Peningkatan kebersihan di seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo juga

penataan ruang pertamanan yang serasi, indah dan mampu memberikan

suasana yang sejuk dan nyaman bagi masyarakat.

6. Meningkatkan pengamalan ajaran agama dan membina akhlak mulia untuk

mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan

ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelayanan ibadah haji dan

memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta suatu

kehidupan yang harmonis dalam kemajemukan.

7. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan perbaikan sistem

manajemen pendidikan guna meningkatkan kinerja dunia pendidikan yang

akan menaikkan mutu pendidikan.

8. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pembangunan

kesejahteraan sosial.

9. Mewujudkan penduduk yang berkualitas yaitu penduduk yang sehat, mandiri,

bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin, sejahtera dan

produktif secara adil dalam jumlah yang terkendali dan sesuai dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan, yang didukung oleh sistem

informasi kependudukan yang menyeluruh dan sistematis.

10. Menciptakan tenaga kerja yang berkualitas, mempunyai kemampuan yang

tinggi dan memiliki ketrampilan yang memadai dalam menghadapi

persaingan pasar kerja yang semakin selektif dan ketat.

11. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, hidup

Page 120: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 7 II-7

dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, dan memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.

12. Kepariwisataan diharapkan akan berperan dalam peningkatan kualitas

kebudayaan daerah, maupun memperkenalkan Kabupaten Wonosobo pada

tingkat nasional serta melestarikan seni budaya Kabupaten Wonosobo.

13. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang akrab dan terbiasa berkreasi

dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sense of technology

masyarakat akan meningkat.

14. Pembangunan perumahan dan pemukiman diarahkan untuk meningkatkan

kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah, memperluas

lapangan kerja, serta menggerakkan kegiatan ekonomi guna mewujudkan

pemerataan dan kesejahteraan rakyat.

B. Sasaran

1. Semakin meningkat dan mantapnya penyelenggaraan penataan ruang yang

efektif dan efisien, transparan, partisipatif, tertib dan terbuka berdasarkan

rencana tata ruang yang berkelanjutan dan disepakati semua pihak dengan

ketersediaan rencana-rencana tata ruang wilayah kabupaten dan kawasan

andalan strategis.

2. Terwujudnya jaringan transportasi sebagai suatu rangkaian simpul dan atau

ruang kegiatan yang berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan

sistem jaringan yang efisien dan efektif untuk keperluan penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan yang aman, lancar, dan tertib baik yang menyangkut

transportasi barang, orang, maupun jasa.

3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan prasarana jalan baik di wilayah

perkotaan maupun di perdesaan.

4. Perbaikan dan pemeliharaan prasarana jalan secara berkelanjutan.

5. Tertanamnya nilai-nilai agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika

dalam penyelenggaraan negara, meningkatkan mutu pendidikan agama,

terbinanya kerukunan antar umat beragama, serta terhindarnya konflik

beragam yang dapat mengancam integritas negara dan terbukanya

partisipasi masyarakat dalam pelayanan kehidupan beragama.

6. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan secara memadai guna

menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang nyaman di sekolah.

7. Meningkatnya kesempatan memperoleh pendidikan di segala lapisan

masyarakat, terutama lapisan masyarakat yang tergolong miskin.

Page 121: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 8 II-8

8. Meningkatkan kualitas kehidupan penduduk, yang ditandai dengan

meningkatnya angka harapan hidup, menurunkan angka kematian baik angka

kematian bayi, maupun angka kematian ibu.

9. Pelatihan dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja.

10. Penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja.

11. Terwujudnya upaya kesehatan, dengan meningkatnya secara bertahap

jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan

kesehatan, pemakaian obat generik dan pelayanan kesehatan, penggunaan

obat secara rasional, pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, biaya

kesehatan yang dikelola secara efisien serta pelayanan kesehatan sesuai

kesehatan.

12. Terciptanya kemampuan pengembangan riset dan teknologi secara luas

pada aspek kehidupan masyarakat.

13. Makin terarah dan meratanya pemenuhan sarana dan prasarana yang layak,

terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan aman dengan segala fasilitas

lingkungan permukiman khususnya bagi masyarakat golongan ekonomi

lemah dan daerah-daerah permukiman kumuh.

2.1.3 Aspek Ekonomi

2.1.3.1 Pertanian

a. Tujuan

1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya.

2. Mempercepat proses pemulihan ekonomi serta peningkatan investasi bagi

pembangunan ekonomi.

3. Meningkatkan kegiatan perekonomian di segala bidang, meningkatkan

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dan kualitas hasil-hasil produksi

pertanian dalam mengisi pasar domestik maupun ekspor.

5. Mengoptimalkan potensi-potensi unggulan di sektor pertanian dan andalan

daerah.

6. Menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha yang meningkat dan

kondusif.

b. Sasaran

1. Meningkatnya diversifikasi, intensifikasi dan produktivitas yang didukung

dan mendukung antara satu sektor ekonomi yang ada dengan sektor

lainnya.

Page 122: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 9 II-9

2. Meningkatnya keterkaitan antar industri serta keterkaitan industri dengan

sektor lainnya khususnya sektor pertanian dalam rangka pengembangan

agroindustri maupun agrobisnis.

2.1.3.2 Perindustrian dan Perdagangan

a. Tujuan

1. Mempercepat proses industrialisasi yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif.

2. Meningkatkan kegiatan perdagangan.

3. Efisiensi produk dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

b. Sasaran

1. Tertatanya dan mantapnya struktur industri.

2. Perluasan lapangan kerja bagi masyarakat.

3. Meningkatnya kegiatan sektor industri bagi peningkatan pendapatan

masyarakat.

4. Tersedianya fasilitas perdagangan sehingga terpenuhinya kebutuhan

masyarakat.

2.1.3.3 Perbankan dan Penanaman Modal

a. Tujuan

1. Peningkatan kinerja dan jumlah lembaga keuangan dan penanaman modal

di daerah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian rakyat, kesempatan

usaha, dan lapangan kerja.

2. Meningkatkan mobilisasi tabungan masyarakat.

3. Memberikan kredit kepada sektor-sektor yang prioritas maupun sektor-

sektor yang non prioritas untuk meningkatkan kesempatan kerja serta

pemerataan pendapatan masyarakat.

b. Sasaran

1. Terciptanya investasi yang mendukung pembangunan ekonomi dan

berkelanjutan.

2. Meningkatkan fungsi pelayanan perbankan.

2.1.3.4 Pengembangan Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah

a. Tujuan

1. Meningkatkan peranan koperasi dalam membantu masyarakat

mengembangan kegiatan ekonominya.

2. Meningkatkan peran UMKM sebagai penggerak kegiatan perekonomian.

3. Penyedia lapangan kerja.

b. Sasaran

Page 123: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 10 II-10

1. Semakin mantapnya kelembagaan koperasi, pengusaha kecil dan

menengah yang mampu menghadapi tantangan pasar global.

2. Mengembangkan peran UMKM dalam penyediaan barang dan jasa

domestik.

2.1.3.5 Pertambangan dan Energi

a. Tujuan

1. Mengoptimalkan potensi pertambangan yang ada secara ekonomis dan

tetap memperhatikan kelestariannya dan dampak lingkungannya

2. Makin meningkatnya peranan sektor pertambangan dalam kegiatan

ekonomi

b. Sasaran

Pengembangan lokasi pertambangan dan energi, dimana harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Jenis dan jumlah material yang tersedia

2. Sistem pengangkutan material

3. Dampak lingkungan (baik lingkungan fisik maupun sosial) yang ditimbulkan

perlu dikaji sebelumnya (AMDAL)

2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Wonosobo terangkum dalam strategi

umum pembangunan tata ruang wilayah yang menjelaskan mengenai kondisi wilayah yang

menjadi pertimbangan dalam perumusan konsep pengembangan wilayah.

Secara umum untuk mencapai tata ruang wilayah yang berkelanjutan dan terpadu

dapat diperoleh dengan keterpaduan dalam kebijaksanaan tata ruang wilayah, dengan

memperhatikan potensi dan kendala wilayah pengembangan serta kemampuan aparat dan

rakyat dalam memutar roda pembangunan.

Perkembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara umum masih terpadu pada jalur

Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

pemerataan pembangunan belum sepenuhnya terwujud, karena masih banyaknya wilayah

yang memiliki tingkat perkembangan wilayah rendah.

Kondisi-kondisi tersebut menjadi pertimbangan utama dalam perumusan konsep,

kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dan penataan ruang.

Wilayah yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan pembangunannya tinggi di

wilayah Kabupaten Wonosobo, dilihat dari tingkat pelayanan sistem prasarana wilayahnya

adalah sebagai berikut ;

Page 124: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 11 II-11

- Jalur Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara, adalah pusat perkembangan

utama dengan ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan dan perkembangan wilayah

tinggi di Kecamatan Kertek, Wonosobo, dan Selomerto.

- Wilayah perkembangan yang cukup mendukung perkembangan wilayah adalah

jalur ke arah Dieng yang melewati Kecamatan Mojotengah, Garung, dan Kejajar.

- Wilayah perkembangan lain yaitu jalur Kertek – Sapuran – Kepil yang cukup

mendukung perkembangan wilayah terutama untuk Kecamatan Kalikajar,

Sapuran, dan Kepil.

Pola pembangunan dengan pemerataan ini memiliki kecenderungan membiarkan

wilayah-wilayah yang sudah berkembang sendiri, dan memacu wilayah-wilayah yang kurang

berkembang (berkembang lambat) menjadi wilayah yang berkembang (berkembang cepat).

Pola perkembangan ini dilakukan dengan menarik potensi-potensi yang terkait dengan

perkembangan pada wilayah yang sudah berkembang ke wilayah yang belum atau kurang

berkembang. Untuk wilayah yang berkembang pesat adalah kecamatan di sepanjang jalur

utama sedangkan kecamatan dengan perkembangan sedang adalah Kecamatan Kepil,

Wadaslintang, Leksono, Garung, Sukoharjo, Kalibawang, dan Watumalang.

Upaya-upaya yang dilakukan dari konsep ini adalah memiliki tujuan agar terjadi

pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo dengan cara

mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi kendala pembangunan, yang meliputi :

- Hambatan geografis, sifat keterpencilan wilayah, sebagai akibat kondisi fisik

dasar yang cukup menghambat.

- Hambatan aksesibilitas yang rendah, tingkat pencapaian yang cukup sulit secara

fisik dasar dan jarak dengan pusat pengembangan wilayah.

- Hambatan keterbatasan sarana dan prasarana wilayah, keterbatasan jumlah dan

keterbatan fungsional.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mencapai

tujuan pemerataan pembangunan wilayah adalah sebagai berikut :

- Penyebaran modal pembangunan untuk pembiayaan pada wilayah yang kurang

berkembang.

- Pembangunan sarana dan prasarana wilayah, terutama sistem transportasi

(jaringan jalan dan moda angkutan), untuk mengatasi kondisi geografis dan

sulitnya pencapaian (rendahnya aksesibilitas) wilayah.

- Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi untuk mewadahi potensi-potensi

ekonomi yang masih kurang terdistribusi pada wilayah lain.

Page 125: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 12 II-12

2.2.1. Kebijakan Penataan Ruang

Perumusan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Wonosobo dengan melihat

uraian di atas, sebagai berikut:

1. pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal;

2. pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;

3. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;

4. percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki;

5. pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif;

6. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;

7. pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;

dan

8. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

2.2.2. Strategi Penataan Ruang

Berdasarkan kebijakan di atas kemudian akan dijabarakan kedalam langkah-langkah

operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruangnya

sebagai berikut:

2.2.2.1. Strategi pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal meliputi:

a. mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan

berbasis potensi bahan baku lokal;

b. meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan kehutanan;

c. mengembangkan kawasan agropolitan;

d. mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi;

e. mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas Kabupaten pada

kawasan perkotaan dan objek wisata; dan

f. mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan.

2.2.2.2. Strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan meliputi:

a. mengembangkan kawasan objek wisata unggulan;

b. mengembangkan agrowisata;

c. meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan

warisan budaya;

d. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah

lingkungan; dan

e. meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan

Page 126: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 13 II-13

2.2.2.3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah

meliputi:

a. mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan;

b. mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur

pendukung;

c. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;

d. mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya

air;

e. mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan lingkungan

berkelanjutan.

2.2.2.4. Strategi percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara

berhirarki meliputi:

a. mengembangkan pusat kegiatan yang mampu menjadi simpul distribusi dan

pemasaran produk pertanian dan pariwisata;

b. meningkatkan peran fungsi kawasan perkotaan;

c. mengembangkan kawasan perdesaan sesuai dengan potensi masing-masing

kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan

perdesaan; dan

d. meningkatkan sinergitas keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan

dengan wilayah perdesaan.

2.2.2.5. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif meliputi:

a. menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

b. mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan tidak dan/atau

kurang produktif.

2.2.2.6. Strategi peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung meliputi:

a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;

b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami

penurunan fungsi; dan

c. meningkatkan potensi sumberdaya alam dan buatan di kawasan lindung

dengan pengembangan agrowisata dan ekowisata.

2.2.2.7. Strategi peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan

wilayah meliputi:

a. meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan; dan

b. melestarikan upacara tradisional seni dan budaya yang menjadi daya tarik

wisata.

Page 127: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

II- 14 II-14

2.2.2.8. Strategi melaksanakan kebijakan peningkatan fungsi kawasan pertahanan

dan keamanan negara meliputi:

a. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar

kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi

pertahanan dan keamanan; dan

c. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian.

Page 128: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-1

Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat

pelayanan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan

prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Struktur kota-kota di

Kabupaten Wonosobo terbentuk berdasarkan pola geografiis wilayah yang meliputi

topografi, bentuk wilayah, dan pola jaringan utama aksesibilitas yang berbentuk jaringan

jalan kolektor yang cenderung linier. Pengembangan struktur kota-kota di Kabupaten

Wonosobo juga diarahkan pada pola yang telah terbentuk dengan pengembangan wilayah

di sekitarnya. Perlu penetapan sub pusat baru yang didukung dengan penyediaan sarana

dan prasarana yang memadai. Sehingga arahan untuk pengembangan struktur kota yang

ada dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:

Struktur kota yang sudah terbentuk diperkuat lagi dengan sistem jaringan yang lebih

memadai sehingga mendukung wilayah pengembangan di sekitarnya.

Struktur kota diarahkan pada pembentukan wilayah yang terintegrasi dan terpadu

dalam pengembangan wilayah yang dinamis.

Struktur kota lebih merupakan upaya pemerataan pembangunan secara umum

dengan mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan peran dan fungsi kota.

Rencana struktur ruang wilayah meliputi:

Rencana pengembangan pusat kegiatan

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana

3.1 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN

3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Sistem permukiman diarahkan pada perkembangan linear wilayah, mengikuti

jaringan jalan regional dan kondisi fisik wilayah di Kabupaten Wonosobo. Sistem

permukiman dikembangkan untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan

akomodatif, dengan pola pengembangan kota yang berkelanjutan dengan proses

pembangunan yang terpadu. Keberadaan perkotaan dalam suatu wilayah kabupaten

merupakan barometer perkembangan wilayah secara umum, dengan berbagai karakteristik

BAB III

Page 129: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-2

tertentu yang menjadi pendukung perkembangannya. Untuk itu, perkotaan yang ada harus

dikembangkan sebagai satu pintu pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara

keseluruhan, yang terintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum.

Berdasarkan konsep tersebut maka arahan pengembangan sistem perkotaan dapat

dilakukan dengan beberapa hal berikut ini:

Menentukan sistem pusat pelayanan sebagai pusat-pusat pengembangan

wilayah kabupaten.

Pengembangan wilayah perkotaan dengan peningkatan fungsi dan peran kota-

kota yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi

utama sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan fungsi

kotanya, untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi.

Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha

meningkatkan fungsi dan peran kota, dengan beberapa hal berikut ini:

Dengan kemudahan-kemudahan penanaman modal yang telah diatur

dalam tata aturan perundangan yang berlaku.

Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.

Berdasarkan beberapa hal yang dijadikan bahan pertimbangan maka rencana

pengembangan sistem pusat permukiman perkotaaan akan diarahkan pada kawasan-

kawasan yang cepat berkembang, kawasan di sepanjang jalur potensial dan juga kawasan-

kawasan pusat-pusat pelayanan. Pada pengembangan kawasan permukiman perkotaan

diperbolehkan dilakukan alih fungsi pada lahan persawahan yang berada di sepanjang jalan,

kurang lebih 100 (seratus) m kanan kiri jalan yang potensial perkembangannya. Jalan yang

potensial perkembangannya yang boleh dilakukan alih fungsi lahan adalah jalan kolektor

primer yang menghubungkan pusat-pusat PKL serta jalan kolektor sekunder yang

menghubungkan antar kecamatan. Sedangkan untuk jalan arteri tidak diperbolehkan terjadi

alih fungsi lahan.

Rencana Pembagian Sistem Pusat Pelayanan dilakukan berdasarkan skenario

terpilih yang telah diungkapkan dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah dan juga

berdasarkan karakteristik wilayah secara keseluruhan. Wilayah pengembangan dan

kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Wonosobo ditentukan

berdasarkan efisiensi jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis.

Pengembangan tersebut secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang

dilindungi (kawasan lindung).

Page 130: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-3

Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan maupun

pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Sistem pusat pelayanan wilayah kabupaten

merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/ atau administrasi masyarakat di

wilayah kabupaten tersebut. Dalam rencana sistem pusat pelayanan terdiri dari PKN, PKW

dan PKL yang berada pada wilayah kabupaten serta pusat-pusat lain di dalam wilayah

kabupaten yang terdiri dari PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa serta PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)

yang berfungsi melayani kegiatan skala antar desa. Selain itu Pusat Pelayanan Kawasan

(PPK) merupakan pusat kegiatan yang di kemudian hari dapat dipromosikan segagai PKL

(dengan notasi PKLp).

Berdasarkan kondisi tersebut pembagian sistem pusat pelayanan di Kabupaten

Wonosobo adalah sebagai berikut:

PKW yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo

PKLp yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan Selomerto

PPK yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan Sapuran

3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan

Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Wonosobo diarahkan

pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu

usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan

strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat

kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-hambatan fisik

kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai. Berdasarkan kondisi tersebut maka

pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

Wilayah yang memiliki fungsi pelayanan lingkungan, melayani kegiatan antar desa,

penetapannya berdasarkan analisis, meliputi . wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro,

Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo, dan

Kalibawang.

Kecamatan tersebut akan diarahkan menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Selain itu, di Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan sebagai

kawasan agropolitan terdapat di Kawasan Agropolitan Rojonoto yang meliputi Kecamatan

Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Kegiatan ekonomi yang dikembangkan pada

Kawasan Agropolitan terutama adalah agribisnis. Pada Kawasan Agropolitan Rojonoto

Page 131: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-4

terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 (empat) Kota Tani lainnya yaitu

Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro.

Deliniasi Kawasan Agropolitan Rojonoto adalah sebagai berikut:

Kota Tani Utama Sawangan, dengan hinterland-nya:

­ Lipursari

­ Selokromo

­ Sojokerto

­ Leksono

­ Jlampang

­ Wonokerto

Kota Tani Sukoharjo, dengan hinterland-nya:

­ Sempol

­ Karanganyar

­ Rogojati

­ Mergosari

­ Kupangan

­ Gumiwang

­ Plodongan

­ Soroyudan

Kota Tani Tlogo, dengan hinterland-nya:

­ Kajeksan

­ Gunungtugel

­ Pulus

­ Pucung Wetan

­ Kalibening

­ Garung Lor

­ Jabengplampitan

Kota Tani Selomerto, dengan hinterland-nya:

­ Balekambang

­ Karangrejo

­ Krasak

­ Gunungtawang

­ Pakuncen

­ Sumberwulan

­ Plobangan

­ Wulungsari

­ Kadipaten

­ Sinduagung

­ Wilayu

­ Kalierang

­ Wonorejo

­ Sidorejo

Kota Tani Kaliwiro, dengan hinterland-nya:

­ Medono

­ Bendungan

­ Kauman

­ Tracap

­ Gugu

­ Purwosari

­ Pucungkerep

­ Gambaran

­ Tanjunganom

­ Kemiriombo

­ Sukoreno

­ Winongsari

Arah aliran distribusi produk kawasan Agropolitan Rejonoto dari pusat Kota Tani

Utama Sawangan terbagi menjadi 3, yaitu:

Page 132: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-5

Sawangan – Banjarnegara

Sawangan – Kaliwiro – Wadaslintang

Sawangan – Selomerto – Wonosobo

Jalur-jalur akses tersebut lebih diprioritaskan untuk mendukung kegiatan agribisnis di

Kawasan Agropolitan Rojonoto. Di Kawasan Agropolitan Rojonoto juga perlu ditingkatkan

adanya zona strategis untuk pusat sarana prasarana penunjang kegiatan wisata (lokasi

perdagangan sarana prasarana produksi pertanian) yang terletak di desa Sawangan. Oleh

karena itu dikembangkan kawasan terbangun terutama perdagangan dan jasa di sepanjang

jalur Sawangan – Selokromo yang dapat mendukung kegiatan agrobisnis di Kawasan

Agropolitan Rojonoto.

3.1.3 Rencana Fungsi Pusat Pelayanan dan Kawasan Pengembangan

Pusat pelayanan adalah kota yang mengemban peran sebagai pusat pelayanan bagi

wilayah sekitarnya (hinterland), bedasarkan pola tata jenjang pusat pelayanan yang telah

ditentukan. Kota Wonosobo memiliki tata jenjang pelayanan utama yang mempunyai fungsi

pusat pelayanan daerah, sekaligus sebagai kota administratif, pusat pelayanan pendidikan

dan kesehatan. Untuk lebih jelas fungsi pusat pelayanan dan wilayah pengembangan di

Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 3.1

HIRARKI KOTA DAN FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN WONOSOBO

NO PUSAT

PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI

1. PKW Wonosobo • Pusat pemerintahan tingkat kabupaten • Pusat permukiman • Pusat pendidikan • Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten • Pusat transportasi wilayah • Pengembangan pariwisata • Pusat pengembangan permukiman perkotaan • Daerah pengembangan perdagangan • Pusat pengembangan industri

2.

PKLp Kertek • Pusat permukiman • Pusat pengembangan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pusat pengembangan kegiatan perdagangan • Pengembangan kegiatan peternakan • Pengembangan tanaman lahan kering • Pengembangan tanaman perkebunan (tembakau,

teh, kopi) • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan industri besar, menengah dan

kecil

Page 133: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-6

NO PUSAT

PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI

Selomerto • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan

kabupaten • Pengembangan pusat transportasi • Pengembangan kegiatan agropolitan • Pengembangan pendidikan • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultural • Pengembangan tanaman perkebunan • Pengembangan peternakan • Pengembangan perikanan • Pengembangan permukiman

3. PPK Kejajar • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pusat transportasi • Pusat pengembangan pariwisata • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan • Pengembangan tanaman holtikultura • Pengembangan tanaman perkebunan • Pengembangan tanaman hutan rakyat • Pengembangan industri kecil dan menengah

Mojotengah • Pusat pemerintahan kecamatan • Pusat pengembangan kegiatan pendidikan • Pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi • Pengembangan tanaman perkebunan (kopi, coklat) • Pengembangan industri kecil dan menengah • Pengembangan permukiman

Sapuran • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan

kabupaten • Pengembangan pariwisata • Pengembangan kegiatan industri kecil, menengah dan

besar • Pengembangan simpul transportasi • Pengembangan permukiman

4.

PPL

Garung • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura • Pengembangan tembakau , kopi, coklat • Pengembangan peternakan • Pengembangan pariwisata • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan

Leksono • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pusat pengembangan kawasan agropolitan • Pengembangan industri pertanian • Pengembangan tanaman perkebunan dan tanaman

Page 134: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-7

NO PUSAT

PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI

holtikultura (buah-buahan) • Pengembangan pariwisata • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan • Pengembangan peternakan

Sukoharjo • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa • Pengembangan kegiatan agropolitan • Pengembangan perkebunan • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering,

holtikultura • Pengembangan kegiatan peternakan

Watumalang • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan • Pengembangan kegiatan perkebunan dan hutan rakyat • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura • Pengembangan tanaman perkebunan kelapa, coklat

dan kopi • Pusat pengembangan peternakan • Pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah

tangga

Kalikajar • Pusat pemerintahan skala kecamatan • Pusat permukiman • Pengembangan perdagangan • Pengembangan fasilitas sosial ekonomi • Pengembangan tanaman sayur-sayuran • Pengembangan tanaman perkebunan teh, kopi • Pengembangan hutan rakyat

Kaliwiro • Pusat pemerintahan kecamatan • Pusat pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan

jasa • Pusat pengembangan permukiman • Pengembangan pertanian tanaman pangan, palawija

dan buah-buahan • Pengembangan tanaman perkebunan (cengkeh, kopi,

coklat) • Pengembangan peternakan • Pengembangan permukiman

Wadaslintang • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pengembangan pariwisata • Pengembangan perikanan • Pengembangan permukiman • Pengembangan hutan rakyat

Kepil • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pengembangan kegiatan perdagangan • Pusat pengembangan home industry (anyaman,

kerajinan tanduk, tulang, logam)

Page 135: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-8

NO PUSAT

PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI

• Pengembangan tanaman pangan, palawija, buah-buahan

• Pengembangan tanaman perkebunan (teh dan kopi) • Pengembangan permukiman • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan kegiatan perikanan

Kalibawang • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa

tingkat kecamatan • Pengembangan permukiman • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan peternakan • Pengembangan perkebunan

Sedangkan untuk kawasan pengembangan adalah merupakan kegiatan

pengembangan kawasan potensial sebagai pusat pertumbuhan maupun kawasan

terbelakang yang direncanakan selama kurun waktu 20 tahun. Kemudian tahapan

pelaksanaannya diperinci tiap tahun sesuai dengan prioritasnya untuk mencapai sasaran

yang diinginkan. Dari hasil analisis, dapat direncanakan kawasan pengembangan di

Kabupaten Wonosobo yaitu sebagai berikut:

a. Kawasan-kawasan Potensial Perkembangan di Kabupaten Wonosobo

1. Kawasan Pusat Pertumbuhan, meliputi:

Sebagai pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Wonosobo dan Kertek

Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan perdagangan yaitu

Kecamatan Wonosobo, Kertek, Sapuran, Kaliwiro, Kepil, dan Kejajar.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pusat kawasan peruntukan industri yaitu Kecamatan Kertek,

Selomerto, Wonosobo, dan Sapuran.

3. Kawasan Pariwisata

Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan pengembangan wisata

yaitu Kecamatan Kejajar, Garung, Wonosobo, Kertek, dan

Wadaslintang.

b. Kawasan Kurang Berkembang di Kabupaten Wonosobo

Kriteria-kriteria yang diperlukan yaitu :

Kawasan yang secara geografis dan potensi wilayahnya kurang

menguntungkan untuk pengembangan daerahnya.

Merupakan daerah yang lambat perkembangnya serta terbatasnya sarana

dan prasarana.

Page 136: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-9

Pusat pengembangan sebagai sarana wilayah perbatasan yaitu

Kecamatan Kejajar, Garung, Kertek, Selomerto, Kalikajar, Sapuran, Kepil,

Kalibawang, Wadaslintang, Kaliwiro, Sukoharjo, dan Watumalang.

Kawasan kurang berkembang yaitu Kecamatan Garung, Watumalang,

Sukoharjo dan Kalibawang.

c. Kawasan Konservasi, merupakan kawasan lindung

Pusat kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup yang tersebar di

sebagian Kecamatan Kertek, Garung, Kalikajar, Sapuran, Kepil, Kejajar,

Mojotengah, Watumalang, Sukoharjo, Leksono, Wadaslintang, dan

Kaliwiro (kawasan lindung).

Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Wonosobo dan Mojotengah.

Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Kertek, Kalikajar, Kaliwiro,

Sukoharjo, Watumalang, Kejajar, Garung, Wadaslintang, Sapuran, dan

Kepil.

Kawasan rawan bencana kebakaran merupakan kecamatan yang memiliki

hutan.

Kawasan rawan angin topan di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah,

Kertek, Sapuran, Kalikajar, dan Watumalang.

3.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH

3.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama terdiri atas:

a. rencana sistem jaringan transportasi darat; dan

b. rencana sistem jaringan perkeretaapian.

3.2.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat

Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat meliputi pengembangan

sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) dan sistem jaringan angkutan sungai,

danau, dan penyeberangan (ASDP).

A. rencana pengembangan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ)

Pengembangan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri dari jaringan

jalan, jaringan prasarana LLAJ, dan jaringan pelayanan LLAJ.

1. Jaringan Jalan

Ditinjau dari sistem pengembangan jaringan transportasi Kabupaten Wonosobo

dapat dijabarkan dengan menggunakan konsep trend pengembangan jaringan transportasi

yang ada pada wilayah Kabupaten Wonosobo tersebut. Konsep pengembangan ini

Page 137: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-10

berdasarkan uraian trend transportasi daerah yang diambil dari Rencana Induk

Pengembangan Jaringan Transportasi Kabupaten Wonosobo sebagai berikut.

Sumber: Rencana Induk Jaringan transportasi Kab. Wonosobo (2003)

Gambar 3.1

Trend Transportasi Wilayah

Ditinjau dari trend pergerakan transportasi wilayah Kabupaten Wonosobo tersebut,

dilihat dari lingkup strategis jaringan dibutuhkan jalan penghubung berupa jaringan jalan

lingkar untuk menghindari Kota Wonosobo dengan memisahkan pergerakan lintasan antar

kota dengan pergerakan lokal. Namun di dalam pengembangan jaringan transportasi jalan

ini juga perlu mempertimbangkan jalan yang menuju ke daerah Kepil dan Wadaslintang dari

Kota Wonosobo itu sendiri.

Melihat tantangan kondisi transportasi ke depan perlu dikembangkan peningkatan status

jaringan jalan yang melayani transportasi wilayah Kabupaten Wonosobo. Rencana

pengembangan jalan nasional berupa jalan kolektor primer (K1) yang ada di Kabupaten

meliputi:

Kendal

Banjarnegara

Magelang

Poros tegak

Poros datar

Poros datar

Page 138: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-11

a. ruas jalan Batas Kabupaten Banjarnegara (KDU) – Selokromo;

b. ruas jalan Selokromo - Batas Kota Wonosobo;

c. ruas jalan Jogo Negoro;

d. ruas jalan A. Yani;

e. ruas jalan Batas Kota Wonosobo – Kertek;

f. ruas jalan S. Parman;

g. ruas jalan Mayor Bambang Sugeng;

h. ruas jalan Kertek - Batas Kabupaten Temanggung (KDU); dan

ruas jalan Batur (Kabupaten Banjarnegara) – Dieng (Kabupaten Wonosobo).

Rencana pengembangan jalan provinsi berupa jalan kolektor sekunder (K2) yang ada di

Kabupaten meliputi:

a. ruas jalan Selokromo – Wadaslintang;

b. ruas jalan Bruno (Batas Kab.Wonosobo) – Kepil;

c. ruas jalan Kaliangkrik – Sapuran;

d. ruas jalan Kertek – Kepil;

e. ruas jalan Kejajar – Dieng;

f. ruas jalan Wonosobo – Kejajar;

g. ruas jalan Kyai Sabuk Alu; dan

h. ruas jalan Ronggolawe.

Untuk Jaringan jalan kabupaten yang ada diarahkan tetap memiliki status hirarki jalan

sebagai kolektor sekunder dan lokal sebagai pelayanan antar desa maupun kecamatan.

Rencana pengembangan jalan kabupaten yang ada di Kabupaten berupa jalan lokal primer

meliputi:

a. ruas jalan antar kecamatan;

b. ruas jalan poros desa; dan

c. ruas jalan penghubung antar kabupaten.

Apabila adanya jaringan ring road sebagai jalan usulan alternatif yang baru, maka

secara otomatis status jalan ini menggantikan jalan yang ada dan jalan yang ada turun

statusnya menjadi jalan kota ataupun jalan lokal. optimalisasi jalan lingkar yang ada

meliputi: jalan lingkar utara perkotaan Wonosobo; jalan lingkar selatan perkotaan

Wonosobo; pengembangan jalan lingkar utara perkotaan Kertek. Pembangunan jalan yang

direncanakan meliputi: pengembangan jalan lingkar selatan perkotaan Kertek; dan

pengembangan jalan lingkar Garung.

Page 139: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-12

Pengembangan jaringan jalan yang ada terlebih diarahkan untuk pembukaan

jaringan jalan untuk wilayah desa yang masih terisolasi, sehingga mendapatkan aksesibilitas

yang dapat mengembangkan wilayah desa tersebut. Program pembukaan jaringan jalan

poros desa menjadi strategi pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten

Wonosobo ke depan. Hal ini untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang mudah dan

handal sampai dengan pelosok desa terutama di bagian utara dan selatan kabupaten yang

tidak seperti pada bagian tengah yang dilalui poros tengah jalan nasional yang menjadi jalan

utama di Kabupaten Wonosobo.

Untuk mendukung tingkat layanan jaringan transportasi tersebut diiringi dengan

peningkatan kapasitas jalan dengan melakukan peningkatan jalan dengan lebar rata-rata

yang sekitar 4 meter menjadi lebar 5-7 meter. Peningkatan ini juga diimbangi dengan

peningkatan aksesibilitas terhadap kawasan strategis wilayah Kabupaten Wonosobo dengan

mempercepat dan memperluas jangkauan infastruktur jaringan jalan. Pengembangan ini

juga disesuaikan dengan program percepatan pembangunan infrastruktur jalan dan

jembatan Kabupaten Wonosobo dengan melalui sistem multiyears/tahun jamak dengan

pengembangan 31 ruas jalan dan 6 buah jembatan. Selain itu juga pengembangan jalan

akses ke lokasi strategis seperti pariwisata, Waduk Wadaslintang, desa wisata dan juga

daerah tertinggal.

2. Jaringan Prasarana LLAJ

Pengembangan prasarana transportasi yang diberikan dengan pengembangan

prasarana jalan yang sudah dijabarkan pengembangannya pada sistem jaringan

transportasi. Pada pengembangan ini diarahkan pada pengembangan prasarana LLAJ

berupa terminal penumpang. Kebutuhan terminal yang ada sudah dinilai hampir memenuhi

kebutuhan terminal saat ini, meskipun perlu dilakukan pengembangan dan pengoptimalan di

beberapa lokasi terminal.

Pengembangan terminal ini diarahkan di terminal Sawangan di Kecamatan Leksono

sebagai terminal Tipe B. Untuk terminal Mendolo sebagai terminal tipe A, dilihat dari pola

pergerakan yang ada masih memiliki lokasi yang cukup strategis, sehingga masih

respretantif untuk dipertahankan. Terminal Mendolo ini hanya perlu dilakukan

pengoptimalisasi maupun revitalisasi. Sementara itu, untuk beberapa wilayah kecamatan

diperlukan adanya pengembangan terminal tipe C, meliputi:

1. Terminal Kalibeber berada di Kecamatan Mojotengah;

2. Terminal Kejajar berada di Kecamatan Kejajar;

3. Terminal Kertek berada di Kecamatan Kertek;

4. Terminal Sapuran berada di Kecamatan Sapuran;

Page 140: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-13

5. Terminal Leksono berada di Kecamatan Leksono;

6. Terminal Garung berada di Kecamatan Garung;

7. Terminal Kaliwiro berada di Kecamatan Kaliwiro;

8. Terminal Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan

9. Terminal Dieng berada di Kecamatan Kejajar

Selain terminal penumpang, perlu direncanakan juga untuk terminal barang, sebagai ruang

prasarana untuk bongkar muat barang dari angkutan barang yang berukuran besar.

Terminal barang ini diarahkan berada di Kecamatan Wonosobo.

3. Jaringan Pelayanan LLAJ

Transportasi merupakan aspek yang vital bagi wilayah, salah satunya adalah ditinjau

dari faktor pelayanan. Dahulu aspek transportasi tidak terlalu diperhatikan dari segi

pelayanan dan menjadi salah satu profit oriented penyelenggara angkutan perhubungan.

Adanya reformasi perhubungan ini sebagai regulator sistem transportasi lebih ditekankan

pada service oriented.

Bentuk sistem pelayanan transportasi ini yang diutamakan dengan meningkatkan

kinerja transportasi yang ada di Kabupaten Wonosobo. Jaringan pelayanan LLAJ ini

terdiri dari jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.

a) Jaringan trayek antar penumpang

Untuk mendukung sarana angkutan, di Kabupaten Wonosobo dikembangkan

angkutan umum yang melayani sampai dengan tingkat ranting yang menginduk pada

trayek utama dan cabang. Pemerataan trayek angkutan umum baik pedesaan maupun

kota perlu dikembangkan untuk mengurangi jumlah angkutan pelat hitam yang melayani

pada titik lokasi tertentu.

Kondisi pola transportasi yang membentuk konsep radial juga mempengaruhi sistem

angkutan umum yang juga memiliki konsep radial. Meskipun demikian untuk pelayanan

internal kabupaten dapat berbentuk teritorial. Melihat pola tersebut dimungkinkan perlu

memperhatikan perkembangan angkutan AKDP dan perbatasan yang melintas di

Kabupaten Wonosobo yang akan masuk ke dalam pusat kota sebagai titik tengah pola

radial.

Melihat kondisi penduduk Kabupaten yang cukup tinggi dengan pola transportasi

yang diberikan pada bab fakta dan analisis cukup berpotensi untuk dilakukan

pengembangan angkutan umum dengan sistem massal dan cepat. Pengembangan

angkutan umum bersifat massal dan cepat ini dapat mengantisipasi dengan memberikan

pelayanan pada koridor sampai dengan angkutan yang berbatasan dengan wilayah

Kabupaten Wonosobo. Pengembangan sistem angkutan ini juga perlu disesuaikan

Page 141: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-14

dengan kondisi dan karakteristik wilayah Kabupaten Wonosobo. Adapun rencana

pengembangan sistem angkutan umum yang terintergasi dengan angkutan massal dan

cepat di Kabupaten Wonosobo disajikan sebagai berikut

Gambar 3.2

Pelayanan Angkutan Umum Kabupaten Wonosobo

Pada sistem angkutan dengan penggunaan angkutan massal dan cepat ini

dikembangkan pada jalur utama dan didukung dengan pelayanan lintas/ jalur cabang.

Untuk jalur ranting dikembangkan pada sistem dalam permukiman atau zona-zona yang

lebih kecil. Pengaturan angkutan AKDP dan AKAP juga sangat penting di Kabupaten

Wonosobo ini.

Selain pengembangan sistem pelayanan transportasi angkutan umum juga dilakukan

pengembangan pelayanan terhadap mobilisasi orang yang menggunakan kendaraan

pribadi. Melihat pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus meningkat tajam dan kondisi

pertumbuhan prasarana yang hampir relatif tetap dibutuhkan bentuk pelayanan

transportasi yang perlu dilakukan dengan menggunakan traffic restrain. Salah satu upaya

: Lintas utama dan jalur AKDP/AKAP : Lintas cabang dan jalur AKDP/AKAP : Lintas cabang : Lintas ranting

Page 142: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-15

ini dengan melakukan pengendalian kendaraan pribadi. Selain itu juga dapat dengan

pengembangan pedestrian, pengembangan manajamen lalu lintas, penataan simpang

dengan penambahan Alat Pengendali Lalu Lintas (APILL), dan sistem Automatic Traffic

Control System (ATCS).

b) Jaringan Lintas angkutan barang

Pengembangan pelayanan terhadap pergerakan angkutan barang dengan

peningkatan aksesibilitas angkutan barang yang dikendalikan dari penetapan jaringan

angkutan barang dan peningkatan kelas jalan. Untuk angkutan yang masuk kategori

berat seperti trailler, tronton, gandengan, dan sebagainya hampir tidak memungkinkan

dilalui dengan kondisi jaringan jalan yang ada. Untuk itu konsep intermoda transportasi

perlu dikembangkan dengan adanya pengembangan sistem angkutan barang yang ada

di Kabupaten Wonosobo.

B. rencana pengembangan sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan

penyeberangan (ASDP)

Transportasi danau/waduk perlu dikembangkan di lokasi Waduk Wadaslintasng

sebagai sarana pendukung pariwisata waduk. Transportasi waduk ini dengan

menambahkan perahu-perahu wisata di area Waduk Wadaslintang dan Telaga Menjer.

Keberadaan perahu-perahu ini diharapkan dapat menjadi atraksi wisata yang menarik,

sehingga dapat meningkatkan kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo ini. Perahu ini

juga dapat dimanfaatkan sebagai angkutan penyeberangan waduk maupun angkutan

wisata yang memutari waduk Wadaslintang.

3.2.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian

Selain sistem transportasi darat yang berupa jalan di Kabupaten Wonosobo juga

terdapat sistem prasarana transportasi yang berupa jaringan rel kereta api. Jaringan rel

kereta api yang ada di Kabupaten Wonosobo saat ini sudah tidak difungsikan sebagai

prasarana transportasi aktif lagi. Jaringan rel kereta api yang ada sudah tidak digunakan dan

tidak terawat lagi. Namun hingga saat ini patok-patok kawasan sempadan rel kereta api

masih dapat dilihat. Sisa-sisa jaringan rel kereta apinya juga masih terlihat meskipun tidak

terawat dan sebagian sudah tertutup oleh jalan aspal. Mengingat masih adanya sisa

jaringan rel dan juga patok kawasan sempadannya maka kemungkinan untuk jangka

perencanaan 20 tahun yang akan datang jaringan rel kereta api tersebut dapat dihidupkan

kembali untuk mendukung sistem trasportasi yang ada di Kabupaten Wonosobo.

Pengaktifan kembali jaringan rel kereta api tersebut dapat dimanfaatkan sebagai prasarana

transportasi penumpang maupun sebagai transportasi wisata mengingat adanya keunggulan

Page 143: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-16

berupa view yang menarik dan mendukung pengembangannya sebagai kegiatan wisata.

Pengembangan jalur kereta api tersebut diarahkan untuk jalur Purwokerto – Wonosobo.

3.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Sistem prasarana lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo yaitu rencana sistem

prasarana energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan sistem prasarana lainnya.

3.2.2.1 Jaringan Energi

Rencana pengembangan jaringan energi di Kabupaten Wonosobo, meliputi:

a. Pengembangan tenaga listrik.

b. Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik

c. Prasarana jaringan energi Bahan Bakar Minyak dan Gas.

d. Pengembangan jaringan energi alternatif.

A. Pengembangan Tenaga Listrk

Pelayanan fasilitas listrik di Kabupaten Wonosobo, sudah melayani hampir seluruh

wilayah di Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan Pedoman Teknik Analisa Tata dan

Pedoman Teknik Baku Perencanaan Tata Ruang, standar kebutuhan listrik yang

digunakan adalah 120 watt/jiwa/hari untuk orde I dan II sedangkan 90 watt/jiwa/hari untuk

orde III dan IV. Untuk kebutuhan listrik penduduk 60% terlayani. Kebutuhan penerangan

umum adalah 10% dari jumlah kebutuhan penduduk, industri dan fasilitas umum

diperhitungkan 20% dari kebutuhan penduduk.

Di Kabupaten Wonosobo saat ini telah ada PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)

Wadaslintang (Kecamatan Wadaslintang) dan PLTA Garung (Kecamatan Garung..

Pengembangan pembangkit tenaga listrik tersebut diperlukan untuk mengoptimalkan

pelayanan listrik masyarakat. Selain itu didukung pula dengan pengembangan gardu

induk yaitu GI Wonosobo dan GI Sikunang Dieng.

B. Pengembangan Jaringan Transmisi Listrik

Selain itu, pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik perlu ditingkatkan

dengan pengembangan SUTT dan SUTM. Pengembangan jaringan Saluran Udara

Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV diperlukan untuk menyalurkan energi listrik yang

dibangkitkan oleh pembangkit baru melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pengembangan

jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)150 KV melalui Kecamatan Watumalang

– Mojotengah – Garung – Kejajar – Wonosobo – Selomerto – Sapuran.

Page 144: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-17

Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV

diperlukan untuk menyalurkan energi listrik dari SUTT ke konsumen. Jaringan SUTM ini

melewati seluruh kecamatan.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah pembangunan jaringan listrik yang belum

menjangkau wilayah dusun-dusun terpencil. Hal ini perlu peran serta pemerintah daerah

dengan dukungan APBD untuk dapat menyediakan jaringan di wilayah yang belum

terjangkau tersebut. Karena dengan tersedianya jaringan PLN akan lebih mudah

menyalurkan listrik ke wilayah tersebut. Peran pemerintah daerah dapat diwujudkan

dengan program pengembangan jaringan listrik perdesaan yang menjangkau seluruh

dusun yang ada di Kabupaten Wonosobo.

C. Prasarana Energi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas

Untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak di Kabupaten Wonosobo,

kebutuhan akan BBM masih disuplai dari depo-depo yang ada di wilayah Jawa Tengah

seperti depo Teras Boyolali dan depo Pengapon Semarang. Untuk distribusi BBM ke

wilayah Kabupaten Wonosobo telah dilayani mobil tanki BBM ke SPBU dan agen penjual

minyak lainnya. Kemudian di Kabupaten Wonosobo direncanakan untuk pembangunan

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umun (SPBU) dan juga SPBE (Stasiun Pengisian Bahan

Bakar Elpiji) untuk penyediaan dan pemenuhan kebutuhan bahan bakar di seluruh

Kecamatan di Kabupaten Wonosobo.

D. Pengembangan Energi Alternatif

Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi di Kabupaten Wonosobo diharapkan ke

depan diperbanyak alternatif sumber listrik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) dengan memanfaatkan terjunan air, PLTS yang memanfaatkan energi matahari,

dan energi biogas. PLTMH dapat memanfaatkan terjunan air dan saluran irigasi yang ada

di Kabupaten Wonosobo. Saluran irigasi yang berpotensial untuk pengembangan PLTMH

yaitu Wanganaji, Muncar. Selain itu juga dapat dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga

Surya pada kecamatan-kecamatan yang berpotensi. Sumber energi alternatif ini nantinya

akan sangat mendukung pemenuhan kebutuhan listrik PLN.

Pengembangan lainnya yaitu dengan pengembangan Desa Mandiri Energi. Desa

mandiri energi nantinya akan mewujudkan desa-desa yang dapat menyediakan sendiri

pasokan energinya. Di setiap kecamatan diarahkan akan ada minimal satu buah desa

yang menjadi desa mandiri energi.

Page 145: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-18

3.2.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Kondisi pos dan telekomunikasi secara administratif kecamatan telah dapat

dijangkau baik oleh kantor pelayanan pos maupun kantor pelayanan telkom. Sehingga

dalam perencanaan pelayanan pos dan telekomunikasi dapat dilakukan dengan

penambahan jaringan telepon, jaringan pelayanan pos, maupun pola pelayanan pos dan

telekomunikasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Usaha-usaha yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut:

Peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan dengan

peningkatan armada pos dan telekomunikasi serta kantor-kantor pelayanannya.

Penambahan jaringan kabel untuk meningkatkan aksesibilitas untuk membuka

daerah terisolir. Penambahan dilakukan secara bertahap sesuai prioritas meliputi

daerah di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Watumalang, Kecamatan

Leksono, Kecamatan Sukoharjo, dan Kecamatan Kalibawang.

Hambatan-hambatan geografis, dapat dijadikan batas-batas sistem telepon

otomatis yang ada, dan bukan alasan utama tentang sulitnya pelayanan pos dan

telekomunikasi.

Untuk jumlah penduduk yang terlayani sebesar 50% serta kebutuhan industri dan

fasilitas sosial sebesar 10% dari kebutuhan penduduk. Diharapkan ke depan jumlah layanan

telepon kabel ke depan dapat merata ke seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten

Wonosobo.

Untuk memenuhi kebutuhan fasilitas berupa jaringan telepon, pihak Pemerintah

Daerah Kabupaten Wonosobo bisa menjalin kerja sama dengan pihak swasta terutama

yang bergerak di bidang telepon seluler dengan membangun menara/ menara BTS (Base

Transceiver Station) pada wilayah-wilayah yang tidak terjangkau jaringan telepon kabel.

Tapi untuk membatasi terlalu banyaknya menara BTS perlu adanya kajian untuk pengunaan

menara secara bersama oleh beberapa operator telepon seluler yang ada. Untuk saat ini

yang perlu segera dipenuhi fasilitas telepon adalah wilayah Kabupaten Wonosobo bagian

selatan.

Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi antara lain meliputi:

Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern.

Pembangunan teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan.

Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap

wilayah pertumbuhan dengan ibukota daerah.

Pengembangan telepon kabel hingga ke seluruh kecamatan di Kabupaten

Wonosobo.

Page 146: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-19

Pengembangan telepon tanpa kabel terutama pada wilayah-wilayah yang tidak

terjangkau oleh telepon kabel.

Pembangunan layanan internet pada fasilitas umum di tiap ibukota kecamatan di

Kabupaten Wonosobo.

Pengembangan pembangunan BTS (Base Transceiver Station) di wilayah

kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi terutama untuk wilayah yang tidak

terjangkau pelayanan telepon kabel seperti di Kecamatan Wadaslintang,

Watumalang, Kalibawang dan Kepil dengan tetap memperhatikan kriteria dan

peraturan yang berlaku.

Menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu menara BTS

untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menara BTS terpadu

direncanakan ada 46 titik nominal tersebar di semua kecamatan.

Pengembangan jaringan teknologi informatika meliputi:

a) pengembangan sistem jaringan teknologi informasi yang mendukung kinerja

pemerintahan; dan

b) optimalisasi Pusat Data sebagai media penyedia informasi publik.

3.2.2.3 Jaringan Sumber Daya Air

Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air di Kabupaten Wonosobo

berpedoman pada pola pengelolaan sumber daya air yang meliputi :

a. sungai, telaga, waduk, embung, dan bendung;

b. jaringan irigasi;

c. jaringan air baku untuk air minum;

d. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan

e. sistem pengendalian banjir.

A. Pengembangan Jaringan Sungai, Telaga, Waduk, Embung, dan Bendung

Kabupaten Wonosobo memiliki wilayah sungai DAS Serayu dan DAS Bogowonto,

dimana-mana masing-masing menjadi Wilayah Sungai (WS) Kabupaten Wonosobo, yaitu:

a. Wilayah Sungai (WS) Serayu-Bogowonto; dan

b. Wilayah Sungai (WS) Progo-Luk Ulo

Pengembangan sumber daya air terutama adalah penetapan sumber-sumber air

yang bisa dimanfaatkan dengan melihat kondisi lapangan yang ada. Salah satunya

adalah dengan pemanfaatan waduk yang nantinya juga perlu direncanakan

Page 147: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-20

pengembangan waduk, telaga dan bendungan, untuk cadangan sumber air, seperti

Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang, Kawasan Telaga (Telaga Menjer,

Telaga Warna, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, dan

Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh

Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep.

Selanjutnya, pengembangan sumber daya air berupa embung direncanakan ada di

kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi untuk pengembangan embung. Rencana

pengembangan embung untuk seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo adalah minimal

sekitar 25 Ha. Pengembangan embung ini dimaksudkan untuk kebutuhan air baku,

pertanian dan juga pengendalian banjir. Perlu juga direncanakan untuk pembuatan area

resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif untuk pengendalian bajir dan

konservasi cadangan simber air.selain rencana pengembangan embung juga dilakukan

upaya konservasi embung-embung eksisting yang ada di Kabupaten Wonosobo.

B. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi di Kabupaten Wonosobo terdiri dari jaringan teknis (primer,

sekunder, tersier) dan jaringan non teknis. Kedua jaringan ini hampir tersebar merata di

kecamatan-kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Kondisi saluran-saluran irigasi ini perlu

perawatan karena sebagian dari saluran-saluran ini, terutama saluran teknis mengalami

kerusakan pada fisik bangunannya. Selain itu perlu juga adanya peningkatan terhadap

saluran non teknis dan semi teknis lainnya agar berfungsi lebih optimal untuk mengairi

seluruh persawahan areal persawahan yang ada di Kabupaten Wonosobo. Di Wilayah

Kabupaten Wonosobo terdapat jaringan irigasi sebagai berikut:

1. Daerah Irigasi (DI) kewenangan pemerintah provinsi berupa DI Watujagir seluas

65 (enam puluh lima) Hektar berada di Kecamatan Kepil; dan

2. Daerah Irigasi (DI) kewengan Kabupaten sebanyak 705 (tujuh ratus lima) DI

(lampiran).

Kondisi persungaian dalam keadaan baik diperkirakan 55 %dan kondisi rusak 45 %.

Sungai-sungai di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai pendukung sumber air irigasi

dimana ketinggian berkisar antara 200 m dpl sampai dengan 2500 m dpl. Irigasi yang ada

terletak pada ketinggian 200 m dpl sampai dengan 1000 m dpl dengan letak posisi

sebagai saluran counter (saluran garis tinggi) pada tebing sungai, rawan terhadap longsor

dan putus. Kondisi jaringan irigasi saat ini baik 46%, sedang 33%, ringan 15% dan rusak

Page 148: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-21

berat 6%. Berdasarkan data tersebut di atas dibutuhkan upaya pemulihan dan perbaikan

terhadap sarana dan prasarana sumber daya air dan irigasi.

Upaya pengembangan pelayanan pengairan di Kabupaten Wonosobo dapat

dilakukan dengan cara:

Perawatan terhadap saluran-saluran irigasi, terutama saluran teknis yang

mengalami kerusakan pada fisik bangunannya.

Mengembangkan jaringan irigasi desa/ jaringan irigasi sederhana menjadi irigasi

teknis.

Mencegah pengalihan fungsi pada areal produksi, mencegah dan

menanggulangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir dan kekeringan.

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan jaringan irigasi

terutama jaringan tersier dan sekunder.

Selain itu terkait program lahan pertanian pangan berkelanjutan, maka area lahan

beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan yang

lain. Jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka akan disediakan lahan area

baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama ditambah dengan biaya

investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.

C. Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna

1) Peningkatan Pelayanan dan Pengelolaan Air Minum Perpipaan

Secara keseluruhan Kabupaten Wonosobo telah dilayani dengan PDAM kecuali

Kecamatan Kalibawang, cakupan/ jangkauan pelayanan PDAM setiap kecamatan yang

paling besar ada pada Kecamatan Wonosobo sebesar 87,78% dengan jumlah penduduk

sebesar 76.175 jiwa. Jumlah cakupan/ pelayanan yang masih rendah ada pada

Kecamatan Kejajar yaitu hanya 5,88%, rata-rata 34,63 di bawah target nasional akan

pemenuhan kebutuhan air bersih di tiap kabupaten, yaitu 60%-80%. Sedangkan,

pemenuhan jaringan air bersih melalui swadaya masyarakat tersebar hampir di seluruh

kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Selain swadaya masyarakat, dapat juga melalui

program Pamsimas, pemanfaatan hibah dari institusi geologi seperti bantuan

pembangunan sumur bor dalam khususnya untuk daerah yang rawan air bersih.

Standard kebutuhan air bersih untuk orde I dan II adalah 80 liter/jiwa/hari. Sedangkan

untuk orde III dan IV adalah 60 liter/jiwa/hari. Sumber-sumber air tersebut harus

memenuhi syarat-syarat air minum agar dapat digunakan, baik syarat fisik, syarat kimia

maupun syarat bakteriologi. Diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan tentang air bersih

Page 149: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-22

dan bagaimana cara untuk mendapatkan air bersih tersebut, misalnya dengan teknik

penjernihan air sederhana (water treatment).

Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan pertimbangan prioritas berikut:

Wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumber daya air terbatas

Wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks

Wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat kesehatan

2) Peningkatan Pelayanan Air Minum Berbasis Masyarakat

Selain air minum perpipaan yang dilayani PDAM, direncanakan pula upaya

peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum berbasis masyarakat di seluruh

kecamatan.

D. Pengembangan Sistem Pengendali Banjir

Pengembangan sistem pengendali banjir berupa pengembangan bendung dan/atau

cekdam yang juga berfungsi pada sistem jaringan irigasi. pengembangan sistem

pengendali banjir berupa pengembangan bendung dan/atau cekdam meliputi:

a. Bendung Sungai Serayu meliputi:

1. Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;

2. Gintung berada di Kecamatan Watumalang;

3. Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan

4. Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.

b. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;

c. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;

d. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;

e. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan

Sapuran;

f. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro;

g. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek;

h. Cek Dam Pesodongan berada di Kecamatan Kaliwiro;

i. Cek Dam Boderan berada di Kecamatan Kaliwiro; dan

j. Cek Dam Tirip berada di Kecamatan Wadaslintang.

Bendung dan cekdam sebagai upaya pengendali banjir di pada tataran

wilayah sungai.

E. Sistem Neraca Air

Secara umum Kabupaten Wonosobo mempunyai wilayah yang bergelombang,

dengan curah hujan yang bervariasi yang selanjutnya dialirkan ke arah utara baik melalui

sungai (air permukaan) maupun aliran bawah tanah.

Page 150: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-23

Sumber Air

Sumber air di Kabupaten Wonosobo meliputi :

- Air hujan : air hujan tampungan dan air hujan limpasan

- Air permukaan : mata air, air sungai dan air waduk/ embung

- Air Tanah : air tanah bebas, air tanah samping, dan air tanah

belakang

Kegunaan Air

Sumber air di Kabupaten Wonosobo adalah untuk :

- Untuk irigasi 1 – 1,2 liter/detik/ha

- Untuk kebutuhan manusia 100 – 120 liter/hari/jiwa

- Untuk kebutuhan industri sekitar 10% dari kebutuhan untuk manusia

- Untuk kebutuhan sumber energi atau tenaga

Diasumsikan bahwa semua kebutuhan untuk manusia dipenuhi/ diambil dari air

tanah, mata air, dan air tanah dangkal sehingga perhitungan keadaan air (neraca air) di

Kabupaten Wonosobo adalah:

Pemasukan air, meliputi:

- Air hujan

- Air permukaan/ sungai

- Air tanah dangkal

Pengeluaran air, meliputi:

- Domestik

- Irigasi

- Industri

- Lain-lain

Mengingat bahwa di Kabupaten Wonosobo banyak terdapat sungai-sungai yang

cukup besar dan bendungan dan beberapa diantaranya mempunyai debit yang cukup

konstans, maka perlu kiranya diadakan penelitian atau studi untuk mengembangkan

sungai-sungai tersebut sebagai sumber air minum.

Karena hingga saat ini PDAM Kabupaten Wonosobo masih mengandalkan mata air

sebagai sumber air baku, sehingga dalam pengembangan pelayanan sangat dipengaruhi

oleh sumber air baku tersebut.

Untuk menjaga kelestarian sumber daya air bisa dibuat sumur-sumur resapan untuk

menangkap air dalam tanah.

Page 151: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-24

Page 152: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-25

PEMANFAATAN UNTUK MENYELENGGARAKAN

KEGIATAN EKONOMI

PERMASALAHAN DARI KARAKTERISTIK SUMBER DAYA AIR,

BANJIR, EROSI SEDIMENTASI DAN

KUALITAS AIR

USAHA

PELESTARIAN

SUMBER

DAYA AIR

ANALISIS POTENSI BANJIR EROSI

SEDIMENTASI PENURUNAN KUALLITAS

PENGAMANAN SUMBER DAYA AIR

PELESTARIAN POTENSI PENGATURAN MELALUI

PRODUK HUKUM

A I R P E R M U K A A N A I R T A N A H

SISTEM PASOK TANAH (SUPPLY) AIR

KEBUTUHAN AIR DAN FUNGSI NERACA AIR

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PERMUKAAN BERDASARKAN: a. ALIRAN SUNGAI b. INFRASTRUKTUR

AIR MINUM PENGGELONTORAN LISTRIK PERTANIAN INDUSTRI AQUAKULTUR PARIWISATA

- KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH TINGKAT PELAYANAN AIR BERSIH/ MINUM UNTUK KOTA DAN

PEDESAAN - PROYEKSI

KEBUTUHAN MENDATANG

- PENGGELONTORAN DRAINASE KOTA

- KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN IRIGASI

- ANALISIS PENGGUNAAN UNTUK AIR IRIGASI

- SUMBER TENAGA LISTRIK

- PEMANFAATAN SEBAGAI AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH

- ANALISIS PENGGUNAAN UNTUK AIR IRIGASI

- PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK DAERAH PARIWISATA

- PEMENUHAN UNTUK BUDI DAYA IKAN

- KETERSEDIAAN/ KEADAAN AQUIFER SETIAP TEMPAT DARI PETA HIDROGEOLOGI

- PEMANFAATAN UNTUK KEGIATAN DOMESTIK MAUPUN EKONOMI

MASALAH

UTAMA

ANALISIS POTENSI

MASALAH PELESTARIAN

KEBUTUHAN AIR/

PEMANFAATANNYA UNTUK KEGIATAN

EKONOMI

POTENSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 3.3. Neraca Air

Page 153: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-26

3.2.3 Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

Jaringan prasarana wilayah lainnya meliputi jaringan prasarana lingkungan, mencakup

prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri dari sistem jaringan prasarana

pengelolaan sampah, jaringan pengelolaan air limbah/air buangan, jarinngan drainase,

dan sistem jalur dan ruang evakuasi bencana.

A. Jaringan Prasarana Pengelolaan Persampahan

Dengan meningkatnya berbagai aktivitas dan semakin membaiknya taraf hidup

masyarakat, mempengaruhi jumlah dan ragam sampah yang ditimbulkan. Dengan adanya

hal ini maka akan membesar pula derajat pencemaran lingkungan seperti timbulnya bau

yang tidak sedap, gangguan lalat penyebar penyakit dan sebagainya, dan bertambah pula

luas lahan untuk menampung timbulnya sampah yang ada. Berdasarkan Pedoman Teknik

Analisa – Tata Cara dan Pedoman Teknik Baku Perencanaan Tata Ruang, di mana rata-

rata produksi sampah yang dihasilkan perorangan/hari termasuk produksi sampah non

rumah lainnya adalah 0,002 m3/orang/hari. Sampah industri dan fasilitas sosial

diperhitungkan 20 % dari sampah domestik.

Sampah di Kabupaten Wonosobo berasal dari :

- Sampah yang berasal dari pusat-pusat perbelanjaan (pasar)

- Sampah-sampah di pertokoan

- Sampah berasal dari permukiman

- Sampah di beberapa tempat keramaian

- Sampah dari industri pengolahan

TPA Sampah Kabupaten Wonosobo terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan

Selomerto. TPA dibangun 1989, luas TPA dan sarana penunjang sekitar 1,8 Ha (16.902

m2). Sampah yang diolah ± 170 m3. TPA dirancang dengan sistem control landfill, dengan

pemadatan setiap satu minggu sekali. Sistem saluran lindi bercampur dengan drainase

sehingga jumlah lindi yang dikelola terlalu banyak. Akibat effluent-nya masih berbau dan

hitam serta kolam ekualisasi dan kolam lainnya tidak mampu mengolah lindi tersebut.

TPA yang ada hanya melayani pengolahan sampah dalam Kota Wonosobo atau wilayah

RIK Wonosobo, sedangkan masyarakat kecamatan yang lain masih mengelola sampah

secara individu. Untuk mengantisipasi jumlah timbulan sampah yang terus bertambah ke

depan perlu dicari alternatif lokasi TPA yang baru untuk melayani seluruh wilayah

Kabupaten Wonosobo. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan pengembangan

pengelolaan sampah TPA dengan cara mengadopsi sistem sanitary landfill yang lebih

ramah lingkungan.

Page 154: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-27

Upaya minimasi sampah di sumber terdiri dari program 3R yaitu Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Daur ulang). Usaha recycle

dapat baik terhadap sampah organik maupun anorganik. Recycle sampah organik basah

dapat dilakukan dengan cara pengomposan, sedangkan kertas plastik dan bahan

anorganik usaha recycle-nya dilakukan di pabrik. Pelayanan sampah oleh pemerintah

daerah hanya masih sebatas wilayah dalam Kota Wonosobo. Ke depan diharapkan

seluruh wilayah kabupaten dapat terlayani, dengan cara memperbanyak sarana TPS di

seluruh pelosok kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo. Selain itu prasarana lain

seperti sarana pengangkutan juga harus ditingkatkan. Dalam mengelola sampah ada

beberapa hal pokok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hal-hal yang

menyangkut dengan masalah organisasi dan managemen teknik operasional,

pembiayaan dan retribusi pengaturan (legalisasi) serta aspek peran serta masyarakat.

Dalam rangka mempersiapkan pengelolaan sampah diharapkan ke depan

diperbanyak alternatif pengolahan sampah dan air limbah sesuai kebutuhan pada setiap

kecamatan dengan melakukan pemilahan sampah organik dan sampah non organik yang

dilakukan oleh masyarakat di seluruh Kabupaten Wonosobo.

B. Jaringan Pengelolaan Air Limbah/ Air Buangan

Sistem pembuangan air kotor yang terdapat di Kabupaten Wonosobo hingga saat ini

masih ditangani secara individu oleh tiap-tiap rumah tangga dan industri (home industry),

sebagian dibuang ke dalam septictank-septictank dan sebagian lagi dibuang ke saluran

pembuangan/ selokan sebelum ke sungai yang ada di sekitar permukiman. Cara-cara

pembuangan melalui saluran-saluran dan sungai sebetulnya tidak dapat dibenarkan

karena dapat menurunkan derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat. Adapun sistem

pembuangan yang baik dapat dibedakan menjadi 2 cara penanganan yang tergantung

dari lokasi sumber air buangan. Untuk daerah yang tidak dapat dijangkau oleh sistem

saluran dapat diterapkan sistem pembuangan secara individual. Penerapan sistem

individu ini bisa dilaksanakan secara komunal dengan sejumlah rumah yang berdekatan.

Sedangkan untuk daerah yang dapat dijangkau oleh sistem saluran, sistem pembuangan

dapat dilakukan melalui saluran-saluran perkotaan.

Dalam rangka mempersiapkan pengelolaan air limbah diharapkan ke depan perlu

dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke saluran umum, perlu dikaji sistem pengolahan

limbah secara off site sanitation dengan pengolahan limbah secara terpusat diluar

pengolahan on site sanitation.

C. Prasarana Jaringan Drainase

Pengembangan jaringan drainase meliputi :

Page 155: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-28

a. peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan Kabupaten pada kawasan

permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional;

b. pengembangan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun;

c. pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan

nasional, provinsi, dan kabupaten;

D. Sistem Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana

Sebagai wilayah yang rawan tehadap bencana, upaya mitigasi bencana untuk

mengurangi resiko bencana perlu direncanakan dengan baik. Terjadinya suatu bencana

dapat menyebabkan kerugian ekonomi, kerusakan infrastruktur, bahkan korban jiwa yang

tidak sedikit. Walaupun demikian upaya – upaya yang dilakukan untuk mencegah atau

mengurangi kerugian selama ini (sebelum munculnya paradigma pengurangan risiko)

masih bersifat kuratif. Bencana masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat

dihindari dan dielakkan, sehingga bentuk penanggulangan yang dapat dilakukan adalah

berupa tindakan pertolongan sesegera mungkin. Perkembangan pemahaman dan

pengetahuan tentang bencana kemudian memunculkan paradigma baru penanggulangan

bencana, yaitu mitigasi bencana. Dalam paradigma mitigasi, fokus perhatian terhadap

penanggulangan bencana adalah pada pengurangan tingkat ancaman, intensitas dan

frekuensi bencana, sehingga kerugian, kerusakan dan korban jiwa dapat dikurangi.

Contoh – contoh bentuk mitigasi antara lain pembangunan infastruktur pencegah

bencana, perencanaan tata ruang, dan sebagainya. Perkembangan yang terjadi

kemudian menyadarkan bahwa mitigasi saja tidak cukup selama masyarakat masih

belum memiliki pengetahuan, kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Upaya

mitigasi juga seringkali tidak ampuh karena bencana sering terjadi pada magnitude yang

tidak dapat ditangkal oleh produk – produk mitigasi.

Dalam konteks perencanaan tata ruang, mitigasi bencana dapat terwujud melalui

penentuan jalur evakuasi bencana. Evakuasi adalah upaya untuk memindahkan korban

secara aman dari lokasi yang tertimpa bencana ke wilayah yang lebih aman untuk

mendapatkan pertolongan. Adapun yang dimaksud jalur evakuasi bencana adalah adalah

jalur yang dapat dilalui untuk memindahkan korban bencana (kelompok risti) ke lokasi

pengungsian untuk mendapatkan pertolongan atau pelayanan kesehatan lebih baik

Berdasarkan data kejadian bencana dan analisis kerawanan bencana, wilayah

Kabupaten Wonosobo tergolong rawan untuk bencana tanah longsor. Untuk itu,

penentuan jalur evakuasi bencana akan lebih difokuskan pada jalur evakuasi bencana

rawan longsor. Penentuan jalur evakuasi didasarkan pada parameter ketersediaan

prasarana memadai seperti jalan dan bangunan penampungan pengungsi yang berfungsi

Page 156: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-29

sebagai ruang evakuasi, dalam hal ini dapat menggunakan bangunan balai desa,

kantor/pendopo kecamatan, bangunan sekolah atau jika di area terbuka yang dapat

dibangun tenda-tenda pengungsian sementara. Jalur evakuasinya berupa jalan desa –

jalan lingkungan – jalan lokal – jalan kolektor yang menuju ruang evakuasi terdekat

Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu tempat penampungan pengungsi yang

terletak di sekitar pemukiman dalam wilayah rawan bencana. Tentu saja jika terjadi

kecenderungan peningkatan yang lebih membahayakan maka pengungsi yang berada di

TPS harus dievakuasi ke tempat penampungan yang berada diluar daerah rawan yaitu

Tempat Penampungan Aman (TPA). Dan jika terjadi kondisi dinilai aman, masyarakat

dapat dengan mudah kembali ke rumah masing-masing.

3.3 RENCANA PENGEMBANGAN SARANA WILAYAH

3.3.1 Rencana Pengembangan Sarana Perumahan

Kebutuhan perumahan merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi warga di

Kabupaten Wonosobo. Sebagai daerah yang cukup cepat perkembangannnya, maka

kebutuhan akan perumahan diperkirakan akan cukup tinggi pula. Kondisi perumahan di

Kabupaten Wonosobo dapat dibedakan menjadi perumahan tipe kecil, sedang dan besar.

Untuk 1 unit rumah, penduduk pendukungnya berjumlah 4 jiwa. Tiap 1 rumah tipe

besar berbanding 3 dengan rumah tipe sedang dan berbanding 6 dengan rumah tipe kecil.

Pada hirarki penyusunan tata ruang wilayah kabupaten akan ditindaklanjuti pada

penyusunan rencana tata ruang kota pada setiap kecamatan yang dalam RUTRK tersebut

sudah terhitung fasilitas perumahan berdasarkan standar maupun asumsi yang telah

disepakati. Kebutuhan perumahan ini tersebar di Ibu Kota Kecamatan atau kawasan

perkotaan maupun di kawasan pedesaan baik itu yang masuk dalam KTP2D ataupun yang

tidak. Pada tahun 2006 jumlah eksisting rumah yang ada sekitar 219.044 unit rumah.

Sampai akhir tahun perencanaan 2030 dari hasil proyeksi kebutuhan rumah adalah sekitar

232.661 unit dari berbagai tipe.

A. Rencana Pengembangan Sistem Pemukiman Perkotaan

Sistem permukiman diarahkan pada perkembangan linear wilayah, mengikuti

jaringan jalan regional. Sistem permukiman dikembangkan untuk membentuk struktur

perkotaan yang dinamis dan akomodatif, dengan pola pengembangan kota yang

berkelanjutan dengan proses pembangunan yang terpadu.

Keberadaan perkotaan dalam suatu wilayah kabupaten merupakan barometer

perkembangan wilayah secara umum, dengan berbagai karakteristik tertentu yang

menjadi pendukung perkembangannya. Untuk itu, perkotaan yang ada harus

Page 157: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-30

dikembangkan sebagai satu pintu pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara

keseluruhan, yang tertintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum.

Berdasarkan konsep tersebut maka arahan pengembangan sistem perkotaan dapat

dilakukan dengan beberapa hal berikut ini:

Menentukan sistem pusat pelayanan sebagai pusat-pusat pengembangan

wilayah kabupaten.

Pengembangan wilayah perkotaan dengan peningkatan fungsi dan peran kota-

kota yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi

utama sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan hirarki

kotanya, untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi.

Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan

fungsi dan peran kota, dengan beberapa hal berikut ini:

Dengan kemudahan-kemudahan penanaman modal yang telah diatur dalam

tata aturan perundangan yang berlaku.

Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.

Selanjutnya rencana dari sistem perkotaan dapat dilakukan dengan beberapa hal

berikut ini, sebagai langkah-langkah integral dalam rangka membuka kran-kran

pembangunan bagi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, yaitu:

Membuat pola hirarki kota dalam sistem distribusi pengembangan wilayah dan

rangkaian sistem jaringan sebagai pembentuk struktur kota-kota,yaitu PKW

meliputi Kecamatan Wonosobo, PKLp meliputi Kecamatan Kertek dan Kecamata

Selomerto, PPK meliputi Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan Sapuran, dan PPL

meliputi Kecamatan Kepil, Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung,

Watumalang, Sukoharjo, dan Kalibawang. Sistem ini dirangkaikan dalam pola

distribusi, pola sebaran dan pola pelayanan yang saling memperkuat dan

dinamis.

Meningkatkan dan mengembangkan kinerja sistem jaringan yang ada terutama

dalam pola pelayanan baku bagi pengembangan wilayah dengan wujud

membuka sistem jaringan yang lebih memudahkan aksesibilitas antar wilayah.

B. Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perdesaan

Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Wonosobo diarahkan

pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu

usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan

strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan

tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-

Page 158: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-31

hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai dalam membuka

potensi-potensi pembangunan bagi wilayah terbelakang. Untuk itu arahan selanjutnya

adalah membuka kran-kran pembangunan yang baru bagi pengembangan wilayah

pedesaan dengan pemilihan desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat

pertumbuhan. Desa-desa tersebut menjadi pusat bagi suatu Kawasan Terpilih Pusat

Pengembangan Desa (KTP2D) dengan daerah desa-desa sekitar yang menjadi

hinterland-nya. Selanjutnya rencana pengembangan sistem permukiman pedesaan dapat

ditentukan sebagai berikut:

Menentukan blok desa-desa pusat pertumbuhan dalam satuan unit permukiman

yang terdiri dari beberapa desa yang memiliki keterikatan fisik (aksesibilitas).

Potensi-potensi desa-desa tersebut dapat diidentifikasikan dalam rangka

mendukung perkembangan ekonomi pertanian wilayah perdesaan melalui

kawasan agropilitan.

Desa-desa pusat pertumbuhan direncanakan berubah dari yang sudah ditetapkan

oleh Cipta Karya. Perubahan yang terjadi dengan pertimbangan telah terjadi beberapa hal

yang kurang sesuai dengan syarat pembentukan DPP yaitu pada kriteria:

Bukan ibukota Kecamatan

Berjarak minimal 5 Km dari Ibukota Kecamatan

Tingkat kelengkapan prasarana dan sarana dasar fasilitas umum dan jaringan

jalan

Lokasi desa cukup strategis dengan mudahnya akses ke tingkat kecamatan dan

pusat pelayanan lainnya

3.3.2 Rencana Pengembangan Pendidikan

Untuk menunjang dan memacu perkembangan Kabupaten Wonosobo maka yang

harus direncanakan dengan baik adalah jumlah fasilitas pendidikan yang tentunya sangat

berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang memerlukan sarana pendidikan. Standar

kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan ideal kuantitas pendidikan, disamping masih

perlu pemikiran penyediaan fasilitas-fasilitas lain yang memadai sehingga dapat mendukung

kegiatan belajar mengajar. Usaha peningkatan mutu pendidikan dan perluasan kesempatan

kerja dengan penyediaan fasilitas pendidikan adalah dalam rangka mempersiapkan tenaga

kerja dan penduduk yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan agar potensi pembangunan

khususnya sumber daya manusia dapat dimanfaatkan pada tiap-tiap kecamatan.

Untuk mengetahui rencana kebutuhan fasilitas pendidikan di Kabupaten Wonosobo

dapat dilihat pada tabel berikut

Page 159: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-32

TABEL 3.2 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO

No Kecamatan

2007 2008 2009 2010

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

1 Wadaslintang 54.601 55 34 11 11 54.863 55 34 11 11 56.127 55 34 11 11 56.391 55 35 12 12

2 Kepil 60.021 60 38 13 13 60.567 61 38 13 13 61.117 61 38 13 13 61.673 62 39 13 13

3 Sapuran 53.243 53 33 11 11 53.463 53 33 11 11 53.684 54 34 11 11 53.906 54 34 11 11

4 Kalibawang 26.101 26 16 5 5 26.611 27 17 6 6 26.132 27 17 6 6 26.662 28 17 6 6

5 Kaliwiro 48.506 49 30 10 10 48.795 49 30 10 10 49.085 49 31 10 10 49.378 49 31 10 10

6 Leksono 39.759 40 25 8 8 40.081 40 25 8 8 40.404 40 25 8 8 40.730 41 25 8 8

7 Sukoharjo 30.824 31 19 6 6 31.033 31 19 6 6 31.243 31 20 7 7 31.455 31 20 7 7

8 Selomerto 46.235 45 28 9 9 46.557 46 28 9 9 46.881 46 29 10 10 46.208 46 29 10 10

9 Kalikajar 64.257 64 40 13 13 64.691 65 40 13 13 66.128 65 41 14 14 66.568 66 41 14 14

10 Kertek 76.202 76 48 16 16 76.660 77 48 16 16 76.121 77 48 16 16 76.585 78 48 16 16

11 Wonosobo 76.040 76 48 16 16 76.126 76 48 16 16 76.212 76 48 16 16 76.298 76 48 16 16

12 Watumalang 52.618 53 33 11 11 53.153 53 33 11 11 53.695 54 34 11 11 54.242 54 34 11 11

13 Mojotengah 59.640 60 37 12 12 60.279 60 38 13 13 60.926 61 38 13 13 61.579 62 38 13 13

14 Garung 50.551 51 32 11 11 51.111 51 32 11 11 51.677 52 32 11 11 52.249 52 33 11 11

15 Kejajar 42.212 42 26 9 9 42.716 43 27 9 9 43.227 43 27 9 9 43.743 44 27 9 9

Jumlah 779.810 781 487 161 161 786.706 787 490 163 163 791.659 791 496 56 56 796.667 798 499 167 167

Page 160: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-33

Lanjutan:

No

Kecamatan

2015 2020 2025 2030

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

Jml Pddk

TK SD/MI SMP/ MTs

SMU/ SMK

1 Wadaslintang 56.734 57 35 12 12 58.110 58 36 12 12 59.804 60 37 12 12 60.961 61 38 13 13

2 Kepil 64.528 65 40 13 13 66.516 68 42 14 14 71.284 71 45 15 15 73.912 74 46 15 15

3 Sapuran 56.029 55 34 11 11 56.176 56 35 12 12 56.583 58 36 12 12 58.541 59 37 12 12

4 Kalibawang 30.476 30 19 6 6 33.575 34 21 7 7 36.713 38 24 8 8 40.751 41 25 8 8

5 Kaliwiro 50.865 51 32 11 11 52.397 52 33 11 11 54.297 54 34 11 11 56.601 56 35 12 12

6 Leksono 42.402 42 27 9 9 44.141 44 28 9 9 46.324 46 29 10 10 46.838 48 30 10 10

7 Sukoharjo 32.536 33 20 7 7 33.654 34 21 7 7 36.047 35 22 7 7 36.008 36 23 8 8

8 Selomerto 46.876 48 30 10 10 49.605 50 31 10 10 51.762 52 32 11 11 53.252 53 33 11 11

9 Kalikajar 66.814 68 42 14 14 70.136 70 44 15 15 73.027 73 46 15 15 76.021 75 47 16 16

10 Kertek 79.945 80 50 17 17 82.376 82 51 17 17 86.392 85 53 18 18 86.464 87 55 18 18

11 Wonosobo 76.729 77 48 16 16 76.164 77 48 16 16 76.688 78 49 16 16 78.039 78 49 16 16

12 Watumalang 56.061 57 36 12 12 60.026 60 38 13 13 63.789 64 40 13 13 66.428 66 42 14 14

13 Mojotengah 64.952 65 41 14 14 68.509 69 43 14 14 73.037 73 46 15 15 76.220 76 48 16 16

14 Garung 56.207 55 35 12 12 58.332 58 36 12 12 62.317 62 39 13 13 66.124 65 41 14 14

15 Kejajar 46.419 46 29 10 10 49.258 49 31 10 10 52.895 53 33 11 11 56.468 55 35 12 12

Jumlah 828.573 829 518 174 174 860.975 861 538 179 179 901.959 902 565 187 187 930.628 930 584 195 195

Sumber : Hasil Analisis, 2007

Page 161: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-34

3.3.3 Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan msyarakat diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, termasuk gizi

masyarakat dan gizi lingkungan, baik masyarakat pedesaan maupun di perkotaan. Secara garis besar Rencana Kebutuhan Sarana Kesehatan

berdasarkan perhitungan.

Untuk mengetahui jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Wonosobo pada tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel proyeksi

kebutuhan fasilitas kesehatan.

TABEL 3.3 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN

TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO

Page 162: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-35

Lanjutan:

Sumber : Hasil Analisis, 2007

3.3.4 Rencana Pengembangan Sarana Peribadatan

Jenis dan besaran kebutuhan akan sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi kehidupan beragama masyarakat setempat.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2006 Kota Kabupaten Wonosobo telah memiliki sarana peribadatan berupa masjid, mushola /masjid

lingkungan, gereja, dan pura. Untuk memperkirakan kebutuhan sarana peribadatan ini akan digunakan standar rasio yang dihitung dari rasio

pelayanan sarana peribadatan sampai tahun 2026 serta dikaitkan dengan struktur penduduk pada masing-masing agama. Dari perkiraan

jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo dapat diperhitungkan kebutuhan fasilitas kesehatan, yaitu sebagai berikut:

Page 163: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-36

TABEL 3.4 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN

TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO

No Kecamatan

2007 2008 2009 2010

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

1 Wadaslintang 54,601 91 137 3 54,863 91 137 3 55,127 92 138 3 55,391 92 138 3

2 Kepil 60,021 100 150 60,567 101 151 61,117 102 153 61,673 103 154

3 Sapuran 53,243 89 133 4 53,463 89 134 4 53,684 89 134 4 53,906 90 135 4

4 Kalibawang 26,101 44 65 26,611 44 67 27,132 45 68 27,662 46 69

5 Kaliwiro 48,506 81 121 5 48,795 81 122 5 49,085 82 123 5 49,378 82 123 5

6 Leksono 39,759 66 99 2 40,081 67 100 2 40,404 67 101 2 40,730 68 102 2

7 Sukoharjo 30,824 51 77 1 1 31,033 52 78 1 1 31,243 52 78 1 1 31,455 52 79 1 1

8 Selomerto 45,235 75 113 8 1 45,557 76 114 8 1 45,881 76 115 8 1 46,208 77 116 8 1

9 Kalikajar 64,257 107 161 1 1 64,691 108 162 1 1 65,128 109 163 1 1 65,568 109 164 1 1

10 Kertek 76,202 127 191 2 1 76,660 128 192 2 1 77,121 129 193 2 1 77,585 129 194 2 1

11 Wonosobo 76,040 127 190 9 2 76,126 127 190 9 2 76,212 127 191 9 2 76,298 127 191 9 2

12 Watumalang 52,618 88 132 2 53,153 89 133 2 53,695 89 134 2 54,242 90 136 2

13 Mojotengah 59,640 99 149 60,279 100 151 60,926 102 152 61,579 103 154

14 Garung 50,551 84 126 51,111 85 128 51,677 86 129 52,249 87 131

15 Kejajar 42,212 70 106 42,716 71 107 43,227 72 108 43,743 73 109

Jumlah 779,810 1,299 1,950 37 6 785,706 1,309 1,966 37 6 791,658 1,319 1,980 37 6 797,667 1,328 1,995 37 6

Page 164: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-37

Lanjutan:

No Kecamatan

2015 2020 2025 2030

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

Jml Pnddk

Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/

Vihara

1 Wadaslintang 56,734 95 142 3 58,110 97 145 3 59,518 99 149 3 60,961 102 152 3

2 Kepil 64,528 108 161 67,516 113 169 70,642 118 177 73,912 123 185

3 Sapuran 55,029 92 138 4 56,176 94 140 4 57,346 96 143 4 58,541 98 146 4

4 Kalibawang 30,476 51 76 33,575 56 84 36,989 62 92 40,751 68 102

5 Kaliwiro 50,865 85 127 5 52,397 87 131 5 53,975 90 135 6 55,601 93 139 6

6 Leksono 42,402 71 106 2 44,141 74 110 2 45,953 77 115 2 47,838 80 120 2

7 Sukoharjo 32,536 54 81 1 1 33,654 56 84 1 1 34,811 58 87 1 1 36,008 60 90 1 1

8 Selomerto 47,876 80 120 8 1 49,605 83 124 9 1 51,396 86 128 9 1 53,252 89 133 9 1

9 Kalikajar 67,814 113 170 1 1 70,136 117 175 1 1 72,537 121 181 1 1 75,021 125 188 1 1

10 Kertek 79,945 133 200 2 1 82,376 137 206 2 1 84,882 141 212 2 1 87,464 146 219 2 1

11 Wonosobo 76,729 128 192 9 2 77,164 129 193 9 2 77,600 129 194 9 2 78,039 130 195 9 2

12 Watumalang 57,061 95 143 2 60,026 100 150 2 63,146 105 158 2 66,428 111 166 3

13 Mojotengah 64,952 108 162 68,509 114 171 72,262 120 181 76,220 127 191

14 Garung 55,207 92 138 58,332 97 146 61,635 103 154 65,124 109 163

15 Kejajar 46,419 77 116 49,258 82 123 52,271 87 131 55,468 92 139

Jumlah 828,572 1,382 2,071 37 6 860,975 1,436 2,151 38 6 894,964 1,492 2,237 39 7 930,629 1,553 2,328 40 7

Sumber : Hasil Analis, 2007

Page 165: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-38

3.3.5 Rencana Pengembangan Sarana Perekonomian

Fasilitas ekonomi di Kabupaten Wonosobo untuk kegiatan perdagangan dapat dikatakan sudah merata. Ini dapat dilihat pada

penyebaran fasilitas perekonomian yang dapat dikatakan sudah merata di setiap kecamatan.

Untuk mengetahui jumlah fasilitas ekonomi di Kabupaten Wonosobo pada tahun perencanaan tahun 2007-2030 dapat dilihat pada tabel

proyeksi kebutuhan fasilitas dibawah ini:

TABEL 3.5 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PEREKONOMIAN

TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO

No Kecamatan

2007 2008 2009 2010

Jumlah Penduduk

Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar

1 Wadaslintang 54,615 22 2 54,863 22 2 55,127 22 2 55,391 22 2

2 Kepil 60,240 24 2 60,567 24 2 61,117 24 2 61,673 25 2

3 Sapuran 53,279 21 2 53,463 21 2 53,684 21 2 53,906 22 2

4 Kalibawang 26,445 11 1 26,611 11 1 27,132 11 1 27,662 11 1

5 Kaliwiro 48,612 19 2 48,795 20 2 49,085 20 2 49,378 20 2

6 Leksono 39,717 16 1 40,081 16 1 40,404 16 1 40,730 16 1

7 Sukoharjo 30,812 12 1 31,033 12 1 31,243 12 1 31,455 13 1

8 Selomerto 45,177 18 2 45,557 18 2 45,881 18 2 46,208 18 2

9 Kalikajar 64,239 26 2 64,691 26 2 65,128 26 2 65,568 26 2

10 Kertek 76,174 30 3 76,660 31 3 77,121 31 3 77,585 31 3

11 Wonosobo 75,720 30 3 76,126 30 3 76,212 30 3 76,298 31 3

12 Watumalang 52,553 21 2 53,153 21 2 53,695 21 2 54,242 22 2

13 Mojotengah 59,456 24 2 60,279 24 2 60,926 24 2 61,579 25 2

Page 166: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

III-39

No Kecamatan

2007 2008 2009 2010

Jumlah Penduduk

Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar

14 Garung 50,450 20 2 51,111 20 2 51,677 21 2 52,249 21 2

15 Kejajar 42,191 17 1 42,716 17 1 43,227 17 1 43,743 17 1

Jumlah 779,680 312 26 785,706 314 26 791,658 317 26 797,667 319 27

Lanjutan:

No Kecamatan

2015 2020 2025 2030

Jumlah Penduduk

Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar Jumlah

Penduduk Toko/ Kios

Pasar

1 Wadaslintang 56,734 23 2 58,110 23 2 59,518 24 2 60,961 24 2

2 Kepil 64,528 26 2 67,516 27 2 70,642 28 2 73,912 30 2

3 Sapuran 55,029 22 2 56,176 22 2 57,346 23 2 58,541 23 2

4 Kalibawang 30,476 12 1 33,575 13 1 36,989 15 1 40,751 16 1

5 Kaliwiro 50,865 20 2 52,397 21 2 53,975 22 2 55,601 22 2

6 Leksono 42,402 17 1 44,141 18 1 45,953 18 2 47,838 19 2

7 Sukoharjo 32,536 13 1 33,654 13 1 34,811 14 1 36,008 14 1

8 Selomerto 47,876 19 2 49,605 20 2 51,396 21 2 53,252 21 2

9 Kalikajar 67,814 27 2 70,136 28 2 72,537 29 2 75,021 30 3

10 Kertek 79,945 32 3 82,376 33 3 84,882 34 3 87,464 35 3

11 Wonosobo 76,729 31 3 77,164 31 3 77,600 31 3 78,039 31 3

12 Watumalang 57,061 23 2 60,026 24 2 63,146 25 2 66,428 27 2

13 Mojotengah 64,952 26 2 68,509 27 2 72,262 29 2 76,220 30 3

14 Garung 55,207 22 2 58,332 23 2 61,635 25 2 65,124 26 2

15 Kejajar 46,419 19 2 49,258 20 2 52,271 21 2 55,468 22 2

Jumlah 828,572 331 28 860,975 344 29 894,964 358 30 930,629 372 31

Sumber : Hasil Analis, 2007

Page 167: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-1

Rencana pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah

yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi

budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

1. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan

kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

2. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan

untuk dua puluh tahun; dan

4. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

4.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Merupakan kawasan dengan fungsi utama adalah melindungi pelestarian fungsi daya

alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa. Kawasan ini harus

dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia, dilindungi yang dapat mengurangi

atau merusak fungsi lindungnya. Secara umum tujuan dan penentuan arahan kebijakan

dalam pemanfaatan kawasan lindung adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan

hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan.

Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan-kawasan yang

berfungsi lindung, dengan sasaran untuk:

a. Mempertahankan keutuhan dan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan, satwa,

tipe ekosistem, dan keunikan alam.

b. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta

nilai sejarah dan budaya.

c. Merehabilitasi/ memperbaiki kawasan lindung yang rusak.

d. Mengembangkan kawasan lindung untuk fungsi-fungsi wisata alam, pendidikan dan

penelitian.

BAB IV

Page 168: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-2

e. Menambah kawasan fungsi baru: hutan lindung fisiografis, kawasan karst, dan

kawasan geologi.

f. Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.

Rencana pengelolaan kawasan yang sama artinya dengan rencana alokasi

penggunaan ruang, disusun berdasar pada berbagai landasan hukum antara lain:

- Kesesuaian ruang yang dipergunakan

- Penggunaan lahan yang dipergunakan

- Penggunaan lahan saat ini

- Masukan dari sektor-sektor terkait

- Asas-asas pemanfaatan ruang

- Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 tentang Perekonomian

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

- Undang-undang Nomor 41 Tahun 1992 tentang Kehutanan

- Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

- Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

- Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

- Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah

- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan

- Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan

- Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai

- Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam

- Kepres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

- Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah

- Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan

- Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Setempat

Page 169: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-3

Rencana alokasi ini seterusnya merupakan arahan atau petunjuk lokasi bagi rencana

pembangunan lahan sesuai tahun perencanaan. Di samping hal-hal tersebut di atas, masih

terdapat aspek lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

- Fungsi lingkungan hidup

- Estetika lingkungan hidup

- Kualitas dan kuantitas ruang

- Pola dan struktur tata ruang

- Lokasi pelestarian sumber alam dan pengembangan sumber daya manusia

- Integritas dan keamanan wilayah

Dari hasil perencanaan alokasi penggunaan ruang dituangkan ke dalam peta tematik

dan terbagi menjadi beberapa kawasan, antara lain:

Kawasan Lindung

a. Kawasan hutan lindung (ada)

b. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, terdiri dari:

Kawasan bergambut (tidak ada)

Kawasan resapan air (ada)

c. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:

Sempadan pantai (tidak ada)

Sempadan sungai (ada)

Kawasan sekitar danauu/ waduk (ada)

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri dari:

Kawasan suaka alam (ada)

Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya (tidak ada)

Kawasan pantai berhutan bakau (tidak ada)

cagar alam (ada)

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (ada)

e. Kawasan rawan bencana alam (ada)

f. Kawasan lindung geologi

Kawasan Imbuhan Air (ada)

Kawasan sekitar mata air (ada)

g. Kawasan lindung lainnya (ada)

Kawasan Budidaya

a. Kawasan Pertanian, terdiri dari:

Kawasan tanaman pangan lahan basah (ada)

Kawasan tanaman pangan kering (ada)

Page 170: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-4

Kawasan tanaman tahunan/ perkebunan (ada)

Kawasan hutan produksi (ada)

Kawasan peternakan (ada)

Kawasan perikanan (ada)

b. Kawasan non pertanian, terdiri dari:

Kawasan pertambangan (ada)

Kawasan perindustrian (ada)

Kawasan pariwisata (ada)

Kawasan permukiman (ada)

- Perkotaan (ada)

- Pedesaan (ada)

4.1.1 Kawasan Hutan Lindung

Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan

perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata

air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

Kawasan hutan lindung berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir

sedimentasi dan menjadi fungsi hidrologik tanah untuk menjamin unsur hara tanah, air

tanah, dan air permukaan. Kawasan hutan lindung berupa hutan lindung yang dikelola

negara dalam hal ini Perhutani.

Kawasan Hutan Lindung yang dikelola Negara

Hutan lindung yang dikelola negara terutama terletak di Kecamatan Kejajar,

Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek,

Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil. Penetapan kawasan

hutan lindung ini mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut

II/2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Wilayah Perairan Provinsi Jawa Tengah.

4.1.2 Kawasan yang Melindungi Kawasan Bawahannya

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan tujuan pemantapannya,

yaitu untuk mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijakan

tersebut meliputi:

- Penetapan kawasan lindung, berdasarkan Keppres No. 32/1990 melalui pengukuhan

dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya.

- Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang telah

berlangsung lama).

Page 171: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-5

- Pengembalian fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan

(rehabilitasi dan konservasi).

- Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak

mengganggu fungsi lindung.

- Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung

(antara lain: penelitian, ekplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam)

agar tidak mengganggu fungsi lindung.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari

a. Kawasan lindung yang dikelola masyarakat; dan

b. Kawasan resapan air.

4.1.2.1 Kawasan Lindung yang dikelola Masyarakat

Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah Kawasan lindung yang dikelola

oleh masyarakat adalah lahan masyarakat yang mempunyai kriteria fisiografis seperti hutan

lindung yang perlu dioptimalkan fungsinya untuk kepentingan konservasi dan sistem

kehidupan.

Kriteria fisiografis adalah bentuk permukaan bumi, jenis tanah, kelas lereng, curah

hujan dan tipe iklim yang berpengaruh terhadap kelangsungan ekosistemKawasan lindung

yang dikelola masyarakat berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan

untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah terjadinya

sedimentasi, kekeringan dan memelihara kesuburan tanah serta melindungi kelestarian

fungsi hidrologis.

Kawasan lindung yang dikelola masyarakat seluas kurang lebih 15.012 (lima belas

ribu dua belas) hektar, terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah,

Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang.

4.1.2.2 Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk

meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang

berguna sebagai sumber air.

Kawasan resapan air berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan

air hujan pada daerah resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah

dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang

bersangkutan.

Page 172: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-6

Lokasi kawasan resapan air terletak di Kecamatan Kejajar, Mojotengah,

Watumalang, Wonosobo, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil.

4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat meliputi:

a. kawasan sempadan sungai;

b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan

c. kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.

4.1.3.1 Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,

termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak

kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Wonosobo meliputi Sub DAS Begaluh,

Sub DAS Bogowonto, Sub DAS Jali, Sub DAS Medono, Sub DAS Luk Ulo Hulu, Sub DAS

Cokroyasan, Sub DAS Meneng dan Sub DAS Serayu Hulu yang melalui Kecamatan

Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan

Mojotengah, Kecamatan Garung, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan

Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Leksono,

Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Watumalang, dan Kecamatan Mojotengah.

4.1.3.2 Kawasan Sekitar Danau/ Waduk

Kawasan sekitar danau/ waduk adalah kawasan tertentu, di sekeliling danau/

waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/

waduk. Pada kawasan ini juga diatur kawasan sekitar bendung.

A. kawasan sekitar danau atau waduk meliputi:

1. kawasan sekitar Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang;

2. kawasan sekitar Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung;

3. kawasan sekitar Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong berada di

Kecamatan Kejajar; dan

B. kawasan sekitar Bendung meliputi:

1. Bendung Sungai Serayu meliputi:

a) Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;

Page 173: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-7

b) Gintung berada di Kecamatan Watumalang;

c) Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan

d) Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.

2. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;

3. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;

4. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;

5. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan

Sapuran;

6. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro; dan

7. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek.

4.1.3.3 Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan

Secara sistem, RTH perkotaan adalah bagian wilayah perkotaan yang tidak

terbangun, yang berfungsi menunjang keamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas

lingkungan dan pelestarian alam. Umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor

dan ruang pulau atau oasis ( Spreigen, 1965 ). Atau path sebagai jalur pergerakan dan room

sebagai tempat istirahat, kegiatan atau tujuan ( Krier, 1975 ). Dapat berbentuk buatan

manusia dan alam yang terjadi akibat teknologi, seperti koridor jalan dan pejalan kaki,

bangunan tunggal dan majemuk, hutan kota, aliran sungai, dan daerah alamiah yang telah

ada sebelumnya. Ringkasnya, totalitas kesatuan yang memiliki keterkaitan dan dapat

digunakan sebagai sistem orientasi. Ruang terbuka kota banyak menentukan pola bentuk

dan tatanan ruang kota untuk tujuan kesehatan, kenyamanan, peningkatan kualitas

lingkungan dan pelestarian alam. Berikut adalah RTH publik di kawasan perkotaan di

Kabupaten Wonosobo:

a. RTH kawasan perkotaan PKW meliputi:

1. RTH Ngasinan berada di Kecamatan Wonosobo;

2. RTH Honggoderpo berada di Kecamatan Wonosobo;

3. RTH Mainan berada di Kecamatan Wonosobo;

4. RTH Jlegong berada di Kecamatan Wonosobo;

5. RTH TMP Wirayudha berada di Kecamatan Wonosobo;

6. RTH Alun-alun dan sekitar pendopo berada di Kecamatan Wonosobo;

7. RTH Taman Plasa berada di Kecamatan Wonosobo;

8. RTH Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo; dan

9. RTH Jalur Jalan A.Yani berada di Kecamatan Wonosobo.

b. RTH kawasan perkotaan PKLp meliputi:

1. RTH Ibukota Kecamatan Kertek; dan

Page 174: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-8

2. RTH Ibukota Kecamatan Selomerto.

c. RTH kawasan perkotaan PPK meliputi:

1. RTH Ibukota Kecamatan Mojotengah;

2. RTH Ibukota Kecamatan Kejajar; dan

3. RTH Ibukota Kecamatan Sapuran.

d. RTH kawasan perbatasan

1. RTH Reco (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) berada di

Kecamatan Kertek; dan

2. RTH Sawangan (perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara) berada di

Kecamatan Leksono.

4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

4.1.4.1 Kawasan cagar alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan

maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara

alami.

Kawasan suaka alam di Kabupaten Wonosobo adalah Cagar Alam (CA)

Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran) seluas ± 4,10 (empat koma sepuluh)

ha.

4.1.4.2 Kawasan taman wisata alam

Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan

yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia .

Berfungsi untuk melestarikan lingkungan dan melindungi keanekaragaman biota

serta ekosistem. Gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu

pengetahuan, dan pembangunan pada umumnya.

Kawasan taman wisata alam di Kabupaten Wonosobo antara lain Taman Wisata

Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) seluas ± 39,60 (tiga puluh

sembilan koma enam puluh) ha.

4.1.4.3 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai

nilai penting adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan

dan kebudayaan.

Page 175: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-9

Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan

untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah,

bangunan arkeologi dan monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh

kegiatan alam maupun manusia.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Situs Tuk Bimalukar di

Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs

Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan

Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kerte, benda cagar budaya tak bergerak

seperti Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati; Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD); Gedung Komando Distrik Militer (Kodim 0707); Kantor Pos dan Giro; Gedung SMP

(Sekolah Menengah Pertama) Negeri 1 Wonosobo; Gedung SD (Sekolah Dasar) Negeri 1

Wonosobo; Gedung Samsat; Alun-alun Wonosobo dan Paseban; Masjid Al Manshur; dan

Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara.

4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam

Di Kabupaten Wonosobo terdapat beberapa lokasi wilayah yang sering mengalami

bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu

dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada.

Usaha ini dilakukan untuk melindungi kawasan-kawasan budidaya terutama kawasan

terbangun juga untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana alam.

Kawasan yang memiliki potensi bencana alam di Kabupaten Wonosobo antara lain

adalah:

Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran,

Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan

Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek,

Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan

Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan Kalibawang.

Daerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo, Kecamatan

Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar dan

Kecamatan Watumalang.

Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah

hutan.

Daerah rawan bencana gas beracun terdapat di Kecamatan Kejajar yang ada di

Desa Sikunang, Sembungan, Jojogan, Patak, Banteng, Parikesit dan Dieng.

Page 176: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-10

Daerah rawan bencana gunung api terdiri dari rawan gunungapi di kompleks

pegunungan Dieng yang meliputi Kecamatan Kejajar, Watumalang, Garung dan

Mojotengah. Kemudian daerah rawan gunungapi Sindoro-Sumbing yang meliputi

hampir seluruh wilayah Kabupaten. Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang

sebagian besar wilayahnya ada di Kabupaten merupakan gunung tipe C yang

bersifat padam, dimana erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,

namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan

solfatra/fumarola pada tingkat lemah. Meskipun bukan gunung api aktif, kedua

gunung ini tetap harus diiwaspadai sewaktu-waktu dapat terjadi peningkatan

aktivitas yang boleh jadi akan menimbulkan letusan gunung api.

Dalam upaya mitigasi dan pengurangan resiko bencana yang ada di Kabupaten

Wonosobo diperlukan adanya upaya penyusunan rencana sistem mitigasi bencana. Salah

satunya dengan bentuk rencana jalur evakuasi bencana. Jalur evakuasi bencana ditentukan

pada arah jalur jalan utama yang ada di setiap desa menuju posko bencana awal di kantor

desa ataupun di kantor kecamatan.

4.1.6 Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi yang ada di Kabupaten Wonosobo berupa kawasan

imbuhan air tanah dan kawasan sekitar mataair

4.1.6.1 Kawasan Imbuhan Air tanah

Secara kajian hidrogeologi, kawasan tersebut masuk dalam cekungan air tanah

(CAT) Wonosobo. Cekungan air tanah merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-

batas hidrogeologi, dimana dalam batas-batas tersebut, semua peristiwa hidrogeologi

(hydrogeologic event) seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah

berlangsung. Dengan demikian, setiap cekungan air tanah memiliki ciri-ciri hidrogeologi

tersendiri, yang secara hidrolika dapat berhubungan dengan cekungan air tanah lainnya

atau bahkan tidak sama sekali. Berdasarkan atas batasan mengenai cekungan air tanah

serta kondisi hidrogeologi daerah Wonosobo dan sekitarnya, merupakan cekungan air tanah

dimana curah hujan yang jatuh di dalam batas-batas cekungan ini dan berhasil meresap ke

dalam zona jenuh air akan bergerak hanya di dalam CAT Wonosobo, serta mengalir ke

daerah lepasan dengan arah umum dari utara dan timur menuju bagian tengah dan selatan.

Pada cekungan air tanah terdapat kawasan imbuhan air dan lepasan air tanah.

Kawasan Imbuhan air adalah kawasan daerah resapan air yang mampu menambah

jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah. Kawasan lepasan air

tanah adalah suatu kawasan, dimana aliran air tanah dilepaskan dari daerah imbuhannya,

Page 177: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-11

kemudian muncul ke permukaan secara alami sebagai mataair ataupun oleh budi daya

manusia melalui sumur bor. Jika dikaitkan dengan kawasan fungsi lindung, maka yang lebih

tepat masuk kategori tersebut adalah kawasan imbuhan air.

Kawasan imbuhan air termasuk kawasan yang harus dilindungi mengingat sebagian

besar pasokan air untuk kebutuhan manusia berasal dari air tanah. ketersediaan air tanah

baik jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) dapat berbeda-beda antara satu tempat

dengan tempat lainnya, tergantung pada kondisi lingkungannya. Oleh karena itu upaya

penataan ruang untuk melindungi kawasan imbuhan air tanah sangatlah diperlukan demi

tercukupinya kebutuhan air untuk penduduk.

Di Kawasan imbuhan air terjadi proses pembentukan air tanah berlangsung

kemudian air tanah mengalir menuju daerah luahnya. Oleh karena itu, upaya pengelolaan di

daerah imbuh merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengelolaan air tanah dalam

suatu cekungan. Selain itu, keberadaan daerah imbuhan air tanah ini memiliki peran penting

bagi ketersediaan air tanah di CAT Wonosobo, air hujan yang jatuh pada kawasan ini dan

meresap sampai ke dalam zona jenuh air akan mengalir secara radial ke bagian kaki

gunung api. Meskipun demikian, secara lokal di daerah imbuhan air tanah ini dijumpai

setempat-setempat daerah lepasan air tanah yang ditandai dengan pemunculan mataair,

terutama pada tekuk lereng.

secara umum, berdasarkan kajian dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, 2010,

dinyatakan bahwa daerah yang dibentuk oleh batuan gunung api di sekitar puncak dan

lereng G. Sundoro, G. Sumbing, G. Prau, dan sekitarnya merupakan daerah imbuhan air

tanah utama yang memiliki peran penting bagi ketersediaan air tanah di Wonosobo.

Pelamparan kawasan imbuhan air ini adalah di bagian puncak dan lereng G. Prau, G.

Bisma, G. Seroja, G. Tlerep, G. Sundoro, dan G. Sumbing. Garis batas dengan daerah

lepasan air tanah berada pada ketinggian sekitar 850 mdpal, yaitu di sekitar batas antara

bagian lereng gunung api dengan bagian kaki gunung api, membentang di bagian tengah

daerah penyelidikan (utara Wonosobo) dengan arah umum barat laut – tenggara, melewati

sekitar Mojotengah, Binangun Wetan, Kertek, sampai lereng bawah G. Munggang.

Sudah selayaknya upaya pemanfaatan lahan untuk kepentingan pembangunan di

kawasan ini harus tetap memperhatikan fungsi hidrogeologisnya, artinya tidak mengurangi

fungsi imbuh air tanahnya.jika dikaitkan dengan wilayah administrasi, maka daerah tersebut

meliputi Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan

Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan

Sapuran, dan Kecamatan Kepil.

Page 178: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-12

4.1.6.2 Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air dengan radius

sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter. Berfungsi melindungi mata air dari kegiatan

budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan

Terdapat di kawasan sekitar mata air yang tersebar di tiap kecamatan sepeti misalnya

Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu,

Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber,

Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang,

Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten

Wonosobo (lihat lampiran).

4.1.7 Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan plasma nutfah. Plasma

nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara turun termurun,

sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi yang lainnya.

Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah

Daerah perlindungan plasma nutfah adalah kawasan yang memiliki jenis plasma

nutfah tertentu yang belum terdapat di kawasan konservasi yang telah ditetapkan. Plasma

nutfah harus disediakan perlindungan untuk melindungi ekosistem binatang, ikan, atau

tumbuhan langka yang dilindungi tidak terganggu. Terdapat di daerah perlindungan plasma

nutfah yang ada di Kabupaten Wonosobo. Kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi:

a. Tanaman Pinus meliputi:

1. Desa Dieng Kecamatan Kejajar;

2. Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar; dan

3. Desa Sikunang Kecamatan Kejajar.

b. Purwaceng berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;

c. Carica berada di Kecamatan Kejajar;

d. Burung Belibis berada di kawasan Telaga Warno Pengilon Kecamatan Kejajar; dan

e. Dombos Texel berada di Dusun Klowoh Desa Kwadungan Kecamatan Kalikajar.

4.2 KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik

dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi

kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh

Page 179: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-13

karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo, penetapan kawasan

ini dititikberatkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan

budidaya sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi

pemanfaatannya.

Kriteria untuk mendelinasikan kawasan/ sub kawasan budidaya secara umum lebih

didasarkan pada faktor kesesuaian lahan. Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat

wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan

budidaya (misalnya pertanian sawah, ladang, perkebunan dan holtikultura). Hal ini berarti

penggarisannya di atas peta akan menjadi tumpang tindih. Dengan demikian, pengalokasian

ruangnya di samping didasarkan pada kesesuaian lahan juga mempertimbangkan aspek

ekonomis serta kebijaksanaan secara nasional atau daerah bagi prioritasnya.

Didasarkan pada kepentingan pemanfaatan ruang secara optimal untuk kegiatan yang

bersifat budidaya, maka dalam RTRW Kabupaten Wonosobo perlu dilakukan prioritas di

dalam memberikan arahan pengembangannya yang secara umum dibedakan menurut

perkembangan wilayah. Prioritas dalam mengarahkan jenis kegiatan budidaya yang akan

dikembangkan adalah menurut intensitas pemanfaatan ruang-ruang.

Dalam kaitannya dengan kondisi eksisting, kemungkinan terjadi permasalahan

tumpang tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan dengan kegiatan budidaya lain

yang ada. Secara umum masalah tumpang tindih ini berkaitan dengan penggunaan lahan

yang telah berlangsung lama, proyek sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk

mengarahkan perkembangan, apakah kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih tersebut dapat

terus berlangsung atau tidak pada masa yang akan datang, maka perlu suatu arahan

pengendalian. Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Jepara sesuai dengan

arahan untuk 20 tahun ke depan, pada dasarnya perlu ditunjang oleh pengembangan

prasarana dan sarana pendukungnya agar sesuai dengan kawasan tersebut dapat berfungsi

sebagaimana mestinya serta memberikan manfaat optimal.

Penentuan suatu kawasan budidaya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan

kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat/ kesesuaian secara teknis sektoral.

Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/

kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral

dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang

terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitamya. Dalam

penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk kegiatan pada suatu saat

tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:

Kegiatan yang ada tetap dipertahankan;

Page 180: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-14

Kegiatan yang ada tetap tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan

Kegiatan yang ada diubah.

Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:

Kawasan peruntukan hutan produksi;

Kawasan peruntukan hutan rakyat;

Kawasan peruntukan pertanian;

Kawasan peruntukan perikanan

Kawasan peruntukan pertambangan;

Kawasan peruntukan industri;

Kawasan peruntukan pariwisata; dan

Kawasan peruntukan permukiman.

Kawasan budidaya lainnya

4.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi kawasan hutan produksi tetap dan

terbatas.Penetapan kawasan hutan produksi ini mengacu pada Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 359/Menhut II/2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Wilayah

Perairan Provinsi Jawa Tengah.

Kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Wonosobo, seluas kurang lebih

6095,53 (enam ribu sembilan puluh lima koma lima puluh tiga) ha, terdapat di Kecamatan

Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan

Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan

Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang.

Kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana

eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan penanaman kembali ataupun

hutan rakyat, maksudnya tanah rakyat yang ditanami dengan tanaman seperti halnya

tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam rakyat dalam upaya konservasi tanah dan

air. Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan dengan

pengaturan yang terbatas sehingga dapat menjaga kelestarian hutan sebagai kawasan

konservasi sumber daya tanah dan air. Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang

lebih 9610,61 (sembilan ribu enam ratus sepuluh koma enam puluh satu) ha, terdapat di

Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah,

Kecamatan Kertek, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar,

Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan

Kecamatan Wadaslintang.

Page 181: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-15

4.2.2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah

yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah

dan dikelola masyarakat, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu ekosistem. Di

Kabupaten Wonosobo hasil pendataan tahun 2009 seluas ± 19.185 (sembilan belas ribu

seratus delapan puluh lima) hektar, berada di seluruh kecamatan.

4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan Peruntukan Pertanian adalah wilayah budidaya pertanian pangan dan

hortikultura pada kawasan lahan pertanian basah maupun kering baik berupa lahan

beririgasi, dan/ atau lahan tidak beririgasi dengan tujuan melindungi kawasan dan lahan

pertanian pangan secara berkelanjutan, menjamin tersedianya lahan pertanian pangan dan

hortikultura secara berkelajutan, mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan

pangan, melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani, meningkatkan

kemakmuran, serta kesejahteraan petani dan masyarakat, meningkatkan perlindungan dan

pemberdayaan petani, meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang

layak, mempertahankan keseimbangan ekologis, mewujudkan revitalisasi pertanian

ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan dan hortikultura berkelanjutan, lahan

pertanian pangan dan hortikultura berkelanjutan dan cadangan lahan pertanian pangan dan

hortikultura berkelanjutan. Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas kawasan tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

4.2.3.1 Kawasan Tanaman Pangan

Yang dimaksud dengan kawasan tanaman pangan adalah kawasan lahan basah

beririgasi, dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial untuk pemanfatan

dan pengembangan tanaman pangan.Yang dimaksud dengan kawasan hortikultura adalah

kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman

hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari. Kawasan tanaman pangan dibedakan

menjadi dua yaitu kawasan pertanian lahan basah dan lahan kering.

A. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah

Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan

hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan

sumber utama pengairannya berasal dari irigasi, dapat ditetapkan sebagai lahan

pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar

Page 182: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-16

berkelanjutan. Kawasan Seluas 16.358,01 hektar ini diarahkan dan ditetapkan untuk

dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran,

Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan

Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek,

Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah,

Kecamatan Garung.

B. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering

Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan

hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan

sumber utama pengairannya berasal dari air hujan, dapat ditetapkan sebagai lahan

pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar

berkelanjutan. Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi budidaya

pertanian dalam arti luas juga, namun ada keterbatasan khususnya mengenai

ketersediaan air, sehingga komoditi yang diusahakan juga dipilih yang sesuai dengan

kemampuan lahannya. Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan

kering terkait dengan adanya keterbatasan sumber air untuk untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering di Kabupaten Wonosobo terletak di

Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan

Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo,

Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan

Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung

dan Kecamatan Kejajar.

4.2.3.2 Kawasan Hortikultura

Hortikultura apat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Bidang kerja

hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, pemanenan, pengemasan dan

pengiriman. Hortikultura hanya mengolah tanaman buah (pomology), bunga (florikultura),

sayuran (olerikultura), obat-obatan, dan taman (lansekap).

a. sentra bawang putih meliputi: Kecamatan Sapuran dan Kalikajar

b. sentra kentang meliputi: Kecamatan Garung dan Kejajar.

c. sentra kubis meliputi: Kecamatan Kejajar, Kecamatan Garung; dan Kecamatan

Mojotengah.

d. sentra cabai meliputi: Kecamatan Leksono; dan Kecamatan Mojotengah.

e. sentra tomat meliputi: Kecamatan Garung; dan Kecamatan Mojotengah.

Page 183: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-17

f. sentra buah salak meliputi: Kecamatan Sukoharjo; Kecamatan Leksono; dan

Kecamatan Watumalang.

g. sentra buah duku meliputi: Kecamatan Kepil, Kecamatan Leksono, Kecamatan

Selomerto, dan Kecamatan Kaliwiro

h. sentra buah manggis meliputi: Kecamatan Leksono; Kecamatan Selomerto; dan

Kecamatan Kaliwiro.

i. sentra buah durian meliputi: Kecamatan Selomerto; dan Kecamatan Kepil.

j. sentra buah pisang meliputi:Kecamatan Kaliwiro; dan Kecamatan Selomerto.

k. sentra bunga anthurium potong meliputi: Kecamatan Wonosobo; dan Kecamatan

Garung.

l. sentra bunga krisan berada di Kecamatan Garung.

4.2.3.3 Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi tanaman tahunan/

perkebunan sebagai bahan baku industri dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri

maupun usaha peternakan (baik ternak besar maupun kecil) mengingat potensi tanaman

yang cukup banyak di kawasan ini.

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan tanaman

perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendukung

perekonomian wilayah.

Terdapat 9 komoditas yang berkembang di Kabupaten Wonosobo, yaitu kelapa

sayur, kelapa deres, kopi arabika, kopi, kakao, tembakau, teh, kapulogo, dan cengkeh.

Komoditas yang menjadi andalan perkebunan di Kabupaten Wonosobo adalah kelapa deres

dan kopi. Untuk pengembangan lebih lanjut ditentukan sentra-sentra pengembangan

sebagai berikut:

a. sentra tanaman kelapa sayur dibudidayakan meliputi: Kecamatan Selomerto,

Kecamatan Kepil, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kaliwiro, dan Kecamatan

Leksono.

b. sentra tanaman kelapa aren dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kaliwiro,

Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kepil, dan Kecamatan wadaslintang.

c. sentra tanaman kopi arabika dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kalikajar,

Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung, dan

Kecamatan Kertek.

d. sentra tanaman kopi robusta dibudidayakan meliputi: Kecamatan Sapuran,

Kecamatan Leksono, dan Kecamatan Kalibawang.

Page 184: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-18

e. sentra tanaman kakao dibudidayakan meliputi: Kecamatan Leksono, Kecamatan

Wadasintang, dan Kecamatan Kaliwiro.

f. sentra tanaman tembakau dibudidayakan meliputi: Kecamatan Garung, Kecamatan

Watumalang, Kecamatan Kertek, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kalikajar, dan

Kecamatan Kejajar.

g. sentra tanaman teh dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kejajar, Kecamatan Kertek,

Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Garung.

h. sentra tanaman kapulogo dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kalibawang,

Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kertek,

Kecamatan Leksono, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Sapuran, Kecamatan

Selomerto, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan

Watumalang, dan Kecamatan Wonosobo.

i. sentra tanaman cengkeh berada di Kecamatan Sapuran.

Sentra pengembangan tanaman perkebunan tersebut merupakan kawasan

pengembangan dengan semua metode mutakhir untuk tanaman perkebunan yang dapat

dilakukan, agar tercapai produktivitas yang cukup tinggi disertai kualitas yang dapat

diandalkan. Kawasan sentra tanaman perkebunan tersebut harus didukung oleh sarana dan

prasarana yang mendukung untuk peningkatan produktivitas dan kualitas, seperti pengairan,

metode penanaman pengelolaan, dan pengolahan pasca panen.

Selain pengembangan melalui pembentukan sentra-sentra, juga diperlukan bentuk

pola-pola pengelolaan dalam pengembangan perkebunan di Kabupaten Wonosobo, yaitu

melalui 4 pola yang saling mendukung berikut ini:

- Pola UPP (Unit Pelayanan Pengembangan)

- Pola swadaya (dilaksanakan sendiri oleh petani)

- Pola parsial (diberikan bantuan sebagian)

- Pola PTPN

- Pola PIR

Sedangkan untuk peningkatan perekonomian mikro maupun makro wilayah dapat

dilakukan dengan meningkatkan daya saing produksi, wadah perekonomian yang

berorientasi publik dan juga sistem perekonomian wilayah yang mendukung potensi

pertanian. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pola tanam yang terpadu, baik dari

pola pengairan, pola jenis tanaman yang diberdayakan maupun pola cocok tanam yang

diberlakukan. Usaha berorientasi pada agrobisnis dan agroindustri lebih diberi peluang, di

samping sektor tanaman pangan pokok. Sehingga pertanian tidak lagi menjadi beban

Page 185: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-19

masyarakat dan pemerintah, tetapi betul-betul penyangga ekonomi masyarakat dan

penyangga pangan masyarakat. Usaha-usaha agrobisnis bisa dikembangkan dengan

metode hortikultura, greenhouse dan diversifikasi tanaman pada satu areal yang produktif.

Kecamatan Selomerto, Kaliwiro, Sukoharjo, dan Leksono sebagai sentra agroindustri

membutuhkan penanganan yang optimal dengan menonjolkan produksi perkebunan yang

bisa menjadi andalan bagi wilayah Kabupaten Wonosobo. Jenis tanaman yang dijadikan

andalan di Kecamatan Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto adalah buah-buahan dan

pangan, sedangkan di Kecamatan Kaliwiro adalah kayu rimba. Untuk mendukung

pengembangan sentra tersebut supaya dapat lebih maju adalah dengan penggunaan

teknologi tepat guna untuk perkembangan perkebunan tersebut serta melakukan kerja sama

dengan pihak investor luar.

4.2.3.4 Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan.

Secara umum dapat digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu ternak besar (sapi, kerbau dan

kuda), ternak kecil (kambing, domba dan kelinci), dan aneka unggas (ayam, itik, dan jenis

unggas lainnya). Untuk peternakan hewan besar dan kecil paling tidak harus tersedia atau

dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan

unggas biasa menyebar di seluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi.

Pengembangan kegiatan ternak besar, ternak lecil, dan unggas diarahkan pada lahan

pertanian nonproduktif.

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan

pengupayaan ternak sekaligus dapat mendukung sektor industri yang lain sehingga dapat

meningkatkan perekonomian wilayah. Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten

Wonosobo antara lain adalah:

a. Ternak Besar meliputi:

1. Ternak Sapi potong berada di seluruh kecamatan;

2. Ternak Sapi perah meliputi: Kecamatan Wonosobo; Kecamatan Kertek;

Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Selomerto; Kecamatan Kalikajar; Kecamatan

Garung; dan Kecamatan Kaliwiro.

3. Ternak Kerbau meliputi: Kecamatan Garung; Kecamatan Kalibawang; Kecamatan

Kalikajar; Kecamatan Kaliwiro; Kecamatan Kepil; Kecamatan Kertek; Kecamatan

Leksono; Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan Selomerto;

Kecamatan Sukoharjo; Kecamatan Wadaslintang; Kecamatan Watumalang; dan

Kecamatan Wonosobo;

Page 186: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-20

4. Ternak Kuda meliputi: Kecamatan Kalikajar; Kecamatan Kertek; Kecamatan

Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan Watumalang; dan Kecamatan

Wonosobo;

b. Ternak Kecil meliputi:

1. Ternak Kambing meliputi: Kecamatan Garung; Kecamatan Kalibawang;

Kecamatan Kalikajar; Kecamatan Kaliwiro; Kecamatan Kepil; Kecamatan Kertek;

Kecamatan Leksono;Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan

Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan Wadaslintang; Kecamatan

Watumalang; dan Kecamatan Wonosobo;

2. Ternak Domba berada di seluruh kecamatan;

3. Ternak Kelinci meliputi: Kecamatan Kalikajar; Kecamatan Kaliwiro;Kecamatan

Kejajar;Kecamatan Kepil;Kecamatan Kertek; Kecamatan Leksono; Kecamatan

Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;

Kecamatan Wadaslintang; Kecamatan Watumalang; dan Kecamatan Wonosobo;

4. Ternak Babi berada di Kecamatan Kertek.

c. Unggas meliputi:

1. Ternak Itik berada di seluruh kecamatan;

2. Ternak Ayam Buras berada di seluruh kecamatan;

3. Ternak Ayam Ras Petelur meliputi: Kecamatan Leksono; Kecamatan Mojotengah;

Kecamatan Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan Wadaslintang; dan

Kecamatan Wonosobo.

4. Ternak Ayam Ras Pedaging meliputi:Kecamatan Kepil;Kecamatan Kertek;

Kecamatan Leksono;Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Sapuran;Kecamatan

Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan Wadaslintang;Kecamatan

Watumalang; danKecamatan Wonosobo.

5. Ternak Burung Puyuh meliputi:Kecamatan Garung;Kecamatan

Kaliwiro;Kecamatan Kejajar;Kecamatan Kertek; Kecamatan Leksono;Kecamatan

Mojotengah; Kecamatan Sapuran;Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan

Wadaslintang; dan Kecamatan Watumalang.

4.2.4. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan

perikanan. Berdasarkan tempat pembudidayaan, dibedakan:

Page 187: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-21

- Kawasan Pengembangan Budidaya Perikanan Kolam Air Tawar, dilaksanakan pada

daerah yang mempunyai sumber air tawar dan benih yang mudah didapat. Budidaya

ini dapat dilaksanakan pada daerah pegunungan dan dataran rendah.

- Kawasan Pengembangan Budidaya Mina Padi,

- Budidaya mina padi di Kabupaten Wonosobo mengikuti perkembangan sawah teknis

yang cukup air dan perkembangan kemampuan kelompok tani.

- Kawasan Perkembangan Perairan Umum, yaitu perikanan yang diusahakan di

waduk, sungai, bendung, rawa dan sebagainya.

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan perairan darat agar

dapat meningkatkan perekonomian wilayah serta dapat meningkatkan kesejhteraan

masyarakat. Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Wonosobo antara lain adalah:

a. kawasan budidaya kolam air tawar berada di seluruh kecamatan;

a. kawasan peruntukan perikanan keramba meliputi:

1. Kecamatan Wonosobo;

2. Kecamatan Wadaslintang; dan

3. Kecamatan Garung.

b. kawasan peruntukan perikanan waduk dan/atau telaga meliputi:

1. Kecamatan Wadaslintang; dan

2. Kecamatan Garung.

c. pengembangan perikanan waduk dan/atau telaga berupa pengembangan ikan Keramba

Jaring Apung.

d. kawasan budidaya mina padi berada di pertanian sawah baik irigasi teknis maupun

setengah teknis;

1. Kecamatan Wonosobo;

2. Kecamatan Kertek;

3. Kecamatan Selomerto;

4. Kecamatan Leksono;

5. Kecamatan Mojotengah;

6. Kecamatan Sapuran; dan

7. Kecamatan Kepil.

4.2.5. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan,

baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan.

Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Wonosobo masih membutuhkan

Page 188: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-22

beberapa tahapan sebelum sampai pada tahapan eksploitasi. Hal tersebut karena masih

belum diketahui mengenai kondisi volume kandungan bahan tambang yang ada. Meskipun

sudah terindikasikan luasan hamparan tambang yang merata di wilayah Kabupaten

Wonosobo. Sedangkan sampai saat sekarang penguasaan dan pengusahaan bahan galian

tambang yang ada masih ditangani oleh masyarakat umum awam dengan sistem

pengelolaan informal. Rencana pengembangan kawasan pertambangan ini mencakup

beberapa hal berikut:

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan dengan usaha

pentambangan untuk meningkatkan perekonomian wilayah namun perlu adanya

pengawasan agar tidak merusak konservasi sumberdaya alam baik tanah maupun air.

Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Wonosobo antara

lain adalah:

- Eksploitasi bahan tambang berupa mineral logam, bukan logam, batuan dan

batubara secara berkelanjutan berlokasi di andesit (Watumalang, Mojotengah, dan

Garung), batu belah, batu gamping (Sukoharjo dan Watumalang), bentonit

(Kalibawang), Sirtu (Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, dan Wadaslintang), Tanah liat/

lempung (Kaliwiro) dan tras (Watumalang, Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro,

Wadaslintang, dan Kalibawang).

- Pertambangan panas bumi terletak di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi

Dieng di Kecamatan Kejajar.

- Sistem penambangan yang berlaku saat ini perlu diperhatikan dengan usaha

meminimalkan kerusakan lingkungan. Usaha-usaha tersebut adalah:

Peningkatan sumber daya manusia dengan pendidikan dan penyuluhan

penambangan.

Pembenahan tata usaha pengembangan dan penambangan oleh instansi

terkait terutama perindustrian, pertambangan, perdagangan dan koperasi.

Inventarisasi terhadap jenis penambangan yang bersifat informal maupun

formal.

Langkah perencanaan kawasan pertambangan di Kabupaten Wonosobo antara lain:

- Inventarisasi bahan tambang bernilai tinggi yang indikasinya telah ada melalui

studi inventarisasi dan manajemen pengelolaan potensi pertambangan.

- Ekplorasi kekayaan tambang dan mineral dengan persiapan studi kelayakan,

rencana tindak, dan sistem kerjasama yang akan dikembangkan.

Page 189: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-23

- Wilayah pertambangan rakyat akan ditentukan lebih rinci pada peraturan

Bupati.

4.2.6. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi

kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan sekaligus

meningkatkan laju perekonomian wilayah.

(1) Peruntukan industri besar dan sedang meliputi:

a. jalur regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara meliputi:

1. Kecamatan Kertek;

2. Kecamatan Wonosobo;

3. Kecamatan Selomerto; dan

4. Kecamatan Leksono.

b. jalur Kertek – Kalikajar -- Sapuran – Kepil meliputi:

1. Kecamatan Sapuran,

2. Kecamata Kalikajar dan

3. Kecamatan Kepil;

(2) Peruntukan industri kecil atau mikro berada di di seluruh kecamatan.

4.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata.

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan sekaligus memberikan

ruang kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas rekreatif.

Kawasan peruntukan pariwisata yangnada di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai

berikut:

- Kawasan wisata alam terdapat di lokasi sebagai berikut:

Dataran Tinggi Dieng meliputi Telaga Warno, Telaga Pengilon, Goa Sumur,

Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar berada di

Kecamatan Kejajar.

Lembah Dieng meliputi:

1. Telaga Cebong, Agrowisata Tambi dan Bukit Sikunir berada di Kecamatan

Kejajar;

2. Air Terjun Sikarim dan Seloka berada di Kecamatan Garung

Page 190: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-24

3. Lereng Pegunungan Sindoro meliputi:

a) Kecamatan Kejajar; dan

b) Kecamatan Garung.

Telaga Menjer di Kecamatan Garung;

Gunung Kembang di Kecamatan Garung;

Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo; dan

Lembah Sindoro-Sumbing berada di Kecamatan Kertek.

- Kawasan wisata budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan terdapat di lokasi sebagai

berikut:

Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;

Situs Watu Kelir di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;

Situs Ondho Budho di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar;

Candi Bogang di Kecamatan Selomerto;

Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek; dan

Desa Wisata : Desa Sendangsari Kecamatan Garung; Dusun Giyanti Desa

Kadipaten Kecamatan Selomerto; Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari

Kecamatan Wonosobo.

- Kawasan wisata religius terdapat di

Makam Selomanik berada di Kecamatan Kejajar;

Makam KH. Muntaha Al-Khafidz berada di Kecamatan Mojotengah;

Makam Syeh Chotbudin berada di Kecamatan Mojotengah;

Makam pendiri Wonosobo Kyai Karim berada di Kecamatan Selomerto;

Makam pendiri Wonosobo Kyai Walik berada di Kecamatan Wonosobo;

Makam Asmorosuffi berada di Kecamatan Sapuran;

Makam Jogonegoro berada di Kecamatan Selomerto;

Makam Selomanik berada di Kecamatan Kaliwiro;

Makam Raden Abdul Fatah berada di Kecamatan Kepil;

Makam Sunan Bayat berada di Kecamatan Mojotengah;

Makam KH. Natsir Dalhar berada di Kecamatan Kejajar;

Makam KH. Ibrohim berada di Kecamatan Mojotengah;

Makam KH. Zaenudin berada di Kecamatan Kalikajar; dan

Makam KH. Dimyati berada di Kecamatan Mojotengah.

- Kawasan wisata buatan terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut:

Dieng Pleteau di Kecamatan Kejajar;

Gardu Pandang Tieng Kecamatan Kejajar;

Page 191: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-25

Gelanggang Renang Mangli, Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget dan

Gerbang Mandala Wisata di Kecamatan Wonosobo; dan

Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede di Kecamatan

Wadaslintang.

- Kawasan Wisata tradisi terdapat di desa dan kecamatan sebagai berikut:

Tradisi Ruwat Rambut Gembel di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;

Tradisi Tenongan putri di Dusun Giyanti, Desa Kadiaten, Kecamatan Selomerto;

Tradisi Tenongan putra di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek;

Tradisi Undhuh-undhuhan di Desa Sendangsari, Kecamatan Garung;

Tradisi Hak-hakan di Dusun Kaliyoso, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar;

Tradisi Baritan di Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar; dan

Tradisi Larung Sukerta di Kampung Sruni, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan

Wonosobo.

- Kawasan wisata sejarah terdapat di Kecamatan Wonosobo yakni adanya beberapa

benda cagar budaya (BCB) tidak bergerak antara lain: Rumah Dinas Bupati dan

Wakil Bupati, gedung DPRD, Kodim 0707, Kantor Pos dan Giro, SMP N 1

Wonosobo, SD N 1 Wonosobo, Eks gedung Bank Jateng, Alun-alun Wonosobo dan

Paseban, Masjid Al Manshur, Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara, makam Kiai

Walik dan lain-lain.

- Kawasan wisata minat khusus

Arung Jeram Sungai Serayu berada di Kecamatan Selomerto;

Agrowisata Tambi meliputi Wisata kebun teh, paralayang dan wisata alam

berada di Kecamatan Kejajar;

Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan

Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.

Rencana pengembangan kawasan pariwisata secara lebih komprehensif adalah:

- Pengembangan perjalanan wisata atau paket wisata

- Pengembangan wisata pedesaan dengan pengembangan desa-desa wisata

- Pengembangan pasar seminar dan konferensi

- Pengembangan event tertentu sebagai atraksi wisata

- Peningkatan pendukung pemasaran dan promosi obyek wisata

- Pengembangan sarana dan prasarana pendukung aktivitas wisata

- Pengembangan aksesibilitas yang menghubungkan antar obyek wisata untuk

mendukung pengembangan paket wisata di atas.

Page 192: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-26

4.2.8. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau

dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai

tempat hunian dengan fasilitas sosialnya.

Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan sekaligus

memberikan kawasan hunian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lokasi kawasan permukiman terdiri dari dua yaitu:

Permukiman Kota

Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan PKW, PKLp dan

PPK. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan

mengembangkan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi:

penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi,

revisi) rencana tata ruang kota. perkotaan Wonosobo. Kawasan permukiman

perkotaan meliputi:

a. perkotaan Kertek;

b. perkotaan Selomerto;

c. perkotaan Mojotengah;

d. perkotaan Kejajar;

e. perkotaan Sapuran;

Permukiman Pedesaan

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang Permukiman Pedesaan didasarkan pada tujuan

untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan

budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan

yang terdapat dan utamanya di wilayah PPL yaitu Kecamatan Kepil;Kecamatan

Kaliwiro;Kecamatan Wadaslintang;Kecamatan Leksono;Kecamatan Kalikajar;

Kecamatan Garung; Kecamatan Watumalang; Kecamatan Sukoharjo; dan

Kecamatan Kalibawang.

Page 193: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-27

TABEL 4.1 PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

1. KAWASAN LINDUNG A. Kawasan Hutan Lindung

c. Kawasan hutan lindung yang dikelola Negara Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

Terletak di terletak di Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil

Mencegah terjadinya bahaya longsor Kawasan hutan lindung terjaga Kelestarian alam terjaga

d. Kawasan Lindung yang dikelola Masyarakat Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah kawasan yang sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan kesuburan tanah.

Terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang

Mencegah terjadinya bahaya longsor Kawasan hutan lindung terjaga Kelestarian alam terjaga

B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya

Kawasan Resapan Air Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman yang mampu menyimpan air tanah sebagai cadangan air bagi kawasan di bawahnya.

Terletak di Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang, Wonosobo, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil

Terpeliharanya kawasan resapan air

dari pemanfaatan untuk kegiatan terbangun

Terjaganya supply air tanah di Kabupaten Wonosobo

C. Kawasan Perlindungan Setempat

a. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

a. Sub DAS Begaluh; b. Sub DAS Bogowonto; c. Sub DAS Jali; d. Sub DAS Medono;

Terjaganya sungai dari pencemaran air

Terjaganya aliran sungai Air sungai dapat dimanfaatkan untuk

Page 194: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-28

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

fungsi sungai.

e. Sub DAS Luk Ulo Hulu f. Sub DAS Cokroyasan g. Sub DAS Meneng; dan h. Sub DAS Serayu Hulu yang melalui

Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Watumalang, dan Kecamatan Mojotengah.

kegiatan pertanian maupun untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

b. Kawasan Sempadan Waduk Kawasan tertentu, disekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.

4. Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang;

5. Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Garung; dan

6. Kawasan sekitar Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono dan Cecep

Terjaganya waduk dari kegiatan yang merusak intensitas waduk

Terjaganya intensitas air waduk baik dimusim penghujan maupun di musim kering.

D. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Cagar Budaya

a. Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

CA Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran)

Terjaganya kelestarian sumber daya alam terutama sumber daya alam flora dan fauna yang langka.

Terbentuknya kawasan perlindungan

Page 195: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-29

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami.

alam sekaligus sebagai kawasan wisata yang mendidik

b. Kawasan taman wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia .

Kompleks Telaga Pengilon dan Telaga Warno di Kecamatan Kejajar serta Cagar Alam Pantodomas

Terjaganya kelestarian sumber daya

alam terutama sumber daya alam flora dan fauna yang langka.

Terbentuknya kawasan perlindungan alam sekaligus sebagai kawasan wisata yang mendidik

c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek

Terjaganya kelestarian kebudayaan dan sejarah

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

Memberikan alternatif wisata yang bermanfaat dan mendidik

E. Kawasan Rawan Bencana Alam Wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana tersebut.

Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan KalibawangDaerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo,

Mencegah terjadinya bencana alam Mengurangi dampak negatif dari

bencana alam

Page 196: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-30

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

Mojotengah, Kertek, Sapuran , Watumalang dan Kalikajar.

Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah hutan

F. Kawasan Lindung Geologi Kawasan Imbuhan Air kawasan daerah resapan air yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah.

Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil

Terjaganya kuantitas airtanah Terjaganya kelestarian lingkungan

Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.

Terdapat di kawasan sekitar mata sepeti misalnya Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu, Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber, Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang, Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo (970 mata air).

Terjaganya kawasan mata air dari

kegiatan yang mengurangi debit mata air.

Terjaganya debit mata air Mata air dapat dimanfaatkan untuk

keperluan penduduk atau air minum.

2. KAWASAN BUDIDAYA A. Kawasan Hutan Produksi

a. Kawasan Hutan Produksi Tetap kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125

Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang

Terjaganya kuantitas luasan hutan produksi

Kegiatan produksi hutan yang tidak merusak ekosistem hutan

Terjaganya kelestarian hutan

Page 197: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-31

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

b. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan penanaman kembali ataupun hutan rakyat, maksudnya tanah rakyat yang ditanami dengan tanaman seperti halnya tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam rakyat dalam upaya konservasi tanah dan air. kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara 125-174

Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang

Kegiatan produksi hutan yang tidak

merusak ekosistem hutan Terjaganya kelestarian hutan

B. Kawasan Peruntukan Pertanian

c. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh baik secara alamiah maupun secara teknis.

Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung

Terjaganya produksi pangan Kabupaten Wonosobo

Tersedianya lahan untuk sawah abadi Terpenuhinya kebutuhan pangan

Kabupaten Wonosobo

Page 198: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-32

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

d. Kawasan Peruntukan Pertaniann Lahan Kering Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan sumber utama pengairannya berasal dari air hujan, dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar berkelanjutan

Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar

Menumbuhkan agribisnis Penganekaragaman Komoditi Terpenuhinya kebutuhan pangan

Kabupaten Wonosobo

C. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri.

i. Sentra tanaman kelapa sayur berada di

Kecamatan Selomerto, Kepil, dan Wadaslintang;

j. Sentra tanaman kelapa aren terdapat di Kecamatan Kaliwiro dan Kalibawang;

k. Sentra tanaman kopi arabika berada di Kecamatan Kalikajar, Watumalang, Kejajar, dan Mojotengah;

l. Sentra tanaman kopi robusta berada di Kecamatan Selomerto dan Leksono;

m. Sentra tanaman kakao berada di Kecamatan Leksono, Sapuran, dan Kaliwiro;

n. Sentra tanaman tembakau berada di Kecamatan Garung, Watumalang, Kertek, Mojotengah dan Kalikajar;

o. Sentra tanaman teh berada di Kecamatan Kejajar, Kertek dan Sapuran;

p. Sentra tanaman kapulogo berada di semua kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar dan

Peningkatan produksi perkebunan Kegiatan produksi pertanian sekaligus

sebagai penahan air

Page 199: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-33

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

Garung; q. Sentra tanaman cengkeh berada di

Kecamatan Sapuran;

D. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan.

b. Kawasan budidaya kolam air tawar,

tersebar di kecamatan yang memiliki sumber air;

c. Kawasan budidaya mina padi pada daerah pertanian sawah baik irigasi teknis maupun setengah teknis; serta

d. Kawasan pengembangan perikanan umum terdapat di seluruh kecamatan sedangkan perikanan waduk atau telaga terdapat di Kecamatan Wadaslintang, Garung, Kejajar, Kertek, Kalikajar dan Kaliwiro

Peningkatan Produksi sektor perikanan

E. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu ternak besar dan aneka ternak. Untuk peternakan hewan besar paling tidak harus tersedia atau dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan aneka ternak biasa menyebar di seluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi

a. Kawasan peternakan ternak besar terdapat

di Kecamatan Wadaslintang, Kepil, leksono, Klaikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah; dan

b. Kawasan peternakan unggas terdapat di Kecamatan Kalikajar, Kejajar, Garung, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto.

Peningkatan produksi peternakan Aktivitas peternakan tidak menggangu

keberadaan aktivitas yang lain Menghindari terjadinya penularan

penyakit hewan pada manusia

F. Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkembangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan.

Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara terlatak di:

Andesit : Kecamatan Watumalang, Mojotengah, Garung

Batu belah / batu gamping : Kecamatan

Mengoptimalkan potensi

pertambangan yang ada Pemanfaatan potensi tambang untuk

mendukung pembangunan wilayah Menjaga keseimbangan lingkungan

dari bahaya lingkungan akibat

Page 200: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-34

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

Sukoharjo dan Watumalang Bentonit : Kecamatan Kalibawang Sirtu : Kecamatan Kertek, Kalikajar,

Kaliwiro dan Wadaslintang Tanah liat/lempung : Kecamatan Kaliwiro Tras : Kecamatan Watumalang,

Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kalibawang

Kawasan pertambangan panas bumi di wilayah kerja pertambangan [anas bumi Dieng

pertambangan

G. Kawasan peruntukan industri bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Kawasan peruntukan industri menengah

dan besar akan dikembangkan di sepanjang jalur Regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur kertek-Kalikajar-Sapuran-Kepil. Kawasan ini menghindari kawasan permukiman

Pembentukan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan

Berkembangnya industri rumah

tangga, kecil, dan menengah kearah ekspor dan agroindustri

Terbentuknya zona industri yang memiliki akses mudah dan prasarana yang memadahi

Pengembangan sistem pengolahan limbah agar tidak mencemari lingkungan

Semakin menguatnya sistem produksi dan distribusi

Semakin banyaknya investor yang tertarik menanamkan modal

H. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata.

Kawasan wisata alam terdapat di lokasi

sebagai berikut:

Dataran Tinggi Dieng (Telaga Warno, Telaga Pengilon, Goa Sumur, Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar.

Lembah Dieng (Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Air Terjun Sikarim dan Seloka, Agrowisata Tambi, dan Lereng Pegunungan Sindoro);

Meningkatnya daya tarik kunjungan

wisatawan Meningkatnya kerjasama pariwisata Meningkatnya fasilitas pelayanan Peningkatan ketrampilan SDM

Page 201: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-35

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

Telaga Menjer di Kecamatan Garung;

Gunung Kembang di Kecamatan Garung;.

Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo

Kawasan wisata budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan terdapat di lokasi sebagai berikut:

Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;

Situs Watu Kelir di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;

Situs Ondho Budho di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar;

Candi Bogang di Kecamatan Selomerto;

Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek; dan

Desa Wisata : Desa Sendangsari Kecamatan Garung; Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto; Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo.

Kawasan wisata religius terdapat di makam pendiri Wonosobo di Selomerto (Kiai Karim), Wonosobo (Kiai Walik), Makam Asmorosuff di Kecamatan Kejjar, Makam Jogonegoro di Kecamatan Selomerto dan Makam Selomanik di Kecamatan Kaliwiro.

Kawasan wisata buatan terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut:

Dieng Peteau di Kecamatan Kejajar;

Gardu Pandang Tieng Kecamatan Kejajar;

Gelanggang Renang Mangli, Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget dan

Page 202: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-36

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

Gerbang Mandala Wisata di Kecamatan Wonosobo; dan

Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede di Kecamatan Wadaslintang.

Kawasan Wisata tradisi terdapat di desa dan kecamatan sebagai berikut:

Tradisi Ruwat Rambut Gembel di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;

Tradisi Tenongan putri di Dusun Giyanti, Desa Kadiaten, Kecamatan Selomerto;

Tradisi Tenongan putra di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek;

Tradisi Undhuh-undhuhan di Desa Sendangsari, Kecamatan Garung;

Tradisi Hak-hakan di Dusun Kaliyoso, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar;

Tradisi Baritan di Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar; dan

Tradisi Larung Sukerta di Kampung Sruni, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan Wonosobo.

Kawasan wisata sejarah terdapat di Kecamatan Wonosobo yakni adanya beberapa benda cagar budaya (BCB) tidak bergerak antara lain: Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati, gedung DPRD, Kodim 0707, Kantor Pos dan Giro, SMP N 1 Wonosobo, SD N 1 Wonosobo, Eks gedung Bank Jateng, Alun-alun Wonosobo dan Paseban, Masjid Al Manshur, Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara, makam Kiai Walik dan lain-lain.

Kawasan wisata minat khusus terdapat di

Page 203: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-37

NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT

Kecamatan Selomerto, yakni Arung Jeram Sungai Serayu dan tea walk di agro wisata Tambi, Kecamatan Kejajar.

I. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya.

Permukiman Kota

Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota dan kawasan PKW, PPK, dan PKLp).

Permukiman Pedesaan Pengembangan desa-desa yang ada di kawasan PPL

Munculnya kawasan –kawasan

permukiman baru yang dikembangkan oleh developer

Pengembangan permukiman untuk menghidupkan suatu wilayah dan menyebarkan perkembangan dari pusat kota

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008

TABEL 4.2

PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO DIRINCI PER KECAMATAN

No Kecamatan Penggunaan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

1 WADASLINTANG Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Kawasan sempadan waduk Rawan bencana tanah longsor

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi

2 KEPIL Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

Page 204: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-38

No Kecamatan Penggunaan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Rawan bencana tanah longsor

kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan hutan produksi

3 SAPURAN Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor Rawan bencana angin topan

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan hutan produksi

4 KALIBAWANG Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor

Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi

5 KALIWIRO Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi

Page 205: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-39

No Kecamatan Penggunaan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

6 LEKSONO Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan hutan produksi

7 SUKOHARJO Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan perikanan budidaya kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi

8 SELOMERTO Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan

9 KALIKAJAR Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor Rawan bencana angin topan

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil

Page 206: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-40

No Kecamatan Penggunaan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

10 KERTEK Hutan lindung Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana angin topan

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil

11 WONOSOBO Kawasan resapan air Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana banjir Rawan bencana angin topan

Kawasan peruntukan perikanan budidaya kolam air

Kawasan peruntukan permukiman Sentta-sentra industri kec

12 WATUMALANG Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor Rawan bencana angin topan

Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi

13 MOJOTENGAH Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan resapan air Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana angin topan

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan perikanan budidaya kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan

14 GARUNG Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perikanan budidaya

Page 207: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

IV-41

No Kecamatan Penggunaan Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor

kolam air Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan

15 KEJAJAR Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan resapan air Kawasan sempadan waduk Kawasan sekitar mata air Kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan Rawan bencana tanah longsor

Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan perikanan budidaya

kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2008

Page 208: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

V-1

Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten

terhadap pertahanan kemanan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup dan

pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.

Tujuan dari penetapan kawasan strategis adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, sosial dan budaya kemudian pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi serta

lingkungan hidup.

Sedangkan pada penetapan kawasan strategis pengaturannya adalah sebagai

berikut:

Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk

mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan

kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya

nasional;

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam

perekonomian internasional;

Pemanfaatan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dilakukan dengan memperhatikan

Kawasan Strategis Provinsi (KSP). KSP yang ada di wilayah Kabupaten huruf meliputi:

a. kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan sudut kepentingan fungsi dan daya

dukung lingkungan;

b. kawasan Sindoro Sumbing dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan;

c. kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya dengan sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi; dan

BAB V

Page 209: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

V-2

d. kawasan panas bumi dieng dengan sudut kepentingan pendayagunaan

sumberdaya alam dan teknologi tinggi.

Penentuan KSK berdasarkan sudut kepentingan:

a. kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi;

b. kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan

teknologi tinggi;

c. kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya; dan

d. kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.

5.1 KAWASAN STRATEGIS PERTUMBUHAN EKONOMI

Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi mencakup kawasan unggulan

pengembangan ekonomi kabupaten maupun kawasan stimulasi ketertinggalan wilayah.

Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi ini dapat berupa kawasan andalan/ unggulan

berkembang. Kawasan andalan/ unggulan prospektif berkembang, kawasan ekonomi

khusus (KPE), KAPET, kawasan berikat, kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas,

kawasan pusat perdagangan skala wilayah/ kabupaten, kawasan pengembangan potensi

khusus, dan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten serta kawasan lainnya yang

sesuai dengan kepentingan Kabupaten Wonosobo.

Kriteria suatu kawasan dapat dikategorikan dalam kawasan strategis pertumbuhan

ekonomi adalah sebagai berikut:

a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional;

c. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

d. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

e. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang merupakan kawasan strategis pertumbuhan

ekonomi antara lain:

a. kawasan perkotaan Wonosobo dan sekitarnya;

b. kawasan perkotaan PKLp meliputi:

1. Kecamatan Kertek; dan

2. Kecamatan Selomerto.

c. pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek;

d. kawasan koridor jalan kolektor meliputi:

1. ruas jalan Selokromo – Batas kota Wonosobo;

Page 210: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

V-3

2. koridor Wonosobo – Kertek meliputi ruas jalan Batas kota Wonosobo –

Kertek;

3. koridor Kertek – Kledung meliputi ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten

Temanggung; dan

4. koridor Kertek – Sapuran meliputi ruas jalan Kertek – Kepil.

e. pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan;

f. pengembangan sentra pasar hasil bumi di Kecamatan Garung;

g. kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto);

h. kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen;

i. kawasan Dataran Tinggi Dieng berada di Kecamatan Kejajar sebagai kawasan

pariwisata berkelanjutan;

j. kawasan Agrowisata Tambi berada di Kecamatan Kejajar;

k. kawasan Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan

l. kawasan Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.

Rencana pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi

terdiri atas:

a. kawasan perkotaan PKLp meliputi:

1. Kecamatan Kertek; dan

2. Kecamatan Selomerto.

b. pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek;

c. kawasan koridor jalan kolektor meliputi:

1. ruas jalan Selokromo – Batas kota Wonosobo;

2. koridor Wonosobo – Kertek meliputi ruas jalan Batas kota Wonosobo – Kertek;

3. koridor Kertek – Kledung meliputi ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten

Temanggung; dan

4. koridor Kertek – Sapuran meliputi ruas jalan Kertek – Kepil.

d. pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan;

e. pengembangan sentra pasar hasil bumi di Kecamatan Garung;

f. kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto);

g. kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen;

h. kawasan Dataran Tinggi Dieng berada di Kecamatan Kejajar sebagai kawasan

pariwisata berkelanjutan;

i. kawasan Agrowisata Tambi berada di Kecamatan Kejajar;

j. kawasan Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan

k. kawasan Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.

Page 211: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

V-4

5.2 KAWASAN STRATEGIS PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM DAN

TEKNOLOGI TINGGI

Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi

merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan pertambangan minyak dan gas

bumi serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi nuklir dan juga kawasan industri strategis

daerah yang ada di dalam wilayah kabupaten.

Kriteria penentuan kawasan sebagai kawasan strategis pendayagunaan sumber

daya alan dan teknologi antara lain:

a. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

b. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

c. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang memiliki kriteria untuk dikembangkan

sebagai kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi antara lain

adalah:

Kawasan Panas Bumi Dieng

PLTA Garung di Kecamatan Garung

PLTA Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang

PLTPB Dieng

5.3 KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA

Kawasan strategis sosial budaya mencakup kawasan budidaya mauopun kawasan

lindung. Kawasan strategis sosial budaya yang berupa kawasan budidaya dapat berupa

kawasan pusat perkantoran pemerintahan, kawasan pusat sejarah keagamaan, kawasan

pusat kegiatan keagamaan, kawasan pariwisata (kota tua, wisata buatan unggulan),

kawasan makam-makam bersejarah, serta kawasan lainnya menurut kepentingan daerah

kabupaten. Sedangkan kawasan strategis sosial budaya yang merupakan kawasan lindung

dapat berupa kawasan adat tertentu ataupun kawasan konservasi warisan budaya.

Kriteria penentuan kawasan sebagai kawasan strategis sosial budaya adalah

sebagai berikut:

a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional;

b. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;

Page 212: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

V-5

c. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,

pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

d. Memiliki sumber daya alam strategis nasional;

Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan strategis

sosial budaya antara lain adalah:

Kawasan Candi Dieng

Kawasan obyek wisata alam di Kecamatan Kejajar (kompleks Telaga Warno dan

Telaga Pengilon, lembah Dieng), Kecamatan Garung (Telaga Menjer dan Gunung

Kembang) dan Kecamatan Wonosobo (Mata Air Wonojoyo).

Kawasan wisata budaya di Kecamatan Kejajar (situs Tuk Bimalukar, situs Watu

Kelir dan Situs Ondho Budho), Kecamatan Selomerto (Candi Bogang), Kecamatan

Kertek (situs Bongkotan), Desa Wisata (Desa Sendangsari, Dusun Giyanti Desa

Kadipaten dan Kampung Sruni Desa Kelurahan Jaraksari).

Kawasan wisata religi, makam para pendiri Wonosobo (di Kecamatan Selomerto,

Kecamatan Wonosobo dan Kecamatan Kejajar), dan Makam Asmorosufi di

Kecamatan Kejajar, Makam Jogonegoro di Kecamatan Selomerto dan Makam

Selomanik di Kecamatan Kaliwiro.

Kawasan wisata buatan di Kecamatan Kejajar (Dieng Plateau Theater dan Gardu

Pandang Tieng), Kecamatan Wonosobo (Gelanggang Renang Mangli, Pusat

Rekreasi dan Olah Raga Kalianget dan Gerbang Mandala Wisata) dan Kecamatan

Wadaslintang (Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede).

Kawasan wisata sejarah di Kecamatan Wonosobo

Kawasan wisata minat khusus di Kecamatan Selomerto (Arung Jeram Sungai

Serayu) dan Kecamatan Kejajar (tea walk di agro wisata Tambi).

5.4 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG

LINGKUNGAN

Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

mencakup kawasan perlindungan dan pelstarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang

diakui sebagai warisan dunia.

Kriteria penentuan kawasan sebagai kawasan strategis pengembangan fungsi dan

daya dukung lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

Page 213: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

V-6

b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/ atau fauna yang hampir punah atau

diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara;

d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

e. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

f. Rawan bencana alam nasional; atau

g. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas

terhadap kelangsungan kehidupan.

Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan strategis

untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan antara lain adalah:

Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Kawasan Sindoro Sumbing

Kawasan Hutan lindung terutama terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung

(Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kepil,

Watumalang, dan Mojotengah.

Kawasan lindung yang dikelola masyarakat terdapat di Kecamatan Garung,

Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang

Kawasan resapan air terdapat di kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan

Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan

Wonosobo

Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti di mata air

Tempurung, Gajah, Mangli, Jogopati, Mudal dan Muncar.

Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, DAS Wawar, DAS Cokroyasan,

dan Das Bogowonto;

Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (Kompleks Telaga Warno dan

Telaga Pengilon)

Kawasan Cagar Alam Pantodomas di Desa Pacekelan

Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Kebumen

(Kecamatan Kaliwiro), Kabupaten Magelang (Kecamatan Kepil), Kabupaten

Banjarnegara (Kecamatan Kejajar dan Watumalang), Kabupaten Temanggung

(Kecamatan Kejajar dan Garung), Kabupaten Kendal (Kecamatan Kejajar) yang

diarahkan sebagai kawasan lindung yaitu kawasan resapan air dan hutan

lindung.

Page 214: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-1

Arahan pemanfaatan ruang wilayah ruang Kabupaten Wonosobo ditujukan untuk

mewujudkan rencana struktur dan pola ruang kabupaten serta kawasan strategis

kabupaten. Arahan pemanfaatan ruang diprioritaskan untuk mendukung perwujudan struktur

tata ruang (yang meliputi pusat kegiatan dan sistem prasarana yang mengikatnya),

perwujudan pola ruang, serta perwujudan kawasan strategis kabupaten dan kawasan lain di

luar kawasan strategis kabupaten yang hendak dituju dalam kurun waktu yang sama dengan

jangka waktu perencanaan yang dijabarkan secara bertahap dalam waktu 5 tahunan.

Arahan pemanfaatan ini mencakup progam-program utama untuk perwujudan rencana

struktur dan pol aruan gyang hendak dituju sampai akhir tahun perencanaan.

6.1 USULAN PROGRAM UTAMA

Usulan program utama disusun berdasarkan program-program pemanfaatan yang

memiliki bobot kepentingan utama / perlu diprioritaskan untuk mewujudkan RTRW

Kabupaten Wonosobo sesuai dengan arah yang dituju. Penetapan program utama dilakukan

berdasarkan multi kriteria dan banyak aspek yang terkait dengan tujuan pembangunan dan

penataan ruang di Kabupaten Wonosobo serta mendukung program utama.

Kriteria penetapan program utama ini antara lain mencakup dukungan terhadap :

Perwujudan struktur ruang kabupaten

Perwujudan pola ruang kabupaten

Penetapan kawasan strategis kabupaten

dan lain-lain.

6.2 SUMBER PENDANAAN

Sumber pendanaan program utama ini dapat berasal dari :

APBN

APBD Propinsi/ Kabupaten

Hibah

Bantuan dari berbagai pihak yang sah.

Perwujudan pemanfaatan ruang wilayah terdiri atas:

BAB VI

Page 215: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-2

a. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah;

b. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah; dan

c. Perwujudan Rencana Kawasan Strategis.

Bila sumber pendanaan yang dicantumkan bukan merupakan kewenangan kabupaten

maka sumber pendanaan yang ditulis tersebut merupakan usulan kepada lembaga/ tingkat

yang lebih berwenang.

Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

6.3 INSTANSI PELAKSANA

Instansi pelaksana pada pelaksanaan program pembangunan Kabupaten Wonosobo

ini dibagi atas instansi utama dan instansi pendukung. Instansi utama adalah instansi yang

memiliki bobot keterlibatan terbesar dalam keseluruhan pelaksanaan program, sedangkan

instansi pendukung adalah instansi yang memiliki keterkaitan dalam pelaksanaan program

tetapi memiliki bobot keterlibatan yang lebih kecil dari instansi utama pelaksana program.

6.4 WAKTU PELAKSANAAN

Program utama ini dikembangkan sesuai masa berlaku RTRW Kabupaten Wonosobo

yaitu selama 20 tahun. Jangka waktu ini dibagi menjadi 4 tahap, masing-masing dengan

jangka waktu pelaksanaan 5 tahun. Dalam rangka mempermudah pelaksanaan program

maka kerangka waktu pelaksanaan program ini sebaiknya disinkronkan dengan kerangka

waktu pemrograman jangka panjang dan jangka menengah daerah (RPJP dan RPJMD).

Page 216: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-3

TABEL 6.1 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

A. Penyusunan dan Legalisasi Perda RTRW Kabupaten

Bappeda, Bagian Hukum Setda, dan seluruh SKPD

B. Perwujudan Struktur Ruang

1. Perwujudan Pusat Kegiatan

1.1. Perwujudan sistem perkotaan dilakukan melalui program:

a. penyusunan rencana detail tata ruang kota di seluruh perkotaan Kabupaten

PKW: Kaw. Perkotaan Wonosobo PKLp: Kaw. Perkotaan Kertek; dan Selomerto PPK: Kecamatan Mojotengah;Kecamatan Sapuran; Kecamatan Kejajar

APBD Bappeda

b. penyusunan peraturan zonasi di seluruh perkotaan Kabupaten

APBD Bappeda

c. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan meliputi 1. PKL; 2. PKLp; dan 3. PPK.

APBD DPU

d. Penataan pusat PKLp, PPK dan PPL

e. Peningkatan pelayanan kawasan komersial, perdagangan dan jasa

APBD DPU

1.2. Perwujudan sistem perdesaan dilakukan melalui program:

2. Program pengembangan pusat pelayanan lingkungan (PPL) meliputi:

1. Kecamatan Kepil; 2. Kecamatan Kaliwiro; 3. Kecamatan Wadaslintang; 4. Kecamatan Leksono; 5. Kecamatan Kalikajar;

APBD Bappeda, DPU

Page 217: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-4

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

- penyusunan rencana detail tata ruang kecamatan;

- Penyusunan peraturan zonasi.

3. Penyusunan KTP2D 4. Pengembangan pusat

pelayanan perdesaan

6. Kecamatan Garung; 7. Kecamatan Watumalang; 8. Kecamatan Sukoharjo; dan 9. Kecamatan Kalibawang.

2. Perwujudan Sistem Prasarana Utama

2.1. Prasarana Transportasi

Pengembangan jalan kolektor primer

Ruas jalan nasional meliputi: a. ruas jalan Batas Kabupaten

Banjarnegara (KDU) - Selokromo

b. ruas jalan Selokromo - Batas Kota Wonosobo

c. ruas jalan Jogo Negoro d. ruas jalan A. Yani e. ruas jalan Batas Kota

Wonosobo - Kertek f. ruas jalan S. Parman g. ruas jalan Mayor Bambang

Sugeng h. ruas jalan Kertek - Batas

Kabupaten Temanggung (KDU)

i. ruas jalan Batur (Kabupaten Banjarnegara) – Dieng (Kabupaten Wonosobo

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishubkominfo

Pengembangan jalan lokal primer

Ruas jalan antar kecamatan dan jalan poros desa

APBD Provinsi dan

DPU, Dishubkominfo

Page 218: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-5

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Kabupaten

Pengembangan jalan lingkar a. jalan lingkar utara perkotaan Wonosobo;

b. jalan lingkar selatan perkotaan Wonosobo;

c. jalan lingkar utara perkotaan Kertek;

d. jalan lingkar selatan perkotaan Kertek; dan

e. jalan lingkar Garung.

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk pembukaan jaringan jalan untuk wilayah desa yang masih terisolir

Seluruh wilayah kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Pengembangan terminal tipe B dan C

Kecamatan Kejajar Kecamatan, Mojotengah,Leksono, Kertek, Sapuran, Garung, Kaliwiro

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Revitalisasi Terminal Mendolo sebagai terminal tipe A

Kecamatan Wonosobo APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Pengembangan jalan akses ke lokasi strategis pariwisata Waduk Wadaslintang

Ruas jalan menuju obyek wisata Waduk Wadaslintang

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Penataan simpang dengan penambahan Alat Pengendali Lalu Lintas (APILL) dan sistem Automatic Traffic Control System (ATCS)

Simpang di koridor jalan kolektor primer meliputi Kecamatan Leksono, Selomerto, Wonosobo dan Kertek

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

a. Prasarana Transportasi Perkeretaapian

Revitalisasi stasiun lama yaitu Kecamatan Wonosobo APBD DPU,

Page 219: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-6

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

stasiun Wonosobo Provinsi dan Kabupaten

Dishubkominfo

Pengaktifan kembali jaringan rel kereta api jalur Purwokerto-Wonosobo

Kecamatan Leksono, Selomerto, Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Peningkatan pelayanan angkutan umum

Seluruh kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishubkominfo

b. Prasarana Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Pengembangan angkutan penyeberangan danau

Waduk Wadaslintang APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, Dishubkominfo

Pengembangan angkutan wisata berupa perahu wisata

Waduk Wadaslintang, Telaga Menjer

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishubkominfo, DIsparbud

3. Perwujudan Sistem Prasarana Lainnya

a. Prasarana energi

Pengembangan pembangkit tenaga listrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Kecamatan Wadaslintang dan Garung

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, PLN

Peningkatan Gardu Induk Kecamatan Wonosobo, Kecamaan Kejajar

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU, PLN

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng

Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU PT. Geodipa

Pengembangan energi alternatif berupa PLT Surya

Setiap kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Prov, APBD Kab

Page 220: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-7

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

dan PLT Mikrohidro

Pengembangan pelayanan energi listrik

Seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU PLN

Pengembangan SPBU dan SPBE

Setiap kecamatan di Kabupaten Wonosobo

pengembangan sempadan SUTM 20 KV tanah datar dan sempadan SUTT 150 KV

Wilayah sekitar lokasi SUTT dan SUTM

APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten

DPU BLH

b. Prasarana Telekomunikasi

peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan

Kecamatan Wadaslintang, Watumalang, Leksono, Sukoharjo, dan Kalibawang

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishubkominfo

Pemanfaatan menara BTS terpadu/bersama beberapa operator telepon seluler

Seluruh kecamatan APBD Provinsi, APBD Kabupaten, bantuan

Dishubkominfo

Pengembangan sistem telepon tanpa kabel

Merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

Dishubkominfo

Optimalisasi sistem informasi dalam tata kelola pemerintahan

Kabupaten Wonosobso APBD Provinsi, APBD Kabupaten, bantuan

Bappeda

Optimalisasi pengembangan data center

Kabupaten Wonosobso APBN, APBD Kabupaten

Bappeda, Dishubkominfo, Bag. Humas Setda

c. Prasarana Sumber Daya Air

peningkatan pengelolaan DAS Kabupaten Wonosobso APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda BLH

Page 221: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-8

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Pembangunan embung Kecamatan Garung, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kertek

APBD Kabupaten

Bappeda DPU

Pengembangan biopori pada kawasan permukiman padat

Seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda BLH

Peningkatan kapasitas tampung waduk eksisting melalui upaya pengerukkan

Waduk Wadaslintang APBD Kabupaten

DPU

Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM hingga 80% terlayani

Di semua wilayah kota kecamatan

APBD Kabupaten

PDAM DPU

Peningkatan SPAM hingga 60% terlayani

Di wilayah pedesaan APBD Kabupaten

PDAM DPU

d. Prasarana Irigasi

Peningkatan jaringan irigasi teknis

Tersebar di wilayah Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

DPU

Rehabilitasi jaringan irigasi

Tersebar di wilayah Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

DPU

e. Prasarana Wilayah Lainnya

Optimalisasi TPA dengan sistem sanitary land fill

TPA Wonorejo, Kecamatan Selomerto

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Pembuatan saluran-saluran drainase kota yang baik dan memadai

Di seluruh wilayah kota kecamatan

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Pemisahan sampah organik dan anorganik sejak dari sumber timbulan sampah

Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Page 222: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-9

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Penambahan sarana persampahan

Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Pengolahan limbah sebelum dibuang ke saluran umum perkotaan

Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Pembangunan IPLT untuk mengolah limbah tinja yang ada

Di seluruh wilayah kota kecamatan

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Pembangunan IPAL komunal Di seluruh wilayah kota kecamatan

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

peningkatan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pengelolaan

Kabupaten APBD Provinsi dan Kabupaten

BLH Dishubkominfo

Prasarana Lainnya

Penetapan jalur evakuasi bencana

Pengembangan ruang evakuasi bencana

B. Perwujudan Pola Ruang

1. Kawasan Lindung

- Kawasan Hutan Lindung

Pemantapan hutan lindung yang telah ada

Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kepil, Watumalang, dan Mojotengah

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Program pembatasan penggunaan lahan baru bila tidak menjamin fungsi lindung terhadap hidrologis dan pelestarian

Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Page 223: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-10

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Pemulihan kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan

Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Pemantauan secara rutin untuk mencegah kebakaran hutan dan penebangan liar

Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Relokasi fungsi budidaya yang berada di hutan lindung dan mengembalikan fungsi lindung secara bertahap

Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya

a. Kawasan lindung di luar hutan lindung yang memiliki fisiografis seperti hutan indung

Rehabilitasi dan atau reboisasi kawasan lindung di luar hutan lindung yang mengalami kerusakan

Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Pemantauan secara rutin untuk mencegah kebakaran hutan dan penebangan liar

Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Pemantapan batas dan pematokan kawasan lindung yang secara fisiografis seperti

Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Page 224: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-11

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

hutan lindung

Watumalang

b. Kawanan Resapan Air

Pemanfaatan kawasan untuk tanaman perkebunan dengan tidak mengurangi fungsi lindung

Kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

Pembatasan pendirian bangunan yang menutup tanah/ buillding coverage

kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan Wonosobo

APBD Kabupaten

Bappeda Dishutbun

pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah

Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang,Wonosobo, Garung, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil

APBD Kabupaten

Dishutbun

- Kawasan Perlindungan Setempat

a. Kawasan Sempadan Sungai

Pencegahan adanya kegiatan budidaya yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem

Sub DAS Begaluh, Bogowonto, Jali, Medono, Meneng, Serayu Hulu yang melalui kecamatan Kalikajar, Kertek, Selomerto, Wonosobo, Mojotengah, Garung, Sapuran, Kepil, Kalibawang, Kaliwiro, Wadaslintang, Wonosobo, Leksono, Sukoharjo, Watumalang, dan Mojotengah

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun,

b. Kawasan Sekitar Mata Air

Pengalihan kegiatan budidaya Di sekitar mata air yang ada di APBN, Bappeda

Page 225: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-12

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik di daerah sekitar mata air

Kabupaten Wonosobo APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishutbun DPU

c. Kawasan Sempadan Waduk

Perlindungan sekitar waduk Kawasan sekitar waduk Wadaslintang dan Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warna, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, serta kawasan sekitar Bendungan Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun DPU

Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah

Kawasan sekitar waduk Wadaslintang dan Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, serta kawasan sekitar Bendungan Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun DPU

Pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk

Kawasan sekitar waduk Wadaslintang dan Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warna, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, serta kawasan sekitar Bendungan Sungai Serayu,

APBD Kabupaten

Bappeda DPU

Page 226: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-13

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep

- Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

a. Kawasan Suaka Alam

Pengendalian penebangan hutan

Taman Wisata Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) dan CA Pantodomas (Desa Pacekelan)

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

pelarangan kegiatan budidaya yang berpotensi mengurangi tutupan vegetasi

Taman Wisata Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) dan CA Pantodomas (Desa Pacekelan)

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

pelarangan kegiatan yang mengganggu kelestarian situs purbakala dan lingkungannya

Taman Wisata Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) dan CA Pantodomas (Desa Pacekelan)

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun

b. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Melarang kegiatan yang mengganggu kelestarian situs purbakala dan lingkungannya

Situs tuk Bima Lukar, Watu Kelir, Ondho Budho, candi Bogang, Bongkotan, Gedung tua

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

- Kawasan Rawan Bencana

reboisasi dan penghijauan pada kawasan rawan bencana longsor

Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo,

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dishutbun Kantor Kesbangpolinmas

Page 227: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-14

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan Kalibawang

konservasi lahan pada kawasan rawan longsor

Pengendalian kebakaran hutan Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishutbun Badan Kesbangpolinmas

Pegaturan bangunan dan daerah hijau di daerah yang rawan bencana angin lesus

Kecamatan Wonosobo APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishutbun Badan Kesbangpolinmas

Memindahkan kawasan permukiman yang berada dalam zona bahaya

Kecamatan yang memiliki kerawanan terhadap bencana

Membuat jalur evakuasi, area penyelamatan dan jalur bantuan

Kecamatan yang memiliki kerawanan terhadap bencana

menjadikan daerah rawan letusan gunung api sebagai kawasan konservasi

Kecamatan yang memiliki kerawanan terhadap bencana

2. Kawasan Budidaya

a. Kawasan Hutan Produksi

konservasi tanah dan air yang untuk kelestarian sumberdaya hutan

Seluruh kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten

Dishutbun BLH

Peningkatan pola tanam dan pola tata tanam serta pemilihan jenis yang menguntungkan

Seluruh kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Pertanian

pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan

Seluruh kecamatan

Page 228: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-15

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

kebakaran hutan

b. Kawasan Peruntukan Pertanian

pengembangan dan penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan

Seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo terutama Kecama- tan Kaliwiro, Selomerto, Sapuran, Wadaslintang, Kepil, Kalikajar, Kertek, dan Mojotengah.

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Dinas Pertanian

pengaturan pola tanam dan pola tata tanam yang baik

Seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo terutama Kecama- tan Kaliwiro, Selomerto, Sapuran, Wadaslintang, Kepil, Kalikajar, Kertek, dan Mojotengah.

APBD Kabupaten

Bappeda Dinas Pertanian DPU

- pengembangan komoditas unggulan

- intensifikasi pengembangan ternak besar maupun ternak kecil di kawasan lahan kering

Pengembangan pertanian terpadu ramah lingkungan

Kecamatan Wadaslintang, Kaliwiro, Kalikajar, Watuma- lang, Leksono, Sukoharjo, Garung dan Selomerto.

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Pertanian BLH

Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan pertanian

Kecamatan Wadaslintang, Kaliwiro, Kalikajar, Watumalang, Leksono, Sukoharjo, Garung dan Selomerto.

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Pertanian BLH

pengembangan hortikultura sesuai dengan komoditas unggulannya

Seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo

pengembangan pertanian tanaman pangan dengan

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

Page 229: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-16

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

dukungan irigasi

pengembangan perkebunan besar dengan pelibatan masyarakat/sebagai inti dalam pola PIR

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

pengembangan kegiatan peternakan

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

optimalisasi budidaya peternakan

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

c. Kawasan Peruntukan Perikanan

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

Pemelihaaan air untuk menjaga kelangsungan usaha pengembangan perikanan

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Perikanan dan Peternakan BLH

Pengembangan pasar ikan higienis

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Perikanan dan Peternakan BLH

peningkatan infrastruktur sebagai penghubung dari lokasi perikanan ke pasar

Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan BLH

pengaturan jenis dan alat tangkap ikan

d. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Reklamasi kawasan bekas pertambangan

Watumalang, Sukoharjo, Kalibawang, Selomerto, Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah dan Garung

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Pengaturan pertambangan panas bumi

Wilayah kerja pertambangan Dieng

Page 230: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-17

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Pengendalian kegiatan penambangan liar

Watumalang, Sukoharjo, Kali- bawang, Selomerto, Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah dan Garung

APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU BLH

Investarisasi bahan tambang bernilai tinggi melalui studi inventarisasi dan manajemen pengelolaan potensi pertambangan

Watumalang, Sukoharjo, Kalibawang, Selomerto, Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah dan Garung

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

DPU

e. Kawasan Peruntukan Industri

Pengembangan kawasan industri yang didukung oleh sarana dan prasarana industri;

Jalur Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek – Sapuran – Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran

APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten

Disperindag

Pengembangan aneka produk olahan

Pengembangan kegiatan agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang berkelanjutan

Jalur Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek – Sapuran – Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran

APBD Provinsi dan Kabupaten

Disperindag

Pengembangan sistem pengolahan limbah industri yang ramah lingkungan

Di seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Disperindag

Pembentukan klaster dan/atau sentra industri kecil

Di seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

Disperindag

f. Kawasan Peruntukan

Page 231: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-18

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Pariwisata

Penetapan kawasan unggulan, andalan dan potensial pengembangan pariwisata

Optimalisasi dan pengembangan taman rekreasi Kalianget

perlindungan situs peninggalan kebudayaan masa lampau

Goa dan Makam kuno di Kecamatan Bojong dan Bumijawa Kawasan Candi Dieng, Candi Bongkotan, Watu Tedeng, kawasan wisata religius (makam pendiri kota Wonosobo).

APBD Kabupaten

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda

peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/ saing

Kawasan Potensi wisata di Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda

penyusunan kalender wisata kabupaten

pengadaan kegiatan festival gelar seni budaya

Pengembangan infrastruktur pendukung obyek wisata

Kawasan Potensi wisata di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda

a. Kawasan Peruntukan Permukiman

- Permukiman perkotaan

Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan fungsi dan peran kota

Wilayah perkotaan Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

Disperindag

Program pengembangan Wilayah perkotaan Kabupaten APBD Bappeda

Page 232: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-19

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

kawasan permukiman baru seperti pembangunan Kasiba-Lisiba

Wonosobo Provinsi dan Kabupaten

DPU

Penyediaan infrastruktur kota Wilayah perkotaan Kabupaten Wonosobo

APBD Kabupaten

Bappeda DPU

- Pengembangan sistem permukiman perdesaan

Pengembangan ekonomi pertanian wilayah perdesaan melalui potensi agrowisata, agroindustri, dan agrobisnis

Wilayah perdesaan potensial APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda Disperindag

Perbaikan permukiman, untuk meningkatkan kualitas fisik permukiman di perdesaan

Wilayah perdesaan Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda DPU Badan Kesbangpolinmas

Penataan ruang permukiman perdesaan

Wilayah perdesaan Kabupa- ten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda

Penyediaan infrastruktur permukiman

Wilayah perdesaan Kabupa- ten Wonosobo

APBD Provinsi dan Kabupaten

Bappeda DPU

C. Perwujudan Kawasan Strategis

1. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi

Kawasan perkotaan Wonosobo dan sekitarnya

pengembangan koridor Selomerto-Wonosobo-Kertek

Peruntukan industri sedang dan besar di sepanjang jalur Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

Bappeda Disperindag

Page 233: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-20

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek Kalikajar – Sapuran – Kepil

Peruntukan industri sedang dan besar yang terdapat di wilayah Kertek, Wonosobo, Selomerto, dan Sapuran

Pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan

Kecamatan Garung sebagai sentra pasar hasil bumi

Kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto).

Kawasan perdagangan dan jasa sepanjang jalan provin- si Sawangan - Selokromo sebagai pendukung kawa- san agropolitan Rojonoto.

Kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen

Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai kawasan potensi perekonomian di bidang pariwisata

Pengembangan kegiatan ekonomi skala besar

Kawasan perkotaan Wono- sobo dan sekitarnya

Peruntukan industri sedang dan besar di sepanjang jalur

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

Bappeda Disperindag

Page 234: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-21

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek – Sapuran – Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran

Peruntukan industri sedang dan besar yang terdapat di wilayah Kertek, Wonosobo, Selomerto, dan Sapuran

Pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan

Kecamatan Garung sebagai sentra pasar hasil bumi

Kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto).

Kawasan perdagangan dan jasa sepanjang jalan propinsi Sawangan - Selokromo sebagai pendukung kawasan agropolitan Rojonoto.

Kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen

Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai kawasan potensi perekonomian di

Page 235: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-22

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

bidang pariwisata

2. Kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi

Pengembangan kegiatan penunjang maupun turunan dari pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tinggi

Kawasan Panas Bumi Dieng

PLTA Garung di Kecamatan Garung

PLTA Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang

PLTP Dieng

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

DPU BLH PLN

Pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar kawasan pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi

Kawasan Panas Bumi Dieng

PLTA Garung di Kecamatan Garung

PLTA Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang

PLTP Dieng

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

DPU BLH

3. Kawasan Strategis Sosial Budaya

pelestarian kawasan strategis sosial budaya

Kawasan Candi Dieng

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Kecamatan Kejajar (kompleks Candi Dieng dan Bagong)

Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)

Kawasan obyek wisata candi Bongkotan (Desa Bojasari Kecamatan Kertek)

Obyek wisata religius

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda

Page 236: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-23

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Makam Pendiri Kota Wonosobo (Kecamatan Wonosobo)

Situs Kalidadap, Benda dan Bungkaran

Kawasan unggulan wisata di Kabupaten Wonosobo yaitu Kawasan Wisata Dieng yang meliputi obyek wisata Telaga Warna, Telaga Pengilon, Kawasan Candi Dieng, dan Agrowisata Tambi

Peningkatan pemanfaatan kawasan untuk penelitian dan pendidikan

Kawasan Candi Dieng

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Kecamatan Kejajar (kompleks Candi Dieng dan Bagong)

Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)

Kawasan obyek wisata candi Bongkotan (Desa Bojasari Kecamatan Kertek)

Obyek wisata religius Makam Pendiri Kota Wonosobo (Kecamatan Wonosobo)

Situs Kalidadap, Benda dan Bungkaran

Kawasan unggulan wisata di Kabupaten Wonosobo

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda

Page 237: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-24

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

yaitu Kawasan Wisata Dieng yang meliputi obyek wisata Telaga Warna, Telaga Pengilon, Kawasan Candi Dieng, dan Agrowisata Tambi

4. Kawasan Strategis untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

Pelarangan alih fungsi pada kawasan

Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Kawasan Sindoro Sumbing

Kawasan hutan lindung terutama terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

Kawasan lindung di luar kawasan hutan yang mempunyi fisiografis seperti hutan lindung terdapat di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang

Kawasan resapan air terdapat di kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah

APBD Provinsi dan APBD Kabupaten

Bappeda BLH

Page 238: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-25

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Kecamatan Wonosobo

Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti di mata air Tempurung, Gajah, Mangli, Jogopati, Mudal dan Muncar

Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (Kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)

Kawasan Cagar Alam Pantodomas di Desa Pacekelan

Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Kebumen (Kecamatan Kaliwiro), Kabupaten Magelang (Kecamatan Kepil), Kabupaten Banjarnegara (Kecamatan Kejajar dan Watumalang), Kabupaten Temanggung (Kecamatan Kejajar dan Garung), Kabupaten Kendal (Kecamatan Kejajar) yang diarahkan sebagai kawasan lindung yaitu kawasan resapan air dan hutan lindung.

Pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan hidup

Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Kawasan Sindoro Sumbing

APBD Provinsi dan APBD

Bappeda BLH

Page 239: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-26

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Kawasan hutan lindung terutama terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo

Kawasan lindung di luar kawasan hutan yang mempunyi fisiografis seperti hutan lindung terdapat di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang

Kawasan resapan air terdapat di kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan Wonosobo

Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti di mata air Tempurung, Gajah, Mangli, Jogopati, Mudal dan Muncar

Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (Kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)

Kawasan Cagar Alam

Kabupaten

Page 240: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VI-27

No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi

Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

PJM-1 PJM-2

PJM-3

PJM-4 1 2 3 4 5

Pantodomas di Desa Pacekelan

Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Kebumen (Kecamatan Kaliwiro), Kabupaten Magelang (Kecamatan Kepil), Kabupaten Banjarnegara (Kecamatan Kejajar dan Watumalang), Kabupaten Temanggung (Kecamatan Kejajar dan Garung), Kabupaten Kendal (Kecamatan Kejajar) yang diarahkan sebagai kawasan lindung yaitu kawasan resapan air dan hutan lindung.

Page 241: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-1

7.1 ARAHAN ZONASI

Arahan Zonasi merupakan arahan yang terkait dengan kepentingan perizinan yang

menjadi wewenang kabupaten dengan pola ruang wilayah kabupaten. Yang termasuk dalam

kategori ini adalah arahan peraturan zonasi kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Arahan ini mengkaitkan antara pola pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Wonosobo

dengan kegiatan yang mungkin diajukan oleh berbagai pihak untuk dimintakan perizinannya.

Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas:

a. ketentuan peraturan zonasi struktur ruang;

b. ketentuan peraturan zonasi pola ruangya; dan

c. ketentuan peraturan zonasi kawasan strategis

Ketentuan umum dalam penyusunan arahan zonasi level kabupaten sebagai berikut :

7.1.1. Ketentuan Peraturan Zonasi Struktur Ruang

Ketentuan zonasi struktur ruang terdiri atas:

a. ketentuan zonasi sistem pusat kegiatan/pelayanan; dan

b. ketentuan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah.

7.1.1.1. Ketentuan Peraturan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan/Pelayanan

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk mendukung

berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana;

b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perkotaan dengan didukung fasilitas dan

infrastruktur;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak

mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan

BAB VII

Page 242: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-2

d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk mendukung

berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;

b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas dan

infrastruktur;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak

mengganggu fungsi sistem perdesaan dan jaringan prasarana; dan

d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.

7.1.1.2. Ketentuan Peraturan Zonasi Sistem Prasarana Wilayah

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan energi;

c. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan telekomunikasi;

d. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan sumber daya air;

dan

e. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan pengelola

lingkungan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pada ruas-ruas jalan utama menyediakan fasilitas yang menjamin

keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan baik yang

menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

b. diperbolehkan pengguna prasarana transportasi wajib mentaati ketentuan batas

maksimal jenis dan beban kendaraan yang diizinkan pada ruas jalan yang dilalui;

c. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruas-ruas jalan utama sebagai tempat

parkir hanya pada lokasi-lokasi yang sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang

dengan tetap menjaga kelancaran arus lalu lintas; dan

d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruas jalan selain untuk prasarana transportasi yang

dapat mengganggu kelancaran lalu lintas.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik; dan

Page 243: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-3

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada

pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem

jaringan bawah tanah;

b. diperbolehkan dengan syarat penempatan gardu pembangkit diarahkan di luar

kawasan perumahan dan terbebas dari resiko keselamatan umum;

c. diperbolehkan dengan syarat penempatan tiang SUTT, SUTM dan SUTR mengikuti

ketentuan terdiri atas:

1. jarak antara tiang dengan tiang pada jaringan umum tidak melebihi 40 (empat

puluh) meter;

2. jarak antara tiang jaringan umum dengan tiang atap atau bagian bangunan tidak

melebihi 30 (tiga puluh) meter;

3. jarak antara tiang atap dengan tiang atap bangunan lainnva (sebanyak-

banyaknya 5 bangunan berderet) tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter;

4. jarak bebas antara penghantar udara dengan benda lain yang terdekat misalnya

dahan atau daun, bagian bangunan dan lainnya sekurang-kurangnya berjarak 0,5

(nol koma lima) meter dari penghantar udara tersebut; dan

5. Areal konservasi di sekitar lokasi SUTT yaitu sekitar 20 (dua puluh) meter pada

setiap sisi tiang listrik.

d. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kegiatan di sekitar lokasi SUTT.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan bahan bakar

minyak;

b. diperbolehkan dengan syarat pembangunan jaringan BBM harus mengacu pada

rencana pola ruang dan arah pembangunan;

c. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung prasarana tersebut;

d. diperbolehkan peningkatan kualitas jaringan transmisi dan distribusi minyak dan

gas bumi secara optimal dengan pembangunan Depo BBM yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan; dan

e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas jaringan pipa gas.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu

menara BTS untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara

Page 244: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-4

bersama sesuai peraturan perundang-undangan;

b. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada

pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem

jaringan bawah tanah atau jaringan tanpa kabel.pembangunan jaringan

telekomunikasi harus mengacu pada rencana pola ruang dan arah perkembangan

pembangunan;

c. diperbolehkan dengan syarat penempatan menara telekomunikasi/menara wajib

memperhatikan keamanan, keselamatan, dan estetika lingkungan serta diarahkan

memanfaatkan menara secara terpadu pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan;

d. diperbolehkan dengan syarat jarak antar tiang telepon pada jaringan umum tidak

melebihi 40 (empat puluh) meter; dan

e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi/menara

dalam radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber air minum;

b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air minum

wajib memperhatikan kelestarian lingkungan;

c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan dan pemasangan jaringan primer,

sekunder dan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan wajib

dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;

d. diperbolehkan pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang

diizinkan meliputi kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, menara air, bak

pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen)

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen)

3. Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau sesuai

dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu.

pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambungan

rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; dan

e. tidak diizinkan pembangunan instalasi pengolahan air minum dibangun langsung

pada sumber air baku;

Page 245: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-5

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan irigasi;

b. diperbolehkan mempertegas sistem jaringan yang berfungsi sebagai jaringan primer,

sekunder, tersier maupun kuarter;

c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang di dalamnya

terdapat jaringan irigasi wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan

ketentuan menyediakan sempadan jaringan irigasi sekurang-kurangnya 2 (dua)

meter di kiri dan kanan saluran; dan

d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana pendukung irigasi seperti pos

pantau, pintu air, bangunan bagi dan bangunan air lainnya mengikuti ketentuan

teknis yang berlaku.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengelolaan lingkungan terdiri

atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan drainase;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya

terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional

dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian

atau keseluruhan ruas saluran yang ada

c. diperbolehkan dengan syarat setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan

drainase lingkungan dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem

drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;

d. tidak diizinkan memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah, air

limbah atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi

saluran; dan

e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan

(catchment area).

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan persampahan;

b. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang diperbolehkan berupa kantor

pengelola, gudang/garasi kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos

keamanan, bangunan TPS dan tempat mesin pengolah sampah seperti genset dan

Page 246: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-6

incenerator;

c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah wajib

memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan sesuai dengan

ketentuan teknis yang berlaku;

1. KDB setinggi-tingainya 30% (tiga puluh persen);

2. KLB setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen);

3. lebar jalan menuju TPS sekurang-kurangnya 8 (delapan) meter;

4. tempat parkir truk sampah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen); dan

5. sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau

sesuai dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu;

dan

6. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar wilayah pengelolaan

persampahan.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pengolahan

limbah;

b. diperbolehkan sistem pengelolaan air limbah terdiri atas:

1. pengelolaan primer berupa pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-

benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan untuk menghilangkan

minyak dan lemak;

2. pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi;

3. pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.

c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan usaha yang memproduksi air limbah

diwajibkan untuk menyediakan instalasi pengolahan limbah individu dan/atau

komunal sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku meliputi:

1. pengembangan perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;

2. akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;

3. restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima puluh)

unit;

4. kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari 10.000

(sepuluh ribu) meter persegi;

5. industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah;

6. bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan;

7. usaha konveksi/ garmen yang dalam produksinya menggunakan zat-zat kimia

dan pewarna; dan

Page 247: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-7

8. usaha petemakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.

d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan sistem pengelolaan air limbah yang

dimaksud huruf a di atas wajib mengikuti ketentuan teknis terdiri atas:

1. tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air

dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;

2. tidak mengotori permukaan tanah;

3. menghindari tersebarnva cacing tambang pada permukaan tanah;

4. mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain;

5. tidak menimbulkan bau yang mengganggu;

6. konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat

dan murah; dan

7. jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 (sepuluh) meter.

7.1.2. Ketentuan Peraturan Zonasi Pola Ruang

Ketentuan zonasi struktur ruang terdiri atas:

a. ketentuan zonasi Kawasan Lindung; dan

b. ketentuan zonasi Kawasan Budidaya.

7.1.2.1 Zonasi untuk Kawasan Lindung

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung terdiri atas:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam

dan cagar budaya; dan

e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung terdiri atas:

a. diperbolehkan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan hutan

lindung;

b. tidak diperbolehkan melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali

berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak

mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem

alam;

c. diperbolehkan pengembalian fungsi kawasan hutan lindung yang terjadinya alih

akibat fungsi;

Page 248: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-8

d. diperbolehkan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem;

e. diperbolehkan pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat

mempertahankan fungsi lindung di kawasan hutan lindung;

f. diperbolehkan pencegahan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu

fungsi lindung di kawasan hutan lindung;

g. diperbolehkan percepatan rehabilitasi hutan hutan lindung dengan tanaman yang

sesuai dengan fungsi lindung;

h. tidak diperbolehkan penggunaan lahan baru bila tidak menjamin fungsi lindung

terhadap hidrologis, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak bisa dialihkan;

i. diperbolehkan penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi

lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan

berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan kawasan hutan

lindung untuk kepentingan hidrologis; dan

j. diperbolehkan melakukan program pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat

dalam upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh

masyarakat; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh

masyarakat dengan ketentuan:

a. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diperbolehkan

dengan syarat bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi

lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;

b. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;

c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan

lindung yang dikelola oleh masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah

perlindungan dan kaidah-kaidah konservasi;

d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang

dikelola oleh masyarkat hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata

sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;

e. tidak diperbolehkan kegiatan-kegiatan budidaya dalam pemanfaatan kawasan

hutan lindung;

Page 249: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-9

f. diperbolehkan dengan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan

lindung yang dikelola oleh masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan dan

tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan

ekosistem alami; dan

g. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan

perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air dengan ketentuan:

a. diperbolehkan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun

yang sudah ada;

b. diperbolehkan dengan syarat untuk kegiatan hutan rakyat;

c. diperbolehkan dengan syarat terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun

yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

d. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;

e. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak

mengubah bentang alam;

f. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan

budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan

limpasan air hujan; dan

g. tidak diperbolehkan untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi

resapan air.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau kawasan

perkotaan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk

menunjang fungsi taman rekreasi;

c. tidak diperbolehkan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan

untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

d. diperbolehkan dengan syarat enetapan lebar sempadan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

Page 250: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-10

e. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki

tanggul;

f. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki

tanggul;

g. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan

terdiri atas:

1. pada sungai besar berupa sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai

seluas 500 (lima ratus) kilometer persegi atau lebih dilakukan ruas per ruas

dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang

bersangkutan;

2. pada sungai besar meliputi Sungai Serayu dan anak sungainya, Sungai

Bogowonto dan anak sungainya ditetapkan sekurang-kurangnya 100

(seratus) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

3. pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter

dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

h. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di dalam kawasan

perkotaan terdiri atas:

1. pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari

tepi sungai pada waktu ditetapkan;

2. pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai

dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-

kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

3. pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua

puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)

meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

i. diperbolehkan dengan syarat garis sempadan sungai tidak bertanggul yang

berbatasan dengan jalan adalah mengikuti ketentuan garis sempadan bangunan,

dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi

kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai;

j. diperbolehkan dengan syarat kepemilikan lahan yang berbatasan dengan sungai

diwajibkan menyediakan ruang terbuka publik minimal 3 (tiga) meter sepanjang

sungai untuk jalan inspeksi dan/atau taman;

Page 251: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-11

k. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan

sungai; dan

l. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan

dan menurunkan kualitas sungai.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi

lahan;

b. diperbolehkan untuk kegiatan pariwisata dan budidaya lain dengan syarat tidak

menyebabkan kerusakan kualitas air;

c. radius mata air adalah 200 (dua ratus) meter (di luar kawasan permukiman) dan

minimum 25 (dua puluh lima) meter (di dalam kawasan permukiman);

d. diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air;

e. tidak diperbolehkan seluruh jenis kegiatan yang menyebabkan pencemaran

kualitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air;

f. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang mengganggu bentang alam, kesuburan

dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna serta fungsi

lingkungan hidup; dan

g. tidak diperbolehkan pemanfaatan hasil tegakan.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hiaju;

b. diperbolehkan dengan syarat radius waduk terhadap bangunan berjarak minimal

50-100 (lima puluh sampai dengan seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke

arah darat;

c. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman

tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk; dan

d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang

dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan

sempadannya termasuk daerah pasang surutnya.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau untuk kawasan

perkotaan dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

b. diperbolehkan penerapan konsep taman kota pada lokasi yang potensial di

seluruh kabupaten untuk menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;

c. diperbolehkan dengan syarat seluruh kegiatan untuk menambah RTH agar

mencapai 30% (tiga puluh persen);

Page 252: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-12

d. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan

penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;

e. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan RTH sepanjang perbatasan

wilayah kabupaten adalah minimum 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan garis

batas wilayah, kecuali pada kawasan perbatasan yang sudah padat bangunan-

bangunan mengacu pada rencana pola ruang;

f. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan ruang terbuka/ruang bebas

sepanjang jalur instalasi listrik tegangan tinggi mengacu pada ketentuan yang

berlaku; dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau diprioritaskan pada fungsi

utama kawasan dan kelestarian lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai

tempat evakuasi bencana;

g. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH; dan

h. diperbolehkan pengawasan ketat dari pemerintah terkait kegiatan budidaya yang

mempengaruhi fungsi RTH atau menyebabkan alih fungsi RTH.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan

cagar budaya terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Taman Wisata; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk untuk Taman Wisata dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengelolaan taman wisata alam disesuaikan dengan tujuan

perlindungan kawasan suaka alam untuk melindungi flora dan fauna yang khas,

bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pengembangan obyek

dan daya tarik wisata;

b. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak

mengubah bentang alam;

c. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya lainnya yang dapat mengganggu fungsi

lindung dari kawasan tersebut; dan

d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan

perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengamanan dan menjaga pelestarian dari berbagai bentuk

ancaman baik oleh kegiatan manusia maupun alam;

b. diperbolehkan pemerintah daerah mengumumkan kepada seluruh pelaku

pembangunan tentang lokasi dan luas kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan;

Page 253: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-13

c. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak

merusak ekosistem; dan

d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan

perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai tempat

evakuasi;

b. diperbolehkan menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam;

c. diperbolehkan pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam;

d. diperbolehkan dengan syarat pengendalian kegiatan budidaya yang berada pada

kawasan rawan bencana alam;

e. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan

karakteristik, jenis dan ancaman bencana;

f. diperbolehkan dengan syarat membatasi pengembangan kawasan terbangun pada

kawasan rawan bencana alam;

g. diperbolehkan aktivitas budidaya dengan syarat teknis rekayasa teknologi yang

sesuai dengan karakteristik bencananya selain di kawasan perlindungan mutlak;

dan

h. tidak diperbolehkan aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di

kawasan rawan benacan di zona perlindungan mutlak.

7.1.2.2 Ketentuan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi dan

hutan rakyat;

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertanian;

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan perikanan;

d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri;

e. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pariwisata;

f. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan

pertambangan;

g. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan permukiman; dan

h. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi dan

hutan rakyat dengan ketentuan:

Page 254: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-14

a. diperbolehkan pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki

potensi/kesesuaian lahan untuk pengembangan hutan produksi dan hutan rakyat

secara optimal dengan tetap mempertahankan azaz kelestarian sumberdaya

lahan;

b. diperbolehkan peningkatan produktivitas hutan produksi dan hutan rakyat dengan

prioritas arahan pengembangan per jenis komoditi berdasarkan produktivitas

lahan, akumulasi produksi, dan kondisi penggunaan lahan;

c. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pengembangan hutan secara lestari;

d. diperbolehkan dengan syarat aktivitas reboisasi atau penghijauan dan rehabilitasi

hutan;

e. diperbolehkan dengan syarat terbatas pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga

kestabilan neraca sumber daya kehutanan;

f. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk

menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan

g. tidak diperbolehkan aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang mengurangi

luas hutan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hortikultura;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkebunan; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan;

b. diperbolehkan pengembangan pertanian tanaman pangan yang berbentuk

kelompok tani;

c. diperbolehkan pengembangan kegiatan agropolitan;

d. diperbolehkan pemeliharaan dan peningkatan prasarana pengairan pada lahan-

lahan sawah;

e. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan;

f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak

mengganggu fungsi pertanian dengan intensitas bangunan berkepadatan rendah;

g. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan untuk kegiatan

budidaya lainnya;

h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah

beririgasi; dan

Page 255: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-15

i. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang

terkena saluran irigasi.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian hortikultura

dengan ketentuan:

a. diperbolehkanpengembangan agroindustri dan agrowisata serta penyiapan sarana-

prasarana pendukung;

b. diperbolehkanpeningkatan produktivitas pertanian hortikultura;

c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;

d. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan; dan

e. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan hortikultura yang

mempunyai tingkat sangat sesuai.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian perkebunan;

b. diperbolehkan pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/

kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan;

c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;

d. diperbolehkan peningkatan produktivitas perkebunan;

e. diperbolehkan diversifikasi komoditas perkebunan;

f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan perumahan dengan syarat tidak

mengganggu fungsi perkebunan;

g. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan perkebunan yang

mempunyai tingkat sangat sesuai; dan

h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan

dan kualitas tanah untuk perkebunan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan peternakan

dengan ketentuan:

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung sarana peternakan;

b. diperbolehkan pengembangan peternakan secara individual maupun peternakan

bebas;

c. diperbolehkan penyediaan suplai bahan makanan ternak;

d. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain di

luar zona penyangga peruntukan peternakan;

e. diperbolehkan pengendalian limbah ternak melalui sistem pengelolaan limbah

terpadu; dan

Page 256: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-16

f. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar

kawasan peruntukan peternakan.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan perikanan

dengan ketentuan: tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan

mengganggu kualitas air sungai dan waduk untuk perikanan darat.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan

kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya

manusia di wilayah sekitarnya;

b. diperbolehkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau dan

RTH;

c. diperbolehkan penyelenggaraan perumahan karyawan, fasilitas umum skala lokal

sebagai pendukung kegiatan industri;

d. diperbolehkan penyelenggaraan IPAL;

e. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan

industri;

f. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil di

luar zona penyangga peruntukan industri dengan intensitas bangunan

berkepadatan sedang; dan

g. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar

kawasan peruntukan industri.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan

kelestarian ekosistem lingkungan;

b. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan

kelestarian fungsi lindung;

c. diperbolehkan peningkatan kualitas pariwisata agar terwujud ”pariwisata berkualitas”;

d. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata didukung oleh pengembangan

kawasan penunjang pariwisata serta obyek dan daya tarik wisata;

e. diperbolehkan dengan syarat pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan

tetap memperhatikan fungsi konservasi kawasan;

f. diperbolehkan pengembangan kawasan agrowisata untuk memberikan keberagaman

obyek wisata di daerah, dengan fasilitas pendukung dan akomodasi seluas-

luasnya 2,5% (dua koma lima persen) dari total pengelolaan lahan agrowisata; dan

Page 257: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-17

g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak

diusahakan;

h. diperbolehkan perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan massa

lampau;

i. diperbolehkan dengan syarat pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan

skala daya tarik pariwisatanya;

j. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pengembangan aktivitas perumahan

dan permukiman dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan tidak

mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;

k. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk

menunjang pariwisata; dan

l. diperbolehkan mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan pertambangan

dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengawasan secara ketat terhadap kegiatan pertambangan dan

pengeboran air bawah tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan;

b. diperbolehkan wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan

dan pengambilan air tanah;

d. diwajibkan melengkapi perizinan sesuai ketentuan yang berlaku; dan

e. dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan berkelanjutan.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan

skalanya;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial

sesuai dengann skalanya;

c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan pada lahan yang sesuai dengan

kriteria fisik meliputi:

a. kemiringan lereng;

b. ketersediaan dan mutu sumber air bersih; dan

c. bebas dari potensi banjir/ genangan.

d. diperbolehkan prioritas pengembangan pada permukiman hirarki rendah dengan

peningkatan pelayanan fasilitas permukiman;

e. diperbolehkan pengembangan permukiman ditunjang dengan pengembangan

fasilitas pendukung unit permukiman seperti: fasilitas perdagangan dan jasa,

Page 258: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-18

hiburan, pemerintahan, pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan

peribadatan);

f. diperbolehkan pengembangan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM) pada

kawasan peruntukan permukiman dengan syarat tidak menimbulkan polusi;

g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak

diusahakan; dan

h. diperbolehkan pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau

berbatasan dengan kawasan lindung.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan aktivitas pertahanan dan kemanan;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial

sebagai pendukung kegiatan pertahanan keamanan;

c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk

menunjang pertahanan kemanan; dan

d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas

pertahanan keamanan.

(15) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa;

b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif lainnya

sebagai pendukung aktivitas perdagangan dan jasa;

c. diperbolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak

mengganggu aktivitas perdagangan dan jasa; dan

d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas

perdagangan dan jasa.

(16) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat pemindahan kantor pemerintahan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif lainnya

sebagai pendukung aktivitas pemerintahan;

Page 259: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-19

c. dibolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak mengganggu

aktivitas pemerintahan; dan

d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas

pemerintahan.

7.1.3. Ketentuan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

pertumbuhan ekonomi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

sosial budaya; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan daya

dukung lingkungan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan

pertumbuhan ekonomi dengan ketentuan:

a. diperbolehkan kawasan penunjang ekonomi ditunjang sarana dan prasarana yang

memadai;

b. diperbolehkan dengan syarat pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi

harus diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang;

c. diperbolehkan dialokasikan ruang atau zona secara khusus dan harus dilengkapi

dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang

intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;

d. diperbolehkan dengan syarat perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu

pada ruang terbuka boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas ambang

penyediaan ruang terbuka;

e. diperbolehkan zona yang dinilai penting untuk mendukung aktivitas kawasan

strategis pertumbuhan ekonomi tidak boleh dilakukan perubahan fungsi.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan sosial

budaya dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dengan syarat pada radius tertentu harus dilindungi dari perubahan

fungsi yang tidak mendukung kawasan strategis sosial budaya;

b. diperbolehkan ditambahkan fungsi penunjang tanpa menghilangkan identitas dan

karakter kawasan;

c. diperbolehkan dengan syarat dibatasi pengembangan kegiatan budidaya di

sekitar kawasan strategis sosial budaya;

Page 260: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-20

d. tidak diperbolehkan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau

perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi

dasarnya; dan

e. tidak diperbolehkan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan pada suatu

zona ini.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan daya

dukung lingkungan;

a. diperbolehkan pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan

terdapat kerusakan harus dilakukan pengembalian ke rona awal;

b. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada kawasan yang didalamnya terdapat

zona peresapan air; dan

c. diperbolehkan percepatan rehabilitasi untuk menunjang kelestarian dan mencegah

kerusakan dalam jangka panjang.

Page 261: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-21

TABEL 7.1 ARAHAN ZONASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah

Kabupaten Deskripsi

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

A. Kawasan Lindung

A.1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Hutan Lindung Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

- Hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;

- Dilarang untuk kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem alami;

- pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

Kawasan hutan lindung yang dikelola masyarakat

Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat adalah lahan masyarakat yang mempunyai kriteria fisiografis seperti hutan lindung yang perlu dioptimalkan fungsinya untuk kepentingan konservasi dan sistem kehidupan. Kriteria fisiografis adalah bentuk permukaan bumi, jenis tanah, kelas lereng, curah hujan dan tipe iklim yang berpengaruh terhadap kelangsungan ekosistem.

- Hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;

- Dilarang untuk kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem alami;

- pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

A.2. Kawasan yang memberikan Perlindungan Kawasan Bawahnya

Kawasan resapan air Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga

- Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan

Page 262: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-22

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air.

- Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada.

A.3. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan sempadan sungai Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

- Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; - Dilarang mendirikan bangunan kecuali bangunan

yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;

- Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi;

- Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan sempadan waduk Kawasan sempadan waduk adalah kawasan disekeliling waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk.

- Dilarang melakukan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk

- Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan sempadannya termasuk daerah pasang surutnya

Kawasan sempadan mata air Kawasan sekitar mata air adalah kawsan disekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.

- Dapat dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau maupun berupa taman yang bersifat pasif

- Dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian dengan tetap mermpertahankan kelestarian dan keberlangsungan mata air.

- Tidak boleh dikembangkan sebagai kawasan terbangun.

A.4. Kawasan Pelestarian alam, suaka margasatwa dan cagar budaya

Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan

Page 263: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-23

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami.

budidaya terutama kawasan terbangun.

Kawasan Taman Wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia .

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.

Cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai nilai penting adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.

A.5. Kawasan Rawan Bencana Alam - Kawasan rawan banjir adalah suatu keadaan akibat kelebihan debit air yang tidak mencukupi di aliran sungai, dan mengakibatkan adanya kerusakan mikro di daerah dataran

- Kawasan rawan tanah longsor merupakan zone yang labil terhadap gerakan tanah karena faktor kelerangan, struktur tanah, air tanah, vegetasi penutup dan daerah patahan

- Kawasan rawan angin topan adalah kawasan yang dilewati hembusan angin yang memiliki

- Membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan rawan bencana alam;

- Pengendalian kegiatan budidaya yang berdaa pada kawasan rawan bencana alam;

- Pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam;

- Menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam; serta

- Mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai tempat evakuasi.

Page 264: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-24

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

kecepatan tinggi sehingga dapat merusak lingkungan sekitar seperti tumbuh-tumbuhan dan permukiman

A.6. Kawasan lindung lainnya

Kawasan perlindungan plasma nutfah

Daerah perlindungan plasma nutfah adalah kawasan yang memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang belum terdapat di kawasan konservasi yang telah ditetapkan.

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.

B. Kawasan Budidaya

B.1. Kawasan peruntukan Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara 125-174. Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125.

- Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan kelestarian kawasan hutan.

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.

B.2. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang dapat

- Pemantapan lahan sawah yang beririgasi teknis di seluruh kecamatan;

Page 265: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-25

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

diperuntukkan bagi usaha pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan) dengan kata lain lahan basah dapat diartikan pengairan yang diperoleh secara alamiah maupun teknis

- Peningkatan produktivitas pertanian lahan basah; - Pemeliharaan dan peningkatan prasarana

pengairan pada lahan-lahan sawah yang sebagian telah beralih fungsi

- Mencegah dan membatasi alih fungsi lahan pertanian sawah produktif untuk kegiatan budidaya lainnya.

Kawasan pertanian lahan kering Kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi budidaya pertanian dalam arti luas juga, namun ada keterbatasan khususnya mengenai ketersediaan air, sehingga komoditi yang diusahakan juga dipilih yang sesuai dengan kemampuan lahannya

- Pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki potensi/ kesesuaian lahan pertanian tanaman pertanian lahan kering secara optimal;

- Pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah

- Peningkatan produktivitas tanaman lahan kering - Peningkatan produktivitas pertanian lahan

hortikultura; - Pemeliharaan dan peningkatan prasarana

pengairan pada lahan-lahan pertanian yang sebagian telah beralih fungsi Mencegah dan membatasi alih fungsi lahan pertanian sawah produktif untuk kegiatan budidaya lainnya.

B.3. Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan Budidaya Perkebunan adalah areal/ bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon.

- Pengembangan agroindustri dan agrowisata serta penyiapan sarana-prasarana pendukung

- Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/ kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan

- Pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;

- Meminimalkan alih fungsi lahan perkebunan yang mempunyai tingkat sangat sesuai.

B.4. Kjawasan peruntukan perikanan Kawasan Perikanan adalah kawasan - Meningkatkan sarana dan prasarana perikanan;

Page 266: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-26

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan

- Pengembangan budidaya perikanan melalui budidaya di sawah dan di kolam air;

- Dapat dikembangkan kegiatan pariwisata

B.5. Kawasan peruntukan peternakan Kawasan Peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan

- Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan peternakan.

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

B.6. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diarahkan agar kegiatan pertambangan dapat berlangsung secara efisien dan produktif tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan

- Wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian;

- Pengawasan secara ketat terhadap kegiatan pertambangan dan pengeboran air bawah tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan;

- Pembatasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan dan pengambilan air tanah

B.7. Kawasan peruntukan industri Kawasan Peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

- Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya

- Pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industrI

B.8. Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

- Pengembangan harus tetap memperhatikan kelestarian ekosistem lingkungan;

- Pengembangan harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi lindung;

- Mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata;

- Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan tetap memperhatikan fungsi konservasi kawasan;

Page 267: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-27

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

- Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak diusahakan.

B.9. Kawasan peruntukan permukiman Kawasan Pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya

- Membatasi tumbuhnya kegiatan komersial pada kawasan perumahan perkotaan

- Pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan dengan kawasan lindung;

- dapat dikembangkan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM) yang tidak menimbulkan polusi

- Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak diusahakan.

C. Kawasan sekitar sistem Prasarana Nasional dan Wilayah Kabupaten

C.1. Sekitar prasarana transportasi - Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan peternakan.

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya baik terbangun maupun tidak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jalan.

C.2. Sekitar prasarana sumber daya air - Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan peternakan.

- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya baik terbangun maupun tidak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jaringan

C.3. Sekitar prasarana energi - Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi,

Page 268: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-28

Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

ruang terbuka baik aktif maupun pasif. - Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya

tridak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jaringan.

C.4. Sekitar prasrana telekomunikasi - Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.

- Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya tridak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jaringan.

Page 269: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-29

7.2 PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Mengingat banyaknya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan RTRW Kebupaten

Wonosobo, maka diperlukan kegiatan pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang

agar pelaksanaan RTRW Kabupaten Wonosobo dapat berjalan sesuai dengan yang telah

direncanakan.

7.2.1 Pengawasan Pemanfaatan Ruang

1. Pemantauan

Dalam rangka penataan ruang perlu dikembangkan sistem pemantauan terhadap

perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi di lapangan berkenaan

dengan penataan ruang. Pemantauan dilakukan oleh instansi yang berwenang dan

dilakukan sekurang-kurangnyasekali dalam setahun. Instansi yang berwenang

dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).

2. Evaluasi

Berdasarkan hasil pemantauan dan pelaporan, maka setiap tahun diadakan

evaluasi rutin dan setiap lima tahun diadakan evaluasi periodik. Apabila

berdasarkan hasil evaluasi ternyata terdapat penyimpangan yang mendasar

terhadap struktur tata ruang wilayah, maka berdasarkan hasil evaluasi periodik

dapat diadakan revisi/ penyesuaian rencana tata ruang sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

3. Pelaporan

Hasil kegiatan pemantauan harus disusun dalam bentuk laporan maupun

pembaruan data dan informasi pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang

dapat dilakukansecara rutin dan periodik maupun dalam waktu-waktu tertentu yang

dipandang perlu. Pelaporan dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu

tahun oleh instansi yang berwenang.

4. Penertiban

Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil tindakan agar

pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban

pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui

pemeriksaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran/ penyimpangan dalam

pemanfaatan ruang yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang.

Kegiatan penertiban berkenaan dengan penyimpangan terhadap rencana tata

ruang dapat dilakukan secara langsung melalui mekanisme penegakan hukum,

maupun dapat dilakukan secara langsung melalui pemberlakuan sanksi dis-insentif.

Page 270: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-30

Sanksi secara langsung dibagi dalam dua jenis:

Sanksi administrasi dan pembatalan kebijakan daerah yang dilaksanakan

oleh Bupati ditugaskan kepada Biro hukum dan Badan Pengawas Daerah

atas laporan BKPRD.

Sanksi pidana dan perdata diproses lebih lanjut oleh kepolisian dan

kejaksaan atas laporan BKPRD berdasarkan undang-undang pidana dan

perdata yang berlaku.

Sanksi dis-insentif secara umum mencakup ketentuan sebagai berikut:

Terhadap seseorang atau badan usaha yang mendapatkan izin pembebasan

tanah untuk kepentingan tertentu dan telah melaksanakan pembebasan

tanah sesuai ketentuan, namun tidak segera dimanfaatkan atau dibangun

sesuai dengan izin yang ada (ditelantarkan) dapat dikenakan retribusi

penundaan pemanfaatan ruang secara progresif sebelum terkena ketentuan

pencabutan hak atas tanah.

Bagi seseeorang atau badan usaha yang menelantarkan tanah yang dikuasai

dalam jangka waktu tertentu dapat dikenakan retribusi penundaan

pemanfaatan ruang secara progresif sebelum terkena ketentuan pencabutan

hak atas tanah.

Terhadap bangunan yang dimiliki seseorang atau badan usaha yang

menyimpang dari ketentuan penataan ruang yang ditetapkan, seperti

misalnya pelanggaran sempadan bangunan, sempadan pagar dan lainny

yang untuk penyesuaiannya memerlukan partisipasi langsung dari pemiliki

bangunan dapat diberlakukan pengenaan retribusi penundaan tertib

sempadan (atau tertib lainnya secara progresif).

7.2.2 Arahan Pokok Pengendalian Ruang Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya

dan Kawasan Tertentu

A. Kawasan Lindung

1. Pemanfaatan Kawasan Lindung

Larangan-larangan dalam kawasan lindung adalah sebagai berikut:

Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali

yang tidak mengganggu fungsi lindung.

Di dalam kawasan suaka alam dan cagar budaya dilarang melakukan

kegiatan budidaya apapun, kecuali yang berkaitan dengan fungsi kawasan

tersebut dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan

serta ekosistem yang ada.

Page 271: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-31

Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dikenakan

ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak

lingkungan.

Apabila menurut Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

kegiatan budidaya menggangu fungsi lindung harus dicegah

perkembangannya, dan fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan

secara bertahap.

Selain larangan tersebut di atas, pada kawasan lindung terdapat beberapa hal/

kegiatan yang dimungkinkan berada di dalam kawasan lindung, yaitu:

Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasan yang bersangkutan,

didalam kawasan lindung dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan

air tana, serta kegiatan lain seperti: pariwisata, transportasi, dan lain-lain

yang berkeitan dengan pencegahan terhadap bencana alam.

Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud terdapat

indikasi adanya deposit mineral atau air tanah, kekayaan alam lainnya yang

bila diusahakan dinilai amat berharga bagi negara, atau di kawasan lindung

dibutuhkan bangunan atau dilewati jaringan prasarana dasar, maka

kegiatan budidaya atau pengembangan bangunan atau jaringan prasarana

dasar di kawasan lindung tersebut dapat dizinkan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlakuu.

Pengelolaan kawasan budidaya sebagaimana disebut sebelumnya

dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang

bersangkutan.

Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galisn

tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan

hidup dan melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya,

sehingga kawasan lindung dapat berfungsi kembali.

2. Pengendalian Kawasan Lindung

Pemerintah kabupaten/ kota wajib mengendalikan pemanfaatan ruang di

kawasan lindung

Kegiatan pengendalian tersebut meliputi kegiatan: pemantauan,

pengawasan dan penertiban.

Apabila pemerintah kabupaten/ kota tidak dapat menyelesaikan

permasalahan dalam pengendalian pemanfaatan kawasan lindung

sebagaimana dimaksud tersebut di atas, maka permasalahan tersebut

Page 272: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-32

diajukan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)

Propinsi untuk diproses langkah tindak lanjutnya.

Apabila BKPRD Propinsi tidak dapat menyeleseikan permasalahan dalam

pengendalian pemanfaatan sebagaimana dimaksud sebelumnya maka

permasalahan tersebut diajukan kepada Badan Koordinasi Penataan

Ruang Nasional (BKPRN).

B. Kawasan Budidaya

1. Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Program-program kegiatan budidaya dalam kawasan budidaya

dikembangkan sesuai dengan arahan pengelolaan kawasan budidaya dan

arahan pengembangan kegiatan budidaya dalam RTRW Propinsi serta

dengan pengelolaan kawasan budidaya dan rencana sistem kegiatan

pembangunan dan sistem permukiman dalam RTRW Kabupaten/ Kota.

Dalam pelaksanaan pengembangan kegiatan budidaya terlebih dahulu

dilakukan pengkajian dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai

Dampak lingkungan.

Untuk menjamin kesesuaian pengembangan kegiatan dengan ketentuan

yang ada dalam pengelolaan kawasan budidaya, setiap kegiatan perlu

mendapatkan izin kesesuaian lokasi dari instansi kabupaten/ kota yang

ditunjuk untuk memberi izin lokasi sesuai dengan ketentuan yang ada, yang

berisi pernyataan bahwa lokasi yang akan digunakan sesuai dengan

peruntukan yang direncanakan dalam pengelolaan kawasan budidaya yang

ada di RTRW kabupaten/ kota.

Untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun benar-benar sesuai

untuk menunjang kegiatan yang direncanakan, maka pelaksanaan

bangunan perlu mendapatkan izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari

pemerintah kabupaten/ kota.

Dalam memberikan IMB seperti dimaksud di atas pemerintah kabupaten/

kota harus memperhatikan prosedur dan ketentuan-ketentuan yang ada.

Dengan tetap memperhatikan arahan pengelolaan kawasan budidaya yang

ada dalam RTRW Provinsi, pengelolaan kawasan budidaya serta rencana

sistem kegiatan pembangunan dan sistem permukiman yang ada dalam

RTRW kabupaten/ kota, di kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan

budidaya, dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta

Page 273: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-33

kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam, dengan

memperhatikan keamanan dan kelestarian lingkungan serta keberlanjutan

kegiatan-kegiatan budidaya yang ada.

Apabila ternyata di kawasan peruntukan kegiatan budidaya baik yang

sudah dibudidayakan maupun yang masih dalam rencana dimaksud di

atas, terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah dan atau

kekayaan alam lainnya yang belum diusahakan dan dapat memberikan nilai

pemanfaatan ruang serta manfaat bagi negara yang lebih daripada rencana

peruntukan yang ada, maka arahan peruntukan pemanfaatan ruang yang

ada pada RTRW kabupaten/ kota dapat disesuaikan untuk menampung

kegiatan penambangan mineral, air tanah dapat disesuaikan untuk

menampung kegiatanpenambangan mineral, air tanah atau kekayaan alam

lainnya tersebut dengan melakukan penggantian-penggatian yang

sewajarnya dan seadil-adilnya.

Ketentuan pelaksanaan sebagaimanan disebut diatas diatur lebih lanjut

oleh menteri yang bersangkutan, setelah mendapatkan pertimbangan dari

BKRTN.

2. Pengendalian Kawasan Budidaya

Pemerintah kabupaten/ kota wajib mengendalikan pemanfaatan ruang di

kawasan budidaya.

Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas meliputi kegiatan pemantauan,

pengawasan dan penertiban.

Apabila pemerintah kabupaten/ kota tidak dapat menyelesaikan

permasalahan dalam pengendalian pemanfaatan kawasan budidaya

sebagaimana dimaksud di atas, maka permasalahan tersebut diajukan

kepada BKPRD Propinsi untuk diproses langkah lebih lanjutnya.

Apabila BKPRD Propinsi tidak dapat menyelesaikan pengendalian

pemanfaatan ruang sebagaimana tersebut di atas, maka permasalahan

diajukan kepada BKPRN.

Page 274: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-34

C. Kawasan Tertentu

1. Pemanfaatan Kawasan Tertentu

Pengelolaan kawasan tertentu dapat diberikan pada instansi tertentu atau

unit atau badan khusus yang ditunjuk oleh pemerintah.

Pemanfaatan kawasan tertentu dilakukan melalui penjabaran rencana

dalam program pembangunan dan pembiayaan melalui koordinasi dengan

provinsi dan kabupaten/kota di aman kawasan tertentu berlokasi.

Dalam suatu kawasan tertentu dapat dilakukan penelitian dan eksplorasi

untuk keperluan pengembangan pendidikan, pengembangan ilmu

pengetahuan dan pertambangan setelah terlebih dahulu mendapat izin

dariinstansi atau unit/ badan yang ditunjuk pemerintah mengelola kawasan

tertentu tersebut.

Apabila berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan

pengembangan ilmu pengetahuan atau pertambangan perlu dilakukan

karena sangat perlu untuk kepentingan negara, kegiatan-kegiatan tersebut

dapat dilakukan dengan pertimbangan sejauh mungkin fungsi kawasan

tertentu tidak terganggu.

Ketentuan-ketentuan di atas diatur dalam peraturan pemerintah mengenai

kawasan tertentu.

2. Pengendalian Kawasan Tertentu

Pengendalian kawasan tertentu dilakukan untuk membandingkan rencana

pengembangan kawasan tertentu untuk mewujudkan fungsi kawasan dalam

ruang wilayah nasional dengan kondisi dan tingkat perkembangan yang ada.

7.3 PENGEMBANGAN PERANGKAT INSENTIF DAN DIS-INSENTIF DALAM

PENATAAN RUANG

Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada pasal 52 Ranperda

Kabupaten Wonosobo adalah Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,

sedangkan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,

atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

(1) Pemberian insentif dapat berbentuk :

a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang

dan urun saham.

b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

c. Kemudahan prosedur perizinan; dan /atau

Page 275: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-35

d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah

kecamatan.

(2) Pemberian disinsentif dapat berbentuk:

a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang

dibutuhkan, untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;

dan/ atau

b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi dan pinalti.

7.4 KETENTUAN PERIZINAN DALAM PENATAAN RUANG

Izin pemanfaatan ruang diberikan dengan tujuan untuk menjamin pemanfatan ruang

sesuai dengan rencana, standar dan kualitas minimum yang ditetapkan, menghindari

eksternalitas negatif serta melindungi kepentingan umum. Perizinan yang dimaksud adalah

perizinan yang terkit dengan pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan perturan

perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Gambar 7.1 Diagram Mekanisme Perizinan Terkait Pengendalian Pola Ruang

Page 276: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-36

7.5 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG

Ketentuan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

Dalam arahan sanksi ini mencakup beberapa hal yaitu:

a. Arahan sanksi bagi pelanggar pemanfaatan ruang yang tidak pernah

mengajukan perizinan pemanfaatan ruang.

b. Arahan sanksi bagi pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana izin pemanfaatan ruang yang diminta.

c. Arahan sanksi bagi pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan

pemanfaatan ruang.

TABEL 7.2 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG

UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA

• Tidak mentaati rencana tata ruang; dan • Mengakibatkan perubahan fungsi ruang.

• Penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta

• Tidak mentaati rencana tata ruang; • Mengakibatkan perubahan fungsi ruang;

dan • Mengakibatkan kerugian terhadap harta

benda atau rusaknya barang.

• Penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1, 5 miliar

• Tidak mentaati rencana tata ruang; • Mengakibatkan perubahan fungsi ruang;

dan • Mengakibatkan Kematian orang.

• Penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar

• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang.

• Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta

• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan

• Mengakibatkan perubahan fungsi ruang.

• Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar

• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan

• Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang.

• Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar

• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan

• Mengakibatkan kematian orang.

• Pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar

• Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang.

• Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta

• Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum

• Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp. 100 juta

Page 277: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VII-37

UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA

• Pejabat pemerintah penerbit izin; dan • Menerbitkan izin tidak sesuai dengan

rencana tata ruang.

• Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta

• Dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian tidak hormat dari jabatannya.

Sumber : UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

7.6 KETENTUAN PERIZINAN BERDASARKAN KEWENANGAN PEMERINTAH

PROVINSI DAN DAERAH

Berdasarkan UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada pasal 37 dan 40

diuraikan bahwa Ketentuan Perizinan Berdasarkan Kewenangan Pemerintah Provinsi dan

Daerah yaitu sebagai berikut:

1. Ketentuan perizinan dalam pengendalian pemanfaatan ruang diatur oleh Pemerintah

dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-

masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui

prosedur yang benar, batal demi hukum.

4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian

terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah

dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

5. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat dimintakan

penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.

6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata

ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan

memberikan ganti kerugian yang layak.

7. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang

dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

8. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian

yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.

Page 278: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VIII-1

8.1 PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat berhak untuk:

a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang;

b. Mengetahui secara terbuka RTRW Kabupaten, rencana tata ruang kawasan,

rencana rinci tata ruang kawasan, termasuk tata letak dan tata bangunan;

c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari

penataan ruang; dan

d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat wajib:

a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;

d. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;

dan

e. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai milik umum

8.2 BENTUK PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH

KABUPATEN

Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten

dapat berbentuk:

a. Memberikan masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah;

b. Mengindentifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; dan

c. Memberikan masukan dalam merumuskan konsepsi rencana tata ruang

BAB VIII

Page 279: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VIII-2

Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dapat

berbentuk:

a. Memberikan masukan mengenai kebijkan pemanfaatan ruang;

b. Bekerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama unsur

masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

c. Memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang

yang telah ditetapkan;

d. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang

darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan

kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

e. Menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan

meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

dapat berbentuk :

a. Memberikan masukan yang terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,

pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. Mengikutsertakan dalam memantau dan mengawasi pelakasanaan rencana tata

ruang yang telah ditetapkan;

c. Melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal

menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan

ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan

d. Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap

pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

8.3 TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT

Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Wilayah Kabupaten :

(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah

kabupaten dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat,

tanggapan, keberatan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan,

potensi dan masalah, serta rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

(2) Penyampaian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan atau

masukan dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Bupati.

Page 280: BUPATI WONOSOBO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2011-2031

VIII-3

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta masyarakat diatur oleh

Menteri Dalam Negeri.

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten

dan kawasan di Kabupaten disampaikan secara lisan atau tertulis dari mulai tingkat desa ke

kecamatan kepada Bupati dan pejabat yang berwenang.

8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT

(1) Masyarakat dapat memperoleh informasi penataan ruang dan rencana tata ruang

seara mudah dan cepat, melalui media cetak, media elektronik atau forum

pertemuan.

(2) Masyarakat dalam memprakarsai upaya peningkatan tata laksana hak dan

kewajiban masyarakat dalam penataan ruang melalui penyuluhan, bimbingan,

pendidikan, atau pelatihan untuk tercapainya tujuan penataan ruang.

(3) Untuk terlaksananya upaya peningkatan tata laksana hak dan kewajiban,

Pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta

mengembangkan kesadaran, memberdayakan dan meningkatkan tanggungjawab

masyarakat dalam penataan ruang.

(4) Pembinaan dilakukan oleh instansi yang berwenang, dengan cara:

a. Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan,

pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan

atau pelatihan;

b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada

masyarakat secara terbuka;

c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada

masyarakat;

d. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat;

e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang

dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai

dengan rencana tata ruang;

f. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan

tata ruang menikmati pemanfaatan ruang yang berkualitas dan pertambahan

nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam menaati

rencana tata ruang;

g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari

masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang.