bulletin78 25 - september 2008

70
Catatan Reuni ke-2 Paskibraka’78 Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi September 2008

Upload: syaifulazram

Post on 08-Jun-2015

1.031 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Catatan Reuni ke-2 Paskibraka’78

Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi September 2008

2 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Edisi September 2008 3

Bulletin Paskibraka ’78

Bulletin ini diterbitkan oleh”Paguyuban Paskibraka1978” (PP’78) dan dikelolaoleh para Purna Paskibra-ka 1978 yang ada di Jade-botabek dengan tujuan un-tuk menggalang rasa per-saudaraan (brotherhood)sesama teman seangkatan.Harapan kami, buletin se-derhana ini juga dapatmenjadi media komunikasialternatif antar Purna Paski-braka, meski ruang gerakdan edarnya terbatas.

Surat-surat/tulisan dapatdialamatkan ke:

� SYAIFUL AZRAMPondok Tirta Mandala E4No. 1 Depok 16415HP. 08161834318E-mail:[email protected]

� BUDIHARJO WINARNOGema Pesona AM-7,Jl. Tole Iskandar 45,Depok 16412HP. 0818866130E-mail :muztbhe_depok

@yahoo.com.

Salam ’78

Paguyuban Paskibraka 1978Ketua (Lurah) : Yadi Mulyadi (Jabar)

Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar)Sekretaris : Syaiful Azram (Sumut)

Saraswati (DKI Jakarta)Bendahara : Arita Patriana Sudradjat (Jabar)

Budi Saddewo Sudiro (Jateng)

Bala Paskibraka 1978 di Jadebotabek:� Budiharjo Winarno (Yogya) � Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim)� Tatiana Shinta Insamodra (Lampung) � Amir Mansur (DKI Jakarta)� I Gde Amithaba (Bali) � Sambusir (Sumsel) � Halidja Husein(Maluku) � M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) �

Teman-teman ’78 dan Purna Paskibraka lainnya,Ketika edisi ini sedang digarap, sejumlah teman memang sudah

bolak-balik menelepon, kapan buletin akan terbit. Termasuk, KakIdik Sulaeman sendiri yang langsung menyatakan ketidaksabarannyamenunggu. Kami cuma bilang, ”Sabaar, perlu sedikit pengendapanagar hasil tulisannya lebih bening.”

Memang, menuliskan tentang Reuni Paskibraka Nasional agaklebih berat bagi kami, karena bukan sekadar bercerita bla-bla-bla.Ada beberapa hal yang ”tersangkut” di dalamnya dan membutuhkanklarifikasi sehingga tidak menimbulkan bias bagi pembaca. Kalaureuninya sendiri sih berjalan sukses dan baik-baik saja. Bahkan,terlalu sukses untuk ukuran persiapan kerja Panitia yang tidakcukup sebulan.

Hal itu sangat beda dengan cerita tentang Reuni Paskibraka ’78yang tidak terbeban apa-apa. Apalagi, agenda yang direncanakanpun memang tidak membutuhkan kening yang berkerut. Kali ini,Paskibraka ’78 memang ingin kangen-kangenan dan bernostalgiadan senang-senang. Soalnya, peran menjadi ”moral force” bagiPaskibraka —seperti permintaan Kak Mutahar— telah dilakukan.Kurun waktu 14 tahun sejak 1994, rasanya lumayan panjang.

Karena itulah, isi buletin edisi ini terbagi menjadi dua bagian, yaknipertama tentang Reuni Paskibraka Nasional, dan kedua tentangReuni Paskibraka ’78. Bagi teman-teman Paskibraka angkatan lain,mohon maaf bila isi di bagian kedua sedikit agak narsis. Karena,itulah kami Paskibraka 78 yang sejak dulu begitu bangga denganpersaudaraan yang kami miliki.

Kami sangat berterima kasih karena banyak teman-temanangkatan lain yang mengatakan ingin seperti kami. Dan sebaiknya,niat itu disegerakan lantaran membangun kebersamaan bukanseperti membalik telapak tangan. Butuh waktu yang panjang untukmenyemai, memelihara dan terus menerus memupuk, sehinggapada saatnya nanti dapat menuai hasilnya. Salam !!

Sebagian atau seluruh isibuletin ini dapat dikutip/di-perbanyak atau dibagikankepada Purna Paskibrakaangkatan lain bila diang-gap perlu, dengan menye-butkan sumber secara jelas(nama penulis dan BuletinPaskibraka’78).

© Paskibraka’78

4 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Sajian Edisi Ini

Sekitar 400 orang PurnaPaskibraka Nasional angkatan

1967-2007 akhirnya datangmeramaikan acara temu

kangen pada 18 Agustus 2008.Hadir pula sejumlah pengibar

bendera pusaka sebelum1967, termasuk mantan

presiden MegawatiSoekarnoputri.

Arti Kehadiran Mega ........................ 9Selamat Reuni ................................. 11Penantian Paskibraka ’87 ...............13Reuni pun Jadi Polemik ..................17Pengertian Sebuah Reuni .............. 24Alumni dan PPI ............................... 25Ke Almamater Aku Kembali .......... 273 Jenderal Kumpul di ’78 .............. 28Arti Sebuah Ulang Janji .................. 30Galeri Foto Reuni ............................33Catatan Reuni ’78 ............................ 37Di Antara Harap2 Cemas .............. 38Mereka Semakin Gila! .................... 40Momen di Kedai Oeray ................. 42Petemuan Orang2 Kamso ............ 43Reuni Kedua dg Rasa Beda ......... 46Gara2 ”Istri” Herdeman ............... 46Ternyata Dia Mahruzal ................... 52

Detik2 Proklamasi 2008 ............... 53PHI Kawah Candradimuka ............ 55Peduli pada Pembina..................... 56Ziarah ke Makam Kak Mut ............ 58

Reuni Paskibraka’78

55555 ----- 77777

37-537-537-537-537-5 88888

Dirancang sejak jauh-jauh hari,akhirnya Paskibraka 1978 berhasil

mengadakan Reuni kedua yang lebihmeriah dibanding reuni pertama tahun

1994. Mereka semakin Kamso!

REUNI AKBARPASKIBRAKA

NASIONAL 2008

Edisi September 2008 5

Bulletin Paskibraka ’78

Ketika Rasa Rindu Terobati...

Pagi 18 Agustus 2008. Suasana diGedung Mahkamah Konstitusi, Ja-lan Medan Merdeka Barat 6, terlihat

lain dan lebih ramai dari biasa, padahalhari itu adalah hari libur nasional. Ternyata,di sana sedang berlangsung sebuah perte-muan besar Reuni Paskibraka Nasional.

Sebenarnya, acara yang dimaksudkanuntuk mengumpulkan dan mempertemukankembali para pemuda yang pernah mengi-barkan bendera pusaka di Istana Merdekaitu baru dimulai pukul 10.00. Tapi, sejakpukul 09.00, satu demi satu para alumniPaskibraka itu sudah datang. Ada sesuatuyang mendorong mereka untuk cepat tibadi sana: rasa rindu kepada teman-temanseangkatan, para pembina dan kakak-kakak serta adik-adik se-almamater.

Acara temu kangen itu memang telahdirancang dengan sempurna, meski idenyabaru muncul —tak sampai— satu bulansebelumnya. Keinginan spontan dari sejum-

lah Purna Paskibraka ketika menghadiriulang tahun Kak Idik Sulaeman yang ke-75(20 Juli 2008) telah direspon oleh Purnalainnya yang segera membentuk panitiadan bekerja kilat dengan didukung profesi-onalisme yang ada di antara mereka sendiri.

Maka, hari itu berkumpullah sekitar 500orang Purna Paskibraka mulai dari angkatan1967 sampai 2007. Bukan saja merekayang saat ini sudah berdomisili di Jakartadan sekitarnya (Jabodetabek), tapi jugayang datang langsung dari seluruh penjuruNusantara.

Lebih dari itu, Panitia —yang diketuaioleh Sjafruddin Saleh (Paskibraka 1970)—berhasil pula menghadirkan pengibar ben-dera pusaka tahun 1945, yakni Ilyas Karim.Juga sejumlah pengibar bendera pusakaperiode 1950-1966, antara lain Toto Sudiro(1955), Nurbany Yusuf (1962) dan MegawatiSoekarnoputri (1964).

Acara yang dipandu oleh Hasdar (Paski-

Paskibraka angkatan 60-an berfoto bersama Kak Idik Sulaeman.

6 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

braka 1976) dan Ayu Diah Pasya (Paski-braka 1980) makin semarak ketika tepatpukul 10.00 temu kangen dimulai. Satupersatu, tiap angkatan yang duduk berke-lompok di meja masing-masing mulai di-perkenalkan. Yang diperkenalkan lalu me-nyambut dengan yel-yel yang dirancangsecara spontan.

Sampai pukul 12.00 sebelum makansiang dimulai, setiap angkatan diundangnaik ke atas pentas lalu berfoto bersama.Ada angkatan yang memenuhi seluruhpentas karena banyak yang hadir, ada pulayang hanya berempat, berlima, bahkanberdua. Tapi tak apa, karena bagi merekadapat melepas rindu saja sudah lebih daricukup.

Acara resmi reuni dimulai pukul 13.00dengan menyanyikan lagu kebangsaanIndonesia Raya. Disusul kata sambutanoleh Kak Sjafruddin Saleh sebagai KetuaPanitia, acara mencapai puncak denganpelaksanaan Ulang Janji. Sekali lagi, setelahsekian lama berselang sejak Pengukuhan(dalam latihan Paskibraka di angkatannyamasing-masing), mereka mendengarkanKode Kehormatan Paskibraka, yakni ”Kata-kata Dharma Mulia Putera Indonesia” danmengucapkan ”Ikrar Putera Indonesia”.

(Ulang janji memang telah menjadi

semacam ”ritual wajib” bila Paskibrakamengadakan pertemuan besar. Baca: ArtiSebuah Ulang Janji )

Setelah ulang janji itu, tak ada lagi yangterlalu serius, karena berjalan santai penuhdengan canda-ria. Beberapa mantan pengi-bar, terutama pra-1967 diajak naik kepentas dan bercerita bagaimana dulu me-reka berlatih mengibarkan bendera di IstanaMerdeka. Mewakili mereka adalah TotoSudiro (55) dan Nurbany Yusuf (1962).

Selain itu, Ilyas Karim juga didaulat untuknaik ke panggung untuk bercerita bagai-mana ia bisa menjadi pengibar benderapusaka sesaat setelah Proklamasi dibaca-kan oleh Bung Karno pada pagi 17 Agustus1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Ketika acara-acara itu berlangsung, ter-nyata di meja resepsionis masih ada PurnaPaskibraka yang berdatangan. Sebagiandari mereka baru saja tiba dari bandaraSoekarno-Hatta menjelang sore, karenatidak kebagian tiket untuk penerbanganpagi harinya.

Begitulah, sekitar pukul 14.00, MegawatiSoekarnoputri datang untuk memenuhi janji-nya bertemu dengan Purna Paskibraka.Setelah menyalami sebagian Purna yangmenyambutnya, Mega —yang pernahmengibarkan bendera pusaka pada tahun

Megawati dudukbersama Ilyas Karim

dan Kak IdikSulaeman.

Edisi September 2008 7

Bulletin Paskibraka ’78

Rieke Amru dan gengnya, Paskibraka 1989.

Lely Sagita dan gengnya, Paskibraka 1970.

Ayu Diah Pasya dan gengnya, Paskibraka 1980

1964— duduk berdampingandengan Ilyas Karim dan KakIdik Sulaeman. Selanjutnya, di-minta ke podium untuk me-nyampaikan kesan dan pesan.

Seusai bercerita bagaimanaBung Karno memperlakukanbendera pusaka dan memintaPaskibraka untuk menggalisejarah tentang pengibaranbendera pusaka, Mega menye-rahkan kenang-kenangan be-rupa foto dirinya sewaktu kecilbersama Meutia Hatta dalamperingatan detik-detik prokla-masi. Dengan seulas senyum,ia pun menerima dan mema-sang kartu alumni yang dise-rahkan oleh Ketua Panitia dibajunya.

Reuni usai sekitar pukul16.00. Tak ada acara khususuntuk perpisahan, karenaseluruh Purna Paskibraka yanghadir seolah tidak ingin adaperpisahan. Mereka hanyasaling berpamitan, satu demisatu, dan berharap di tahun-tahun mendatang akan selaluada pertemuan atau reuniseperti itu. ***

Nurbany Yusuf dan Toto Sudiro (tengah)

8 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Ketika Paskibraka Reuni

MERDEKAark (125.163.73.xxx)

reuni kemarin sangat berarti bwt kamiangkatan muda paskibraka. sangat meng-gugah rasa nasionalisme dan cinta tanahair. semoga dari purna paskibraka bisamenjadi orang2 yang membanggakannegara tidak hanya saat kita bertugassebagai pengawal sang saka. jayalahindonesiaku!

PASKIBRAKA PEMUDABANGSA(125.160.182.xxx)

semoga para pemuda yang telahberjuang menjalankan tugasnya untukbangsa dan negara ini mendapat peng-hargaan yang layak oleh pemimpin2bangsa kita.

Satu hari setelah ulang tahun kemerdekaan, mantan anggota PasukanPengibar Bendera Pusaka (Paski-

braka) mengadakan reuni. Bertempat digedung Mahkamah Konstitusi, anggotaPaskibraka tahun 1967-2007 saling melepasrindu. Acara tersebut juga dihadiri olehpengibar bendera dari tahun 1945 danmantan presiden Megawati Soekarnoputri,yang juga pernah bertugas mengibarkanSang Saka Merah Putih.

Menjadi petugas pengibar Sang SakaMerah Putih di Istana Merdeka menjadikebanggaan bagi mereka. Tak sembaranganorang bisa menjadi petugas upacara karenaharus melalui seleksi yang ketat. Masa-masa di karantina menjelang detik-detikproklamasi menjadi kenangan terindah yangtak terlupakan.

Maka di ajang reuni ini, mereka menum-pahkan segala perasaan rindu kepadateman seangkatan dan juga pembina Paski-braka. Megawati yang merupakan anggotaPaskibraka tahun 1964 menceritakan bagai-mana ia melaksanakan tugasnya sebagaianggota Paskibraka.

Acara temu kangen berskala besar sepertiini baru pertama kali diadakan. Meskipunbanyak yang berasal dari luar Jawa, demimenghadiri acara reuni ini mereka jauh-jauh datang ke Jakarta. Pengalaman menjadiregu pengibar bendera menjadi catatanpenting dalam sejarah hidup mereka yangtak terlupakan.

Kompas TV, 19 Agustus 2008.� Reporter:Budhi � Kamerawan:Udhi� Penulis:Santos � Editor Video:Dinda

� Vo: Maya.

TEMU KANGEN(125.161.148.xxx)Reuni benar-benar menjadi temu

kangen dan silaturahmi alumni paskibrakanasional yang pernah bertugas di IstanaMerdeka Jakarta dari semua angkatan.Dengan bertemu maka tersambung be-nang merah cikal bakal sejarah Paski-braka dari tahun 1945 s.d 2008. Semogadapat membawa angin segar dalampembinaan Paskibraka di masa yangakan datang.

PAHLAWAN RAKYAT(125.208.143.xxx)semoga dengan reuni ini, para pemim-

pin bangsa lebih bisa menghargai jasa-jasa para pahlawan... baik yang duluberperang untuk kemerdekaan, maupunpahlawan dalam bidang yang mengha-rumkan nama bangsa dan negara.

KOMENTAR DI KOMPAS TV

Edisi September 2008 9

Bulletin Paskibraka ’78

Arti Kehadiran SeorangMegawati Soekarnoputri

Reuni Paskibraka Nasional 2008memang sedikit berbeda darimacam-macam reuni, sarasehan

atau apapun nama yang pernah dipakaiuntuk menyebut pertemuan para PurnaPaskibraka. Perbedaannya adalah karenayang hadir bukan orang yang itu-itu saja,alias mulai angkatan 1967 dan 1968 sampaike angkatan terakhir.

Sore hari setelah reuni berlangsung,media televisi menyiarkan berita denganlead tentang kedatangan Megawati Soe-karnputri dalam Reuni Paskibraka. Bagisudut pandang media, kehadiran seorangMega —sebagai salah satu sosok sentraldalam dunia politik Indonesia— memang

dianggap lebih penting ketimbang reuninyasendiri.

Akan tetapi, bagi kita Purna Paskibraka,kemunculan Megawati dalam ajang reuniadalah sebuah kewajaran belaka. Kak Sjafsebagai Ketua Panitia Reuni, telah menga-komodasi gagasan teman-teman, terutamaPaskibraka 1978, untuk menghadirkan se-jumlah orang yang diketahui pernah menjadipelaksana pengibaran bendera pusaka diIstana Merdeka pada kurun 1950-1966.

Malahan, dengan kedatangan Ilyas Karim,sosok pemuda pengibar bendera pusakapada tahun 1945 di Pegangsaan Timur 56Jakarta —yang sebelumnya diangkat melaluiBulletin Paskibraka 78— seolah lengkaplah

Megawati menerima kartu alumnidari Ketua Panitia Reuni

Sjafruddin Saleh (kiri). Mega saatmengibarkan bendera pusaka pada

17 Agustus 1964 (kanan).

10 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

reuni kemarin dengan ke-hadiran para pengibar ben-dera pusaka mulai 1945sampai 2007. Yang terting-gal hanyalah mereka yangpernah bertugas di GedungAgung Yogyakarta padaperiode 1946-1949.

Maka, kehadiran Mega-wati —yang juga disebutsebagai Kakak dalam reuniitu— hanya sebagai seo-rang yang pernah mengi-barkan bendera pusakapada tahun 1964. Mega —yang juga mantan PresidenRI— hadir tak ubahnyadengan Toto Sudiro (1955) atau NurbanyYusuf (1962) dan para pengibar sepuhlainnya.

Ketika didaulat memberikan kesan-kesan-nya, Mega yang berkenan menggunakan”Kartu Alumni” menceritakan bagaimanaketika dirinya membawa nampan berisibendera pusaka untuk dikibarkan di halamanIstana Merdeka 17 Agustus 1964. Adis —begitu panggilan manja Mega— yang saatitu siswa kelas 3 SMA Tjikini mendapatperintah Bung Karno ikut dalam pengibaran.

Mega kemudian meminta agar sejarahbendera pusaka dan pengibarannya kem-bali digali secara lengkap. ”Pengibaranbendera pusaka adalah bagian dari sejarahbangsa. Kita sebagai orang yang pernahmengibarkannya punya kewajiban untukmenelusuri kembali sejarah bendera pusakaitu,” harapnya.

Sebagai buah tangan, dalam kesempatanitu Mega pun memberikan sebuah fotodirinya semasa kecil bersama Meutia Hattaketika mengikuti upacara 17 Agustus. Dalamfoto itu Mega terlihat menutup telinga karenatakut terkejut mendengar dentuman meriam17 kali.

Pada tahun 1946, Kak Husein Mutaharmemang menelurkan gagasan pengibaran

bendera pusaka oleh parapemuda utusan daerah.Saat itu ia mengambil limapemuda-pemudi asal dae-rah yang sedang belajardi Yogyakarta untuk me-ngibarkan bendera pusakadi Gedung Agung.

Tradisi lima pengibar se-bagai lambang Pancasilaitu dilaksanakan Kak Mutselama ibukota berada diYogya, yakni sampai tahun1949. Walaupun, BungKarno dan Bung Hattasempat diasingkan keBangka dan bendera pu-

saka diselamatkan dari sitaan Belandapada tahun 1948 oleh Kak Mut.

Sejak 1950 sampai 1966, Kak Mut tidakmenangani pengibaran bendera pusakasetelah ibukota negara pindah lagi keJakarta dan bendera pusaka dikibarkan diIstana Merdeka. Barulah pada tahun 1968gagasan mendatangkan pemuda-pemudiutusan daerah itu terlaksana.

Namun, dalam sejumlah kesempatan —sebelum wafatnya— Kak Mut berulang kalimenegaskan bahwa semua pemuda-pemudiyang pernah menjadi pengibar benderapusaka adalah bagian dari Paskibraka.”Carilah kakak-kakakmu itu dan ajak merekabergandengan tangan bersama untukmelanjutkan pengabdian pada Nusa danBangsa,” pesannya.

Reuni 2008 boleh dikatakan menjadisebuah awal baru bagi Paskibraka. Ibaratsebuah tonggak yang menandai perjalananke depan dengan harapan baru dari adik-adik yang kembali menemukan kakak-kakaknya satu demi satu. Kakak-kakakyang diharapkan selalu dapat menjadipembimbing adik-adiknya yang lebih mudadalam menjalani hidup dan pengabdiandengan beban yang semakin berat.

� Syaiful Azram

Foto kenangan Mega danMeutia kecil.

Edisi September 2008 11

Bulletin Paskibraka ’78

Trimakasih byk atas info reuninya..Maaf tidak bisa datangBanyak teman2 yang pengen reuninya diadakan

lagi. Sukses n’ trimakasih bwt panitia ygberinisiatif...

Salam kangen bwt tmn2 smua.....HENDRIKO SEPTA HANDANA

(Paskibraka Nasional 2003, Sumbar)

makasiiihhh kak....saya udah ngeliat video reuni akbar nasional

di kompas tv , juga beritanya aku juga udahcontact2 ma kakak2 lain lwt email yg kk kirimin..

sneng bgt rasanya kmren bisa ktmu tmen2wlaupun angkatan 2006 cm 5 org yg dateng... yglain lg sibuk ospek jdi gak smpet dateng.. di reunikmaren juga saya jd knal byk senior..hehehehe..

salam buat kakak 78, sukses seLaLu...PRISILIA ABAST

(Paskibraka Nasional 2006, Sulut)

Buat ka2k, teman2 dan adik2,Senangnya setelah 21 thn aku bisa berjumpa

lagi dengan teman2 ’87 di reuni kemaren (walauhanya berlima). Tapi setelah itu atas informasidari Tjut Nita (Aceh) dan Sulis (DIY) aku dapatmelacak beberapa teman lagi. Akhirnya aku bisabicara dengan Ozy (DKI), I Gede Gunawan(Bali), Imik (Jatim), Furry (Jatim) dan aku bisabertemu dengan Satri (DKI) dan bu Lurah Evi(Jabar).

Aku terharu sekali sudah sekian lama akuberusaha untuk mencari mereka dan akhirnyaketemu juga, thx God! mudah2an tahun depanlebih banyak lagi teman2 yang datang...

Salam PASKIBRAKA... buat semua, semogapersaudaraan kita tetap terjalin bersama MerahPutih. Buat Haidee (Ambon) jangan lupa kabar2ikalo ke Jakarta, mudah2an angkatan qta bisakelacak semua (pasti seru dan termehek2 lagi).Salam,

JOICE MARCELLA(Paskibraka Nasional 1987, Sulut)

Selamat bereuni para alumni PaskibrakaNasional, semoga dapat mempererat talipersaudaraan di seluruh Indonesia. Salut ataskerja panitia sehingga reuni ini dapat terlaksana.Salam dari Sorong.

MAX ISACC FONATABHA(Paskibraka Nasional 1976, Papua)

Kakak-kakak 78 selamat bereuni, semogadapat menyegarkan silaturahmi persahabatandan persaudaran yang telah lama terputus.Selanjutnya Buletin 78 selalu terbit terbit sehinggadapat membuka wacana akan pengembanganPaskibraka yang lebih baik lagi dari segi pembinaanmaupun pelatihan dan tidak ada lagi KKN dankekerasan dalam pelaksanaannya.

Kepada seluruh Purna Paskibraka Nasionalsaya ucapkan Selamat Reuni, semoga dapatmembawa semangat persatuan dan kesatuanbagi seluruh Purna Paskibraka di Indonesia.

NANANG PUJATMIKO(Paskibraka Nasional 1981, Yogya)

Mas Bhe, nderek mahargya reuni kakak-kakak Paskibraka 78 dan Reuni Akbar PaskibrakaNasional. Mohon maaf tidak bisa hadir dalam

Selamat Reuni !Berikut ini kami muat beberapa email dari Purna Paskibraka kepada kakak-kakak

Paskibraka 78 dan Panitia Reuni. Ikuti komentar mereka tentangReuni Paskibraka Nasional pada 18 Agustus 2008 yang lalu.

12 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Lima Purna yang mewakili Paskibraka 1983

Atas terlaksananya ReuniPaskibraka 78 dan Reuni

Paskibraka Nasional.Semoga reuni tersebutdapat mempererat tali

persatuan dan kesatuanPurna Paskibraka dan

membawa kebaikan bagipembinaan Paskibraka di

seluruh Indonesia.

PPI Jakarta Timur

ttd( JOEHARI SOEMAD )

Ketua

reuni akbar karena ada kesibukan yang tidakbisa ditinggalkan. Salut kepada kakak-kakakpanita yang telah berusaha keras mempertemu-kan para alumni Paskibraka Nasional. Salam.

HARYADI(Paskibraka Nasional 1983, Jatim) di Kediri

Salam PASKIBRAKA...Hanya satu 3 kata yang dapat saya ucapkan:

LLUUUUAAAAARRRR... BIIAASAA HEEBBBAATT.Yach... sungguh... LUAR BIASA & HEBAT...

Benar-benar puas... reuni dan temu kangen inimerupakan acara yang mampu membuat tertawa,lega, bahagia, menangis dan terharu tumpah jadisatu.... Apalagi acara tersebut mampu mengha-dirkan Kakak-kakak Pengibar Bendera sebelumtahun 70 an... yang masih gagah, cantik, sehat...seperti Kak Ilyas, Kak Totok, Kak Suyono, KakNurbany, Kak Megawati dll...

Puji syukur yang tak terhingga... Desa Bahagiabeberapa puluh tahun yang lalu... tetap menjadiwadah dan mampu mengilhami kebahagiaanseluruh warganya...

Harapan kami di daerah, perjuangan danpertemuan kemarin merupakan titik awal kembaliuntuk mampu berbuat lebih baik dan lebihbanyak lagi. Semoga di Reuni yad lebih heboh,lebih seru dan lebih banyak lagi yang hadir...

dengan lebih nyata dalamMISI dan VISI - BAKTINEGARA PURNAPASKIBRAKA.

Terima kasih saya u-capkan kepada seluruhkakak-kakak dan adik-adikyang memprakarsai terwu-judnya acara tersebut de-ngan susah payah... Mohonmaaf jika kami di daerahtidak mampu berbuat ba-nyak dan jika ada kekurang-an atau kesalahan.

Mari songsong REUNIAKBAR... di 2, 3, 4, 5 tahunmendatang....

Salam... MERDEKA.....ENDANG RAHAYU

(Paskibraka Nasional ’78, DIY)

Selamat !!

Edisi September 2008 13

Bulletin Paskibraka ’78

K umandang Reuni PaskibrakaNasional membuat angkatan ’87seperti sebuah penantian panjang

yang tak pernah berujung. Jauh2 hari kamisudah dihubungi Tjut Nita Zahara (Aceh)untuk bersiap-siap menabung menyisihkansedikit dari setiap rezeki untuk menghadiriacara yang sudah lama kami rindukan.

Tiada hari tanpa sms, telepon-teleponanbahkan saling berkirim kabar melalui email.Bahkan Ozy Sjahputra (DKI) yang beradadi Missouri (AS) pun terlihat lebih hebohdibandingkan kami yang di tanah air.Rasanya sudah tidak sabar kami menantitibanya tanggal 18 Agustus seperti halnyadulu kami menanti dengan berdebar-debartibanya tanggal 17 Agustus 1987, harinyakami menunaikan tugas mulia dalam kelom-pok Phinisi dan Dewaruci sebagai Pas-kibraka.

Saya sendiri menanti hari itu denganpenuh tanda tanya: siapa saja teman yanghadir, apakah kami akan saling mengenalatau bahkan lupa wajah masing-masing.Maklum, 21 tahun adalah waktu yg sangat,sangat lama. Bahkan, Kak Budi Winarno(Paguyuban 78) tiada henti-hentinya mengi-ngatkan jadwal, sampai formulir yang haruskami isi untuk kepastian kehadiran kami.

Setelah menyelesaikan berbagai urusandi kantor maupun tanggung jawab sebagaiPembina bagi Paskibra Maluku 2008,sayapun meninggalkan kota Ambon denganpenuh kegembiraan, seperti halnya 21tahun lalu ketika terpilih mewakili Maluku

Penantian Panjang ’87ke Jakarta. Sepanjang perjalanan sayamengurai kembali kenangan manis pluswajah teman-teman. Ah, rasanya tidak perca-ya kami akan bertemu lagi.

Tetapi herannya, begitu sampai di Jakartatidak ada satupun telepon teman-temanangkatan ’87 yg bisa saya hubungi, seolah-olah mereka raib entah kemana. Begitupunketika saya akan check-in di Hotel Para-gon-Menteng, Kak Wendy Pelupessy (Pas-kibraka ’86, Maluku) yang sedianya akansekamar dengan saya juga tidak bisadihubungi.

Akhirnya, saya hanya bisa menghubungilagi-lagi Kak Budiharjo Winarno untuk mene-nangkan hati saya yang setengah kecewa.Itupun hanya melalui sms saja karenakalau telepon yang di dengar hanya nadatulalit. Setelah menunggu cukup lama de-ngan jalan2 seputar Sarinah, barulah sayadihubungi Kak Wendy yang mengabarkankalau saya sudah bisa masuk ke kamarnyadi Hotel. Kemarin, kakakku yang cantik inilupa mengabarkan kedatanganku di recep-tion hotel.

Setelah berbenah, karena kelelahan sa-yapun tertidur, lalu bermimpi indah bertemuteman-teman terkasih di Wisma Sarbini,seperti melihat sebuah perjalanan sukaduka ketika menjadi Paskibraka 1987.

Hari yang dinanti pun tiba. Dari pagi, KakWendy sudah sibuk membangunkan putri-nya Pricilla Mutiara Jihan (Paskibraka 2006,Maluku) dan saya untuk segera bersiap-siap karena tidak mau terlambat ke acara

Reuni Juga untuk AngkatanReuni Paskibraka Nasional ternyata tidak hanya menjadi ajang temu kangen

sesama pengibar bendera pusaka. Secara terpisah, pertemuan itu menjadi tempatreuni masing-masing angkatan. Berikut kami sajikan catatan reuni Paskibraka 1987.

14 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

reuni yang bertempat di Gedung Mahkamahkonstitusi. Melihat gerakannya yang gesitsayapun teringat akan sosok Bunda Buna-kim ketika membangunkan kami setiappagi untuk lari pagi atau untuk bersiap-siapmenghadiri acara2 lain.

Ah, saya sangat merindukan Bunda. tanpaterasa air mata mengambang di pelupukmata mengingat kasih dan cintanya yangbesar untuk kami. Seandainya Bunda masihada... pasti Beliau akan bangga melihatanak-anak didiknya mandiri meniti kehi-dupan ini.

Dengan taksi kami menuju tempat reuniyang ternyata sudah ramai. Di pintu depankami disambut bak selebriti yang dipenuhikilatan lampu kamera sampai saya jadimalu (karena saya biasanya melayanimasyarakat, tapi kali ini malah disambutseperti bintang).

Sayapun disambut seorang ibu denganteriakannya yang menggelegar bak petir disiang bolong. Sayapun kaget ketika ibu itumendekati saya dan mengucapkan namasaya selengkap-lengkapnya. Sungguh, sayasendiri tidak mengenalnya.

Ketika menengok ke kanan, saya malahmenjerit dan memeluk Armeida (Riau) yangwajahnya tidak berubah alias awet muda,

masih sama seperti 21 tahun lalu. Sedang-kan si ibu itu, setelah diberitahu Armeida,ternyata Tjut Nita Zahara (Aceh). Saya jadimerasa bersalah karena tidak mengenalnya.Alhasil, kamipun menangis tersedu-sedusaking rindu dan terharu.

Terlebih lagi ketika saya disambut KakBudi ’78 yang selama ini saya kenal hanyamelalui tulisannya di Buletin Paguyuban’78. dengan penuh sayang Kak Budi me-nyambutku seperti seorang adiknya sendiriyang telah lama berpisah, padahal selamaini saya samasekali tidak mengenal Purnaangkatan 70an atau sebelumnya.

Sungguh pertemuan yang luar biasa.Apalagi saya juga bertemu dan melepaskangen dengan Tri Broto Sulistio (Yogya)bahkan dengan Joice Marcella Massa(Sulut). Selain itu saya juga bertemu dengankakak-kakak dari Maluku dari berbagaiangkatan yang sebagian besar telahmenetap di Jakarta dan di daerah lain. jugadengan kak Saras ’78 yang ternyata sangatcantik.

Acara kangen-kangenan dimulai daripukul 10.00 sampai 13.00 WIB. Setelahmakan siang acarapun digelar satu persatuseperti tiada habis-habisnya. Saat acaraulang janji ”Ikrar Putra Indonesia” tanpa

PASKIBRAKA1987 —Haidee, JoiceMarcella, Sulis,Armeida danNita Zahara

Edisi September 2008 15

Bulletin Paskibraka ’78

Walau tidak dapat menghadiri acarareuni kemarin, saya dapat merasakan suasana gembira yang

menyelimuti acara tersebut. Ketika perte-muan di gedung masih berlangsung sayacoba telepon Haidee in her cell. ”Haideebisa dengar suara saya?”

OH SENANGNYA!!! Setelah 21 tahunsaya tidak berbicara langsung denganHaidee kemarin kami bisa ngobrol2 lagi...

Ternyata angkatan 87 yang hadir hanyasedikit, lima orang to be exact. Haidee(Maluku), Cut Nita Zahara (Aceh), Armeida(Riau), Joice Marcella Massa (SulawesiUtara), dan Tri Broto Sulistio (DIY).

Sebetulnya ada beberapa teman lainyang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya,namun karena faktor kesehatan, urusankeluarga & pekerjaan, mereka tidak dapatmenghadiri acara temu-kangen tsb.

Selain dengan Haidee, saya juga sempatberbicara di telepon dengan Joice. Karenahari sudah larut di tempat saya dan teman-teman akan kembli mengikuti acara, sayasudahi percakapan kami. Selanjutnya sayaberusaha tidur (tapi sulit utk bisa tidur

sebab bayangan teman-teman saya dari21 tahun yg lalu kembali ke hadapan saya).

Pukul 5 pagi, saya bangun dan kembalitelepon Haidee karena diberitahukan bahwateman-teman akan berkumpul di tempatlain seusai acara di gedung. Kali ini sayadapat berbicara dengan seluruh teman-teman yang hadir.... oh senangnya... Bahkan“istri” (pasangan saat tugas) saya dulu pun(hehehhe)... ada di sana bersama suamidan anak-anaknya. Sudah 11 tahun kamitidak kontak... senang sekali rasanya bisangobrol lagi dengan Satriawati (DKI).

Setelah hampir 1 jam ngobrol di telpon,saya mohon diri utk melanjutkan morningroutine saya. Sambil lari pagi, pikiran sayamelayang ke kegiatan olahraga pagi ygdulu kami lakukan tiap hari. Tidak terasa,saya mulai menyanyikan lagu-lagu pemberisemangat yang dulu sering kami nyanyikansambil berlari.

Hari masih sepi, taman kota tempat sayaberlari masih kosong... But I could carelesskalau ada orang yang dengar saya nyanyidengan suara sumbang sambil lari. I wasremembering all my beloved friends. Lalu

Reuni Jarak Jauh Ozy...

terasa air mata ini mengalir seperti tahun1987. Acara makin meriah dengan hadirnyaKak Megawati Soekarnoputri yang pernahbertugas tahun 1964.

Saat sedang ramai-ramainya kangen-kangenan, melalui handphone Ozy Syah-putra berhasil menghubungi kami dari Ame-rika dan mengobrol dengan teman-temanlainnya. Seakan tidak puas, kami berlimapun buru-buru meninggalkan tempat reunidan bergegas menuju Cafe Star Buck diPlaza Senayan untuk melanjutkan perte-muan angkatan ’87 sampai lewat tengahmalam.

Berbagai kisah suka maupun duka kamiberbagi bersama sampai merintis usaha

bersama sempat pula dibicarakan. Walau-pun belum terwujud, kami berharap impiantersebut dapat menjadi kenyataan di tahun-tahun mendatang. Saat itu, Satriawati Chan(DKI) menyusul turut bergabung dengansuami dan anak-anaknya yang lucu. Ketikaakan berpisah malam itu kami malahmenyusun agenda jalan-jalan esok hariyang dipenuhi berbagai rencana ala ibu-ibu RT.

Ah, hari yang hebat... Terima kasih kakak-kakak panitia yang telah mempertemukankami semua dengan penuh kebahagiaan.

HAIDEE ARV NIKIJULUW(Paskibraka Nasional 1987, Maluku)

16 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

saya coba runut dari Aceh hingga IrianJaya nama-nama teman saya... all 53 ofthem. Ternyata saya masih ingat semua...all but one... siapa Lampung putri? Aha!!Surya Aprina Suud !! Found her againsomewhere in the corner of my brain...some old brain cells still keep her name,face, and the experience we shared to-gether...

Saat saya sedang duduk di meja di office,masuk email dari Joice diikuti denganinvitation to join her in Yahoo Messenger...well, harusnya gak boleh ya kerja sambilngobrol. But, oh hell... akhirnya sayangobrol dengan Joice via YM selama lebih

1 jam. But still I was happy kemarin karenabisa tukar2 cerita dengan Joice dan teman-teman lain dari ’87.

Well, sekarang pukul 5:59 pagi... sayasiap-siap mau olahraga lagi...

“Minggirlah, Minggirlah, Minggirlah...Minggirlah Paskibraka Mau Lewat...Jalannya tegap-tegap, Badannya kuat-kuat,Karena tiap pagi dua telur!!”....

”Si Ozy Masuk Paskibraka, Si Ozy MasukPaskibraka, Lari-lari tiap pagi, Jalan Jongkoksetengah mati, Si Ozy jadi kurus lagi” (thissong fits my condition)... hehehehehe.

Yang lagi kangen dengan teman2 ’87,OZY SYAHPUTRA

Panitia Reuni Paskibraka Nasional 2008dengan ini mengucapkan terima kasih kepada Kakak-kakak

dan Adik-adik Purna Paskibraka yang telah hadir dan mendukungacara temu kangen pada tanggal 18 Agustus 2008

sehingga berlangsung dengan sukses.

Semoga di masa yang akan datang kita bisa bergandeng tangandan lebih solid lagi dalam menggalang kebersamaan,sebagaimana kita dulu bersatu dalam Desa Bahagia.

Kms H. Sjafruddin SalehPaskibraka 1970/Ketua

Ucapan Terima Kasih

Semua kesan dan pesan, ide/gagasan dan keluh kesah atas penyelenggaraanreuni masih dapat dikirimkan ke Sekretariat Panitia melalui email ke alamat:

[email protected] Paskibraka tetap Jaya... MERDEKA..!!

Jumawal UhadyPaskibraka 1988/Sekretaris

Edisi September 2008 17

Bulletin Paskibraka ’78

Sebuah RenunganTentang Kepaskibrakaan

Hiduplah Indonesia Raya….Sebuah bait dari lagu kebangsaan kita

yang dalam bulan ini pasti akan menjadisebuah theme song bagi kita, seluruhanggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI)di mana pun ia berada. Bait tersebutmenandakan betapa para pendahulu kita,dengan segala pengorbanan yang telahmereka berikan, mampu menyibak segalaperbedaan yang ada untuk ke Indonesiaanitu sendiri.

Pernahkah terpikir oleh kita, generasiyang akhirnya bisa memiliki sebuah entitasatas sebuah nama yaitu “INDONESIA”,

Maka, Reuni pun Jadi Polemikbagaimana nama tersebut dapat melekatdari kita yang secara sejarahnya memilkipercikan darah dari Gujarat, Negroid, bahkanChina. Oleh karena itu dilihat dari sejarahnyaasal muasal orang Indonesia bukan berasaldari satu keturunan, heterogen.

Dengan sebuah asal yang beragam,maka dalam perkembangannya makin pulaberkembang keragaman yang lain. Bahasa,adat istiadat, budaya, belum lagi bila kitabicara tentang percabangan dari keyakinanberagama.

Ditilik dari sudut tersebut, sudah sepa-tutnya kita berbangga hati dan selalu ber-pegang teguh terhadap hal tersebut, kebera-gaman. Sebuah nation yang berpijak darisebuah keragaman yang dipuji banyakorang karena mampu berdiri bukan atassatu kesatuan yang iasa, karena banyaksebuah Negara berdiri karena hanya kesa-maan ras, atau bahasa. Tapi tidak untukIndonesia, dan karena itulah kita pun lahir.

Pasukan Pengibar Duplikat Bendera Indo-nesia, PASKIBRAKA. Sebuah nama yangdiberikan oleh Almarhum Kak Mutahar,yang terus berkumandang hingga hari ini,oleh para mantan anggota Paskibraka yangtergabung dalam organisasi Purna Paski-braka Indonesia.

Dalam sejarah Paskibraka, pelaksanaanpengibaran bendera tanggal 17 Agustus,dalam rangka ulang tahun kemerdekaanRepublik Indonesia, pada awalnya hanyadilaksanakan di tingkat nasional, tepatnyadi Istana Negara, Jakarta.

Seiring dengan waktu, pelaksanaanpengibaran bukan hanya bertempat di IstanaNegara, akan tetapi juga di tingkat Kabupa-ten/Kota dan Provinsi. Bercermin dari halitu pula lha, akhirnya para senior kita padatahun 1989 berkumpul di Cipayung untuk

Pengantar:Ketika rencana Reuni Paskibraka

Nasional tercetus seusai peringatanulang tahun ke-75 Kak Idik Sulaeman,20 Juli 2008, berbagai tanggapanmuncul dari mereka yang menyebutdiri Purna Paskibraka. Dengan ber-bagai argumentasi, sebagian merekamenolak adanya reuni, sementarayang lain tidak mempersoalkannyabahkan mendukung. Kami sengajamenghadirkan polemik yang terjadidalam milis [email protected] itu apa adanyauntuk sekadar menggambarkan apayang sebenarnya sedang terjadi ditubuh organisasi PPI dan para anggotapendukungnya di satu sisi dan paraPurna Paskibraka lainnya yang beradadi sisi lain. Semoga dapat menjadicerminan dan bahan pemikiran kitabersama.

18 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

mendirikan sebuah organisasi, tempat ber-himpunnya para mantan anggota Paskibra-ka dalam wadah Purna Paskibraka Indone-sia (PPI).

Mari kita secara khusus melihat poinkeanggotaan seorang Purna PaskibrakaIndonesia dalam Anggaran Dasar dan Ang-garan Rumah Tangga Purna Paskibraka.Bahwa dalam poin tersebut, ditegaskanbahwa anggota Purna Pakibraka Indonesia(PPI) adalah seorang yang pernah bertugassebagai pengibar bendera duplikat pusakadi tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi danNasional.

Haru rasanya melihat poin tersebut. Betapapara pendahulu kita, menduplikasi parafounding fathers dalam mengidentifikasientitas kita. Melepas sekat darimana sese-orang tersebut berasal. Selama ia mengi-barkan bendera duplikat pusaka, maka iaadalah seorang Paskibraka, dan tentunyamenjadi Purna Paskibraka Indonesia ketikaia usai bertugas.

Kemudian terbetiklah kabar, akan diada-kannya sebuah reuni bagi mantan anggotaPaskibraka yang pernah bertugas di tingkatnasional, dalam rangka 40 (empat puluh)tahun Paskibraka, pada tanggal 18 Agustustahun ini. Sebuah acara yang konon kabar-nya ingin membangkitkan nuansa pengi-baran bagi anggota PPI yang pernah ber-tugas di tingkat nasional.

Mendengar kabar tersebut, hati saya punbergetar, apakah saya layak menjadi ang-gota PPI? Manakala saya hanya bertugasdi Kota Bogor pada tahun 1997. Layakkahjuga saya, menasbihkan diri sebagai ang-gota PPI yang akan selalu menjadi Pandubunda Pertiwi, selama hayat di kandungbadan, yang berjanji akan mengguratkannama INDONESIA di tiap sudut dunia.

Kemudian timbul sebuah keinginan, bagai-mana bila saya membuat acara serupanamun hanya tingkat asal daerah saya,kemudian mengklaim bahwa kamilah yangpaling “PASKIBRAKA”. Saya yakin keinginan

tersebut ada di benak masing-masinganggota PPI bila ia mengingat entitas darimana asal ia bertugas. Bisa dibayangkanacara serupa akan marak diselenggarakandi tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi.

Perlu direnungkan bila hal tersebut terjadi,secara tidak sadar nanti akan berkembangeksklusivitas diri dari masing-masing ang-gota PPI, yang akan membuat sebuahatmosfir bilamana kita berkumpul pastiakan ada komunitas tersendiri yang terko-takkan berdasarkan asal daerah.

Bila itu terjadi, apakah kita layak menyebutdiri kita Purna Pakibraka Indonesia, mana-kala di awal saya sebutkan bahwa pemben-tukan organisasi ini sama halnya denganpembentukan negara ini, membunuh sekatkedaerahan.

Dengan dasar inilah saya bisa memahamimengapa Ketua Umum PPI, Dwi PutrantoSulaksono, secara pribadi menolak permin-taan dari panitia acara sebagai Wakil KetuaPanitia, karena alasan yang dimuat dalamsurat jawaban menggambarkan hal yangserupa.

Bersama tulisan ini pulalah saya meng-ajak, kepada seluruh pembaca, untuk me-mahami keputusan tersebut. Sebuah kepu-tusan yang didasari sebuah keinginan untukdapat menjadi sebuah figur bagi seluruhanggota PPI, walaupun kita tahu, KetuaUmum adalah mantan PASKIBRAKA tingkatNasional tahun 1982.

Karena dengan pemahaman ini pulalah,saya yakin keberagaman kita dapat terjagadalam sebuah kesatuan sampai kapanpun, seperti bangsa ini berdiri di atassebuah keberagaman. Semoga menjadibahan perenungan kita, bahwa PurnaPaskibraka Indonesia justru akan menjadibesar, seperti halnya Indonesia itu sendiri,manakala kita mampu menumpas perbe-daan dari mana kita berasal tugas.

Akhir kata, selamat bertugas adik-adikPASKIBRAKA 2008 tercinta pada pelak-sanaan Upacara Peringatan Hari Ulang

Edisi September 2008 19

Bulletin Paskibraka ’78

Tahun Republik Indonesia yang ke 63,nanti pada tanggal 17 Agustus 2008. Semo-ga menjadi “Indonesia Raya”.

SU WIBOWOAnggota PPI 1997 yang bertugas

di Kota Bogor

Bahan RenunganSaya setuju dgn pendapat d’ wibowo,

tentang status kepaskibrakaan di seluruhIndonesia ini dan itu juga sudah di jelaskandalam AD/ART kita, jangan dengan me-nyandang Paskibraka Nasional lalu menun-jukkan bahwa akulah Paskibraka, itu sudahmengingkari AD/ART kita yang sudah dise-pakati bersama.

Jadi sekali lagi di mana pun kita berada,kalo memang kita pernah menjadi Paski-braka baik tingkat kabupaten/kota danpropinsi kita semua bersaudara... semogaini semua bisa menjadi bahan renunganbuat kita semua, dan satu hal yang terpen-ting kami sangat menghargai dan banggaatas keputusan KETUA UMUM PASKI-BRAKA (K’ Dwi Putranto Sulaksono) dalamhal ini tidak berkenan untuk menjadi wakilketua panitia.

JUMAI AYIE(Paskibraka Kota Balikpapan Thn 1996)

Jangan BerpikiranSempit

Halah... masih dibahas lagi to??? BetulDik Wibowo, saya setuju spt yg adik bilangtentang status kepaskibrakaan adalah sama.Tapi dalam reuni tersebut rasanya kok, gakada yang merasa paling Paskibraka lho.Mereka cuma temu kangen aja, kebetulanskupnya diperkecil untuk memudahkan danmembatasi peserta (kebayang kalo seluruhPaskibraka Indonesia reunian, pasti harusdiadakan di Stadion Utama Senayan dg

biaya yg sangat tinggi).Kan dalam AD gak ada larangan

mengadakan reuni tingkat wilayah, propinsiatau nasional (saya belum menemukanada di pasal berapa?)

Jadi tidak ada yang melanggar. Kenapasih gitu aja kok repot, sampe sampe orangyang reuni kita yg merenung.... Merekajuga manusia, tidak bolehkah mereka karenaadanya kesamaan tempat tugas mengada-kan temu kangen??

Itu saja Mas, jangan diartikan macemmacem. Suatu saat kalo Paskibraka propinsiBalikpapan akan mengadakan reuni yaboleh boleh saja. Dan rekan rekan lainnyapasti akan mendukung, juga PaskibrakaNasional.

Lebih baik kita memikirkan dan melaksa-nakan apa yang telah dan bisa kita perbuatdemi bangsa ini. Apa Mas Jumai gakterketuk mendengar cerita K’Ozi —(mak-sudnya Ozy Syahputra, Paskibraka 1987,yang sekarang ada di Amerika Serikat,Red)— yg nun jauh disana sampe segitunyadidera rasa kangen yang sangat padarekan rekannya, sampe-sampe menyanyi-kan lagu-lagu yg diperoleh saat latihanPaskibraka waktu lari pagi di negeri orangsana??

(K’ Ozi... Jujur saya dapat merasakan apayg dirasakan kakak saat itu, semoga tahundepan bisa hadir ya..)

Mas Jumai, jangan berpikiran sempit,luaskan pikiran dalam memandang segalasesuatu. Paskibraka tetap satu walau terdiridari beberapa bagian di dalamnya antaraNasional, Propinsi dan Wilayah serta terdiridari tiap tiap angkatan.

Itu kenyataan. Maaf kalo saya berpendapatbeda, walau saya juga berasal dari Paski-braka wilayah. Tapi bagi saya rekan-rekanPaskibraka Nasional adalah saudara dansalah satu bagian dari kita juga.

DJOHARI SOMAD(PPI Wilayah Jakarta Timur 1984)

20 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Masalah PPI JauhLebih Banyak

Yth. semua kakak dan adik Paskibraka,Melihat perkembangan dalam milis, saya

jadi prihatin. Kenapa hal sepele sepertireuni kok jadi permasalahan, tapi hal besarlain justru dilupakan seperti stardarisasipelatihan Paskibraka, website PPI yangtidak bisa diakses, atau apa yang bisa kitalakukan sebagai PPI untuk membantumasalah-masalah generasi muda sekarangatau masalah sosial, dll. Semua hal pentingitu justru tidak dibahas dalam milis ini.

Bagi saya pribadi, saudara-saudaraPaskibraka yang ingin reuni, atau sayamenyebutnya temu kangen setelah bebe-rapa lama tidak berjumpa, itu hal yanglumrah. Toch acara itu diadakan oleh sendiridan untuk mereka sendiri, tanpa ada meng-gunakan dana dari pengurus pusat.

Temu kangen ini sama saja seperti jikakita mau ngumpul-ngumpul bareng/janjiandi mall dengan temen-teman kuliah ataurekan yang lain. Apakah berarti kita harusmengundang seluruh teman yang kita kenaldi masa kuliah? Belum tentu kan....?

Contoh kecil atas analogi yang samaadalah saat saya reunian bersama temen-teman Paskibraka DIY ’96. Saat itu sayamemfasilitasi agar kami dapat berkumpuldi suatu tempat. Apakah berarti saya saatitu juga harus mengundang seluruh PPIDIY? Apakah jika saya hanya bertemudengan rekan PPI’ 96 untuk melepas rinduakan membuat gap dalam PPI DIY? Sayakira tidak. Tetapi justru sebaliknya, dengantemu kangen tersebut secara tidak langsungmempererat lagi jalinan yang telah lamadan memperkuat komitmen untuk men-support PPI dengan cara masing-masingselama dalam satu koridor, satu visi.

Dan seperti tahun 2007 saat saudarasaya dari Riau memfasilitasi reunian Pas-kibraka Nasional ’96 di Jakarta dan kitasempat berkunjung ke Cibubur juga. Apakah

berarti saat itu saudara-saudara saya ang-katan ’96 itu membuat GAP dengan saudaraPPI yang lain?

Ini hanya ungkapan keprihatinan sayaterhadap saudara-saudara PPI, kenapa kitaharus berkutat dengan hal yang tidakpenting sementara masih banyak hal pentinglainnya yang membutuhkan hasil pemikirandan usaha kita. Memang saya sadari bahwasaya belum dapat berperan aktif dalamorganisasi PPI, karena kesempatan yangbelum ada. Tetapi hal itu bukan menjadihalangan atas kepedulian saya terhadapPPI.

PULUNG HENDYARTO(Paskibraka Nasional 1996, DI Yogya)

Jangan Buruk SangkaRekan2 sekalian, Keluarga Besar Purna

Paskibraka seharusnya sependapat dgnrekan Pulung. Saya rasa yg namanya TemuKangen Eks Paskibraka Nasional dgnREUNI PASKIBRAKA TINGKAT NASIONALsudah jelas beda konotasinya. Coba dicernalagi decch maksudnya... Temu Kangen EksPaskibraka Nasional maksudnya hanyabagi temen2, kakak2 atau adik2 ygbertugas di Nasional... sudah jelas toooch.

REUNI PASKIBRAKA TINGKAT NA-SIONAL = Nacccch kalo yg ini pasti berlakubuat kita semua eks Paskibraka daerahdari Sabang sampai Merauke, siapa sajayg bisa hadir... ya so pasti kita keluargabesar PPI atau mungkin saja yg bisahadir hanya perwakilan temen2 daerahsaja baik itu yg tugas di Nasional, Propinsiatau mungkin Kota/Kab.

Ya... saya rasa yg namanya temu kangen/kumpul2 sesama rekan seangkatan atautingkatan, sah dan wajar-wajar saja. Knpmusti dipermasalahkan?? Toooh temen2berkumpul bukan untuk membentuk gap/suatu kelompok baru, tapi hanya melepasrasa rindu yg sudah lama berpisah, kita jgndulu berburuk sangka. Berpikir positif

Edisi September 2008 21

Bulletin Paskibraka ’78

laccccccch ???Skr kita do’akan saja semoga acara yg

digagas ini bisa berjalan lancar, tidakmengalami hambatan, serta menghasilkanbuah pikiran untuk perkembangan dankemajuan PPI itu sendiri. Setuju...???

M. ATOEN(Paskibraka Bandung ’91)

Kalo Mo Ikut, Bilang AjaKakak2 & kawan2 semua... ayolah... Kita

ini kan saudara semua. Kalo 3 dari 10 kitayang bersodara mau jalan ber-3 aja ke Mal,ya g pa2 dong...masa semua mo ikut...???;

Kalo kita memang mau ikut, ya bilangaja... saya percaya bakal diajak kok... Tapikalo ada yang mau tinggal di rumah aja...minta oleh2 aja.. moga2 dibawain, y g...???

Salam hangat buat semua saudara PPI-ku di seluruh Indonesia,

AAP(Paskibraka DIY ’96)

Sekadar MeluruskanMembaca tulisan panjang dari adik Su

Wibowo di awal tadi, saya terketuk untuksedikit memberikan beberapa koreksi danpelurusan agar tidak memberikan informasiyang salah dan menyesatkan bagi paraPurna Paskibraka di seluruh Indonesia.Kebetulan saya tahu sedikit tentang sejarahPaskibraka langsung dari sumbernya (KakMutahar dan Kak Idik Sulaeman), danpernah ikut urun rembuk dengan PGMtentang lahirnya nama PPI pertengahantahun 80-an, jauh sebelum Dik Wibowodan Dik Jumai jadi anggota Paskibraka.

Selain itu, saya juga ikut terlibat di PanitiaPengarah (Steering Committee) ketika me-lakukan penyempurnaan peraturan-pera-turan PPI, termasuk AD/ART pada Munas IIdi Lembang tahun 1995. Mohon maaf bila

saya baru menjelaskannya sekarang diBuletin ’78, karena saya kebetulan tidakaktif di milis.

Pertama , nama Paskibraka bukan diberi-kan oleh Husein Mutahar, tapi lahir dari IdikSulaeman yang menyempurnakan konsepPaskibraka pada tahun 1973. Paskibrakaadalah singkatan dari PASUKAN PE-NGIBAR BENDERA PUSAKA, bukan PA-SUKAN PENGIBAR DUPLIKAT BENDERAINDONESIA seperti yang adik sebutkan.

Kedua , pengibaran bendera pusaka setiaptanggal 17 Agustus untuk memperingatiDetik-detik Proklamasi Kemerdekaan RIbukan dilaksanakan di Istana Negara (diJalan Veteran), tapi di halaman IstanaMerdeka (di Jalan Medan Merdeka Utara).

Ketiga , Purna Paskibraka Indonesia (PPI)bukanlah nama yang lahir dari MunasCipayung 1989. Nama itu lahir melaluikesepakatan beberapa Purna Paskibrakadengan Direktorat PGM dalam LokaryaProgram PGM di Cisarua tahun 1985 yangdituangkan dalam Surat Keputusan DirjenDiklusepora No. KEP 091/E/0/1985. MunasCipayung hanya mensahkan nama ”kom-promi” itu dalam sebuah AD/ART.

Sebelumnya, nama organisasi yang diga-gas para senior (sebenarnya saya kurangsetuju dengan istilah senior-junior) adalahReka Purna Paskibraka (RPP). Namun,organisasi itu tidak berkembang di daerah,karena PGM lebih memilih menyatukanalumni Paskibraka dengan alumni pertukaranpemuda dalam Purna Caraka Muda Indo-nesia (PCMI). PGM baru ”menyerah” danmau memisahkan alumni Paskibraka dariPCMI setelah menyadari ada perbedaanbesar antara satu dengan yang lain.

Keempat, pasal 6 AD/ART PPI tentangKeanggotaan menjelaskan bahwa harusdiakui secara yuridis Paskibraka ada dinasional dan daerah sesuai tingkatannyamasing-masing. Jadi, alumninya juga harusbisa legowo dan menyadari di tingkatanmana ia pernah dilatih.

22 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Masalahnya akan jauh lebih runyam, jikaditelusuri apakah benar mereka menjalanilatihan sesuai ketentuan Latihan ”PanduIbu Indonesia Ber-Pancasila” dalam GladianSentra Daerah. Atau, mereka hanya diajaribaris-berbaris lalu mengibarkan benderatanggal 17 Agustus dengan menggunakanseragam Paskibraka.

Masing-masing Purna boleh bercermindiri soal ini, lalu menempatkan dirinyasecara pantas sesuai dengan apa yangdimilikinya. Apakah kemudian ia mampumenjadi kekuatan moral (moral force) seba-gaimana yang diharapkan oleh Kak Mutahar,atau hanya menjadi kekuatan khusus (spe-cial force) yang membela kepentingan ter-tentu di atas nama Ibu Pertiwi.

Yang terpenting, AD/ART PPI juga menye-butkan untuk jadi anggota PPI harus punyasertifikat tanda tamat latihan (STTL) dariGladian Sentra, selain harus aktif mendaf-tarkan diri. Yang tidak mendaftar berhakuntuk tidak disebut anggota PPI, tapi iatetap Purna Paskibraka. Ini sangat demo-kratis karena menyangkut hak untuk tidak

menjadi anggota, sehingga dengan demi-kian tidak bisa didikte atau namanya dicatutoleh organisasi untuk kepentingan tertentu.

Kelima, setahu saya, para penggagasReuni Paskibraka Nasional 2008 tak pernahmenganggap apalagi menyebut diri mereka”paling Paskibraka”. Begitu pula sekitar 500Purna Paskibraka Nasional —pengibar ben-dera pusaka di Istana Merdeka— yanghadir dalam Reuni, baik yang paling muda(angkatan 2007) sampai yang paling tua(Ilyas Karim, pengibar 1945 di PegangsaanTimur 56) atau pra-Paskibraka (1950-1966)seperti Toto Sudiro (1955), Nurbany Yusuf(1962) dan Megawati Soekarnoputri (1964).

Keenam, saya sama sekali tidak mengertihubungan antara atmosfir eksklusivitas ber-dasar tingkatan/angkatan atau kedaerahanyang dianggap mengancam keutuhan PPI—yang adik sebutkan— dengan dukunganadik terhadap sikap Ketua Umum PPI DwiPutranto Sulaksono yang menolak berga-bung dalam kepanitiaan Reuni.

Bukankah pada tahun 2007 PaskibrakaNasional 1982 juga mengadakan reuni

REUNI & SARASEHAN PURNA PASKIBRAKA INDONESIA 1995: Sejumlah Paskibraka Daerahboleh bertemu langsung dengan Kak Mutahar dalam sarasehan, walau tidak mungkin reuni

dengan Paskibraka Nasional yang tidak satu almamater dengan mereka.

Edisi September 2008 23

Bulletin Paskibraka ’78

untuk angkatannya, dan kita yang lain tidakheboh? Malahan, pasca reuni itu, setahusaya angkatan 1982 melakukan konsolidasibesar-besaran yang menghasilkan ”keme-nangan” dalam merebut tahta ”Kepengu-rusan” di Munas PPI Makassar.

Ketujuh , kalau saya berandai-andai jadiKetua Umum PPI, maka secara politis sayaakan memilih menerima tawaran untukduduk dalam kepanitiaan reuni. Dengandemikian, saya akan mendapatkan semua-nya, yakni dukungan dari ribuan PurnaPaskibraka Nasional, tanpa kehilangan du-kungan kekuatan massa dari Purna Paski-braka daerah (karena sudah saya pegang).

Barangkali, Pengurus PPI periode 1995-1999 (yang kebetulan Ketua UmumnyaKak Sjafruddin Saleh ) lebih bijak mengambilkeputusan ketika menghadapi tekanan yangsama: yakni keinginan Reuni dari Paskibra-ka Nasional pada tahun 1995 di satu sisi,dan Purna Paskibraka Daerah yang ”ngotot”untuk ikut serta dalam ”reuni” itu di sisi lain.

Pertemuan itu akhirnya dijembatani men-jadi ”Reuni dan Sarasehan Purna Paski-braka Indonesia ”. Di sana, yang PurnaPaskibraka Nasional mengadakan reuni.Yang bukan, cukuplah ikut sarasehan sajasambil kenalan dengan para pembina dansaudara-saudaranya yang lain.

Dik Wibowo di Bogor dan Dik Jumai diBalikpapan, mulai sekarang hilangkanlahprasangka buruk itu. Toh Reuni tidak me-nelurkan pernyataan apa pun yang dapatdianggap ”mengancam” PPI. Namun, sayayakin sikap tidak bersahabat dari PengurusPPI kemarin telah menorehkan ”luka” dihati saudara-saudara mereka, yakni PurnaPaskibraka Nasional. Saya khawatir, lukajustru akan melahirkan benih-benih keben-cian baru terhadap para Purna yang takmampu menunjukkan diri sebagai pemba-wa nilai-nilai moral karena hanya memikir-kan kepentingannya sendiri.

SYAIFUL AZRAM(Paskibraka Nasional 1978)

Sekadar Bahan InformasiBegitu sebagian Purna Paskibraka setuju

untuk mengadakan Reuni PaskibrakaNasional, Panitia Kecil yang ditunjuk segeramembuat persiapan karena waktu yang terse-dia tidak sampai satu bulan. Berbagai masukandiberikan, bagaimana sebaiknya reuni tersebutdilaksanakan dan komunikasi seperti apayang harus dilakukan dengan Pengurus PPI.

Ketua Panitia, Kak Sjafruddin Saleh, secarapribadi lalu menghubungi PPI dan akhirnyamemutuskan untuk mengajak Ketua UmumPPI ikut dalam kepanitiaan sebagai WakilKetua Panitia. I’tikad baik ini dilakukan untukmenjaga agar nama Paskibraka tetap baik dimata orang luar.

Semestinya, ajakan itu direspon PPI denganmengadakan kerjasama dalam pelaksanaan-nya. Toh, sampai detik itu PPI sama sekalibelum mengumumkan adanya satu kegiatanpunmenyambut ”40 Tahun Paskibraka”. Sementara

sebagian alumni Paskibraka Nasional mengi-nginkan adanya reuni.

Runyamnya, Pengurus Pusat PPI ternyatatetap beranggapan rencana kegiatan reuni ituilegal. Suara-suara pribadi digunakan untukmenyebarkan isu reuni ilegal dan membuatpolemik di mana-mana.

Ketua Umum PPI sendiri kemudian mengi-rimkan surat kepada Panitia Reuni yangmenyatakan menolak ditempatkan sebagaiWakil Ketua. Dengan demikian, PPI secarafrontal telah menyatakan menentang ReuniPaskibraka Nasional yang dianggap sebagaikegiatan ilegal. Itu juga berarti, jajaran PPIberdiri di sisi yang berlawanan dengan sia-papun yang hadir dalam Reuni.

Dalam kenyataannya, Reuni PaskibrakaNasional tetap berlangsung dengan suksesdan dihadiri sekitar 500 orang Purna angkatan1945-2007 dari seluruh Nusantara. ***

24 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Kita sering membaca berbagaipengumuman ajakan Reuni melalui media cetak dan audio

visual. Apa sebenarnya reuni?Reuni berasal dari kata re-union yang

berarti disatukan kembali. Sebuah ajakanpertemuan dengan teman-teman yangpernah dipersatukan dalam suatualmamater, setelah berpisah dalam jangkawaktu tertentu. Almamater tersebut bisaberupa sekolah atau pelatihan yangmenghasilkan lulusan, organisasi, hobi,profesi, teman bermain dan sebagainya.

Sebetulnya, tidak ada batasan tertentuuntuk penyelenggaraan reuni. Kapan saja,setiap saat, kelompok “teman lama” dalamsuatu kelulusan/almamater dapat menye-lenggarakan reuni jika dibutuhkan.

Reuni kecil biasanya diadakan untuklingkup satu angkatan atau tingkatan.Reuni akbar mempunyai lingkup lebihluas yang melibatkan semua angkatandan biasanya bertepatan dengan peri-ngatan besar, semisal ulang tahun alma-mater. Susunan Panitia Reuni Akbarbiasanya lebih banyak dengan mencan-tumkan angkatannya.

Reuni, sebagaimana pengertiannya,selain untuk kembali menumbuhkan rasaempati almamaternya, juga menjadi a-jang melepas kangen sekaligus menyam-bung kembali tali silaturahmi antar alumniyang sempat terputus akibat waktu.

Sekian lama berpisah telah membuatpara alumni berubah. Ada yang sudahberkeluarga, ada yang masih bujangan.Ada yang sudah sukses, tapi tak jarangada yang kurang beruntung. Bahkan,dari reuni kadang baru diketahui bilaseorang alumni sudah meninggal dunia.

Tingkat kehadiran dalam sebuah reuni

Pengertian Sebuah Reunibiasanya sulit diprediksi. Mengajakalumni datang, tidak cukup hanya de-ngan menyediakan tempat reuni yangprestise dan representatif, atau acarayang wah. Pemberitahuannya pun seti-daknya membutuhkan media yang mem-punyai jangkauan luas.

Kehadiran dalam sebuah reuni meru-pakan dorongan batin setiap alumnus.Almamater yang baik biasanya mampu”memaksa” alumninya untuk datangkembali. Begitu banyak kenangan manisyang terlalu mahal untuk dilewatkandan dikenang kembali bersama teman-teman.

Sayang, sebagian alumni biasanyaenggan datang ke sebuah reuni karenamempunyai citra buruk di masa lalu.Padahal, sebaiknya hal itu dikesam-pingkan karena biasanya semua akanluluh bila seseorang hadir dengan im-age yang lebih baik pada saat reuni. Tohreuni tidak membahas soal status sosialseorang alumnus, sehingga rasa sung-kan dan malu dapat dibuang jauh-jauh.

Yang dibutuhkan dalam reuni adalahbentuk kepedulian alumni terhadap alma-mater di mana mereka dulu dididik,tumbuh dan berkembang. Juga kepedu-lian terhadap sesama alumni untuk salingmembantu satu sama lain.

Pesan konkritnya hanya dua: bagaima-na agar alamamater dapat menghasilkanalumni yang lebih baik di masa datangdan bagaimana mengelola potensi besaryang dimililki alumni untuk kesejahteraanpara alumni sendiri. Masalah realisasi-nya, bisa diamanatkan kepada organi-sasi alumni yang dapat menyusun pro-gram kerja untuk tujuan itu.

(Budiharjo Winarno)

Edisi September 2008 25

Bulletin Paskibraka ’78

Bukan sesuatu yang mudah memanguntuk menciptakan organisasi yanganggotanya merupakan alumni dari

sebuah institusi/almamater yang sejenisnamun berbeda dalam tingkatan atau lokasi.Meski kemudian jelas-jelas mencantumkankata ”Ikatan”, ”Persatuan”, atau kata lainyang sejenis, selalu saja nuansa ”persaing-an” atau ”kecemburuan” ada di dalamnya.

Contoh organisasi semacam itu adalahIkatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan SarjanaEkonomi Indonesia (ISEI), Persatuan InsinyurIndonesia (PII) dan seterusnya. Organisasi-organisasi tersebut menghimpun orang-orang dengan profesi yang sama dalamdisiplin ilmu sejenis, namun hasil lulusanberbagai institusi perguruan tinggi berbeda

ISEI misalnya, akan berisi sarjana ekonomiyang berasal dari universitas atau sekolahtinggi ekonomi (negeri maupun swasta).Ada dari Universitas Indonesia (UI), Univer-sitas Gadjah Mada (UGM), dst dst. Keang-gotaannya juga jelas tidak otomatis (setiapsarjana ekonomi adalah anggota), karenahanya yang berminat saja yang mendaftar-kan diri, itupun secara individual.

Terlepas dari itu, setiap anggota ISEI tohmemiliki almamater dan mereka biasanyaterhimpun dalam ikatan alumni almamater-nya, misalnya Ikatan Alumni Fakultas Eko-nomi UI, UGM, dst. Apakah ISEI harusmelarang anggotanya mengadakan aktivitasdi ikatan alumni almamaternya?

Tentu tidak, karena masuknya seseorangmenjadi anggota ISEI dan ”kodrat” orangtersebut sebagai alumni sebuah almamatermerupakan dua hal yang berbeda. JustruISEI yang sebaiknya mendorong setiapikatan alumni untuk berbuat banyak, sehing-ga potensinya dapat dimanfaatkan untukmemajukan organisasi.

•••Itulah yang terpikir di kepala saya dan

Alumni dan PPIteman-teman lain sewaktu menjadi Steer-ing Committee pada Munas II PPI diLembang, Bandung, tahun 1995. Itulahpula sebabnya, ketika membuat klausulperubahan pasal tentang keanggotaan padaAD/ART PPI, kami sengaja mencantumkankalimat pada ayat 1 sebagai berikut:

”Anggota Biasa adalah pemuda pelajaryang pernah bertugas sebagai anggotaPasukan Pengibar Bendera Pusaka di Ting-kat Nasional, Tingkat Provinsi dan TingkatKabupaten/Kotamadya pada tanggal 17Agustus dan menjalani latihan dalam Gla-dian Sentra Nasional/Daerah yang dibukti-kan dengan sertifikat dan mendaftarkandiri .”

Artinya apa?Dari awal kami sudah tahu bahwa Munas

Cipayung 1989 telah memposisikan PPIsebagai sebuah organisasi sosial kemasya-rakatan (ormas) yang berbasis massa, bu-kan lagi sekadar ikatan alumni . Anggotanyamemang Purna Paskibraka, tapi sangatluas dari berbagai daerah dan tingkatan,sehingga mempunyai potensi konflik yangbesar pula.

Maka, Munas Lembang 1995 berke-wajiban menjamin hak asasi setiap alumniPaskibraka untuk memilih menjadi anggotaPPI atau tidak . Hal itu untuk menjaga agarPPI tidak bisa mengklaim setiap alumniPaskibraka adalah anggotanya. Dengandemikian, alumni yang bukan anggota tidakbias seenaknya didikte atau dicatut namanyauntuk kepentingan pribadi Pengurus PPI.

Dan akhirnya, klausul itu disahkan dalamSidang Pleno Munas Lembang tanpa adaperubahan setitik-koma pun. Dan setahusaya, pasal itu tetap tidak berubah sampaisekarang. Entah kalau setelah saya jelaskandi sini, tiba-tiba Munas tiga tahun mendatangburu-buru menghapus bagian itu.

Kalau itu terjadi, maka sempurnalah sudah

26 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

PPI menjadikan dirinya organisasi yangotoriter dan sama sekali tidak hirau akannilai-nilai demokratis sebagaimana disebut-kan dalam kode kehormatan ”Dharma MuliaPutera Indonesia” dan kode etik ”IkrarPutera Indonesia” (pasal 6 AD PPI).

•••Seseorang disebut sebagai Purna Paski-

braka karena telah menjalankan tugassebagai pengibar bendera pusaka danmenjalani latihan ”Pandu Ibu IndonesiaBer-Pancasila”. Itulah sebabnya, sertifikattanda tamat latihan (STTL) dikeluarkanoleh Gladian Sentra Nasional/Daerah.

PPI tidak mempunyai hak untuk menya-takan seseorang adalah alumni Paskibrakaatau mengeluarkan Kartu Alumni , karenaitu adalah hak dari Gladian Sentra yangdiketahui institusi resmi penyelenggaranya.PPI hanya berhak mengeluarkan KartuAnggota bagi alumni Paskibraka yangdengan sukarela mendaftarkan diri menjadianggota dan benar-benar ingin mengabdi-kan dirinya untuk kepentingan organisasi.

Dari sini, maka jelaslah sudah manayang menjadi hak Pengurus PPI dan manayang tidak. Bila PPI memang ingin menja-dikan organisasinya semakin besar danbermartabat, maka tugas Pengurus-nyalahuntuk merekrut sebanyak mungkin PurnaPaskibraka menjadi anggotanya.

Lakukanlah pendekatan-pendekatan yangbaik melalui adab dan sopan santun seorangksatria terhadap saudara-saudaranya, se-perti sikap kasih sayang seorang kakakkepada adik atau sebaliknya yang diajarkandalam Desa Bahagia. Bukan sebaliknya,bersikap seperti ”penguasa” yang memper-lakukan warga —di luar wilayah kekuasa-annya— dengan tidak cara tidak semestinya.

Jadi, bila kemarin ada Purna PaskibrakaNasional yang ingin mengadakan reuni,mereka tidak perlu melapor kepada Pengu-rus PPI seperti warga yang meminta izinkepada RT/RW atau Kelurahan untukmengadakan keramaian pesta kawin atau

sunatan. Toh, Pengurus PPI bukanlah pe-nguasa atas seluruh Purna Paskibraka,karena memang tidak ada peraturan orga-nisasi PPI sendiri yang mengatur hal itu.

Ketika keinginan reuni dari PaskibrakaNasional tercetus dan disampaikan, sebaik-nya hal itu ditangkap sebagai sebuahpeluang untuk dapat menghimpun kekuatanyang lebih besar yang nantinya memberimanfaat pada PPI. Bukan sebaliknya,dianggap sebagai sesuatu yang dapatmengancam sehingga perlu dikategorikansebagai ”kegiatan ilegal” dan isunya dihem-buskan ke mana-mana.

Semakin hari dan semakin dewasa, seha-rusnya PPI selalu bercermin diri dan me-ngembalikan ”khittah-nya” sebagai organi-sasi yang bertujuan menjadi wadah yangmembina Purna Paskibraka menjadi manu-sia-manusia Indonesia yang lebih baik dimasa datang.

Otoriter, keras kepala, dan mau menangsendiri bukanlah sifat asli seorang PurnaPaskibraka sebagaimana diharapkan olehBapak Paskibraka, Husein Mutahar. SeorangPurna Paskibraka harus bisa menjadikandirinya sebagai kekuatan moral (moralforce) yang dapat memberikan contoh tau-ladan kepada yang lain. Bukan sebaliknya,membawa pengaruh buruk dari luar danmenerapkannya di lingkungan Paskibraka.

Reuni hanyalah temu kangen yang wajardilakukan kelompok Purna Paskibraka ma-na saja dan tak perlu menimbulkan kontro-versi atau kecemburuan. Yang tidak bisahadir di reuni karena keterbatasan ruanglingkup, tak perlu merasa jadi pecundang.Tak ada istilah menang dan kalah dalamdunia Paskibraka.

Marilah kita semua berpikir positif danberjiwa besar. Tuhan telah mengaruniaikesempatan kepada umat-Nya masing-ma-sing dengan cara yang adil. Jika tidak hariini mendapatkan sesuatu, di hari lain Tuhanakan memberikan kesempatan yang lebihbaik. (Budiharjo Winarno)

Edisi September 2008 27

Bulletin Paskibraka ’78

Ke Almamater, Aku kan Kembali...

Mungkin ini hanya perasaan saya,tapi kok rasanya memang benar.Ada fenomena yang menarik

dalam Reuni Paskibraka Nasional, 18Agustus lalu, yang bagi sebagian orangmungkin dianggap biasa-biasa saja.Apakah itu?

Dalam reuni yang agak hiruk-pikukdengan mereka yang saling berpelukanhangat lalu bercerita tentang masa laludengan serunya tanpa sadar banyakorang lain di sekitarnya, saya melihatkehadiran sejumlah Purna yang kebetulanpernah menjadi pengurus teras PPI padaperiode-periode yang lalu.

Seingat saya, beberapa di antaranyapernah menjadi orang yang ”bersebe-rangan” pendapat dengan Purna yanglain pada saat menjadi ”pembesar” diPPI. Kalau tidak separah itu pun, minimalmereka ”abai” dengan almamaternya ka-rena lebih mementingkan ”kedudukannya”di PPI.

Kini, setelah masa berlalu, ketika jabatantak lagi ada di tangan dan ”kekuatan”beralih kepada yang lain, memang takada lagi yang tersisa. Tempat berlabuhdan kebanggaan itu ternyata hanya adapada satu tempat, yakni almamater tem-pat mereka di-”orang”-kan, yakni Paskibra-ka Nasional.

Di almamater-lah ditemukan teman sei-ring (satu angkatan) tempat mereka me-lepas kerinduan. Di almamater jugalahmereka merasakan betapa kuatnya rasakebersamaan dan persaudaraan. Sesuatuyang mungkin tidak mereka temukan diantara sesama Pengurus waktu masihmenjabat.

Pada hari reuni itu, saya sempat berdiriterpaku di sebuah sudut sambil menga-mati mereka. Dalam diri mereka terlihat

keinginan yang begitu kuat untuk larutdalam suasana reuni. Tapi di sisi lain adarasa sungkan, seolah-olah ada ratusanpasang mata yang menyorot tajam. Ataubibir-bibir mencibir, ”Ah, akhirnya datangjuga ke sini. Padahal dulu waktu jadipengurus sombongnya bukan main.”

Akhirnya saya pun jadi tersenyum sendiri.”Ternyata benar apa yang saya pikirkanselama ini, bahwa korps tempat asalPaskibraka dilahirkan jauh lebih kuat dariperkumpulan lain yang dilandaskan ke-pentingan,” ucap batin saya.

Dan bagi seorang Purna Paskibraka,waktu empat tahun dalam satu periodekepengurusan (atau dua periode sekali-pun), ternyata terlalu pendek untuk meng-hasilkan sesuatu yang lebih mahal danindah dibanding satu bulan di asramabersama teman-teman seangkatan.

Iseng-iseng, saya pun lalu mencobamenghitung-hitung, siapa lagi yang tidakhadir dalam reuni itu. Akhirnya sayamenemukan beberapa orang di antaranyayang tergolong ”ciut nyali”. Alasannyamungkin sederhana, karena selama inimereka selalu menjadi trouble maker.Reputasinya sudah sering terdengar mi-ring karena masih menyisakan sejumlah”urusan pribadi” di kalangan Purna sendiri.

Selain itu, ada pula Purna yang biasa-nya selalu hadir dalam pertemuan-perte-muan nostalgia seperti itu, bahkan tergo-long ”senior”, tapi kali ini tidak menam-pakkan diri. Konon, mereka termasukorang-orang yang ”setia” pada PengurusPPI. Tentu saja mereka tak mau datang,bahkan ikut-ikutan menyebarkan seruankalau reuni tersebut ilegal.

Ah... biarlah, mungkin dalam reuni se-lanjutnya hatinya terketuk untuk datang.

(Syaiful Azram)

28 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Reuni Paskibraka Nasional ternyatamembawa kebahagiaan tidak terkirabagi Paskibraka ’78. Tidak lama

setelah kami duduk di ruangan reuni, tiba-tiba mantan Danpas pagi Kak Jusuf Mucha-ram hadir. Jenderal yang mantan KapoldaTimtim dan sekarang aktif di kantor YayasanVeteran ini tampak bugar dan energik.

Menjelang siang, disusul pula dengankehadiran Danpas sore yaitu Kak AdrianDaniel. Sejak 16 Agustus, Jenderal yangmantan Kapolda Bengkulu itu memangtetap mendampingi Paskibraka 78 menga-dakan reuni.

Pertemuan itu sangat mengharukan. Ke-duanya berangkulan akrab ibarat dua sau-dara yang sudah lama sekali berpisah.Walaupun satu korps di Kepolisian, sejak1978 Kak Jusuf dan Kak Adrian sangat

3 Jenderal Kumpul di ’78jarang bertemu karena tempat tugas yangberbeda.

Saat acara bergulir, datang pula mantanpelatih Kak Sutrisno SP. Jendral AU mantanPanglima Komando Operasional (Pangko-ops) AU ini mendapat surprise ketika melihatKak Jusuf dan Adrian hadir di sana danmenyambut dengan hangat. Mereka salingberpelukan begitu erat, membuat merindingPaskibraka 78 yang menyaksikannya.

30 tahun lalu, ketiganya masih perwiramuda yang secara kebetulan dipertemukandalam latihan Paskibraka 1978. Selainmelaksanakan tugas melatih bagi Kak Trisserta Komandan Paskibraka (Danpas) bagiKak Jusuf dan Adrian, mereka bertigaadalah perwira ABRI pertama di Paskibrakayang secara langsung ikut menjalani Latihan”Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”.

Sebagai angkatan yang paling solid dan lengkap, Paskibraka 78 didaulat naik ke pentas untukbercerita, diwakili Yadi dan Chelly (Lurah Putra dan Putri), Kak Trisno (Pelatih) serta

Kak Jusuf dan Kak Adrian (Komandan Paskibraka 78).

Edisi September 2008 29

Bulletin Paskibraka ’78

Di akhir latihan, mereka juga melakukanRenungan Jiwa dan dikukuhkan langsungoleh Kak Idik Sulaeman (waktu itu DirekturPGM) menjadi Pendamping Pemuda (kenditkuning). Itulah pula yang membuat ketiganyatampak beda dengan mantan Danpas yanglain. Kak Tris sebenarnya adalah Danpas1977, tapi baru tahun 1978 ikut dikukuhkan.

Pengalaman ikut langsung dalam seluruhagenda latihan, termasuk mengikuti cera-mah setiap malam dan menghayati kehidup-

an Desa Bahagia sebagaimana mestinya,ternyata memberikan kesan mendalam padaketiganya. Itu pula yang akhirnya mendorongKorps 78 sangat solid sejak 30 tahun lalusampai sekarang, termasuk Komandan danpelatihnya.

Pada Reuni Pertama Paskibraka 78 tahun1994, ketiganya memang tidak hadir. Namun,dalam reuni kedua yang bersamaan denganreuni akbar, ketiganya dapat bersama-sama lagi. Ketika seluruh peserta reunimelakukan ulang janji, ketiganya pun kem-bali mengucapkan ”Ikrar Putera Indonesia”seperti yang mereka lakukan dulu.

Tak ada kebanggaan lain di mata Paski-braka 78, kecuali kami telah dikaruniaidengan orang-orang yang sejak awal sangatpeduli dengan Paskibraka. Kami juga ber-untung karena dibimbing oleh para pembina-pembina terbaik, mulai Kak Husein Mutahar,Kak Idik Sulaeman, Kak Soebedjo, KakDharminto dan Bunda Bunakim.

Sayangnya, pada Reuni Paskibraka Na-sional kemarin, keutuhan persaudaraanyang begitu erat di Paskibraka 78 tidak lagidapat dilihat oleh seluruh pembina. HanyaKak Idik Sulaeman yang dapat menyaksikan-nya, karena yang lain telah lebih dulumenghadap Sang Pencipta. (Budi Winarno)

Kak Jusuf, Kak Adriandan Kak Trisnomenjalani prosesiPengukuhan sebagaiPendamping Pemudadipimpin oleh KakIdik Sulaeman sertadidampingi KakDharminto(memegang bendera)dan Bunda Bunakim.Pengucapan Ikrar(bawah) danpemasangan kendit(atas).

30 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Arti Sebuah Ulang Janji

Minggu 14 November 1993, disebuah sore yang cerah, kamilima Purna Paskibraka 1978 se-

dang asyik berbincang dengan Kak HuseinMutahar di rumahnya, Jalan Prapanca Buntu119 Jakarta Selatan. Kak Mut, hari itumemang khusus menerima kami untukbersilaturahmi. Agendanya hanya satu: re-freshing atau penyegaran.

Kak Mut sangat terkesan dengan datang-nya dua edisi buletin Paskibraka'78 yangbeliau anggap sebagai sebuah awal yangbaik. Dalam kesempatan itu, Kak Mut ber-cerita panjang tentang sejarah benderapusaka, latar belakang lahirnya Paskibraka,soal-soal kepemimpinan dan budi pekerti,malah sampai perkembangan terakhirtentang Paskibraka yang beliau ketahui.

”Tapi anggaplah pertemuan ini sebagairefreshing, penyegaran yang dapat me-macu kalian untuk memikirkan what nextuntuk Paskibraka,” papar Kak Mut yangsegera diamini oleh kami berlima.

Waktu gagasan Paskibraka lahir, paparKak Mut, yang ada dalam benaknya hanyalahingin menanamkan jiwa nasionalisme danpatriotisme kepada para pemuda Indone-sia. ”Saya tak sempat berpikir, bagaimanabila semangat dan nilai-nilai yang dita-namkan itu sekarang tumbuh dan membu-tuhkan tanah yang subur untuk berkembang.”

Kenyataannya memang demikian. RibuanPurna Paskibraka Nasional menantikanadanya wadah yang benar-benar dapatmenjadi ajang pengabdian. ”Ketika saat ituterjadi, saya tidak punya apa-apa lagi,kecuali semangat untuk terus memacukalian menemukan cara terbaik untukmempersatukan diri,” tambahnya.

Celakanya, ucapan Kak Mut terungkappada saat terjadi gonjang-ganjing soalorganisasi Purna Paskibraka, ditambah lagisoal Purnanya yang masih berkutat dalambeda pendapat. Itu dibuktikan denganrencana Reuni Akbar 1993 yang tidak jaditerlaksana, padahal sebagian Purna sudahcapek-capek datang dari daerah.

Lalu Kak Mut menyarankan agar Paski-braka 78 menjadi pionir untuk mempersa-

tukan semangat korps. Padaprinsipnya, nasihat Kak Mutsederhana saja. Lakukanlahapa yang terbaik untuk Paski-braka dengan hati yang tulusdan semangat kemandirian.

”Boleh saja kita mengada-kan reuni, atau apa saja na-manya, asal dengan kemam-puan sendiri. Tak perlu ber-pikir akan mengadakan acarayang meriah atau mewah-

mewahan. Yang penting, nilai-nilai yangselama ini telah tertanam namun masihterpendam dan belum muncul ke permu-kaan dapat dimunculkan kembali,” ujarnya.

Untuk mencairkan perbedaan, ”Hanyaada satu jalan yang dapat dilakukan. Kalianharus berkumpul bersama-sama dalamsebuah kesernpatan yang terbuka. Di sana-lah kalian bisa kembali bersama-samamengucapkan tolok "Dharma Mulia PutraIndonesia" dan "Ikrar Putra Indonesia" sekalilagi,” pinta kak Mut.

Maka, setahun kemudian, Agustus 1994,

Bergandengan tanganmenyanyikan lagu ”Syukur”

Edisi September 2008 31

Bulletin Paskibraka ’78

Paskibraka ’78 memulainya dengan sebuahReuni. Di sana kami melakukan ulang janjidengan mendengarkan kata-kata ”DharmaMulia Putra Indonesia” dan mengucapkan”Ikrar Putra Indonesia” di hadapan SangMerah Putih. Dan, Kak Mut sendiri bersediamemimpin Ulang Janji itu.

Lalu, Kak Mut menyuruh kami menciumSang Merah Putih sebagai kiasan siapmengabdi untuk Ibu Pertiwi, diringi lagu”Padamu Negeri”. Semuanya dilakukandengan tatacara yang lengkap, teratur dantertib seperti saat Pengukuhan. Selesaipenyematan lencana MPG berdasar kuning,lalu kami bergandengan tangan sambilmenyanyikan lagu ”Syukur”.

Sangat indah dan merasuk ke dalamjiwa. Itulah suasana yang selalu dihadirkanKak Mut dalam setiap kegiatan yang ”sakral”seperti itu. Ada kekuatan yang senantiasahadir dalam ritual Paskibraka. Dan itu,sengaja dirancang dengan sempurna olehKak Mut melalui ungkapan kata-kata danprosesi yang panjang.

Sejak itulah, bagi Paskibraka78 ulangjanji merupakan sesuatu yang ”wajib” setiapkali bertemu. Tradisi itu kemudian cobaditularkan kepada Purna Paskibraka lainnya,

termasuk dalam beberapa pertemuan besarPPI pasca 1994. Dan terakhir, dalam ReuniPaskibraka Nasional 2008.

Tradisi yang baik seperti ulang janji,memang selayaknya dijaga oleh Paskibraka.Tatacara dan prosesinya pun seharusnyatetap dilestarikan sebagaimana Kak Mutdulu melakukannya.

Sayangnya, dengan alasan yang tidakjelas, dalam Pengukuhan Paskibraka seka-rang ini, sebagian besar prosesi itu kinitelah dipenggal-penggal, bahkan dibolak-balik seenaknya. Tak terasa lagi suasanakhidmat ketika Ikrar itu diucapkan, karenadianggap hanya permainan kata-kata.

Dan di antara Purna Paskibraka sendiri,semangat untuk memenggal dan mengubahprosesi terlihat sangat besar di setiapkesempatan. Seolah-olah, detil prosesi yangdirancang Kak Mut dahulu sudah terlalukuno dan bertele-tele.

Kadang, kita memang teramat kikir untukmenyisihkan waktu sedikit lebih bagi SangMerah Putih. Sementara untuk bersenang-senang dan hura-hura kita selalu mem-berikan waktu yang cukup bahkan berlebih-an. Zaman dan rasa ego memang telahmengubah diri kita... n Syaiful Azram

Ulang janji pada Reuni Paskibraka 1978 tahun 1994, dipimpin langsung oleh Kak Mutahar.

32 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

PASKIBRAKA 1972

KAK IDIK DATANG

ANGKATAN 1967 & 2007: WAKILI ULANG JANJI

PASKIBRAKA 1973

PASKIBRAKA 1975

PASKIBRAKA 1977

Galeri Foto Reuni Paskibraka Nasional

Edisi September 2008 33

Bulletin Paskibraka ’78

PASKIBRAKA 1974PASKIBRAKA 1979

PASKIBRAKA 1976

PASKIBRAKA 1981

PASKIBRAKA 1984

Galeri Foto Reuni Paskibraka Nasional

PASKIBRAKA 1986

34 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

PASKIBRAKA 1985

Galeri Foto Reuni Paskibraka Nasional

PASKIBRAKA 1988

PASKIBRAKA1994

PASKIBRAKA 1995

PASKIBRAKA 1998

Edisi September 2008 35

Bulletin Paskibraka ’78

Galeri Foto Reuni Paskibraka Nasional

PASKIBRAKA2002

PASKIBRAKA 2004

PASKIBRAKA 2001

PASKIBRAKA 2000

PASKIBRAKA1996

36 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Galeri Foto Reuni Paskibraka Nasional

PASKIBRAKA 2007

PASKIBRAKA 2006

PASKIBRAKA 2003

PRA 1967

Edisi September 2008 37

Bulletin Paskibraka ’78

Dengan rasa bangga, inilah kami yang datang pada Reuni ke-2Paskibraka 1978 pada tanggal 16-18 Agustus 2008:

� � Jusuf Mucharam � � Adrian Daniel � �� Mahruzal MY � Izziah � Syaiful Azram � Aida Sumarni �� Masril Syarif � Azmiyati Aziz � Amir Mansur � Saraswati �

� Yadi Mulyadi � Arita Sudrajat � Sonny Jwarson �� Budiharjo Winarno � Endang Rahayu � Oka Saraswati �

� Maskayangan � Urai Sri Ranau � Herdeman � Fridhany �� Nunung Restuwanti � M. Ilham R. Rauf � Halidja Husein �

Kami ikut merasa prihatin pada teman-teman yang terpaksatidak dapat bergabung dengan kami karena terhalang waktu,kesempatan, urusan keluarga, kesehatan maupun musibah.Semoga kalian dapat ikut berkumpul dalam reuni berikutnya.

•• Paguyuban Paskibraka 1978 ••

38 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Di Antara Harap-harap Cemas(Kronologi Sebuah Reuni yang Sukses)

Dua minggu menjelang 17 Agustus2008, sebenarnya waktu yangsangat singkat untuk melakukan

persiapan sebuah reuni. Tapi itulah yangterjadi, ketika jawaban pasti dari kawan-kawan belum juga diperoleh. Sementaratawaran yang diberikan lewat buletin untukmengontak kami lewat sms, telepon atauemail juga belum tertanggapi. Padahal,komitmen untuk reuni telah ditancapkansejak setahun lalu.

Maka, di tengah kebimbangan apakahreuni akan berlangsung atau tidak, ataukalau jadi pun berapa orang sebenarnyayang akan datang, kami segera mengambillangkah. Siapa yang memulai kami pun taklagi peduli, tapi tahu-tahu para ”kamso”telah berkumpul pada tanggal 16 Agustus.

Mungkin kronologisnya begini. Budi Wi-narno yang agak frustrasi menyuruh Opulmengontak Saras. Opul pun segera mengi-rim sms pada Saras dengan nada (yangsengaja) sedikit memelas. Saras menyambutdengan menyediakan tempat untuk perte-muan. Selasa 5 Agustus kami pun ber-kumpul, tapi hanya berempat: Opul, Budi,Saras plus Halidja.

Hasilnya lumayan, Saras berjanji akanmencarikan tempat penginapan dan menye-butkan bahwa tanpa disuruh ia sudahmencari jalan untuk mendapatkan undanganke Istana. Sementara Opul dan Budi kembaliberusaha mendapatkan konfirmasi kedatang-an dari Bala ’78.

Sayang, dua hari kemudian Saras kembalipusing tujuh keliling karena sejumlah pengi-napan yang disantroninya rata-rata fullbook. Agar kepala Saras tidak ”meledak”,maka Opul meng-sms Chelly dan mintaagar men-support Saras. Dengan sigap,Chelly segera mengambil alih masalah

dengan langkah praktis. Dialah yang men-dapatkan Hotel Fortune untuk penginapan.Sementara warung barunya, ”Kedai Oeray”menangani masalah konsumsi.

Maka, Saras pun bernafas lega. Tanggal12 Agustus, lantai 3 Wisma Nugra Santanakembali dibuka untuk pertemuan terakhirdan seluruh Bala78 di Jabodetabek dimintakumpul. Yang terjadi, hanya empat orangyang muncul: Saras, Budi, Opul, dan Chelly.Maka, kwartet ini pun mengadakan rapatsambil menggasak kue dan minuman yangsebenarnya disediakan untuk 15 orang.

Kejutan datang saat rapat, karena Sarasmendapatkan sms bahwa undangan keIstana sudah diperoleh. Maka, sempurnalahsudah fasilitas yang tersedia untuk mendu-kung reuni. Keempat orang itu lalu berandai-andai memetakan siapa saja yang akandatang ke reuni, berapa jumlah paketpenginapan dan konsumsi yang harus di-booking, dan sarana transportasi yangharus disediakan untuk wira-wiri.

Sisa persoalannya: bagaimana menutupbiaya yang harus dikeluarkan untuk reuniselama tiga hari. Hitung punya hitung, lalusegera kompromi lewat telepon denganbeberapa Warga ’78, angka itupun dapatditutupi. Harapannya, ada sedikit kelebihansehingga bisa melanggengkan buletin iniuntuk beberapa waktu ke depan.

Sederhana?Kelihatannya ya. Tapi sebenarnya sempat

membuat mpot-mpotan. Untunglah, keha-diran 21 orang plus dua Komandan telahmenjadi pengobat kelelahan. Saras masihbisa bersemangat meski pada tanggal 17Agustus, tepat ketika kita memperingati 63tahun kemerdekaan dan ultah ke-30 Pas-kibraka78, ia sempat teler dengan kepalamasih ”nyut-nyutan”.***

Edisi September 2008 39

Bulletin Paskibraka ’78

AGENDA REUNI PASKIBRAKA 1978

16 AGUSTUS 200811.00 Peserta reuni berkumpul di Lantai 3 Wisma Nugra Santana, Jl.

Sudirman Kav. 7-8 Jakarta (Ruang rapat kantor Saras).

11.00-16.00 Temu Kangen Pertama dan makan siang sambil menunggu pesertayang belum datang/masih dalam perjalanan.

16.00-19.00 Berangkat menuju penginapan di Jatiwaringin, Pondok Gede, mandidan istirahat.

19.00-23.00 Makan malam di ”Kedai Oeray” dilanjutkan dengan Temu KangenKedua (plus pemutaran slide foto-foto kenangan).

17 AGUSTUS 200807.00-12.00 Menghadiri Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan

RI ke-63 di Istana Merdeka Jakarta.12.00-14.00 Napak Tilas ke Asrama PHI Cempaka Putih setelah makan siang.

14.00-16.30 Istirahat di Penginapan.

16.30-18.00 Ziarah ke Makam Kak Husein Mutahar di TPU Jeruk Purut.19.00-22.00 Bincang-bincang tentang ”What Next 78 ” setelah makan malam.

18 AGUSTUS 200808.00-10.00 Kunjungan Silaturahmi ke rumah Kak Idik Sulaeman .

10.00-16.00 Mengikuti Reuni Paskibraka Nasional di Gedung Mahkamah Konstitusi.

16.00 Reuni selesai, peserta bubar jalan. Peserta yang mempunyai jadwalpulang keesokan harinya (19 Agustus) menuju penginapan di WismaBidakara Slipi. Sore dan malamnya mereka jalan-jalan cari anginsebentar di Jakarta ditemani Warga78 tuan rumah.

Duduk santai di kursi besitempo dulu di PHI

Cempaka Putih.

Mejeng sebentar sebelum Upacaradimulai di Istana Merdeka.

40 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Mereka Semakin Gila..!

Empat hari menjelang reuni, akumemang sudah bersiap-siap. Meskibelum tahu persis berapa orang

yang akan datang, aku sudah memperki-rakan sekitar 20 orang pasti akan segerameramaikan Jakarta. Dan, mereka pastimakin gila!

Itulah sebabnya pada hari Sabtu 16Agustus pukul 11.00 WIB, waktu yangdijadwalkan untuk berkumpul di WismaNugra Santana, aku sengaja sedikit meng-ulur waktu untuk tiba di sana. Mengapa akuberbuat demikian?

Di antara teman-teman 78, aku memangtermasuk beruntung. Selama kurun waktu30 tahun, aku termasuk sering bertemudengan teman-teman lain. Sialnya lagi, akudan Budiharjo menjadi penjaga gawangbuletin. Jadi, meski imajiner, secara batiniahaku selalu merasa sangat dekat denganmereka. Minimal, saling ber-sms karena idementok saat menulis.

Jadi, aku benar-benar ingin mendapatkankejutan dari pertemuan hari itu. Aku datangsedikit belakangan untuk merasakan betapasebuah pertemuan setelah puluhan tahunberlalu itu demikian dibutuhkan.

Dalam perjalanan menuju Jalan Sudir-man, Masril menelepon bahwa ia sudahmendarat di bandara Soekarno-Hattabersama Azmiyati. Aku sarankan agar iamenghubungi Saras yang jadi tuan rumahdan pasti sudah ada di sana. Kenyataannya,mereka berdua tiba duluan sebelum akusampai.

Di depan pintu ruangan tempat temukangen, aku sengaja menahan langkah.Kupasang telinga untuk memperhitungkan

berapa tingkat kehebohan di dalam. Setelahtahu, baru aku melangkah dengan yakindan sedikit mengagetkan.

Hasilnya memang cukup memuaskan.Tanpa memberi kesempatan, ”istriku” AidaSumarni langsung menubrukku. Padahal,Aida ”cuma” tidak bertemu denganku selama14 tahun sejak reuni 1994! Si Batubara inimemang masih suka teriak, seperti —sewaktu di asrama dulu— ia memanggilnamaku dengan caranya sendiri, ”Ooo...Pul!”. Nama Opul yang kemudian menjaditrade-mark diriku di Paskibraka 78.

Lepas dari Aida baru aku bisa melihatsekeliling dan mulai cipika-cipiki. OkaSaraswati yang tidak ketemu 20 tahun,Maskayangan 30 tahun, Masril Syarif 23tahun, Endang Rahayu ”baru” 8 bulan,Azmiyati Aziz 30 tahun dan NunungRestuwanti 24 tahun.

Sisanya, warga Paskibraka 78 yang adadi Jakarta. Ada Saras, Yadi, Budiharjo,Sonny dan Halidja. Sementara Chellykelihatan sibuk wira-wiri, maklum sedangmengurusi konsumsi. Tinggal Rita yangbelum kelihatan karena masih dalamperjalanan dari rumahnya di Bintaro.

Tapi, ternyata ada satu lagi yang belumpernah kutemui selama 30 tahun. Diaadalah Kak Adrian Daniel yang telah me-nyempatkan diri ada di situ dan sengajadiam untuk memancing reaksiku. Beberapahari sebelumnya ia memang sudah menya-takan akan datang, karena kebetulansedang ada di Jakarta. Selamat bertemulagi Pak Komandan! Dan sebuah pelukanhangat kuberikan padanya.

Napasku sedikit lega setelah melewati

Catatan Reuni Syaiful Azram

Edisi September 2008 41

Bulletin Paskibraka ’78

pertemuan yang ”mengerikan” itu. Kejutanyang kuharapkan ternyata telah kudapatkan.Aku hanya menunggu beberapa orang lagiyang bilang akan datang dari jauh. AdaMahruzal, Izziah, Herdeman dan Fridhany.

Setelah kedatangan Rita, beberapa saatkemudian, Mahruzal menelepon dan me-ngatakan sudah mendarat di bandara. Ber-selang beberapa menit, Izziah sudah ber-gerak dari rumahnya di Bintaro dan segerasampai di parkiran Nugra Santana. KeduaPoh ini masuk bersamaan ke dalam ruanganpadahal yang kutahu mereka sama sekalitidak janjian.

Aku dan Zal baru berpisah selama 10bulan, karena pada Oktober 2007 kami

sempat bertemu di Pizza Hut Tebet. Se-dangkan dengan Izziah, aku sudah takbertatap muka lumayan lama, mungkinsekitar 12 tahun, setelah ketemu di sebuahrestoran di Menteng.

Ketika mereka semua menuju ke pengi-napan di Hotel Fortune, Jatiwaringin, akuminta izin untuk pulang dulu ke rumahuntuk mengambil kendaraan. Malamnya,aku menyusul mereka langsung ke KedaiOeray. Di sana, aku melihat Amir jugadatang, sekaligus bertemu lagi denganFridhany dan Herdeman, dua anak Kali-mantan yang tidak pernah kulihat semenjakReuni 1994, alias 14 tahun.

(Syaiful Azram)

KUMPUL DI NUGRA SANTANA — Belum lengkap hadir semuanya, tapi sudah tak sabar inginberfoto bersama. Berdiri dari kiri: Yadi, Masril, Oka, Kak Adrian, Budiharjo dan Sonny. Duduk:

Angan, Etty, Halidja, Nunung dan Endang. Jongkok: Aida, Saras dan Opul.

42 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Terima kasih karena telah memilihKeday Oeray sebagai tempatbersejarah kumpulnya kembali

Paskibraka78 setelah 30 tahun berlalu.Mohon maaf bila pelayanannya tidakmemuaskan.” Begitulah bunyi sms dariChelly sehari setelah reuni usai.

Tanggal 16 Agustus malam, KedaiOeray yang baru diresmikan Juli laludan terletak di Jalan Jatiwaringin me-mang terlihat sepi. Sang pemilik rumahmakan, yang tak lain adalah Urai SriRanau alias Chelly, sengaja mengo-songkannya untuk Temu Kangen ’78.

Malam itu, Kedai Oeray menjadi saksibetapa ramainya temu kangen tersebut.Setelah acara makan malam denganmenu ayam bakar, maka proyektor Info-cus Rita dipinjam untuk mempresen-tasikan slide foto-foto kenangan 78.

Foto-foto 30 tahun lalu saat kita-kitamasih kamso membawa kenangan yang

sangat indah. Di antara gelak tawasambil makan jajanan tradisional plusoleh-oleh dari teman-teman yang datangdari daerah, suasana terasa sangatakrab.

Berputarnya waktu sekian lama telahmembangkitkan kembali kenangan yanglucu dan mengharukan. Acara makinramai ketika mantan Komandan PasukanKak Adrian Daniel dan isterinya, MbakNana, bisa hadir setelah pesta kawinansahabatnya di kepolisian.

Kak Adrian yang berpakaian rapibertemu dengan mantan anak buahnyayang santai dan tetep kamso. Acaramakin seru ketika Amir DKI bisa berga-bung malam itu. Waktu yang memaksapertemuan itu harus diakhiri karenasebagian terlihat sangat lelah sementaraesok pagi harus mengikuti upacara diIstana Merdeka.

(Budiharjo Winarno)

Momen Bersejarah di Kedai Oeray

Edisi September 2008 43

Bulletin Paskibraka ’78

Pagi itu aku meluncur secepatnya keWisma Nugra Santana, Jl. SudirmanJakarta. Pada hari itu, 16 Agustus

2008, saudara-saudaraku yang sekian lamatidak bertemu akan berkumpul dalam sebuahreuni, yakni Reuni ke-2 Paskibraka 1978.

Saat tiba di sana, aku lihat Saras sedangngobrol dengan seorang ibu-ibu yang manis.Dari baunya aku langsung tahu bahwa diaseorang perias terpopuler di Lombok yangbernama Maskayangan atau Angan. Saataku datang Saras sudah berteriak, ”Mas,jangan sebut nama, biarin aja orang kamsoini ingat nama teman-temannya nggak,”sambil ketawa cekikian.

Aku nyengir melihat muka Angan yangbingung mengingat wajah dan namaku.Saat ia sudah ingat, sontak Angan berteriak,”Ini pasti Budi dari Yogya.” Ia bangkit darikursi dan kemudian memelukku denganerat setelah 30 tahun tidak bertemu. Makakami bertiga mengobrol dengan seru meng-ingat 30 tahun yang lalu.

Tak lama kemudian, datanglah mantanLurah Yadi Mulyadi yang segera mendapatpelukan kebahagiaan sama dari Angan. Dibelakang Yadi muncul Aida Simbara yangtetap cantik dengan wajah Bataknya. Saatberteriak, suara dan logat Aida yang khasmasih begitu terasa.

Acara ngobrol kemudian pindah ke ruangmeeting yang cukup luas. Tiba-tiba, dariluar terdengar suara langkah orang berlari-lari. Seraut wajah ayu muncul sambil tertawarenyah, persis seperti 30 tahun lalu. DialahOka Saraswati, sang penulis buku ArsitekturBali yang handal. Oka dulu dan sekarangtidak banyak berubah. Hanya tawanya yangmakin lepas dan meledak keras, pertandadia sangat menikmati pertemuan itu.

Pertemuan Orang2 KamsoCatatan Reuni Budiharjo Winarno

Berturut-turut kemudian datanglah Chellydan Sonny, disusul seorang ibu berbajucoklat dan mengenakan kerudung. Semua-nya pada celingukan, karena takut salahtebak. Aida bangkit kemudian memeluknyasambil berbisik, ”Kamu ini siapa?”

Si ibu tersebut menjawab dengan kalem,”Nunung”. Aida menyahut, ”Ooo.. yang dariKalimantan ya...”

Yadi dan Oka yang duduk di sampingkubertanya, ”Siapa sih dia?” Aku yang sudahtahu dan masih hafal dengan wajah Nunung—karena dia menamatkan sekolahnya diIKIP Yogya— menjawab, ”Nunung.” Maka,keluarlah suara yang sama dari mulutmereka, ”Oooooo....”

Selang beberapa menit, HP Saras berde-ring dan masuklah telepon dari Endangyang baru datang dari Yoyga. Karena daridulu sampai sekarang masih kamso, makadia minta dipandu menuju Wisma NugraSantana agar taksinya tidak nyasar.

Saat menunggu Endang, kami kedatang-an Kak Syamsu Rizal (Paskibraka 72),yang menyempatkan diri bertemu denganadik-adiknya begitu tahu ada reuni. KakRizal memang punya hubungan emosionalcukup dekat dengan angkatan 78, karenasaat di asrama dulu dialah yang menjadipendamping sekaligus ”tukang foto” kami.

Obrolan sedang seru-serunya, ketika dipintu muncul seorang pria berbaju birudengan rambut keperakan. Seketika kamimengenalinya sebagai Kak Adrian Daniel,salah satu Komandan Paskibraka 1978.Salam dan pelukan segera menyapa KakIan —yang sudah kami anggap kakakkandung sendiri.

Ruang pertemuan itu semakin ramaidengan celotehan 78 yang makin banyak.

44 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Endang pun akhirnya tiba. Dari balik pintusudah terlihat silhuet tubuhnya yang tetaplangsing dan wajahnya yang masih manis.Yang mengejutkan, kulitnya semakin putih!

Kedatangan Masril dan Etty dari Padangmenjadi giliran berikutnya. Mereka mem-bawa 2 dus besar berisi singkong baladosebagai oleh-oleh. Alkisah, mereka berduajarang sekali bertemu setelah pulang dariasrama Paskibraka 78. Ke Jakarta pun takpernah janjian datang bareng, tapi merekabisa bertemu di pesawat yang sama.

”Sudah hampir 2 tahun Etty kembali kePadang dari Palu, tapi aku tak pernahjumpa dia. Kami telepon-teleponan atausms saja. Kemarin Etty yang terus-terusanngajak aku untuk datang reuni, tapi akubelum kasih kepastian karena sangat sibuk,”kisah Masril.

Menurut Masril, sebenarnya Etty mengajakbareng karena takut datang sendiri keJakarta. ”Maklum masih kamso. Tapi, berun-

tung dia nguber-nguber aku terus, sampaiakhirnya memutuskan berangkat dan barujumpa Etty di bandara Padang,” tambahMasril diiringi wajah Etty yang tersenyumagak kecut.

Tidak lama kemudian, muncul Opul yangmemeluk rekan-rekannya sambil menebaknama masing-masing. Disusul Rita yangmakin segar dan segera disambut olehmereka yang datang duluan.

Kejadian 30 tahun lalu di asrama PHIterulang lagi ketika dua orang ”Poh”, yaituIzziah dan Mahruzal dari Aceh munculbersamaan, dan sama-sama telat. ”Saattaksiku berhenti di depan kantor Saras, ehdi depanku ada Izziah,” kata Zal.

Dasar pasangan serasi, walau tidakjanjian, datangnya bisa bersamaan walautelat. ”Padahal jika di Aceh kami sangatsulit bertemu. Paling-paling hanya melaluitelepon. Dengan reuni 78 ini akhirnya akuketemu pasanganku yang masih tetap cantik

MULAI NGANTUK — Baru pukul 21.00, temu kangen di Kedai Oeray belum usai. Tapi lihatlahmata mereka sudah meredup. Dari kiri: Nunung, Aida, Angan, Yadi dan Fridhany.

Edisi September 2008 45

Bulletin Paskibraka ’78

Siang 16 Agustus, Yadi Mulyadi yangsaat ini menjabat Kepala Gerbang

Tol Tangerang menyampaikan bahwahari itu dia tidak bisa berlama-lamaberkumpul karena kesibukannya sebagaikaryawan Jasa Marga dan besok pagiharus bertugas menjadi Pemimpin Upa-cara di kantornya.

Teman-teman protes danmenyuruh dia pulang ma-lam hari saja. Toh perjalan-an pulang ke Tangerangdari tol ke tol jadi bisacepat, dan besok pagi sete-lah upacara langsung me-nyusul ke istana. Dia tidakbisa mengelak dan maunggak mau mantan Lurah78 itu harus mengikuti ke-mauan teman-temannya.

Yadi yang sudah bebe-rapa kali dipindah tempattugas selalu menjadi Pe-mimpin Upacara setiap 17Agustus di kantor pusatJasa Marga. Ternyata je-bolan Komandan Kelom-pok 17 ini benar-benar

Pak Lurah Tetap Enerjik

dan awet muda. Sedang aku makin botakdan rasanya semakin tua,” ujar Mahruzalsambil tertawa.

Setelah semua berkumpul maka melun-curlah kami kepenginapan. Di penginapan,barulah Herdeman dan Fridhany sampaidari perjalanan jauhnya dari Kalimantan.Sempat terjadi insiden lucu antara Fridhanydan para ibu-ibu yang lebih dulu sampai dipenginapan. Dengan penampilan yangberbeda dibanding 14 tahun lalu, Fridhany

disangka istri dari Herdeman (Baca: Gara-gara ”Istri” Herdeman).

Setelah makan malam di Kedai Oeraydan ”Temu Kangen jilid 2” niatnya semuaistirahat karena perjalanan jauh dan jetlagtelah menguras tenaga sebagian teman-teman. Tapi kenyataannya, sampai larutmalam tetap saja ada yang enggan istirahat.Mereka asik ngobrol diselingi tawa yangpenuh kerinduan dan kebahagiaan.

(Budiharjo Winarno)

dapat mengaplikasikan kemahirannyaitu dengan baik dan menjadi prestasi dikantornya.

Untuk teman-teman 78 dia memangselalu menyempatkan dirinya bertemu.Itulah Yadi, mantan Lurah 78 yang tetapenerjik sampai saat ini. (Budi Winarno)

Yadi dan Chelly, Pak Lurah dan Bu Lurah 78.

46 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Reuni Kedua dengan Rasa Beda(Lebih Banyak Ibu-Ibunya...)

Reuni kedua Paskibraka78 tahun2008 ini memang beda dari Reunipertama 1994. Perbedaaan itu

bukan cuma dari acara yang diagendakan,tapi juga dari mereka yang hadir di Jakarta.

Tahun 1994, reuni masih dihiasi denganagenda acara yang sangat serius. Mengapa?Karena terbebani oleh pesan para pembina— terutama Kak Mutahar — bahwa Paski-braka78 harus bisa menjadi pionir baginilai-nilai persaudaraan sesama temanseangkatan dan harus menularkannya ke-pada angkatan lain. ”Jadilah roda gen-dheng,” kata Kak Dharminto pula.

Maka, reuni 1994 penuh dengan diskusidengan bimbingan pembina, terutamaBunda Bunakim. Hasilnya berupa berbagairekomendasi ke PGM yang diharapkandapat memperbaiki kualitas pembinaanPaskibraka dan organisasi Purna Paskibraka.

Tahun berikutnya, 1995, sejumlah Purna 78ikut ”nyemplung” langsung di Munas II PPI,bahkan sampai ke Kepengurusan.

Kini, tahun 2008, tak ada lagi beban yangmemberati kita. Selama 14 tahun, kita telahmelaksanakan ”pesan pembina” dan sudahsepantasnya bila reuni menjadi ajang nos-talgia dan kangen-kangenan yang sebenar-nya. Sayang, kegembiraan itu tak dapat kitanikmati bersama para pembina, karenamereka telah pergi mendahului kita.

Itulah sebabnya, sejak jauh-jauh hari,Reuni 2008 hanya mengagendakan duakegiatan penting: napak tilas Paskibraka78(ke Istana dan PHI Cempaka Putih) sertakunjungan ke Kak Idik (sebagai satu-satunyapembina yang masih ada) dan ziarah kemakam para pembina.

Sayang, dari agenda yang sederhana itu,kita masih tidak dapat memenuhi beberapa

Para Kamso bernostalgia di PHI Cempaka Putih yang kondisinya sudahtak sama, tinggal sisa-sisa kursi besinya saja...

Catatan Reuni ”Chelly” Urai Sri Ranau

Edisi September 2008 47

Bulletin Paskibraka ’78

di antaranya, yakni ziarah ke makam BundaBunakim, Kak Dharminto dan Kak Soebedjo.Kita hanya sempat berziarah ke makamKak Mutahar di TPU Jeruk Purut.

Yang menggembirakan, seruan Reunikali ini ternyata disambut dengan lebihantusias — walaupun pemberitahuan keha-diran sangat-sangat mepet dan membuat”panitia” kalang kabut. Artinya, kita bolehbahagia karena ternyata Purna Paskibrakasekarang punya kehidupan yang lebih”lapang” dan rezeki lebih baik. Ba-yangkan, mereka tetap datangmeski harga tiket pesawat terbangsedang berada di level tertinggi.

Mestinya, akan ada 26 orangyang hadir di reuni di luar keduaKomandan (Kak Jusuf Mucharamdan kak Adrian Daniel). Tapi, akhirnyayang muncul hanya 21, karena 5 orangberhalangan:•• Daniel Pakasi tak jadi terbang dari

Manado karena harus terbaring 6 hari dirumah sakit akibat lambungnyameradang.

•• Sinyo Mokodompit tak bisa meninggal-kan Toli-Toli karena urusan Calon Legis-latif (Caleg), maklum dia adalah Sek-retaris DPC Partai Demokrat Toli-toli.

•• Wendalinus Nahak harus membatalkanpenerbangannya dari Atambua ke Ja-karta pada 15 Agustus karena ”eyang-nya” meninggal.

•• Redhanie Gaffurie tidak jadi datang dariBanjarmasin tanpa pemberitahuan, pada-hal istrinya Ratnati (yang juga Pas-kibraka 1980 utusan Kalteng) justru bisadatang ke Reuni Paskibraka Nasional.

•• M. Ikbal Mahmud tidak juga tiba diJakarta dari Jambi walaupun seharisebelumnya masih berjanji akan datang.Ternyata dia harus ke Jombang untukacara perkawinan keponakannya.

Maka, dari skor kemenangan 14:12 untuklaki-laki, komposisi reuni kali ini jadi terbalik:

9 laki-laki dan 12 perempuan. Artinya, lebihbanyak ”Ibu-Ibu” daripada ”Bapak-Bapak”.Artinya lagi: suaranya pasti lebih riuh dari-pada Reuni 1994, apalagi dengan adanyaMaskayangan (NTB) yang jadi primadona.

Pada saat latihan 30 tahun lalu, Anganmemang kurang ceria. Malahan, yang kitaingat dia sering sakit. Dalam reuni kemarin,kondisi itu sangat jauh berbeda. Di manapun ada kesempatan bercanda, maka suara

dan cerita Angan-lah yang mendominasi.Setelah dianalisa lebih seksama,

akhirnya teman-teman menemu-kan penyebabnya. Saat latihandulu sering sakit karena dia tidakbisa ”gila”. Sekarang, waktu reuni

dia sangat sehat dan gembirakarena masih bisa ”gila”. Benarkah

begitu Ngan? ”Iya, bener itu,” jawabnyaketika asyik bercanda di Istana menunggusaat Upacara tiba.

Begitulah, Reuni kedua ini memang tidakmenargetkan apa-apa. Yang paling penting,kebersamaan yang telah dijaga dan dipu-puk selama 30 tahun akan tetap abadiselamanya. Dengan demikian, kita telahmenularkan nilai-nilai kebaikan kepada o-rang lain, terutama kepada sesama PurnaPaskibraka.

Adalah satu hal yang membanggakanketika 21 orang Paskibraka78 plus 2 ko-mandan dan pelatih (Kak Sutrisno) sertapembina (Kak Idik) bisa hadir dalam ReuniPaskibraka Nasional di Gedung MahkamahKonstitusi Jakarta. Dengan pin khusus dansyal merah bertulisan Reuni Paskibraka 78,semuanya terlihat dominan dan menjadi”Angkatan Paling Solid” di acara itu.

Purna Paskibraka lain boleh iri (asaljangan sirik) dengan Paskibraka 1978. Tapiitulah hasil kerja yang telah kita lakukanselama hampir 20 tahun. Semua dilakukandengan usaha yang amat keras, melelahkan,dan membutuhkan kesabaran. Dan kini,kita telah memetik hasilnya.

(Urai Sri Ranau)

48 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Catatan Reuni Saraswati

Ketika saya sedang di Madura ikut eventWisata Kuliner dan Wisata Batik Madura(harap maklum, saya kan Ibu-Ibu yg kerjaannyacuma makan-makan dan belanja, he..he..) sayamenerima sms dari Opul. Isinya memintasaya untuk menceritakan kesan-kesan ReuniPaskibraka beberapa hari sebelumnya, baikreuni angkatan 78 maupun yang reuni AlumniNasional.

Mungkin, yang berkesan untuk saya sih,reuni angkatan saya sendiri ya (tentu donk?!),karena kita kan mengulang sejarah, kembalike dunia khayal 30 tahun yang lalu, kembali

ke memory apa yang telah pernah kita lakukansaat itu.

Naah, saya mau cerita soal memory nih. Sesuai kesepakatan, reuni dimulai tanggal 16

Agustus, dan sore itu kami semua sudahdalam posisi ‘siap’. Siap artinya telah me-nempati kamar masing-masing di penginapan,siap bersih-bersih karena akan makan malamdan siap terus menerus menanggung derita‘gigi kering’ (karena ludah sudah tidak mampulagi membasahi rongga mulut karena ronggamulut tersebut terlalu aktif digunakan untukcekikikan).

Sesungguhnya, kamar saya hanyamuat diisi oleh 3 orang, ini sajasudah dimaksimalkan dengan extra

bed. Namun dasarnya wong kamso (orangdari kampung ndeso), kamar yang sempitdan penuh bawaan baju serta makanankecil yang dibawa dari kampung itu masihdiisi lagi oleh 2 orang teman dan ukurannya‘kelas berat’ (badan besar) pula.

Alhasil, jumlah manusia dalam kamar sayaada 5 (lima) orang masih ditambah koperserta ransel dan, of course, baju Nasionaluntuk Upacara 17-an yang penuh denganpernak-pernik yang tak boleh tersenggol(lhah...siapa sih yang maul nyenggol kon-denya si Oka?)

Menjelang persiapan bersih-bersih diri,pintu kamar diketuk oleh seseorang dariluar. Begitu pintu kamar saya buka, lang-sung saya tebak bahwa dia adalah Herde-man (karena telah konfirmasi terlebih dahulumelalui sms, kalau secara tampak mukasih, asli saya tidak ingat!) yang membawaserta “istrinya”.

Setelah pembicaraan mengenai kamar

disepakati, Herdeman mempersilahkan istri-nya yang tepat berada di belakangnyauntuk berkenalan dengan kami. Yaaah...tentu saja donk kami sambut tangannyauntuk berkenalan. ”Istri” Herdeman ini lang-sung saja menanyakan kepada saya, ”Manakamar perempuan?”

Dalam hati saya bertanya-tanya, perem-puan ini koq berani-beraninya dan pedesekali menanyakan kamarnya mengingat listkamar tidak mencantumkan istri Herdeman.Lagian, dia kan cuma ikut suaminya kereuni. Otomatis, saat saya ditanya kamarnyadi mana, tangan saya menunjuk ke kamarsebelah yang ditempati oleh Etty dan Nunung(mengingat kamar saya kan sudah penuhdengan barang dan nyawa).

Sampai di sini persoalan sudah beres.Tapi diam-diam, kepala saya kembali terusikoleh si Herdeman ini, kok bisa-bisanyareuni bawa istri sih? Kenapa istri ikutserta tapi tidak konfirmasi terlebih dahulu,agar manajemen kamar teratur gitu lho.Kan pusing cari kamar dalam satu hoteldan check in bersama-sama.

Gara-gara ”Isteri” Herdeman

Edisi September 2008 49

Bulletin Paskibraka ’78

Butuh koper besaruntuk membawapakaian nasionaldan aksesorinyayang dipakaimenghadiriUpacara di IstanaMerdeka.

Apakah Fridhany(ketiga dari kiri)terlalu berubahsehingga sempattidak dikenali olehteman-temannya?

Pertanyaan di kepala saya terus berputar.Namun, karena tidak tahan menanggungbeban derita karena takut over stock kamar,akhirnya saya telepon si Chelly untuk urusanakomodasi ini. Jawabannya begini, ”Akujuga nggak tahu Ras, Herdeman juganggak konfirmasi kalau bawa istri!”

Waduh, dalam hati saya berkata... bahayanih’. Sambil ngomel-ngomel karena tidakberani menanyakan persoalan ini padaHerdeman, akhirnya saya utarakan jugakebingungan ini kepada 4 orang temanyang menghuni kamar saya.

Saat kami berlima masih bingung, kembalipintu kamar diketuk oleh ”istrinya Herdeman”itu. Ternyata dia menanyakan programberikutnya setelah mandi. Sambil saya men-jelaskan program dimaksud, ternyata si Poh(Izziah dari Aceh) sudah tidak tahan lagiuntuk menanyakan nama dan dari angkatanberapa istrinya Herdeman ini (eh..siapatahu Paskibraka juga kan?)

Namun, jawaban yang tidak disangka-sangka dari istrinya Herdeman adalah, ”Ma-af, saya bukan istrinya Herdeman. Kamukan si Poh ya? Saya Fridhany yang dulu

pasangannya Herdeman dari Kalteng!”Masya Allah! Kami berlima terhenyak,

malu dan entah apa lagi. Tapi saat itu sayamasih gengsi juga menanggung malu ini,dan tetap ngotot meminta konfirmasi. ”Lho,Fridhany kan nama laki-laki, kok kamuperempuan?” (Saya juga bingung, karenaada 2 nama Paskibraka 78 yang mirip:Fridhany - Kalteng asli perempuan, danRedhany Gaffurie - Kalsel, laki-laki tulen).

Sekali ini, justru si Fridhany ikutan terbe-ngong. Mungkin dia bingung, kenapa diantara kami berlima, tidak ada satupunyang ingat padanya! Untung ada Angan(NTB) yang tiba-tiba turun dari lantai ataskarena mendengar ada keributan di lantaibawah. Dan si Angan pulalah yang mengem-balikan ingatan kami pada Fridhany.

Halaaaah… akhirnya kami mentertawakandiri sendiri. Entah siapa yang salah hinggakami tidak ingat apapun. Apakah karenabentuk badan yang sudah turun mesinmembuat Fridhany berubah total, atau kare-na kami ini sudah lost memory, hinggasecuilpun dari kami berlima tidak ada yangingat satupun. (Saras)

50 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Akhirnya, menitpun berganti menjadijam. Mulailah terlihat kekuranganmasing-masing secara nyata. Telah

disepakati melalui email sebelumnya, bahwapada tanggal 16 Agustus, tidak ada satupunyang boleh tidur sebelum jam 2 pagi.Soalnya, hari itu adalah hari pertama setelah30 tahun tidak ketemu satu sama lain.Wajarlah kalau kami ingin melepas kangensepuasnya, dan bagaimana perasaan kamijika ada salah satu yang tidur duluan?

Ketentuan ini sudah jelas dan harusditerima semua pihak. Tapi ketentuan tinggalketentuan, semangat boleh membara. Apadaya, baru pukul 21.00, mata sudah tinggal5 watt antara melek dan tidak melek (sepertimata yang kena mascara gitu). Belum lagikepala pening-pening tanda tak mau diajakbekerjasama.

Akhirnya, dengan perasaan malu (karena

sayalah yang punya ide harus begadang)saya memberanikan diri (tentu denganalasan macam-macam) untuk duluan pamitundur diri guna berangkat ke pelukan bantalguling. Namun tak disangka-sangka, paraIbu eks anggota Paskibraka tahun 1978yang dulunya gagah berani ini, denganlantangnya berteriak, ”Aku ikut, aku ikuuutt...udah capek nih, kita kan sudah naik ojyek,kena becyek, naik angkyot, naik pesawat,naik bus... etc... etc... Alhasil, semua ikuttiduurrrr, wer... ewer... ewerrr... bablas ngoroke... halaahhhhhh!

Kalau sudah begini, sudah tidak ada lagibekas-bekas Paskibrakanya yang gagahperkasa itu! Masa sih secara Paskibrakagitu, jam 21 sudah tidur? Yah, akhirnyayang tidak bisa ditipu adalah usia, semangatboleh membara, namun ternyata kondisibadan sudah mulai redup! (Saras)

Bara Semangat Reuni

Tanggal yang dinantikan telah tiba. 17Agustus pagi-pagi sekali, terutamapara Ibu sudah seperti ayam babon

berkotek. Mereka ribut sekali minta di-make-up dan disanggul oleh Angan yangmemang profesinya periaspengantin kesohor seanteroNTB, karena dialah pemiliksalon Pengantin Happy diMataram.

Jauh-jauh hari sebelum A-ngan ke Jakarta, kami su-dah teriak-teriak, agar diamempersiapkan diri denganperlatan persalonan untukmemoles wajah kami semua(tengsin donk kalau kamiterlihat tua sebelum wak-tunya kan?). Di antara kami,

hanya Oka (Bali) yang memang ‘prigel’(pintar) dalam urusan keperempuanan.Maklum, dia kan pelatih dan konsultan diJohn Robert Power-Bali.

Namun, mungkin karena urusan si IbuDosen ini banyak sekali, akhirnya banyakhal kecil yang tercecer, misalnya soal ter-telingsut-nya (terselip) barang-barang kecil

tapi penting, misalnya sisirsasak. Obat-obatan pribadiyang juga ikut tertelingsut bah-kan hilang, entah lupa ataumemang tidak ingat sama se-kali, menjadikan suasana ka-mar jadi semarak.

Di balik kesemarakan ini,adalah Endang (Yogya) yangselalu mengingatkan tempatterakhir kali Oka meletakkanbarang pribadinya. Terbukti,akhirnya barang-barang itumemang ditemukan.(Saras)

Oka Mulai Pelupa

Edisi September 2008 51

Bulletin Paskibraka ’78

Waktu berlalu, saat berpisahpun tiba.Karena waktu kepulangan berbeda, akhirnyakembali beberapa teman ngamar lagi diHotel Bidakara, Slipi, sambil menungguwaktu pesawat take-off keesokan harinya.Bertiga di Hotel Bidakara, Oka, Endang danEtty (Azmiyati, Sumbar) bertemu lagi dalamsatu kamar.

Ternyata, persoalan tertelingsutnya ba-rang belum berhenti. Sorenya, aku mengan-tarkan mereka jalan-jalan dan sekadarbelanja-belanja. Ketika posisi kendaraansudah dekat dengan pusat perbelanjaanMal Ambassador, Kuningan, tiba-tiba Ettyberteriak, ”Waduh! Tiketku hilang, tiketpulang ke Padang hilang!”

Kepanikan terjadi. Untung si Endangkembali ambil peran. Ia minta Etty meng-ingat-ingat kapan terakhir kali tiket itu di-pegang dan di mana kira-kira diletakkan.

Kening Etty pun mulai berkerut mencobamengembalikan ingatannya. Atas usul En-dang pula, akhirnya belanja dibatalkan dankendaraan kembali ke Hotel Bidakara.

Apa yang terjadi? Feeling Endang betul.Tiket pesawat yang ”hilang” itu, ternyatamasih ada di kamar Hotel Bidakara, terselipdi balik bantalnya Etty sendiri.

Haduuuhhh...! Yah, apa boleh buat, tidakada yang perlu disesali. Waktu untuk belanjahilang, yang ada hanyalah tertawa tiadahabisnya. Sekali dalam 30 tahun, tertawalepas karena kelucuan yang tak disengaja,membuat kami seperti refreshing saja.

Akhirnya, saya kembali mengulang, sema-ngat boleh membara, namun badan sudahmulai redup hingga daya ingatpun berku-rang. Tanpa berpromosi, saya hanya meng-anjurkan, minumlah Ginco Giloba (obatpemicu daya ingat). (Saras)

Tiket Etty ”Hilang”

Inilah cerita lain tentang para kamso yangmasuk ke rumah rojo. Usai upacara, lalusibuk foto-foto di semua sudut Istana

Merdeka, para Warga 78 tuan rumah merasatemen-temannya yang datang dari jauh sudahmerasa puas. Hampir satu jam, rasanya takkurang untuk bernostalgia di tempat yangpernah mereka injak 30 tahun lalu.

Tetapi, ternyata dugaan itu meleset. Dari 20yang masuk istana, ketika dihitung di pintukeluar ada saja yang masih kurang. Padahal,4 mobil yang dipakai ke istana parkirnyabeda-beda. Maka, sesuai daftar penumpangwaktu datang, begitulah seharusnya isi tiapmobil. Apalagi tiap mobil parkirnya beda-bedatempat.

Aku kebetulan ikut di mobil Opul bersamaChelly dan Etty. Tapi, sampai kami selesaiminum es cendol (saking hausnya) si Ettybelum juga nongol. Maka Opul menyuruhku

Ketinggalan di Istanamenelepon. ”Etty, kamu di mana?” tanyaku.”Aku sama Budi,” jawabnya.

Kami pikir, Etty ikut dengan mobil yangdinaiki Budi. Maka, meluncurlah kami kerumah makan Jawa Timur di Menteng tempatkami janjian mau makan siang. Anehnya, mobilsudah sampai semua di rumah makan, tapiempat orang masih belum kelihatan: Masril,Etty, Budi dan Halidja.

Ternyata, karena Etty dan Masril keasyikanfoto-foto di Istana, mereka ketinggalan bersamaBudi dan Halidja yang menemani. Hampir ½jam menunggu, akhirnya baru ditelepon kalausemuanya sudah sampai di rumah makan.Terpaksa mereka memanggil taksi untukmenyusul. Konon, dua orang sembunyi dulusaat taksi dihentikan. Sopir taksi cuma geleng-geleng kepala karena yang naik kemudianadalah empat penumpang yang badannyatambun-tambun. (Nunung Restuwanti)

52 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Pagi 17 Agustus, setelah selesaiupacara di kantorku (Jl Kebon Sirih),aku segera bergegas menuju Hotel

Sriwijaya di Jalan Juanda. Aku sudahberjanji dengan teman-teman 78 untukbertemu di sana sebelum sama-sama keIstana. Setelah mengganti seragam kantordengan pakaian nasional, aku segeramenunggu di lobi.

Kutelepon Budi yangsedang dalam perjalan-an bersama teman-temandan kukatakan kalau akusudah menunggu di ho-tel. Saat itu di kulihat adaseorang bapak yangtampak gelisah sepertimenunggu seseorang.Wajahnya tampak tua,badannya cukup makmur,rambutnya tampak mulaiputih dan (maaf) agakbotak.

Karena waktu itu diHotel Sriwijaya banyakalumni Paskibraka nasi-onal maka aku pikir siapatahu bapak itu seorangPaskibraka juga. Makaaku beranikan diri untukmenyapa, “Selamat pagiPak, apakah bapak dariPaskibraka juga?” Sang Bapak menjawab,“Eh selamat pagi bu. Benar saya Paskibraka,tapi datang dari daerah.”

Tetapi, sekilas kulihat dia memakai pinReuni 78. Sebaliknya, dia pun menataptajam karena aku juga memakai pin yangsama. “Lho kok bapak memakai pin 78,”tanyaku lagi. ”Oh iya. Saya dulu Paskibraka

tahun 78 dari Aceh,” jawabnya lagi.Hah, 78 dari Aceh, kataku dalam hati.

Belum aku sempat aku bertanya lagi, sibapak sudah tanya lebih dulu, ”Lho, ibu kokpakai pin 78 juga, dapat dari mana bu?”

Saat itulah aku yakin, si bapak di depankuadalah temanku Paskibraka 78. Tapi, waktubenar-benar membuatku lupa namanya.”Saya juga Paskibraka 78, utusan Maluku,”

jawabku singkat.Bapak itu menatapku

setengah tidak percaya.Mungkin tak bisa mem-bandingkan antara diriku30 tahun lalu (seorangremaja berkulit hitam ma-nis) dengan sekarang(ibu-ibu berkerudung).”Ooh, saya Mahruzal dariAceh. Dulu biasa dipang-gil si Zal alias Poh,” ujarbapak itu.

Astaghfirullah, baru ku-ingat bahwa dia adalahMahruzal. Maka, kami punsaling berjabat tangandengan erat melepaskankerinduan sambil salingtatap dan tersenyum geli.

Aku memang datang keWisma Nugra Santanasaat teman-teman kum-

pul, tapi aku pulang duluan karena adakerjaan. Karena itu, aku belum bertemudengan Zal. Akhirnya kami mengobrolsambil menunggu rombongan teman-teman78 datang dan sama-sama mengikuti upa-cara di Istana Merdeka, tempat dimana 30tahun lalu kami melaksanakan tugas muliasebagai anggota Paskibraka 78. (Halidja)

Ternyata Dia Mahruzal...Catatan Reuni Halidja Husein

Seputar jarum jam: Halidja, Aida,Zal dan Masril. Apakah mereka

jauh berubah?

Edisi September 2008 53

Bulletin Paskibraka ’78

Berbekal undangan bernomor tribunE, rombongan 78 masuk ke IstanaMerdeka untuk mengikuti Upacara

Peringatan Detik-detik Proklamasi. Cela-kanya, meski sudah merasa kepagian (pukul7.30), toh tempat duduk yang sesuai undangsudah penuh. Terpaksalah kami ”berburu”kursi ke tribun lain, walau tak sesuai.

Undangan lain pun terlihat melakukanhal sama, entah karena jumlah kursi taksesuai undangan, atau ada orang yangmasuk ke Istana tanpa undangan dan”menjarah” kursi yang ada. Pagi itu, undang-an yang hadir di Istana memang jaug lebihramai dari biasanya. Bahkan, sebagian diantaranya terlihat tak mengindahkan aturanprotokoler, yakni menggunakan pakaiansipil lengkap (jas dan dasi) untuk pria danpakaian nasional untuk wanita.

Akhirnya, duduk kami pun tidak bisadalam satu deret. Masing-masing berusaha

mencari tempat yang paling nyaman untukmengikuti upacara, seuai nostalgia yangingin mereka nikmati.

Saat musik berdentam dan pasukan mulaimemasuki tempat upacara, raut muka teman-teman 78 mulai serius. Rekaman 30 tahunyang lalu benar-benar tampak di wajahpara orangtua yang tetap kamso tetapibangga karena pernah mendapat kehor-matan menjadi anggota Paskibraka.

Rangkaian upacara mengalir dengantepat dan cepat. Saat di layar monitormuncul nama Komandan Upacara yangberasal dari Bali, raut muka Oka tampaksumringah dan bersemangat. Detik-detikProklamasi yang ditandai dengan dentumanmeriam, bunyi sirine, beduk masjid BaitulRahim dan lonceng gereja menggemamerasuki sukma setiap peserta upacara,dilanjutkan dengan Pembacaan NaskahProklamasi dan Doa.

Detik-detik Proklamasi 2008

USAI UPACARA — Para kamso berfoto bareng di halaman Istana Merdeka seusai upacara. Darikiri: Etty, Fridhany, Oka, Aida, Saras, Angan, Yadi, Chelly, Rita, Amir, Nunung dan Budi.

54 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Upacara selesai, maka sambil me-nenteng tas souvenir para Kamso 78bergegas menuju depan istana untuk

berfoto. Ada yang foto berbarengan, berdua,atau bahkan sendiri, pokoknya benar-benarmemanfaatkan momen berdiri di depan OmaheRojo atau Rumah Raja.

Karena situasi cukup padat dan ramai olehpeserta upacara maka acara berfoto ria tidakbisa terpuaskan, akhirnya mereka berjalanpelan-pelan lewat samping istana sambilterus mengenangkan peristiwa dan suasana30 tahun yang lalu. Saat sampai di WismaNegara maka berkumpulah mereka sambilmelihat-lihat dekorasi taman istana yangselalu disulap lebih indah di saat perayaanHUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kegiatan foto-foto orang-orang kamso kem-bali dilakukan. Etty menyempatkan diri bertemuadik-adik Paskibraka 2008 yang dari Padang.

Yang lain membeli souvenir dan duduk-duduksantai sambil menikmati kemeriahan suasanaistana.

Nunung tampak masih terkesima melihatkeindahan istana, walaupun 30 tahun laluhampir 2 minggu mereka selalu di sana untuklatihan. Dulu, sebelum tahun 1981, latihan diIstana berlangsung dari tanggal 6-15 Agus-tus. Itu karena di PHI tidak ada lapanganyang dapat dijadikan replika halaman Istana.

Angan masih minta foto di bawah pohonrindang tempat dulu dia dibentak karenasalah langkah. Herdeman menghilang karenaharus beli souvenir. Sementara Saras sudahmanyun karena kecapean memakai jarikmlipit alias kain sempit. Oka masih sibukmelihat-lihat arsitektur istana untuk dianalisa.Aida tetap lebih senang melihat para menteriyang pulang.

Owalaah... kamso memang tetap kamso!

Kamso Neng Omahe Rojo

Dari sayap kanan Istana, dengan deraplangkah yang mantap, Paskibraka 2008memasuki jalur di depan mimbar untukpersiapan pengibaran bendera pusaka. Saatpembawa nampan naik tangga, di layarmonitor terpampang nama Santi yang ber-asal dari Bali, wajah Oka tambah cerah dandari bibirnya tak pernah lepas senyumnyayang menawan. Sedang Rita yang dudukdi sampingku raut wajahnya tampak tenangmengikuti gerak tubuh pembawa nampanyang naik tangga untuk menerima duplikatbendera pusaka.

(Ya, 30 tahun lalu Oka dan Rita memangbertugas membawa nampan untuk tugaspagi hari. Oka membawa bendera pusakadan Rita membawa bendera duplikat. Merekaberdua naik tangga untuk menerima bende-ra dari Presiden Soeharto.)

Adik-adik Paskibraka 2008 bergerakmenuju tiang bendera dan siap mengibarkan

bendera. Wajah Masril tampak tegang,jarinya tampak bergerak-gerak seolah talibendera sedang ada di tangannya dansiap ditarik untuk membawa bendera kepuncak tiang 17, seperti 30 tahun lalu.

Sikap khidmat dan penghormatan diberi-kan kepada Sang Merah Putih diberikanseluruh Paskibraka 78 ketika bendera diren-tang kemudian naik perlahan sampai kepuncak tiang diiringi lagu Indonesia Raya.

Ketika pengibaran telah selesai, tampaklahwajah-wajah lega karena pelaksanaanpengibaran bendera oleh Paskibraka 2008berjalan dengan sukses. Ketika pesertaaubade menyanyikan lagu karya HuseinMutahar ”Hari Merdeka” dan ”Syukur” makamenyanyilah para mantan Paskibraka 78,sambil mengenang wajah Bapak Paskibrakayang penuh kharisma itu.

(Budi Winarno)

Edisi September 2008 55

Bulletin Paskibraka ’78

Acara napak tilas Paskibraka 78memang telah diagendakan jauh-jauh hari. Dan sebagaimana diren-

canakan, seusai mengikuti upacara di Istana(lalu rame-rame makan siang sekalian paraibu-ibu ganti baju), maka Genk’78 me-neruskan perjalanan ke asrama PHI diCempaka Putih.

Secara umum, kondisi asrama itu masihseperti dulu. Kamar-kamarnya, ruang ma-kannya, lapangan depannya, lapangan da-lam dan mushollanya. Siang itu, kamar-kamar di penginapan itu diisi oleh serom-bongan anak-anak sekolah dari daerahyang sedang berwisata ke Jakarta.

Dipimpin ustad Zal, mereka kemudiansholat Zuhur di musholla. Kemudian, sambilduduk-duduk di kursi panjang di bawahrerimbunan pohon, bernostagialah parakamsowan dan kamsowati. Eh, kursi besiitu kelihatannya memang peninggalan 30tahun lalu. Yang lainnya terlihat sudah tidakbanyak lagi, misalnya jemuran handukyang biasanya ada di teras tiap-tiap kamar.

Mereka mengenang setiap jengkal kamaryang dulu ditempati, kamar makan yangsudah diperbaharui, halaman depan tempatberlatih baris serta lapangan kecil dimanamereka berolah raga pagi. Angan si tukangpaes/rias pengantin yang kocak kembalimembuat teman-temannya terbahak-bahakmengenang zaman dulu. Banyak ceritalucu mengalir dari mulutnya disambungdengan cerita dari teman-teman lainnya.

Saras teringat waktu sedang istirahatsiang, John yang menjadi komandan ke-lompok 8 sambil tidur-tiduran berlatih mem-beri aba-aba kelompoknya. ”Buka Formasiiii,Jalan! Dua kali belok kanaaan, jalan!” danseterusnya. Mendengar aba-aba itu, sontakpara cewek yang kamarnya di atas padabangun dan dengan terburu-buru berlari kebawah karena mereka mengira latihan sore

sudah dimulai.Tapi sampai di lapangan kok suasananya

sepi. Tidak ada teman-teman lainnyamaupun para pelatih. Tapi dari kamar masihterdengar suara John memberi aba-aba.”Busyet, ada orang gila teriak-teriak,” gerutupara cewek sambil balik lagi ke kamar.John tidak merasa kalau suaranya kerassebab kalau di Irian memang terbiasabersuara dengan keras.

Aku dan Opul juga terkenang kelakuanSaras yang bandel. Sehabis makan siangkami berkumpul didepan kamarku, Wendakemudian memetik gitar sambil bernyanyipelan, sedang lainnya ngobrol santai. Cuacasaat itu sangat panas tapi tiada hujan tiadaangin tiba-tiba ada air menetes dari atas.

Kami semua berdiri dan menengok keataseh ternyata diatas tampak Saras di depankamarnya sedang memeras pakaiandalamnya yang basah sambil cengar cengir.Dia menengok kebawah sambil berkata:“Hoii diem dong, gangguin orang mautidur”. Yah karena sudah kena hujanperasaan baju Saras akhirnya kami bubardan masuk kamar masing-masing.

Yah, siang itu kami semua mengenangkelucuan, kekamsoan, keunikan, apa sajayang telah kami kerjakan di masa lampau.PHI masih tetap tidak banyak perubahanyaitu tetap panas. Namun di situlah kawahcandradimuka kami, digembleng fisikdengan aktivitas baris berbaris untukmengibarkan bendera pusaka.

Di sana juga kami diberi bimbinganmental spiritual berupa petuah siramanrohani yang penuh teladan cinta kasih daripara pembina, mulai dari Kak HuseinMutahar, Kak Idik Sulaeman, Kak Dharminto,Bunda Boenakim dan Kak Subejo. Laludilayani oleh Kak Ranggani, Kak Slamet,dan didamping Kak Syamsu Rizal sertaPembina lainnya. (Budi Winarno)

PHI, Kawah Candradimuka 78

56 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Peduli pada Pembina(Catatan Kunjungan ke Kak Idik Sulaeman)

Kak Idik Sulaeman datang ke ReuniPaskibraka Nasional menggunakanselendang dan pin Reuni Paskibraka

1978 di atas seragam Pramuka Wreda.Opul cerita padaku, saat berada di sampingKak Idik salah seorang Purna Paskibrakabertanya kepadanya, ”Mengapa Kak Idikmau memakai atribut Paskibraka 78?”

Opul kaget dan sama sekali tak pernahmempersiapkan jawaban untuk itu. Tiba-tiba sederet kata-kata seperti berkelebat didepan matanya. Maka, ia pun menjawabsingkat, ”Karena Paskibraka 78 yang palingsayang pada Kak Idik.”

Pagi itu, Kak Idik memang datang kereuni lebih awal. Kalau undangan VIPlainnya baru tiba pukul 12.00, maka sepertiPurna lain yang ikut reuni, ia masuk keruangan aula Mahkamah Konstitusi padapukul 10.00. Dan, ia diantar oleh serom-bongan Paskibraka 78.

Warga 78 yang kebetulan mengadakanreuni sejak tanggal 16 Agustus, sejak awalmemang telah menjadwalkan kunjunganke kediaman Kak Idik. Karena tanggal 17Agustus ia dan keluarga sedang mengikutiacara keluarga di Ciater, maka rencanakunjungan diubah menjadi Senin pagi 18

Agustus.Pukul 09.00, sebagian besar Paskibraka

78 —kecuali yang ikut Panitia Reuni Pas-kibraka Nasional— sudah tiba di kediamanKak Idik, Jalan Budaya 2, Kemanggisan,Jakarta Barat. Kehadiran kami disambuthangat oleh Kak Idik, Bunda Aisyah (istriKak Idik) dan keluarga.

Kami sangat bahagia bisa bertemu,bercerita dan bercanda. Selama ini, kamihanya bica bicara melalui telepon, sepertiketika kami mengucapkan selamat saatKak Idik berulang tahun. Cuma teman-teman di Jakarta yang lebih sering bertemubeliau. Kondisi kesehatan memang mem-buat Kak Idik tidak bisa lancar berkomunikasidengan kami. Tetapi, terpancar rona keba-hagiaan dari raut wajahnya yang tak lepasdari tersenyum.

Meski tidak ingin mereporkan, ternyataBunda sudah menyiapkan minuman danmakanan kecil buat kami. Teman-temansegera membantu menuangkan minumanke dalam gelas sambil mencicipi kue.Bunda hanya geleng-geleng kepala sambilsenyum melihat keriuhan anak-anak 78 dirumahnya.

Meski belum pernah bertemu dengananak-anak 78 yang ting-gal di daerah, Bundaterlihat begitu menikmatipertemuan pagi itu. Ialalu bercerita tentang da-erah-daerah kami yangpernah dikunjunginya,termasuk cerita-ceritalucu yang membuat kamitertawa. Dalam kesem-patan itu, Angan mem-persembahkan seuntaikalung mutiara yang di-

Edisi September 2008 57

Bulletin Paskibraka ’78

Paskibraka 1996 berkunjung ke rumah Kak Darminto(alm) saat reuni tahun 2007.

bawanya dari Lombok untuk Bunda Idik.Keenakan ngobrol, kami hampir lupa

kalau pagi itu kami harus segera menyusulteman-teman lain yang sudah berkumpul diGedung Mahkamah Konstitusi untuk ReuniPaskibraka Nasional. Kak Idik pun kelihatansudah siap dengan busana Pramuka Wreda,seragam yang begitu dibanggakannya.

Oka dan Chelly dengan sigap membantuKak Idik mengenakan sepatu. Saya danChelly lalu menawarkan pada Kak Idikapakah bersedia memakai atribut ReuniPaskibraka 78 (selendang dan pin) dalamReuni Paskibraka Nasional. Kak Idik meng-angguk dan menyatakan bersedia.

Karena sampai saat itu tidak ada yangmenjemput, maka kami pun segera meng-ajak Kak Idik untuk datang bersama-samakami ke Reuni Paskibraka Nasionalmenjelang pukul 10.00. Sekali lagiKak Idik tidak menolak, meskipunsebenarnya sebagai undangan VIPmestinya Kak Idik bisa hadir padapukul 12.00.

Ternyata, kerinduan kepada paraPurna Paskibraka yang lain telahmendorong beliau untuk hadir lebihawal. Dan benar saja, begitu sampaidi tempat reuni. Kak Idik sepertidiserbu oleh kakak-kakak dan adik-adik yang hadir di sana untuksaling melepas rindu.

•••Kepedulian terhadap Pembina,

atau orang-orang yang berjasamenjadikan kita seorang Paskibr-aka, memang harus terus dipu-puk. Dengan cara itu, kita telahberupaya untuk menghargai me-reka, selagi masih ada. Melihatseperti apa mereka di hari tua-nya, sekadar menghibur agarmereka selalu besar hati melihatadik-adik mereka telah berhasilmenjadi orang yang berguna.

Jangan sampai kita mendengarlagi keterkejutan Purna Paskibraka menyak-sikan apa yang terjadi, saat sang pembinatelah pergi meninggalkan kita. Kaget setelahtahu sang pembina menghabiskan masatuanya di sebuah gang sempit, atau hidupdi rumah yang sangat sederhana.

Lalu, serta-merta berinisiatif mengajakyang lain mengumpulkan dana untuk di-sumbangkan kepada sang pembina. Pada-hal, semua yang dilakukan sudah terlambat.Satu demi satu, pembina telah meninggalkankita dan kita kurang peduli pada mereka.

Para pembina tidak pernah mengharapkanimbalan ketika mendidik adik-adiknya. Se-telah itu, kepedulianlah yang pantas merekaterima. Buatlah mereka terus tersenyummelihat kita, karena kita selalu sayangpada mereka. (Endang Rahayu)

58 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Ziarah ke MakamKak Mutahar

Sejak jauh-jauh hari Reuni Paskibraka 78direncanakan, ziarah ke makam para

pembina memang telah menjadi salah satuagenda yang tidak boleh ditinggalkan. Itulah

sebabnya, di antara waktu yang demikiansempit, teman-teman yang ikut reuni

berusaha keras untuk melaksanakannya.

Edisi September 2008 59

Bulletin Paskibraka ’78

Maka, tanggal 17 Agustus, ziarah kemakam Kak Husein Mutahar diTaman Pemakaman Umum (TPU)

Jeruk Purut Jakarta Selatan, terlaksana. Dikeheningan senja menjelang maghrib, kamibersimpuh di sisi makam yang sederhanaitu untuk beberapa saat.

Oka meletakkan seikat bunga krisanberwarna kuning, sementara teman-temanlain menaburkan bunga ma-war merah di atas makamyang ditumbuhi rumput suburmenghijau. Tak ada kata yangterucap dari bibir kami setelahitu, selain lantunan SuratYasin, Tahtim, Tahlil dan doadi antara wajah-wajah yangsendu penuh haru.

Di permukaan batu nisangranit hitam, terbayang kem-bali wajah Kak Mutahar 30tahun yang lalu, ketika iaserius bicara tentang IbuPertiwi. Memberikan wejangantentang cinta tanah air yangmembuat bulu kuduk berdiri.Tapi, seketika ia membuatkita tertawa terpingkal-ping-kal dengan mimiknya yanglucu.

Kini, wajah itu ada di atassana dan barangkali ter-senyum melihat adik-adiknyayang masih ingat padanya.Meski sekadar mengunjungigundukan tanah dengannisan bertuliskan namanya.Mereka hanyalah sebagiankecil dari ribuan Purna Pas-kibraka yang telah lahir darigagasannya.

Kini, telah 40 tahun ga-gasan itu terlaksana. Sudah2200 orang yang denganbangga kini menyebut dirinyaPurna Paskibraka. Namun,

sampai sore hari kemerdekaan ke-63 itu,tak ada jejak kaki yang terlihat di sekitarmakamnya. Tidak seorangpun yang keli-hatannya sempat meluangkan waktu untukmenjenguknya.

Kak Mut, biarlah kami yang menjadipengganti mereka semua. Semoga Kakaktenang berada di sisi Sang Pencipta....

����� Mahruzal MY

60 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Menjelang Reuni Paskibraka ’78

MOHON DOA RESTUTiga puluh tahun lalu, tepatnya tahun

1978, kami dipertemukan dalam asramaPHI yang sangat panas di Cempaka Putih.Sangat panas karena ruangan yang kamitempati, baik kamar maupun ruang diskusiserta ruang-ruang lain tempat kamiberaktifitas tanpa Air Condition (AC).

Di PHI itulah, kami mendapat pendidikanbaris berbaris serta siraman cinta kasih daripara Pembina yang mempersiapkan men-tal dan pribadi kami untuk mengabdi tanpapamrih bagi bumi Pertiwi.

Tanggal 16 Agustus esok, kami dariSabang sampai Merauke, dari Aceh sampaiPapua, akan berkumpul (reunion) kembalidi Jakarta dan kami akan kembali ulangjanji seperti yang pernah kami lakukan 14tahun yang lalu (reuni pertama tahun1994)yang saat itu dibimbing oleh Alm KakHusein Mutahar.

Selain itu, kami akan kembali mengenangsaat kami datang dari desa pertama kali keJakarta dengan wajah yang kamso sekali(kampungan n’ ndeso). Bahkan, banyakdari kami belum pernah ke Jakarta apalaginaik pesawat terbang.

Acara reuni kami yang lain adalah napaktilas ke PHI tempat kami digembleng duludan pada tanggal 17 Agustus pagi, seluruhanggota Paskibraka’78 akan mengikuti Upa-cara memperingati Detik-detik Proklamasidi Istana Merdeka. Bisa terbayangkanbagaimana wajah wajah kamso terulangkembali seperti dulu?

Reuni yang kami lakukan ini, diharapkandapat memperkuat tali silaturahmi angkatankami yang sempat terputus (selama 15tahun1978-1993) dan bisa tersambung lagivia Buletin ’78 sejak tahun 1993, atau milisantar ’78 dan sms.

Semoga Reuni yang kami lakukan inidapat pula menambah semangat kamiuntuk memberikan cinta kasih dengan ben-tuk pemikiran bagi kemajuan Paskibraka.Selanjutnya, kami mohon doa restu darirekan-rekan semua, agar acara kami dapatterlaksana dengan lancar.

Kamis, 14 Agustus 2008Salam Penuh Kasih Sayang,

SARASWATI MULYONO(Paskibraka 1978)

SALUT BUAT KAKAK-KAKAK 78Kak Saraswati Yth...Salut dengan kakak2 78 yang tetep exist..

wah, gank-nya mas Bhe nih.. hehehe,Semoga sukses reuninya Kak... pasti seruya.. Mohon ijin bertanya, apakah reuni yangdimaksud khusus angkt 78 atau samadengan Reuni Paskibraka Nasional yangakan berlangsung dalam waktu dekat?

Apalagi ada acara mengikuti Detik2Proklamasi di Istana... penuh dong kursiundangan dengan alumni 78... hihihi. Tapikak... saya 100 persen yakin, besok yanghadir tentunya sudah bukan kamso lagi...tapi KerBek... alias Keren dan Beken.Selamat napak tilas... jangan lupa bagi2cerita di milis ya kak...

Salam,IMELDA OPHY(Paskibraka Jatim 1990)

AKU JADI KANGENWaah... Kak Saras, senangnya... mo

reunian...!!! aku jd kangen ma kawan2kudulu....!!!! ikut seneng buat kakakz, kawanz,adekz yang bakal ketemuan..!!! kalo bolehusul k, tolong sambil reunian besok... setelah

Edisi September 2008 61

Bulletin Paskibraka ’78

acara kangen2 & maen2 aj... setelah itu,bisa muncul ide2 baik & bagus untuk lebihmemajukan organisasi PPI kita ya... biar“unjuk gigi” kita g cuma kliatan paspengibaran bendera 17Agustus aj... tp jugadi dalam banyak hal... karena saya percaya,kalo dah kumpul2, pasti semangatnya lebihbesar untuk diskusi soal2 ini, dibandingkalo dipikirkan sendiri...!!

Salam buat mas Bhe n semua2nya,TOHAP CLEMENT HUTABARAT(Paskibraka DI Yogya 1996)

SAYA MAKIN DEG-DEGAN...Horas Mas Hutabarat,Rasanya, disemua reunion, pasti senang,

bahkan menunggu jam 11 hari ini, beberapateman-teman saya sudah mendarat diCengkareng, saya yang menjadi tuanrumahnya sudah deg-degan, rasanya semuayang ada di kepala mau dikeluakan saja.

Saya nggak bisa membayangkan, tertawaduluan atau cerita duluan yang keluar darimulut ini, karena dalam seminggu menjelangreuni ini, telpon saya terus berdering tanpahenti, siang malam, 24 jam isinya daridiskusi sampai cekikikan.

Semalam, teman saya yg Paskibraka 78utusan Bali sudah duluan mendarat diCengkareng, beliau Ir AA Oka Saraswati ygjuga dosen S2 di Unud, peneliti soalinterior dan budaya Bali serta pengajar diJohn Robert Power menyempatkan diriuntuk datang padahal beliau sudah sangatrepot dengan seluruh pekerjaannya, dansemalam sebelum menginap di Hotel, kamingopi dulu di Starbuck.

Walaaah... rasanya Starbuck di dekatSarinah jadi goncang karena tertawanya.Luar biasa semangatnya, padahal putranyaada yang sudah jadi mahasiswa Kedokteran,tetapi tertawanya yang renyah masih seperti30 tahun yang lalu. Belum lagi teman sayadari NTB, pagi ini sudah mendarat, beliauakan datang bersama cucu ke-3 nya, wah...

wah...Semoga reuni kami ini, dapat menimbulkan

semangat baru dalam berkarya, refreshingdan melepas rutinitas keseharian kami, danInsya Allah dapat menimbulkan ide-idesegar untuk kami semua dan Paskibraka.Dan semoga juga, reuni ini akan disusulreuni-reuni seterusnya, agar kami tetapbersatu dalam damai seterusnya.

Mohon do’a restunya ya.Salam penuh kasih & sayang dari 78,SARAS

87 JUGA KEPINGINMbak Saras,Saya doakan semoga acara temu-kangen

Angkatan 78 ini berjalan dengan lancardan aman. Saya berharap semoga suatuhari nanti, angkatan 87 juga dapat menga-dakan acara serupa. Deskripsi yang mbakSaras berikan tentang PHI banyak meng-ungkit kenangan saya atas Pusdika Cibubur,tempat kami 87 digembleng. Yang lebihtergugah lagi adalah rasa kangen sayaatas teman-teman saya dulu.

I wish each of them a happy and success-ful life. May we meet again someday, beforemy days on earth come to an end.

OZY SYAHPUTRA(Paskibraka 1987)

I HOPE ONE DAY..K’ Saras yg Terkasih,Saya salut d dengan kebersamaan yang

dibangun Angkatan ’78.... Setelah sekianlama berpisah tapi masih saling mencaridan bertemu.

Salam kenal ya K dari kami di Maluku.Sejalan dengan Ozy, I hope one dayangkatan kami akan mengadakan acaraserupa.

Terima kasih. Salam,HAIDEE NIKIJULUW(Paskibraka 1987)

62 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Celoteh Warga ’78 via Dunia Maya

Dear Mas Bhe,Thanks undangan nya ya..Wah.. foto nya bagus buanget.. Thanks ya

dikirim kan foto tsb. Aku juga punya se-benarnya, tapi sudah keambil tsunami. Jadithanks banget.. aku punya copy-nyasekarang. Insya Allah kita bisa ketemusama temen2 semua.

Oya Mas Bhe, bulletinnya makin asyikya... Waktu kita chatting melalui ‘yahoomassanger’ aku sdh utarakan ttg bulletinkita itu yg semakin OK (hehehe seringchatting berduaan nih?) Tapi aku belumbaca tulisan di akhir lembaran bulletin...yang judul nya “Menyapa Angin”…

Wah…yang jelas kita masih butuh lhobacaan seperti yg ada di Bulletin 78... bisabernostalgia, bisa juga nambah ilmu.

Oya.. titip pesan dong buat Sinyo.. Akuyakin bener gak pernah dpt sms dari Sinyo.Jadi saya minta maaf deh kalo tdk membalassms-nya. Semoga bisa ketemu di reuninanti.

Salam,Poh Izziah Hasan

Sore Mas Bud... Makaciiiihhh yaundangannya...

Oh ya... kalau dilihat di Undangan... acaradimulai dari tanggal 15 ya... wah sorry, sayagak tahu... sehingga baru bisa sampaijakarta tgl. 16. Apa bisa kami diberi infoagenda dan tempat acara, sehingga padasaat kami sampai jakarta pada jam tertentudapat langsung menuju ke lokasi.

Ocree..... sekali lagi makasih ya.... salamuntuk semua...... met jumpa....

rgtdendang rahayu

Mas Bud....aiiiii..... soorrryyyy ada yang kelupaan

nich......Bagaimana kalau pas ketemuan Reuni

Nasional , kita Pask 78 ada kostum/atributkhusus atau topi... pasti asyik dan lebihkompak ya... atau emang udah dipikirkan...wah... semakin pingin cepet ketemu nich...serrrruuuuuuuuu...

salam,endang rahayu

Ya betul, pas Reuni Nasional asyik jugaada atribut khususnya, kalau kaos di cap’78 gitu gimana? dikasih tulisan apa gitukan OK banget ya? cuma siapa yg mauduluan nyawer? Wong Hotel dan lain-lainnya belum kepikir habisnya berapa,apalagi kaos, begitu Boss.

Please deh, jangan Topi donks. Panrambut kita sasakan neh? (apa bikin modelbaru buat yang rambutnya sasakan, tengah-nya topi dibolongin? he..he) Kalau identitasdiri semacam PIN, kayaknya mas Bhe sudahmikirin koq.

All the best,Saras

Hayooo Nung, datang ya... Tadi Herdeman telpon aku, minta itiner-

ary, serta Ida Sumut juga minta itinerary. Mudah-mudahan dengan email ini semuamembaca dan tolong di-forward ke yg tidakpunya email atau malas buka email deh.

Trus Endang, tolong SMS Angan donk,suruh bawa peralatan sasak rambut, jepitdan alat make-up, pan kita mau masukIstana kan? Dan Angan kan tukang paespenganten, siapa tahu kita yang cewe-

EMAIL YANG BERSELIWERAN ANTAR WARGA 78 INI TERJADI MENJELANGREUNI. LIHATLAH BAGAIMANA MEREKA SUDAH KEBELET KETEMU...

Edisi September 2008 63

Bulletin Paskibraka ’78

cewe dipakein make up penganten jawa?eh... yang ada penganten NTB kali ya?Atau kalau pake sarung doang jadipenganten sunat ya bo ?

O ya, FYI, angkatan laen belum tentu bisamasuk Istana lho. Kalau kita bisa masukistana, artinya kita dapat undangan dan iniadalah usaha yang luar biasa untuk bisamendapatkannya dari teman-teman semua.Artinya lagi, Paskibraka 78 masih adaharganya di mata protokoler istana (yakan?)

So, please come to Istana together(jowone: Hayuuu mlebu omahe rojo rame-rame). kita akan potret-potretan di istanaseperti dulu (bawa camera donk, masanebeng melulu dari dulu???) tentunyadengan baju Nasional (cewenya danJas+dasi untuk cowonya), bukan bajuPaskibraka lagi kan ya?

HAYOO PASKIBRAKA ’78, RAPATKANBARISAN. SAYA PERLU KEDATANGANANDA, KARENA SAYA PERLU ANDA.TANPA ANDA, SAYA TIDAK BISA REUNI. UNTUK APA SAYA REUNI KALAU ANDATIDAK HADIR PADA REUNI KALI INI?

All the best and please come to ourreunion. Mudah-mudahan Allah memberikanhidayah untuk kita semua angkatan 78yang akan ber kumpul bersama, Subha-nallah...

Regards,Saras Aich... sorrrryyy... aku gak kepikiran lho...

klo rambut temen-temen pada sasakan... wahpasti okey sekali, apalagi Jeng Saras yangdalam memory-ku agak TOMBOY dan Gesitluar biasa... ha... ha... ha... (sorry ya JengSaras)... wah jadi pingin segera jumpadarat nich... biar gak hanya bayangin wajahtemen temen di usia kepala 4.... eh... bolehgak, kami di daerah minta info acara yangbakal digelar... formil or santai... dan... dresscode apa yang sebaiknya kita pakai apalagiada acara ke Istana... ha... ha... ha... biar

tidak salah kostum, walaupun saya yangdari daerah yo tetep “KAMSO” ha ha ha....

Oh ya... kalau PIN udah dipikirin ya...siiippppplah.., nanti aku bawaain selendangyang ada bordirnya dari Yogya.

cayoooooo,endang

Alhamdulillah, akhirnya kita-kita diundangjuga ke Omahe Rojo-Rojo (pake istilahnyaSaras ). Insya Allah, pokoke didoakeunaja... pakaian nasionalnya nggak mestinganggo “JARIK MLIPIT” kan?

SalamNunung

Ha... ha... ha... JARIK MLIPIT? Aku koqkuatir ya, kalau pada pakai Jarik Mlipit,nanti pas di Istana mengikuti UpacaraDetik-detik Proklamasi, terus keblet pipis,apa nggak repot ya? Hi... hi... hi...

Kalau orang Yogya sih, begitu pakai jarit,terus kalau mau Pipis, nggak pakai ndodoklagi, terus aja berdiri langsung Jaritnyadiangkat sedikit dan mak sssseeeerrrrrrrrewes ewes... bablas angine... he...he..he...

Saras

sore temans.....besok tgl. 15 Agt 2008.... aku tidak ada

ditempat... jika ada berita yang URGENTdan heboh... mohon via SMS ya...

makaciiiiiiihhhhhh & met jumpa darat diJakarta tgl. 16.

calammmmmmmmendang

Ha ha ha... setuju... HHHHHH... (bablasH-nya ya Nung)

Pancen kalau rambut sasakan ya angeltenan, di kasih topi kok mlembung, namanyajuga susuh manuk, hue...heee....he.....

O ya, sebagai gambaran untuk BuEndang Rahayu Tapan, saya tidak tomboydan jauh dari gesit. Badan saya sudahlueeebaaaarrrrr, nanti saya akan bawa baju

64 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Paskibraka saya, akan saya tunjukkanpada dunia Paskibraka 78, bahwa bajuseragam Paskibraka saya yang dulu itu,saat ini sudah pas betul dengan JARI sayasaja, badan saya sudah betul-betul di luarseragam itu!!!!!

Jadi Saudara-Saudara, dengan ini sayaoemoemken, nama saya sebetulnya sudahganti ya, menjadi Saraswati Sulebar.

All the best,Saras

ya berangkat ke Jakarta. Kamu bertemusebentar dengan teman-teman terus mala-mnya pulang ke rumahmu menemani anak-mu. Siangnya kamu bisa bertemu lagikangen-kangenan. Tapi jika kondisi anakmutidak membaik, sebaiknya jangan berangkatke Jakarta.

(Poh punya rumah di Bintaro, Jakarta dimana anak pertamanya tinggal di situ.Izziah lalu mencoba mengikuti saran Budi).

Baik mas Bhe. Aku lihat kondisi anakkubesok. Doakan ya biar anakku sehatsehingga aku bisa datang ke reuni 78.

(Akhirnya kondisi anaknya membaik danIzziah bisa hadir di reuni 78, walaupun tgl17 Agustus tidak ikut upacara di istanakarena harus mengasuh anaknya).

Daniel Pakasi Opname(Tgl 17 Agustus Daniel Pakasi menelepon

ke Budi)Budi, sorry sekali aku nggak bisa datang

ke reuni, karena saat ini masih opname.Maagku yang kronis kambuh sehinggasudah seminggu ini aku terpaksa tidur dirumah sakit dan hari senin (18 Agustus)harus endoskopi untuk mengetahui perkem-bangan penyakitku.

Aku ikut senang atas reuni ini, semoga

Oka Udah Kebelet..Budi aku tanggal 14 sudah di Jakarta,

mbok reuninya dicepetin waktunya biar kitasegera ketemu, udah kebelet nih liat mukateman-teman kamsoku dulu. Aku mau napaktilas ceritera 30 tahun yang lalu, nengokadik2, ke PHI, jalan-jalan ke Senen, LubangBuaya, Taman Mini dan lain-lainnya.

(Terdengar tawa Oka yang renyah, menun-jukkan semangat untuk berkumpul)

Izziah Bingung(Tanggal 15 Agustus malam Izziah telepon

ke Budi)Mas Bhe, aku bingung banget nih, anakku

yang paling kecil sakit panas. Padahalsemuanya sudah siap, baik tiket maupunpakaianku dan anakku sudah masuk kopertinggal berangkat. Tapi kalau aku paksakanberangkat terus di Jakarta anakku nggakada yang menemani. Aku bingung nihpadahal aku pengin banget ketemu teman-teman semua.

(Suara Izziah menahan tangis. Lalu Budimenjawab).

Ya sudah sekarang bawa anakmu kedokter, jika besok kondisinya sudah mem-baik dan suamimu serta dokter mengizinkan

wadoowwww, ruamee ne rek, ini belumketemu palagi kalo ketemu... ssstt jangan dibayangin dulu! Aku setujuh (saking setuju-nya sampe kebablasan H), apa kata JengEndang (=dress code dan penginapanYARWE). Aku tunggu info selanjutnya, ntarnyampe tanggal 16 Agustus langsung njujukdi mana?

Yoo wis, selamat berjuang sahabat semuasemoga pertemuan kita nanti lancar... Amin.

Nunung

Telepon dan sms Menjelang/Saat Reuni

Edisi September 2008 65

Bulletin Paskibraka ’78

kita bisa segera ketemu di lain kesempatan.Bud tolong HP-mu berikan ke yang lainkarena aku ingin ngomong sama teman-teman yang lain.

(Maka beredarlah HP Budi ke teman-teman yang lain sampai Daniel Pakasiselesai bicara dengan seluruh Bala 78).

Wenda Dapat MusibahSalam 78,Maaf aku tidak jadi datang dan ikutan

reuni bareng kalian, karena eyangkumeninggal dalam usia 98 tahun saat akumau berangkat ke Jakarta, 15 Agustus. Jaditerpaksa kubatalkan tiketku.

Selamat reuni, semoga sukses.Wendalinus Nahak

Salut dari Mbak IsAdik2 78, bulletin anda keren abis,

salut atas kekompakan angkatan 78.Mbak iri deh tapi bangga mempunyaiadik-adik yang aktif dan kreatif, penuhdedikasi tanpa pamrih mengangkat sertamemikirkan bagaimana kelanjutan nasibmantan putra putri terpilih mengembantugas nasional.

Oh iya dik aku sudahterima undangan ReuniPaskibraka Nasional.Tapi koq dialamatkanke Bapak BudiharjoPurna 68 dinas di PMD.Sejak kapan ya mbakganti kelamin danpekerjaan he he he...

Salam dari mbak diKalimantan,

Istiyantini BudiharjoPaskibraka ’68

Ikbal ”Mantu” Ponakan(Ikbal menelepon tgl 17 setelah Opul

kirim sms untuk memastikan apakah bisadatang tgl 18 Agustus)

Pul, saya minta maaf karena tidak bisadatang ke reuni. Tadinya saya sudahberusaha, paling tidak hadir tgl 18 Agustus,tapi ternyata tidak bisa. Saya ada diJombang untuk menghadiri pernikahananak abang saya. Acaranya penuh daritanggal 15 sampai 19 Agustus. Jadi sayatidak bisa nyelonong ke Jakarta sebentar.

Pasti reuninya rame ya, berapa orangyang hadir? Dua puluh satu? Hebat! Kaliandi Jakarta memang hebat! Bikin lagi reunitahun depan, aku pasti datang!

Ikbal Mahmud

(sms ini diterima beberapa harimenjelang Reuni Paskibraka Nasional.Panitia salah menuliskan alamat disampul undangan yang dikirimkan. Tapimbak Is akhirnya datang juga ke reunidan dapat berkumpul dengan teman-temannya angkatan 68. Mbak Is berbajupink dan berkerudung)

66 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Paguyuban Paskibraka 1978 mengucapkan:

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhandan

Selamat Hari Raya Idul Fitri1 Syawal 1429 H

Mohon Maaf Lahir & Bathin

Dengan upaya keras, kami di PaguyubanPaskibraka 1978 mencoba menerbitkan bu-letin ini dengan kemampuan terbatas. Agarpenerbitannya langgeng, mohon agar teman-teman membantu. Tak perlu besar, berapapun nilainya akan sangat berarti bagi keber-samaan kita. Titipkan bantuan di rekeningberikut, dan kirim pemberitahuannya melaluiSMS.

No. Rek. 765 0283 222Budiharjo Winarno

BCA KCP Depok Asri

BERAT SAMA DIPIKULSumbangan Masuk:– Saldo edisi Okt 2007 ........ 300.000

– Donatur 1 ........................... 300.000

– Donatur 2 ........................... 100.000

Total ....................... 700.000

Uang Keluar:Buletin Juli/Agst 2008 ........... 980.500

Saldo .................. (280.500)

LAPORAN KEUANGAN

Izziah Hasan > [email protected] atau [email protected] Jwarson > [email protected] Insamodra > [email protected] > [email protected] Sudradjat > [email protected] Mulyadi > [email protected] Saddewo > [email protected] djo Winarno > [email protected] Azram > [email protected] Rauf > [email protected] Rahayu > [email protected] Saraswati > [email protected] Restuwanti > [email protected] Sutrisno > [email protected]

Alamat e-Mail Paskibraka ’78

Ingin gabung dalam milisdan saling berkomunikasidengan Purna Paskibraka

seluruh Indonesia?

Kirimkan biodata lengkapuntuk registrasi ke:

[email protected]

Edisi September 2008 67

Bulletin Paskibraka ’78

Mahruzal MY (Aceh): Jl. Sultan Alaidin Johan-syah No.5 (Wartel Singgah Mata), Desa NeusuAceh, Kec. Baiturrahman, Banda Aceh. HP.0811683848.Izziah (Aceh): Jl. Jend. Sudirman 41A, GeuceuIniem, Banda Aceh. HP. 08126988678.Syaiful Azram (Sumut): Pondok Tirta MandalaBlok E4 No. 1, Depok 16415. Telp. 021-8741953.HP. 08161834318.Aida Sumarni Batubara (Sumut): Jl. Bajak2H, Komp. ITM No. 114H, Medan Amplas,Medan. HP. 081361482269.Masril Syarif (Sumbar): Jl. Berlian 78B, PadangBesi, Lubuk Kilangan, Kota Padang. Telp. (Rmh)0751-202842, (Ktr) 0751-202113. HP:08126766053.Azmiyati Aziz (Sumbar): Jl. Adinegoro Km 14,Komp. Kharismatama Permai Blok G no. 9 bt.Kabung Ganting, Padang. Telp. HP.081374912469(Alm) Auzar Hasfat (Riau): Jl. Tasykurun 44Pekanbaru.Muhammad Iqbal (Jambi): Jalan Kapodang8 No.132 Kotabaru, Jambi. Telp. 0741-42636.HP. 08127860498.Sambusir (Sumsel): Bumi Satria Kencana, Jl.Saddewa Raya Blok 43 No.6/29, Bekasi 17144.Telp. 021-8845215. HP.08568586045.Tatiana Shinta Insamodra (Lampung): Jl.Mesjid No. 88 Kemang, RT 01/07, Jatiwaringin,Pondok Gede, Bekasi 17411. Telp. 021-8464430. HP. 085691909089.Amir Mansur (Jakarta): Jalan S. Brantas RT07/01 No. 235 Cilincing, Jakarta Utara 14130.Telp. 021-4407865. HP. 08159073987.Saraswati (Jakarta): PT Nugra Santana,Wisma Nugra Santana Lt.3 J. Jendral SudirmanKav.7–8 Jakarta 10220. Telp. (K) 021-5704893/5/7, Fax. 021-5702040. HP.0811997659.

Mereka yang Telah Ditemukan...

Yadi Mulyadi (Jabar): Jalan Raya WarungJaud No.14 RT 03 RW XI Kaligandu Selatan,Serang 42151. Telp.0254-208301.HP.08129078369.Arita Patriana Sudradjat (Jabar): Jl. MandarXIV Blok DD3 No.1, Bintaro Jaya Sektor 3A,Tangerang 15225. Telp. 021-7359763. HP.0816933910.Budihar djo Winarno (Yogya): Gema PesonaBlok AM/7 Depok 16412. Telp. 021-77822421.HP. 0818866130.Endang Rahayu Tapan (Yogya): Jl. JlagranNo. 115 Yogyakarta. Telp. 0274-583063.Budi Saddewo (Jateng): Jl. PangandaranRaya 53, Bumi Bekasi Baru 1 Utara, Bekasi17115. Telp. 021-8217863. HP.08127116960.Sonny Jwarson (Jatim): Pondok SuryaMandala Blok G1 No.14 Jakamulya, Bekasi17146. Telp. 021-8213430. HP.0818416650.Rahmaniyah Yusuf (Jatim): Jalan Sri Rejeki IINo.17 Semarang 51040. Telp. 024-7607724. HP.081325036035.I Gde Amithaba (Bali): Jalan Palem Hijau 3No.19, Taman Beverly Lippo Cikarang 17550.Telp.021-89908203. HP. 0816972827.Oka Saraswati (Bali):Jl.Seruni No.4C,Denpasar. Telp. 0361-226130. HP. 0816572742.Wendalinus Nahak (NTT): Jl. Soekarno-HattaNo.7 Atambua. Telp. 0389-22297. HP:085239461488.Maskayangan (NTB): Jl. Panji Tilar Negara 118Mataram. Telp. 0370-634343. HP. 0817367185.Syarbaini (Kalbar): Jl. Kom. Laut Yos Sudarso,Perumnas II Gg Matan II No.18, RT 03/XXXIIIPontianak 78113. Telp.0561-770270. HP.08125789688.Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar): Antilop MajuJatibening I, Jl. Merapi 116, Bekasi 17412. Telp.021-8471948. HP. 08561068417.

INFO ALAMAT PASKIBRAKA 1978

68 Edisi September 2008

Bulletin Paskibraka ’78

Suhartini (Riau): Jl. Pembangunan 2 SelatPanjang,Ellyawaty Hasanah (Jambi): Jl. Merdeka 43Kuala Tungkal.Nilawati (Sumsel): Jl. Yos Sudarso, RT V No.5, Telaga Jawa, Lubuk Linggau.Iskandar Rama (Bengkulu): Jl. MH. Thamrin32 Curup.Ernawati (Bengkulu): Jl.Dwi Tunggal 30 Curup.Akrom Faisal (Lampung): Kampung Baru,Tanjung KarangSalamah Wahyu (Jateng): ---------Mahzur (NTB): --------Trice De Bora Bria (NTT): Kp. Tanah Merah,

Mereka Harus Terus Dicari...

Fridhany (Kalteng): Jl. HM Arsyad XXXVI BlokD No.7 Sampit. Telp. 0351-22256.Herdeman (Kalteng): Jl. C. Bangas G. DikariNo.1 Palangkaraya 73111.Rahmawaty Siddik (Kaltim): (R) Jl. Maduning-rat Gg Family RT XX No. 39 Kampung Melayu,Tenggarong. (K) Dispenda Tk II Kutai, Jl. Jend.Sudirman Tenggarong, Kaltim.Nunung Restuwanti (Kalsel): Jl. KampungBaru RT XV/74 Murung Pudak, Tabalong 71571.Telp. 0526-2021275. HP 08125111421Redhany Gaffurie (Kalsel): Jl. SutoyoSiswomiharjo, Gg.20 Komplek Purnasakti JalurU/8 RT 40 Banjarmasin 70245. HP.081348162999.Daniel P akasi (Sulut): Jl.KS Tubun No.6(Belakang Harapan Motor), Calaca, Manado.

Telp/HP. 0431-3327366.Deetje Saroinsong (Sulut): Jl. 2 Mei No.77,Teling Atas, Lingk. III, Manado.HP. 0813 408 222 9Sinyo Mokodompit (Sulteng): Jl. Magamu 99AToli-Toli, Telp. 0453-23090. HP. 081335446567.M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra): Jalan SedapMalam No. 31, Taman Yasmin Bogor 16310.Telp. 0251-315534. HP.081310559578.Halidja Husein (Maluku): Kompleks DitjenPerla Blok B/14 Kramat Jaya, Jakarta 10560.Telp. 021-4415269. HP. 08161645571.Johny Ronsumbe (Irja): Kompleks SD InpresKomba. PO BOX 292 Sentani Jayapura. HP.085254136057.Welly Tigtigweria (Irja): d/a Rindam 7 Trikora,Ifar Gunung, Jayapura.

Atambua.Frederick Bid Lie Pang (Kaltim): Asrama DonBosco, Jl. Sudirman 59 Samarinda.Diyah Palupi (Sulteng): Mess BayangkaraNo.2 Toli-toli.Sri Diana Saptawati (Sultra): Komp. SukarajaI WPA E5 Lanud Husein Sastranegara,Bandung.Ridwan (Sulsel): Jl. Andi Mallombasang,Sungguminasa.Hafsah Dahlan (Sulsel): Jl. Baji Minasa 17HJaneponto.Patty Nehemia (Maluku): Kudamati SK 29No.40 Ambon.

Idik Sulaeman : Jalan Budaya (KemanggisanIlir 5B) No.2 Jakarta Barat 11480. Telp. 021-5480217. HP. 08161413465.Slamet Rahardjo : Jl. Pulau Belitung 3/99,Perumnas III, Bumi Setia Mekar, Bekasi Timur17111. Telp. 021-8814475. HP.081310090903Marsda (Purn) Sutrisno : Bukit Kencana 3,Blok AV 8 Jati Rahayu, Pondok Gede,Bekasi 17414. Telp. 021-84993658. HP.08129901973.

Mayjen TNI Albert Inkiriwang : Jl. Mesjid I/8Pejompongan, Jakarta Pusat 10210. Telp. 021-5706340.Irjen (Pol) Drs. Jusuf Mucharam : JalanDadali II No. 2 Bogor Telp. 0251-7250878. HP.0811111066.Irjen (Pol) Drs. Adrian Daniel : • Jalan Bonang25 Menteng, Jakarta Pusat 10320. •• Jl. Kerta-jaya Indah 6 No.7 Blok F 325 Suarabaya. • HP.081510050018

Pembina & Danpas

Edisi September 2008 69

Bulletin Paskibraka ’78

LEN

GK

AP

— M

eski

han

ya b

isa

diha

diri

21

oran

g, k

ehad

iran

Pas

kibr

aka

1978

dal

am R

euni

Pas

kibr

aka

Nas

iona

l 200

8 m

enja

dile

ngka

p de

ngan

ked

atan

gan

Pem

bina

dan

ked

ua K

oman

dan

Pasu

kan.

Ber

diri

dar

i kir

i: H

erde

man

, Rit

a, E

ndan

g, F

ridh

any,

Sar

as, E

tty,

Aid

a, P

ak R

angg

ani,

Kak

Adr

ian

Dan

iel,

Kak

Jusu

f Muc

hara

m, H

alid

ja, A

ngan

, Oka

, Nun

ung

dan

Sonn

y. D

uduk

dar

i kir

i: M

asri

l, Ya

di,

Ilha

m, S

yaifu

l, B

udih

arjo

, Kak

Idik

, Am

ir, C

helly

, Izz

iah,

dan

Mah

ruza

l.