buletin litbang bappeda kota palangka raya edisi 09

56
DESEMBER DESEMBER 2013 2013 EDISI 09/TAHUN V/2013 MENGHIDUPKAN KEMBALI PESONA TANGKILING DENGAN JELAJAH GEOTREK KAJIAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI KOTA PALANGKA RAYA 2014-2023 Foto : Jalan Lingkar Luar Foto : Jalan Lingkar Luar Bappeda Kota Palangka Raya

Upload: mellianae-merkusi

Post on 04-Dec-2014

1.328 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

DESEMBERDESEMBER 20132013

EDISI 09/TAHUN V/2013

MENGHIDUPKAN KEMBALI

PESONA TANGKILING

DENGAN JELAJAH GEOTREK

KAJIAN KEMAMPUAN MANAJERIAL

KEPALA SEKOLAH

PENYUSUNAN MASTERPLAN

PEMBANGUNAN EKONOMI

KOTA PALANGKA RAYA 2014-2023

Foto : Jalan Lingkar LuarFoto : Jalan Lingkar Luar

Bappeda Kota Palangka Raya

Page 2: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

s yukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang oleh

rahmat dan bimbingan-Nya maka Buletin

Litbang edisi 9 dapat diselesaikan pada

waktunya. Sumber artikel yang mengisi edisi ini

merupakan kegiatan kajian yang dilaksanakan oleh Bappeda

Kota Palangka Raya dan Dinas Pertambangan dan Energi

Kota Palangka Raya. Kami sadari bahwa kemungkinan masih banyak kegiatan lain

yang dilaksanakan oleh SKPD di jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya yang

dapat dimasukkan dalam Buletin Litbang ini. Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan informasi atau masukan untuk melengkapi Buletin ini.

Edisi ke-9 ini mengulas hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Dinas

Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya tentang potensi wisata geotrek di

Bukit Tangkiling. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung visi

Pemerintah Kota Palangka Raya untuk menghidupkan wisata, khususnya wisata

alam. Selain itu, disajikan juga kerjasama survei potensi air tanah yang merupakan

kerjasama antara Pemerintah Kota Palangka Raya dengan Badan Geologi Bandung.

Kegiatan kajian yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Palangka Raya yang dapat

disertakan dalam Buletin edisi 9 ini adalah Kajian Kemampuan Manajerial Kepala

Sekolah dan juga Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka

Raya 2014—2023. Beberapa kegiatan kajian yang juga dilaksanakan dalam Tahun

Anggaran 2013 ini belum dapat ditampilkan dalam edisi ini karena keterbatasan

waktu dan akan dimasukkan dalam edisi berikutnya.

Kami senantiasa menyambut baik semua masukan dan saran positif untuk

perbaikan mutu Buletin Litbang ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga

buletin ini dapat memberikan manfaat dan selamat membaca!

KEPALA BAPPEDA KOTA PALANGKA RAYA

H. RAHMADI HN Pembina Tingkat I

NIP. 19590518 198603 1 013

1

Page 3: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Kata Pengantar …………………………………………………... Daftar Isi ……………………………………………………………... Menghidupkan kembali Pesona Tangkiling dengan Jelajah Geotrek ………………………………………. Kajian Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah di Kota Palangka Raya ………………………………………... Survei Potensi Air Tanah di Wilayah Kota Palangka Raya ………………………………………..…... Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014-2023….. Pembelajaran dan Pemanfaatan Alat-Alat Analisis P3BM ……..………………………………. Workshop Perencanaan Motivasi Pembangunan MSDM ….……………………………………..

1

2

3

9

22

32

43

51

2

TIM PENYUSUN :

H. Rahmadi HN

Penanggung Jawab

Martina, SH, M.Si

Redaktur

Drs. Sernus Penyunting/Editor

Kristhine Agustine, SE Penyunting/Editor

Roysart Alfons, ST, MT, MSc

Penyunting/Editor

Suzi Emilia Rahmah, SP Desain Grafis

Nensianie, SP, M.Si Desain/Grafis

Immanuel Yuwana Yakti, ST

Fotografer

Edy Oktora Hanyi, ST

Sekretariat

Page 4: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

"Memandang alam dengan pengertian akan membuat kita lebih takjub“ (Albert Heim, 1849-1937, Ahli Geologi Swiss)

T ravelling dalam rangka berwisata saat ini sudah merupakan bagian dari gaya hidup

manusia modern. Setiap orang selalu memimpikan berwisata ketempat-tempat yang memiliki keindahan atau bahkan keunikan berbeda dari daerah lain. Pada dasarnya berwisata adalah cara manusia untuk dapat menikmati hidup dengan sejenak meninggalkan rutinitas kesehariannya dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang mampu menghapus rasa jenuh.

Palangka Raya, salah satu Kota di Kalteng dengan luas hampir 2.678,51 km2 merupakan kota dengan keindahan alam yang beragam. Kawasan hutan yang diselingi dengan alur-alur sungai nan indah merupakan beberapa keindahan alam yang mudah ditemui di wilayah ini. Pemandangan alam khas pulau Kalimantan tersebut saat ini telah mampu menjadi daya tarik bagi kegiatan wisata di Kota Palangka Raya. Keindahan alam Palangka Raya yang mempesona tersebut telah menjadi andalan wisata di kota yang terkenal dengan sebutan

Bumi Tambun Bungai ini. Namun apakah hanya dua hal tersebut

yang dapat dijadikan destinasi wisata di kota ini? Menurut saya tidak. Bagi Anda yang telah lama bermukim di Palangka Raya mungkin masih ingat, jika dahulu kota ini memiliki kawasan wisata yang menjadi favorit masyarakat untuk berkunjung dan menikmati libur akhir pekannya. Kawasan Taman Alam Bukit Tangkiling yang berada di Kecamatan Bukit Batu, dahulu merupakan salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal atau bahkan para wisatawan dari luar daerah. Kawasan yang menawarkan keindahan perbukitan granit ini menjadi tujuan favorit wisatawan pada dekade tahun 90-an. Namun saat ini kawasan Tangkiling seperti mati suri karena minimnya pengembangan dan akibat maraknya pertambangan batu ilegal.

Kawasan Bukit Tangkiling merupakan lokasi yang memiliki potensi wisata alam yang lama ‘tertidur’ karena tidak dikembangkan secara serius. Sisa-sisa keindahan alamnya masih dapat kita temui hingga sekarang. Berjarak + 30 km dari kota Palangka Raya kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan darat selama hampir 30 menit. Total ada 9 bukit yang saling berdekatan di kawasan ini. Masing-masing bukit memilki keunikan dan

3

Oleh : Muhammad Alfath, ST,MT (Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya)

Page 5: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

keistimewaannya sendiri. Bahkan bermacam legenda menghiasi keunikan geologi yang ada di perbukitan ini.

Berbagai keunikan geologi yang ada saat ini dibeberapa tempat masih dapat kita temui. Selain keunikan geologinya, beberapa lokasi menawarkan spot-spot keindahan alam dari puncak-puncak bukit. Dalam perjalanan menuju puncak bukit (salah satunya puncak Tangkiling), kita akan disuguhi berbagai keunikan geologi yang didominasi batuan granit yang muncul di sekitar jalur menuju puncak bukit. Keunikan tersebut mestinya dapat dijadikan daya tarik wisata di kawasan perbukitan ini. Keunikan geologi yang ada di perbukitan Tangkiling merupakan salah satu potensi wisata yang belum dimaksimalkan oleh Pemerintah maupun pelaku wisata lainnya.

Dari kegiatan survei dan pendataan yang telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya sepanjang tahun 2013, ditemukan banyak spot keunikan geologi di kawasan ini. Spot-spot ini berpotensi

dijadikan rangkaian jalur wisata jelajah alam. Wisata alam yang dimaksud adalah dengan menonjolkan keunikan geologi batuan yang ada di kawasan ini. Wisata jelajah alam seperti ini banyak dikenal dengan istilah geowisata atau geotrek.

Apa yang dimaksud dengan geotrek? Geotrek pada dasarnya merupakan alternatif pengelolaan wisata berbasis pemanfaatan sumberdaya alam secara aman dan lestari. Melalui geotrek diharapkan dapat menanamkan pemahaman kepada peserta jelajah geotrek bahwa gejala-gejala kebumian, budaya dan sejarah itu perlu dipelihara untuk pembelajaran. Obyek yang umumnya digunakan sebagai sarana geotrek adalah dari lokasi-lokasi di laut hingga puncak bukit atau gunung beserta isinya. Secara umum pengembangan geotrek harus berprinsip terhadap 4 hal, yaitu : (1) dapat meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di lokasi yang dijadikan jalur geotrek, (2) mampu melibatkan masyarakat lokal, (3) dapat memberikan

4

Puncak Bukit Tabala View dari puncak Tangkiling

Puncak Bukit Tangkiling Batu Susun

Foto-foto spot lokasi keunikan geologi di kawasan Perbukitan Tangkiling Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota Palangka Raya, 2013

Page 6: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

kontribusi positif bagi konservasi warisan alam dan budaya setempat, (4) harus sensitif secara budaya, dan terakhir (5) mampu memberikan pengalaman lebih menyenangkan bagi peserta.

Jika kita cermati seluruh prinsip pengembangan geotrek di atas, maka kawasan Bukit Tangkiling sudah dapat masuk dalam ke lima prinsip tersebut. Untuk prinsip pertama mengenai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini, dengan adanya kegiatan jelajah alam geotrek diharapkan dapat mengurangi dampak negatif, salah satunya adalah mengurangi kegiatan pertambangan ilegal yang ada saat ini. Mulai berkembangnya kegiatan wisata akan memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa lingkungan di sekitar kawasan harus dijaga agar wisatawan tetap dapat datang di kawasan tersebut.

Prinsip yang kedua terkait pelibatan masyarakat lokal, dengan adanya kegiatan

geotrek di kawasan perbukitan Tangkiling ini maka diharapkan masyarakat sekitar kawasan dapat terlibat dalam rangkaian kegiatan wisata geotrek. Sebagai contoh, masyarakat dapat menjadi bagian dari kegiatan wisata dengan menawarkan berbagai cinderamata khas masyarakat setempat, atraksi budaya lokal atau menjual berbagai makanan khas tradisional. Prinsip kedua ini juga berkaitan dengan prinsip ketiga dan keempat, yaitu memberikan kontribusi positif terhadap warisan alam dan budaya serta sensitif secara budaya.

Sementara terkait prinsip yang ke lima yaitu mampu memberikan pengalaman menyenangkan terhadap peserta, hal ini pada dasarnya berkaitan dengan paket yang akan ditawarkan dalam pengembangan geotrek di kawasan ini nantinya. Dari yang telah tim Distamben Kota Palangka Raya lakukan selama pendataan, pengembangan kawasan geotrek di

5

Foto kegiatan pertambangan ilegal yang mengancam beberapa spot keunikan geologi di kawasan perbukitan Tangkiling

Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota Palangka Raya, 2013

Foto beberapa spot lokasi keunikan budaya yang berada dalam kawasan perbukitan Tangkiling Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota Palangka Raya, 2013

Page 7: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

kawasan ini harus dibagi dalam 3 level peserta di mana disesuaikan dengan medan jelajah gotrek yang ada. Level tersebut adalah : level pemula dengan jalur landai, level menengah dengan jalur sedikit menanjak, dan terakhir level jalur menanjak. Masing-masing level ini disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta. Setiap level pada prinsipnya tetap menawarkan hal-hal yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar geotrek sebagaimana telah dijabarkan tadi. Namun poin terpentingnya adalah, setiap level akan memberikan pengalaman baru bagi

peserta jelajah geotrek ini.

Geotrek di Daerah Lain Beberapa daerah di Indonesia telah mulai

mengembangkan kegiatan geotrek sebagai salah satu wisata unggulan, salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat dengan berbagai keunikan geologinya dari laut hingga pegunungan, saat ini telah mengembangkan geotrek sebagai salah satu jenis wisata jelajah yang populer. Geotrek di kawasan ini sebagian besar dijalankan oleh pihak-pihak swasta yang

6

Foto kegiatan geotrek di Jawa Barat yang diikuti oleh pelajar dan mahasiswa. Kegiatan ini menjadi bagian dalam pembelajaran mengenai ilmu kebumian di lapangan.

Sumber foto : Pusdiklat Geologi, Bandung

Foto infrastruktur berupa papan informasi yang

disediakan pemerintah setempat dan pengelola

jelajah geotrek di beberapa daerah di luar negeri.

Sumber foto : Pusdiklat Geologi, Bandung

Page 8: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

bekerjasama dengan pihak-pihak agen perjalanan wisata. Sebut saja paket jelajah di kawasan Puncak Pasir Pawon, geotrek di Tangkuban Parahu, hingga geotrek di sepanjang sungai-sungai di wilayah Jawa Barat. Kegiatan geotrek di daerah ini menuai sukses, karena banyak diminati oleh para pelajar dan mahasiswa. Melalui geotrek para pelajar dan mahasiswa selain dapat berwisata di alam bebas, kegiatan ini juga mampu menjadi sarana belajar ilmu kebumian di lapangan secara langsung (menjadi kampus lapangan) bagi para pelajar. Dengan kegiatan jelajah geotrek ini dapat dijadikan langkah awal memperkenalkan keragaman bumi, sejarah dan budaya kepada para pelajar, komunitas dan masyarakat umum. Potensi Besar Wisata di sekitar Perbukitan Tangkiling

Bagaimana dengan kawasan Tangkiling? Dari pendataan dan pemetaan kawasan yang telah tim Distamben Kota lakukan, kawasan ini ternyata banyak memiliki keunikan geologi dan budaya yang sangat kaya. Spot-spot keunikan geologi yang dimiliki kawasan ini ternyata cukup menarik jika dikelola menjadi sebuah destinasi wisata dalam kegiatan geotrek. Berbagai keunikan penampakan batuan yang asal usulnya dapat dijelaskan menurut ilmu kebumian/geologi, beberapa di antaranya juga memiliki cerita legenda yang menarik bagi wisatawan. Sebagai contoh kenampakan batu Banama yang menurut legenda adalah sebuah kapal yang terpecah, dalam ilmu geologi dapat dijelaskan sebagai dampak proses pelapukan batuan selama ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Kedua hal tersebut (sisi legenda/cerita rakyat dan sudut pandang saintis) jika kita perhatikan merupakan dua hal yang sangat berbeda. Yang satu merupakan bagian dari budaya dan cenderung merupakan dongeng di masyarakat sedangkan satunya merupakan disiplin keilmuan dan cenderung berdasarkan logika pengetahuan, namun keduanya dapat saling mengisi sehingga menjadi satu bagian yang menarik untuk diketahui para pengunjung. Poin inilah yang akan menjadi bagian penting dalam pengembangan wisata geotrek. Dimana hal-hal kenampakan geologi yang menurut masyarakat merupakan legenda atau dongeng dapat pula dijelaskan asal usulnya menurut sudut pandang pengetahuan terutama ilmu geologi sehingga menjadi sebuah pembelajaran bagi peserta geotrek/ wisatawan di lapangan.

Jika melihat dari potensi wisata yang telah ada, pengembangan geotrek di kawasan

ini juga dapat dikembangkan bersama dengan kegiatan wisata yang telah mulai berkembang saat ini, yaitu wisata susur sungai. Dari pendataan yang dilakukan oleh tim, sungai Rungan yang melintas dekat perbukitan Tangkiling juga merupakan bagian dari keunikan geologi yang ada di wilayah ini. Dalam beberapa riset terdahulu, diketahui bahwa Sungai Rungan merupakan salah satu aliran

7

Batu Banama

Batu Rinjing

Kaki Jin di puncak

Bukit Tabala

Foto beberapa lokasi di Tangkiling yang dianggap memiliki legenda bagi kalangan masyarakat lokal

sekitar perbukitan Tangkiling. Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota

Palangka Raya, 2013.

Page 9: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

sungai purba yang mengalir di wilayah Kota Palangka Raya. Keunikan geologi tersebut masih dapat ditemui saat ini, yaitu berupa danau-danau yang berada didekat cekungan/ belokan sungai Rungan yang lazim disebut danau oxbow (oxbow lake). Keunikan proses geologi pada danau-danau tersebut pada akhirnya juga dapat menjadi bagian dalam kegiatan jelajah geotrek yang ditawarkan di sekitar kawasan ini.

Pengembangan geotrek di kawasan ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke kawasan perbukitan Tangkiling secara khusus dan Kota Palangka Raya secara keseluruhan. Dengan program pengembangan wisata geotrek yang tepat dan serius di masa yang akan datang diyakini mampu menambah daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Geotrek sebagai sebuah kegiatan jelajah alam yang mulai banyak menarik minat wisatawan di daerah lain pada prinsipnya dapat pula dikembangkan di kawasan perbukitan Tangkiling. Dengan segala kekayaan geologi berupa keunikan batuan dan budaya yang dimilikinya, Tangkiling semestinya dapat ‘dibangunkan dari tidur panjangnya’ sebagai

kawasan wisata unggulan di Palangka Raya. Namun untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan keseriusan dari Pemerintah Kota Palangka Raya dan stakeholders lain untuk mewujudkannya. Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya sudah memulainya tahun ini. Selanjutnya semoga pihak lain terutama swasta dapat pula terlibat dalam upaya pengembangan kawasan ini menjadi salah satu andalan wisata di Kota Palangka Raya di masa yang akan datang. Semoga.

***

8

Foto keunikan Sungai Rungan dilihat dari atas puncak Bukit Tangkiling (foto atas) dan Perbukitan Tangkiling dilihat dari Sungai Rungan (foto bawah)

Page 10: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Sumber: Laporan Akhir Kajian Kemampuan

Manajerial Kepala Sekolah di Kota Palangka

Raya, Tahun 2013.

K ajian ini dilaksanakan dalam Tahun

Anggaran 2013 oleh Bappeda Kota Palangka

Raya, khususnya pada Bidang Penelitian dan

Pengambangan. Beberapa tenaga akademis terlibat

dalam kegiatan kajian ini, yaitu dari Lembaga

Penelitian Universitas Palangka Raya, sebagai

berikut: Prof. Dr. Joni Bungai, M.Pd (Ketua Tim),

Dr. Berkat A. Pisi, M.Si, Dr. Tonich Uda, M.Si dan

Indra Perdana, S.Pd, M.Pd.

A. Latar Belakang

Salah satu komponen utama yang

menentukan mutu pendidikan adalah pengelolaan

sekolah yang baik, sedangkan pengelolaan sekolah

yang baik memprasyaratkan kompetensi manajerial

kepala sekolah yang mumpuni dan efektif. Kepala

sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru

yang diberikan tugas untuk memimpin suatu

sekolah di mana diselenggarakan proses belajar

mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi

antara guru yang memberikan pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005).

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang

tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan

atas pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat

menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui

prosedur serta persyaratan tertentu seperti: latar

belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat

dan integritas sesuai Permendiknas No. 28 Tahun

2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah.

Paradigma baru manajemen pendidikan

memberikan kewenangan luas kepada sekolah

dalam mengembangkan berbagai potensinya

memerlukan peningkatan kemampuan kepala

sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar

dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi

yang diemban sekolahnya (Arismunandar, 2006).

Secara konsepsional, yang bertanggung jawab

secara mikro atas penyelenggaraan pendidikan di

sekolah adalah kepala sekolah. Kepala sekolah

sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peranan

yang sangat besar dalam mengembangkan kualitas

pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat

9

Page 11: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap

perkembangan pendidikan, suasana kerja yang

menyenangkan serta kualitas profesional guru

banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang

dilakukan oleh kepala sekolah.

Selanjutnya pemerintah telah menetapkan standar

keterampilan kepala sekolah yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13

tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

Madrasah. Dalam kontek manajerial sekolah maka

seorang kepala sekolah dituntut untuk dapat

menjalankan kompetensi sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah

untuk berbagai tingkatan perencanaan;

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah

sesuai dengan kebutuhan;

3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka

pendayagunaan sumber daya sekolah/

madrasah secara optimal;

4. Mengelola perubahan dan pengembangan

sekolah/madrasah menuju organisasi

pembelajar yang efektif;

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/

madrasah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik;

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka

pendayagunaan sumber daya manusia secara

optimal;

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/

madrasah dalam rangka pendayagunaan secara

optimal;

8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan

masyarakat dalam rangka pencarian dukungan

ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/

madrasah;

9. Mengelola peserta didik dalam rangka

penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan dan pengembangan kapasitas

peserta didik;

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan

tujuan pendidikan nasional;

11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai

dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,

transparan, dan efisien;

12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah

dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/

madrasah;

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/

madrasah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan peserta didik di

sekolah/madrasah;

14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah

dalam mendukung penyusunan program dan

pengambilan keputusan;

15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

bagi peningkatan pembelajaran dan

manajemen sekolah/madrasah; dan

16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan

pelaporan pelaksanaan program kegiatan

sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,

serta merencanakan tindak lanjutnya.

10

Seminar Laporan Akhir dipimpin oleh Wakil Walikota Palangka Raya, Dr. Mofit Saptono Subagio

Page 12: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Dengan latar belakang di atas, maka

kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan

suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius

khususnya oleh pemerintah daerah. Evaluasi

kinerja manajerial kepala sekolah, merupakan

salah satu komponen penting yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.

B. Maksud dan Tujuan

Kajian kemampuan manajerial kepala

sekolah di Kota Palangka Raya dimaksudkan untuk

mengevaluasi kinerja dan profesionalisme kepala

sekolah sebagai pemimpin sekolah, sehingga dapat

dirancang upaya-upaya nyata untuk perbaikan dan

peningkatan kualitas manajerial kepala sekolah

pada masa-masa yang akan datang khususnya di

Kota Palangka Raya. Untuk itu secara khusus,

tujuan kajian ini adalah:

1) Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kondisi

eksisting mengenai peran dan fungsi kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

di Kota Palangka Raya.

2) Mengevaluasi kinerja kepala sekolah di Kota

Palangka Raya dalam melaksanakan tugas

manajerialnya sesuai dengan kompetensi yang

dipersyaratkan dalam Permendiknas Nomor 13

tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

Madrasah.

3) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan

mendasar baik dari lingkungan internal

maupun eksternal yang dapat mempengaruhi

kinerja manajerial kepala sekolah di Kota

Palangka Raya dalam melaksanakan

kepemimpinannya.

4) Memberikan masukan dan arahan untuk

meningkatkan kinerja kepala sekolah di Kota

Palangka Raya dalam menjalankan peran dan

fungisnya sebagai manajer di sekolah.

C. Metode

Kajian ini merupakan lingkup penelitian

survei, dimana data diambil dari sejumlah sampel/

responden melalui teknik sampling yang

representatif sehingga mampu menggambarkan

kondisi populasi yang sebenarnya. Populasi dalam

kajian ini adalah kepala sekolah yang mengepalai

sekolah/madrasah di lingkup Dinas Pendidikan

Kota Palangka Raya, mulai dari Sekolah Dasar

hingga Sekolah Menengah Atas.

Pengumpulan data kemampuan kepala

sekolah dilakukan dengan menggunakan berbagai

metode, yaitu wawancara, diskusi terfokus, dan

studi banding. Untuk wawancara, instrumen yang

digunakan berupa kuesioner yang disusun dan

dirancang untuk mampu mengungkapkan

kemampuan manajerial kepala sekolah di Kota

11

Anggota Tim Peneliti: Dr. Tonich Uda,M.Si (Kiri)

dan Dr. Berkat A. Pisi, M.Si (Kanan)

Suasana Seminar Laporan Akhir di Gedung Peteng Karuhei II pada tanggal 2 Oktober 2013

Page 13: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Palangka Raya dalam menjalankan kompetensi

manajerialnya. Sasaran wawancara adalah pejabat

yang berkompeten di Dinas Pendidikan, Pemuda

dan Olah Raga Kota Palangka Raya, pengawas

sekolah dan lingkup sekolah, yaitu wakil kepala

sekolah, para guru dan tata usaha.

Hasil pengumpulan data lapangan

selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam

dan komprehensif dengan analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif

kuantitatif, dimaksudkan untuk menyajikan data

berupa ukuran sentral dan ukuran penyebaran dari

masing-masing indikator secara tunggal. Penyajian

data berupa ukuran sentral yang terdiri dari: rata-

rata, median, modus, skor minimum dan skor

maksimum, rentang skor dan total skor, ukuran

penyebaran berupa varians dan simpangan baku.

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk

mengungkapkan permasalahan aktual mengenai

berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kepala

sekolah dalam meningkatkan kemampuan

manajerialnya, serta merumuskan rekomendasi

konkrit memperbaiki kemampuan manajerial

kepala sekolah di Kota Palangka Raya.

D. Gambaran Keadaan Tenaga Pendidik dan

Kependidikan

Tenaga pendidik atau guru di Kota Palangka

Raya hingga tahun 2010/2011 mencapai 4.850

orang. Guru tersebut tidak seluruhnya merupakan

PNS (Pegawai Negeri Sipil). Dari jumlah tersebut

guru yang berstatus PNS sebanyak 3.714 orang

atau sekitar 76,58% dari jumlah tenaga guru,

sedangkan selebihnya merupakan guru non PNS

yaitu sebanyak 1.136 orang atau sekitar 23,42%.

Secara rinci, jumlah guru menurut satuan

pendidikan di Kota Palangka Raya tersebut

sebagaimana ditunjukkan pada Chart 1.

Jika dilihat dari sebarannya terhadap satuan

pendidikan yang ada, maka dari sebanyak 4.850

guru yang ada di Kota Palangka Raya terbanyak

merupakan guru SD/MI yaitu mencapai 1.950

orang atau sekitar 40,21% dari jumlah guru. Untuk

satuan pendidikan TK/MA jumlah guru sebanyak

552 orang (11,38%), SMP/MTs sebanyak 1.067

orang (22,00%), SMA/MA/SMK sebanyak 1.249

orang (25.75%), dan SLB sebanyak 32 orang

(0,66%).

Jika dilihat dari rasio guru-siswa di Kota

Palangka Raya tahun 2010/2011, maka jumlah

guru tersebut sudah mencukupi. Sebagaimana

untuk sekolah TK/RA rasio guru-siswa sebesar

1:11; untuk SD/MI sebesar 1:14; untuk SMP/MTs

sebesar 1:10, dan untuk SMA/MA/SMK sebesar

1:9. Dengan rasio ini maka diharapkan

pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan

berkualitas.

Status kepangkatan tenaga pendidik

(termasuk kepala sekolah) di Kota Palangka Raya

hingga tahun 2010/2011 tergolong relatif baik.

Sebagian besar guru dan kepala sekolah tersebut

berada pada golongan IV yang berjumlah 2.470

orang atau sekitar 50,93% dari jumlah guru di Kota

Palangka Raya. Untuk guru dan kepala sekolah

yang bergolongan III juga cukup banyak yaitu

1.007 orang (20,76%), selebihnya adalah guru dan

kepala sekolah golongan II dan yayasan. Keadaan

status kepagawaian guru, kepala sekolah, tenaga

administrasi tersebut sebagaimana pada Tabel 1

berikut ini.

12

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

176

1795

863 850

30

376155 204

399

2

Jumlah Guru PNS dan Non PNS di Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011

PNS

NON PNS

Sumber: Diolah dari Data Pokok Pendidikan Kota

Palangka Raya Tahun 2010/2011

CHART 1

Jabatan

Status Kepegawaian Tidak Tetap

Bantu

Pusat

Bantu

Daerah Gol I Gol II Gol III Gol IV Yayasan

L P L P L P L P L P L P L P L P

Kepsek - - - 1 4 11 115 157 - 52 - - - - - -

Guru - - 106 134 368 624 581 1617 1 681 189 175 6 7 4 11

Admin 13 5 65 15 35 54 2 - 34 173 89 43 - - - -

Jumlah 13 5 171 150 407 689 698 1774 35 906 278 218 6 7 4 11

TABEL 1. Keadaan Kepala Sekolah dan Guru Menurut Status Kepegawaian di Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011

Sumber: Diolah dari Data Pokok Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011

Page 14: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa

guru-guru di Kota Palangka Raya merupakan guru

yang mempunyai pengalaman mengajar yang

sudah cukup lama. Dan hal ini tentunya merupakan

faktor pendorong agar kualitas pendidikan di Kota

Palangka Raya menjadi semakin baik dan

berkualitas. Keadaan ini semakin ditunjang dengan

tenaga administrasi yang relatif sudah

berpengalaman sehingga membantu memperlancar

pengelolaan pendidikan di Kota Palangka Raya.

Secara akademis, guru di Kota Palangka

Raya juga mempunyai kemampuan akademis yang

relatif baik. Hal ini sebagaimana tergambar dari

tingkat pendidikan guru di Kota Palangka Raya

yang sebagian besar adalah S1. Guru

berpendidikan S1 di Kota Palangka Raya hingga

tahun 2010/2011 sebanyak 2.672 orang atau sekitar

65,47% dari jumlah guru. Bahkan di Kota

Palangka Raya telah terdapat guru yang

mempunyai pendidikan S2 dan S3 yaitu masing-

masing sebanyak 51 orang (1,25%) dan 3 orang

(0,07%). Keadaan ini ditunjukkan pada Chart 2.

E. Hasil Evaluasi

Pemerintah telah menetapkan standar

keterampilan kepala sekolah yang tertuang dalam

Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Dalam kontek

manajerial sekolah maka seorang kepala sekolah

dituntut untuk dapat menjalankan kompetensi

sebagai berikut: melakukan perencanaan,

mengembangkan organisasi, memimpin sekolah/

madrasah, mengelola perubahan dan

pengembangan sekolah/madrasah, menciptakan

budaya dan iklim sekolah/madrasah, mengelola

sarana dan prasarana sekolah/madrasah, mengelola

hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat,

mengelola peserta didik, mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan pembe-lajaran, mengelola

keuangan sekolah/madrasah, mengelola

ketatausahaan sekolah/ madrasah, mengelola unit

layanan khusus sekolah/madrasah, mengelola

sistem informasi sekolah/madrasah, memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi, dan melakukan

monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

program kegiatan sekolah/madrasah. Sehubungan

dengan kompetensi manajerial kepala sekolah/

madrasah tersebut maka hasil evaluasi yang

dilakukan di Kota Palangka Raya sebagaimana

dapat diuraikan pada tabel-tabel berikut ini.

13

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

0.17

10.32

1.57

15.66

5.34

65.47

1.25 0.07 0.05 0.05 0.05

Persentase Jumlah Guru di Kota Palangka Raya menurut Jenjang Pendidikan

CHART 2

1. Menyusun Perencanaan Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam perencanaan sekolah/madrasah ditunjukkan

pada Tabel 2.

Sangat

BaikBaik Cukup Rendah

Sangat

Rendah

Rencana-rencana telah dibuat dan

hasil implementasi yang diperoleh 8,33 58,33 29,63 3,09 0,62 3,71 Baik

Ketersediaan rencana sekolah

yang searah dengan visi-misi 15,08 61,23 20,92 2,15 0,62 3,88 Baik

Sejauhmana perencanaan yang

telah dibuat dipahami oleh semua

pihak dalam sekolah

8,70 56,52 29,81 4,66 0,31 3,49 Cukup

Persentasi (%)

IndikatorRata-

rataStatus

TABEL 2

Page 15: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

2. Mengembangkan Organisasi Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan organisasi sekolah/

madrasah ditunjukkan pada Tabel 3.

3. Memimpin Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolah/madrasah ditunjukkan

pada Tabel 4.

4. Mengelola Perubahan dan Pengembangan Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola perubahan dan pengembangan

sekolah/madrasah ditunjukkan pada Tabel 5.

5. Menciptakan Budaya dan Iklim Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah/

madrasah ditunjukkan pada Tabel 6.

14

TABEL 3

TABEL 4

Sangat

BaikBaik Cukup Rendah

Sangat

Rendah

Keberhasilan dalam mengadopsi

program-program baru untuk

sekolah yang dipimpinnya

13,54 56,00 25,85 4,00 0,62 3,78 Baik

Implementasi inovasi-inovasi

dalam rangka mengembangkan

pembelajaran efektif

12,00 54,15 29,85 3,69 0,31 3,46 Cukup

Indikator

Persentasi (%)Rata-

rataStatus

TABEL 5

TABEL 6

Page 16: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

6. Mengelola Guru dan Staf di Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola guru dan staf di sekolah/madrasah

ditunjukkan pada Tabel 7.

7. Mengelola Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah/

madrasah ditunjukkan pada Tabel 8.

8. Mengelola Hubungan Sekolah/Madrasah dan Masyarakat

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola hubungan sekolah/madrasah dan

masyarakat ditunjukkan pada Tabel 9.

15

TABEL 7

TABEL 8

TABEL 9

Page 17: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

9. Mengelola Peserta Didik

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola peserta didik dintunjukkan pada

Tabel 10.

10. Mengelola Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola kurikulum dan kegiatan

pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 11.

11. Mengelola Keuangan Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola keuangan sekolah/madrasah

ditunjukkan pada Tabel 12

12. Mengelola Ketatausahaan Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah

ditunjukkan pada Tabel 13.

16

TABEL 10

Sangat

BaikBaik Cukup Rendah

Sangat

Rendah

Minat siswa baru untuk masuk

sekolah yang bersangkutan 37,42 38,65 20,86 2,76 0,31 4,10 Baik

Menumbuhkan motivasi peserta

didik dalam meningkatkan prestasi

akademik

23,38 57,23 16,62 2,46 0,31 3,46 Cukup

Indikator

Persentasi (%)Rata-

rataStatus

TABEL 12

TABEL 13

TABEL 11

Page 18: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

13. Mengelola Unit Layanan Khusus Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola unit layanan khusus sekolah/

madrasah ditunjukkan pada Tabel 14.

14. Mengelola Sistem Informasi Sekolah/Madrasah

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sistem informasi sekolah/

madrasah ditunjukkan pada Tabel 15.

15. Memanfaatkan Kemajuan Teknologi Informasi

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

ditunjukkan pada Tabel 16.

16. Melakukan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam melakukan monitoring, evaluasi, dan

pelaporan kegiatan ditunjukkan pada Tabel 17.

17

TABEL 15

Sangat

BaikBaik Cukup Rendah

Sangat

Rendah

Ketersediaan Standar Operasional

Prosedur (SOP) pengambilan

keputusan dan sosialisasi

informasi

11,38 51,38 33,54 2,15 1,54 3,47 Cukup

Ketersediaan perangkat

komunikasi yang menunjang di

sekolah

18,15 39,69 32,92 8,00 1,23 3,66 Baik

Indikator

Persentasi (%)Rata-

rataStatus

TABEL 16

TABEL 17

TABEL 14

Page 19: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

F. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah/

Madrasah

Sebagaimana yang telah diuraikan

sebelumnya, kemampuan manajerial kepala

sekolah melingkupi 16 komponen utama dengan

37 indikator penilaian. Dari hasil kajian terhadap

37 indikator tersebut terdapat sebanyak 11

indikator (29,73%) berstatus “cukup baik”, dan

selebihnya yaitu 26 indikator (70,27%) berstatus

“baik”. Indikator kemampuan manajerial kepala

sekolah di Kota Palangka Raya yang berstatus

cukup baik adalah:

1) Perencanaan sekolah/madrasah;

2) Implementasi inovasi-inovasi dalam rangka

pengembangan pembelajaran efektif;

3) Meningkatkan minat siswa belajar mandiri dan

menekuni penelitian-penelitian inovatif;

4) Terobosan dalam pengadaan sarana dan

prasarana;

5) Menyediakan kelengkapan sarana dan

prasarana sekolah;

6) Mendapatkan sponsor bagi kegiatan sekolah;

7) Menumbuhkan motivasi peserta didik;

8) Ketersediaan unit layanan khusus;

9) Efektivitas unit layanan khusus;

10) Penggunaan perangkat elektronik, IT, dan alat

penunjang lain dalam metode pembelajaran;

11) Penggunaan perangkat elektronik, IT, dan alat

penunjang lain dalam pengelolaan manajemen

sekolah.

Indikator-indikator tersebut tentunya merupakan

hal yang harus segera diperbaiki oleh para kepala

sekolah.

Sementara itu, secara keseluruhan kemam-

puan manajerial kepala sekolah di Kota Palangka

Raya sudah “relatif baik”. Hal ini tergambar dari

sekitar 50% responden yang memberikan penilaian

baik terhadap kemampuan manajerial kepala

sekolah. Selain itu juga terdapat sekitar 22,87%

responden menyatakan kemampuan manajerial

kepala sekolah yang tergolong “sangat baik”.

Meskipun demikian tidak sedikit kemampuan

manajerial kepala sekolah yang tergolong sedang

(22,56% responden), bahkan masih ada yang

tergolong rendah (3,66% responden), dan

tergolong sangat rendah (0,91% responden). Secara

rinci, hasil evaluasi kemampuan manajerial kepala

sekolah di Kota Palangka Raya, sebagaimana

terlihat pada tabel 18.

G. Peningkatan Kemampuan Manajerial

Kepala Sekolah/Madrasah

Kepala sekolah adalah seorang tenaga

fungsional guru yang diberikan tugas untuk

memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan

proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi

interaksi antara guru yang memberikan pelajaran

dan murid yang menerima pelajaran. Kepala

sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa

diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas

pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat

menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui

prosedur serta persyaratan tertentu seperti: latar

belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat

dan integritas sesuai Permendiknas No. 28 Tahun

2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah.

Penerapan fungsi manajerial kepala sekolah

yang terbagi dalam 3 keterampilan, yaitu:

keterampilan tehnikal, keterampilan hubungan

manusia, dan keterampilan konseptual dalam

praktiknya secara rinci dapat dilihat dalam

kompetensi manajerial kepala sekolah. Kompetensi

kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan

dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsiten

yang memungkinkan menjadi kompeten dalam

mengambil keputusan tentang penyediaan, peman-

faatan dan peningkatan potensi sumberdaya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Untuk lebih meningkatkan kemampuan

manajerial kepala sekolah di Kota Palangka Raya,

maka upaya-upaya yang dapat dilakukan antara

lain adalah:

1) Kepala sekolah yang mengalami kesulitan pada

penguasaan kompetensi manajerial seyogyanya

mau senantiasa berubah dan berpikir maju.

Orientasi yang diharapkan adalah kepekaan

kepala sekolah dimulai dari dirinya sendiri.

Seorang kepala sekolah paling tidak perlu

melakukan hal-hal berikut:

a. Memahami tugas dan kewajibannya

b. Memahami kebutuhan organsasi (sekolah)

c. Memahami iklim organisasi sekolahnya

d. Memahami kondisi sumber daya manusia

yang dipimpinnya

e. Memahami permasalahan organisasi

f. Mampu memetakan prioritas pengembangan

organisasi

g. Menjadi teladan, serta aspek lain yang

krusial bagi organisasi

18

Kategori Interval Jumlah %

Sangat tidak baik/sangat rendah 37,00 - 66,60 3 0,91

Tidak baik/rendah 66,70 - 96,30 12 3,66

Biasa/cukup 96,40 - 126,00 74 22,56

Baik/tinggi 126,10 - 155,70 164 50,00

Sangat baik/sangat tinggi 155,80 - 185,40 75 22,87

Jumlah 328 100,00

TABEL 18

Hasil Evaluasi terhadap Kemampuan Manajerial

Kepala Sekolah di Kota Palangka Raya

Page 20: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

2) Kepala sekolah terus melakukan kerjasama

dengan semua pihak. Sinergi dengan semua

pihak untuk memajukan sekolah dapat

dilakukan sedini mungkin dan bersifat proaktif

tidak hanya menunggu uluran tangan, namun

mencari dukungan sinergis secara

berkesinambungan.

3) Kepala sekolah harus mau untuk berkembang

dengan senantiasa mengikuti perkembangan

peraturan, kebijakan, dan kondisi lainnya yang

berasal dari internal dan eksternal organisasi.

Kepala sekolah yang tidak peka terhadap

perkembangan yang terjadi akan mengalami

kesulitan, karena kebijakan yang sifatnya

manajerial saat ini berkembang sangat pesat

seiring perkembangan system informasi dan

komunikasi.

4) Kepemimpinan kepala sekolah hendaknya

diarahkan pada peningkatan kemampuan

manajerial sekolah khususnya pada

pengembangan kompetensi pedagogik guru.

Untuk itu ada beberapa kemampuan yang

hendaknya dikembangkan oleh guru, yaitu:

a. Kemampuan mencipta. Kepala sekolah

hendaknya memiliki ide-ide bagus

khususnya dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru. Inovasi dalam proses

pembelajaran mengajar sangat penting

seiring dengan tantangan dunia pendidikan.

Kepala sekolah hendaknya mampu

memberikan solusi-solusi terhadap masalah-

masalah yang dihadapi guru khususnya pada

peningkatan kompetensi pedagogik.

b. Kemampuan membuat perencanaan. Kepala

sekolah hendaknya membuat perencanaan

yang sistematis dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru. Perencanaan ini

tidak hanya didasarkan pada pengamatan

kepala sekolah saja tapi juga melibatkan

guru. Tujuannya agar setiap perencanaan

yang disusun sesuai dengan permasalahan

yang dihadapi guru.

c. Kemampuan berkomunikasi. Kepala sekolah

hendaknya membangun komunikasi yang

efektif dengan seluruh guru. Komunikasi

yang dikembangkan adalah komunikasi dua

arah. Seluruh guru diberikan kesempatan

seluas-luasnya untuk berkomunikasi dengan

kepala sekolah baik formal maupun

informal. Komunikasi ini dapat dilakukan

baik lisan maupun tulisan.

d. Kemampuan memberikan motivasi. Kepala

sekolah hendaknya menjadi insipirasi bagi

guru, dan membantu guru dalam

meningkatkan kompetensi pedagogiknya.

e. Kemampuan melakukan evaluasi. Kepala

sekolah hendaknya dapat melakukan

evaluasi terhadap hasil kegiatan belajar yang

dilakukan oleh guru. Evaluasi mengacu pada

standar penilaian yang baku. Tujuannya agar

secara objektif dapat menilai kompetensi

pedagogik guru.

5) Kepala sekolah/madrasah memiliki peran

strategis dalam peningkatan mutu, relevansi dan

daya saing pendidikan. Kepala sekolah/

madrasah juga memiliki peran penting dalam

upaya membentuk insan Indonesia yang cerdas

dan kompetitif melalui kesungguhan dan

kreativitasnya dalam mengelola sekolah yang

menjadi tanggung jawabnya. Sebagai

konsekuensinya, kepala sekolah/madrasah harus

merupakan orang-orang yang terpilih dari sisi

kualifikasi maupun kompetensinya. Untuk

mendapatkan kepala sekolah sebagaimana yang

diharapkan tersebut, maka pihak Dinas

Pendidikan harus melakukan seleksi kepala

sekolah secara ketat, dengan mengacu kepada

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang

Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/

Madrasah. Hal-hal pokok yang diatur dalam

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 meliputi:

a. Syarat-syarat guru yang diberi tugas

tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah

b. Penyiapan calon Kepala Sekolah/Madrasah

c. Proses pengangkatan kepala sekolah/

madrasah

d. Masa tugas

e. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

(PKB)

f. Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah,

dan

g. Mutasi dan pemberhentian tugas guru

sebagai kepala sekolah/madrasah.

6) Sebagai proses pemberian pengalaman teoretik

dan praktik kepada calon kepala sekolah/

madrasah yang telah lulus tahap rekrutmen,

Pasal 7 ayat (2) Permendiknas Nomor 28 Tahun

2010 telah mengatur porsi waktu untuk

melaksanakan pendidikan dan pelatihan, yakni

tatap muka selama minimal 100 jam, dan

praktik pengalaman lapangan dalam kurun

waktu minimal selama 3 bulan. Selanjutnya,

ayat (5) menyatakan bahwa kegiatan pendidikan

dan pelatihan diakhiri dengan penilaian untuk

mengetahui pencapaian kompetensi calon

kepala sekolah/madrasah. Pasal 7 ayat (2) dan

(5) di atas telah mengatur jenis kegiatan yang

harus dilakukan dan porsi waktu minimal untuk

mendapatkan calon kepala sekolah/madrasah

yang kompeten. Namun, bagaimana kegiatan itu

dikemas sehingga bisa dilaksanakan dengan

prosedur yang sama belum diatur dalam

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010.

19

Page 21: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

H. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian sebagaimana yang

telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Kota Palangka Raya merupakan kota

pendidikan, hal ini sebagaimana yang telah

dituangkan dalam RPJMD 2008-2013 dan

dalam visi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kota Palangka Raya dengan berbagai

arah kebijakannya. Untuk mewujudkan Kota

Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan, maka

Pemerintah Kota terus berupaya membangun

bidang pendidikan melalui 3 pilar kebijakan,

yaitu: (a) pemerataan dan perluasan akses

pendidikan; (b) peningkatan mutu, relevansi

pendidikan, dan daya saing; dan (c) penguatan

tata kelola, akuntabilitas dan citra publik.

2. Dunia pendidikan di Kota Palangka Raya telah

ditunjang dengan ketersediaan fasilitas gedung

sekolah yang tersebar pada seluruh kecamatan,

mulai dari tingkat sekolah taman kanak-kanak

(TK) hingga tingkat sekolah menengah atas

(SMA/MA/SMK). Pendidikan juga telah didu-

kung oleh ketersediaan guru yang jumlahnya

sangat memadai untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Kota Palangka Raya.

3. Guru-guru di Kota Palangka Raya tersedia

dalam jumlah yang banyak, namun

penyebarannya belum merata dan masih

terpusat pada sekolah-sekolah di wilayah

perkotaan. Guru-guru tersebut memiliki tingkat

senioritas yang relatif sudah baik, baik dilihat

dari sisi pengalaman mengajar maupun jenjang

kepangkatan. Dari sisi kualitas pendidikan

formal, guru-guru di Kota Palangka Raya juga

telah mendukung dengan sebagian besar sudah

berpendidikan sarjana, dan ditunjang oleh

adanya guru-guru yang tersertifikasi.

4. Kepala sekolah/madrasah di Kota Palangka

Raya telah memenuhi sebagian besar

persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan

dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010.

Persyaratan yang masih banyak belum

terpenuhi pada kepala sekolah di Kota

Palangka Raya adalah tidak semua kepala

sekolah yang ada memiliki sertifikat kepala

sekolah/madrasah pada jenis dan jenjang yang

sesuai dengan pengalamannya sebagai

pendidik yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.

5. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“menyusun perencanaan sekolah/madrasah

untuk berbagai tingkatan perencanaan” sudah

relatif baik, namun perlu peningkatan dalam

hal “sejauhmana perencanaan yang telah dibuat

dipahami oleh semua pihak dalam sekolah”.

6. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengembangkan organisasi sekolah/

madrasah sesuai dengan kebutuhan” sudah

relatif baik.

7. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

”memimpin sekolah/madrasah dalam rangka

pendayagunaan sumberdaya sekolah/madrasah

secara optimal” sudah relatif baik.

8. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola perubahan dan pengembangan

sekolah/madrasah menuju organisasi

pembelajar yang efektif” masih perlu

ditingkatkan terutama dalam hal “implementasi

inovasi-inovasi dalam rangka mengembangkan

pembelajaran efektif”.

9. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“menciptakan budaya dan iklim sekolah/

madrasah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik” sudah relatif baik,

namun perlu ditingkatkan dalam hal “mening-

katkan minat siswa untuk belajar mandiri dan

menekuni penelitian-penelitian inovatif”.

10. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola guru dan staf dalam rangka

pendayagunaan sumberdaya manusia secara

optimal” sudah relatif baik.

11. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola sarana dan prasarana sekolah/

madrasah dalam rangka pendayagunaan secara

optimal” masih perlu ditingkatkan terutama

dalam hal “kemampuan untuk menyediakan

kelengkapan sarana dan prasarana sekolah” dan

“terobosan dalam pengadaannya”.

12. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola hubungan sekolah/madrasah dan

masyarakat dalam rangka pencarian dukungan

ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/

madrasah” sudah relatif baik, namun perlu

ditingkatkan dalam hal “kemampuan untuk

mendapatkan sponsor bagi kegiatan sekolah”.

13. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola peserta didik dalam rangka peneri-

maan peserta didik baru, dan penempatan dan

pengembangan kapasitas peserta didik” masih

perlu ditingkatkan terutama dalam hal

“menumbuhkan motivasi peserta didik dalam

meningkatkan prestasi akademik”.

14. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

20

Page 22: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

“mengelola pengembangan kurikulum dan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan

tujuan pendidikan nasional” sudah relatif baik.

15. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai

dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,

transparan, dan efisien” sudah relatif baik.

16. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah

dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/

madrasah” sudah relatif baik.

17. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola unit layanan khusus sekolah/

madrasah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan peserta didik di

sekolah/madrasah” masih perlu ditingkatkan

dalam hal “ketersediaan unit layanan khusus”

dan “efektivitas unit layanan khusus”.

18. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“mengelola sistem informasi sekolah/madrasah

dalam mendukung penyusunan program dan

pengambilan keputusan” perlu ditingkatkan

dalam hal “ketersediaan Standar Operasional

Prosedur (SOP) pengambilan keputusan dan

sosialisasi informasi”.

19. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen

sekolah/madrasah” masih harus ditingkatkan

dalam hal “penggunaan perangkat elektronik,

IT, dan alat penunjang lain dalam metode

pembelajaran” dan “penggunaan perangkat

elektronik, IT, dan alat penunjang lain dalam

pengelolaan manajemen sekolah”.

20. Kemampuan manajerial kepala sekolah/

madrasah di Kota Palangka Raya dalam

“melakukan monitoring, evaluasi, dan

pelaporan pelaksanaan program kegiatan

sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,

serta merencanakan tindak lanjutnya” sudah

relatif baik.

I. Saran-saran

1. Kepala sekolah/madrasah yang akan memimpin

sekolah/madrasah di Kota Palangka Raya

sedapat mungkin memenuhi persyaratan dan

ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah,

dan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010

tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah.

2. Kepala sekolah/madrasah yang telah diangkat

untuk memimpin sekolah/madrasah di Kota

Palangka Raya sesegera mungkin diberikan

pendidikan dan pelatihan dalam rangka

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

(PKB) Kepala Sekolah/Madrasah.

3. Kepemimpinan kepala sekolah hendaknya

diarahkan pada peningkatan kemampuan

manajerial sekolah khususnya pada pengem-

bangan kompetensi pedagogik guru, terutama

yang berkaitan dengan: 1) kemampuan

menciptakan; 2) kemampuan membuat

perencanaan; 3) kemampuan berkomunikasi;

4) kemampuan memberikan motivasi; dan

5) kemampuan melakukan evaluasi.

4. Dinas Pendidikan maupun instansi teknis terkait

sebaiknya secara aktif dan berkesinambungan

melakukan melakukan penilaian kinerja kepala

sekolah/madrasah di Kota Palangka Raya,

sehingga penanggulangan dini terhadap

persoalan-persoalan pendidikan di sekolah/

madrasah dapat segera diatasi.

5. Pemerintah daerah dengan segala kewenangan-

nya bersama-sama dengan DPRD dan lembaga-

lembaga yang berada di bawah jajaran Pemda,

seperti Badan Kepegawaian Daerah, Bappeda,

Badan Diklat Daerah, Dinas Pendidikan, dan

lembaga terkait lainnya bersama-sama secara

sungguh-sungguh merencanakan, menganggar-

kan, melaksanakan, membina, memonitor dan

mensupervisi serta mengevaluasi program

penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan

kepala sekolah. Secara khusus pemerintah

daerah diharapkan menyediakan sumber daya

manusia dan mengalokasikan anggaran untuk:

1) penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi calon

kepala sekolah; 2) penyelenggaraan diklat calon

kepala sekolah; 3) proses pemerolehan sertifikat

kepala sekolah; 4) penyelenggaraan penilaian/

uji akseptabilitas; 5) program-program pengem-

bangan keprofesian berkelanjutan kepala

sekolah (PKB) dalam hal pengembangan diri,

publikasi ilmiah, dan karya inovatif baik di

tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional,

maupun internasional; dan 6) penyelenggaraan

penilaian kinerja bagi kepala sekolah/madrasah

baik tahunan maupun empat tahunan.

***

21

Buku Laporan Akhir Kajian

Kemampuan Manajerial Kepala

Sekolah di Kota Palangka Raya

dapat diperoleh di Bidang Litbang

Bappeda Kota Palangka Raya

(persediaan terbatas) atau dalam

bentuk softcopy.

Page 23: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Oleh: Muhammad Alfath, ST, MT (Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya). Disarikan dari Laporan Akhir Kegiatan. PENDAHULUAN

A ir tanah merupakan sumber daya alam terbarukan (renewable resources) yang

memiliki kelebihan dibandingkan dengan air permukaan, sehingga pemanfaatannya untuk sumber air baku berbagai keperluan pasokan air bersih dirasakan semakin meningkat. Kondisi yang demikian ini juga terjadi di wilayah administrasi Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, air tanah memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan pembangunan, terutama di sektor pariwisata dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari penduduk.

Menilik air tanah merupakan salah satu komponen dalam siklus hidrologi, ketersediaannya dijumpai dalam jumlah dan mutu yang dapat berbeda-beda antara satu tempat dan tempat lainnya, tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu, peningkatan pemanfaatan air tanah yang berlangsung di daerah ini perlu disertai dengan kegiatan inventarisasi potensi air tanah, sebagai upaya untuk memahami ketersediaan air tanah agar pemanfaatannya sebagai sumber air baku dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.

Bertitik tolak pada hal tersebut di atas, dalam Tahun Anggaran 2013 Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya memandang perlu adanya kegiatan survei Potensi Air Bawah Tanah, yang pelaksanaannya bekerjasama dengan tenaga ahli dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian ESDM, yaitu di sebagian wilayah Kecamatan Pahandut dan sebagian Kecamatan Jekan Raya yang

pemanfaatan air tanahnya mengalami peningkatan pesat pada dasawarsa terakhir ini. Hal ini dilakukan untuk memahami ketersediaan air tanah dan inventarisasi pemanfaatannya yang telah dilakukan di daerah ini, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pemanfaatan air tanah di Kota Palangka Raya. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan Survey Potensi Air Bawah Tanah di Wilayah Kota Palangka Raya ini adalah melakukan inventarisasi dan analisis data keairtanahan serta data pendukung lainnya di sebagian wilayah Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya, berdasarkan atas data yang diliput secara langsung melalui titik minatan hidrogeologi (hydrogeological point of interest) di lapangan maupun data sekunder terkait yang dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta.

Tujuannya adalah mewujudkan informasi potensi air tanah untuk digunakan sebagai dasar dalam penerbitan izin penggunaan air tanah, upaya konservasi air tanah, serta untuk penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan, baik dari pertimbangan aspek teknis maupun yang terkait dengan segi kebutuhan dan manfaatnya bagi penduduk setempat di wilayah Kota Palangka Raya. Adapun lokasi kegiatan survei ini dapat dilihat pada gambar 1.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan yang dilakukan merupakan beberapa tahapan analisis dengan metode pendekatan berikut : 1) Penyelidikan Geolistrik 2) Uji Pemompaan Pada Sumur Gali 3) Uji Pemompaan Pada Sumur Bor 4) Estimasi Pertumbuhan Jumlah Penduduk 5) Interpretasi Genesa Akuifer 6) Analisis Mutu Air Tanah Untuk Air Minum

22

Page 24: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

PENDUDUK DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH Pada saat penyelidikan di lapangan

berlangsung, secara umum sebaran penduduk Kota Palangka Raya terkonsentrasi di wilayah administrasi Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya yang juga merupakan prioritas kegiatan penyelidikan ini.

Sebagian besar penduduk di daerah penyelidikan memperoleh air bersih untuk keperluan sehari – hari dari air tanah melalui sumur pantek dan sumur gali, sedangkan penduduk yang memanfaatkan air bersih dari PDAM tergolong masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan penduduk yang mengambil air tanah.

Pengambilan air tanah dengan sumur bor pada umumnya dijumpai setempat-setempat terutama untuk menunjang sektor pariwisata dan perdagangan, misalnya untuk memenuhi air bersih di hotel, perkantoran, pertokoan, serta sarana olah raga dan wisata. Perhitungan penggunaan air bersih untuk keperluan rumah tangga di daerah penyelidikan dapat dilakukan berdasarkan atas standar kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya seperti disajikan dalam Tabel 2.

23

Kecamatan Kelurahan Luas (Km2)

Jiwa Kepadatan

per km2

Pahandut (sebagian)

Pahandut 9,50 25.044 2.636,21

Panarung 23,50 20.693 880,55

Langkai 10 25.612 2.561,20

Tbg Rungan 23 632 27,48

Tanjung Pinang 44 2.602 59,14 Jekan Raya (sebagian)

Menteng 31 38.016 1.226,32

Palangka 24,75 41.899 1.692,89

Bukit Tunggal 237,12 34.387 145,02

Jumlah 188.885

TABEL 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2011

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan pelaksanaan survey air tanah tahun 2013

Page 25: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Berdasarkan atas evaluasi jumlah penduduk di tiap kecamatan pada daerah yang menjadi prioritas kajian seperti telah d i k e m u k a k a n s e b e l u m n y a , d a p a t diperhitungkan pula bahwa kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik di wilayah Kecamatan Pahandut termasuk dalam kategori IV (130 l/orang/hari), sedangkan di wilayah Kecamatan Jekan Raya termasuk dalam kategori III (150 l/orang/hari).

Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk di daerah penyelidikan dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus eksponensial. Menurut Mantra I.B., (1985), pertumbuhan jumlah penduduk merupakan pertumbuhan langsung dan terus - menerus (continous), sehingga dapat diperhitungkan pertumbuhan jumlah penduduk dengan rumus eksponensial. Berdasarkan rumus tersebut, proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk di daerah penyelidikan dapat dihitung, sehingga prakiraan kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik dapat diperhitungkan pula. Berikut disajikan tabel perhitungan kebutuhan air bersih untuk domestik di daerah yang menjadi prioritas kegiatan berdasarkan atas data kependudukan tahun 2011 dan proyeksinya pada tahun 2015 dan 2020.

Perhitungan pengambilan air tanah untuk keperluan non domestik diasumsikan 5% dari kebutuhan domestik, seperti umumnya yang terjadi di sebagian besar ibukota provinsi di luar Pulau Jawa dengan kondisi tidak sepenuhnya kebutuhan non domestik dipasok dari Perusahaan Daerah Air Minum. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan data pengambilan air tanah terutama terkait perizinan yang belum berjalan optimal, sementara data teknis misalnya litologi hasil pengeboran, konstruksi (kedudukan saringan, diameter pipa jambang, dll), pencatatan water-meter, dan hasil uji pemompaan tidak dimiliki pemilik sumur bor maupun instansi yang berwenang menerbitkan izin penggunaan air tanah. Bertitik tolak pada asumsi tersebut, penggunaan air tanah non domestik diperkirakan sekitar 0,49 juta m3/tahun pada tahun 2011, meningkat menjadi 0,53 juta m3/tahun pada tahun 2015, dan 0,57 juta m3/tahun. HIDROLOGI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

Air tanah merupakan salah satu komponen dalam daur hidrologi (hydrologic cycle), yakni siklus peredaran air di bumi, sehingga keterdapatannya akan ditentukan pula

Kategori Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Air Bersih

(l/orang/hari) I Metropolitan > 1.000.000 190

II Besar 500.000 – 1.000.000 170 III Sedang 100.000 – 500.000 150

IV Kecil 20.000 – 100.000 130

V Kecamatan 3.000 – 20.000 100

TABEL 2. Standar Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga

Sumber: Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU

Sumber Data Kependudukan: Kota Palangka Raya Dalam Angka—2011

Kecamatan

Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Bersih (l/orang/

hari)

Kebutuhan Air Bersih (m3/tahun)

2011 2015 2020 2011 2015 2020

Pahandut (sebagian) (Kel. Pahandut, Kel. Panarung, Kel. Langkai, Kel. Tumbang Rungan, Kel. Tanjung Pinang)

74.583 82.261 92.981 130 3.538.963,35 3.903.305,396 4.411.924,945

Jekan Raya (sebagian) (Kel. Menteng, Kel. Palangka, Kel. Bukit Tungal)

114.302 120.607 128.979 150 6.258.034,5 6.603.211,04 7.061.577.153

Jumlah 188.885 202.868 221.959 9.796997,85 10.506.516,4 11.473.502,1

TABEL 3. Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Untuk Keperluan Domestik

24

Page 26: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

oleh unsur-unsur lain yang terlibat dalam daur tersebut. Dengan demikian dapat dimengerti dimengerti bahwa suatu kajian mengenai ketersediaan air tanah akan selalu terkait dengan pemahaman komponen lain yang terlibat dalam daur tersebut, yang umumnya terangkum dalam suatu analisis hidrologi.

Dalam hal ini, curah hujan merupakan komponen utama dalam daur hidrologi, di mana hujan yang jatuh ke permukaan akan mengalami penguapan, baik yang berlangsung pada tumbuh-tumbuhan (transpirasi), maupun pada permukaan tanah dan air (sungai, rawa, situ) yang disebut evaporasi. Disamping itu, sebagian air hujan tersebut akan meresap ke bawah permukaan tanah (infiltrasi) dan melimpas di permukaan tanah berupa aliran permukaan (surface run off). Parameter ini dipergunakan untuk menghitung neraca air (water balance) yang terjadi di daerah penyelidikan.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus neraca air, air hujan yang masuk ke dalam tanah (U) sebesar 371,6600 mm/tahun. Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam tanah di daerah penyelidikan dengan luas 90,30 km2 diperhitungkan sebesar 33,5609 juta m3/tahun. HIDROGEOLOGI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA a. Konfigurasi dan Sistem Akuifer

Pemahaman sebaran akuifer di bawah permukaan dilakukan dengan rekonstruksi satuan batuan yang teramati di lapangan, data pemboran dan data penyelidikan geolistrik, serta data sekunder lainnya yang berkaitan dengan aspek geologi pada endapan aluvium di lembah sungai. Data

informasi umum yang terkumpul tersebut merupakan dasar untuk analisis secara lebih rinci konfigurasi sistem akuifer daerah penyelidikan.

Pengukuran tahanan jenis batuan telah dilakukan pada 50 (lima puluh) titik duga geolistrik dengan sebaran sistimatis untuk memahami sebaran vertikal dan horizontal akuifer di daerah penyelidikan. Nilai tahanan jenis batuan yang diperoleh dari penyelidikan geolistrik dikorelasikan dengan data pemboran, yaitu nilai tahanan jenis tertentu hasil penyelidikan geolistrik mencerminkan litologi tertentu seperti yang diketahui dari data pemboran, selanjutnya nilai ini digunakan secara deduktif untuk analisis sebaran tahanan jenis batuan lain di sekitarnya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, data/informasi geologi regional dan pengamatan geologi permukaan dapat membantu penafsiran sebaran batuan di bawah permukaan sampai kedalaman rata-rata kurang dari 10 m, data litologi pemboran bermanfaat untuk penafsiran batuan dengan kedalaman yang besar, sedangkan data/informasi geologi regional digunakan untuk menafsirkan sebaran kelompok batuan berdasarkan atas nilai tahanan jenisnya, termasuk hubungan lateral antar kelompok batuan tersebut di daerah penyelidikan, terutama didasarkan atas informasi tentang sejarah geologinya termasuk lingkungan pengendapan. Hasil penyelidikan geolistrik digunakan sebagai data pendukung untuk memahami konfigurasi akuifer yang digambarkan dalam beberapa penampang tahanan jenis batuan dan Diagram Pagar pada Gambar 3.

25

Gambar 2. Kegiatan Survei Geolistrik Yang Dilakukan Oleh Tim

Page 27: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Gambar 3. Penampang hasil geolistrik dan diagram pagar tahanan jenis batuan

26

Page 28: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Dari hasil penyelidikan geolistrik ini tim survei dapat mengetahui adanya keterkaitan antara nilai tahanan jenis batuan dengan litologi bawah permukaan sebagai berikut : Bagian atas merupakan tanah penutup

dengan ketebalan umumnya kurang dari 5 m, kenampakan di lapangan berupa material berukuran lempung sampai pasir, dengan setempat dijumpai kerakal.

Tahanan jenis batuan 1.344 sampai 4.571 ohm-meter ditafsirkan sebagai pasir mengan-dung kerikil dan kerakal (non akuifer). Ketebalan rata-rata lapisan ini diperkirakan antara 10 – 15 m dan menipis ke arah barat – barat laut di Kelurahan Bukit Tunggal.

Tahanan jenis batuan antara 176 sampai 647 ohm-meter ditafsirkan sebagai pasir dengan sisipan lempung (akuifer). Ketebalan total lapisan ini dapat mencapai sekitar 45 m, dengan ketebalan maksimum di sekitar pusat Kota Palangka Raya.

Tahanan jenis batuan antara 62 sampai 82 ohm-meter dengan sebaran di bagian tengah sampai selatan daerah penyelidikan ditafsirkan sebagai pasir lempungan dengan sisipan konglomerat (akuifer).

Tahanan jenis batuan antara 6 – 9 ohm-meter dengan kedudukan mengalasi lapisan batuan tersebut terdahulu, ditafsirkan sebagai lem-pung atau material lempungan bersifat padu.

Ditafsirkan masih ada hubungan antara akuifer dangkal dan dalam di daerah kajian, artinya sistem akuifer di daerah penyelidikan dapat ditafsirkan merupakan akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer) dan akuifer semi

tertekan (semiconfined aquifer), endapan bersifat lempungan sebagai lapisan penyekat misalnya terdapat pada backswamp dan meander belt dengan sebaran tidak menerus dan masih terjadi downward leakage menuju sistem akuifer di bawahnya. Disamping itu terjadi imbuhan air tanah dari Sungai Kahayan ke dalam sistem akuifer di daerah kajian (Sungai Kahayan merupakan influent stream).

b. Parameter Akuifer

Penilaian parameter akuifer ini merupakan upaya untuk mengetahui karakteristik hidraulika akuifer di daerah penyelidikan, didasarkan atas analisis data uji pemompaan yang dilakukan pada beberapa lokasi terpilih secara langsung di lapangan, baik pada sumur gali maupun sumur bor.

Dalam uji pemompaan sumur gali, pemompaan dilakukan dengan debit tetap sampai muka air tanah turun pada kedalaman tertentu, kemudian pemompaan dihentikan dan diukur pulihnya muka air tanah dengan selang waktu tertentu sampai tercapai kedudukan muka air tanah statis (MAS) seperti semula. Data uji pemompaan yang diperoleh secara langsung di lapangan ini dianalisis dengan Metode Bouwer-Rices yang dipandang paling sesuai untuk kondisi sumur berdiameter relatif besar. Penilaian parameter akuifer seluruh daerah penyelidikan dilakukan dengan cara deduksi, yaitu menggunakan data uji pemompaan di lokasi terpilih untuk diterapkan pada tempat lain yang memiliki karakteristik hidrogeologi sejenis.

27

Gambar 4. Kegiatan uji pumping di lokasi terpilih oleh tim survei

Page 29: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Kuantitas Air Tanah Pengertian kuantitas air tanah dalam

penyelidikan ini dimaksudkan sebagai kandungan air tanah yang berasal dari imbuhan, baik secara langsung dari curahan hujan maupun aliran air tanah yang mengalir menuju ke daerah yang menjadi prioritas kajian. Penghitungan kuantitas air tanah yang didasarkan atas cara pandang seperti ini merupakan tindakan bijaksana dan konservatif terhadap kemungkinan pengambilan air tanah yang berlebihan, mengingat penghitungan kuantitas air tanah yang melibatkan jumlah simpanan air tanah (groundwater storage) akan dapat menimbulkan kesalahan pengelolaan air tanah tertekan dalam hal pemanfaatan yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap air tanah maupun lingkungannya.

Kedudukan muka air tanah diukur melalui beberapa buah sumur gali dan sumur pantek terpilih yang dilakukan selama bulan Juni 2013. Muka air tanah di daerah dekat Sungai Kahayan umumnya terdapat pada kedalaman 2 sampai 18 di bawah muka tanah setempat (mbmt), dengan sebaran luas di bagian utara yang relatif sejajar dengan Sungai Kahayan. Selanjutnya dijumpai dengan kedalaman rata-rata antara 5 – 25 mbmt di bagian selatan dan barat, diperkirakan muka air tanah rata-rata akan semakin dalam ke arah perbukitan.

Kimia Air Tanah Komposisi kimia air tanah berkaitan erat

dengan ion yang terkandung dalam air tanah, baik berupa kation (ion bermuatan positif) maupun anion (ion bermuatan negatif). Interpretasi sifat kimia air tanah di daerah penyelidikan dilakukan berdasarkan atas hasil pemeriksaan laboratorium terhadap percontoh air yang berasal dari sumur gali, sumur pantek, dan sumur bor milik penduduk dan hotel di Palangka Raya.

Hasil analisis dengan metode Diagram Trilinear Piper menunjukkan adanya beberapa kelompok kimia air tanah di daerah penyelidikan sebagai berikut. Kelompok I, kandungan alkali (Na+ dan K+)

melebihi kandungan alkali tanahnya (Ca2+ dan Mg2+), kandungan asam kuat (SO42- dan Cl-) melebihi kandungan asam lemahnya (HCO3- dan CO32-).

Kelompok II, pasangan kation dan anion tidak melebihi 50 %, diketahui dari percontoh sumurgali No. 10 mewakili daerah pusat kota yang termasuk wilayah Kelurahan Palangka (Kecamatan Jekan Raya), percontoh sumur pantek No. 48 dan No. 59 yang masing-masing mewakili bagian timur dan barat Kelurahan Menteng (Kecamatan Jekan Raya).

Kelompok III, kandungan alkali tanah (Ca2+ dan Mg2+) yang sedikit melebihi kandungan alkalinya (Na+ dan K+), kandungan asam lemah (HCO3- dan CO32-) melebihi asam kuatnya (SO42- dan Cl-).

TABEL 4. Kelas Air Untuk Percontoh Air Tanah di Kota Palangka Raya

Kode Percontoh

Lokasi Kelas Air

1 Sumur gali Suparto, Kec. Pahandut Sodium Bikarbonat

10 Sumur gali Slamet, Kec. Pahandut Sodium Bikarbonat

14 Sumur gali H. Masran, Kec. Jekan Raya Sodium Bikarbonat

20 Sumur pantek Elianson Bungas, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida

26 Sumur bor Rumah Susun, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida

42 Sumur pantek Warga, Kec. Sebangau Sodium Khlorida

48 Sumur pantek Tandi Lion, Kec. Jekan Raya Magnesium Khlorida

59 Sumur pantek Ade Ruslani, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida

68 Sumur pantek Edi Syah, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida

75 Sumur bor Hotel Global Express Sodium Khlorida

87 Sumur bor Hotel Aquarius Sodium Khlorida

88 Sumur bor – 1 Hotel Swiss Bell Danum Sodium Khlorida

28

Page 30: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Mutu air untuk air minum termasuk dalam kelas I, yaitu air yang peruntukannya untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Secara umum, air tanah di daerah pe-nyelidikan memenuhi baku mutu air untuk air minum, meskipun demikian terdapat beberapa percontoh air yang memiliki parameter tertentu menyimpang dari baku mutu air minum.

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AIR TANAH WILAYAH KAJIAN a. Potensi Air Tanah

Pengelompokan potensi air tanah pada penyelidikan ini mencakup pemahaman tentang jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air tanah pada suatu tempat, yang dikaitkan dengan kemudahan untuk mendapatkannya dengan teknologi yang umum berlaku, artinya suatu tempat dapat dinyatakan memiliki potensi air tanah yang tinggi bila terdapat

kemungkinan untuk mendapatkan air tanah dengan jumlah yang cukup, bermutu baik, serta cara untuk memperolehnya yang relatif mudah. Kriteria potensi air tanah telah ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 13-7121-2005 tanggal 31 Agustus 2005 tentang Penyelidikan Potensi Air Tanah Skala 1 : 100.000 atau Lebih Besar, namun dalam beberapa hal dilakukan penyesuaian untuk kepentingan perencanaan pemanfaatan air tanah dalam rangka penyediaan sarana air bersih di Kota Palangka Raya. Berdasarkan atas hubungan kuantitas dan kualitas air tanah untuk keperluan air minum, hasil analisis dan evaluasi disajikan dalam bentuk Peta Potensi Air Tanah. Dalam hal ini, kuantitas air tanah tercermin dari kemungkinan debit optimum yang dapat dihasilkan oleh suatu akuifer, sedangkan batasan kualitas airtanah ditetapkan dengan mengacu pada Baku Mutu yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/ MENKES/SK/VII/2002.

29

Mutu / Kualitas

Jumlah / Kuantitas

BAIK

Di bawah nilai

maksimum yang

disarankan

SEDANG

Antara nilai maksimum

disarankan dan maksimum

diperbolehkan

JELEK

Di atas nilai

maksimum yang

diperbolehkan

Besar

Q > 10 l/det T I N G G I N

I

H

I

L

Sedang

Q = 2 - 10 l/det S E D A N G

Kecil

Q < 2 l/det R E N D A H

TABEL 5. Matriks Potensi Air Tanah

Berdasarkan atas kriteria potensi air tanah tersebut, daerah Palangka Raya dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan potensi air tanah dan non akuifer sebagai berikut : Potensi Air Tanah Sedang

Sebaran satuan ini berada di sekitar Sungai Kahayan, yaitu meliputi seluruh wilayah Kelurahan Pahandut dan Kelurahan Tumbang Rungan; bagian tengah Kelurahan Tanjung Pinang; bagian utara Kelurahan Menteng, Kelurahan Langkai, dan Kelurahan Panarung; bagian timur – timur laut Kelurahan Palangka dan Kelurahan Petuk Katimpun. Umumnya daerah ini dibentuk oleh material yang relatif kasar berupa pasir kasar dan setempat kerikil, terutama pada jejak ox-bow lake, meander scars, dan point bar hanya di

beberapa tempat agak bersifat lempungan yaitu pada daerah rawa-rawa atau yang diidentifikasi sebagai back swamp. Kedudukan akuifer tidak tertekan/semi tertekan beragam dengan kisaran kedalaman antara 2 sampai 140,00 mbmt (setempat dijumpai sampai kedalaman 160 mbmt), muka air tanah berkisar antara 2 - 20 mbmt, setempat keterusan akuifer (T) dapat mencapai 400,89 m2/hari, penghitungan debit jenis (Qs) menunjukkan kisaran antara 0,28 sampai 4,64 l/det/m, debit optimum (Q op) 2,2 - 3 l/detik dan setempat dapat mencapai 4 liter/detik, jarak antar sumur berkisar antara 30 sampai 50 m. Mutu air tanah untuk sumber air baku bagi keperluan air minum umumnya baik, namun setempat perlu perbaikan mutu air, terutama

Page 31: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

karena pengaruh rawa-rawa pada akuifer bagian atas.

Potensi Air Tanah Rendah Satuan ini melampar luas di bagian barat dan timur lembar peta penyelidikan, yaitu meliputi bagian barat – barat daya wilayah Kelurahan Palangka; bagian selatan Kelurahan Menteng, Kelurahan Langkai, dan Kelurahan Panarung; bagian selatan dan timur Kelurahan Tanjung Pinang; bagian barat Petuk Katimpun; bagian tengah – timur Kelurahan Bukit Tunggal; serta bagian utara Kelurahan Kereng Bangkirai dan Kelurahan Sabaru (Kecamatan Sabangau). Sebagian besar daerah ini merupakan kaki perbukitan yang diperkirakan material kasar dan lempungan berselingan dan menjemari (interfingering), setempat dijumpai daerah rawa-rawa yang cukup luas. Kedudukan akuifer tidak tertekan/semi tertekan umumnya beragam dengan kisaran kedalaman antara 5 - 135,00 mbmt, muka air tanah kurang dari 40 mbmt, keterusan akuifer (T) umumnya 29,55 - 105,62 m2/hari, debit jenis (Qs) kurang dari 1,22 l/det/m, debit optimum (Q op) kurang dari 1,5 l/detik, jarak antar sumur 20 - 50 m. Mutu air tanah untuk keperluan air minum umumnya baik, namun di daerah rawa-rawa umumnya perlu perbaikan mutu air karena kandungan besinya tinggi, pH yang rendah,

atau keruh, terutama pada daerah dekat rawa-rawa dan gambut, bahkan setempat tergolong tidak baik untuk air minum.

Non Akuifer Satuan ini dibentuk oleh batuan beku granit dan granodiorit, secara umum tidak dapat bertindak sebagai akuifer, sebarannya setempat di barat daya lembar peta penyelidikan (di luar daerah prioritas kajian).

b. Pengembangan Air Tanah di Daerah Sulit Air

Berdasarkan pengamatan dan penyelidikan lapangan, kesulitan air bersih yang dialami sebagian penduduk di daerah penyeli-dikan lebih disebabkan oleh mutu air tanahnya jelek, sementara kemampuan penduduk terbatas untuk melakukan perbaikan mutu air atau membuat sumur bor dalam, baik karena kendala keterbatasan biaya maupun teknologi. Kondisi yang demikian inilah yang menye-babkan beban ekonomi menjadi tinggi karena harus menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli air bersih.

Secara umum, dapat diketahui bahwa kebutuhan air yang mendesak untuk mening-katkan kesejahteraan sebagian masyarakat di daerah penyelidikan dapat dilakukan sebagai berikut : Membangun sarana air bersih dengan sumber

air baku berasal dari sumur bor dalam,

Gambar 5. Peta Potensi air tanah di wilayah penyelidikan

30

Page 32: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

dilakukan untuk kelompok masyarakat mengingat diperlukan biaya yang relatif besar dan teknologi untuk menutup akuifer guna mengatasi adanya sisipan-sisipan air tanah berkualitas jelek sehingga memerlukan ketelitian dan kemampuan teknis memadai bagi pelaksana pengeboran.

Mengembangkan dan mengoptimalkan pembangunan sarana pengolahan air permukaan Sungai Kahayan secara lebih luas dan menghasilkan kualitas air bersih yang memenuhi standard untuk keperluan pasokan air bersih.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengadaan air bersih yang dinilai tepat dan sesuai untuk masyarakat yang kesulitan air bersih adalah dengan mengoptimalkan pemanfa-atan air permukan atau melakukan pengeboran yang menyadap air tanah dalam namun dengan resiko biaya dan kegagalan tinggi. PENUTUP

Perkembangan pemanfaatan air tanah yang terus meningkat pada beberapa dekade terakhir ini, terutama untuk menunjang kegiatan pariwisata, industri, dan lainnya di Kota Palangka Raya perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para pemilik kepentingan (stake-holder) dalam pengelolaan sumber daya air tanah, yakni agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.

Berkaitan dengan hal di atas, perencanaan pendayagunaan air tanah yang bermuara pada konservasi air tanah perlu dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yang dinilai penting untuk kondisi yang sesuai dengan

daerah penyelidikan ini, antara lain: Perubahan penggunaan lahan seiring dengan

kemajuan pembangunan perlu dilakukan secara cermat dengan memperhatikan fungsi imbuhnya terhadap air tanah, antara lain pada daerah perbukitan di luar daerah penyelidikan yang umumnya dibentuk oleh Formasi Dahor, serta pengembangan bangunan dan infra struktur daerah perkotaan, dan daerah bantaran banjir Sungai Kahayan. Hal ini memerlukan koordinasi antar sektor di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya.

Dalam rangka pengelolaan air tanah, dipandang penting untuk segera dilakukan kegiatan inventarisasi pengambilan air tanah, dan pemberlakukan izin penggunaan air tanah yang berfungsi sebagai alat kendali pengambilan air tanah.

Menilik ketersediaan sumber air permukaan yang potensial di daerah penyelidikan, perlu dioptimalkan pemanfaatan saling menunjang antara air permukaan dan air tanah, misalnya dengan mengutamakan penyediaan air bersih dari air permukaan, serta pengaturan penyadapan airtanah untuk keperluan industri dan lainnya dengan mempertimbangkan potensi ketersediaannya dan mengutamakan kepentingan untuk pasokan air bersih penduduk.

Pembuatan sumur pantau perlu segera dilakukan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya. Lokasi yang disarankan untuk dibuat sumur pantau adalah di daerah seputar pusat kota di Jl. Imam Bonjol atau Jl. Cilik Riwut yang pengambilan air tanah melalui sumur bor tergolong intensif.

31

Page 33: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Pembangunan Ekonomi Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2023 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan penyusunan dokumen RPJPD dan RPJMD sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, juga diperlukan perencanaan pembangunan yang bersifat strategis dan spasial yang berfungsi sebagai rencana induk (masterplan) untuk menjadi pedoman perencanaan yang lebih operasional bagi Pemerintah Kota, masyarakat dan dunia usaha. Salah satu rencana induk yang disusun adalah Masterplan Pembangunan Ekonomi yang berisi analisis, evaluasi kajian, arah pembangunan dan program/kegiatan pembangunan ekonomi yang meliputi seluruh sektor ekonomi.

Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya merupakan sinergisitas dan refocusing sumber daya pembangunan guna mempercepat pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya, sehingga kualitas Dokumen Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya sebagai acuan keterpaduan pelaksanaan sangat penting dan menentukan keberhasilan program pembangunan, sehingga pemerintah dan masyarakat di daerah saat ini hanya tinggal menjalankan proses pemberdayaan terhadap semua potensi yang ada, sehingga tujuan pembangunan daerah untuk mensejahterakan masyarakat di daerah tercapai dengan segala potensi yang dimilikinya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Penyusunan Master Plan

Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014 - 2023 adalah untuk menghasilkan suatu produk perencanaan yang akan menjadi pegangan dan acuan dalam penyusunan program dan kegiatan pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014 - 2023.

Tujuan dari Penyusunan Master Plan Pembangunan Ekonomi Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2023 adalah untuk menyediakan pedoman bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan swasta dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan ekonomi daerah yang lebih efektif, efisien dan terarah.

Sedangkan tujuan khusus Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2023 ini adalah: a. Mengetahui kondisi dan perkembangan,

serta permasalahan pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya 10 tahun terakhir.

b. Mengetahui prospek dan kebutuhan pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya sebagai dasar penyusunan rencana untuk 10 tahun ke depan.

c. Menyusun strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi daerah ke depan dengan memperhatikan dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya yang telah disusun sebelumnya termasuk RUTRK.

d. Merumuskan dan merekomendasikan program dan kegiatan yang diperlukan untuk mendorong pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya yang saling bersinergi dan berkelanjutan.

32

Page 34: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

C. SASARAN a. Merumuskan konsep dan strategi ekonomi

yang tepat untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.

b. Pengurangan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial ekonomi masyarakat secara adil dan merata.

c. Memberikan informasi/penjelasan mengenai sektor unggulan yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan di Kota Palangka Raya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing produk.

d. Menyusun masukan bagi kebijakan dan strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan andalan.

e. T e r s e l e n g g a r a n y a p e m b a n g u n a n berkelanjutan dan sistem integrasi l ingkungan dan ekonomi yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam.

D. KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran kegiatan berupa laporan hasil studi yang berisi: a. Hasil kajian pustaka mengenai sektor

unggulan perekonomian. b. Hasil pengumpulan dan analisis data. c. Identifikasi potensi dan masalah

pengem bangan s e ktor unggulan perekonomian di Kota Palangka Raya.

d. Rumusan konsep dan strategi pengem bangan s e ktor unggulan perekonomian, proyeksi pertumbuhan ekonomi, serta indikasi program pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya tahun 2014 - 2023.

E. OBJEK KAJIAN

Objek kajian kegiatan dilakukan menurut lapangan pekerjaan utama terdiri dari : Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Kostruksi Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Keuangan Jasa F. RUANG LINGKUP 1) Program dan kegiatan pengembangan

ekonomi produktif 2) Output ekonomi produktif pada tingkat

kecamatan dan kota

3) Evaluasi program-program pengembangan ekonomi produktif

4) Berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan ekonomi produktif, baik faktor internal dan eksternal

G. POPULASI DAN SAMPEL KAJIAN Populasi dalam kajian ini yaitu penduduk

yang menekuni bidang usaha produktif menurut lapangan pekerjaan utama. Berdasarkan Statistik Kota Palangka Raya Dalam Angka tahun 2012, jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan peker-jaan utama sebanyak 106.107 jiwa, tersebar pada masing-masing lapangan pekerjaan utama. Karena banyaknya populasi pada masing-masing bidang usaha produktif tidak sama maka pengambilan sampel menggunakan metode stratifikasi proporsional sampel acak (stratified proportional random sampling). Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang dipergunakan terlihat tabel 1 sebanyak 99,16 atau dibulatkan menjadi 100 orang.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data

primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tahunan dinas/instansi terkait, serta berbagai data publikasi BPS di Kalimantan Tengah.

Teknik Pengukuran Teknik pengukuran variable internal dan

eksternal menggunakan pendekatan skala Likert atau skala ordinal 5 titik, yaitu skala 1 – 5 untuk semua aspek seperti SDM, SDA, kelembagaan, usaha/kegiatan. Begitu juga untuk variable internal dan eksternal kegiatan di bidang usaha pariwisata.

33

No Lapangan Usaha Populasi Sampel

1 Pertanian 11.280 10,54

2 Pertambangan 2.683 2,44

3 Industri 5.582 5.17

4 Listrik, Gas dan Air 769 0,64

5 Konstruksi 13.026 12,19

6 Perdagangan 30.754 28,89

7 Transportasi & Komunikasi 7.277 5,85

8 Keuangan 6.308 5,85

9 Jasa 28.428 26,70

Jumlah 106.107 99,16

TABEL 1.

Jumlah Populasi dan Sampel Masing-Masing Lapangan

Page 35: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

H. ANALISIS DATA Penetapan analisis data tidak lepas dari

pencapaian tujuan dan sasaran. Enam alat analisis yang digunakan sebagai berikut : Analisis Perkembangan dan Prospek

Analisis ini menggunakan analisa trend terhadap data dasar pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2002 sampai dengan 2012.

Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan dan Pengangguran Untuk melihat hasil pembangunan ekonomi yang diukur melalui pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya dalam hubungannya dengan pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kerangka analisis ini terlebih dahulu mencari koefisien lokasi dan koefisien spesialisasi. Alat analisis yang digunakan yaitu Location Question dan Shift Share.

Analisis Input – Output Y yaitu pendekatan kerangka yang komprehensip untuk menganalisis wilayah. Pendekatan ini mampu menggambarkan beragam sifat hubungan di antara sektor-sektor industri dan antara sektor-sektor industri dengan komponen ekonomi lainnya.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Melalui pendekatan ekonometrika dengan model matematik yang diaplikasikan mulai dari yang sederhana dengan hanya beberapa variabel hingga yang paling komplek dengan banyak variabel.

Analisa SWOT Tahap akhir kajian yaitu dengan melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal menggunakan analisis SWOT.

II. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN

Beberapa kondisi umum perekonomian Kota Palangka Raya yang melatarbelakangi kajian ini adalah sebagai berikut: a. Perkembangan PDRB

b. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya (Atas Dasar Harga Berlaku)

c. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya (Atas Dasar Harga Konstan)

d. Trend Perkembangan Pendapatan Per Kapita (ADHB dan ADHK 2000)

e. Tingkat Inflasi Kota Palangka Raya

34

Page 36: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

III. FAKTA, PERMASALAHAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

a. Sektor Pertanian

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

c. Sektor Industri Pengolahan

d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

35

Tahun

Distribusi Pendapatan Kriteria Bank Dunia

Gini Ratio 40% Penduduk

Berpenghasilan Rendah

40% Penduduk

Berpenghasilan Sedang

20% Penduduk

Berpenghasilan Tinggi

2005 20,52 38,57 40,91 0,31

2006 21,39 38,85 39,76 0,30

2007 21,41 39,47 39,11 0,29

2008 22,52 39,42 38,06 0,28

2009 19,77 39,41 40,81 0,32

2010 20,15 38,40 41,45 0,32

2011 20,86 39,09 40,05 0,31

2012 20,07 39,13 40,80 0,32

f. Distribusi Pendapatan Menurut Kriteria Bank Dunia dan Gini Ratio

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung TURUN (ada masalah)

Strategi & Arah Kebijakan

Meningkatkan produk pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan

Sasaran Jagung, sayur2an, sapi, babi, ayam, ikan keramba.

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung TURUN (ada masalah)

Strategi & Arah Kebijakan

Meningkatkan produksi tambang dan penggalian

Sasaran Zircon, pasir kuarsa

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn)

Tren capaian cenderung TURUN (ada masalah)

Strategi & Arah Kebijakan

Meningkan produk industri kecil dan rumah tangga.

Sasaran

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn)

Tren capaian cenderung NAIK (tidak masalah)

Strategi & Arah Kebijakan

Meningkatkan produk listrik PLN dan produk air bersih PDAM.

Sasaran Semua produk listrik dan semua produk air bersih

Page 37: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

e. Sektor Bangunan

f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

i. Sektor Jasa-Jasa

36

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung NAIK (tidak

masalah)

Strategi & Arah

Kebijakan

Meningkatkan produk fisik konstruksi

Sasaran gedung, jalan, jembatan, terminal,

pelabuhan, maupun jaringan listrik, air,

telepon

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung NAIK (tidak

masalah)

Strategi & Arah

Kebijakan

Meningkatkan nilai komo diti

perdagangan pertanian, pertambangan

& penggalian serta brg impor yang

diperdagangkan.

Sasaran Komoditi jagung, suyur2 an, zircon,

pasir, b. impor.

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung NAIK (tidak

masalah)

Strategi & Arah

Kebijakan

Meningkatkan pengangkutan umum

org dan barang melalui darat dan

udara

Sasaran Jumlah armada angkutan dan

fasilitasnya; (2) jumlah jasa layanan

pos da telekomunikasi

Identifikasi Penjelasan

Tren (naik/turn) Tren TURUN (masalah)

Strategi & Arah

Kebijakan

Meningkatkan produk perbankan,

lembaga keuangan bukan bank,

persewaan bangunan dan jasa

perusahaan

Sasaran Jumlah kredit, pinjaman LN, asuransi,

koperasi; jasa rumah, pengacara, jasa

akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan

data, jasa periklanan

Identifikasi Penjelasan

Tren Tren capaian cenderung NAIK (tidak

masalah)

Strategi & Arah

Kebijakan

Meningkatkan produk jasa pemerintah

umum dan swasta

Sasaran Belanja pemerintah, jasa pendidikan

(jumlah murid), jasa kesehatan (RS &

dokter praktek)

Page 38: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

IV. MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2014 – 2023 A. Pembangunan Ekonomi Makro 1. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Ekonomi

2. Proyeksi dan Target Pendapatan Perkapita

3. Proyeksi dan Target Investasi

4. Proyeksi dan Target Kredit Perbankan

37

TAHUN PE ADHB PE ADHK-2000

2014 15,42 7,37

2015 15,79 7,55

2016 16,17 7,73

2017 16,55 7,90

2018 16,93 8,08

2019 17,30 8,25

2020 17,68 8,43

2021 18,06 8,61

2022 18,43 8,78

2023 18,81 8,96

TAHUN ADHB ADHK

2014 17.096.923,93 5.826.958,67

2015 18.136.717,11 5.930.752,73

2016 19.176.510,28 6.034.546,80

2017 20.216.303,46 6.138.340,86

2018 21.256.096,64 6.242.134,92

2019 22.295.889,81 6.345.928,98

2020 23.335.682,99 6.449.723,05

2021 24.375.476,17 6.553.517,11

2022 25.415.269,34 6.657.311,17

2023 26.455.062,52 6.761.105,23

TAHUN PMTB ADHB PMTB ADHK

2014 2.936.964,01 654.944,29

2015 3.288.372,46 678.956,30

2016 3.639.780,91 702.968,31

2017 3.991.189,36 726.980,31

2018 4.342.597,81 750.992,32

2019 4.694.006,26 775.004,33

2020 5.045.414,71 799.016,34

2021 5.396.823,16 823.028,35

2022 5.748.231,61 847.040,36

2023 6.099.640,06 871.052,36

Tahun Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

2014 991.164 436.453 2.953.989 4.381.606

2015 1.099.842 485.886 3.278.722 4.864.449

2016 1.208.520 535.318 3.603.454 5.347.292

2017 1.317.197 584.751 3.928.187 5.830.135

2018 1.425.875 634.184 4.252.920 6.312.978

2019 1.534.553 683.616 4.577.652 6.795.821

2020 1.643.230 733.049 4.902.385 7.278.664

2021 1.751.908 782.481 5.227.117 7.761.507

2022 1.860.586 831.914 5.551.850 8.244.350

2023 1.969.264 881.347 5.876.583 8.727.193

Seminar Laporan

Akhir Kajian di

Aula “Rahan

Pumpung Kapakat”

Bappeda Kota

Palangka Raya

Page 39: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

6. Proyeksi dan Target Inflasi

7. Proyeksi dan Target Pengangguran Terbuka

8. Proyeksi dan Target Gini Rasio (Indeks)

38

NO NAMA SEKTOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 PERTANIAN V V V V V

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

3 INDUSTRI PENGOLAHAN V V V V V V V V

4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BRSIH SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU

5 KONSTRUKSI SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU

6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN

RESTORAN V V V V V V V V V V

7 PENGANGKUTAN & KOMUNISKASI SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU

8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA

PERUSAHAAN SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU

9 JASA-JASA SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU

5. Proyeksi dan Target Sektor Unggulan

Keterangan : SU = Sektor Unggulan; V = Akan dijadikan sektor unggulan

TAHUN INFLASI

2014 5,68

2015 7,25

2016 7,96

2017 9,65

2018 8,39

2019 7,72

2020 7,96

2021 9,18

2022 6,68

2023 7,25

TAHUN

PENGANGGURAN

TERBUKA

(RIBU ORG)

PENGANGGURAN

TERBUKA (%)

2014 5,23 4,66%

2015 4,77 4,09%

2016 4,30 3,56%

2017 3,84 3,06%

2018 3,57 2,76%

2019 2,91 2,17%

2020 2,68 1,94%

2021 2,33 1,64%

2022 1,90 1,29%

2023 1,51 1,00%

TAHUN GINI RASIO

2014 0,27

2015 0,27

2016 0,26

2017 0,26

2018 0,25

2019 0,25

2020 0,24

2021 0,23

2022 0,23

2023 0,22

Page 40: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

B. Pembangunan Ekonomi Sektoral 1. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor

Pertanian

2. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian

3. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

4. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

39

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 2,45

2015 2,48

2016 2,57

2017 2,45

2018 2,48

2019 2,57

2020 2,45

2021 2,48

2022 2,57

2023 2,45

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 2,57

2015 2,45

2016 2,48

2017 2,57

2018 2,45

2019 2,48

2020 2,57

2021 2,45

2022 2,48

2023 2,57

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 2,48

2015 2,57

2016 2,45

2017 2,48

2018 2,57

2019 2,45

2020 2,48

2021 2,57

2022 2,45

2023 2,48

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 6,03

2015 6,59

2016 7,15

2017 5,47

2018 6,03

2019 6,59

2020 7,15

2021 7,22

2022 5,47

2023 6,03

Page 41: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

5. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Bangunan

6. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

40

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 6,94

2015 8,89

2016 8,35

2017 9,13

2018 6,94

2019 8,89

2020 8,35

2021 9,13

2022 6,94

2023 8,89

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 10,12

2015 10,52

2016 11,64

2017 10,12

2018 10,52

2019 11,64

2020 10,12

2021 10,52

2022 11,64

2023 10,52

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 6,03

2015 6,59

2016 7,15

2017 5,47

2018 6,03

2019 6,59

2020 7,15

2021 7,22

2022 5,47

2023 6,03

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 11,64

2015 10,12

2016 10,52

2017 11,64

2018 10,12

2019 10,52

2020 11,64

2021 10,12

2022 10,52

2023 11,64

Page 42: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

8. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

V. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN

EKONOMI KOTA PALANGKA RAYA A. Program Pembangunan Ekonomi Makro 1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Regional 2. Meningkatkan Pendapatan Perkapita 3. Meningkatkan Investasi

a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

b. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah

4. Meningkatkan Pertumbuhan Kredit Perbankan a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil

Menengah Yang Konduktif b. Program Pengembangan Sistem

Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

c. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

5. Mengembangkan Sektor Ekonomi Unggulan a. Program Pengembangan Kewirausahaan

dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

6. Menjaga Kestabilan Harga

7. Mengurangi Pengangguran a. Program Peningkatan Kualitas dan

Produktivitas Tenaga Kerja b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja c. Program Perlindungan dan

Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

8. Menjaga Distribusi Pendapatan a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin,

Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya

b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

c. Program Pembinaan Anak Terlantar d. Program Pembinaan Para Penyandang

Cacat dan Trauma e. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti

Jompo f. Program Pembiasaan Eks Penyandang

Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba, dan Penyakit Sosial lainnya)

g. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejeahteraan Sosial

h. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan

i. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

j. Program Peningkatan Partisipasi Dalam Membangun Desa

k. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa

l. Program Peningkatan Peran Perempuan Di Perdesaan

B. Program Pengembangan Ekonomi

Sektoral 1. Sektor Pertanian

a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

b. Program Peningatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)

c. Program Pemberadayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan

d. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

e. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

f. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

g. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

h. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

i. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan j. Program Perlindungan dan Konservasi

TAHUN PERTUMBUHAN

2014 8,89

2015 8,35

2016 9,13

2017 6,94

2018 8,89

2019 8,35

2020 9,13

2021 6,94

2022 8,89

2023 9,13

41

Page 43: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Sumber Daya Hutan k. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan

Industri l. Program Pembinaan dan Penertiban

Industri Hasil Hutan m. Program Perencanaan dan

Pengembangan Hutan n. Program Pengembangan Budidaya

Perikanan o. Program Pengembangan Perikanan

Tangkap p. Program Pengembangan Sistem

Penyuluhan Perikanan q. Program Optimalisasi Pengelolaan dan

Pemasaran Produksi Periakanan r. Program Pengembangan Kawasan

Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

a. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan

b. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat Yang Berpotensi Merusak Lingkungan

3. Sektor Industri Pengolahan

a. Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi

b. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menegah

c. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

d. Program Penataan Struktur Industri e. Program Pengembangan Sentra-Sentra

Industri Potensial 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

a. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan

b. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

c. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

d. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

5. Sektor Bangunan

a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

b. Program Pembangunan Saluran Drainase / Gorong-Gorong

c. Program Pembangunan Turap / Talud /Bronjong

d. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

e. Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Talud/Bronjong

f. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan

g. Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan

h. Program Peninkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

i. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

b. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

c. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

d. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

e. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan

f. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

g. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

h. Program Pengembangan Kemitraan 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

a. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

c. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

d. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan

e. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas

f. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaran Bermotor

g. Program Pengembangan Data/Informasi h. Program Pengembangan Komunikasi,

Informasi dan Media Massa i. Program Pengkajian dan Penelitian

Bidang Informasi dan Komunikasi j. Program Fasilitasi Peningkatan SDM

bidang komunikasi dan inforamsi k. Program Kerjasama Informasi dengan

Mas Media

* * *

42

Page 44: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Oleh: Taronggal Silalahi, SP, M.Si (Bappeda

Kota Palangka Raya)

D alam rangka membantu pemerintah

daerah mempercepat pemenuhan target

MDGs, sejak tahun 2006 BAPPENAS dengan

dukungan ADB dan UNDP melaksanakan kegiatan

peningkatkan kapasitas pemerintah daerah

dalam proses perencanaan dan penganggaran

pembangunan yang pro terhadap masyarakat

miskin (Pro-Poor Planning and Budgeting-

P3B). Pada tahun 2008, dengan maksud

penambahan komponen monitoring, kegiatan

ini berubah nama menjadi Pro-Poor Planning,

Budgeting and Monitoring (P3BM).

Sejak tahun 2007, Pemerintah Indonesia

meluncurkan program Target MDGs (Millenium

Development Goals) dengan didukung oleh

UNDP. Target MDGs memiliki 4 komponen

program, yaitu: perbaikan pendataan,

pelaporan, advokasi/kampanye dan dukungan

inisiatif lokal untuk memperkuat kapasitas peme

-rintah daerah, LSM dan media massa. Komponen

kegiatan keempat selanjutnya disebut Pro-Poor

Planning, Budgeting and Monitoring (P3BM)

yang merupakan penyempurnaan dari P3B.

Program P3BM merupakan upaya

peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk

mempercepat pencapaian target MDGs melalui

upaya perbaikan kualitas proses perencanaan dan

penganggaran di daerah. Program P3BM diharapkan

dapat membantu pemerintah daerah dalam

melakukan “diagnosa” status capaian MDGs di

daerah, meningkatkan kapasitas aparatur dalam

menyusun rencana program dan anggaran yang

pro-masyarakat miskin serta monitoring proses

dan hasil pembangunan.

Salah satu cara meningkatkan kinerja

Pemda agar lebih optimal, P3BM telah

membangun Sistem Database MDGs dan Sistem

Database Program Pembangunan.

Manfaat Sistem Database MDGs dalam

konteks kegiatan P3BM:

Menghasilkan data yang berkualitas baik

untuk pembuatan score card

Menghasilkan data yang berkualitas baik

untuk pembuatan mapping

Menghasilkan data yang berkualitas baik

untuk pengalokasian budget daerah

Membantu proses koordinasi dalam

musrenbang

Membantu proses monitoring dan evaluasi

(rekam jejak) di daerah bersangkutan

Manfaat Sistem Database Program

Pembangunan dalam konteks kegiatan P3BM:

Membantu proses koordinasi perencanaan pem-

bangunan daerah berkaitan dengan pencegahan

tumpang tindih program dan sasaran

Menyediakan data bagi daerah yang berkualitas

baik untuk pembuatan mapping berdasarkan

aktivitas program di daerah.

43

Page 45: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Membantu sharing maupun sinergi antar

program

Menghasilkan data yang berkualitas baik

untuk pengalokasian budget/anggaran

Membantu proses koordinasi dalam

musrenbang

Membantu proses monitoring dan evaluasi

(rekam jejak) di daerah bersangkutan.

Sistem Database MDGs merupakan sistem

untuk menyimpan data dan memonitor secara

efektif pencapaian MDGs berdasarkan indikator-

indikator yang dikumpulkan pada wilayah

tertentu. Secara umum manfaat Sistem Database

MDGs adalah:

Memudahkan pengelolaan data indikator

berdasarkan goal dan target. Pada sistem ini

ditampilkan beberapa informasi lain seperti:

metadata dan definisi, serta target MDGs dari

indikator tersebut.

Mendorong SKPD mencari data yang benar

dan mengontrol proses pengentrian data

variabel untuk indikator, sehingga kualitas

data dapat terjaga.

Menampilkan laporan data indikator

berdasarkan wilayah, tahun periode data, dan

beberapa laporan lain yang dibutuhkan untuk

memudahkan proses perencanaan dan

pengambilan keputusan.

44

Gambar 1. Kerangka Pikir P3BM untuk Menemukan Akar Masalah Pembangunan (L. Ega, 2009)

Dalam rangka penyiapan data untuk laporan

penyelenggaraan pemerintah daerah, membuat

sangat penting untuk mengetahui sumber data

indikator MDGs di setiap daerah. Selaras dengan

kebutuhan data, pada Bulan Januari 2008, PBB telah

merevisi indikator-indikator MDG global, serta dirinci

menurut jenis kelamin dan kriteria perkotaan/

perdesaan sehingga Indonesia sebagai salah salah satu

negara yang berkomitmen menjalankan.

Secara ringkas, beberapa sumber data yang

dapat diperoleh untuk memantau tujuan MDGs serta

target yang hendak dicapai ditunjukkan pada

Tabel 1.

Beberapa komponen (alat) utama yang

diperkenalkan oleh P3BM yaitu:

Penyusunan kartu penilaian (balanced

scorecard) MDGs untuk perencanaan dan

pengangaran yang berpihak pada masyarakat

miskin. Komponen ini menganalisa target dan

pencapaian target MDGS daerah dibanding

dengan target nasional dan internasional.

Page 46: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Pemetaan Kemiskinan MDGs (poverty

maping) untuk pe rencanaan dan

penganggaran yang tepat lokasi. Komponen ini

mengkonversi data-data statistik ke data

spatial (GIS) sehingga bisa diidentifikasi

lokasi-lokasi yang tingkat kemiskinannya

rendah, sedang dan tinggi.

Analis kualitas dokumen perencanaan dan

penganggaran yang tepat lokasi. Komponen ini

menganalisis ketepatan lokasi alokasi anggaran

berdasarkan pada hasil pemetaan kemiskinan.

Analisa belanja pembangunan daerah untuk

peningkatan kualitas penggunaan anggaran

untuk penanggulangan kemiskinan.

Interpretasi dan aplikasi alat P3BM untuk

perencanaan dan penganggaran yang berpihak

pada masyarakat miskin.

1. Menyusun Kartu Penilaian MDGs

Kartu penilaian MDGs merupakan alat yang

sederhana baik dalam pembuatan, cara

penyajian dan analisanya. Berikut ini alur

penyusunan kartu penilaian MDGs dan langkah-

langkah untuk menghasilkannya.

Manfaat Kartu Penilaian MDGs

Kartu penilaian MDGs berguna untuk

mengetahui pencapaian pembangunan kabupaten/kota

atas target MDGs. Kartu ini disimbolkan dalam tiga

warna, yaitu:

Tujuan Target Bidang Sumber Data

1

1.A Kemiskinan BPS, Sektor KB,

1.B Ketenagakerjaan BPS, Sektor Tenaga Kerja, Kesos

1.0 Kelaparan BPS, Sektor Kesehatan

2 2.A Pendidikan Sektor Pendidikan, Kandepag, Kesos

3 3.A Gender BPS, BKD, Sektor PP, KPUD, Pendidikan,

Tenaga Kerja

4 4.A Kematian anak Sektor Kesehatan

5 5.A Kesehatan ibu Sektor Kesehatan, KB

5.B Kesehatan reproduksi Sektor Kesehatan, KB

6

6.A HIV/AIDS KPAD, Sektor Kesehatan, KB

6.B Akses berobat HIV Sektor Kesehatan

6.0 Malaria dan lainnya Sektor Kesehatan

7

7.A Pembangunan berkelanjutan Sektor LH, Kehutanan, PU, Perindustrian, BPS, Kelautan/Perikanan

7.B Kelestarian lingkungan hidup Sektor LH, Kehutanan, Kelautan/Perikanan, Pemda

7.0 Fasilitas perumahan BPS, Sektor Kesos

7.D Pemukiman BPS, BPN, Sektor Kesos

TABEL 1. Ringkasan Sumber Data Indikator MDGs di Kabupaten/Kota

Gambar 2. Alur Penyusunan Kartu Penilaian MDGs

45

Page 47: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Warna merah menunjukkan pembangunan masih

“jauh dari arah pencapaian”

Warna kuning menunjukkan “dalam arah

pencapaian”

Warna hijau menunjukkan “telah mencapai

target”

2. Menghasilkan Peta Kemiskinan dan Peta

Tematik Lain

Untuk dapat menghasilkan peta kemiskinan

dan peta tematik lain menggunakan program

ArcGIS, setidaknya diperlukan enam langkah utama

sebagaimana digambarkan dalam alur beñkut ini.

Manfaat Pemetaan

Pemetaan merupakan alat yang relatif

sederhana, mudah diaplikasikan dan mampu

memberikan informasi yang mudah dicerna. Dengan

penyajian melalui gambar dan warna maka

pemetaan dapat dipakai sebagai alat analisa yang

menarik dan mudah diinterpretasi. Beberapa manfaat

pemetaan dalam proses perencanaan dan

penganggaran, adalah sebagai berikut:

Menjelaskan heteroginitas permasalahan dalam

suatu wilayah tertentu, di mana setiap wilayah pada

dasarnya memiliki permasalahan yang bersifat

spesifik, termasuk permasalahan kemiskinan.

Memperbaiki penentuan sasaran intervensi

efisiensi anggaran, ketepatan sasaran, keterpaduan

antar program sektoral, mengurangi potensi

konflik, dengan kata lain alat ini dapat

mempertajam sasaran (target) penerima manfaat

atas program, termasuk dalam penanggulangan

kemiskinan.

Mengevaluasi dampak berbagai kegiatan dan

program pembangunan, termasuk permasalahan

kemiskinan, disamping untuk meneliti hubungan/

keterkaitan antar permasalahan

Memperjelas dukungan komitmen pencapaian

RPJMD dan target MDGs dengan mendorong

keterpaduan kebijakan dan program

pembangunan.

3. Analisa Dokumen Perencanaan dan

Penganggaran

Analisa dokumen perencanaan dan

penganggaran yang dimaksud dalam panduan ini

adalah analisa deskriptif secara kualitatif dan

kuantitatif untuk menjawab dua hal: 1)

Apakah dokumen perencanan dan

penganggaran ditetapkan secara

konsisten sehingga bisa dilihat

keterkaitan yang erat antara dokumen

perencanaan dan penganggaran, dan 2) Apakah

intervensi perencanaan dan alokasi anggaran yang

ditetapkan relevan dengan persoalan yang dihadapi

oleh daerah.

Dokumen yang dianalisa merupakan dokumen-

dokumen perencanaan dan penganggaran yakni:

RPJMD, RKPD, KUA, PPA hingga APBD. Proses

analisa yang sama pula untuk dokumen perencanaan

tingkat kabupaten yakni mulai RPJMD hingga APBD

dan untuk analisa dokumen tingkat SKPD mulai dari

RPJMD, Renstra SKPD hingga APBD sektoral. Contoh

analisa konsistensi dokumen dokumen pada tingkat

SKPD ditunjukkan pada Gambar 4.

Manfaat Analisa Dokumen Perencanaan dan

Penganggaran

Analisa dokumen perencanaan dan peng-

anggaran ini merupakan analisa untuk memperkuat

berbagai analisa lain dalam penyusunan rencana dan

anggaran yang berpihak kepada masyarakat miskin.

Pada intinya analisa ini bertujuan agar intervensi

perencanaan dan alokasi anggaran yang ditetapkan

dapat lebih fokus baik dalam hal: jenis program,

kegiatan, lokasi, sasaran dan besar anggaran. Untuk

mendukung tujuan ini, analisa dokumen perencanan

dan anggaran bermanfaat untuk dua hal. Pertama,

memastikan bahwa dokumen perencanaan dan

dokumen penganggaran ditetapkan secara konsisten

dan terdapat keterkaitan yang erat antar kedua

dokumen tersebut. Kedua, memastikan bahwa

intervensi perencanaan dan alokasi anggaran ini telah

relevan dengan permasalahan yang dihadapi daerah.

4. Analisis Belanja Pembangunan Daerah

Analisis belanja pembangunan daerah

merupakan bagian dari upaya mengetahui besarnya

Gambar 3. Alur Pembuatan Peta Kemiskinan dan Peta

Tematik lain

46

Page 48: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Manfaat Analisis Belanja

Pembangunan Daerah

M e n i n g k a t k a n k u a l i t a s

p e r e n c a n a a n a n g g a r a n .

Peningkatan kualitas anggaran ini

dapat dilakukan, ketika yang

menjadi bahan analisis adalah RKA

-SKPD (Rencana Kerja dan

Anggaran – Satuan Kerja

Perangkat Daerah). Karena pada

saat RKA-SKPD, APBD masih

dalam proses penyelesaian,

sehingga hasil analisis masih

dapa t d i guna ka n u n tu k

memperbaiki RKA yang sudah

disusun.

Memantau daya serap anggaran

berjalan. Pemantauan daya serap

anggaran ini dapat dilakukan, jika

yang menjadi bahan analisis

adalah pos-pos belanja yang

sedang dilakukan pada tahun berjalan.

Mengevaluasi kualitas belanja. Evaluasi kualitas

belanja ini dapat dilakukan, jika yang menjadi

bahan analisis adalah APBD yang sudah disahkan.

Hasil analisis ini dapat menjadi bahan masukan

dalam penyusunan APBD tahun berikutnya.

5. Analisa Menggunakan Bagan Prioritas

Analisa Bagan Prioritas merupakan alat yang

yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat

keparahan permasalahan MDGs atau pembangunan

yang dihadapi suatu lokasi dibandingkan dengan

lokasi lainnya. Analisa dilakukan, yaitu dengan cara

mengkombinasikan lebih dari satu indikator, baik

indikator di dalam goals MDGs, antar golas MDGs

atau indikator MDGs dengan indikator lainnya.

Indikator yang dikombinasikan harus saling berkaitan

atau berpengaruh.

Langkah analisa penentuan tingkat prioritas

lokasi menggunakan Bagan Prioritas sangat

sederhana, ringkasan tahapannya ditampilkan pada

Gambar 6.

Gambar 4. Contoh Analisa Konsistensi Dokumen pada Tingkat SKPD

Gambar 5. Contoh Analisa Relevansi Dokumen pada Tingkat SKPD

belanja dengan berbagai

klasifi kasi belanja yang

sudah tercantum dalam

Permendagri 59 tahun 2007

atau klasifi kasi belanja yang

didefinisikan berdasarkan

kebutuhan. Klasifi kasi

berdasarkan Permendagri

t e r d i r i d a r i u rusan

pemerintahan, kelompok

belanja, jenis belanja, program

dan kegiatan. Klasifi kasi yang

didefi nisikan kebutuhan antara

lain klasifi kasi berdasarkan

l o k a s i , P r i o r i t a s

Pembangunan, atau MDGs.

47

Page 49: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

6. Interpretasi dan Aplikasi Alat P3BM untuk

Perencanaan dan Penganggaran Yang Berpihak

Pada Masyarakat Miskin

a. Analisa Kartu Penilaian MDGs

Kartu penilaian MDGs didesain sebagai alat

bantu yang mudah dihasilkan dan dapat dianalisa

dengan metode sederhana. Analisa dasar kartu

penilaian MDGs meliputi analisa pencapaian dan

analisa kecenderungan, sebagaimana dijelaskan pada

bagian di bawah ini.

Analisa pencapaian MDGs merupakan analisa

sangat sederhana dengan melakukan rekapitulasi

berapa indikator berdasarkan warna dan persentase

total capaian. Tabel 2 merupakan contoh tampilan

status pencapaian MDGs Kota Palangka Raya.

Dari contoh kondisi yang ditunjukkan pada Tabel 2

dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Persoalan-persoalan dalam indikator MDGs yang

masih jauh dari arah pencapaian dan harus mendapat

perhatian serius adalah: APM SMP, dan cakupan air

minum.

Indikator yang telah berada dalam arah pencapaian

dan harus ditingkatkan pencapaiannya adalah:

APM SD, dan angka melek huruf.

Indikator yang telah mencapai target dan harus

dipertahankan pencapaiannya adalah: rasio

penduduk miskin, cakupan kelahiran ditolong

tenaga terlatih dan akses terhadap sanitasi.

Resume status pencapaian MDGs Kota

Palangka Raya berdasarkan kondisi (contoh) pada

Tabel 2 disajikan seperti Gambar 8.

48

Gambar 6. Alur Analisa Penentuan Tingkat Prioritas

Lokasi

STATUS MDGs KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH 2011

GOAL INDIKATOR Indikator MDGsMDGs

Target 2015Nasional

Provinsi

KaltengKab/kota

Nilai

Indikator nasional

Nilai

Indikator provinsi

Nilai

Indikator Kab/Kota

Goal 1 Indikator 1.1 Rasio penduduk miskin 7,5 12,49 6,56 4,69 0,67 (0,13) -0,37

Goal 2 Indikator 2.1 APM SD 100,0 95,55 99,71 87,39 0,04 0,00 0,13

Goal 2 Indikator 2.1.a APM SMP 100,0 74,50 102,57 71,35 0,26 (0,03) 0,29

Goal 2 Indikator 2.3 Angka melek huruf usia 15-24 tahun 100,0 98,78 99,43 98,17 0,01 0,01 0,02

Goal 5 Indikator 5.2 Cakupan kelahiran ditolong tenaga terlatih 90,0 81,25 69,76 92,03 0,10 0,22 -0,02

Goal 7 Indikator 7.8 Cakupan air minum 68,9 42,76 34,23 29,65 0,38 0,50 0,57

Goal 7 Indikator 7.9 Akses terhadap sanitasi 62,4 55,60 33,72 88,64 0,11 0,46 -0,42

TABEL 2. (Contoh)

Gambar 7. Contoh Kartu Penilaian MDGs untuk

Indikator Cakupan Kelahiran Ditolong

Page 50: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

b. Analisa Dasar Pemetaan

Analisa dasar pemetaan secara sederhana dapat

dilakukan dengan membandingkan dua atau beberapa

peta dengan metode analisa secara horisontal dan

vertikal. Dalam panduan ini, analisa pemetaan tidak

dilakukan secara komputasi untuk menghindari

kesalahan interpretasi yang disebabkan karena

validitas data yang kurang. Berikut ini uraian dan

contoh analisa dasar pemetaan.

Peta di atas menggambarkan kondisi sebaran

angka kemiskinan (warna peta, semakin gelap semakin

banyak penduduk miskin) dan alokasi anggaran

pengentasan kemiskinan (bulatan hijau, semakin besar

bulatannya semakin besar alokasi anggaran kemiskinan).

Dapat dilihat bahwa masih terdapat ketimpangan

pengalokasian anggaran pengentasan kemiskinan, yaitu

bahwa ada kecamatan yang tingkat kemiskinannya

relatif tinggi tetapi mendapatkan alokasi anggaran

kemiskinan yang lebih kecil.

c. Analisis Anggararan Program Pembangunan

Beberapa hasil analisis anggaran program

pembangunan pada beberapa program SKPD,

analisis data di bawah ini dibuat hanya sebagai

contoh.

49

INPUT APLIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN

5

No SKPDJumlah

ProgramJumlah

KegiatanMDGs Goal

1 BAPPEDA 1 5 1

2 DINKES 1 27 4 , 5

3 DISDIKPORA 7 25 2

4 BLH 2 3 7

5 DINSOS 1 5 1

TOTAL 12 65 1, 2, 4, 5, 7

Gabar 8. Resume Status Pencapaian MDGs

Page 51: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Contoh data yang digunakan hanya data rekayasa,

untuk mempermudah penggunaan Chart Priority.

Berdasarkan Gambar di atas terlihat bahwa

dominan kecamatan berada pada wilayah kuadran II,

sedangkan wilayah kuadran I, III dan IV masing-masing

satu kecamatan. Kuadran II menunjukkan wilayah

prioritas I, demikian juga untuk kudran I, III dan IV.

Kendala dalam menentukan chart priority

adalah data yang tersedia seharusnya berbasis spasial

(wilayah) sehingga permasalahan dan program yang

disusun untuk menyelesaikannya juga berbasis

spasial. Sementara sebagian besar data-data yang

terdapat pada contoh analisis tersebut di atas belum

spasial maka belum memungkinkan pengambil

kebijakan mengetahui anggaran belanja berbasis

spasial.

PENUTUP

Demikianlah alat-alat dasar yang telah disusun

P3BM tersebut tidak akan bermanfaat secara optimal,

jika pendekatan P3BM tidak dipahami secara

mendalam. Pendekatan P3BM perlu mendapat

dukungan dari berbagai stakeholder sehingga

keberlanjutannya dapat dimanfaatkan oleh para

pengambil kebijakan.

* * *

No. Wilayah KEMISKINAN HIV MALARIA

1 Bukit Batu 9.90 13.55 8.82

2 Jekan Raya 1.97 13.33 8.89

3 Pahandut 4.26 15.15 7.27

4 Rakumpit 15.88 16.13 7.42

5 Sabangau 8.09 15.77 7.10

Membangun data itu mahal, namun membangun tanpa

data akan lebih mahal.

50

Page 52: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

W O R K S H O P W O R K S H O P W O R K S H O P PERENCANAAN PERENCANAAN PERENCANAAN M O T I V A S I M O T I V A S I M O T I V A S I PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN M A N A J E M E N M A N A J E M E N M A N A J E M E N SUMBER DAYA SUMBER DAYA SUMBER DAYA MANUSIAMANUSIAMANUSIA

Bagi Pejabat Struktural Eselon II, III & IVBagi Pejabat Struktural Eselon II, III & IVBagi Pejabat Struktural Eselon II, III & IV

Jajaran Pemerintah Kota Palangka RayaJajaran Pemerintah Kota Palangka RayaJajaran Pemerintah Kota Palangka Raya

Tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013Tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013Tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013

1. Latar Belakang

Motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Motivasi individu dapat timbul dari dalam diri

individu (motivasi internal) dan dapat timbul pula dari luar individu (motivasi eksternal) dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan kinerja. Dengan menumbuhkan motivasi kerja di kalangan pegawai mendorong pegawai untuk mau bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi timbul dengan adanya beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan tekanan dan rasa ketidakpuasan tersendiri sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Sumber daya manusia yang tersedia dalam organisasi memiliki kemampuan berkembang tanpa batas. Kemampuan manusia juga dapat ditingkatkan dengan memberikan motivasi yang tepat. Dan dapat dilihat dengan jelas bahwa organisasi hanya akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi tersebut berupaya menampilkan kerja yang optimal agar tercapainya produktivitas dan dengan motivasi memberi dorongan batiniyah seseorang dalam melakukan sesuatu di segala bidang, di antaranya motivasi pembangunan di bidang pemerintahan secara umum dan khususnya untuk meningkatkan kualitas kegairahan kerja sumber daya manusia aparatur untuk menuju harapan yang ingin dicapai. Oleh karena itu motivasi merupakan modal dasar dalam

51

Page 53: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

menggairahkan semangat kerja bagi insan pemerintahan memanajemen tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur pemerintah dalam memimpin SKPD di daerah.

Manajemen sumber daya manusia meru-pakan suatu seni mengintegrasikan sumber daya manusia ke dalam kerja sama dalam suatu organisasi pemerintahan, sehingga terjadi suatu pemanfaatan sumber daya manusia yang rasional, efektif, dan efisien. Karena itu diper-lukan perencanaan manajemen sumber daya manusia yang dimiliki oleh insan pemerintahan,

sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi harapan yang ingin dicapai dan berprestasi semaksimal mungkin.

Berhasil tidaknya suatu organisasi pemerintahan guna mencapai visi dan misinya secara berkelanjutan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). SDM aparatur pemerintah yang berkualitas minimal memiliki empat karakteristik yaitu (1) memiliki competency (knowledge, skill, abilities dan experience) yang memadai; (2) commitment pada organisasi; (3) selalu bertindak cost -

Peserta Workshop dari Pimpinan SKPD

52

Page 54: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Fun Game Training

53

Page 55: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

effectiveness dalam setiap aktivitasnya, dan (4) congruence of goals yaitu bertindak selaras antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi tersebut.

Bagi instansi pemerintah tersedianya SDM aparatur untuk Pegawai Negeri Sipil yang berkualitas dan profesional merupakan suatu syarat dalam rangka meningkatkan mutu penye-lenggaraan negara serta kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat, yang memiliki wawasan dan dapat memandang masa depan, memiliki kompetensi di bidangnya, memiliki jiwa berkompetisi/bersaing secara jujur dan sportif, serta menjunjung tinggi etika profesi.

Seiring dengan adanya komitmen Pemerintah Kota Palangka Raya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, maka upaya tersebut perlu diimbangi dengan pengembangan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia yang ada. Hal tersebut sangatlah penting untuk diprio-ritaskan, mengingat aset terpenting dan paling berpengaruh dalam sebuah organisasi yang menentukan sukses atau tidaknya pencapaian sasaran adalah faktor Sumber Daya Manusia.

2. Maksud dan Tujuan Kegiatan workshop/ceramah ini

bermaksud untuk menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan potensi diri secara maksimal selaku aparatur pemerintahan dengan memupuk kegairahan kerja melalui program perencanaan motivasi pembangunan manajemen sumber daya manusia.

Tujuan workshop/ceramah ini adalah : 1) Memotivasi dan memaksimalkan

produktifitas. 2) Mengembangkan potensi sumber daya

manusia untuk mencapai tujuan organisasi.

3) Penempatan pegawai sesuai dengan sumber daya manusia yang dimiliki.

3. Ruang Lingkup Kegiatan dan Peserta

Ruang lingkup kegiatan berupa workshop/ceramah dan diskusi bagi pejabat eselon II, III dan IV di jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya, dengan peserta :

Pejabat eselon II : 33 orang Pejabat eselon III : 150 orang Pejabat eselon IV : 632 orang Total : 815 orang

4. Tim Narasumber

1. Prof. Dr. Djamaludin Ancok (Ketua Tim) 2. Dr. Neila Ramdhani, M.Si, M.Ed 3. Drs. Yulli Fajar Susetyo, M.Si 4. Dra. Indiasari 5. M. Idris Kurniawam, S.Pd.T.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Workshop Perencanaan Motivasi Pembangunan MSDM Tahun 2013 telah dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dari tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013 bertempat di Gedung Pertemuan Palampang Tarung Jl. Tjilik Riwut Km. 5,5 No.98 Palangka Raya.

54

Page 56: Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09

Edisi 1—Oktober 2009 Edisi 2—Juni 2010 Edisi 3—Desember 2010

Edisi 4—Juni 2011 Edisi 5—Desember 2011 Edisi 6—Juni 2012

Edisi 7—Desember 2012 Edisi 8—Juni 2013 Edisi 9—Desember 2013