buletin litbang bappeda kota palangka raya edisi 09
DESCRIPTION
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 09TRANSCRIPT
DESEMBERDESEMBER 20132013
EDISI 09/TAHUN V/2013
MENGHIDUPKAN KEMBALI
PESONA TANGKILING
DENGAN JELAJAH GEOTREK
KAJIAN KEMAMPUAN MANAJERIAL
KEPALA SEKOLAH
PENYUSUNAN MASTERPLAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
KOTA PALANGKA RAYA 2014-2023
Foto : Jalan Lingkar LuarFoto : Jalan Lingkar Luar
Bappeda Kota Palangka Raya
s yukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang oleh
rahmat dan bimbingan-Nya maka Buletin
Litbang edisi 9 dapat diselesaikan pada
waktunya. Sumber artikel yang mengisi edisi ini
merupakan kegiatan kajian yang dilaksanakan oleh Bappeda
Kota Palangka Raya dan Dinas Pertambangan dan Energi
Kota Palangka Raya. Kami sadari bahwa kemungkinan masih banyak kegiatan lain
yang dilaksanakan oleh SKPD di jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya yang
dapat dimasukkan dalam Buletin Litbang ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan informasi atau masukan untuk melengkapi Buletin ini.
Edisi ke-9 ini mengulas hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya tentang potensi wisata geotrek di
Bukit Tangkiling. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung visi
Pemerintah Kota Palangka Raya untuk menghidupkan wisata, khususnya wisata
alam. Selain itu, disajikan juga kerjasama survei potensi air tanah yang merupakan
kerjasama antara Pemerintah Kota Palangka Raya dengan Badan Geologi Bandung.
Kegiatan kajian yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Palangka Raya yang dapat
disertakan dalam Buletin edisi 9 ini adalah Kajian Kemampuan Manajerial Kepala
Sekolah dan juga Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka
Raya 2014—2023. Beberapa kegiatan kajian yang juga dilaksanakan dalam Tahun
Anggaran 2013 ini belum dapat ditampilkan dalam edisi ini karena keterbatasan
waktu dan akan dimasukkan dalam edisi berikutnya.
Kami senantiasa menyambut baik semua masukan dan saran positif untuk
perbaikan mutu Buletin Litbang ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
buletin ini dapat memberikan manfaat dan selamat membaca!
KEPALA BAPPEDA KOTA PALANGKA RAYA
H. RAHMADI HN Pembina Tingkat I
NIP. 19590518 198603 1 013
1
Kata Pengantar …………………………………………………... Daftar Isi ……………………………………………………………... Menghidupkan kembali Pesona Tangkiling dengan Jelajah Geotrek ………………………………………. Kajian Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah di Kota Palangka Raya ………………………………………... Survei Potensi Air Tanah di Wilayah Kota Palangka Raya ………………………………………..…... Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014-2023….. Pembelajaran dan Pemanfaatan Alat-Alat Analisis P3BM ……..………………………………. Workshop Perencanaan Motivasi Pembangunan MSDM ….……………………………………..
1
2
3
9
22
32
43
51
2
TIM PENYUSUN :
H. Rahmadi HN
Penanggung Jawab
Martina, SH, M.Si
Redaktur
Drs. Sernus Penyunting/Editor
Kristhine Agustine, SE Penyunting/Editor
Roysart Alfons, ST, MT, MSc
Penyunting/Editor
Suzi Emilia Rahmah, SP Desain Grafis
Nensianie, SP, M.Si Desain/Grafis
Immanuel Yuwana Yakti, ST
Fotografer
Edy Oktora Hanyi, ST
Sekretariat
"Memandang alam dengan pengertian akan membuat kita lebih takjub“ (Albert Heim, 1849-1937, Ahli Geologi Swiss)
T ravelling dalam rangka berwisata saat ini sudah merupakan bagian dari gaya hidup
manusia modern. Setiap orang selalu memimpikan berwisata ketempat-tempat yang memiliki keindahan atau bahkan keunikan berbeda dari daerah lain. Pada dasarnya berwisata adalah cara manusia untuk dapat menikmati hidup dengan sejenak meninggalkan rutinitas kesehariannya dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang mampu menghapus rasa jenuh.
Palangka Raya, salah satu Kota di Kalteng dengan luas hampir 2.678,51 km2 merupakan kota dengan keindahan alam yang beragam. Kawasan hutan yang diselingi dengan alur-alur sungai nan indah merupakan beberapa keindahan alam yang mudah ditemui di wilayah ini. Pemandangan alam khas pulau Kalimantan tersebut saat ini telah mampu menjadi daya tarik bagi kegiatan wisata di Kota Palangka Raya. Keindahan alam Palangka Raya yang mempesona tersebut telah menjadi andalan wisata di kota yang terkenal dengan sebutan
Bumi Tambun Bungai ini. Namun apakah hanya dua hal tersebut
yang dapat dijadikan destinasi wisata di kota ini? Menurut saya tidak. Bagi Anda yang telah lama bermukim di Palangka Raya mungkin masih ingat, jika dahulu kota ini memiliki kawasan wisata yang menjadi favorit masyarakat untuk berkunjung dan menikmati libur akhir pekannya. Kawasan Taman Alam Bukit Tangkiling yang berada di Kecamatan Bukit Batu, dahulu merupakan salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal atau bahkan para wisatawan dari luar daerah. Kawasan yang menawarkan keindahan perbukitan granit ini menjadi tujuan favorit wisatawan pada dekade tahun 90-an. Namun saat ini kawasan Tangkiling seperti mati suri karena minimnya pengembangan dan akibat maraknya pertambangan batu ilegal.
Kawasan Bukit Tangkiling merupakan lokasi yang memiliki potensi wisata alam yang lama ‘tertidur’ karena tidak dikembangkan secara serius. Sisa-sisa keindahan alamnya masih dapat kita temui hingga sekarang. Berjarak + 30 km dari kota Palangka Raya kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan darat selama hampir 30 menit. Total ada 9 bukit yang saling berdekatan di kawasan ini. Masing-masing bukit memilki keunikan dan
3
Oleh : Muhammad Alfath, ST,MT (Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya)
keistimewaannya sendiri. Bahkan bermacam legenda menghiasi keunikan geologi yang ada di perbukitan ini.
Berbagai keunikan geologi yang ada saat ini dibeberapa tempat masih dapat kita temui. Selain keunikan geologinya, beberapa lokasi menawarkan spot-spot keindahan alam dari puncak-puncak bukit. Dalam perjalanan menuju puncak bukit (salah satunya puncak Tangkiling), kita akan disuguhi berbagai keunikan geologi yang didominasi batuan granit yang muncul di sekitar jalur menuju puncak bukit. Keunikan tersebut mestinya dapat dijadikan daya tarik wisata di kawasan perbukitan ini. Keunikan geologi yang ada di perbukitan Tangkiling merupakan salah satu potensi wisata yang belum dimaksimalkan oleh Pemerintah maupun pelaku wisata lainnya.
Dari kegiatan survei dan pendataan yang telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya sepanjang tahun 2013, ditemukan banyak spot keunikan geologi di kawasan ini. Spot-spot ini berpotensi
dijadikan rangkaian jalur wisata jelajah alam. Wisata alam yang dimaksud adalah dengan menonjolkan keunikan geologi batuan yang ada di kawasan ini. Wisata jelajah alam seperti ini banyak dikenal dengan istilah geowisata atau geotrek.
Apa yang dimaksud dengan geotrek? Geotrek pada dasarnya merupakan alternatif pengelolaan wisata berbasis pemanfaatan sumberdaya alam secara aman dan lestari. Melalui geotrek diharapkan dapat menanamkan pemahaman kepada peserta jelajah geotrek bahwa gejala-gejala kebumian, budaya dan sejarah itu perlu dipelihara untuk pembelajaran. Obyek yang umumnya digunakan sebagai sarana geotrek adalah dari lokasi-lokasi di laut hingga puncak bukit atau gunung beserta isinya. Secara umum pengembangan geotrek harus berprinsip terhadap 4 hal, yaitu : (1) dapat meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di lokasi yang dijadikan jalur geotrek, (2) mampu melibatkan masyarakat lokal, (3) dapat memberikan
4
Puncak Bukit Tabala View dari puncak Tangkiling
Puncak Bukit Tangkiling Batu Susun
Foto-foto spot lokasi keunikan geologi di kawasan Perbukitan Tangkiling Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota Palangka Raya, 2013
kontribusi positif bagi konservasi warisan alam dan budaya setempat, (4) harus sensitif secara budaya, dan terakhir (5) mampu memberikan pengalaman lebih menyenangkan bagi peserta.
Jika kita cermati seluruh prinsip pengembangan geotrek di atas, maka kawasan Bukit Tangkiling sudah dapat masuk dalam ke lima prinsip tersebut. Untuk prinsip pertama mengenai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini, dengan adanya kegiatan jelajah alam geotrek diharapkan dapat mengurangi dampak negatif, salah satunya adalah mengurangi kegiatan pertambangan ilegal yang ada saat ini. Mulai berkembangnya kegiatan wisata akan memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa lingkungan di sekitar kawasan harus dijaga agar wisatawan tetap dapat datang di kawasan tersebut.
Prinsip yang kedua terkait pelibatan masyarakat lokal, dengan adanya kegiatan
geotrek di kawasan perbukitan Tangkiling ini maka diharapkan masyarakat sekitar kawasan dapat terlibat dalam rangkaian kegiatan wisata geotrek. Sebagai contoh, masyarakat dapat menjadi bagian dari kegiatan wisata dengan menawarkan berbagai cinderamata khas masyarakat setempat, atraksi budaya lokal atau menjual berbagai makanan khas tradisional. Prinsip kedua ini juga berkaitan dengan prinsip ketiga dan keempat, yaitu memberikan kontribusi positif terhadap warisan alam dan budaya serta sensitif secara budaya.
Sementara terkait prinsip yang ke lima yaitu mampu memberikan pengalaman menyenangkan terhadap peserta, hal ini pada dasarnya berkaitan dengan paket yang akan ditawarkan dalam pengembangan geotrek di kawasan ini nantinya. Dari yang telah tim Distamben Kota Palangka Raya lakukan selama pendataan, pengembangan kawasan geotrek di
5
Foto kegiatan pertambangan ilegal yang mengancam beberapa spot keunikan geologi di kawasan perbukitan Tangkiling
Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota Palangka Raya, 2013
Foto beberapa spot lokasi keunikan budaya yang berada dalam kawasan perbukitan Tangkiling Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota Palangka Raya, 2013
kawasan ini harus dibagi dalam 3 level peserta di mana disesuaikan dengan medan jelajah gotrek yang ada. Level tersebut adalah : level pemula dengan jalur landai, level menengah dengan jalur sedikit menanjak, dan terakhir level jalur menanjak. Masing-masing level ini disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta. Setiap level pada prinsipnya tetap menawarkan hal-hal yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar geotrek sebagaimana telah dijabarkan tadi. Namun poin terpentingnya adalah, setiap level akan memberikan pengalaman baru bagi
peserta jelajah geotrek ini.
Geotrek di Daerah Lain Beberapa daerah di Indonesia telah mulai
mengembangkan kegiatan geotrek sebagai salah satu wisata unggulan, salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat dengan berbagai keunikan geologinya dari laut hingga pegunungan, saat ini telah mengembangkan geotrek sebagai salah satu jenis wisata jelajah yang populer. Geotrek di kawasan ini sebagian besar dijalankan oleh pihak-pihak swasta yang
6
Foto kegiatan geotrek di Jawa Barat yang diikuti oleh pelajar dan mahasiswa. Kegiatan ini menjadi bagian dalam pembelajaran mengenai ilmu kebumian di lapangan.
Sumber foto : Pusdiklat Geologi, Bandung
Foto infrastruktur berupa papan informasi yang
disediakan pemerintah setempat dan pengelola
jelajah geotrek di beberapa daerah di luar negeri.
Sumber foto : Pusdiklat Geologi, Bandung
bekerjasama dengan pihak-pihak agen perjalanan wisata. Sebut saja paket jelajah di kawasan Puncak Pasir Pawon, geotrek di Tangkuban Parahu, hingga geotrek di sepanjang sungai-sungai di wilayah Jawa Barat. Kegiatan geotrek di daerah ini menuai sukses, karena banyak diminati oleh para pelajar dan mahasiswa. Melalui geotrek para pelajar dan mahasiswa selain dapat berwisata di alam bebas, kegiatan ini juga mampu menjadi sarana belajar ilmu kebumian di lapangan secara langsung (menjadi kampus lapangan) bagi para pelajar. Dengan kegiatan jelajah geotrek ini dapat dijadikan langkah awal memperkenalkan keragaman bumi, sejarah dan budaya kepada para pelajar, komunitas dan masyarakat umum. Potensi Besar Wisata di sekitar Perbukitan Tangkiling
Bagaimana dengan kawasan Tangkiling? Dari pendataan dan pemetaan kawasan yang telah tim Distamben Kota lakukan, kawasan ini ternyata banyak memiliki keunikan geologi dan budaya yang sangat kaya. Spot-spot keunikan geologi yang dimiliki kawasan ini ternyata cukup menarik jika dikelola menjadi sebuah destinasi wisata dalam kegiatan geotrek. Berbagai keunikan penampakan batuan yang asal usulnya dapat dijelaskan menurut ilmu kebumian/geologi, beberapa di antaranya juga memiliki cerita legenda yang menarik bagi wisatawan. Sebagai contoh kenampakan batu Banama yang menurut legenda adalah sebuah kapal yang terpecah, dalam ilmu geologi dapat dijelaskan sebagai dampak proses pelapukan batuan selama ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Kedua hal tersebut (sisi legenda/cerita rakyat dan sudut pandang saintis) jika kita perhatikan merupakan dua hal yang sangat berbeda. Yang satu merupakan bagian dari budaya dan cenderung merupakan dongeng di masyarakat sedangkan satunya merupakan disiplin keilmuan dan cenderung berdasarkan logika pengetahuan, namun keduanya dapat saling mengisi sehingga menjadi satu bagian yang menarik untuk diketahui para pengunjung. Poin inilah yang akan menjadi bagian penting dalam pengembangan wisata geotrek. Dimana hal-hal kenampakan geologi yang menurut masyarakat merupakan legenda atau dongeng dapat pula dijelaskan asal usulnya menurut sudut pandang pengetahuan terutama ilmu geologi sehingga menjadi sebuah pembelajaran bagi peserta geotrek/ wisatawan di lapangan.
Jika melihat dari potensi wisata yang telah ada, pengembangan geotrek di kawasan
ini juga dapat dikembangkan bersama dengan kegiatan wisata yang telah mulai berkembang saat ini, yaitu wisata susur sungai. Dari pendataan yang dilakukan oleh tim, sungai Rungan yang melintas dekat perbukitan Tangkiling juga merupakan bagian dari keunikan geologi yang ada di wilayah ini. Dalam beberapa riset terdahulu, diketahui bahwa Sungai Rungan merupakan salah satu aliran
7
Batu Banama
Batu Rinjing
Kaki Jin di puncak
Bukit Tabala
Foto beberapa lokasi di Tangkiling yang dianggap memiliki legenda bagi kalangan masyarakat lokal
sekitar perbukitan Tangkiling. Sumber foto : Bidang Geologi Distamben Kota
Palangka Raya, 2013.
sungai purba yang mengalir di wilayah Kota Palangka Raya. Keunikan geologi tersebut masih dapat ditemui saat ini, yaitu berupa danau-danau yang berada didekat cekungan/ belokan sungai Rungan yang lazim disebut danau oxbow (oxbow lake). Keunikan proses geologi pada danau-danau tersebut pada akhirnya juga dapat menjadi bagian dalam kegiatan jelajah geotrek yang ditawarkan di sekitar kawasan ini.
Pengembangan geotrek di kawasan ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke kawasan perbukitan Tangkiling secara khusus dan Kota Palangka Raya secara keseluruhan. Dengan program pengembangan wisata geotrek yang tepat dan serius di masa yang akan datang diyakini mampu menambah daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Geotrek sebagai sebuah kegiatan jelajah alam yang mulai banyak menarik minat wisatawan di daerah lain pada prinsipnya dapat pula dikembangkan di kawasan perbukitan Tangkiling. Dengan segala kekayaan geologi berupa keunikan batuan dan budaya yang dimilikinya, Tangkiling semestinya dapat ‘dibangunkan dari tidur panjangnya’ sebagai
kawasan wisata unggulan di Palangka Raya. Namun untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan keseriusan dari Pemerintah Kota Palangka Raya dan stakeholders lain untuk mewujudkannya. Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya sudah memulainya tahun ini. Selanjutnya semoga pihak lain terutama swasta dapat pula terlibat dalam upaya pengembangan kawasan ini menjadi salah satu andalan wisata di Kota Palangka Raya di masa yang akan datang. Semoga.
***
8
Foto keunikan Sungai Rungan dilihat dari atas puncak Bukit Tangkiling (foto atas) dan Perbukitan Tangkiling dilihat dari Sungai Rungan (foto bawah)
Sumber: Laporan Akhir Kajian Kemampuan
Manajerial Kepala Sekolah di Kota Palangka
Raya, Tahun 2013.
K ajian ini dilaksanakan dalam Tahun
Anggaran 2013 oleh Bappeda Kota Palangka
Raya, khususnya pada Bidang Penelitian dan
Pengambangan. Beberapa tenaga akademis terlibat
dalam kegiatan kajian ini, yaitu dari Lembaga
Penelitian Universitas Palangka Raya, sebagai
berikut: Prof. Dr. Joni Bungai, M.Pd (Ketua Tim),
Dr. Berkat A. Pisi, M.Si, Dr. Tonich Uda, M.Si dan
Indra Perdana, S.Pd, M.Pd.
A. Latar Belakang
Salah satu komponen utama yang
menentukan mutu pendidikan adalah pengelolaan
sekolah yang baik, sedangkan pengelolaan sekolah
yang baik memprasyaratkan kompetensi manajerial
kepala sekolah yang mumpuni dan efektif. Kepala
sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru
yang diberikan tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberikan pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005).
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang
tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan
atas pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat
menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui
prosedur serta persyaratan tertentu seperti: latar
belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat
dan integritas sesuai Permendiknas No. 28 Tahun
2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah.
Paradigma baru manajemen pendidikan
memberikan kewenangan luas kepada sekolah
dalam mengembangkan berbagai potensinya
memerlukan peningkatan kemampuan kepala
sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar
dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi
yang diemban sekolahnya (Arismunandar, 2006).
Secara konsepsional, yang bertanggung jawab
secara mikro atas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah adalah kepala sekolah. Kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peranan
yang sangat besar dalam mengembangkan kualitas
pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat
9
kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap
perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta kualitas profesional guru
banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
Selanjutnya pemerintah telah menetapkan standar
keterampilan kepala sekolah yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Madrasah. Dalam kontek manajerial sekolah maka
seorang kepala sekolah dituntut untuk dapat
menjalankan kompetensi sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah
untuk berbagai tingkatan perencanaan;
2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah
sesuai dengan kebutuhan;
3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/
madrasah secara optimal;
4. Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif;
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/
madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik;
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal;
7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/
madrasah dalam rangka pendayagunaan secara
optimal;
8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan
ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/
madrasah;
9. Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik;
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan
tujuan pendidikan nasional;
11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai
dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien;
12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah
dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/
madrasah;
13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/
madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah;
14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah
dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan;
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/madrasah; dan
16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya.
10
Seminar Laporan Akhir dipimpin oleh Wakil Walikota Palangka Raya, Dr. Mofit Saptono Subagio
Dengan latar belakang di atas, maka
kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan
suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius
khususnya oleh pemerintah daerah. Evaluasi
kinerja manajerial kepala sekolah, merupakan
salah satu komponen penting yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.
B. Maksud dan Tujuan
Kajian kemampuan manajerial kepala
sekolah di Kota Palangka Raya dimaksudkan untuk
mengevaluasi kinerja dan profesionalisme kepala
sekolah sebagai pemimpin sekolah, sehingga dapat
dirancang upaya-upaya nyata untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas manajerial kepala sekolah
pada masa-masa yang akan datang khususnya di
Kota Palangka Raya. Untuk itu secara khusus,
tujuan kajian ini adalah:
1) Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kondisi
eksisting mengenai peran dan fungsi kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
di Kota Palangka Raya.
2) Mengevaluasi kinerja kepala sekolah di Kota
Palangka Raya dalam melaksanakan tugas
manajerialnya sesuai dengan kompetensi yang
dipersyaratkan dalam Permendiknas Nomor 13
tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Madrasah.
3) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
mendasar baik dari lingkungan internal
maupun eksternal yang dapat mempengaruhi
kinerja manajerial kepala sekolah di Kota
Palangka Raya dalam melaksanakan
kepemimpinannya.
4) Memberikan masukan dan arahan untuk
meningkatkan kinerja kepala sekolah di Kota
Palangka Raya dalam menjalankan peran dan
fungisnya sebagai manajer di sekolah.
C. Metode
Kajian ini merupakan lingkup penelitian
survei, dimana data diambil dari sejumlah sampel/
responden melalui teknik sampling yang
representatif sehingga mampu menggambarkan
kondisi populasi yang sebenarnya. Populasi dalam
kajian ini adalah kepala sekolah yang mengepalai
sekolah/madrasah di lingkup Dinas Pendidikan
Kota Palangka Raya, mulai dari Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menengah Atas.
Pengumpulan data kemampuan kepala
sekolah dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode, yaitu wawancara, diskusi terfokus, dan
studi banding. Untuk wawancara, instrumen yang
digunakan berupa kuesioner yang disusun dan
dirancang untuk mampu mengungkapkan
kemampuan manajerial kepala sekolah di Kota
11
Anggota Tim Peneliti: Dr. Tonich Uda,M.Si (Kiri)
dan Dr. Berkat A. Pisi, M.Si (Kanan)
Suasana Seminar Laporan Akhir di Gedung Peteng Karuhei II pada tanggal 2 Oktober 2013
Palangka Raya dalam menjalankan kompetensi
manajerialnya. Sasaran wawancara adalah pejabat
yang berkompeten di Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olah Raga Kota Palangka Raya, pengawas
sekolah dan lingkup sekolah, yaitu wakil kepala
sekolah, para guru dan tata usaha.
Hasil pengumpulan data lapangan
selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam
dan komprehensif dengan analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif
kuantitatif, dimaksudkan untuk menyajikan data
berupa ukuran sentral dan ukuran penyebaran dari
masing-masing indikator secara tunggal. Penyajian
data berupa ukuran sentral yang terdiri dari: rata-
rata, median, modus, skor minimum dan skor
maksimum, rentang skor dan total skor, ukuran
penyebaran berupa varians dan simpangan baku.
Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk
mengungkapkan permasalahan aktual mengenai
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kepala
sekolah dalam meningkatkan kemampuan
manajerialnya, serta merumuskan rekomendasi
konkrit memperbaiki kemampuan manajerial
kepala sekolah di Kota Palangka Raya.
D. Gambaran Keadaan Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
Tenaga pendidik atau guru di Kota Palangka
Raya hingga tahun 2010/2011 mencapai 4.850
orang. Guru tersebut tidak seluruhnya merupakan
PNS (Pegawai Negeri Sipil). Dari jumlah tersebut
guru yang berstatus PNS sebanyak 3.714 orang
atau sekitar 76,58% dari jumlah tenaga guru,
sedangkan selebihnya merupakan guru non PNS
yaitu sebanyak 1.136 orang atau sekitar 23,42%.
Secara rinci, jumlah guru menurut satuan
pendidikan di Kota Palangka Raya tersebut
sebagaimana ditunjukkan pada Chart 1.
Jika dilihat dari sebarannya terhadap satuan
pendidikan yang ada, maka dari sebanyak 4.850
guru yang ada di Kota Palangka Raya terbanyak
merupakan guru SD/MI yaitu mencapai 1.950
orang atau sekitar 40,21% dari jumlah guru. Untuk
satuan pendidikan TK/MA jumlah guru sebanyak
552 orang (11,38%), SMP/MTs sebanyak 1.067
orang (22,00%), SMA/MA/SMK sebanyak 1.249
orang (25.75%), dan SLB sebanyak 32 orang
(0,66%).
Jika dilihat dari rasio guru-siswa di Kota
Palangka Raya tahun 2010/2011, maka jumlah
guru tersebut sudah mencukupi. Sebagaimana
untuk sekolah TK/RA rasio guru-siswa sebesar
1:11; untuk SD/MI sebesar 1:14; untuk SMP/MTs
sebesar 1:10, dan untuk SMA/MA/SMK sebesar
1:9. Dengan rasio ini maka diharapkan
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan
berkualitas.
Status kepangkatan tenaga pendidik
(termasuk kepala sekolah) di Kota Palangka Raya
hingga tahun 2010/2011 tergolong relatif baik.
Sebagian besar guru dan kepala sekolah tersebut
berada pada golongan IV yang berjumlah 2.470
orang atau sekitar 50,93% dari jumlah guru di Kota
Palangka Raya. Untuk guru dan kepala sekolah
yang bergolongan III juga cukup banyak yaitu
1.007 orang (20,76%), selebihnya adalah guru dan
kepala sekolah golongan II dan yayasan. Keadaan
status kepagawaian guru, kepala sekolah, tenaga
administrasi tersebut sebagaimana pada Tabel 1
berikut ini.
12
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
176
1795
863 850
30
376155 204
399
2
Jumlah Guru PNS dan Non PNS di Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011
PNS
NON PNS
Sumber: Diolah dari Data Pokok Pendidikan Kota
Palangka Raya Tahun 2010/2011
CHART 1
Jabatan
Status Kepegawaian Tidak Tetap
Bantu
Pusat
Bantu
Daerah Gol I Gol II Gol III Gol IV Yayasan
L P L P L P L P L P L P L P L P
Kepsek - - - 1 4 11 115 157 - 52 - - - - - -
Guru - - 106 134 368 624 581 1617 1 681 189 175 6 7 4 11
Admin 13 5 65 15 35 54 2 - 34 173 89 43 - - - -
Jumlah 13 5 171 150 407 689 698 1774 35 906 278 218 6 7 4 11
TABEL 1. Keadaan Kepala Sekolah dan Guru Menurut Status Kepegawaian di Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011
Sumber: Diolah dari Data Pokok Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011
Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa
guru-guru di Kota Palangka Raya merupakan guru
yang mempunyai pengalaman mengajar yang
sudah cukup lama. Dan hal ini tentunya merupakan
faktor pendorong agar kualitas pendidikan di Kota
Palangka Raya menjadi semakin baik dan
berkualitas. Keadaan ini semakin ditunjang dengan
tenaga administrasi yang relatif sudah
berpengalaman sehingga membantu memperlancar
pengelolaan pendidikan di Kota Palangka Raya.
Secara akademis, guru di Kota Palangka
Raya juga mempunyai kemampuan akademis yang
relatif baik. Hal ini sebagaimana tergambar dari
tingkat pendidikan guru di Kota Palangka Raya
yang sebagian besar adalah S1. Guru
berpendidikan S1 di Kota Palangka Raya hingga
tahun 2010/2011 sebanyak 2.672 orang atau sekitar
65,47% dari jumlah guru. Bahkan di Kota
Palangka Raya telah terdapat guru yang
mempunyai pendidikan S2 dan S3 yaitu masing-
masing sebanyak 51 orang (1,25%) dan 3 orang
(0,07%). Keadaan ini ditunjukkan pada Chart 2.
E. Hasil Evaluasi
Pemerintah telah menetapkan standar
keterampilan kepala sekolah yang tertuang dalam
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Dalam kontek
manajerial sekolah maka seorang kepala sekolah
dituntut untuk dapat menjalankan kompetensi
sebagai berikut: melakukan perencanaan,
mengembangkan organisasi, memimpin sekolah/
madrasah, mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/madrasah, menciptakan
budaya dan iklim sekolah/madrasah, mengelola
sarana dan prasarana sekolah/madrasah, mengelola
hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat,
mengelola peserta didik, mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan pembe-lajaran, mengelola
keuangan sekolah/madrasah, mengelola
ketatausahaan sekolah/ madrasah, mengelola unit
layanan khusus sekolah/madrasah, mengelola
sistem informasi sekolah/madrasah, memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi, dan melakukan
monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah/madrasah. Sehubungan
dengan kompetensi manajerial kepala sekolah/
madrasah tersebut maka hasil evaluasi yang
dilakukan di Kota Palangka Raya sebagaimana
dapat diuraikan pada tabel-tabel berikut ini.
13
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0.17
10.32
1.57
15.66
5.34
65.47
1.25 0.07 0.05 0.05 0.05
Persentase Jumlah Guru di Kota Palangka Raya menurut Jenjang Pendidikan
CHART 2
1. Menyusun Perencanaan Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam perencanaan sekolah/madrasah ditunjukkan
pada Tabel 2.
Sangat
BaikBaik Cukup Rendah
Sangat
Rendah
Rencana-rencana telah dibuat dan
hasil implementasi yang diperoleh 8,33 58,33 29,63 3,09 0,62 3,71 Baik
Ketersediaan rencana sekolah
yang searah dengan visi-misi 15,08 61,23 20,92 2,15 0,62 3,88 Baik
Sejauhmana perencanaan yang
telah dibuat dipahami oleh semua
pihak dalam sekolah
8,70 56,52 29,81 4,66 0,31 3,49 Cukup
Persentasi (%)
IndikatorRata-
rataStatus
TABEL 2
2. Mengembangkan Organisasi Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan organisasi sekolah/
madrasah ditunjukkan pada Tabel 3.
3. Memimpin Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolah/madrasah ditunjukkan
pada Tabel 4.
4. Mengelola Perubahan dan Pengembangan Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah ditunjukkan pada Tabel 5.
5. Menciptakan Budaya dan Iklim Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah/
madrasah ditunjukkan pada Tabel 6.
14
TABEL 3
TABEL 4
Sangat
BaikBaik Cukup Rendah
Sangat
Rendah
Keberhasilan dalam mengadopsi
program-program baru untuk
sekolah yang dipimpinnya
13,54 56,00 25,85 4,00 0,62 3,78 Baik
Implementasi inovasi-inovasi
dalam rangka mengembangkan
pembelajaran efektif
12,00 54,15 29,85 3,69 0,31 3,46 Cukup
Indikator
Persentasi (%)Rata-
rataStatus
TABEL 5
TABEL 6
6. Mengelola Guru dan Staf di Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola guru dan staf di sekolah/madrasah
ditunjukkan pada Tabel 7.
7. Mengelola Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah/
madrasah ditunjukkan pada Tabel 8.
8. Mengelola Hubungan Sekolah/Madrasah dan Masyarakat
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola hubungan sekolah/madrasah dan
masyarakat ditunjukkan pada Tabel 9.
15
TABEL 7
TABEL 8
TABEL 9
9. Mengelola Peserta Didik
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola peserta didik dintunjukkan pada
Tabel 10.
10. Mengelola Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola kurikulum dan kegiatan
pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 11.
11. Mengelola Keuangan Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola keuangan sekolah/madrasah
ditunjukkan pada Tabel 12
12. Mengelola Ketatausahaan Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah
ditunjukkan pada Tabel 13.
16
TABEL 10
Sangat
BaikBaik Cukup Rendah
Sangat
Rendah
Minat siswa baru untuk masuk
sekolah yang bersangkutan 37,42 38,65 20,86 2,76 0,31 4,10 Baik
Menumbuhkan motivasi peserta
didik dalam meningkatkan prestasi
akademik
23,38 57,23 16,62 2,46 0,31 3,46 Cukup
Indikator
Persentasi (%)Rata-
rataStatus
TABEL 12
TABEL 13
TABEL 11
13. Mengelola Unit Layanan Khusus Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola unit layanan khusus sekolah/
madrasah ditunjukkan pada Tabel 14.
14. Mengelola Sistem Informasi Sekolah/Madrasah
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sistem informasi sekolah/
madrasah ditunjukkan pada Tabel 15.
15. Memanfaatkan Kemajuan Teknologi Informasi
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
ditunjukkan pada Tabel 16.
16. Melakukan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Hasil evaluasi terhadap kemampuan kepala sekolah dalam melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan kegiatan ditunjukkan pada Tabel 17.
17
TABEL 15
Sangat
BaikBaik Cukup Rendah
Sangat
Rendah
Ketersediaan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pengambilan
keputusan dan sosialisasi
informasi
11,38 51,38 33,54 2,15 1,54 3,47 Cukup
Ketersediaan perangkat
komunikasi yang menunjang di
sekolah
18,15 39,69 32,92 8,00 1,23 3,66 Baik
Indikator
Persentasi (%)Rata-
rataStatus
TABEL 16
TABEL 17
TABEL 14
F. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah/
Madrasah
Sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, kemampuan manajerial kepala
sekolah melingkupi 16 komponen utama dengan
37 indikator penilaian. Dari hasil kajian terhadap
37 indikator tersebut terdapat sebanyak 11
indikator (29,73%) berstatus “cukup baik”, dan
selebihnya yaitu 26 indikator (70,27%) berstatus
“baik”. Indikator kemampuan manajerial kepala
sekolah di Kota Palangka Raya yang berstatus
cukup baik adalah:
1) Perencanaan sekolah/madrasah;
2) Implementasi inovasi-inovasi dalam rangka
pengembangan pembelajaran efektif;
3) Meningkatkan minat siswa belajar mandiri dan
menekuni penelitian-penelitian inovatif;
4) Terobosan dalam pengadaan sarana dan
prasarana;
5) Menyediakan kelengkapan sarana dan
prasarana sekolah;
6) Mendapatkan sponsor bagi kegiatan sekolah;
7) Menumbuhkan motivasi peserta didik;
8) Ketersediaan unit layanan khusus;
9) Efektivitas unit layanan khusus;
10) Penggunaan perangkat elektronik, IT, dan alat
penunjang lain dalam metode pembelajaran;
11) Penggunaan perangkat elektronik, IT, dan alat
penunjang lain dalam pengelolaan manajemen
sekolah.
Indikator-indikator tersebut tentunya merupakan
hal yang harus segera diperbaiki oleh para kepala
sekolah.
Sementara itu, secara keseluruhan kemam-
puan manajerial kepala sekolah di Kota Palangka
Raya sudah “relatif baik”. Hal ini tergambar dari
sekitar 50% responden yang memberikan penilaian
baik terhadap kemampuan manajerial kepala
sekolah. Selain itu juga terdapat sekitar 22,87%
responden menyatakan kemampuan manajerial
kepala sekolah yang tergolong “sangat baik”.
Meskipun demikian tidak sedikit kemampuan
manajerial kepala sekolah yang tergolong sedang
(22,56% responden), bahkan masih ada yang
tergolong rendah (3,66% responden), dan
tergolong sangat rendah (0,91% responden). Secara
rinci, hasil evaluasi kemampuan manajerial kepala
sekolah di Kota Palangka Raya, sebagaimana
terlihat pada tabel 18.
G. Peningkatan Kemampuan Manajerial
Kepala Sekolah/Madrasah
Kepala sekolah adalah seorang tenaga
fungsional guru yang diberikan tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan
proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi
interaksi antara guru yang memberikan pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran. Kepala
sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa
diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas
pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat
menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui
prosedur serta persyaratan tertentu seperti: latar
belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat
dan integritas sesuai Permendiknas No. 28 Tahun
2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah.
Penerapan fungsi manajerial kepala sekolah
yang terbagi dalam 3 keterampilan, yaitu:
keterampilan tehnikal, keterampilan hubungan
manusia, dan keterampilan konseptual dalam
praktiknya secara rinci dapat dilihat dalam
kompetensi manajerial kepala sekolah. Kompetensi
kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsiten
yang memungkinkan menjadi kompeten dalam
mengambil keputusan tentang penyediaan, peman-
faatan dan peningkatan potensi sumberdaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan
manajerial kepala sekolah di Kota Palangka Raya,
maka upaya-upaya yang dapat dilakukan antara
lain adalah:
1) Kepala sekolah yang mengalami kesulitan pada
penguasaan kompetensi manajerial seyogyanya
mau senantiasa berubah dan berpikir maju.
Orientasi yang diharapkan adalah kepekaan
kepala sekolah dimulai dari dirinya sendiri.
Seorang kepala sekolah paling tidak perlu
melakukan hal-hal berikut:
a. Memahami tugas dan kewajibannya
b. Memahami kebutuhan organsasi (sekolah)
c. Memahami iklim organisasi sekolahnya
d. Memahami kondisi sumber daya manusia
yang dipimpinnya
e. Memahami permasalahan organisasi
f. Mampu memetakan prioritas pengembangan
organisasi
g. Menjadi teladan, serta aspek lain yang
krusial bagi organisasi
18
Kategori Interval Jumlah %
Sangat tidak baik/sangat rendah 37,00 - 66,60 3 0,91
Tidak baik/rendah 66,70 - 96,30 12 3,66
Biasa/cukup 96,40 - 126,00 74 22,56
Baik/tinggi 126,10 - 155,70 164 50,00
Sangat baik/sangat tinggi 155,80 - 185,40 75 22,87
Jumlah 328 100,00
TABEL 18
Hasil Evaluasi terhadap Kemampuan Manajerial
Kepala Sekolah di Kota Palangka Raya
2) Kepala sekolah terus melakukan kerjasama
dengan semua pihak. Sinergi dengan semua
pihak untuk memajukan sekolah dapat
dilakukan sedini mungkin dan bersifat proaktif
tidak hanya menunggu uluran tangan, namun
mencari dukungan sinergis secara
berkesinambungan.
3) Kepala sekolah harus mau untuk berkembang
dengan senantiasa mengikuti perkembangan
peraturan, kebijakan, dan kondisi lainnya yang
berasal dari internal dan eksternal organisasi.
Kepala sekolah yang tidak peka terhadap
perkembangan yang terjadi akan mengalami
kesulitan, karena kebijakan yang sifatnya
manajerial saat ini berkembang sangat pesat
seiring perkembangan system informasi dan
komunikasi.
4) Kepemimpinan kepala sekolah hendaknya
diarahkan pada peningkatan kemampuan
manajerial sekolah khususnya pada
pengembangan kompetensi pedagogik guru.
Untuk itu ada beberapa kemampuan yang
hendaknya dikembangkan oleh guru, yaitu:
a. Kemampuan mencipta. Kepala sekolah
hendaknya memiliki ide-ide bagus
khususnya dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru. Inovasi dalam proses
pembelajaran mengajar sangat penting
seiring dengan tantangan dunia pendidikan.
Kepala sekolah hendaknya mampu
memberikan solusi-solusi terhadap masalah-
masalah yang dihadapi guru khususnya pada
peningkatan kompetensi pedagogik.
b. Kemampuan membuat perencanaan. Kepala
sekolah hendaknya membuat perencanaan
yang sistematis dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru. Perencanaan ini
tidak hanya didasarkan pada pengamatan
kepala sekolah saja tapi juga melibatkan
guru. Tujuannya agar setiap perencanaan
yang disusun sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi guru.
c. Kemampuan berkomunikasi. Kepala sekolah
hendaknya membangun komunikasi yang
efektif dengan seluruh guru. Komunikasi
yang dikembangkan adalah komunikasi dua
arah. Seluruh guru diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk berkomunikasi dengan
kepala sekolah baik formal maupun
informal. Komunikasi ini dapat dilakukan
baik lisan maupun tulisan.
d. Kemampuan memberikan motivasi. Kepala
sekolah hendaknya menjadi insipirasi bagi
guru, dan membantu guru dalam
meningkatkan kompetensi pedagogiknya.
e. Kemampuan melakukan evaluasi. Kepala
sekolah hendaknya dapat melakukan
evaluasi terhadap hasil kegiatan belajar yang
dilakukan oleh guru. Evaluasi mengacu pada
standar penilaian yang baku. Tujuannya agar
secara objektif dapat menilai kompetensi
pedagogik guru.
5) Kepala sekolah/madrasah memiliki peran
strategis dalam peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing pendidikan. Kepala sekolah/
madrasah juga memiliki peran penting dalam
upaya membentuk insan Indonesia yang cerdas
dan kompetitif melalui kesungguhan dan
kreativitasnya dalam mengelola sekolah yang
menjadi tanggung jawabnya. Sebagai
konsekuensinya, kepala sekolah/madrasah harus
merupakan orang-orang yang terpilih dari sisi
kualifikasi maupun kompetensinya. Untuk
mendapatkan kepala sekolah sebagaimana yang
diharapkan tersebut, maka pihak Dinas
Pendidikan harus melakukan seleksi kepala
sekolah secara ketat, dengan mengacu kepada
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/
Madrasah. Hal-hal pokok yang diatur dalam
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 meliputi:
a. Syarat-syarat guru yang diberi tugas
tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah
b. Penyiapan calon Kepala Sekolah/Madrasah
c. Proses pengangkatan kepala sekolah/
madrasah
d. Masa tugas
e. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB)
f. Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah,
dan
g. Mutasi dan pemberhentian tugas guru
sebagai kepala sekolah/madrasah.
6) Sebagai proses pemberian pengalaman teoretik
dan praktik kepada calon kepala sekolah/
madrasah yang telah lulus tahap rekrutmen,
Pasal 7 ayat (2) Permendiknas Nomor 28 Tahun
2010 telah mengatur porsi waktu untuk
melaksanakan pendidikan dan pelatihan, yakni
tatap muka selama minimal 100 jam, dan
praktik pengalaman lapangan dalam kurun
waktu minimal selama 3 bulan. Selanjutnya,
ayat (5) menyatakan bahwa kegiatan pendidikan
dan pelatihan diakhiri dengan penilaian untuk
mengetahui pencapaian kompetensi calon
kepala sekolah/madrasah. Pasal 7 ayat (2) dan
(5) di atas telah mengatur jenis kegiatan yang
harus dilakukan dan porsi waktu minimal untuk
mendapatkan calon kepala sekolah/madrasah
yang kompeten. Namun, bagaimana kegiatan itu
dikemas sehingga bisa dilaksanakan dengan
prosedur yang sama belum diatur dalam
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010.
19
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian sebagaimana yang
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kota Palangka Raya merupakan kota
pendidikan, hal ini sebagaimana yang telah
dituangkan dalam RPJMD 2008-2013 dan
dalam visi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Palangka Raya dengan berbagai
arah kebijakannya. Untuk mewujudkan Kota
Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan, maka
Pemerintah Kota terus berupaya membangun
bidang pendidikan melalui 3 pilar kebijakan,
yaitu: (a) pemerataan dan perluasan akses
pendidikan; (b) peningkatan mutu, relevansi
pendidikan, dan daya saing; dan (c) penguatan
tata kelola, akuntabilitas dan citra publik.
2. Dunia pendidikan di Kota Palangka Raya telah
ditunjang dengan ketersediaan fasilitas gedung
sekolah yang tersebar pada seluruh kecamatan,
mulai dari tingkat sekolah taman kanak-kanak
(TK) hingga tingkat sekolah menengah atas
(SMA/MA/SMK). Pendidikan juga telah didu-
kung oleh ketersediaan guru yang jumlahnya
sangat memadai untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Kota Palangka Raya.
3. Guru-guru di Kota Palangka Raya tersedia
dalam jumlah yang banyak, namun
penyebarannya belum merata dan masih
terpusat pada sekolah-sekolah di wilayah
perkotaan. Guru-guru tersebut memiliki tingkat
senioritas yang relatif sudah baik, baik dilihat
dari sisi pengalaman mengajar maupun jenjang
kepangkatan. Dari sisi kualitas pendidikan
formal, guru-guru di Kota Palangka Raya juga
telah mendukung dengan sebagian besar sudah
berpendidikan sarjana, dan ditunjang oleh
adanya guru-guru yang tersertifikasi.
4. Kepala sekolah/madrasah di Kota Palangka
Raya telah memenuhi sebagian besar
persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010.
Persyaratan yang masih banyak belum
terpenuhi pada kepala sekolah di Kota
Palangka Raya adalah tidak semua kepala
sekolah yang ada memiliki sertifikat kepala
sekolah/madrasah pada jenis dan jenjang yang
sesuai dengan pengalamannya sebagai
pendidik yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal.
5. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“menyusun perencanaan sekolah/madrasah
untuk berbagai tingkatan perencanaan” sudah
relatif baik, namun perlu peningkatan dalam
hal “sejauhmana perencanaan yang telah dibuat
dipahami oleh semua pihak dalam sekolah”.
6. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengembangkan organisasi sekolah/
madrasah sesuai dengan kebutuhan” sudah
relatif baik.
7. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
”memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumberdaya sekolah/madrasah
secara optimal” sudah relatif baik.
8. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif” masih perlu
ditingkatkan terutama dalam hal “implementasi
inovasi-inovasi dalam rangka mengembangkan
pembelajaran efektif”.
9. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“menciptakan budaya dan iklim sekolah/
madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik” sudah relatif baik,
namun perlu ditingkatkan dalam hal “mening-
katkan minat siswa untuk belajar mandiri dan
menekuni penelitian-penelitian inovatif”.
10. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumberdaya manusia secara
optimal” sudah relatif baik.
11. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola sarana dan prasarana sekolah/
madrasah dalam rangka pendayagunaan secara
optimal” masih perlu ditingkatkan terutama
dalam hal “kemampuan untuk menyediakan
kelengkapan sarana dan prasarana sekolah” dan
“terobosan dalam pengadaannya”.
12. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola hubungan sekolah/madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan
ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/
madrasah” sudah relatif baik, namun perlu
ditingkatkan dalam hal “kemampuan untuk
mendapatkan sponsor bagi kegiatan sekolah”.
13. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola peserta didik dalam rangka peneri-
maan peserta didik baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta didik” masih
perlu ditingkatkan terutama dalam hal
“menumbuhkan motivasi peserta didik dalam
meningkatkan prestasi akademik”.
14. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
20
“mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan
tujuan pendidikan nasional” sudah relatif baik.
15. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai
dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien” sudah relatif baik.
16. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah
dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/
madrasah” sudah relatif baik.
17. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola unit layanan khusus sekolah/
madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah” masih perlu ditingkatkan
dalam hal “ketersediaan unit layanan khusus”
dan “efektivitas unit layanan khusus”.
18. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“mengelola sistem informasi sekolah/madrasah
dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan” perlu ditingkatkan
dalam hal “ketersediaan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pengambilan keputusan dan
sosialisasi informasi”.
19. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah” masih harus ditingkatkan
dalam hal “penggunaan perangkat elektronik,
IT, dan alat penunjang lain dalam metode
pembelajaran” dan “penggunaan perangkat
elektronik, IT, dan alat penunjang lain dalam
pengelolaan manajemen sekolah”.
20. Kemampuan manajerial kepala sekolah/
madrasah di Kota Palangka Raya dalam
“melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya” sudah
relatif baik.
I. Saran-saran
1. Kepala sekolah/madrasah yang akan memimpin
sekolah/madrasah di Kota Palangka Raya
sedapat mungkin memenuhi persyaratan dan
ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah,
dan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010
tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah.
2. Kepala sekolah/madrasah yang telah diangkat
untuk memimpin sekolah/madrasah di Kota
Palangka Raya sesegera mungkin diberikan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) Kepala Sekolah/Madrasah.
3. Kepemimpinan kepala sekolah hendaknya
diarahkan pada peningkatan kemampuan
manajerial sekolah khususnya pada pengem-
bangan kompetensi pedagogik guru, terutama
yang berkaitan dengan: 1) kemampuan
menciptakan; 2) kemampuan membuat
perencanaan; 3) kemampuan berkomunikasi;
4) kemampuan memberikan motivasi; dan
5) kemampuan melakukan evaluasi.
4. Dinas Pendidikan maupun instansi teknis terkait
sebaiknya secara aktif dan berkesinambungan
melakukan melakukan penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah di Kota Palangka Raya,
sehingga penanggulangan dini terhadap
persoalan-persoalan pendidikan di sekolah/
madrasah dapat segera diatasi.
5. Pemerintah daerah dengan segala kewenangan-
nya bersama-sama dengan DPRD dan lembaga-
lembaga yang berada di bawah jajaran Pemda,
seperti Badan Kepegawaian Daerah, Bappeda,
Badan Diklat Daerah, Dinas Pendidikan, dan
lembaga terkait lainnya bersama-sama secara
sungguh-sungguh merencanakan, menganggar-
kan, melaksanakan, membina, memonitor dan
mensupervisi serta mengevaluasi program
penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan
kepala sekolah. Secara khusus pemerintah
daerah diharapkan menyediakan sumber daya
manusia dan mengalokasikan anggaran untuk:
1) penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi calon
kepala sekolah; 2) penyelenggaraan diklat calon
kepala sekolah; 3) proses pemerolehan sertifikat
kepala sekolah; 4) penyelenggaraan penilaian/
uji akseptabilitas; 5) program-program pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan kepala
sekolah (PKB) dalam hal pengembangan diri,
publikasi ilmiah, dan karya inovatif baik di
tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional,
maupun internasional; dan 6) penyelenggaraan
penilaian kinerja bagi kepala sekolah/madrasah
baik tahunan maupun empat tahunan.
***
21
Buku Laporan Akhir Kajian
Kemampuan Manajerial Kepala
Sekolah di Kota Palangka Raya
dapat diperoleh di Bidang Litbang
Bappeda Kota Palangka Raya
(persediaan terbatas) atau dalam
bentuk softcopy.
Oleh: Muhammad Alfath, ST, MT (Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya). Disarikan dari Laporan Akhir Kegiatan. PENDAHULUAN
A ir tanah merupakan sumber daya alam terbarukan (renewable resources) yang
memiliki kelebihan dibandingkan dengan air permukaan, sehingga pemanfaatannya untuk sumber air baku berbagai keperluan pasokan air bersih dirasakan semakin meningkat. Kondisi yang demikian ini juga terjadi di wilayah administrasi Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, air tanah memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan pembangunan, terutama di sektor pariwisata dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari penduduk.
Menilik air tanah merupakan salah satu komponen dalam siklus hidrologi, ketersediaannya dijumpai dalam jumlah dan mutu yang dapat berbeda-beda antara satu tempat dan tempat lainnya, tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu, peningkatan pemanfaatan air tanah yang berlangsung di daerah ini perlu disertai dengan kegiatan inventarisasi potensi air tanah, sebagai upaya untuk memahami ketersediaan air tanah agar pemanfaatannya sebagai sumber air baku dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.
Bertitik tolak pada hal tersebut di atas, dalam Tahun Anggaran 2013 Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya memandang perlu adanya kegiatan survei Potensi Air Bawah Tanah, yang pelaksanaannya bekerjasama dengan tenaga ahli dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian ESDM, yaitu di sebagian wilayah Kecamatan Pahandut dan sebagian Kecamatan Jekan Raya yang
pemanfaatan air tanahnya mengalami peningkatan pesat pada dasawarsa terakhir ini. Hal ini dilakukan untuk memahami ketersediaan air tanah dan inventarisasi pemanfaatannya yang telah dilakukan di daerah ini, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pemanfaatan air tanah di Kota Palangka Raya. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud kegiatan Survey Potensi Air Bawah Tanah di Wilayah Kota Palangka Raya ini adalah melakukan inventarisasi dan analisis data keairtanahan serta data pendukung lainnya di sebagian wilayah Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya, berdasarkan atas data yang diliput secara langsung melalui titik minatan hidrogeologi (hydrogeological point of interest) di lapangan maupun data sekunder terkait yang dikumpulkan dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta.
Tujuannya adalah mewujudkan informasi potensi air tanah untuk digunakan sebagai dasar dalam penerbitan izin penggunaan air tanah, upaya konservasi air tanah, serta untuk penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan, baik dari pertimbangan aspek teknis maupun yang terkait dengan segi kebutuhan dan manfaatnya bagi penduduk setempat di wilayah Kota Palangka Raya. Adapun lokasi kegiatan survei ini dapat dilihat pada gambar 1.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan yang dilakukan merupakan beberapa tahapan analisis dengan metode pendekatan berikut : 1) Penyelidikan Geolistrik 2) Uji Pemompaan Pada Sumur Gali 3) Uji Pemompaan Pada Sumur Bor 4) Estimasi Pertumbuhan Jumlah Penduduk 5) Interpretasi Genesa Akuifer 6) Analisis Mutu Air Tanah Untuk Air Minum
22
PENDUDUK DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH Pada saat penyelidikan di lapangan
berlangsung, secara umum sebaran penduduk Kota Palangka Raya terkonsentrasi di wilayah administrasi Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya yang juga merupakan prioritas kegiatan penyelidikan ini.
Sebagian besar penduduk di daerah penyelidikan memperoleh air bersih untuk keperluan sehari – hari dari air tanah melalui sumur pantek dan sumur gali, sedangkan penduduk yang memanfaatkan air bersih dari PDAM tergolong masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan penduduk yang mengambil air tanah.
Pengambilan air tanah dengan sumur bor pada umumnya dijumpai setempat-setempat terutama untuk menunjang sektor pariwisata dan perdagangan, misalnya untuk memenuhi air bersih di hotel, perkantoran, pertokoan, serta sarana olah raga dan wisata. Perhitungan penggunaan air bersih untuk keperluan rumah tangga di daerah penyelidikan dapat dilakukan berdasarkan atas standar kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya seperti disajikan dalam Tabel 2.
23
Kecamatan Kelurahan Luas (Km2)
Jiwa Kepadatan
per km2
Pahandut (sebagian)
Pahandut 9,50 25.044 2.636,21
Panarung 23,50 20.693 880,55
Langkai 10 25.612 2.561,20
Tbg Rungan 23 632 27,48
Tanjung Pinang 44 2.602 59,14 Jekan Raya (sebagian)
Menteng 31 38.016 1.226,32
Palangka 24,75 41.899 1.692,89
Bukit Tunggal 237,12 34.387 145,02
Jumlah 188.885
TABEL 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Sumber: Kota Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2011
Gambar 1. Peta lokasi kegiatan pelaksanaan survey air tanah tahun 2013
Berdasarkan atas evaluasi jumlah penduduk di tiap kecamatan pada daerah yang menjadi prioritas kajian seperti telah d i k e m u k a k a n s e b e l u m n y a , d a p a t diperhitungkan pula bahwa kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik di wilayah Kecamatan Pahandut termasuk dalam kategori IV (130 l/orang/hari), sedangkan di wilayah Kecamatan Jekan Raya termasuk dalam kategori III (150 l/orang/hari).
Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk di daerah penyelidikan dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus eksponensial. Menurut Mantra I.B., (1985), pertumbuhan jumlah penduduk merupakan pertumbuhan langsung dan terus - menerus (continous), sehingga dapat diperhitungkan pertumbuhan jumlah penduduk dengan rumus eksponensial. Berdasarkan rumus tersebut, proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk di daerah penyelidikan dapat dihitung, sehingga prakiraan kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik dapat diperhitungkan pula. Berikut disajikan tabel perhitungan kebutuhan air bersih untuk domestik di daerah yang menjadi prioritas kegiatan berdasarkan atas data kependudukan tahun 2011 dan proyeksinya pada tahun 2015 dan 2020.
Perhitungan pengambilan air tanah untuk keperluan non domestik diasumsikan 5% dari kebutuhan domestik, seperti umumnya yang terjadi di sebagian besar ibukota provinsi di luar Pulau Jawa dengan kondisi tidak sepenuhnya kebutuhan non domestik dipasok dari Perusahaan Daerah Air Minum. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan data pengambilan air tanah terutama terkait perizinan yang belum berjalan optimal, sementara data teknis misalnya litologi hasil pengeboran, konstruksi (kedudukan saringan, diameter pipa jambang, dll), pencatatan water-meter, dan hasil uji pemompaan tidak dimiliki pemilik sumur bor maupun instansi yang berwenang menerbitkan izin penggunaan air tanah. Bertitik tolak pada asumsi tersebut, penggunaan air tanah non domestik diperkirakan sekitar 0,49 juta m3/tahun pada tahun 2011, meningkat menjadi 0,53 juta m3/tahun pada tahun 2015, dan 0,57 juta m3/tahun. HIDROLOGI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA
Air tanah merupakan salah satu komponen dalam daur hidrologi (hydrologic cycle), yakni siklus peredaran air di bumi, sehingga keterdapatannya akan ditentukan pula
Kategori Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Air Bersih
(l/orang/hari) I Metropolitan > 1.000.000 190
II Besar 500.000 – 1.000.000 170 III Sedang 100.000 – 500.000 150
IV Kecil 20.000 – 100.000 130
V Kecamatan 3.000 – 20.000 100
TABEL 2. Standar Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga
Sumber: Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU
Sumber Data Kependudukan: Kota Palangka Raya Dalam Angka—2011
Kecamatan
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Bersih (l/orang/
hari)
Kebutuhan Air Bersih (m3/tahun)
2011 2015 2020 2011 2015 2020
Pahandut (sebagian) (Kel. Pahandut, Kel. Panarung, Kel. Langkai, Kel. Tumbang Rungan, Kel. Tanjung Pinang)
74.583 82.261 92.981 130 3.538.963,35 3.903.305,396 4.411.924,945
Jekan Raya (sebagian) (Kel. Menteng, Kel. Palangka, Kel. Bukit Tungal)
114.302 120.607 128.979 150 6.258.034,5 6.603.211,04 7.061.577.153
Jumlah 188.885 202.868 221.959 9.796997,85 10.506.516,4 11.473.502,1
TABEL 3. Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Untuk Keperluan Domestik
24
oleh unsur-unsur lain yang terlibat dalam daur tersebut. Dengan demikian dapat dimengerti dimengerti bahwa suatu kajian mengenai ketersediaan air tanah akan selalu terkait dengan pemahaman komponen lain yang terlibat dalam daur tersebut, yang umumnya terangkum dalam suatu analisis hidrologi.
Dalam hal ini, curah hujan merupakan komponen utama dalam daur hidrologi, di mana hujan yang jatuh ke permukaan akan mengalami penguapan, baik yang berlangsung pada tumbuh-tumbuhan (transpirasi), maupun pada permukaan tanah dan air (sungai, rawa, situ) yang disebut evaporasi. Disamping itu, sebagian air hujan tersebut akan meresap ke bawah permukaan tanah (infiltrasi) dan melimpas di permukaan tanah berupa aliran permukaan (surface run off). Parameter ini dipergunakan untuk menghitung neraca air (water balance) yang terjadi di daerah penyelidikan.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus neraca air, air hujan yang masuk ke dalam tanah (U) sebesar 371,6600 mm/tahun. Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam tanah di daerah penyelidikan dengan luas 90,30 km2 diperhitungkan sebesar 33,5609 juta m3/tahun. HIDROGEOLOGI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA a. Konfigurasi dan Sistem Akuifer
Pemahaman sebaran akuifer di bawah permukaan dilakukan dengan rekonstruksi satuan batuan yang teramati di lapangan, data pemboran dan data penyelidikan geolistrik, serta data sekunder lainnya yang berkaitan dengan aspek geologi pada endapan aluvium di lembah sungai. Data
informasi umum yang terkumpul tersebut merupakan dasar untuk analisis secara lebih rinci konfigurasi sistem akuifer daerah penyelidikan.
Pengukuran tahanan jenis batuan telah dilakukan pada 50 (lima puluh) titik duga geolistrik dengan sebaran sistimatis untuk memahami sebaran vertikal dan horizontal akuifer di daerah penyelidikan. Nilai tahanan jenis batuan yang diperoleh dari penyelidikan geolistrik dikorelasikan dengan data pemboran, yaitu nilai tahanan jenis tertentu hasil penyelidikan geolistrik mencerminkan litologi tertentu seperti yang diketahui dari data pemboran, selanjutnya nilai ini digunakan secara deduktif untuk analisis sebaran tahanan jenis batuan lain di sekitarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, data/informasi geologi regional dan pengamatan geologi permukaan dapat membantu penafsiran sebaran batuan di bawah permukaan sampai kedalaman rata-rata kurang dari 10 m, data litologi pemboran bermanfaat untuk penafsiran batuan dengan kedalaman yang besar, sedangkan data/informasi geologi regional digunakan untuk menafsirkan sebaran kelompok batuan berdasarkan atas nilai tahanan jenisnya, termasuk hubungan lateral antar kelompok batuan tersebut di daerah penyelidikan, terutama didasarkan atas informasi tentang sejarah geologinya termasuk lingkungan pengendapan. Hasil penyelidikan geolistrik digunakan sebagai data pendukung untuk memahami konfigurasi akuifer yang digambarkan dalam beberapa penampang tahanan jenis batuan dan Diagram Pagar pada Gambar 3.
25
Gambar 2. Kegiatan Survei Geolistrik Yang Dilakukan Oleh Tim
Gambar 3. Penampang hasil geolistrik dan diagram pagar tahanan jenis batuan
26
Dari hasil penyelidikan geolistrik ini tim survei dapat mengetahui adanya keterkaitan antara nilai tahanan jenis batuan dengan litologi bawah permukaan sebagai berikut : Bagian atas merupakan tanah penutup
dengan ketebalan umumnya kurang dari 5 m, kenampakan di lapangan berupa material berukuran lempung sampai pasir, dengan setempat dijumpai kerakal.
Tahanan jenis batuan 1.344 sampai 4.571 ohm-meter ditafsirkan sebagai pasir mengan-dung kerikil dan kerakal (non akuifer). Ketebalan rata-rata lapisan ini diperkirakan antara 10 – 15 m dan menipis ke arah barat – barat laut di Kelurahan Bukit Tunggal.
Tahanan jenis batuan antara 176 sampai 647 ohm-meter ditafsirkan sebagai pasir dengan sisipan lempung (akuifer). Ketebalan total lapisan ini dapat mencapai sekitar 45 m, dengan ketebalan maksimum di sekitar pusat Kota Palangka Raya.
Tahanan jenis batuan antara 62 sampai 82 ohm-meter dengan sebaran di bagian tengah sampai selatan daerah penyelidikan ditafsirkan sebagai pasir lempungan dengan sisipan konglomerat (akuifer).
Tahanan jenis batuan antara 6 – 9 ohm-meter dengan kedudukan mengalasi lapisan batuan tersebut terdahulu, ditafsirkan sebagai lem-pung atau material lempungan bersifat padu.
Ditafsirkan masih ada hubungan antara akuifer dangkal dan dalam di daerah kajian, artinya sistem akuifer di daerah penyelidikan dapat ditafsirkan merupakan akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer) dan akuifer semi
tertekan (semiconfined aquifer), endapan bersifat lempungan sebagai lapisan penyekat misalnya terdapat pada backswamp dan meander belt dengan sebaran tidak menerus dan masih terjadi downward leakage menuju sistem akuifer di bawahnya. Disamping itu terjadi imbuhan air tanah dari Sungai Kahayan ke dalam sistem akuifer di daerah kajian (Sungai Kahayan merupakan influent stream).
b. Parameter Akuifer
Penilaian parameter akuifer ini merupakan upaya untuk mengetahui karakteristik hidraulika akuifer di daerah penyelidikan, didasarkan atas analisis data uji pemompaan yang dilakukan pada beberapa lokasi terpilih secara langsung di lapangan, baik pada sumur gali maupun sumur bor.
Dalam uji pemompaan sumur gali, pemompaan dilakukan dengan debit tetap sampai muka air tanah turun pada kedalaman tertentu, kemudian pemompaan dihentikan dan diukur pulihnya muka air tanah dengan selang waktu tertentu sampai tercapai kedudukan muka air tanah statis (MAS) seperti semula. Data uji pemompaan yang diperoleh secara langsung di lapangan ini dianalisis dengan Metode Bouwer-Rices yang dipandang paling sesuai untuk kondisi sumur berdiameter relatif besar. Penilaian parameter akuifer seluruh daerah penyelidikan dilakukan dengan cara deduksi, yaitu menggunakan data uji pemompaan di lokasi terpilih untuk diterapkan pada tempat lain yang memiliki karakteristik hidrogeologi sejenis.
27
Gambar 4. Kegiatan uji pumping di lokasi terpilih oleh tim survei
Kuantitas Air Tanah Pengertian kuantitas air tanah dalam
penyelidikan ini dimaksudkan sebagai kandungan air tanah yang berasal dari imbuhan, baik secara langsung dari curahan hujan maupun aliran air tanah yang mengalir menuju ke daerah yang menjadi prioritas kajian. Penghitungan kuantitas air tanah yang didasarkan atas cara pandang seperti ini merupakan tindakan bijaksana dan konservatif terhadap kemungkinan pengambilan air tanah yang berlebihan, mengingat penghitungan kuantitas air tanah yang melibatkan jumlah simpanan air tanah (groundwater storage) akan dapat menimbulkan kesalahan pengelolaan air tanah tertekan dalam hal pemanfaatan yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap air tanah maupun lingkungannya.
Kedudukan muka air tanah diukur melalui beberapa buah sumur gali dan sumur pantek terpilih yang dilakukan selama bulan Juni 2013. Muka air tanah di daerah dekat Sungai Kahayan umumnya terdapat pada kedalaman 2 sampai 18 di bawah muka tanah setempat (mbmt), dengan sebaran luas di bagian utara yang relatif sejajar dengan Sungai Kahayan. Selanjutnya dijumpai dengan kedalaman rata-rata antara 5 – 25 mbmt di bagian selatan dan barat, diperkirakan muka air tanah rata-rata akan semakin dalam ke arah perbukitan.
Kimia Air Tanah Komposisi kimia air tanah berkaitan erat
dengan ion yang terkandung dalam air tanah, baik berupa kation (ion bermuatan positif) maupun anion (ion bermuatan negatif). Interpretasi sifat kimia air tanah di daerah penyelidikan dilakukan berdasarkan atas hasil pemeriksaan laboratorium terhadap percontoh air yang berasal dari sumur gali, sumur pantek, dan sumur bor milik penduduk dan hotel di Palangka Raya.
Hasil analisis dengan metode Diagram Trilinear Piper menunjukkan adanya beberapa kelompok kimia air tanah di daerah penyelidikan sebagai berikut. Kelompok I, kandungan alkali (Na+ dan K+)
melebihi kandungan alkali tanahnya (Ca2+ dan Mg2+), kandungan asam kuat (SO42- dan Cl-) melebihi kandungan asam lemahnya (HCO3- dan CO32-).
Kelompok II, pasangan kation dan anion tidak melebihi 50 %, diketahui dari percontoh sumurgali No. 10 mewakili daerah pusat kota yang termasuk wilayah Kelurahan Palangka (Kecamatan Jekan Raya), percontoh sumur pantek No. 48 dan No. 59 yang masing-masing mewakili bagian timur dan barat Kelurahan Menteng (Kecamatan Jekan Raya).
Kelompok III, kandungan alkali tanah (Ca2+ dan Mg2+) yang sedikit melebihi kandungan alkalinya (Na+ dan K+), kandungan asam lemah (HCO3- dan CO32-) melebihi asam kuatnya (SO42- dan Cl-).
TABEL 4. Kelas Air Untuk Percontoh Air Tanah di Kota Palangka Raya
Kode Percontoh
Lokasi Kelas Air
1 Sumur gali Suparto, Kec. Pahandut Sodium Bikarbonat
10 Sumur gali Slamet, Kec. Pahandut Sodium Bikarbonat
14 Sumur gali H. Masran, Kec. Jekan Raya Sodium Bikarbonat
20 Sumur pantek Elianson Bungas, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida
26 Sumur bor Rumah Susun, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida
42 Sumur pantek Warga, Kec. Sebangau Sodium Khlorida
48 Sumur pantek Tandi Lion, Kec. Jekan Raya Magnesium Khlorida
59 Sumur pantek Ade Ruslani, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida
68 Sumur pantek Edi Syah, Kec. Jekan Raya Sodium Khlorida
75 Sumur bor Hotel Global Express Sodium Khlorida
87 Sumur bor Hotel Aquarius Sodium Khlorida
88 Sumur bor – 1 Hotel Swiss Bell Danum Sodium Khlorida
28
Mutu air untuk air minum termasuk dalam kelas I, yaitu air yang peruntukannya untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Secara umum, air tanah di daerah pe-nyelidikan memenuhi baku mutu air untuk air minum, meskipun demikian terdapat beberapa percontoh air yang memiliki parameter tertentu menyimpang dari baku mutu air minum.
POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AIR TANAH WILAYAH KAJIAN a. Potensi Air Tanah
Pengelompokan potensi air tanah pada penyelidikan ini mencakup pemahaman tentang jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air tanah pada suatu tempat, yang dikaitkan dengan kemudahan untuk mendapatkannya dengan teknologi yang umum berlaku, artinya suatu tempat dapat dinyatakan memiliki potensi air tanah yang tinggi bila terdapat
kemungkinan untuk mendapatkan air tanah dengan jumlah yang cukup, bermutu baik, serta cara untuk memperolehnya yang relatif mudah. Kriteria potensi air tanah telah ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 13-7121-2005 tanggal 31 Agustus 2005 tentang Penyelidikan Potensi Air Tanah Skala 1 : 100.000 atau Lebih Besar, namun dalam beberapa hal dilakukan penyesuaian untuk kepentingan perencanaan pemanfaatan air tanah dalam rangka penyediaan sarana air bersih di Kota Palangka Raya. Berdasarkan atas hubungan kuantitas dan kualitas air tanah untuk keperluan air minum, hasil analisis dan evaluasi disajikan dalam bentuk Peta Potensi Air Tanah. Dalam hal ini, kuantitas air tanah tercermin dari kemungkinan debit optimum yang dapat dihasilkan oleh suatu akuifer, sedangkan batasan kualitas airtanah ditetapkan dengan mengacu pada Baku Mutu yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/ MENKES/SK/VII/2002.
29
Mutu / Kualitas
Jumlah / Kuantitas
BAIK
Di bawah nilai
maksimum yang
disarankan
SEDANG
Antara nilai maksimum
disarankan dan maksimum
diperbolehkan
JELEK
Di atas nilai
maksimum yang
diperbolehkan
Besar
Q > 10 l/det T I N G G I N
I
H
I
L
Sedang
Q = 2 - 10 l/det S E D A N G
Kecil
Q < 2 l/det R E N D A H
TABEL 5. Matriks Potensi Air Tanah
Berdasarkan atas kriteria potensi air tanah tersebut, daerah Palangka Raya dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan potensi air tanah dan non akuifer sebagai berikut : Potensi Air Tanah Sedang
Sebaran satuan ini berada di sekitar Sungai Kahayan, yaitu meliputi seluruh wilayah Kelurahan Pahandut dan Kelurahan Tumbang Rungan; bagian tengah Kelurahan Tanjung Pinang; bagian utara Kelurahan Menteng, Kelurahan Langkai, dan Kelurahan Panarung; bagian timur – timur laut Kelurahan Palangka dan Kelurahan Petuk Katimpun. Umumnya daerah ini dibentuk oleh material yang relatif kasar berupa pasir kasar dan setempat kerikil, terutama pada jejak ox-bow lake, meander scars, dan point bar hanya di
beberapa tempat agak bersifat lempungan yaitu pada daerah rawa-rawa atau yang diidentifikasi sebagai back swamp. Kedudukan akuifer tidak tertekan/semi tertekan beragam dengan kisaran kedalaman antara 2 sampai 140,00 mbmt (setempat dijumpai sampai kedalaman 160 mbmt), muka air tanah berkisar antara 2 - 20 mbmt, setempat keterusan akuifer (T) dapat mencapai 400,89 m2/hari, penghitungan debit jenis (Qs) menunjukkan kisaran antara 0,28 sampai 4,64 l/det/m, debit optimum (Q op) 2,2 - 3 l/detik dan setempat dapat mencapai 4 liter/detik, jarak antar sumur berkisar antara 30 sampai 50 m. Mutu air tanah untuk sumber air baku bagi keperluan air minum umumnya baik, namun setempat perlu perbaikan mutu air, terutama
karena pengaruh rawa-rawa pada akuifer bagian atas.
Potensi Air Tanah Rendah Satuan ini melampar luas di bagian barat dan timur lembar peta penyelidikan, yaitu meliputi bagian barat – barat daya wilayah Kelurahan Palangka; bagian selatan Kelurahan Menteng, Kelurahan Langkai, dan Kelurahan Panarung; bagian selatan dan timur Kelurahan Tanjung Pinang; bagian barat Petuk Katimpun; bagian tengah – timur Kelurahan Bukit Tunggal; serta bagian utara Kelurahan Kereng Bangkirai dan Kelurahan Sabaru (Kecamatan Sabangau). Sebagian besar daerah ini merupakan kaki perbukitan yang diperkirakan material kasar dan lempungan berselingan dan menjemari (interfingering), setempat dijumpai daerah rawa-rawa yang cukup luas. Kedudukan akuifer tidak tertekan/semi tertekan umumnya beragam dengan kisaran kedalaman antara 5 - 135,00 mbmt, muka air tanah kurang dari 40 mbmt, keterusan akuifer (T) umumnya 29,55 - 105,62 m2/hari, debit jenis (Qs) kurang dari 1,22 l/det/m, debit optimum (Q op) kurang dari 1,5 l/detik, jarak antar sumur 20 - 50 m. Mutu air tanah untuk keperluan air minum umumnya baik, namun di daerah rawa-rawa umumnya perlu perbaikan mutu air karena kandungan besinya tinggi, pH yang rendah,
atau keruh, terutama pada daerah dekat rawa-rawa dan gambut, bahkan setempat tergolong tidak baik untuk air minum.
Non Akuifer Satuan ini dibentuk oleh batuan beku granit dan granodiorit, secara umum tidak dapat bertindak sebagai akuifer, sebarannya setempat di barat daya lembar peta penyelidikan (di luar daerah prioritas kajian).
b. Pengembangan Air Tanah di Daerah Sulit Air
Berdasarkan pengamatan dan penyelidikan lapangan, kesulitan air bersih yang dialami sebagian penduduk di daerah penyeli-dikan lebih disebabkan oleh mutu air tanahnya jelek, sementara kemampuan penduduk terbatas untuk melakukan perbaikan mutu air atau membuat sumur bor dalam, baik karena kendala keterbatasan biaya maupun teknologi. Kondisi yang demikian inilah yang menye-babkan beban ekonomi menjadi tinggi karena harus menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli air bersih.
Secara umum, dapat diketahui bahwa kebutuhan air yang mendesak untuk mening-katkan kesejahteraan sebagian masyarakat di daerah penyelidikan dapat dilakukan sebagai berikut : Membangun sarana air bersih dengan sumber
air baku berasal dari sumur bor dalam,
Gambar 5. Peta Potensi air tanah di wilayah penyelidikan
30
dilakukan untuk kelompok masyarakat mengingat diperlukan biaya yang relatif besar dan teknologi untuk menutup akuifer guna mengatasi adanya sisipan-sisipan air tanah berkualitas jelek sehingga memerlukan ketelitian dan kemampuan teknis memadai bagi pelaksana pengeboran.
Mengembangkan dan mengoptimalkan pembangunan sarana pengolahan air permukaan Sungai Kahayan secara lebih luas dan menghasilkan kualitas air bersih yang memenuhi standard untuk keperluan pasokan air bersih.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengadaan air bersih yang dinilai tepat dan sesuai untuk masyarakat yang kesulitan air bersih adalah dengan mengoptimalkan pemanfa-atan air permukan atau melakukan pengeboran yang menyadap air tanah dalam namun dengan resiko biaya dan kegagalan tinggi. PENUTUP
Perkembangan pemanfaatan air tanah yang terus meningkat pada beberapa dekade terakhir ini, terutama untuk menunjang kegiatan pariwisata, industri, dan lainnya di Kota Palangka Raya perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para pemilik kepentingan (stake-holder) dalam pengelolaan sumber daya air tanah, yakni agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal di atas, perencanaan pendayagunaan air tanah yang bermuara pada konservasi air tanah perlu dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yang dinilai penting untuk kondisi yang sesuai dengan
daerah penyelidikan ini, antara lain: Perubahan penggunaan lahan seiring dengan
kemajuan pembangunan perlu dilakukan secara cermat dengan memperhatikan fungsi imbuhnya terhadap air tanah, antara lain pada daerah perbukitan di luar daerah penyelidikan yang umumnya dibentuk oleh Formasi Dahor, serta pengembangan bangunan dan infra struktur daerah perkotaan, dan daerah bantaran banjir Sungai Kahayan. Hal ini memerlukan koordinasi antar sektor di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya.
Dalam rangka pengelolaan air tanah, dipandang penting untuk segera dilakukan kegiatan inventarisasi pengambilan air tanah, dan pemberlakukan izin penggunaan air tanah yang berfungsi sebagai alat kendali pengambilan air tanah.
Menilik ketersediaan sumber air permukaan yang potensial di daerah penyelidikan, perlu dioptimalkan pemanfaatan saling menunjang antara air permukaan dan air tanah, misalnya dengan mengutamakan penyediaan air bersih dari air permukaan, serta pengaturan penyadapan airtanah untuk keperluan industri dan lainnya dengan mempertimbangkan potensi ketersediaannya dan mengutamakan kepentingan untuk pasokan air bersih penduduk.
Pembuatan sumur pantau perlu segera dilakukan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya. Lokasi yang disarankan untuk dibuat sumur pantau adalah di daerah seputar pusat kota di Jl. Imam Bonjol atau Jl. Cilik Riwut yang pengambilan air tanah melalui sumur bor tergolong intensif.
31
Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Master Plan Pembangunan Ekonomi Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2023 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan penyusunan dokumen RPJPD dan RPJMD sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, juga diperlukan perencanaan pembangunan yang bersifat strategis dan spasial yang berfungsi sebagai rencana induk (masterplan) untuk menjadi pedoman perencanaan yang lebih operasional bagi Pemerintah Kota, masyarakat dan dunia usaha. Salah satu rencana induk yang disusun adalah Masterplan Pembangunan Ekonomi yang berisi analisis, evaluasi kajian, arah pembangunan dan program/kegiatan pembangunan ekonomi yang meliputi seluruh sektor ekonomi.
Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya merupakan sinergisitas dan refocusing sumber daya pembangunan guna mempercepat pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya, sehingga kualitas Dokumen Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya sebagai acuan keterpaduan pelaksanaan sangat penting dan menentukan keberhasilan program pembangunan, sehingga pemerintah dan masyarakat di daerah saat ini hanya tinggal menjalankan proses pemberdayaan terhadap semua potensi yang ada, sehingga tujuan pembangunan daerah untuk mensejahterakan masyarakat di daerah tercapai dengan segala potensi yang dimilikinya.
B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Penyusunan Master Plan
Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014 - 2023 adalah untuk menghasilkan suatu produk perencanaan yang akan menjadi pegangan dan acuan dalam penyusunan program dan kegiatan pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014 - 2023.
Tujuan dari Penyusunan Master Plan Pembangunan Ekonomi Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2023 adalah untuk menyediakan pedoman bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan swasta dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan ekonomi daerah yang lebih efektif, efisien dan terarah.
Sedangkan tujuan khusus Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2023 ini adalah: a. Mengetahui kondisi dan perkembangan,
serta permasalahan pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya 10 tahun terakhir.
b. Mengetahui prospek dan kebutuhan pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya sebagai dasar penyusunan rencana untuk 10 tahun ke depan.
c. Menyusun strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi daerah ke depan dengan memperhatikan dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya yang telah disusun sebelumnya termasuk RUTRK.
d. Merumuskan dan merekomendasikan program dan kegiatan yang diperlukan untuk mendorong pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya yang saling bersinergi dan berkelanjutan.
32
C. SASARAN a. Merumuskan konsep dan strategi ekonomi
yang tepat untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.
b. Pengurangan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial ekonomi masyarakat secara adil dan merata.
c. Memberikan informasi/penjelasan mengenai sektor unggulan yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan di Kota Palangka Raya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing produk.
d. Menyusun masukan bagi kebijakan dan strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan andalan.
e. T e r s e l e n g g a r a n y a p e m b a n g u n a n berkelanjutan dan sistem integrasi l ingkungan dan ekonomi yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam.
D. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran kegiatan berupa laporan hasil studi yang berisi: a. Hasil kajian pustaka mengenai sektor
unggulan perekonomian. b. Hasil pengumpulan dan analisis data. c. Identifikasi potensi dan masalah
pengem bangan s e ktor unggulan perekonomian di Kota Palangka Raya.
d. Rumusan konsep dan strategi pengem bangan s e ktor unggulan perekonomian, proyeksi pertumbuhan ekonomi, serta indikasi program pembangunan ekonomi Kota Palangka Raya tahun 2014 - 2023.
E. OBJEK KAJIAN
Objek kajian kegiatan dilakukan menurut lapangan pekerjaan utama terdiri dari : Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Kostruksi Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Keuangan Jasa F. RUANG LINGKUP 1) Program dan kegiatan pengembangan
ekonomi produktif 2) Output ekonomi produktif pada tingkat
kecamatan dan kota
3) Evaluasi program-program pengembangan ekonomi produktif
4) Berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan ekonomi produktif, baik faktor internal dan eksternal
G. POPULASI DAN SAMPEL KAJIAN Populasi dalam kajian ini yaitu penduduk
yang menekuni bidang usaha produktif menurut lapangan pekerjaan utama. Berdasarkan Statistik Kota Palangka Raya Dalam Angka tahun 2012, jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan peker-jaan utama sebanyak 106.107 jiwa, tersebar pada masing-masing lapangan pekerjaan utama. Karena banyaknya populasi pada masing-masing bidang usaha produktif tidak sama maka pengambilan sampel menggunakan metode stratifikasi proporsional sampel acak (stratified proportional random sampling). Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang dipergunakan terlihat tabel 1 sebanyak 99,16 atau dibulatkan menjadi 100 orang.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tahunan dinas/instansi terkait, serta berbagai data publikasi BPS di Kalimantan Tengah.
Teknik Pengukuran Teknik pengukuran variable internal dan
eksternal menggunakan pendekatan skala Likert atau skala ordinal 5 titik, yaitu skala 1 – 5 untuk semua aspek seperti SDM, SDA, kelembagaan, usaha/kegiatan. Begitu juga untuk variable internal dan eksternal kegiatan di bidang usaha pariwisata.
33
No Lapangan Usaha Populasi Sampel
1 Pertanian 11.280 10,54
2 Pertambangan 2.683 2,44
3 Industri 5.582 5.17
4 Listrik, Gas dan Air 769 0,64
5 Konstruksi 13.026 12,19
6 Perdagangan 30.754 28,89
7 Transportasi & Komunikasi 7.277 5,85
8 Keuangan 6.308 5,85
9 Jasa 28.428 26,70
Jumlah 106.107 99,16
TABEL 1.
Jumlah Populasi dan Sampel Masing-Masing Lapangan
H. ANALISIS DATA Penetapan analisis data tidak lepas dari
pencapaian tujuan dan sasaran. Enam alat analisis yang digunakan sebagai berikut : Analisis Perkembangan dan Prospek
Analisis ini menggunakan analisa trend terhadap data dasar pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2002 sampai dengan 2012.
Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan dan Pengangguran Untuk melihat hasil pembangunan ekonomi yang diukur melalui pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya dalam hubungannya dengan pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kerangka analisis ini terlebih dahulu mencari koefisien lokasi dan koefisien spesialisasi. Alat analisis yang digunakan yaitu Location Question dan Shift Share.
Analisis Input – Output Y yaitu pendekatan kerangka yang komprehensip untuk menganalisis wilayah. Pendekatan ini mampu menggambarkan beragam sifat hubungan di antara sektor-sektor industri dan antara sektor-sektor industri dengan komponen ekonomi lainnya.
Analisis Pertumbuhan Ekonomi Melalui pendekatan ekonometrika dengan model matematik yang diaplikasikan mulai dari yang sederhana dengan hanya beberapa variabel hingga yang paling komplek dengan banyak variabel.
Analisa SWOT Tahap akhir kajian yaitu dengan melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal menggunakan analisis SWOT.
II. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN
Beberapa kondisi umum perekonomian Kota Palangka Raya yang melatarbelakangi kajian ini adalah sebagai berikut: a. Perkembangan PDRB
b. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya (Atas Dasar Harga Berlaku)
c. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka Raya (Atas Dasar Harga Konstan)
d. Trend Perkembangan Pendapatan Per Kapita (ADHB dan ADHK 2000)
e. Tingkat Inflasi Kota Palangka Raya
34
III. FAKTA, PERMASALAHAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
a. Sektor Pertanian
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
c. Sektor Industri Pengolahan
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
35
Tahun
Distribusi Pendapatan Kriteria Bank Dunia
Gini Ratio 40% Penduduk
Berpenghasilan Rendah
40% Penduduk
Berpenghasilan Sedang
20% Penduduk
Berpenghasilan Tinggi
2005 20,52 38,57 40,91 0,31
2006 21,39 38,85 39,76 0,30
2007 21,41 39,47 39,11 0,29
2008 22,52 39,42 38,06 0,28
2009 19,77 39,41 40,81 0,32
2010 20,15 38,40 41,45 0,32
2011 20,86 39,09 40,05 0,31
2012 20,07 39,13 40,80 0,32
f. Distribusi Pendapatan Menurut Kriteria Bank Dunia dan Gini Ratio
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung TURUN (ada masalah)
Strategi & Arah Kebijakan
Meningkatkan produk pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan
Sasaran Jagung, sayur2an, sapi, babi, ayam, ikan keramba.
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung TURUN (ada masalah)
Strategi & Arah Kebijakan
Meningkatkan produksi tambang dan penggalian
Sasaran Zircon, pasir kuarsa
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn)
Tren capaian cenderung TURUN (ada masalah)
Strategi & Arah Kebijakan
Meningkan produk industri kecil dan rumah tangga.
Sasaran
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn)
Tren capaian cenderung NAIK (tidak masalah)
Strategi & Arah Kebijakan
Meningkatkan produk listrik PLN dan produk air bersih PDAM.
Sasaran Semua produk listrik dan semua produk air bersih
e. Sektor Bangunan
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
i. Sektor Jasa-Jasa
36
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung NAIK (tidak
masalah)
Strategi & Arah
Kebijakan
Meningkatkan produk fisik konstruksi
Sasaran gedung, jalan, jembatan, terminal,
pelabuhan, maupun jaringan listrik, air,
telepon
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung NAIK (tidak
masalah)
Strategi & Arah
Kebijakan
Meningkatkan nilai komo diti
perdagangan pertanian, pertambangan
& penggalian serta brg impor yang
diperdagangkan.
Sasaran Komoditi jagung, suyur2 an, zircon,
pasir, b. impor.
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn) Tren capaian cenderung NAIK (tidak
masalah)
Strategi & Arah
Kebijakan
Meningkatkan pengangkutan umum
org dan barang melalui darat dan
udara
Sasaran Jumlah armada angkutan dan
fasilitasnya; (2) jumlah jasa layanan
pos da telekomunikasi
Identifikasi Penjelasan
Tren (naik/turn) Tren TURUN (masalah)
Strategi & Arah
Kebijakan
Meningkatkan produk perbankan,
lembaga keuangan bukan bank,
persewaan bangunan dan jasa
perusahaan
Sasaran Jumlah kredit, pinjaman LN, asuransi,
koperasi; jasa rumah, pengacara, jasa
akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan
data, jasa periklanan
Identifikasi Penjelasan
Tren Tren capaian cenderung NAIK (tidak
masalah)
Strategi & Arah
Kebijakan
Meningkatkan produk jasa pemerintah
umum dan swasta
Sasaran Belanja pemerintah, jasa pendidikan
(jumlah murid), jasa kesehatan (RS &
dokter praktek)
IV. MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2014 – 2023 A. Pembangunan Ekonomi Makro 1. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Ekonomi
2. Proyeksi dan Target Pendapatan Perkapita
3. Proyeksi dan Target Investasi
4. Proyeksi dan Target Kredit Perbankan
37
TAHUN PE ADHB PE ADHK-2000
2014 15,42 7,37
2015 15,79 7,55
2016 16,17 7,73
2017 16,55 7,90
2018 16,93 8,08
2019 17,30 8,25
2020 17,68 8,43
2021 18,06 8,61
2022 18,43 8,78
2023 18,81 8,96
TAHUN ADHB ADHK
2014 17.096.923,93 5.826.958,67
2015 18.136.717,11 5.930.752,73
2016 19.176.510,28 6.034.546,80
2017 20.216.303,46 6.138.340,86
2018 21.256.096,64 6.242.134,92
2019 22.295.889,81 6.345.928,98
2020 23.335.682,99 6.449.723,05
2021 24.375.476,17 6.553.517,11
2022 25.415.269,34 6.657.311,17
2023 26.455.062,52 6.761.105,23
TAHUN PMTB ADHB PMTB ADHK
2014 2.936.964,01 654.944,29
2015 3.288.372,46 678.956,30
2016 3.639.780,91 702.968,31
2017 3.991.189,36 726.980,31
2018 4.342.597,81 750.992,32
2019 4.694.006,26 775.004,33
2020 5.045.414,71 799.016,34
2021 5.396.823,16 823.028,35
2022 5.748.231,61 847.040,36
2023 6.099.640,06 871.052,36
Tahun Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
2014 991.164 436.453 2.953.989 4.381.606
2015 1.099.842 485.886 3.278.722 4.864.449
2016 1.208.520 535.318 3.603.454 5.347.292
2017 1.317.197 584.751 3.928.187 5.830.135
2018 1.425.875 634.184 4.252.920 6.312.978
2019 1.534.553 683.616 4.577.652 6.795.821
2020 1.643.230 733.049 4.902.385 7.278.664
2021 1.751.908 782.481 5.227.117 7.761.507
2022 1.860.586 831.914 5.551.850 8.244.350
2023 1.969.264 881.347 5.876.583 8.727.193
Seminar Laporan
Akhir Kajian di
Aula “Rahan
Pumpung Kapakat”
Bappeda Kota
Palangka Raya
6. Proyeksi dan Target Inflasi
7. Proyeksi dan Target Pengangguran Terbuka
8. Proyeksi dan Target Gini Rasio (Indeks)
38
NO NAMA SEKTOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 PERTANIAN V V V V V
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
3 INDUSTRI PENGOLAHAN V V V V V V V V
4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BRSIH SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU
5 KONSTRUKSI SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU
6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN
RESTORAN V V V V V V V V V V
7 PENGANGKUTAN & KOMUNISKASI SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA
PERUSAHAAN SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU
9 JASA-JASA SU SU SU SU SU SU SU SU SU SU
5. Proyeksi dan Target Sektor Unggulan
Keterangan : SU = Sektor Unggulan; V = Akan dijadikan sektor unggulan
TAHUN INFLASI
2014 5,68
2015 7,25
2016 7,96
2017 9,65
2018 8,39
2019 7,72
2020 7,96
2021 9,18
2022 6,68
2023 7,25
TAHUN
PENGANGGURAN
TERBUKA
(RIBU ORG)
PENGANGGURAN
TERBUKA (%)
2014 5,23 4,66%
2015 4,77 4,09%
2016 4,30 3,56%
2017 3,84 3,06%
2018 3,57 2,76%
2019 2,91 2,17%
2020 2,68 1,94%
2021 2,33 1,64%
2022 1,90 1,29%
2023 1,51 1,00%
TAHUN GINI RASIO
2014 0,27
2015 0,27
2016 0,26
2017 0,26
2018 0,25
2019 0,25
2020 0,24
2021 0,23
2022 0,23
2023 0,22
B. Pembangunan Ekonomi Sektoral 1. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor
Pertanian
2. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian
3. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
4. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
39
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 2,45
2015 2,48
2016 2,57
2017 2,45
2018 2,48
2019 2,57
2020 2,45
2021 2,48
2022 2,57
2023 2,45
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 2,57
2015 2,45
2016 2,48
2017 2,57
2018 2,45
2019 2,48
2020 2,57
2021 2,45
2022 2,48
2023 2,57
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 2,48
2015 2,57
2016 2,45
2017 2,48
2018 2,57
2019 2,45
2020 2,48
2021 2,57
2022 2,45
2023 2,48
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 6,03
2015 6,59
2016 7,15
2017 5,47
2018 6,03
2019 6,59
2020 7,15
2021 7,22
2022 5,47
2023 6,03
5. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Bangunan
6. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
40
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 6,94
2015 8,89
2016 8,35
2017 9,13
2018 6,94
2019 8,89
2020 8,35
2021 9,13
2022 6,94
2023 8,89
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 10,12
2015 10,52
2016 11,64
2017 10,12
2018 10,52
2019 11,64
2020 10,12
2021 10,52
2022 11,64
2023 10,52
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 6,03
2015 6,59
2016 7,15
2017 5,47
2018 6,03
2019 6,59
2020 7,15
2021 7,22
2022 5,47
2023 6,03
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 11,64
2015 10,12
2016 10,52
2017 11,64
2018 10,12
2019 10,52
2020 11,64
2021 10,12
2022 10,52
2023 11,64
8. Proyeksi dan Target Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
V. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN
EKONOMI KOTA PALANGKA RAYA A. Program Pembangunan Ekonomi Makro 1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Regional 2. Meningkatkan Pendapatan Perkapita 3. Meningkatkan Investasi
a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
b. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah
4. Meningkatkan Pertumbuhan Kredit Perbankan a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil
Menengah Yang Konduktif b. Program Pengembangan Sistem
Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
c. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
5. Mengembangkan Sektor Ekonomi Unggulan a. Program Pengembangan Kewirausahaan
dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
6. Menjaga Kestabilan Harga
7. Mengurangi Pengangguran a. Program Peningkatan Kualitas dan
Produktivitas Tenaga Kerja b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja c. Program Perlindungan dan
Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
8. Menjaga Distribusi Pendapatan a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin,
Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya
b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
c. Program Pembinaan Anak Terlantar d. Program Pembinaan Para Penyandang
Cacat dan Trauma e. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti
Jompo f. Program Pembiasaan Eks Penyandang
Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba, dan Penyakit Sosial lainnya)
g. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejeahteraan Sosial
h. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan
i. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
j. Program Peningkatan Partisipasi Dalam Membangun Desa
k. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
l. Program Peningkatan Peran Perempuan Di Perdesaan
B. Program Pengembangan Ekonomi
Sektoral 1. Sektor Pertanian
a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
b. Program Peningatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
c. Program Pemberadayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
d. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
e. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
f. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
g. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
h. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
i. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan j. Program Perlindungan dan Konservasi
TAHUN PERTUMBUHAN
2014 8,89
2015 8,35
2016 9,13
2017 6,94
2018 8,89
2019 8,35
2020 9,13
2021 6,94
2022 8,89
2023 9,13
41
Sumber Daya Hutan k. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan
Industri l. Program Pembinaan dan Penertiban
Industri Hasil Hutan m. Program Perencanaan dan
Pengembangan Hutan n. Program Pengembangan Budidaya
Perikanan o. Program Pengembangan Perikanan
Tangkap p. Program Pengembangan Sistem
Penyuluhan Perikanan q. Program Optimalisasi Pengelolaan dan
Pemasaran Produksi Periakanan r. Program Pengembangan Kawasan
Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
a. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan
b. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat Yang Berpotensi Merusak Lingkungan
3. Sektor Industri Pengolahan
a. Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi
b. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menegah
c. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
d. Program Penataan Struktur Industri e. Program Pengembangan Sentra-Sentra
Industri Potensial 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
a. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan
b. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
c. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya
d. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
5. Sektor Bangunan
a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
b. Program Pembangunan Saluran Drainase / Gorong-Gorong
c. Program Pembangunan Turap / Talud /Bronjong
d. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
e. Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Talud/Bronjong
f. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan
g. Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan
h. Program Peninkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
i. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
b. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
c. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
d. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
e. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan
f. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
g. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
h. Program Pengembangan Kemitraan 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
a. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
c. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
d. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
e. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
f. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaran Bermotor
g. Program Pengembangan Data/Informasi h. Program Pengembangan Komunikasi,
Informasi dan Media Massa i. Program Pengkajian dan Penelitian
Bidang Informasi dan Komunikasi j. Program Fasilitasi Peningkatan SDM
bidang komunikasi dan inforamsi k. Program Kerjasama Informasi dengan
Mas Media
* * *
42
Oleh: Taronggal Silalahi, SP, M.Si (Bappeda
Kota Palangka Raya)
D alam rangka membantu pemerintah
daerah mempercepat pemenuhan target
MDGs, sejak tahun 2006 BAPPENAS dengan
dukungan ADB dan UNDP melaksanakan kegiatan
peningkatkan kapasitas pemerintah daerah
dalam proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan yang pro terhadap masyarakat
miskin (Pro-Poor Planning and Budgeting-
P3B). Pada tahun 2008, dengan maksud
penambahan komponen monitoring, kegiatan
ini berubah nama menjadi Pro-Poor Planning,
Budgeting and Monitoring (P3BM).
Sejak tahun 2007, Pemerintah Indonesia
meluncurkan program Target MDGs (Millenium
Development Goals) dengan didukung oleh
UNDP. Target MDGs memiliki 4 komponen
program, yaitu: perbaikan pendataan,
pelaporan, advokasi/kampanye dan dukungan
inisiatif lokal untuk memperkuat kapasitas peme
-rintah daerah, LSM dan media massa. Komponen
kegiatan keempat selanjutnya disebut Pro-Poor
Planning, Budgeting and Monitoring (P3BM)
yang merupakan penyempurnaan dari P3B.
Program P3BM merupakan upaya
peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk
mempercepat pencapaian target MDGs melalui
upaya perbaikan kualitas proses perencanaan dan
penganggaran di daerah. Program P3BM diharapkan
dapat membantu pemerintah daerah dalam
melakukan “diagnosa” status capaian MDGs di
daerah, meningkatkan kapasitas aparatur dalam
menyusun rencana program dan anggaran yang
pro-masyarakat miskin serta monitoring proses
dan hasil pembangunan.
Salah satu cara meningkatkan kinerja
Pemda agar lebih optimal, P3BM telah
membangun Sistem Database MDGs dan Sistem
Database Program Pembangunan.
Manfaat Sistem Database MDGs dalam
konteks kegiatan P3BM:
Menghasilkan data yang berkualitas baik
untuk pembuatan score card
Menghasilkan data yang berkualitas baik
untuk pembuatan mapping
Menghasilkan data yang berkualitas baik
untuk pengalokasian budget daerah
Membantu proses koordinasi dalam
musrenbang
Membantu proses monitoring dan evaluasi
(rekam jejak) di daerah bersangkutan
Manfaat Sistem Database Program
Pembangunan dalam konteks kegiatan P3BM:
Membantu proses koordinasi perencanaan pem-
bangunan daerah berkaitan dengan pencegahan
tumpang tindih program dan sasaran
Menyediakan data bagi daerah yang berkualitas
baik untuk pembuatan mapping berdasarkan
aktivitas program di daerah.
43
Membantu sharing maupun sinergi antar
program
Menghasilkan data yang berkualitas baik
untuk pengalokasian budget/anggaran
Membantu proses koordinasi dalam
musrenbang
Membantu proses monitoring dan evaluasi
(rekam jejak) di daerah bersangkutan.
Sistem Database MDGs merupakan sistem
untuk menyimpan data dan memonitor secara
efektif pencapaian MDGs berdasarkan indikator-
indikator yang dikumpulkan pada wilayah
tertentu. Secara umum manfaat Sistem Database
MDGs adalah:
Memudahkan pengelolaan data indikator
berdasarkan goal dan target. Pada sistem ini
ditampilkan beberapa informasi lain seperti:
metadata dan definisi, serta target MDGs dari
indikator tersebut.
Mendorong SKPD mencari data yang benar
dan mengontrol proses pengentrian data
variabel untuk indikator, sehingga kualitas
data dapat terjaga.
Menampilkan laporan data indikator
berdasarkan wilayah, tahun periode data, dan
beberapa laporan lain yang dibutuhkan untuk
memudahkan proses perencanaan dan
pengambilan keputusan.
44
Gambar 1. Kerangka Pikir P3BM untuk Menemukan Akar Masalah Pembangunan (L. Ega, 2009)
Dalam rangka penyiapan data untuk laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah, membuat
sangat penting untuk mengetahui sumber data
indikator MDGs di setiap daerah. Selaras dengan
kebutuhan data, pada Bulan Januari 2008, PBB telah
merevisi indikator-indikator MDG global, serta dirinci
menurut jenis kelamin dan kriteria perkotaan/
perdesaan sehingga Indonesia sebagai salah salah satu
negara yang berkomitmen menjalankan.
Secara ringkas, beberapa sumber data yang
dapat diperoleh untuk memantau tujuan MDGs serta
target yang hendak dicapai ditunjukkan pada
Tabel 1.
Beberapa komponen (alat) utama yang
diperkenalkan oleh P3BM yaitu:
Penyusunan kartu penilaian (balanced
scorecard) MDGs untuk perencanaan dan
pengangaran yang berpihak pada masyarakat
miskin. Komponen ini menganalisa target dan
pencapaian target MDGS daerah dibanding
dengan target nasional dan internasional.
Pemetaan Kemiskinan MDGs (poverty
maping) untuk pe rencanaan dan
penganggaran yang tepat lokasi. Komponen ini
mengkonversi data-data statistik ke data
spatial (GIS) sehingga bisa diidentifikasi
lokasi-lokasi yang tingkat kemiskinannya
rendah, sedang dan tinggi.
Analis kualitas dokumen perencanaan dan
penganggaran yang tepat lokasi. Komponen ini
menganalisis ketepatan lokasi alokasi anggaran
berdasarkan pada hasil pemetaan kemiskinan.
Analisa belanja pembangunan daerah untuk
peningkatan kualitas penggunaan anggaran
untuk penanggulangan kemiskinan.
Interpretasi dan aplikasi alat P3BM untuk
perencanaan dan penganggaran yang berpihak
pada masyarakat miskin.
1. Menyusun Kartu Penilaian MDGs
Kartu penilaian MDGs merupakan alat yang
sederhana baik dalam pembuatan, cara
penyajian dan analisanya. Berikut ini alur
penyusunan kartu penilaian MDGs dan langkah-
langkah untuk menghasilkannya.
Manfaat Kartu Penilaian MDGs
Kartu penilaian MDGs berguna untuk
mengetahui pencapaian pembangunan kabupaten/kota
atas target MDGs. Kartu ini disimbolkan dalam tiga
warna, yaitu:
Tujuan Target Bidang Sumber Data
1
1.A Kemiskinan BPS, Sektor KB,
1.B Ketenagakerjaan BPS, Sektor Tenaga Kerja, Kesos
1.0 Kelaparan BPS, Sektor Kesehatan
2 2.A Pendidikan Sektor Pendidikan, Kandepag, Kesos
3 3.A Gender BPS, BKD, Sektor PP, KPUD, Pendidikan,
Tenaga Kerja
4 4.A Kematian anak Sektor Kesehatan
5 5.A Kesehatan ibu Sektor Kesehatan, KB
5.B Kesehatan reproduksi Sektor Kesehatan, KB
6
6.A HIV/AIDS KPAD, Sektor Kesehatan, KB
6.B Akses berobat HIV Sektor Kesehatan
6.0 Malaria dan lainnya Sektor Kesehatan
7
7.A Pembangunan berkelanjutan Sektor LH, Kehutanan, PU, Perindustrian, BPS, Kelautan/Perikanan
7.B Kelestarian lingkungan hidup Sektor LH, Kehutanan, Kelautan/Perikanan, Pemda
7.0 Fasilitas perumahan BPS, Sektor Kesos
7.D Pemukiman BPS, BPN, Sektor Kesos
TABEL 1. Ringkasan Sumber Data Indikator MDGs di Kabupaten/Kota
Gambar 2. Alur Penyusunan Kartu Penilaian MDGs
45
Warna merah menunjukkan pembangunan masih
“jauh dari arah pencapaian”
Warna kuning menunjukkan “dalam arah
pencapaian”
Warna hijau menunjukkan “telah mencapai
target”
2. Menghasilkan Peta Kemiskinan dan Peta
Tematik Lain
Untuk dapat menghasilkan peta kemiskinan
dan peta tematik lain menggunakan program
ArcGIS, setidaknya diperlukan enam langkah utama
sebagaimana digambarkan dalam alur beñkut ini.
Manfaat Pemetaan
Pemetaan merupakan alat yang relatif
sederhana, mudah diaplikasikan dan mampu
memberikan informasi yang mudah dicerna. Dengan
penyajian melalui gambar dan warna maka
pemetaan dapat dipakai sebagai alat analisa yang
menarik dan mudah diinterpretasi. Beberapa manfaat
pemetaan dalam proses perencanaan dan
penganggaran, adalah sebagai berikut:
Menjelaskan heteroginitas permasalahan dalam
suatu wilayah tertentu, di mana setiap wilayah pada
dasarnya memiliki permasalahan yang bersifat
spesifik, termasuk permasalahan kemiskinan.
Memperbaiki penentuan sasaran intervensi
efisiensi anggaran, ketepatan sasaran, keterpaduan
antar program sektoral, mengurangi potensi
konflik, dengan kata lain alat ini dapat
mempertajam sasaran (target) penerima manfaat
atas program, termasuk dalam penanggulangan
kemiskinan.
Mengevaluasi dampak berbagai kegiatan dan
program pembangunan, termasuk permasalahan
kemiskinan, disamping untuk meneliti hubungan/
keterkaitan antar permasalahan
Memperjelas dukungan komitmen pencapaian
RPJMD dan target MDGs dengan mendorong
keterpaduan kebijakan dan program
pembangunan.
3. Analisa Dokumen Perencanaan dan
Penganggaran
Analisa dokumen perencanaan dan
penganggaran yang dimaksud dalam panduan ini
adalah analisa deskriptif secara kualitatif dan
kuantitatif untuk menjawab dua hal: 1)
Apakah dokumen perencanan dan
penganggaran ditetapkan secara
konsisten sehingga bisa dilihat
keterkaitan yang erat antara dokumen
perencanaan dan penganggaran, dan 2) Apakah
intervensi perencanaan dan alokasi anggaran yang
ditetapkan relevan dengan persoalan yang dihadapi
oleh daerah.
Dokumen yang dianalisa merupakan dokumen-
dokumen perencanaan dan penganggaran yakni:
RPJMD, RKPD, KUA, PPA hingga APBD. Proses
analisa yang sama pula untuk dokumen perencanaan
tingkat kabupaten yakni mulai RPJMD hingga APBD
dan untuk analisa dokumen tingkat SKPD mulai dari
RPJMD, Renstra SKPD hingga APBD sektoral. Contoh
analisa konsistensi dokumen dokumen pada tingkat
SKPD ditunjukkan pada Gambar 4.
Manfaat Analisa Dokumen Perencanaan dan
Penganggaran
Analisa dokumen perencanaan dan peng-
anggaran ini merupakan analisa untuk memperkuat
berbagai analisa lain dalam penyusunan rencana dan
anggaran yang berpihak kepada masyarakat miskin.
Pada intinya analisa ini bertujuan agar intervensi
perencanaan dan alokasi anggaran yang ditetapkan
dapat lebih fokus baik dalam hal: jenis program,
kegiatan, lokasi, sasaran dan besar anggaran. Untuk
mendukung tujuan ini, analisa dokumen perencanan
dan anggaran bermanfaat untuk dua hal. Pertama,
memastikan bahwa dokumen perencanaan dan
dokumen penganggaran ditetapkan secara konsisten
dan terdapat keterkaitan yang erat antar kedua
dokumen tersebut. Kedua, memastikan bahwa
intervensi perencanaan dan alokasi anggaran ini telah
relevan dengan permasalahan yang dihadapi daerah.
4. Analisis Belanja Pembangunan Daerah
Analisis belanja pembangunan daerah
merupakan bagian dari upaya mengetahui besarnya
Gambar 3. Alur Pembuatan Peta Kemiskinan dan Peta
Tematik lain
46
Manfaat Analisis Belanja
Pembangunan Daerah
M e n i n g k a t k a n k u a l i t a s
p e r e n c a n a a n a n g g a r a n .
Peningkatan kualitas anggaran ini
dapat dilakukan, ketika yang
menjadi bahan analisis adalah RKA
-SKPD (Rencana Kerja dan
Anggaran – Satuan Kerja
Perangkat Daerah). Karena pada
saat RKA-SKPD, APBD masih
dalam proses penyelesaian,
sehingga hasil analisis masih
dapa t d i guna ka n u n tu k
memperbaiki RKA yang sudah
disusun.
Memantau daya serap anggaran
berjalan. Pemantauan daya serap
anggaran ini dapat dilakukan, jika
yang menjadi bahan analisis
adalah pos-pos belanja yang
sedang dilakukan pada tahun berjalan.
Mengevaluasi kualitas belanja. Evaluasi kualitas
belanja ini dapat dilakukan, jika yang menjadi
bahan analisis adalah APBD yang sudah disahkan.
Hasil analisis ini dapat menjadi bahan masukan
dalam penyusunan APBD tahun berikutnya.
5. Analisa Menggunakan Bagan Prioritas
Analisa Bagan Prioritas merupakan alat yang
yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat
keparahan permasalahan MDGs atau pembangunan
yang dihadapi suatu lokasi dibandingkan dengan
lokasi lainnya. Analisa dilakukan, yaitu dengan cara
mengkombinasikan lebih dari satu indikator, baik
indikator di dalam goals MDGs, antar golas MDGs
atau indikator MDGs dengan indikator lainnya.
Indikator yang dikombinasikan harus saling berkaitan
atau berpengaruh.
Langkah analisa penentuan tingkat prioritas
lokasi menggunakan Bagan Prioritas sangat
sederhana, ringkasan tahapannya ditampilkan pada
Gambar 6.
Gambar 4. Contoh Analisa Konsistensi Dokumen pada Tingkat SKPD
Gambar 5. Contoh Analisa Relevansi Dokumen pada Tingkat SKPD
belanja dengan berbagai
klasifi kasi belanja yang
sudah tercantum dalam
Permendagri 59 tahun 2007
atau klasifi kasi belanja yang
didefinisikan berdasarkan
kebutuhan. Klasifi kasi
berdasarkan Permendagri
t e r d i r i d a r i u rusan
pemerintahan, kelompok
belanja, jenis belanja, program
dan kegiatan. Klasifi kasi yang
didefi nisikan kebutuhan antara
lain klasifi kasi berdasarkan
l o k a s i , P r i o r i t a s
Pembangunan, atau MDGs.
47
6. Interpretasi dan Aplikasi Alat P3BM untuk
Perencanaan dan Penganggaran Yang Berpihak
Pada Masyarakat Miskin
a. Analisa Kartu Penilaian MDGs
Kartu penilaian MDGs didesain sebagai alat
bantu yang mudah dihasilkan dan dapat dianalisa
dengan metode sederhana. Analisa dasar kartu
penilaian MDGs meliputi analisa pencapaian dan
analisa kecenderungan, sebagaimana dijelaskan pada
bagian di bawah ini.
Analisa pencapaian MDGs merupakan analisa
sangat sederhana dengan melakukan rekapitulasi
berapa indikator berdasarkan warna dan persentase
total capaian. Tabel 2 merupakan contoh tampilan
status pencapaian MDGs Kota Palangka Raya.
Dari contoh kondisi yang ditunjukkan pada Tabel 2
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Persoalan-persoalan dalam indikator MDGs yang
masih jauh dari arah pencapaian dan harus mendapat
perhatian serius adalah: APM SMP, dan cakupan air
minum.
Indikator yang telah berada dalam arah pencapaian
dan harus ditingkatkan pencapaiannya adalah:
APM SD, dan angka melek huruf.
Indikator yang telah mencapai target dan harus
dipertahankan pencapaiannya adalah: rasio
penduduk miskin, cakupan kelahiran ditolong
tenaga terlatih dan akses terhadap sanitasi.
Resume status pencapaian MDGs Kota
Palangka Raya berdasarkan kondisi (contoh) pada
Tabel 2 disajikan seperti Gambar 8.
48
Gambar 6. Alur Analisa Penentuan Tingkat Prioritas
Lokasi
STATUS MDGs KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH 2011
GOAL INDIKATOR Indikator MDGsMDGs
Target 2015Nasional
Provinsi
KaltengKab/kota
Nilai
Indikator nasional
Nilai
Indikator provinsi
Nilai
Indikator Kab/Kota
Goal 1 Indikator 1.1 Rasio penduduk miskin 7,5 12,49 6,56 4,69 0,67 (0,13) -0,37
Goal 2 Indikator 2.1 APM SD 100,0 95,55 99,71 87,39 0,04 0,00 0,13
Goal 2 Indikator 2.1.a APM SMP 100,0 74,50 102,57 71,35 0,26 (0,03) 0,29
Goal 2 Indikator 2.3 Angka melek huruf usia 15-24 tahun 100,0 98,78 99,43 98,17 0,01 0,01 0,02
Goal 5 Indikator 5.2 Cakupan kelahiran ditolong tenaga terlatih 90,0 81,25 69,76 92,03 0,10 0,22 -0,02
Goal 7 Indikator 7.8 Cakupan air minum 68,9 42,76 34,23 29,65 0,38 0,50 0,57
Goal 7 Indikator 7.9 Akses terhadap sanitasi 62,4 55,60 33,72 88,64 0,11 0,46 -0,42
TABEL 2. (Contoh)
Gambar 7. Contoh Kartu Penilaian MDGs untuk
Indikator Cakupan Kelahiran Ditolong
b. Analisa Dasar Pemetaan
Analisa dasar pemetaan secara sederhana dapat
dilakukan dengan membandingkan dua atau beberapa
peta dengan metode analisa secara horisontal dan
vertikal. Dalam panduan ini, analisa pemetaan tidak
dilakukan secara komputasi untuk menghindari
kesalahan interpretasi yang disebabkan karena
validitas data yang kurang. Berikut ini uraian dan
contoh analisa dasar pemetaan.
Peta di atas menggambarkan kondisi sebaran
angka kemiskinan (warna peta, semakin gelap semakin
banyak penduduk miskin) dan alokasi anggaran
pengentasan kemiskinan (bulatan hijau, semakin besar
bulatannya semakin besar alokasi anggaran kemiskinan).
Dapat dilihat bahwa masih terdapat ketimpangan
pengalokasian anggaran pengentasan kemiskinan, yaitu
bahwa ada kecamatan yang tingkat kemiskinannya
relatif tinggi tetapi mendapatkan alokasi anggaran
kemiskinan yang lebih kecil.
c. Analisis Anggararan Program Pembangunan
Beberapa hasil analisis anggaran program
pembangunan pada beberapa program SKPD,
analisis data di bawah ini dibuat hanya sebagai
contoh.
49
INPUT APLIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN
5
No SKPDJumlah
ProgramJumlah
KegiatanMDGs Goal
1 BAPPEDA 1 5 1
2 DINKES 1 27 4 , 5
3 DISDIKPORA 7 25 2
4 BLH 2 3 7
5 DINSOS 1 5 1
TOTAL 12 65 1, 2, 4, 5, 7
Gabar 8. Resume Status Pencapaian MDGs
Contoh data yang digunakan hanya data rekayasa,
untuk mempermudah penggunaan Chart Priority.
Berdasarkan Gambar di atas terlihat bahwa
dominan kecamatan berada pada wilayah kuadran II,
sedangkan wilayah kuadran I, III dan IV masing-masing
satu kecamatan. Kuadran II menunjukkan wilayah
prioritas I, demikian juga untuk kudran I, III dan IV.
Kendala dalam menentukan chart priority
adalah data yang tersedia seharusnya berbasis spasial
(wilayah) sehingga permasalahan dan program yang
disusun untuk menyelesaikannya juga berbasis
spasial. Sementara sebagian besar data-data yang
terdapat pada contoh analisis tersebut di atas belum
spasial maka belum memungkinkan pengambil
kebijakan mengetahui anggaran belanja berbasis
spasial.
PENUTUP
Demikianlah alat-alat dasar yang telah disusun
P3BM tersebut tidak akan bermanfaat secara optimal,
jika pendekatan P3BM tidak dipahami secara
mendalam. Pendekatan P3BM perlu mendapat
dukungan dari berbagai stakeholder sehingga
keberlanjutannya dapat dimanfaatkan oleh para
pengambil kebijakan.
* * *
No. Wilayah KEMISKINAN HIV MALARIA
1 Bukit Batu 9.90 13.55 8.82
2 Jekan Raya 1.97 13.33 8.89
3 Pahandut 4.26 15.15 7.27
4 Rakumpit 15.88 16.13 7.42
5 Sabangau 8.09 15.77 7.10
Membangun data itu mahal, namun membangun tanpa
data akan lebih mahal.
50
W O R K S H O P W O R K S H O P W O R K S H O P PERENCANAAN PERENCANAAN PERENCANAAN M O T I V A S I M O T I V A S I M O T I V A S I PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN M A N A J E M E N M A N A J E M E N M A N A J E M E N SUMBER DAYA SUMBER DAYA SUMBER DAYA MANUSIAMANUSIAMANUSIA
Bagi Pejabat Struktural Eselon II, III & IVBagi Pejabat Struktural Eselon II, III & IVBagi Pejabat Struktural Eselon II, III & IV
Jajaran Pemerintah Kota Palangka RayaJajaran Pemerintah Kota Palangka RayaJajaran Pemerintah Kota Palangka Raya
Tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013Tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013Tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013
1. Latar Belakang
Motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Motivasi individu dapat timbul dari dalam diri
individu (motivasi internal) dan dapat timbul pula dari luar individu (motivasi eksternal) dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan kinerja. Dengan menumbuhkan motivasi kerja di kalangan pegawai mendorong pegawai untuk mau bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi timbul dengan adanya beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan tekanan dan rasa ketidakpuasan tersendiri sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Sumber daya manusia yang tersedia dalam organisasi memiliki kemampuan berkembang tanpa batas. Kemampuan manusia juga dapat ditingkatkan dengan memberikan motivasi yang tepat. Dan dapat dilihat dengan jelas bahwa organisasi hanya akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi tersebut berupaya menampilkan kerja yang optimal agar tercapainya produktivitas dan dengan motivasi memberi dorongan batiniyah seseorang dalam melakukan sesuatu di segala bidang, di antaranya motivasi pembangunan di bidang pemerintahan secara umum dan khususnya untuk meningkatkan kualitas kegairahan kerja sumber daya manusia aparatur untuk menuju harapan yang ingin dicapai. Oleh karena itu motivasi merupakan modal dasar dalam
51
menggairahkan semangat kerja bagi insan pemerintahan memanajemen tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur pemerintah dalam memimpin SKPD di daerah.
Manajemen sumber daya manusia meru-pakan suatu seni mengintegrasikan sumber daya manusia ke dalam kerja sama dalam suatu organisasi pemerintahan, sehingga terjadi suatu pemanfaatan sumber daya manusia yang rasional, efektif, dan efisien. Karena itu diper-lukan perencanaan manajemen sumber daya manusia yang dimiliki oleh insan pemerintahan,
sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi harapan yang ingin dicapai dan berprestasi semaksimal mungkin.
Berhasil tidaknya suatu organisasi pemerintahan guna mencapai visi dan misinya secara berkelanjutan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). SDM aparatur pemerintah yang berkualitas minimal memiliki empat karakteristik yaitu (1) memiliki competency (knowledge, skill, abilities dan experience) yang memadai; (2) commitment pada organisasi; (3) selalu bertindak cost -
Peserta Workshop dari Pimpinan SKPD
52
Fun Game Training
53
effectiveness dalam setiap aktivitasnya, dan (4) congruence of goals yaitu bertindak selaras antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi tersebut.
Bagi instansi pemerintah tersedianya SDM aparatur untuk Pegawai Negeri Sipil yang berkualitas dan profesional merupakan suatu syarat dalam rangka meningkatkan mutu penye-lenggaraan negara serta kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat, yang memiliki wawasan dan dapat memandang masa depan, memiliki kompetensi di bidangnya, memiliki jiwa berkompetisi/bersaing secara jujur dan sportif, serta menjunjung tinggi etika profesi.
Seiring dengan adanya komitmen Pemerintah Kota Palangka Raya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, maka upaya tersebut perlu diimbangi dengan pengembangan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia yang ada. Hal tersebut sangatlah penting untuk diprio-ritaskan, mengingat aset terpenting dan paling berpengaruh dalam sebuah organisasi yang menentukan sukses atau tidaknya pencapaian sasaran adalah faktor Sumber Daya Manusia.
2. Maksud dan Tujuan Kegiatan workshop/ceramah ini
bermaksud untuk menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan potensi diri secara maksimal selaku aparatur pemerintahan dengan memupuk kegairahan kerja melalui program perencanaan motivasi pembangunan manajemen sumber daya manusia.
Tujuan workshop/ceramah ini adalah : 1) Memotivasi dan memaksimalkan
produktifitas. 2) Mengembangkan potensi sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan organisasi.
3) Penempatan pegawai sesuai dengan sumber daya manusia yang dimiliki.
3. Ruang Lingkup Kegiatan dan Peserta
Ruang lingkup kegiatan berupa workshop/ceramah dan diskusi bagi pejabat eselon II, III dan IV di jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya, dengan peserta :
Pejabat eselon II : 33 orang Pejabat eselon III : 150 orang Pejabat eselon IV : 632 orang Total : 815 orang
4. Tim Narasumber
1. Prof. Dr. Djamaludin Ancok (Ketua Tim) 2. Dr. Neila Ramdhani, M.Si, M.Ed 3. Drs. Yulli Fajar Susetyo, M.Si 4. Dra. Indiasari 5. M. Idris Kurniawam, S.Pd.T.
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Workshop Perencanaan Motivasi Pembangunan MSDM Tahun 2013 telah dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dari tanggal 2 s.d. 4 Desember 2013 bertempat di Gedung Pertemuan Palampang Tarung Jl. Tjilik Riwut Km. 5,5 No.98 Palangka Raya.
54
Edisi 1—Oktober 2009 Edisi 2—Juni 2010 Edisi 3—Desember 2010
Edisi 4—Juni 2011 Edisi 5—Desember 2011 Edisi 6—Juni 2012
Edisi 7—Desember 2012 Edisi 8—Juni 2013 Edisi 9—Desember 2013