buku tanya jawab sbsn edisi kedua 2010
TRANSCRIPT
i Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
i
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya penyusunan buku Tanya Jawab
tentang Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara): Instrumen Keuangan
Berbasis Syariah, yang merupakan edisi revisi dan penyempurnaan dari buku
tanya jawab edisi sebelumnya, dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Pada dasarnya, penyusunan buku ini dilatarbelakangi oleh niat tulus
untuk terus melaksanakan proses edukasi dan sosialisasi mengenai Sukuk
Negara kepada masyarakat, stakeholders, dan semua pihak yang terkait.
Untuk itu, buku ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
mendasar seputar Sukuk Negara, sekaligus memperluas pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara.
Agar lebih memudahkan pembaca, buku ini sengaja disusun dalam
format tanya jawab yang ditulis secara sistematis, yang mencakup tanya
jawab mengenai prinsip keuangan syariah, kondisi pasar keuangan syariah,
sukuk, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Kemudian, pada bagian
akhir buku ini terdapat penjelasan singkat mengenai istilah-istilah dalam
keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan sukuk. Hal ini mengingat
istilah-istilah dimaksud berasal dari bahasa Arab, yang relatif masih kurang
dikenal dan dipahami oleh sebagian masyarakat.
Akhirnya kami berharap semoga buku ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak, serta turut memberikan kontribusi terhadap pengembangan
keuangan syariah di Indonesia.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Jakarta, Juni 2010
Tim Penyusun
ii
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
SAMBUTAN
DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari Surat
Berharga Negara (SBN) semakin mengalami peningkatan, sehingga
diperlukan pengembangan instrumen SBN sekaligus diversifikasi sumber-
sumber pembiayaan. Seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk
mengembangkan pasar keuangan syariah di Indonesia, Pemerintah
berupaya meluncurkan instrumen investasi dan pembiayaan yang berbasis
syariah, yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dikenal dengan
Sukuk Negara.
Alhamdulillah, usaha dan kerja keras Pemerintah selama ini dalam
menyediakan landasan hukum bagi penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) dapat tercapai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor
19 tahun 2008 tentang SBSN pada 7 Mei 2008. Keberadaan Undang-
Undang ini diperlukan untuk menyediakan basis serta koridor hukum dalam
pengelolaan SBSN secara hati-hati, transparan, dan akuntabel, serta
memberikan kepastian hukum bagi investor. Undang-Undang SBSN
tersebut merupakan angin segar baik bagi Pemerintah maupun pelaku pasar
dalam upaya mengembangkan pasar keuangan dalam negeri, khususnya
pasar keuangan syariah yang perkembangannya relatif tertinggal
dibandingkan dengan pasar keuangan syariah di beberapa di negara lain.
Dalam kurun waktu dua tahun sejak disahkannya undang-undang
SBSN tersebut, intrumen SBSN telah mengambil peran penting sebagai
salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Pemerintah telah sukses menerbitkan SBSN untuk pertama kalinya
pada bulan Agustus tahun 2008 melalui cara bookbuilding, Sukuk Negara
Ritel, dan SBSN Valas di pasar internasional. Selain itu, Pemerintah juga telah
menerbitkan SBSN dengan cara lelang dan private placement.
Penerbitan SBSN tersebut berhasil menarik minat yang luar biasa dari
para investor, baik dalam maupun luar negeri. Keberhasilan penerbitan
iii
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Sukuk Negara tersebut ditandai dengan banyaknya penghargaan (awards)
yang diperoleh dari berbagai media keuangan internasional. Kesuksesan
tersebut tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam
melakukan sosialisasi SBSN yang intensif di masyarakat, komunitas pelaku
pasar keuangan, serta perguruan tinggi, maupun melalui berbagai seminar,
talkshow, investor gathering, pameran serta media cetak dan elektronik
lainnya.
Penyusunan buku Tanya Jawab tentang Surat Berharga Syariah Negara
(Sukuk Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah ini, yang merupakan
revisi dan penyempurnaan dari edisi sebelumnya, dimaksudkan untuk
memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya
mengenai Sukuk Negara. Melalui proses edukasi dan sosialisasi yang
dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan awareness dan
pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara sebagai instrumen
investasi dan pembiayaan dapat semakin meningkat.
Akhir kata, saya ingin menyampaikan apresiasi yang tulus kepada
rekan-rekan di Direktorat Pembiayaan Syariah atas ketekunannya dalam
menyusun dan menyelesaikan revisi buku Tanya Jawab SBSN ini. Semoga
hasil karya ini dapat bermanfaat serta menjadi amal jariyah bagi kita semua,
Aamiin.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Jakarta, Juni 2010
Direktur Pembiayaan Syariah
Dahlan Siamat
iv
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
SAMBUTAN DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH ii
DAFTAR ISI iv
I. PRINSIP KEUANGAN SYARIAH (ISLAMIC FINANCE)
1. Pengertian Syariah 1
2. Pengertian keuangan syariah (Islamic Finance) 1
3. Tujuan keuangan syariah 1
4. Prinsip dasar transaksi dalam keuangan syariah 1
5. Pengertian Riba 1
6. Pengertian Gharar 2
7. Pengertian Maysir 2
8. Riba dalam pandangan syariah 2
9. Bunga dalam pandangan syariah 2
10. Uang dalam pandangan syariah 3
11. Utang dalam pandangan syariah 3
12. Sistem bagi hasil 3
13. Margin keuntungan 3
14. ujrah/fee 3
II. PASAR KEUANGAN SYARIAH
15. Kondisi pasar keuangan syariah internasional 4
16. Perkembangan pasar keuangan syariah dalam negeri 4
17. Lembaga keuangan internasional yang mendukung perkembangan
pasar keuangan syariah
5
18. Perkembangan instrumen keuangan syariah saat ini 6
19. Negara-negara yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk
negara)
6
20. Negara lain yang memiliki undang-undang penerbitan sukuk 6
21. Faktor-faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan Sukuk 6
22. Potensi permintaan sukuk 7
III. SUKUK
A. PAPARAN UMUM
23. Pengertian sukuk 8
24. Karakteristik sukuk 8
25. Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional 9
26. Kriteria sukuk yang memenuhi prinsip syariah 9
v
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
27. Penggunaan dana hasil penerbitan sukuk 9
28. Kelebihan berinvestasi pada sukuk 10
29. Siapa saja investor sukuk 10
30. Investor konvensional berinvestasi dalam sukuk 10
31. Jangka waktu (tenor) sukuk 10
32. Sifat imbalan sukuk 10
33. Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk 11
34. Metode penerbitan sukuk 11
35. Metode bookbuilding 11
36. Metode lelang (auction) 11
37. Metode private placement 11
38. Sukuk yang diminati pasar domestik dan internasional 12
39. Perdagangan sukuk di pasar sekunder 12
B. JENIS-JENIS SUKUK
40. Jenis-Jenis Sukuk 12
41. Sukuk Ijarah 13
42. Sukuk Salam 13
43. Sukuk Istishna’ 13
44. Sukuk Musyarakah 13
45. Sukuk Mudharabah 14
46. Sukuk Wakalah 14
47. Sukuk Muzara’ah 14
48. Sukuk Musaqah 15
49. Sukuk Dengan Kombinasi Akad Tertentu 15
IV. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) / SUKUK NEGARA
A. PAPARAN UMUM SBSN
50. Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara 15
51. Dasar hukum penerbitan SBSN 15
52. Kewenangan penerbitan SBSN 15
53. Tujuan penerbitan SBSN 16
54. Perlunya penerbitan SBSN oleh Pemerintah 16
55. Perbedaan antara SBSN dengan SUN 16
56. Keuntungan berinvestasi dalam SBSN 17
57. Bukti Kepemilikan SBSN 17
B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN / SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV)
58. Pengertian Special Purpose Vehicle (SPV) 17
59. Konsep SPV dalam penerbitan sukuk 17
60. Fungsi SPV dalam penerbitan sukuk 18
vi
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
61. Masa operasional SPV 18
62. Pengertian principle trustee dan co trustee 18
63. Perusahaan Penerbit SBSN (PP SBSN) 18
64. Dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN 18
65. Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN dalam Penerbitan SBSN 18
66. Penerbitan SBSN tanpa SPV 19
67. Pendirian Perusahaan Penerbit SBSN di luar negeri 19
C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN
68. Pengertian underlying asset 20
69. Pengertian hak manfaat 20
70. Pengertian Aset SBSN 20
71. Pengertian Barang Milik Negara (BMN) 20
72. Fungsi underlying asset dalam penerbitan SBSN 20
73. Aset yang dapat dijadikan underlying asset penerbitan SBSN 20
74. Apakah terjadi perpindahan kepemilikan aset SBSN 21
75. Mekanisme pemindahtanganan BMN sebagai underlying asset
dalam penerbitan SBSN Ijarah Sale and Lease Back
21
76. Cara penentuan nilai BMN yang dijadikan underlying asset SBSN 21
77. Pihak yang bertanggung jawab merawat Aset SBSN 21
D. PENERBITAN SBSN
78. Tahapan penerbitan SBSN 22
79. Pihak yang berperan dalam penerbitan SBSN 22
80. Persetujuan DPR dalam penerbitan SBSN 22
81. Peran BI dalam penerbitan SBSN 23
82. Penerbitan SBSN secara langsung dan tidak langsung 23
83. Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding 23
84. Penerbitan SBSN dengan cara lelang 24
85. Penerbitan SBSN dengan cara private placement 25
86. Pernyataan Kesesuaian Syariah (Sharia Compliance Endorsement) 25
87. Buyback SBSN sebelum jatuh tempo 25
88. Opsi pelunasan SBSN sebelum jatuh tempo (call-option) 25
89. Jangka waktu (tenor) SBSN 26
90. Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic Treasury Bills) 26
91. Posisi Outstanding SBSN 26
E. DOKUMEN PENERBITAN SBSN
92. Dokumen transaksi penerbitan SBSN 26
93. Dokumen penerbitan SBSN Ijarah Al Khadamat 27
94. Pengertian Fatwa 27
95. Fatwa-Fatwa terkait SBSN 27
vii
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
96. Pernyataan kesesuaian syariah / Opini Syariah 28
97. Memorandum Informasi 28
F. IMBALAN SBSN
98. Mekanisme Penentuan imbalan SBSN 28
99. Penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan syariah 29
100. Jaminan atas pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN 29
101. Pajak terhadap imbalan SBSN 29
G. PASAR SEKUNDER SBSN
102. SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder 29
103. Perdagangan SBSN di pasar sekunder 30
104. Capital gain 30
105. Pajak terhadap capital gain SBSN 30
H. SERI SBSN
106. SBSN seri IFR 30
107. SBSN seri SR 30
108. SBSN seri SNI 31
109. SBSN seri SDHI 31
I. SKEMA PENERBITAN SBSN
110. Jenis-jenis SBSN 31
111. Ijarah – sale and lease back 32
112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Lease Back 32
113. Ijarah Al-Khadamat 33
114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah Al-Khadamat 33
V. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEUANGAN SYARIAH
A
1. Akad 34
2. Ajir 34
3. Ashiil 34
4. „Ariyah 34
5. „An Taradhin 34
B
6. Bai’ 34
7. Ba`i' 34
8. Bagi Hasil 34
9. Bagi Untung (profit sharing) 34
10. Bagi Pendapatan (revenue sharing) 34
11. Bai‟ al-„Inah 35
viii
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
12. Bai‟ al-Ma‟dum 35
13. Bai‟ al-Mu‟athoh 35
14. Bai‟ al-Muwadha‟ah 35
15. Bai‟ al-Munaqashah 35
16. Bai‟ al-Musawamah 35
17. Bai‟ al-Muzayadah 35
18. Bai‟ as-Salam 36
19. Ba‟i at-Taqsith 36
20. Ba‟i al-Wafa‟ 36
21. Ba‟i Bithaman Ajil (BBA) 36
22. Bai‟ Muajjal 36
23. Bai‟ Tauliyah 36
24. Bithaqah al-I‟timan 36
25. Bithaqah al-Khasm al-Fauri 36
D
26. Dayn 36
27. Dharar 36
28. Dharurat 36
F
29. Fasakh 36
30. Fasid 37
31. Fatwa 37
G
32. Gharar 37
33. Ghubun 37
H
34. Hibah 37
35. Hiwalah/Hawalah 37
I
36. Ihtiyath 37
37. Ihtikar 37
38. Ijab Kabul 37
39. Ijarah 37
40. Ijarah al-Khadamat 38
41. Ijarah Headlease and Sublease 38
42. Ijarah Mawshufah fi Dzimmah 38
43. Ijarah Muntahiya bit-Tamlik 38
44. Ijarah Sale and Lease Back 38
45. Ijtihad 38
46. Ijma‟ 38
47. Iqalah 38
ix
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
48. Iqtishad 38
49. Istishna‟ 39
J
50. Ju‟alah 39
K
51. Kafalah 39
52. Kafiil 39
53. Khiyar 39
M
54. Ma‟jur 39
55. Mabi‟ 39
56. Makful Bih 39
57. Malik 39
58. Marhun 39
59. Maysir 39
60. Maqashid Syariah 40
61. Mudi‟ 40
62. Mudharabah 40
63. Mudharabah Muqayyadah 40
64. Mudharabah Muthlaqah 40
65. Mudharib 40
66. Muhal 41
67. Muhal „Alaihi 41
68. Muhil 41
69. Mukhabarah 41
70. Muqridh 41
71. Muqtaridh 41
72. Muqaradhah 41
73. Murabahah 41
74. Murtahin 41
75. Musyarakah 41
76. Muslam 42
77. Muslam Fihi 42
78. Muslam Ilaihi 42
79. Musyarakah Mutanaqishah 42
80. Musytari 42
81. Mustashni‟ 42
82. Muzara‟ah 42
83. Musaqah 42
84. Mu‟jir 42
x
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
85. Musta‟jir 42
86. Muwakkil 42
N
87. Najsy 42
88. Nisbah 43
Q
89. Qardhul Hasan 43
90. Qimah 43
91. Qiyas 43
R
92. Rabbul Mal 43
93. Rahn 43
94. Rahin 43
95. Riba 43
96. Riba Fadhl 43
97. Riba Nasi‟ah 44
98. Riba Jahiliyah 44
99. Ribawi 44
100. Risywah 44
S
101. Sadd Zari‟ah 44
102. Shahibul Maal 44
103. Shani‟ 44
104. Sharf 44
105. Shighah 44
106. Syirkah 45
T
107. Ta‟alluq 45
108. Ta‟widh 45
109. Tabarru‟ 45
110. Tadlis 45
111. Takaful 45
112. Tas‟ir 45
113. Tawarruq 45
U
114. Ujrah 46
115. „Urf 46
116. ‟Urbun 46
W
117. Wa‟ad 46
xi
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
118. Wadi‟ah 46
119. Wadi‟ah Yad adh-Dhamanah 46
120. Wadi‟ah Yad al-Amanah 47
121. Wadi‟ 47
122. Wakalah 47
123. Wakil 47
VI. DAFTAR PUSTAKA 48
1
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
I. PRINSIP KEUANGAN SYARIAH (ISLAMIC FINANCE)
1. Apakah yang dimaksud dengan Syariah?
Syariah adalah aturan/hukum Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan al-
Hadits.
2. Apakah yang dimaksud dengan Keuangan Syariah (Islamic Finance)?
Keuangan Syariah (Islamic Finance) adalah suatu sistem
keuangan/perekonomian yang diatur dan dikelola berdasarkan syariah Islam.
3. Jelaskan tujuan Keuangan/Ekonomi Syariah?
Tujuan Keuangan/Ekonomi Syariah adalah untuk mewujudkan kebaikan,
kemaslahatan dan kesejahteraan manusia terutama di bidang
ekonomi/keuangan, dengan mengacu pada tujuan utama syariah (maqashid
syariah) dalam rangka membantu manusia mencapai kemenangan (falaah) di
dunia dan akhirat.
4. Sebutkan prinsip-prinsip dasar transaksi dalam Keuangan Syariah?
Prinsip-prinsip dasar transaksi dalam Keuangan Syariah yang dijadikan panduan
dalam berbagai aktivitas transaksi ekonomi, yaitu antara lain:
larangan atas penerapan bunga (riba/usury);
larangan terhadap aktivitas ekonomi yang mengandung unsur
judi/spekulasi (maysir), ketidakpastian/penipuan (gharar), serta produksi
barang dan jasa yang bertentangan dengan syariah Islam (bathil);
anjuran atas penerapan sistem bagi hasil (profit loss sharing);
penekanan pada perjanjian atau kesepakatan yang adil (’an taradhin); dan
mendorong produktivitas dan keadilan distribusi.
5. Apakah yang dimaksud dengan Riba (usury/interest)?
Riba (usury/interest) adalah tambahan yang diambil dalam suatu transaksi tanpa
adanya suatu ‘iwadh (pengganti/penyeimbang) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut. Dalam fikih muamalah, riba dibagi menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu riba fadhl, riba nasi‟ah, dan riba jahiliyah.
Riba fadhl, disebut juga riba buyu‟, yaitu riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria yang sama
kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa`an bi sawa`in) dan
sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Riba fadhl dapat ditemui
dalam transaksi valas yang tidak dilakukan secara tunai.
Riba Nasi’ah atau riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang piutang
yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama risiko (al ghunmu bil
ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Riba
2
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
jenis ini dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran
bunga tabungan, deposito, giro.
Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman
karena peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada saat
jatuh tempo.
6. Apakah yang dimaksud dengan Gharar (Uncertainty)?
Gharar adalah sesuatu yang mengandung ketidakjelasan, keraguan, tipuan atau
tindakan yang bertujuan merugikan orang lain. Dalam jual beli, gharar dapat
terjadi jika mengandung ketidakjelasan atau ketidakpastian, baik mengenai
obyek, cara penyerahan maupun cara pembayaran.
7. Apakah yang dimaksud dengan Maysir (Speculation)?
Maysir adalah aktivitas spekulasi, judi, dan untung-untungan di dalam transaksi
keuangan yang memungkinkan diperolehnya suatu kekayaan dengan cara yang
mudah, dengan kemungkinan adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan
pihak yang lain.
8. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap riba?
Syariah Islam melarang praktik riba dalam segala aktivitas ekonomi, karena
dampak negatifnya terhadap sistem sosial dan perekonomian masyarakat.
Secara sosial, praktik riba yang bersifat eksploitatif cenderung menciptakan
hutang, merendahkan martabat manusia, serta menciptakan jurang
ketidakadilan yang sangat besar di masyarakat. Sementara secara
perekonomian, riba cenderung mengeksploitasi perekonomian, menyebabkan
misalokasi sumber daya, menciptakan ketidakadilan dan ketidakefisienan
perekonomian, serta menciptakan pembangunan ekonomi yang bersifat semu
(bubble economy) yang pada akhirnya berdampak pada terjadinya krisis dan
ketidakstabilan perekonomian.
9. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap bunga?
Pada dasarnya, bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman uang (qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa
mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok pinjaman tersebut, berdasarkan
tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di muka, dan pada umumnya bersifat
persentase. Karakteristik bunga dimaksud telah memenuhi unsur dan kriteria
riba, yakni riba nasi‟ah. Dengan demikian, praktik bunga termasuk salah satu
bentuk riba, sehingga tidak dibolehkan dalam transaksi keuangan syariah.
3
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
10. Jelaskan bagaimana fungsi uang dalam Keuangan/Ekonomi Syariah?
Dalam pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah, fungsi uang hanyalah sebagai
alat tukar (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of account) dalam
transaksi keuangan, yang bertujuan untuk memperlancar pertukaran dan
menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut. Uang tidak memiliki nilai
dan hanya merefleksikan nilai, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai komoditi.
11. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap
utang?
Dalam pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah, utang/pinjaman merupakan
salah satu akad tabarru‟ (sosial/tolong menolong) dan bukan akad komersial.
Dengan demikian, tidak dibolehkan untuk mengambil keuntungan komersial
dari pemberian utang kepada pihak lain (misalnya, pinjaman dengan bunga
atau obligasi konvensional).
12. Apakah yang dimaksud dengan sistem bagi hasil?
Sistem bagi hasil (profit-loss sharing) adalah sistem pembagian hasil usaha
(keuntungan maupun kerugian) yang dibagi berdasarkan rasio (nisbah) yang
berbentuk persentase (A 50% : B 50%) dan disepakati bersama di awal akad.
Sistem bagi hasil pada dasarnya mengacu pada akad kemitraan (partnership),
yang diaplikasikan pada akad musyarakah, mudharabah, muzara‟ah,
mugharasah, dan mukhabarah. Sistem bagi hasil terdiri dari dua jenis, yaitu:
Bagi untung (Profit Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah
pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga
keuangan syariah;
Bagi pendapatan (Revenue Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari
total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat
digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.
13. Apakah yang dimaksud dengan margin?
Margin adalah jumlah keuntungan yang diperoleh penjual dalam akad jual beli
(murabahah, salam dan istishna’), yang merupakan tambahan yang diberikan
pembeli atas cost of capital barang yang dijual beserta keuntungan yang
diperoleh.
14. Apakah yang dimaksud dengan ujrah/fee?
Ujrah/fee adalah imbalan yang diberikan oleh pengguna jasa sebagai bentuk
pertukaran atas jasa/manfaat yang diberikan oleh pemberi jasa dalam akad
ijarah (sewa menyewa). Ujrah atau imbalan yang diperjanjikan dapat bersifat
tetap (fixed).
4
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
II. PASAR KEUANGAN SYARIAH
15. Bagaimana kondisi pasar keuangan syariah Internasional?
Secara umum, pasar keuangan syariah internasional terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Sampai dengan triwulan III tahun 2009, nilai
aset industri perbankan syariah mencapai sekitar USD1 triliun, Islamic funds sekitar
USD70 miliar, dan premium Takaful global sekitar USD4,3 miliar. Kawasan Gulf
Cooperation Council (GCC) masih mendominasi shariah compliant aset dengan
market share 42,9%. Kontributor terbesar kedua adalah Iran dengan market share
35,6%. Di luar kawasan Timur Tengah, Asia memiliki market share sekitar 20%,
dengan pemain utama Malaysia sebesar 10,5%. Sementara di Eropa, Inggris masih
menjadi leading player dengan share 2,5%. (Sumber: Bank Indonesia).
Saat ini jumlah lembaga keuangan syariah global telah mencapai sekitar 810
perusahaan yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450 lembaga keuangan syariah
beroperasi di kawasan Timur Tengah, terutama UEA, Bahrain, Kuwait, Iran dan
Saudi Arabia. Di Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan syariah menjadi pelaku di
pasar keuangan syariah Eropa yang terkonsentrasi di Inggris. Sedangkan di
Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan syariah masih relatif sedikit, yaitu
sekitar 44 yang tersebar di AS dan Kanada (Sumber: Bank Indonesia).
Secara global, sampai dengan Juli 2010 total emisi sukuk internasional mencapai
sekitar USD213 miliar. Berkembang secara pesat dari semula sekitar USD4 miliar
pada tahun 2002 (Sumber: IFIS).
16. Bagaimana perkembangan pasar keuangan syariah di dalam negeri?
Seiring dengan perkembangan pasar keuangan syariah internasional, pasar
keuangan syariah di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dengan pesat. Hal
tersebut terlihat dari peningkatan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi
10 buah pada akhir Juni 2010. Demikian pula dengan perkembangan aset dan
dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah yang masing-masing mengalami
peningkatan dari sebesar Rp7,94 triliun dan Rp5,76 triliun pada tahun 2003,
menjadi Rp75,205 triliun dan Rp58,078triliun per Juni 2010. (Sumber: Bank
Indonesia).
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah juga mengalami peningkatan dari
semula Rp1,77 triliun pada akhir tahun 2008, menjadi Rp4,63 triliun pada akhir
Desember 2009 (Sumber: Bapepam-LK). Sedangkan jumlah perusahaan/unit usaha
asuransi syariah (takaful) dan nilai asetnya meningkat dari masing-masing 18 unit
dengan total aset Rp519 miliar pada tahun 2004, menjadi 44 unit dengan total
aset Rp3,2 triliun pada Maret 2010 (Sumber: zonaekis.com/Republika).
Pesatnya perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya
perkembangan instrumen keuangan dan pembiayaan syariah yaitu sukuk atau
5
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
yang lebih dahulu dikenal dengan obligasi syariah. Selama tujuh tahun terakhir,
perkembangan penerbitan obligasi syariah domestik mengalami peningkatan
signifikan dari sebanyak 6 penerbitan dengan total emisi Rp740 miliar pada tahun
2003, menjadi 47 penerbitan dengan total emisi Rp7,715 triliun pada akhir Juli
2010. Sementara total Sukuk Korporasi yang sudah dilunasi/jatuh tempo per 31
Juli 2010 berjumlah Rp1,694 triliun (Sumber: Bapepam-LK).
17. Sebutkan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional yang mendukung
perkembangan pasar keuangan syariah!
Lembaga keuangan internasional yang mendukung perkembangan pasar
keuangan syariah, antara lain sebagai berikut:
The Islamic Financial Services Board (IFSB).
IFSB merupakan lembaga internasional yang bertujuan merumuskan infrastruktur
keuangan Islam dan standar instrumen keuangan Islam. Lembaga ini didirikan di
Kuala Lumpur pada 3 November 2002 dan mulai beroperasi pada 10 Maret 2003.
The International Islamic Financial Market ((IIFM).
IIFM merupakan lembaga internasional yang bertujuan untuk mendukung
pengembangan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan
perdagangan produk keuangan Islam dan sekaligus menjadi pusat rujukan
internasional terkait dengan kesesuaian prinsip syariah atas produk-produk
keuangan syariah (shariah compliance). Lembaga ini didirikan oleh bank sentral
dan otoritas moneter Bahrain, Brunei, Indonesia, Malaysia, Sudan and Islamic
Development Bank pada 13 November, 2001, dan head quartered in the Kingdom
of Bahrain. Keanggotaan Indonesia diwakili oleh Bank Indonesia.
Islamic International Rating Agency (IIRA).
IIRA merupakan lembaga rating khusus untuk instrumen keuangan Islam, didirikan
pada tahun 2001 dan berkedudukan di Bahrain.
The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI).
AAOIFI merupakan lembaga nirlaba internasional yang bertujuan menyusun dan
menyiapkan standardisasi di bidang keuangan syariah, khususnya terkait dengan
teknik akuntansi, auditing, governance, ethics dan kesesuaian prinsip syariah atas
produk-produk keuangan syariah. AAOIFI didirikan pada 26 Februari 1990 di
Aljazair, dan terdaftar di Bahrain sejak 27 Maret 1991.
Liquidity Market Center (LMC)
Lembaga yang didirikan oleh Central Bank of Bahrain (CBB) untuk mendukung
perkembangan perdagangan di pasar sekunder. LMC bertugas untuk memberikan
kuotasi harga seluruh sukuk internasional yang telah diterbitkan baik oleh
korporasi maupun sovereign.
6
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Islamic Development Bank (IDB)
IDB sangat aktif dalam memberikan pembiayaan syariah secara langsung
terutama kepada negara-negara anggota, termasuk Indonesia. IDB yang didirikan
tahun 1975 atas rekomendasi Organisasi Konferensi Islam. Sampai dengan tahun
2010 IDB telah beranggotakan 57 negara, dan sangat aktif mempromosikan
konsep ekonomi syariah melalui seminar, workshop maupun konferensi.
18. Bagaimana perkembangan instrumen keuangan syariah saat ini?
Dari segi struktur dan akad yang digunakan, instrumen keuangan syariah yang
ada saat ini relatif terbatas. Namun sejalan dengan semakin besarnya permintaan
dan kebutuhan dari investor, semakin banyak pula variasi struktur dan akad yang
diperkenalkan oleh pelaku pasar. Instrumen keuangan syariah yang selama ini
banyak digunakan antara lain dengan menggunakan struktur dan akad
murabahah, salam, istishna’, musharaka, mudharabah, dan ijarah.
19. Negara-negara apa saja yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk
negara) sampai saat ini?
Beberapa negara yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk negara) di
antaranya adalah: Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Qatar,
Bahrain, Saxony Anhalt (negara bagian Jerman), dan Uni Arab Emirates.
20. Apakah sudah ada negara lain yang memiliki undang-undang khusus
sebagai basis hukum penerbitan sukuk?
Hingga saat ini, selain Indonesia, belum ada satupun negara yang memiliki
undang-undang yang khusus mengatur masalah Sukuk. Upaya yang dilakukan
negara di Timur Tengah adalah melalui perundang-undangan perbankan dan
keuangan Islam yang di dalamnya juga mencakup peraturan mengenai Sukuk.
Di Malaysia, Sukuk diterbitkan melalui The Malaysian Government Investment Act
yang diterbitkan pada tahun 1983 atau sekarang dikenal sebagai The Government
Funding Act 1983 yang membolehkan pemerintah menerbitkan sertifikat tanpa
pembayaran bunga (non interest bearing certificate) yang dikenal dengan sebutan
Government Investment Certificate (saat ini disebut Government Investment Issue).
Selain itu, beberapa negara seperti United Kingdom (UK) dan Singapura, telah
melakukan amandemen terhadap peraturan perundang-undangan untuk
mengakomodir transaksi keuangan syariah, termasuk sukuk.
21. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pesatnya perkembangan
instrumen keuangan syariah khususnya Sukuk?
Adanya kebutuhan pendanaan yang bersifat spesifik dan memerlukan struktur
sukuk yang baru;
7
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Semakin meningkatnya partisipasi investor konvensional di pasar keuangan
syariah;
Besarnya kebutuhan sektor perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya
untuk portofolio investasi;
Besarnya partisipasi aktif dari para pelaku pasar, ekonom, pakar syariah, dan
para stake-holder keuangan syariah lainnya untuk menciptakan struktur baru
yang sesuai dengan prinsip syariah.
22. Bagaimanakah potensi permintaan Sukuk Negara oleh investor domestik
maupun luar negeri saat ini?
Potensi permintaan terhadap Sukuk Negara oleh investor domestik dan luar
negeri diperkirakan sangat tinggi, dengan mengacu pada kondisi antara lain:
tingginya peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah
market share produk syariah dibandingkan produk konvensional relatif masih
sangat kecil;
tingginya kecenderungan negara-negara yang berpenduduk minoritas muslim
untuk mengadopsi konsep keuangan syariah
banyaknya investor konvensional menggunakan instrumen keuangan berbasis
syariah sebagai salah satu pilihan investasi.
repatriasi dana-dana Timur Tengah dari pasar Amerika dan Eropa pasca
peristiwa 9/11;
masih terbatasnya instrumen keuangan syariah dibandingkan dengan
permintaan; dan
terus meningkatnya peringkat kredit (credit rating) Indonesia.
8
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
III. SUKUK
A. PAPARAN UMUM
23. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk?
Sukuk (صكوك) adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan
bentuk jamak (plural) dari kata ‘Sakk’ ( كص ), yang berarti dokumen atau
sertifikat. Pada abad pertengahan, sukuk lazim digunakan oleh para
pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial
yang timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya (Ayub, 2005).
Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No. 17 tentang Investment Sukuk
(Sukuk Investasi), Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat bernilai sama yang
merupakan bukti atas bagian kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu
aset, hak manfaat, dan jasa-jasa, atau atas kepemilikan suatu proyek atau
kegiatan investasi tertentu.
“Investment Sukuk are certificate of equal value representing undivided shares
in ownership of tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of)
the assets of particular projects or special investment activity”.
Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam – LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan
sebagai Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai
sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak
terbagi atas :
1. Kepemilikan aset berwujud tertentu;
2. Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu; atau
3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, Sukuk (Obligasi
Syariah) didefinisikan sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara,
SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai Surat Berharga Negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian ( حصة )
kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
9
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
24. Jelaskan karakteristik sukuk?
Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan
investasi tertentu;
pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai
dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;
terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir;
memerlukan adanya underlying asset penerbitan;
penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.
25. Jelaskan perbedaan antara sukuk dengan obligasi konvensional?
26. Jelaskan bagaimana suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan
memenuhi prinsip syariah?
Suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah apabila
seluruh kegiatan penerbitan sukuk, termasuk akad/perjanjian penerbitannya,
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi
yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan maslahat.
Sukuk juga harus terbebas dari berbagai unsur larangan, antara lain riba, maysir,
dan Gharar. Untuk itu, penerbitan Sukuk memerlukan adanya pernyataan
kesesuaian syariah (sharia compliance) dari ahli syariah yang diakui secara umum
atau dari lembaga yang memiliki keahlian di bidang syariah, yang menyatakan
bahwa sukuk yang diterbitkan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Sukuk Obligasi
Prinsip Dasar Surat Berharga yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti
kepemilikan/penyertaan terhadap suatu aset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk
Pernyataan utang
tanpa syarat dari
penerbit
Underlying
Asset
memerlukan underlying asset sebagai dasar
penerbitan
tidak ada
Fatwa/ Opini
Syariah
memerlukan Fatwa/Opini Syariah untuk
menjamin kesesuaian sukuk dengan prinsip
syariah
tidak ada
Penggunaan
Dana
tidak dapat digunakan untuk hal-hal yang
bertentangan dengan prinsip syariah
bebas
Return berupa imbalan, bagi hasil, margin, capital
gain
bunga, capital gain
10
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
27. Apakah dana hasil penerbitan sukuk (proceeds) boleh digunakan untuk
segala hal?
Sesuai dengan prinsip syariah yang melandasinya, dana hasil penerbitan sukuk
(proceeds) hanya dapat digunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Dengan demikian, dana tersebut tidak dapat digunakan
untuk (sebagai contoh) membiayai pembangunan pabrik minuman keras, rokok,
persenjataan dan sebagainya yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
28. Jelaskan kelebihan berinvestasi pada sukuk?
merupakan instrumen investasi berbasis syariah, sehingga investor dapat
berinvestasi dengan mengikuti dan melaksanakan prinsip syariah;
memberikan imbalan (return) yang kompetitif;
memberikan penghasilan yang stabil untuk para investor;
dapat diperjual-belikan di pasar sekunder (khususnya untuk sukuk ijarah),
sehingga berpotensi mendapatkan capital gain.
29. Siapa saja yang dapat menjadi investor sukuk?
Semua pihak, baik individu maupun lembaga/institusi, dapat berinvestasi pada
sukuk, karena sukuk merupakan instrumen keuangan global sebagaimana
halnya instrumen keuangan konvensional lain yang dapat dibeli oleh siapa saja,
dan tidak dibatasi pada agama atau keyakinan tertentu.
30. Mengapa investor konvensional juga berinvestasi dalam sukuk?.
Pada umumnya, investor konvensional, baik individu maupun lembaga,
berinvestasi dalam sukuk antara lain dikarenakan:
untuk keperluan pengelolaan risiko investasi, yaitu dengan mendiversifikasi
aset atau likuiditas yang dimiliki dalam berbagai bentuk instrumen alternatif;
sukuk memberikan imbalan/kupon yang kompetitif dengan berbagai
metode pemberian imbalan yang unik, seperti bagi hasil, margin, dan
ujrah/fee;
akad dan transaksi yang digunakan dalam penerbitan sukuk bersifat
transparan, adil, dan pasti.
31. Berapa lamakah jangka waktu (tenor) sukuk?
Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) nomor 17 tentang Sukuk Investasi,
penerbitan sukuk boleh dilakukan untuk jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mendasari
penerbitannya. Selain itu, sukuk juga dapat diterbitkan tanpa ditentukan jangka
waktunya, mengacu pada akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.
11
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
32. Bagaimana sifat imbalan sukuk ?
Imbalan (kupon) sukuk dapat bersifat tetap (fixed rate) atau mengambang
(floating), sesuai dengan jenis akad dan struktur yang digunakan dalam
penerbitan. Imbalan sukuk tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
persentase dan dibayarkan secara periodik sesuai ketentuan dan persyaratan
yang ada dalam penerbitan sukuk (terms and conditions).
33. Siapa saja pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk?
Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk antara lain sebagai berikut:
Obligor, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pokok serta
imbal hasil Sukuk yang diterbitkan;
Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum yang didirikan khusus
untuk menerbitkan Sukuk;
investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang memiliki hak kepentingan atas
underlying asset melalui SPV;
Sharia Advisor, yaitu sebagai pihak yang memberikan fatwa atau
pernyataan kesesuaian terhadap prinsip-prinsip syariah atas sukuk yang
diterbitkan;
Wali Amanat, yaitu pihak yang mewakilli kepentingan pemegang Sukuk
sesuai dengan yang diperjanjikan.
34. Bagaimana metode penerbitan sukuk?
Penerbitan sukuk, sesuai dengan international best practice, dapat dilakukan
dengan cara bookbuilding, lelang dan private placement. Penerbitan Sukuk
pada umumnya dilakukan melalui (Special Purpose Vehicle) SPV sebagai
penerbit, namun dapat pula dilakukan secara langsung oleh originator/obligor.
35. Apa yang dimaksud dengan metode bookbuilding?
Bookbuilding adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, yaitu
investor akan menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga,
biasanya berupa jumlah dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat
dalam book order oleh investment bank yang bertindak sebagai bookrunner.
36. Apakah yang dimaksud dengan metode lelang?
Metode lelang adalah metode penerbitan dan penjualan surat berharga yang
diikuti oleh peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian
kompetitif dan/atau penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode
waktu penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui
sistem yang disediakan oleh agen yang melaksanakan lelang.
12
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
37. Apakah yang dimaksud dengan metode private placement?
Private placement merupakan salah satu metode penerbitan surat berharga,
dimana kegiatan penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak
penerbit kepada pihak tertentu dengan ketentuan dan persyaratan (terms &
conditions) yang disepakati bersama.
38. Hal-hal apa saja yang harus dipenuhi agar sukuk dapat diterima dan
diminati oleh pasar baik domestik maupun internasional?
Sukuk yang diterbitkan harus memenuhi semua ketentuan syariah, antara
lain proses penerbitannya, penggunaan dana hasil penerbitannya, maupun
yang terkait dengan underlying asset.
Likuiditas (marketability of instrument), yaitu sukuk harus dapat
dipindahtangankan dari satu pihak ke pihak lain (transferable) dan harus
dapat diperjualbelikan (tradable).
Tingkat imbalan yang kompetitif dibandingkan instrumen keuangan lainnya.
Transparansi, berupa kejelasan dan kemudahan akses informasi bagi
investor.
Proses penerbitan mengikuti ketentuan yang umum berlaku dalam
penerbitan sukuk di pasar keuangan internasional.
Adanya dukungan infrastruktur legal dan kelembagaan yang memadai,
termasuk dukungan pasar keuangan yang efisien
39. Apakah perdagangan sukuk di pasar sekunder dibolehkan berdasarkan
prinsip syariah?
Pada prinsipnya, sukuk adalah bukti kepemilikan investor atas
aset/manfaat/jasa dan bukan merupakan surat utang. Sehingga berdasarkan
prinsip syariah, perdagangan/jual beli sukuk di pasar sekunder dibolehkan
karena pada dasarnya yang diperjualbelikan adalah aset/manfaat/jasa yang
menjadi underlying asset sukuk, bukan jual beli hutang. Hal tersebut sesuai
dengan pasal 5/2 Standar Syariah AAOIFI Nomor 17 tentang Sukuk Investasi,
yang memperbolehkan perdagangan/jual beli sukuk.
Namun demikian, perdagangan sukuk tetap memperhatikan struktur dan jenis
akad yang melandasi penerbitannya. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa
jenis struktur sukuk yang tidak dapat diperdagangkan, misalnya sukuk dengan
struktur Istishna‟, Salam, dan Murabahah. Ketentuan mengenai dibolehkannya
perdagangan suatu sukuk dapat diketahui dari terms and conditions yang
tercantum pada memorandum informasi penerbitan sukuk.
13
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
B. JENIS-JENIS SUKUK
40. Apa saja jenis-jenis sukuk?
Mengacu pada Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI), terdapat 14 jenis akad yang dapat
digunakan dalam penerbitan sukuk, yaitu antara lain Sukuk Ijarah, Sukuk
Murabahah, Sukuk Salam, Sukuk Istishna‟, Sukuk Mudharabah, Sukuk
Musyarakah, Sukuk Wakalah, Sukuk Mugharasah, Sukuk Muzara‟ah, Sukuk
Musaqah.
41. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Ijarah?
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah
adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad Ijarah, dan dapat
diklasifikasikan menjadi antara lain:
Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan
Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset yang disewakan atau yang
akan disewakan, dengan tujuan untuk menjual aset tersebut dan
mendapatkan dana dari hasil penjualan, sehingga pemegang sukuk menjadi
pemilik aset tersebut
Sukuk kepemilikan manfaat
Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat aset,
dengan tujuan untuk menyewakan aset/manfaat dari aset dan menerima
uang sewa, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik manfaat dari aset.
Sukuk kepemilikan jasa
Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu jasa
tertentu melalui penyedia jasa (seperti jasa pendidikan pada universitas)
dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut, sehingga pemegang
sukuk menjadi pemilik jasa.
42. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Salam?
Salam adalah kontrak jual beli suatu barang yang jumlah dan kriterianya telah
ditentukan secara jelas, dengan pembayaran dilakukan dimuka sedangkan
barangnya diserahkan kemudian pada waktu yang disepakati bersama.
Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan
dana untuk modal dalam akad Salam, sehingga barang yang akan disediakan
melalui akad Salam menjadi milik pemegang sukuk.
14
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
43. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Istishna’?
Istishna‟ adalah akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para pihak
dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
Sukuk Istishna‟ adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan
dana yang akan digunakan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang
yang akan diproduksi tersebut menjadi milik pemegang sukuk.
44. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musyarakah?
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya,
untuk tujuan memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan
nisbah yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung
bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan memperoleh
dana untuk menjalankan proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah
berjalan, atau untuk membiayai kegiatan bisnis yang dilakukan berdasarkan
akad musyarakah, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik proyek atau aset
kegiatan usaha tersebut, sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Sukuk
musyarakah tersebut dapat dikelola dengan akad musyarakah (partisipasi),
mudharabah atau agen investasi (wakalah).
45. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah?
Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu
pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan
keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama tersebut dibagi berdasarkan nisbah
yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh
kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau
kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad mudharabah, dengan menunjuk
salah satu partner atau pihak lain sebagai mudharib (pengelola usaha) dalam
melakukan pengelolaan usaha tersebut.
46. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Wakalah?
Wakalah adalah akad pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal-hal tertentu. Sukuk Wakalah adalah sukuk yang merepresentasikan
suatu proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad wakalah,
dengan menunjuk Agen (wakil) tertentu untuk mengelola usaha atas nama
pemegang sukuk.
15
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
47. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Muzara’ah?
Muzara‟ah adalah akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan
memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani). Keuntungan yang
diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama sesuai kesepakatan.
Sukuk Muzara‟ah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan
dana untuk membiayai kegiatan pertanian berdasarkan akad Muzara‟ah,
sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.
48. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musaqah?
Musaqah adalah akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana
pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada pihak lain
(penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi) dan pemeliharaan tanaman.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian dibagi bersama sesuai
kesepakatan.
Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan
dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi atas tanaman
berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan tanaman tersebut
berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas
bagian dari hasil panen sesuai kesepakatan.
49. Apakah sukuk dapat diterbitkan dengan kombinasi akad tertentu?
Suatu sukuk dapat diterbitkan dengan menggunakan kombinasi dari dua atau
lebih akad. Misalnya penerbitan sukuk Istishna‟-Ijarah, yang menggunakan
kombinasi akad Istishna‟ dalam rangka membangun suatu proyek/bangunan,
untuk kemudian disewakan dengan menggunakan akad Ijarah.
III. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA / SUKUK NEGARA
A. PAPARAN UMUM
50. Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
atau Sukuk Negara?
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah Surat
Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
16
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
51. Apakah dasar hukum penerbitan SBSN?
Dasar hukum penerbitan SBSN adalah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara, yang disahkan pada tanggal 7 Mei
2008, yang mengatur tentang Sukuk yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
Peraturan lainnya yang mendukung pelaksanaan penerbitan SBSN diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
52. Siapakah yang berwenang menerbitkan SBSN menurut Undang-Undang?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk menerbitkan
SBSN dan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan.
53. Apakah Tujuan penerbitan SBSN?
Tujuan penerbitan SBSN adalah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), termasuk membiayai pembangunan proyek (seperti
proyek infrastruktur dalam sektor energi, telekomunikasi, perhubungan,
pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat).
54. Jelaskan kenapa Pemerintah perlu menerbitkan SBSN?
Sejalan dengan tujuan utama penerbitan SBSN yaitu untuk membiayai APBN,
penerbitan SBSN oleh Pemerintah diperlukan antara lain untuk:
memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di
Indonesia;
memperkuat dan meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah di
dalam negeri;
menciptakan benchmark instrumen keuangan syariah baik di pasar
keuangan syariah domestik maupun internasional;
memperluas dan mendiversifikasi basis investor;
mengembangkan alternatif instrumen investasi;
membiayai pembangunan proyek infrastruktur;
mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN).
55. Jelaskan perbedaan antara Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan
Surat Utang Negara (SUN)?
SBSN/Sukuk Negara Surat Utang Negara
Prinsip Dasar Surat Berharga yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti kepemilikan/ penyertaan
terhadap Aset SBSN
Surat Berharga yang
merupakan surat
pengakuan utang tanpa
syarat dari penerbit
17
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Underlying
Asset
memerlukan underlying asset sebagai
dasar penerbitan
Umumnya tidak ada
Fatwa/ Opini
Syariah
Memerlukan Fatwa/Opini Syariah
untuk menjamin kesesuaian sukuk
dengan prinsip syariah
Tidak ada
Penggunaan
Dana
Sumber pembiayaan APBN, termasuk
Pembiayaan proyek pemerintah
Sumber pembiayaan APBN
Return imbalan, bagi hasil, margin, capital
gain
Bunga, capital gain
Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara
Undang-Undang Nomor 24
tahun 2001 tentang Surat
Utang Negara
56. Jelaskan keuntungan berinvestasi dalam SBSN?
Keuntungan yang diperoleh investor dari berinvestasi dalam SBSN atau Sukuk
Negara, antara lain:
merupakan investasi yang aman, karena pembayaran imbalan dan nilai
nominal SBSN sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Pemerintah;
berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah, serta aman dan terbebas dari
hal-hal yang dilarang syariah, seperti riba, gharar, dan maysir, sehingga
selain aman juga menentramkan;
memberikan penghasilan berupa imbalan atau bagi hasil yang kompetitif,
dibandingkan dengan instrumen keuangan lain;
dapat diperdagangkan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar,
sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain;
turut berpartisipasi serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional.
57. Apakah bukti kepemilikan SBSN oleh investor?
Pencatatan kepemilikan Surat Berharga Syariah Negara tidak dilakukan secara
fisik, melainkan dilakukan secara elektronik (scripless). Kepemilikan SBSN oleh
investor tercatat di sub-registry yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia selaku
agen penatausahan SBSN dalam rangka membantu pelaksanaan
penatausahaan tersebut.
B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN ATAU SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV)
58. Apakah yang dimaksud dengan Special Purpose Vehicle (SPV)?
Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang dibentuk untuk
memfasilitasi penerbitan sukuk. SPV pada dasarnya dapat dibentuk oleh
obligor atau pihak ketiga atau gabungan antara obligor dan pihak ketiga.
18
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Dalam hal SPV dibentuk oleh obligor maka perlu ditunjuk co-trustee untuk
menghindari terjadinya benturan kepentingan.
SPV sering juga disebut sebagai paper atau one dollar company karena dalam
praktiknya SPV tidak memiliki manajemen lengkap dan modalnya relatif sangat
kecil sekedar memenuhi persyaratan pendirian SPV. Penerbitan sukuk di luar
negeri, umumnya menggunakan SPV dalam bentuk limited liability company
yang didirikan di negara-negara tax heaven countries.
59. Apakah penggunaan SPV dalam mekanisme penerbitan Sukuk merupakan
produk atau konsep syariah?
Special Purpose Vehicle (SPV) bukanlah merupakan produk atau konsep syariah,
melainkan praktik umum dalam kegiatan transaksi di pasar keuangan. Fungsi
SPV hanya sebagai fasilitator dalam pelaksanaan transaksi yang dapat diadopsi
dalam transaksi keuangan berbasis syariah.
60. Jelaskan bagaimana fungsi SPV dalam penerbitan Sukuk?
sebagai penerbit sukuk.
melakukan transaksi / perikatan dengan obligor untuk kepentingan investor;
berfungsi sebagai trustee (principle trustee)/wali amanat untuk kepentingan
investor;
dapat menunjuk pihak lain sebagai co-trustee untuk membantu
melaksanakan tugas-tugas SPV sebagai trustee.
61. Berapa lamakah masa operasional suatu SPV?
SPV didirikan dengan tujuan khusus, maka kegiatan SPV hanya terbatas pada
hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan akan berakhir apabila
tujuan telah tercapai. Oleh karena itu, kegiatan SPV berakhir dengan sendirinya
apabila sukuk telah jatuh tempo.
62. Apakah yang dimaksud dengan principle trustee dan co trustee?
Principle trustee merupakan SPV dalam posisinya sebagai penerbit sekaligus
sebagai wali amanat untuk mewakili kepentingan pemegang Sukuk. Sementara
co-trustee adalah pihak lain dapat berupa lembaga keuangan bank dan non
bank yang ditunjuk untuk membantu melaksanakan sebagian tugas SPV
sebagai principle trustee.
63. Siapakah yang bertindak sebagai SPV dalam penerbitan SBSN?
Yang bertindak sebagai SPV dalam penerbitan SBSN adalah Perusahaan
Penerbit SBSN, yang merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang SBSN untuk melaksanakan kegiatan penerbitan
SBSN. Ketentuan pendirian dan pengelolaan Perusahaan Penerbit SBSN diatur
19
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan
Penerbit SBSN.
64. Apakah dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN dalam
kaitannya dengan penerbitan SBSN?
Dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN adalah Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga
Syariah Negara.
65. Jelaskan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN dalam penerbitan SBSN?
Sesuai dengan kewenangan yang diberikan, Perusahaan Penerbit SBSN memiliki
dua fungsi utama, yakni sebagai penerbit SBSN dan sebagai wali amanat:
Dalam melaksanakan fungsi sebagai Penerbit SBSN, Perusahaan Penerbit
SBSN menerbitkan SBSN berdasarkan penetapan Menteri Keuangan. Untuk
menerbitkan SBSN, Perusahaan penerbit SBSN dibantu oleh satuan kerja
Pemerintah dalam melakukan penyiapan dokumen transaksi aset SBSN,
penyiapan memorandum informasi, penyiapan dokumen perjanjian
perwaliamanatan, penyiapan terms and conditions SBSN, penyiapan laporan
pelaksanaan penerbitan SBSN dan laporan tahunan, serta kegiatan lain yang
terkait dengan penerbitan SBSN.
Adapun Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai Wali Amanat (trustee),
antara lain:
melakukan perikatan dengan pihak lain untuk kepentingan pemegang
SBSN;
mengawasi aset SBSN untuk kepentingan pemegang SBSN; dan
mewakili kepentingan lain pemegang SBSN, terkait dengan perikatan
dalam rangka penerbitan SBSN.
Dalam melaksanakan fungsi wali amanat, Perusahaan Penerbit SBSN
dibantu oleh satuan kerja Pemerintah dalam melakukan penatausahaan aset
SBSN, pengawasan atas aset SBSN, dan kegiatan lain yang terkait dengan
pelaksanaan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai wali amanat.
66. Apakah penerbitan SBSN dapat dilakukan tanpa melalui Perusahaan
Penerbit SBSN?
Berdasarkan Undang-Undang SBSN, penerbitan SBSN di dalam negeri dapat
dilakukan dengan atau tanpa Perusahaan Penerbit SBSN (SPV). Dalam hal ini,
beberapa negara lain telah menerbitkan sukuk secara langsung tanpa melalui
SPV, antara lain Malaysia dan Bahrain. Namun demikian, penerbitan SBSN di
20
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
pasar internasional dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN (SPV),
sebagaimana international best practice yang berlaku.
67. Apakah Perusahaan Penerbit SBSN dapat didirikan di luar negeri?
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan Indonesia, pendirian Perusahaan
Penerbit SBSN di luar negeri oleh Pemerintah secara hukum sulit untuk
dilakukan, karena sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 56
tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit SBSN, pendirian Perusahaan Penerbit
SBSN hanya dapat dilakukan di dalam negeri.
Namun dalam hal diperlukan dan sesuai international best practice, SPV dapat
didirikan dan berbadan hukum luar negeri. Dalam hal ini, SPV melalui obligor
dapat menunjuk lembaga keuangan bank atau non bank di luar negeri untuk
membantu pelaksanaan tugas SPV terkait dengan kegiatan perwaliamanatan
(co-trustee).
C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN
68. Apakah yang dimaksud dengan underlying asset?
Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai objek atau dasar transaksi
dalam kaitannya dengan penerbitan Sukuk. Aset yang dijadikan sebagai
underlying dapat berupa barang berwujud maupun tidak berwujud, seperti
tanah, bangunan, berbagai jenis proyek pembangunan, serta aset non fisik
lainnya seperti jasa (services).
69. Apakah yang dimaksud dengan hak manfaat?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN, yang
dimaksud dengan hak manfaat adalah hak untuk memiliki dan mendapatkan
hak penuh atas pemanfaatan suatu aset tanpa perlu dilakukan pendaftaran atas
kepemilikan dan hak tersebut.
70. Apakah yang dimaksud dengan Aset SBSN?
Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara
(BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan maupun
selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan
dasar penerbitan SBSN.
71. Apakah yang dimaksud dengan Barang Milik Negara (BMN)?
Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
21
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
72. Kenapa diperlukan adanya underlying asset dalam penerbitan SBSN?
Penerbitan SBSN memerlukan adanya underlying asset karena pada dasarnya
SBSN merupakan surat berharga yang mencerminkan bagian kepemilikan atas
aset/manfaat/jasa yang menjadi dasar penerbitan SBSN. Keberadaan underlying
asset berfungsi sebagai transaksi riil yang menjadi dasar penerbitan SBSN, dan
merupakan salah satu aspek utama yang menjadi pembeda antara penerbitan
surat utang dengan sukuk. Tanpa underlying asset, surat berharga yang
diterbitkan akan memiliki sifat sebagai instrumen utang, karena tidak terdapat
transaksi riil yang mendasari penerbitan sukuk tersebut.
73. Aset apa saja yang dapat dijadikan underlying dalam penerbitan SBSN?
Aset yang dapat dijadikan sebagai underlying asset SBSN adalah obyek
pembiayaan SBSN dan Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai
ekonomis berupa tanah dan/atau bangunan, dan selain tanah dan/atau
bangunan. Untuk setiap kali penerbitan SBSN, Pemerintah menetapkan
underlying asset SBSN melalui Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan
Barang Milik Negara (BMN) sebagai aset SBSN.
74. Apakah dimungkinkan terjadinya perpindahan kepemilikan aset SBSN
kepada pihak lain?
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang SBSN, penjualan dan/atau
penyewaan Barang Milik Negara sebagai underlying asset hanyalah dalam
bentuk hak manfaat (beneficial title) dan tidak diikuti adanya kewajiban
penyerahan fisik serta pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah kepada
SPV. Selain itu, dengan adanya ketentuan sebagaimana diatur dalam purchase
& sale undertaking agreement maka terdapat jaminan bahwa aset tidak akan
berpindah tangan kepada pihak lain.
75. Bagaimana mekanisme pemindahtanganan Hak Manfaat Barang Milik
Negara (BMN) sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN dengan
struktur Ijarah Sale and Lease Back?
Mekanisme pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMN) sebagai underlying
asset SBSN dengan struktur Ijarah Sale and Lease Back adalah sebagai berikut:
penjualan/penyewaan BMN tersebut hanya atas hak manfaat (benefecial
title) BMN, tidak disertai dengan pemindahan hak kepemilikan (legal title);
pemerintah akan menyewa kembali BMN tersebut, tidak terjadi pengalihan
fisik BMN sehingga tidak mengurangi kewenangan Pemerintah dalam
menggunakan BMN tersebut;
tidak terdapat permasalahan dari sisi akuntansi mengingat kepemilikan
BMN tidak berpindah sehingga tetap tercantum dalam neraca atau on
balance sheet;
22
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Pada saat SBSN jatuh tempo, Pemerintah wajib membeli
kembali/membatalkan sewa atas asset SBSN dan SPV wajib menjual aset
SBSN kepada Pemerintah sebesar nilai nominal SBSN.
76. Bagaimana cara menentukan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan
dijadikan sebagai underlying asset penerbitan SBSN?
Proses penentuan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan dijadikan sebagai
underlying asset penerbitan SBSN dapat dilakukan oleh internal appraiser atau
independent appraiser yang ditunjuk oleh Pemerintah, dengan menggunakan
metode penilaian yang berlaku umum.
77. Siapa yang bertanggung jawab melakukan perawatan atas Aset SBSN
selama jangka waktu SBSN?
Berdasarkan perjanjian pengelolaan aset (servicing agency agreement),
Pemerintah sebagai pihak yang menyewa dan menggunakan aset SBSN, adalah
pihak yang wajib memelihara Aset SBSN sampai dengan SBSN jatuh tempo.
D. PENERBITAN SBSN
78. Jelaskan bagaimana tahap-tahap penerbitan SBSN?
Penerbitan SBSN dilakukan melalui proses sebagai berikut:
identifikasi Barang Milik Negara atau proyek yang akan dijadikan sebagai
underlying;
perumusan struktur SBSN yang meliputi jenis akad, tenor, volume,
denominasi, metode penerbitan;
penyusunan dokumen syariah dan pasar modal;
permintaan pernyataan kesesuaian syariah atas akad SBSN;
pelaksanaan penerbitan/penjualan, baik dengan metode lelang,
bookbuilding, maupun teknik lainnya; dan
setelmen SBSN.
79. Pihak mana saja yang berperan dalam penerbitan SBSN?
Menteri Keuangan atas nama Pemerintah, yaitu pihak yang memiliki
underlying asset dan bertanggungjawab atas pembayaran pokok serta imbal
hasil sukuk yang diterbitkan;
Perusahaan Penerbit SBSN yang berperan sebagai SPV, yaitu badan hukum
yang didirikan khusus untuk menerbitkan sukuk;
Bank Indonesia yaitu pihak yang berperan sebagai Agen Pembayar yang
bertanggung jawab atas penerimaan dana hasil penerbitan sukuk,
pembayaran imbalan dan pokok sukuk saat jatuh tempo, serta sebagai Agen
23
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Penatausahaan dengan melakukan pencatatan kepemilikan, kliring dan
setelmen.
Dewan Syariah Nasional sebagai Sharia Advisor, yaitu pihak yang
memberikan fatwa atau pernyataan kesesuaian terhadap prinsip-prinsip
syariah atas sukuk yang diterbitkan.
Investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang memiliki kepentingan atas
underlying asset melalui Perusahaan Penerbit SBSN.
80. Apakah penerbitan SBSN memerlukan persetujuan dari DPR?
Penerbitan SBSN atau Sukuk Negara memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), karena SBSN merupakan bagian dari Surat Berharga
Negara yang bertujuan untuk memenuhi pembiayaan APBN. Melalui
pengesahan APBN, DPR memberikan persetujuan atas SBSN sebagai bagian
dari nilai bersih maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh
Pemerintah dalam satu tahun anggaran.
81. Jelaskan peranan Bank Indonesia dalam penerbitan SBSN?
Peranan Bank Indonesia dalam penerbitan SBSN adalah sebagai:
agen penata usaha untuk SBSN yang diterbitkan di pasar perdana dalam
negeri, yang mencakup antara lain kegiatan pencatatan kepemilikan, kliring
dan setelmen;
agen pembayar untuk SBSN yang diterbitkan di pasar perdana dalam
negeri, yang meliputi kegiatan menerima dan membayarkan hasil
penerbitan SBSN kepada Pemerintah, menerima imbalan SBSN dan
membayarkannya kepada pemegang SBSN;
dapat menjadi agen lelang SBSN
82. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN secara langsung dan
tidak langsung oleh Pemerintah?
Sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang No 19 tahun 2008 tentang SBSN, yang
dimaksud dengan penerbitan SBSN secara langsung oleh pemerintah adalah
penerbitan yang dilakukan tanpa melalui Perusahaan Penerbit SBSN. Adapun
penerbitan SBSN secara tidak langsung adalah penerbitan yang dilakukan
melalui Perusahaan Penerbit SBSN. Penerbitan SBSN domestik dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung oleh Pemerintah. Sedangkan untuk
penerbitan SBSN internasional dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN.
83. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN dengan cara
bookbuilding?
Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding menurut Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 118 tahun 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan
24
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Surat Berharga Syariah Negara dengan cara bookbuilding di Pasar Perdana
Dalam Negeri, adalah kegiatan penjualan SBSN kepada Pihak melalui Agen
Penjual, dimana Agen Penjual mengumpulkan Pemesanan Pembelian dalam
periode penawaran yang telah ditentukan.
Berikut beberapa istilah dalam penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding:
Agen Penjual
Adalah Perusahaan Efek yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang atas nama Menteri Keuangan guna melaksanakan penjualan SBSN
dengan cara bookbuilding.
Pasar Perdana
Adalah kegiatan penawaran dan penjualan SBSN untuk pertama kalinya.
Pemesanan Pembelian
Adalah pengajuan pemesanan pembelian SBSN oleh investor kepada Agen
Penjual dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan dan
diumumkan sebelumnya.
84. Apakah yang dimaksud dengan Penerbitan SBSN dengan cara lelang?
Penerbitan SBSN dengan cara lelang adalah penjualan SBSN dengan cara
mengajukan Penawaran Pembelian Kompetitif dan / atau Penawaran Pembelian
Nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan
dan diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan agen yang
melaksanakan Lelang SBSN. Lelang SBSN hanya diikuti oleh Peserta Lelang,
Bank Indonesia, dan/atau LPS, untuk Lelang SBSN Jangka Pendek. Sedangkan
Lelang SBSN Jangka Panjang hanya dapat diikuti oleh Peserta Lelang dan/atau
LPS. Pengaturan mekanisme lelang SBSN tercantum dalam PMK No. 11 tahun
2009 tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN di Pasar Perdana Dalam Negeri
dengan Cara lelang.
Berikut beberapa istilah dalam penerbitan dengan cara lelang:
Peserta Lelang
Peserta Lelang adalah Bank, Perusahaan Efek, dan anggota Dealer Utama
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Penerbitan
dan penjualan SBSN di pasar perdana dalam negeri dengan cara lelang. Hingga
Juni 2010, terdapat 16 Peserta Lelang SBSN yang terdiri dari 12 Bank dan 4
Perusahaan Efek, yaitu : PT. Bank Permata, Tbk; PT. Bank Panin, Tbk; The
Hongkong and Shanghai Corporation , Ltd; PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk; PT. Bank OCBC NISP, Tbk; Standard Chartered Bank; PT. Bank CIMB Niaga,
Tbk; PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk; PT.
BPD Jawa Barat dan Banten; PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; Citibank
25
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
N.A; PT. Danareksa Sekuritas; PT. Trimegah Securities, Tbk; PT. Bahana
Securities; dan PT. Mandiri Sekuritas.
Penawaran Pembelian Kompetitif
Adalah penawaran pembelian yang mencantumkan volume dan tingkat imbalan
yang diinginkan penawaran dalam hal lelang SBSN dengan imbalan tetap (fixed
coupon), dan mencantumkan volume dan harga yang diinginkan penawaran
dalam hal lelang SBSN dengan imbalan mengambang (floating rate).
Penawaran Pembelian Non Kompetitif
Adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan volume tanpa
tingkat imbal hasil yang diinginkan dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran
Imbalan tetap atau pembayaran imbalan secara diskonto; atau mencantumkan
volume tanpa harga yang diinginkan penawar dalam hal Lelang SBSN dengan
pembayaran imbalan mengambang.
Harga Beragam (multiple price)
yaitu harga yang dibayarkan oleh masing-masing pemenang lelang SBSN sesuai
dengan harga penawaran yang diajukan.
Harga Seragam (uniform price)
Yaitu tingkat harga yang sama yang dibayarkan oleh seluruh pemenang lelang
SBSN.
85. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN dengan cara private
placement?
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 75 tahun 2009 tentang Penerbitan dan
Penjualan SBSN di Pasar Perdana Dalam Negeri dengan cara Penempatan
Langsung (Private Placement), yang dimaksud dengan Private Placement adalah
kegiatan penerbitan dan penjualan SBSN yang dilakukan oleh Pemerintah
kepada Pihak, dengan ketentuan dan persyaratan (terms & conditions) SBSN
sesuai kesepakatan. SBSN yang telah diterbitkan dengan cara ini adalah SBSN
seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI).
86. Apakah penerbitan SBSN harus membutuhkan Fatwa dan/atau pernyataan
kesesuaian syariah (sharia compliant endorsement)?
Penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapatkan Fatwa dan/atau
pernyataan kesesuaian dengan prinsip syariah (sharia compliant endorsement),
untuk menjamin bahwa bahwa SBSN yang akan diterbitkan telah sesuai dengan
prinsip syariah. Fatwa dan Pernyataan kesesuaian dengan prinsip syariah terkait
penerbitan SBSN diperoleh dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI).
26
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
87. Apakah SBSN dapat dibeli kembali oleh penerbit (buyback) sebelum jatuh
tempo
Pada prinsipnya, SBSN dapat dibeli kembali (buyback) oleh Pemerintah selaku
penerbit sebelum jatuh tempo SBSN, dalam hal ketentuan mengenai pembelian
kembali tersebut diatur dalam perjanjian penerbitan SBSN.
88. Apakah SBSN dapat diterbitkan dengan disertai opsi pelunasan sebelum
jatuh tempo (call-option)?
Pada prinsipnya, sukuk lebih disukai apabila diterbitkan dengan tidak disertai
opsi pelunasan sebelum jatuh tempo. Meskipun demikian, sepanjang
diperjanjikan, penerbitan SBSN dengan disertai opsi pelunasan sebelum jatuh
tempo (call-option) dapat dilakukan.
89. Berapa lamakah jangka waktu (tenor) SBSN?
Berdasarkan jangka waktunya, terdapat dua jenis Surat Berharga Syariah
Negara, yakni SBSN jangka pendek dan SBSN jangka panjang. SBSN jangka
pendek adalah SBSN yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan. Adapun
SBSN jangka panjang adalah SBSN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan.
90. Apakah manfaat dilakukannya penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic
Treasury Bills)?
Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek adalah untuk mengembangkan pasar
keuangan syariah dalam negeri dan untuk menutupi kekurangan kas jangka
pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran
dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran (cash mismatch). Adapun
dari perspektif bank, khususnya bank syariah, SBSN Jangka Pendek bisa menjadi
alternatif instrumen dalam pengelolaan likuiditasnya.
91. Posisi Outstanding SBSN
Hingga akhir Juni 2010, posisi outstanding SBSN mencapai sebesar Rp 38,3
triliun, yang terdiri dari SBSN seri Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Negara Ritel
(SR), Sukuk Negara dalam denominasi Valas (SNI) dan Sukuk Dana Haji
Indonesia (SDHI).
Informasi selengkapnya mengenai posisi outstanding SBSN dapat diperoleh di
website Kementerian Keuangan www.depkeu.go.id dan website Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang www.dmo.or.id
27
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
E. DOKUMEN PENERBITAN SBSN
92. Dokumen apa saja yang diperlukan dalam proses penerbitan SBSN?
Dokumen yang diperlukan dalam penerbitan SBSN terdiri dari 3 jenis, yaitu
dokumen transaksi/hukum, dokumen syariah dan dokumen pasar modal.
Dokumen transaksi/hukum, antara lain: Perjanjian Jual Beli Aset dan
Perjanjian Sewa Aset (dalam hal SBSN diterbitkan dengan akad Ijarah Sale
and Lease Back); Pernyataan untuk Menjual Aset (Sale Undertaking);
Pernyataan untuk Membeli Aset (Purchase Undertaking); Perjanjian
Pengelolaan Aset (Servicing Agency Agreement).
Dokumen syariah, antara lain Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah.
Dokumen pasar modal, antara lain: Memorandum Informasi (Offering
Memorandum); Perjanjian Perwaliamanatan (Declaration of Trust);
Perjanjian Keagenan (Agency Agreement); Perjanjian Pembebanan Biaya
(Cost Undertaking).
Penggunaan dokumen tersebut sangat tergantung pada jenis akad dan
mekanisme penerbitan SBSN yang digunakan.
93. Dokumen apa saja yang digunakan dalam Penerbitan SBSN dengan Akad
Ijarah Al Khadamat?
Dokumen yang digunakan dalam penerbitan SBSN dengan Akad Ijarah Al-
Khadamat, antara lain:
Perjanjian Penyediaan Jasa Layanan Haji, yang terdiri dari Akad Wakalah
dan Akad Ijarah Al-Khadamat;
Fatwa atau Pernyataan Kesesuaian Syariah dari Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia.
94. Apakah yang dimaksud dengan Fatwa?
Fatwa adalah suatu ketetapan hukum yang dikeluarkan oleh pihak yang
memiliki keahlian di bidang syariah. Di Indonesia, pihak yang berwenang
mengeluarkan Fatwa adalah Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI).
95. Sebutkan Fatwa-Fatwa yang terkait dengan SBSN?
Hingga Juli 2010, telah terdapat 5 (lima) Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang terkait dengan
Surat Berharga Syariah Negara, yaitu:
Fatwa DSN-MUI Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara;
28
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Fatwa DSN-MUI Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan
Surat Berharga Syariah Negara;
Fatwa DSN-MUI Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back;
Fatwa DSN-MUI Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back.
Fatwa DSN-MUI Nomor 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To
Be Leased (Sukuk Milkiyah al-Maujudat al-Mu‟ajjarah).
Keterangan selengkapnya mengenai Fatwa tersebut dapat diperoleh di website
Majelis Ulama Indonesia www.mui-online.org dan website Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang www.dmo.or.id
96. Apakah yang dimaksud dengan Pernyataan Kesesuaian Syariah/Opini
Syariah?
Pernyataan Kesesuaian Syariah/Opini Syariah adalah pernyataan kesesuaian
syariah yang dikeluarkan oleh pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian di
bidang syariah, yang menyatakan bahwa sukuk yang diterbitkan tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
97. Apakah yang dimaksud dengan Memorandum Informasi?
Memorandum Informasi adalah informasi tertulis mengenai penawaran SBSN
kepada investor. Memorandum Informasi sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagai berikut:
tata cara pemesanan pembelian
jenis akad
tanggal jatuh tempo, tanggal penjatahan dan setelmen
metode penetapan harga SBSN
periode penjualan
obyek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang akan dijadikan
sebagai Aset SBSN; dan
pokok-pokok ketentuan dan syarat (terms and conditions)
F. IMBALAN SBSN
98. Bagaimanakah cara penentuan imbalan SBSN ?
Berdasarkan international best practice, penentuan imbalan SBSN dalam mata
uang asing ditentukan dengan menggunakan benchmark pada tingkat bunga
internasional, misalnya Libor atau US Treasury ditambah dengan margin.
Sementara untuk penentuan imbalan SBSN di pasar dalam negeri, dapat
menggunakan benchmark dalam negeri, misalnya dengan mempertimbangkan
suku bunga Bank Indonesia, suku bunga deposito atau yield Obligasi Negara
dengan tenor yang setara.
29
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
99. Apakah penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan
berdasarkan prinsip syariah?
Penentuan imbalan SBSN sebelum penerbitan adalah dibolehkan dan tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, apabila penerimaan dari aset SBSN yang
digunakan bersifat tetap (fixed), sesuai dengan akad yang digunakan. Adapun
akad yang memberikan imbalan bersifat tetap antara lain akad Ijarah (sewa),
Murabahah (jual beli) dan Istishna’.
Penentuan imbalan SBSN yang bersifat tetap tersebut dapat dianalogikan
dengan dibolehkannya penentuan tarif sewa rumah yang bersifat tetap sebelum
ditempati oleh penyewa. Adapun jika penerimaan dari underlying asset yang
digunakan tidak tetap, seperti menggunakan saham sebagai underlying asset
dimana deviden yang dihasilkan nilainya tidak tetap/sama setiap tahunnya,
maka imbalan tidak bisa ditentukan sebelum penerbitan.
100. Apakah pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN dijamin oleh
pemerintah?
Pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN pada saat jatuh tempo dijamin
secara penuh oleh Pemerintah, sebagaimana diatur dalam dalam Undang-
Undang nomor 19 tahun 2008. Dana untuk pembayaran imbalan dan nilai
nominal tersebut dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) setiap tahun anggaran, yang ditetapkan melalui Undang-Undang APBN.
101. Berapa persenkah pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN?
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2009 tentang PPh
kegiatan Usaha Berbasis Syariah, ketentuan perpajakan terhadap SBSN sama
dengan (mutatis mutandis) perlakuan pajak terhadap Surat Utang Negara
(SUN). Dengan demikian, pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN jangka
panjang adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 15% yang bersifat final,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2009
tentang PPh Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi. Sedangkan pajak yang
dikenakan terhadap imbalan SBSN jangka pendek adalah Pajak Penghasilan
(PPh) sebesar 20% yang bersifat final.
G. PASAR SEKUNDER SBSN
102. Apakah SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder?
Pada prinsipnya, perdagangan/jual beli SBSN di pasar sekunder dapat dilakukan
dengan memperhatikan struktur dan jenis akad yang melandasi penerbitannya.
Adapun jenis SBSN yang dapat diperdagangkan, misalnya SBSN dengan
30
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
struktur Ijarah, dan terdapat pula yang tidak dapat diperdagangkan, misalnya
struktur Istishna‟, Salam dan Murabahah.
Ketentuan mengenai dibolehkannya perdagangan suatu seri SBSN dapat
diketahui dari ketentuan dan persyaratan (terms and condition) yang tercantum
dalam memorandum informasi penerbitan SBSN.
103. Dimana investor dapat membeli atau menjual SBSN di pasar sekunder?
Investor dapat membeli atau menjual SBSN di pasar sekunder melalui
mekanisme bursa atau di luar bursa (over the counter). Perdagangan SBSN
melalui mekanisme bursa dilakukan melalui Perusahaan Efek. Sedangkan
perdagangan SBSN di luar bursa dapat melalui Perusahaan Efek atau Bank
Umum.
104. Apakah yang dimaksud dengan capital gain?
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual surat berharga
di pasar sekunder. Sebagai contoh, A membeli surat berharga dengan harga
Rp5.000.000, kemudian menjualnya dengan harga Rp5.500.000. Dengan
demikian, A telah mendapatkan capital gain sebesar Rp500.000 dari hasil
penjualan surat berharga.
105. Berapa persenkah pajak yang dikenakan atas capital gain SBSN?
Pajak yang dikenakan terhadap capital gain SBSN adalah Pajak Penghasilan
(PPh) sebesar 15% yang bersifat final, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2009 tentang PPh Atas Penghasilan Berupa
Bunga Obligasi dan PP Nomor 25 Tahun 2009 tentang PPh kegiatan Usaha
Berbasis Syariah. Ketentuan perpajakan terhadap SBSN sama dengan (mutatis
mutandis) perlakuan pajak terhadap Surat Utang Negara (SUN).
H. SERI SBSN
106. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri IFR
Islamic Fixed Rate (IFR) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah di pasar
perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor dengan nominal pembelian
yang cukup besar. Seri ini telah diterbitkan sejak tahun 2008, dengan cara
bookbuilding dan dengan cara lelang sejak tahun 2009. IFR bersifat tradable
(dapat diperdagangkan) dengan tingkat imbal hasil tetap.
107. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri SR?
Sukuk Ritel (SR) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah dengan cara
bookbuilding di pasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor
31
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia. Seri ini mulai
diterbitkan pada tahun 2009, bersifat tradable dengan imbal hasil tetap.
108. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri SNI?
Sukuk Negara Indonesia (SNI) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah
dalam denominasi valuta asing (US dollar) dengan cara bookbuilding. Seri ini
mulai diterbitkan pada tahun 2009, bersifat tradable dengan imbal hasil tetap.
109. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)?
Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI) adalah SBSN yang diterbitkan berdasarkan
penempatan Dana Haji dan Dana Abadi Umat dalam SBSN oleh Departemen
Agama dengan cara private placement. Penerbitan ini merupakan tindak lanjut
dari Nota Kesepahaman (MoU) antara Menteri Keuangan dan Menteri Agama
pada bulan April 2009. Penerbitan SDHI menggunakan akad Ijarah Al-
Khadamat dan bersifat non-tradable.
I. SKEMA PENERBITAN SBSN
110. Apa saja jenis-jenis SBSN berdasarkan Undang-Undang SBSN?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008, SBSN yang diterbitkan
dapat berupa:
a. SBSN Ijarah, yang diterbitkan berdasarkan akad Ijarah yaitu akad yang satu
pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak atas suatu
aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang
disepakati;
b. SBSN Mudarabah, yang diterbitkan berdasarkan akad Mudarabah yaitu akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia
modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan
dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya
oleh penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh pihak penyedia
tenaga dan keahlian.
c. SBSN Musyarakah, yang diterbitkan berdasarkan akad Musyarakah yaitu
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal,
baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya, dengan tujuan
memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
d. SBSN Istishna, yang diterbitkan berdasarkan akad Istishna’ yaitu akad jual
beli asset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi,
32
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga asset tersebut ditentukan
berdasarkan kesepakatan para pihak.
e. SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah; dan
f. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih akad.
111. Ijarah - sale and lease back
Ijarah Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli
menyewakan aset tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan adalah akad
bai‟ (jual beli) dan akad ijarah (sewa) yang dilaksanakan secara terpisah.
Penjualan aset pada dasarnya hanyalah penjualan hak manfaatnya (beneficial
title) tanpa disertai dengan penyerahan fisik dan pemindahan hak kepemilikan
(legal title).
112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah - Sale and Leaseback
Struktur ini digunakan dalam penerbitan SBSN seri Islamic Fixed Rate (IFR),
Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Negara Indonesia (SNI). Berikut struktur SBSN Ijarah
sale and lease back:
33
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
113. Ijarah Al-Khadamat
Ijarah Al-Khadamat adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk
menyediakan suatu jasa tertentu dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa
dimaksud, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa dan berhak
mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut.
114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah al-Khadamat
Struktur ini digunakan dalam SBSN seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), yang
diterbitkan dalam rangka penempatan Dana Haji dan Dana Abadi Umat ke
dalam SBSN. Underlying transaction yang digunakan dalam penerbitan SDHI
adalah jasa layanan haji. Berikut struktur SBSN Ijarah al-Khadamat:
34
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
V. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEUANGAN SYARIAH
1. Akad : Perjanjian atau kontrak yang memuat ijab (penawaran) dan
qabul (penerimaan) antara dua belah pihak yang berisi hak
dan kewajiban masing-masing pihak, sesuai prinsip syariah.
2. Ajir : Pihak yang disewa tenaganya dalam akad ijarah
3. Ashiil : Salah satu pihak dalam akad kafalah (pemberian jaminan atau
garansi) yang pada dasarnya mempunyai suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan kepada seseorang atau pihak
tertentu, namun kemudian kewajibannya itu ditanggung oleh
pihak lain (makfuul 'anhu).
4. „Ariyah : Pinjaman, yaitu akad pemberian manfaat suatu barang kepada
pihak lain tanpa disertai dengan imbalan. Akad ini termasuk
jenis akad tabarru‟ (tolong menolong).
5. „An Taradhin : Prinsip suka sama suka dalam transaksi, yang merupakan
salah satu prinsip yang harus mendasari seluruh bentuk akad.
6. Bai‟ : Transaksi jual beli barang antara penjual dan pembeli.
7. Ba`i‟ : Pihak yang menjual suatu barang dalam akad jual beli.
8. Bagi hasil : Sistem bagi hasil (profit-loss sharing) adalah sistem
pembagian hasil usaha (keuntungan maupun kerugian) yang
dibagi berdasarkan rasio/nisbah yang berbentuk persentase
(A 50% : B 50%) dan disepakati bersama di awal akad.
Sistem bagi hasil pada dasarnya mengacu pada akad
kemitraan (partnership) pada akad musyarakah, mudharabah,
muzara‟ah, mugharasah, mukhabarah. Sistem bagi hasil terdiri
dari dua jenis, yaitu bagi untung (Profit Sharing), dan bagi
pendapatan (Revenue Sharing).
9. Bagi Untung
(Profit Sharing)
: Sistem pembagian hasil usaha yang dihitung dari pendapatan
setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem
syariah, pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi
hasil usaha lembaga keuangan syariah.
10. Bagi Pendapatan : Sistem pembagian hasil usaha yang dihitung dari total
35
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
(Revenue
Sharing)
pendapatan pengelolaan dana, dan belum dikurangi biaya
pengelolaan dana. Sistem ini dapat digunakan untuk
keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.
11. Bai‟ al-‟Inah : Transaksi jual beli dimana satu pihak (pihak 1) menjual suatu
barang kepada pihak lain (pihak 2) dengan cara cicilan, lalu
barang tersebut dijual kembali oleh pihak 2 kepada pihak 1
secara tunai dengan harga yang lebih rendah. Misalnya pihak
2 meminta pinjaman dari pihak 1. Pihak 1 tidak membebankan
bunga dari pinjaman tersebut, namun menyiasatinya dengan
cara menjual suatu barang kepada pihak 2 seharga Rp 1000
secara cicilan, kemudian pihak 2 menjual kembali barang
tersebut kepada pihak 1 seharga Rp 800 secara tunai.
12. Bai‟ al-Ma‟dum : Menjual sesuatu yang obyeknya tidak dimiliki oleh penjual.
Contohnya adalah short selling dalam jual beli saham. jual beli
semacam ini dilarang dalam Islam.
13. Bai‟ al-
Mu‟athoh
: Transaksi/akad jual beli yang dilakukan tanpa disertai dengan
ucapan ijab dan qabul secara lisan. Jual beli seperti ini lazim
dilakukan di mal, swalayan atau supermarket.
14. Bai‟ al-
Muwadha‟ah
: Transaksi jual-beli barang dimana penjual barang melakukan
penjualan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar
atau dengan harga potongan (at discount).
15. Bai‟ al-
Munaqashah
: Transaksi jual beli dengan cara tender, dimana pembeli
mengumumkan kepada para penjual atau kontraktor agar
bersaing untuk mengajukan penawaran dengan harga yang
lebih murah. Jual beli ini adalah kebalikan dari jual beli lelang.
16. Bai‟ al-
Musawamah
: Transaksi/akad jual beli biasa yang dilakukan dengan tawar
menawar antara penjual dan pembeli, dimana penjual tidak
memberitahukan harga pokok barang beserta keuntungan
yang diperoleh.
17. Bai‟ al-
Muzayadah
: Transaksi jual beli secara lelang. Yaitu suatu jenis jual beli di
mana penjual menawarkan barang pada beberapa orang
calon pembeli, kemudian para calon pembeli menawarkan
harga yang lebih tinggi sampai pada batas harga tertinggi
yang dimenangkan oleh salah satu calon pembeli, lalu
36
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
terjadilah akad transaksi jual beli.
18. Bai‟ as-Salam : Transaksi/akad jual beli suatu barang yang jumlah dan
kriterianya telah ditentukan secara jelas, dengan pembayaran
dilakukan dimuka sedangkan barangnya diserahkan kemudian
pada waktu yang disepakati bersama.
19. Bai‟ at-Taqsith : Transaksi jual beli yang pembayarannya dilakukan dengan
cara cicilan/kredit.
20. Bai' al-Wafa‟ : Akad jual beli dengan syarat barang yang dijual tersebut
dapat dibeli kembali oleh penjual, atau disebut sale and buy
back agreement.
21. Bai‟ Bithaman
Ajil (BBA)
: Transaksi jual-beli barang melalui pembayaran dengan sistem
cicilan atau angsuran (kredit), dengan lama angsuran atau
tenor sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak
yang melakukan transaksi.
22. Bai' Muajjal : Transaksi jual beli barang yang pembayarannya dilakukan
dengan cara tangguh atau dilakukan secara kredit.
23. Bai‟ Tauliyah : Transaksi jual beli barang dimana penjual barang melakukan
penjualan dengan harga yang sama dengan harga pokok
barang.
24. Bithaqah al-
I‟timan
: Kartu kredit (credit card)
25. Bithaqah al-
Khasm al-Fauri
: Kartu debit (debt card)
26. Dayn : Hutang atau piutang.
27. Dharar : Sesuatu yang mengandung unsur kesulitan/kesempitan, atau
suatu keadaan yang buruk dan dapat membahayakan.
28. Dharurat : Suatu keadaan atau situasi terpaksa yang sangat mendesak
yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan/menyebabkan
kebinasaan.
29. Fasakh : Batal atau membatalkan. Yaitu membatalkan suatu akad
37
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
sebelum sampai pada tujuan yang dimaksud.
30. Fasid : Rusak atau tidak sah. Akad fasid berarti akad yang rusak
karena tidak terpenuhinya syarat dan rukun akad.
31. Fatwa : Suatu ketetapan hukum yang dikeluarkan oleh pihak yang
memiliki keahlian di bidang syariah.
32. Gharar : Sesuatu yang mengandung keraguan, ketidakpastian,
ketidakjelasan, atau tindakan yang bertujuan merugikan orang
lain. Gharar dalam jual beli adalah jual beli yang mengandung
ketidakjelasan atau ketidakpastian baik mengenai rincian
obyek, cara penyerahan maupun cara pembayaran.
33. Ghubun : Kecurangan, pengurangan, atau penipuan dalam jual beli.
34. Hibah : Penyerahan kepemilikan suatu barang kepada pihak lain,
tanpa disertai dengan imbalan/penggantian dalam bentuk
apapun.
35. Hiwalah/
Hawalah
: Transaksi pengalihan kewajiban atau pengalihan
utang/piutang kepada pihak ketiga. Akad Hawalah lazim
diterapkan pada mekanisme factoring atau anjak piutang.
36. Ihtiyath : Prinsip kehati-hatian (prudential management), yang
diterapkan dalam setiap transaksi keuangan.
37. Ihtikar : Penimbunan barang dagangan, yaitu kegiatan
menahan/menyimpan barang dagangan (seperti makanan
pokok) dan menjualnya setelah harganya menjadi mahal.
38. Ijab Kabul : Kata Ijab Kabul berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari kata
Ijab, yang berarti ‘menjawab’, dan kata Qabul, yang berarti
‘menerima, mengambil’. Dalam fikih muamalah, Ijab berarti
pernyataan melakukan ikatan, dan Kabul berarti pernyataan
penerimaan ikatan.
39. Ijarah : Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu
sendiri. Sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah
disebut Sukuk Ijarah.
38
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
40. Ijarah al-
Khadamat
: Akad ijarah atas penyediaan suatu jasa tertentu. SBSN yang
telah diterbitkan menggunakan akad ini, adalah SBSN Ijarah
al-Khadamat yang menggunakan jasa layanan haji sebagai
underlying transaction.
41. Ijarah
Headlease and
Sublease
: Penerbitan sukuk dimana pihak pertama selaku pemilik
menyewakan suatu aset (headlease) untuk kemudian oleh
penyewa aset disewakan kembali kepada pemilik (sublease).
Jangka waktu headlease harus lebih panjang dibandingkan
dengan jangka waktu sublease.
42. Ijarah
Mawshufah fi
Dzimmah
: Sewa atas manfaat barang/jasa yang penyediaannya
ditanggung oleh pemberi sewa (pemberi sewa
berjanji/menjamin akan menyediakan obyek ijarah dengan
spesifikasi tertentu dalam jangka waktu tertentu).
43. Ijarah
Muntahiya bit
Tamlik
: Akad ijarah/sewa dengan janji/opsi perpindahan kepemilikan
barang yang disewa pada akhir masa sewa, yang dilakukan
dengan akad hibah atau jual beli. Akad ini disebut juga
dengan akad Ijarah wa Iqtina‟.
44. Ijarah Sale and
Lease Back
: Jual beli suatu aset yang kemudian pembeli menyewakan aset
tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan adalah akad
bai‟ (jual beli) dan akad ijarah (sewa) yang dilaksanakan secara
terpisah.
45. Ijtihad : Sebuah usaha yang sungguh-sungguh dalam memutuskan
hukum syara’ atas suatu hal yang tidak ditentukan secara
eksplisit dalam al-Qur’an dan al-Hadits, dengan menggunakan
pikiran dalam menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari
suatu ayat atau hadits.
46. Ijma‟ : Kesepakatan para ulama Islam dalam menetapkan hukum
terhadap suatu hal tertentu, dengan didasarkan pada al-
Qur’an dan al-Hadits.
47. Iqalah : Pembatalan atas suatu akad/transaksi.
48. Iqtishad : Iqtishad berasal dari kata qashada dalam bahasa Arab, yang
artinya bermaksud, berniat. Iqtishad merupakan nama lain dari
39
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
istilah ekonomi dalam bahasa Arab. Iqtishad merupakan suatu
cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang
sesuai dengan prinsip syariah.
49. Istishna‟ : Akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para
pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan,
serta harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan
para pihak.
50. Ju‟alah : Suatu akad dimana pihak pertama ber-iltizaam (bertanggung
jawab) dalam bentuk janji memberikan imbalan upah tertentu
secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan
perbuatan atau memberikan jasa (jasa yang belum pasti dapat
dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan).
51. Kafalah : Akad dimana pihak pertama berjanji kepada pihak kedua
untuk memberikan jaminan dan bertanggungjawab untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua kepada pihak lain.
52. Kafiil : Pihak yang berkewajiban melakukan pertanggungan/
penjaminan. Kafiil disebut juga dengan dhamin (orang yang
menjamin), haamil (orang yang menanggung beban) atau
Qabil (orang yang menerima).
53. Khiyar : Hak pembeli untuk membatalkan atau meneruskan transaksi
karena adanya alasan syar’i yang membolehkannya atau
karena kesepakatan kedua belah pihak dalam transaksi.
54. Ma‟jur : Barang atau obyek sewa dalam transaksi sewa menyewa
(ijarah).
55. Mabi‟ : Barang yang diperjualbelikan dalam transaksi jual beli (bai‟).
56. Makfuul bih : Hak atau kewajiban seseorang / pihak tertentu yang kemudian
mendapatkan jaminan dari pihak lain dalam akad kafalah.
57. Malik : Pemilik modal, disebut juga shahibul maal.
58. Marhun : Barang gadaian atau barang jaminan dalam akad rahn.
59. Maysir : Aktivitas spekulasi, judi, dan untung-untungan di dalam
40
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
transaksi keuangan yang memungkinkan diperolehnya suatu
kekayaan dengan cara yang mudah, dengan kemungkinan
adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak yang
lain.
60. Maqashid
Syariah
: Tujuan-tujuan utama syariah. Tujuan-tujuan utama syariah
adalah untuk memenuhi/menjaga lima hal pokok yang
menunjang kemaslahatan dan kesejahteraan manusia, yaitu
perlindungan dan pemeliharaan terhadap agama (din), jiwa
(nafs), akal („aql), harta (mal), dan keturunan (nasl).
61. Mudi‟ : Pihak yang menitipkan barang atau harta dalam akad wadi‟ah.
62. Mudharabah : Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak
sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia
tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut
akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali
kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan
keahlian. Sukuk yang diterbitkan dengan akad Mudharabah
disebut dengan sukuk mudharabah. Akad Mudharabah terdiri
dari dua jenis, yaitu Mudharabah Muthlaqah atau disebut
unrestricted mudharabah dan mudharabah muqayyadah atau
restricted mudharabah.
63. Mudharabah
Muqayyadah
(Restricted
Mudharabah)
: Akad mudharabah dimana pengelola usaha (mudharib)
diberikan batasan oleh pemilik modal (shahibul mal) baik
dalam hal jenis usaha yang akan dibiayai, jenis instrumen,
termasuk jumlah yang dapat diiinvestasikan dalam setiap
outlet investasi.
64. Mudharabah
Muthlaqah
(Unrestricted
Mudharabah)
: Akad mudharabah dimana pengelola usaha (mudharib)
diberikan kebebasan oleh pemilik dana (shahibul mal) dalam
melakukan investasi sepanjang tetap mematuhi prinsip-
prinsip syariah. Dengan kata lain mudharib mendapatkan
disrectionary right untuk mengelola dana.
65. Mudharib : Pihak yang melaksanakan usaha mudharabah atau disebut
juga dengan investment manager.
41
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
66. Muhal : Pihak yang menerima pindahan kewajiban pembayaran utang
dalam akad hiwalah.
67. Muhal „Alaihi : Pihak yang memiliki hutang kepada muhil (pihak yang
memindahkan kewajiban pembayaran utang).
68. Muhil : Pihak yang memindahkan kewajiban pembayaran utang
dalam akad hiwalah.
69. Mukhabarah : Transaksi bagi hasil dalam bidang penggarapan tanah, dimana
pemilik menyerahkan tanah kepada penggarap dengan benih
berasal dari penggarap, dan hasil penggarapan tanah dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan.
70. Muqridh : Pihak yang memberikan hutang/pinjaman (qardh) atau
disebut juga dengan kreditur.
71. Muqtaridh : Pihak yang memperoleh hutang/pinjaman (qardh) dari
kreditur atau disebut juga sebagai debitur.
72. Muqaradhah : Istilah lain untuk akad mudharabah
73. Murabahah : Akad atau perjanjian jual–beli atas suatu barang dimana harga
dan keuntungannya (profit margin) disetujui oleh semua pihak
yang terlibat. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai,
cicil atau tangguh, sedangkan penyerahan barang dilakukan di
awal pada saat dilakukannya transaksi. Murabahah juga
disebut cost plus financing. Sukuk yang diterbitkan dengan
akad ini disebut dengan Sukuk Murabahah.
74. Murtahin : Pihak yang menerima barang gadaian dari penggadai dalam
akad gadai (rahn).
75. Musyarakah : Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun
bentuk lainnya, untuk tujuan memperoleh keuntungan, yang
akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah disetujui
sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
42
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
76. Muslam : Pihak pembeli barang dalam akad jual beli Salam.
77. Muslam Fihi : Barang yang diperjualbelikan dalam akad jual beli Salam.
78. Muslam Ilaihi : Pihak penjual barang dalam akad jual beli Salam.
79. Musyarakah
Mutanaqishah
(diminishing
partnership)
: Bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih terhadap
kepemilikan suatu barang atau asset, dimana kerjasama
tersebut akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak,
sementara pihak yang lain akan bertambah hak
kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini terjadi melalui
mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain.
Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah
satu pihak kepada pihak lain.
80. Musytari : Pihak pembeli barang dalam akad jual beli.
81. Mustashni : Pihak yang melakukan pemesanan pembuatan barang
(pembeli) dalam akad Istishna‟.
82. Muzara‟ah : Akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan
memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani).
Keuntungan yang diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama
sesuai kesepakatan.
83. Musaqah : Akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana
pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada
pihak lain (penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi)
dan pemeliharaan tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari
hasil tanaman pertanian dibagi bersama sesuai kesepakatan.
84. Mu‟jir : Pihak yang menyewakan barang/jasa (lessor) dalam akad
ijarah.
85. Musta‟jir : Pihak yang menyewa barang/jasa (lessee) dalam akad ijarah.
86. Muwakkil : Pihak yang memberi /mewakilkan kuasa kepada pihak lain
dalam akad wakalah.
87. Najsy : Penawaran palsu. Yakni penawaran suatu barang yang
dilakukan bukan karena motif ingin membeli barang tersebut,
43
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
melainkan agar pihak lain berani membeli barang tersebut
dengan harga yang tinggi.
88. Nisbah : Porsi/prosentase pembagian hasil usaha bagi masing-masing
pihak yang melakukan kerjasama usaha, yang besarnya
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan bersama. Contoh:
Pihak A 60% : Pihak B 40%.
89. Qardhul Hasan : Akad pinjaman kebajikan yang diberikan tanpa harapan
keuntungan apapun. Dalam aplikasi perbankan, sumber dana
yang digunakan untuk memberikan pinjaman ini berasal dari
zakat, infaq, dan shadaqah. Bank bertindak sebagai muqridh
(pemberi pinjaman) dan peminjam hanya diminta
mengembalikan pokoknya. Jika peminjam secara sukarela
melebihkan pembayaran, maka akan menjadi shadaqah yang
akan digunakan sebagai sumber dana selanjutnya.
90. Qimah : Nilai benda yang menjadi obyek jual beli atau nilai intrinsik.
91. Qiyas : Mempersamakan (menganalogikan) hukum suatu
hal/peristiwa yang tidak ada dalil hukumnya dengan suatu
hal/peristiwa yang ada dalil hukumnya, karena terdapat
persamaan illat (hubungan/sebab) hukum antara keduanya.
92. Rabbul Maal : Pihak yang memberikan dana atau pemilik dana dalam akad
mudharabah atau musyarakah.
93. Rahn : Akad gadai atau melakukan pinjaman dengan menggadaikan
suatu barang sebagai jaminan hutang.
94. Rahin : Pihak yang menggadaikan aset/barang
95. Riba : Riba (usury/interest) adalah tambahan yang diambil dalam
suatu transaksi tanpa adanya suatu ‘iwadh
(pengganti/penyeimbang) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut. Dalam fikih muamalah, riba dibagi
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu riba fadhl, riba nasi‟ah, dan riba
jahiliyah.
96. Riba fadhl : Disebut juga riba buyu‟, yaitu riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria yang
44
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya
(sawa`an bi sawa`in) dan sama waktu penyerahannya (yadan
bi yadin). Riba fadhl dapat ditemui dalam transaksi valuta
asing yang tidak dilakukan secara tunai.
97. Riba Nasi'ah : Disebut juga riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang
piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul
bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul
bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Riba jenis ini dapat
ditemui dalam transaksi pembayaran bunga kredit dan
pembayaran bunga tabungan, deposito, giro.
98. Riba Jahiliyah : Utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman karena
peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada
saat jatuh tempo.
99. Ribawi : Sifat dari barang atau transaksi yang mengandung unsur riba.
100. Risywah : Praktik suap menyuap/menyogok, yaitu suatu pemberian
yang diberikan seseorang kepada pihak lain untuk
kepentingan atau keuntungan pihak tertentu.
101. Sadd az-Zari‟ah : Mencegah/menghambat sesuatu yang dapat menyebabkan
pada terjadinya kerusakan.
102. Shahibul Maal : Istilah lain dari Rabbul Maal, yaitu pihak yang memberikan
dana atau pemilik dana dalam akad mudharabah atau
musyarakah.
103. Shani‟ : Pihak yang menerima pesanan pembuatan barang dan
melakukan pembuatan barang (produsen) dalam akad
Istishna‟.
104. Sharf : Pertukaran mata uang dengan mata uang lainnya. Penukaran
mata uang yang sama harus dibayar tunai dengan tidak
memberikan kelebihan (sama nilainya). Sedangkan untuk mata
uang yang berbeda harus dibayar tunai sedangkan jumlahnya
dapat berbeda.
105. Shighah : Ucapan/pernyataan resmi atas adanya suatu transaksi.
45
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
106. Syirkah : Istilah lain dari musyarakah
107. Ta‟alluq : Suatu transaksi dimana terdapat dua akad yang terkait satu
sama lain, sehingga berlakunya akad 1 tergantung pada
dilakukannya akad 2. Transaksi/akad yang mengandung unsur
ta‟alluq dimaksud menjadi tidak sah / batal.
108. Ta‟widh : Ganti rugi yang hanya dikenakan atas pihak yang dengan
sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang
menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian
pada pihak lain. Besar ganti rugi tersebut sesuai dengan nilai
kerugian riil yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi
tersebut dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi
(potential loss) karena adanya peluang yang hilang
(opportunity loss). Ganti rugi dimaksud hanya boleh dikenakan
pada transaksi yang menimbulkan utang piutang (dayn),
seperti salam, istishna‟ serta murabahah dan ijarah.
109. Tabarru‟ : Suatu akad yang dilakukan untuk tujuan kebaikan dan tolong
menolong dan tidak memiliki tujuan untuk mencari
keuntungan secara komersil. Dalam perbankan syariah, akad
ini diaplikasikan dalam bentuk pemberian pinjaman qardhul
hasan.
110. Tadlis : Penipuan/penyembunyian suatu aib atau cacat barang
dagangan dari pembeli.
111. Takaful : Usaha saling melindungi dan tolong menolong antara
sejumlah pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
pengumpulan dana tabarru‟ (kebajikan) yang akan digunakan
untuk menghadapi risiko tertentu. Konsep ini diaplikasikan
dalam asuransi syariah.
112. Tas‟ir : Penentuan harga. Yaitu penentuan harga yang ditetapkan
oleh pemerintah atau pihak yang berwenang terhadap suatu
komoditas tertentu.
113. Tawarruq : Suatu cara yang ditempuh untuk mendapatkan uang tunai
atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Disebut tawarruq
sebab pembeli barang (pihak pertama) sebenarnya tidak
menginginkan barang, tetapi bertujuan mendapatkan uang.
46
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Transaksi tawarruq terjadi ketika seseorang membeli sebuah
produk dengan cara kredit (pembayaran dengan cicilan) dan
menjualnya kembali kepada orang ketiga yang bukan pemilik
pertama produk tersebut dengan cara tunai.
114. Ujrah : Upah/imbalan atau fee atas suatu pekerjaan/jasa. Yaitu setiap
harta yang diberikan sebagai kompensasi atas pekerjaan yang
dikerjakan manusia, baik berupa uang atau barang, yang
memiliki nilai harta (maal).
115. ‟Urf : Suatu adat kebiasaan yang diterima oleh tabiat dan akal sehat
manusia, yang dapat dijadikan sandaran untuk menetapkan
hukum syar’i sesuatu hal yang tidak terdapat dalil syar’i yang
qath‟i terhadapnya.
116. ‟Urbun : Secara etimologis ‟Urbun berarti sesuatu yang digunakan
sebagai pengikat jual beli. Secara terminologis, ‟Urbun adalah
uang muka (Down Payment) yang dibayar pembeli kepada
penjual barang, dengan syarat apabila akad dilanjutkan dan
terjadi transaksi maka uang muka tersebut diperhitungkan
sebagai bagian dari harga jual, sedangkan apabila akad tidak
dilanjutkan maka uang muka tersebut menjadi milik penjual
barang.
117. Wa‟ad : Janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, yang
hanya mengikat satu pihak saja. Yaitu pihak yang memberi
janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya,
sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban
apapun terhadap pihak lainnya.
118. Wadi‟ah : Akad titipan, dimana salah satu pihak menitipkan sesuatu
kepada pihak lain dengan tujuan untuk dijaga. Wadi’ah
merupakan salah satu akad tabarru‟ (tolong menolong) yang
bersifat sosial dan dianjurkan dalam Islam. Akad Wadi‟ah
terdiri dari dua jenis, yaitu Wadi‟ah Yad adh-Dhamanah dan
Wadi‟ah Yad al-Amanah.
119. Wadi‟ah Yad
adh-Dhamanah
: Akad titipan dimana penerima titipan dapat memanfaatkan
barang titipan tersebut dengan seizin pemilik barang dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut setiap saat
pemilik barang tersebut menghendaki. Dalam perbankan
47
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
syariah, akad ini diterapkan pada Giro Wadiah, dimana bank
tidak meminta biaya penitipan karena boleh memanfaatkan
barang titipan. Bank dapat memberikan bonus di akhir bulan
yang tidak diperjanjikan di muka.
120. Wadi‟ah Yad al-
Amanah
: Akad titipan dimana penerima titipan tidak diberikan hak
untuk memanfaatkan barang titipan tersebut. Dalam
perbankan syariah, akad ini diterapkan antara lain pada safe
deposit box. Dalam hal ini, bank biasanya meminta biaya
penitipan.
121. Wadi‟ : Pihak yang menitipkan sesuatu barang kepada pihak lain
dalam akad wadi‟ah.
122. Wakalah : Wakalah/Wikalah berarti at-Tafwidh
(penyerahan/pendelegasian/pemberian mandat), yaitu
pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak lain dalam
hal-hal tertentu yang boleh diwakilkan.
123. Wakil : Pihak yang menerima kuasa/ditunjuk sebagai wakil dalam
akad wakalah.
48
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia
3. Adam, Nathif J. & Abdulkader Thomas, Islamic Bonds; Your Guide to Issuing, Structuring
and Investing in Sukuk, London, Euromoney Books, 2004
4. Ali, AM. Hasan & M. Nadratuzzaman Hosen, Tanya Jawab Ekonomi Syariah, Jakarta,
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007.
5. Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad, dkk., Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam
Pandangan 4 Madzhab, Penerjemah Miftahul Khairi, S.Ag., Yogyakarta, Maktabah Al-
Hanif, 2009.
6. Al-Kaaf, Abdullah Zaky, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung, CV Pustaka Setia,
2002.
7. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta, Gema Insani,
2001.
8. Ayub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, England, John Wiley & Sonds Ltd,
2007
9. Hamidi, M. Luthfi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2003
10. Hardini, Isriani & Muh. H. Giharto, Kamus Perbankan Syariah, Bandung, Marja, 2007
11. Huda, Nurul, et al., Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2008
12. Kharofa, Ala’ Eddin, Transactions in Islamic Law, Kuala Lumpur, A.S. Noordeen, 2004
13. Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern,
Jakarta, Paradigma & Aqsa Publishing, 2007.
14. Syafei, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2001.
15. Soemitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2009.
16. Shari‟a Standards, Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions, 2005.
17. Shariah Resolution in Islamic Finance, Malaysia, Bank Negara Malaysia, 2007.
18. Sudarsono, Heri & Hendi Yogi Prabowo, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2004.
19. Sultan, Syed Alwi Mohamed, A Mini Guide to Accounting for Islamic Financial Products,
Malaysia, CERT Publications, 2006
20. Usmani, Muhammad Taqi, An Introduction to Islamic Finance, Pakistan, Maktaba
Ma’ariful Qur’an, 2005
21. Materi presentasi dari berbagai Investment Bank.